PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terdapat banyak alasan mengapa pasien dengan penyakit stadium lanjut tidak
mendapatkan perawatan yang memadai, namun semua alasan itu pada akhirnya berakar
pada konsep terapi yang eksklusif dalam menyembuhkan penyakit daripada
meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi penderitaan. Itulah mengapa, seringkali
keputusan untuk mengambil tindakan paliatif baru dilakukan setelah segala usaha
penyembuhan penyakit ternyata tidak efektif. Padahal seharusnya, palliative care
dilakukan secara integral dengan perawatan kuratif dan rehabilitasi baik pada fase dini
maupun lanjut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tentang emergency palliative care.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui Pengertian Kegawat Daruratan
b. Mengetahui Prinsip Gawat Darurat
c. Mengetahui Falsafah Keperawatan Kritis dan Kegawatdaruratan
d. Mengetahui Pengertian Triage
e. Mengetahui Prinsip Triase
f. Mengetahui Definisi Palliative Care
g. Mengetahui Karakteristik Perawatan Palliatif
h. Mengetahui Klasifikasi Palliative Care
BAB II
Emergency Palliative Care | 2
PEMBAHASAN
a. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada penderita gawat darurat,
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalarn masyarakat sebagaimana mestinya.
Merujuk penderita. gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang Iebih memadai.
b. Menanggulangi korban bencana.
D. Pengertian Triage
Triage adalah suatu proses yang mana pasien digolongkan menurut tipe dan
tingkat kegawatan kondisinya. Triage terdiri dari upaya klasifikasi kasus cedera secara
cepat berdasarkan keparahan cedera mereka dan peluang kelangsungan hidup mereka
melalui intervensi medis yang segera. Sistem triage tersebut harus disesuaikan dengan
keahlian setempat. Prioritas yang lebih tinggi diberikan pada korban yang prognosis
jangka pendek atau jangka panjangnya dapat dipengaruhi secara dramatis oleh perawatan
sederhana yang intensif. Sistem triase biasanya sering ditemukan pada perawatan gawat
darurat di suatu bencana.
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa. Tujuan
triage selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang
memerlukan pertolongan kedaruratan. Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :
1. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
2. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan
3. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat
1. Multiple Casualties. Keadaan ini terjadi bila musibah masal dengan jumlah penderita
dan beratnya perlukaan tidak melampaui kemampuan petugas dan peralatan. Dalam
keadaan ini penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan multiple trauma
akan dilayani terlebih dahulu
2. Mass Casualties. Keadaan ini dijumpai jika musibah masal dengan jumlah penderita
dan beratnya luka melampaui kemampuan petugas dan peralatan. Dalam keadaan ini
yang akan dilayani terlebih dahulu adalah penderita dengan kemungkinan hidup
/survival terbesar, serta membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga paling sedikit.
E. Prinsip Triase
Pada keadaan bencana massal, korban timbul dalam jumlah yang tidak sedikit
dengan resiko cedera dan tingkat survive yang beragam. Pertolongan harus disesuaikan
dengan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya.
Hal tersebut merupakan dasar dalam memilah korban untuk memberikan perioritas
pertolongan. Pada umumnya penilaian korban dalam triage dapat dilakukan dengan :
1. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban
2. Menilai kebutuhan medis
3. Menilai kemungkinan bertahan hidup
4. Menilai bantuan yang memungkinkan
5. Memprioritaskan penanganan definitive
6. Tag Warna
Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap pertolongan harus
dilakukan sesegera mungkin. Setelah melakukan penilaian, korban dikategorikan sesuasi
denagn kondisinya dan diberi tag warna, sebagai berikut:
1. MERAH (Immediate)
Setiap korban dengan kondisi yang mengancam jiwanya dan dapat mematikan dalam
ukuran menit, harus ditangani dengan segera.
2. KUNING (Delay)
Emergency Palliative Care | 6
Setiap korban dengan kondisi cedera berat namun penganannya dapat ditunda.
3. HIJAU (Walking Wounded)
Korban dengan kondisi yang cukup ringan, korban dapat berjalan
4. HITAM (Dead and Dying)
Korban meninggal atau dalam kondisi yang sangat sulit untuk diberi pertolongan.
Definisi Palliative Care telah mengalami beberapa evolusi. Menurut WHO pada
1990 Palliative Care adalah perawatan total dan aktif dari untuk penderita yang
penyakitnya tidak lagi responsive terhadap pengobatan kuratif. Berdasarkan definisi ini
maka jelas Palliative Care hanya diberikan kepada penderita yang penyakitnya sudah
tidak respossif terhadap pengobatan kuratif. Artinya sudah tidak dapat disembuhkan
dengan upaya kuratif apapun. Tetapi definisi Palliative Care menurut WHO 15 tahun
kemudian sudah sangat berbeda. Definisi Palliative Care yang diberikan oleh WHO pada
tahun 2005 bahwa perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain,
memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai
akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka.
Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Palliative Care diberikan sejak diagnosa
ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau
lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak Palliative Care harus diberikan kepada
penderita itu. Palliative Care tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih
diteruskan dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka.
Titik pusat dari perawatan adalah pasien sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya
penyakit yang dideritanya. Dan perhatian ini tidak dibatasi pada pasien secara individu,
namun diperluas sampai mencakup keluarganya. Untuk itu metode pendekatan yang
terbaik adalah melalui pendekatan terintegrasi dengan mengikutsertakan beberapa profesi
terkait. Dengan demikian, pelayanan pada pasien diberikan secara paripurna, hingga
meliputi segi fisik, mental, social, dan spiritual. Maka timbullah pelayanan palliative care
atau perawatan paliatif yang mencakup pelayanan terintegrasi antara dokter, perawat,
terapis, petugas social-medis, psikolog, rohaniwan, relawan, dan profesi lain yang
diperlukan.
Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan
paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Palliative Care adalah untuk
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan
spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
Perawatan paliatif sangat luas dan melibatkan tim interdisipliner yang tidak hanya
mencakup dokter dan perawat tetapi mungkin juga ahli gizi, ahli fisioterapi, pekerja
Day care adalah menitipkan pasien selama jam kerja jika pendamping atau
keluarga yang merawatnya memiliki keperluan lain (seperti day care pada penitipan
anak). Sedangkan respite care adalah layanan yang bersifat psikologis melalui konseling
dengan psikolog atau psikiater, bersosialisasi dengan penderita kanker lain, mengikuti
terapi musik, dan lain-lain.
Palliative care / perawatan (terapi) paliatif terbagi menjadi beberapa macam diantaranya
adalah sebagai berikut:
Emergency Palliative Care | 9
1. Palliative Care Religius
Terapi paliatif radiasi merupakan salah satu metode pengobatan dengan menggunakan
radiasi / sinar untuk mematikan sel kanker yang akan membantu pencegahan terhadap
terjadinya kekambuhan. Terapi radiasi dapat diberikan melalui dua cara. Pertama
dengan menggunakan cara radiasi eksterna, dan kedua dengan brakiterapi. Radiasi
eksterna adalah suatu teknik radiasi dimana sumber radiasi berada di luar tubuh pasien.
Radiasi ini menggunakan suatu mesin yang mengeluarkan radiasi yang ditujukan kea
rah sel kanker. Brakiterapi adalah suatu teknik radiasi dimana sumber radiasi diletakkan
di dalam tubuh pasien dekat dengan sel kanker tersebut. Peran radioterapi pada
palliative care terutama adalah untuk mengatasi nyeri, yaitu nyeri yang disebabkan oleh
infiltrasi tumor local.
4. Pembedahan
Tindakan pembedahan pada perawatan paliatif bermanfaat untuk mengurangi nyeri dan
menghilangkan gangguan fungsi organ tubuh akibat desakan massa tumor / metastasis.
Pada umumnya pembedahan yang dilakukan adalah bedah ortopedi / bedah untuk
mengatasi obstruksi visceral. Salah satu contoh tindakan pembedahan pada stadium
paliatif adalah fiksasi interna pada fraktur patologis / fraktur limpeding / tulang
panjang.
5. Terapi Musik
Alunan musik dapat mempercepat pemulihan penderita stroke, demikian hasil riset
yang dilakukan di Finlandia. Penderita stroke yang rajin mendengarkan music setiap
hari, menurut hasil riset itu ternyata mengalami Peningkatan pada ingatan verbalnya
dan memiliki mood yang lebih baik dari pada penderita yang tidak menikmati musik.
Musik memang telah lama digunakan sebagai salah satu terapi kesehatan, penelitian di
Finlandia yang dimuat dalam Jurnal Brain itu adalah riset pertama yang membuktikan
efeknya pada manusia. Temuan ini adalah bukti pertama bahwa mendengarkan music
pada tahap awal pasca stroke dapat meningkatkan pemulihan daya kognitif dan
mencegah munculnya perasaan negative.
6. Psikoterapi
Gangguan citra diri yang berkaitan dengan dampak perubahan citra fisik, harga diri
dengan citra fungsi sosial, fungsi fisiologis, dan sebagainya dapat dicegah / dikurangi
dengan melakukan penanganan antisipatorik yang memadai. Tetapi hal ini belum dapat
dilaksanakan secara optimal karena kondisi kerja yang belum memungkinkan.
Hipnoterapi merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari manfaat
sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan, dan perilaku. Hipnoterapi bisa
bermanfaat dalam menerapi banyak gangguan psikologis-organis seperti hysteria,
stress, fobia (ketakutan terhadap benda-benda tertentu atau keadaan tertentu), gangguan
kecemasan, depresi, perilaku merokok, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Document. 2014, Emergency Palliative Care, diambil tanggal 6 September 2017, dari
http://www.scribd.com
Document. 2011, Materi Keilmuan Keperwatan, diambil tanggal 28 Agustus 2017, dari
https://www.academia.edu
Emergency Palliative Care | 14
Document. 2015, Konsep Triage, diambil tanggal 28 Agustus 2017, dari
hhtp://www.slideshare.net/kemenkes