Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan


yang di berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik
kedaruratan sering di gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi
tentang keperawatan gawat darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami
pasien atau keluarga harus di pertimbangkan sebagai kedaruratan.
Keperawatan kritis dan kegawatdaruratan bersifat cepat dan perlu tindakan yang
tepat, serta memerlukan pemikiran kritis tingkat tinggi. Perawat gawat darurat harus
mengkaji pasien mereka dengan cepat dan merencanakan intervensi sambil berkolaborasi
dengan dokter gawat darurat.
Palliative Care adalah suatu perawatan kesehatan terpadu yang menyeluruh
dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang umurnya,meningkatkan kualitas hidupnya, dan juga
memberikan support kepada keluarganya. Dari definisi tersebut didapatkan bahwasannya
salah satu tujuan dasar dari palliative care adalah mengurangi penderitaan pasien yang
termasuk didalamnya adalah menghilangkan nyeri yang diderita oleh pasien tersebut.

Terdapat banyak alasan mengapa pasien dengan penyakit stadium lanjut tidak
mendapatkan perawatan yang memadai, namun semua alasan itu pada akhirnya berakar
pada konsep terapi yang eksklusif dalam menyembuhkan penyakit daripada
meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi penderitaan. Itulah mengapa, seringkali
keputusan untuk mengambil tindakan paliatif baru dilakukan setelah segala usaha
penyembuhan penyakit ternyata tidak efektif. Padahal seharusnya, palliative care
dilakukan secara integral dengan perawatan kuratif dan rehabilitasi baik pada fase dini
maupun lanjut.

Emergency Palliative Care | 1


Seiring dengan berkembangnya bidang ilmu ini, ruang lingkup dari palliative care
yang dulunya hanya terfokus pada memberikan kenyamanan bagi penderita, sekarang
telah meluas menjadi perawatan holistik yang mencakup aspek fisik, sosial, psikologis,
dan spiritual. Perubahan perspektif ini dikarenakan semakin hari semakin banyak pasien
yang menderita penyakit kronis sehingga tuntutan untuk suatu perkembangan adalah
mutlak adanya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis membuat makalah tentang
Emergency Palliative Care untuk mengulas materi tersebut lebih dalam.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tentang emergency palliative care.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui Pengertian Kegawat Daruratan
b. Mengetahui Prinsip Gawat Darurat
c. Mengetahui Falsafah Keperawatan Kritis dan Kegawatdaruratan
d. Mengetahui Pengertian Triage
e. Mengetahui Prinsip Triase
f. Mengetahui Definisi Palliative Care
g. Mengetahui Karakteristik Perawatan Palliatif
h. Mengetahui Klasifikasi Palliative Care

BAB II
Emergency Palliative Care | 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kegawat Daruratan

Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di


berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik
kedaruratan sering di gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi
tentang keperawatan gawat darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami
pasien atau keluarga harus di pertimbangkan sebagai kedaruratan.

Pelayanan gawat darurat tidak hanya memberikan pelayanan untuk mengatasi


kondisi kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga memberikan asuhan keperawatan
untuk mengatasi kecemasan pasien dan keluarga. Sistem pelayanan bersifat darurat
sehingga perawat dan tenaga medis lainnya harus memiliki kemampuan, keterampilan,
tehnik serta ilmu pengetahuan yang tinggi dalam memberikan pertolongan kedaruratan
kepada pesien.

Tujuan kegawat daruratan adalah:

a. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada penderita gawat darurat,
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalarn masyarakat sebagaimana mestinya.
Merujuk penderita. gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang Iebih memadai.
b. Menanggulangi korban bencana.

B. Prinsip Gawat Darurat 

Emergency Palliative Care | 3


a. Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak (jangan panik). 
b. Sadar peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun saksi. 
c. Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang mengancam
jiwa (henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat, keracunan). 
d. Melakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan secara menyeluruh.
Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai (kecuali jika ada ortopnea), lindungi
korban dari kedinginan. 
e. Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk menenangkan dan
yakinkan akan ditolong. 
f. Hindari mengangkat/memindahkan yang tidak perlu, memindahkan jika hanya ada
kondisi yang membahayakan. 
g. Jangan diberi minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan kemungkinan tindakan
anastesi umum dalam waktu dekat. 
h. Jangan dipindahkan (ditransportasi) sebelum pertolongan pertama selesai dilakukan
dan terdapat alat transportasi yang memadai. 
Dalam beberapa jenis keadaan kegawat daruratan yang telah disepakati pimpinan
masing-masing rumah sakit dan tentunya dengan menggunakan Protap yang telah
tersedia, maka perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat dapat bertindak
langsung sesuai dengan prosedur tetap rumah sakit yang berlaku. Peran ini sangat dekat
kaitannya dengan upaya penyelamatan jiwa pasien secara langsung. 

C. Falsafah Keperawatan Kritis dan Kegawatdaruratan 


a. Bidang cakupan keperawatan gawat darurat: pre hospital, in hospital, post hospital.
b. Resusitasi pemulihan bentuk kesadaran seseorang yang tampak mati akibat
berhentinya fungsi jantung dan paru yang berorientasi pada otak.
c. Pertolongan diberikan karena keadaan yang mengancam kehidupan. 
d. Terapi kegawatan intensive: tindakan terbaik untuk klien sakit kritis karena tidak
segera di intervensi menimbulkan kerusakan organ yang akhirnya meninggal. 
e. Mati klinis: henti nafas, sirkulasi terganggu, henti jantung, otak tidak berfungsi untuk
sementara (reversibel). Resusitasi jantung paru (RJP) tidak dilakukan bila: kematian

Emergency Palliative Care | 4


wajar, stadium terminal penyakit seperti kanker yang menyebar ke otak setelah 1/2-1
jam RJP gagal dipastikan fungsi otak berjalan. 
f. Mati biologis: kematian tetap karena otak kerkurangan oksigen. mati biologis
merupakan proses nekrotisasi semua jaringan yang mulai dari neuron otak yang
nekrosis setelah satu jam tanpa sirkulasi oleh jantung, paru, hati, dan lain – lain. 
g. Mati klinis 4-6 menit, kemudian mati biologis. 
h. Fatwa IDI mati: jika fungsi pernafasan seperti jantung berhenti secara pasti
(irreversibel atau terbukti kematian batang otak).

D. Pengertian Triage
Triage adalah suatu proses yang mana pasien digolongkan menurut tipe dan
tingkat kegawatan kondisinya. Triage terdiri dari upaya klasifikasi kasus cedera secara
cepat berdasarkan keparahan cedera mereka dan peluang kelangsungan hidup mereka
melalui intervensi medis yang segera. Sistem triage tersebut harus disesuaikan dengan
keahlian setempat. Prioritas yang lebih tinggi diberikan pada korban yang prognosis
jangka pendek atau jangka panjangnya dapat dipengaruhi secara dramatis oleh perawatan
sederhana yang intensif. Sistem triase biasanya sering ditemukan pada perawatan gawat
darurat di suatu bencana.
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa. Tujuan
triage selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang
memerlukan pertolongan kedaruratan. Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :
1. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
2. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan
3. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat

Sistem Triage dipengaruhi :

1. Jumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan


2. Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien
3. Denah bangunan fisik unit gawat darurat
4. Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan medis

Emergency Palliative Care | 5


Ada dua jenis keadaan yang akan mempengaruhi proses triage :

1. Multiple Casualties. Keadaan ini terjadi bila musibah masal dengan jumlah penderita
dan beratnya perlukaan tidak melampaui kemampuan petugas dan peralatan. Dalam
keadaan ini penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan multiple trauma
akan dilayani terlebih dahulu
2. Mass Casualties. Keadaan ini dijumpai jika musibah masal dengan jumlah penderita
dan beratnya luka melampaui kemampuan petugas dan peralatan. Dalam keadaan ini
yang akan dilayani terlebih dahulu adalah penderita dengan kemungkinan hidup
/survival terbesar, serta membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga paling sedikit.

E. Prinsip Triase 
Pada keadaan bencana massal, korban timbul dalam jumlah yang tidak sedikit
dengan resiko cedera dan tingkat survive yang beragam. Pertolongan harus disesuaikan
dengan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya.
Hal tersebut merupakan dasar dalam memilah korban untuk memberikan perioritas
pertolongan. Pada umumnya penilaian korban dalam triage dapat dilakukan dengan :
1. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban
2. Menilai kebutuhan medis
3. Menilai kemungkinan bertahan hidup
4. Menilai bantuan yang memungkinkan
5. Memprioritaskan penanganan definitive
6. Tag Warna
Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap pertolongan harus
dilakukan sesegera mungkin. Setelah melakukan penilaian, korban dikategorikan sesuasi
denagn kondisinya dan diberi tag warna, sebagai berikut:

1. MERAH (Immediate)
Setiap korban dengan kondisi yang mengancam jiwanya dan dapat mematikan dalam
ukuran menit, harus ditangani dengan segera.
2. KUNING (Delay)
Emergency Palliative Care | 6
Setiap korban dengan kondisi cedera berat namun penganannya dapat ditunda.
3. HIJAU (Walking Wounded)
Korban dengan kondisi yang cukup ringan, korban dapat berjalan
4. HITAM (Dead and Dying)
Korban meninggal atau dalam kondisi yang sangat sulit untuk diberi pertolongan.

F. Definisi Palliative Care


Perawatan paliatif (dari bahasa Latin''palliare,''untuk jubah) adalah setiap bentuk
perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada pengurangan keparahan gejala
penyakit, daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya
perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan menyembuhkan. Tujuannya
adalah untuk mencegah dan mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup
orang menghadapi yang serius, penyakit yang kompleks.

Definisi Palliative Care telah mengalami beberapa evolusi. Menurut WHO pada
1990 Palliative Care adalah perawatan total dan aktif dari untuk penderita yang
penyakitnya tidak lagi responsive terhadap pengobatan kuratif. Berdasarkan definisi ini
maka jelas Palliative Care hanya diberikan kepada penderita yang penyakitnya sudah
tidak respossif terhadap pengobatan kuratif. Artinya sudah tidak dapat disembuhkan
dengan upaya kuratif apapun. Tetapi definisi Palliative Care menurut WHO 15 tahun
kemudian sudah sangat berbeda. Definisi Palliative Care yang diberikan oleh WHO pada
tahun 2005 bahwa perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain,
memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai
akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka.

Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Palliative Care diberikan sejak diagnosa
ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau
lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak Palliative Care harus diberikan kepada
penderita itu. Palliative Care tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih
diteruskan dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka.

Emergency Palliative Care | 7


Palliative Care tidak hanya sebatas aspek fisik dari penderita itu yang ditangani, tetapi
juga aspek lain seperti psikologis, sosial dan spiritual.

Titik pusat dari perawatan adalah pasien sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya
penyakit yang dideritanya. Dan perhatian ini tidak dibatasi pada pasien secara individu,
namun diperluas sampai mencakup keluarganya. Untuk itu metode pendekatan yang
terbaik adalah melalui pendekatan terintegrasi dengan mengikutsertakan beberapa profesi
terkait. Dengan demikian, pelayanan pada pasien diberikan secara paripurna, hingga
meliputi segi fisik, mental, social, dan spiritual. Maka timbullah pelayanan palliative care
atau perawatan paliatif yang mencakup pelayanan terintegrasi antara dokter, perawat,
terapis, petugas social-medis, psikolog, rohaniwan, relawan, dan profesi lain yang
diperlukan.

Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan
paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :

1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang


normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Palliative Care adalah untuk
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan
spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.

G. Karakteristik Perawatan Palliatif

Perawatan paliatif sangat luas dan melibatkan tim interdisipliner yang tidak hanya
mencakup dokter dan perawat tetapi mungkin juga ahli gizi, ahli fisioterapi, pekerja

Emergency Palliative Care | 8


sosial, psikolog/psikiater, rohaniwan, dan lainnya yang bekerja secara terkoordinasi dan
melayani sepenuh hati. Perawatan dapat dilakukan secara rawat inap, rawat jalan, rawat
rumah (home care), day care dan respite care. Rawat rumah dilakukan dengan kunjungan
ke rumah pasien, terutama mereka yang tidak dapat pergi ke rumah sakit. Kunjungan
dilakukan oleh tim untuk memantau dan memberikan solusi atas masalah-masalah yang
dialami pasien dan keluarganya, baik masalah medis maupun psikis, sosial, dan spiritual.

Day care adalah menitipkan pasien selama jam kerja jika pendamping atau
keluarga yang merawatnya memiliki keperluan lain (seperti day care pada penitipan
anak). Sedangkan respite care adalah layanan yang bersifat psikologis melalui konseling
dengan psikolog atau psikiater, bersosialisasi dengan penderita kanker lain, mengikuti
terapi musik, dan lain-lain.

Beberapa karakteristik perawat paliatif adalah:

1. Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu


2. Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses yang normal
3. Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian
4. Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam perawatan pasien
5. Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat
6. Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit dan setelah
kematian
7. Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
keluarganya,termasuk konseling masa duka cita, jika diindikasikan
8. Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif memengaruhi
perjalanan penyakit
9. Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjang usia,
seperti kemoterapi atau terapi radiasi, dan mencakup penyelidikan yang
diperlukan untuk lebih memahami dan mengelola komplikasi klinis yang berat

H. Klasifikasi Palliative Care

Palliative care / perawatan (terapi) paliatif terbagi menjadi beberapa macam diantaranya
adalah sebagai berikut:
Emergency Palliative Care | 9
1.  Palliative Care Religius

Agama merupakan hubungan antara manusia dengan tuhan. Terapi religious


sangat penting dalam memberikan palliative care. Kurangnya pemenuhan kehidupan
beragama, menimbulkan masalah pada saat terapi. Pengetahuan dasar dari masing-
masing agama sangat membantu dalam mengembangkan palliative care.

Terkadang palliative care spiritual sering disamakan dengan terapi paliatif


religious. Palliative care spiritual bisa ditujukan kepada pasien yang banyak meyakini
akan adanya Tuhan tanpa mengalami ritual suatu agama dan bisa juga sebagai
terapinreligius dimana selain meyakini ritual agama memiliki tata cara beribadah
dalam suatu agama.

Dalam agama islam perawatan paliatif yang bisa diterapkan adalah :

a. Doa dan dzikir


b. Optimisme
c. Sedekah
d. Shalat Tahajud
e. Puasa

2. Terapi Paliatif Radiasi

Terapi paliatif radiasi merupakan salah satu metode pengobatan dengan menggunakan
radiasi / sinar untuk mematikan sel kanker yang akan membantu pencegahan terhadap
terjadinya kekambuhan. Terapi radiasi dapat diberikan melalui dua cara. Pertama
dengan menggunakan cara radiasi eksterna, dan kedua dengan brakiterapi. Radiasi
eksterna adalah suatu teknik radiasi dimana sumber radiasi berada di luar tubuh pasien.
Radiasi ini menggunakan suatu mesin yang mengeluarkan radiasi yang ditujukan kea
rah sel kanker. Brakiterapi adalah suatu teknik radiasi dimana sumber radiasi diletakkan
di dalam tubuh pasien dekat dengan sel kanker tersebut. Peran radioterapi pada
palliative care terutama adalah untuk mengatasi nyeri, yaitu nyeri yang disebabkan oleh
infiltrasi tumor local.

3.   Terapi Paliatif Kemoterapi


Emergency Palliative Care | 10
Pemakaian kemoterapi pada stadium paliatif adalah untuk memperkecil masa tumor
dan kanker dan untuk mengurangi nyeri, terutama pada tumor yang kemosensitif.
Beberapa jenis kanker yang sensitive terhadap kemoterapi dan mampu menghilangkan
nyeri pada lymphoma. Myeloma, leukemia, dan kanker tentis.Pertimbangan pemakaian
kemoterapi paliatif harus benar-benar dipertimbangkan dengan menilai dan mengkaji
efek positif yang diperoleh dari berbagai aspek untuk kepentingan pasien.

4.  Pembedahan

Tindakan pembedahan pada perawatan paliatif bermanfaat untuk mengurangi nyeri dan
menghilangkan gangguan fungsi organ tubuh akibat desakan massa tumor / metastasis.
Pada umumnya pembedahan yang dilakukan adalah bedah ortopedi / bedah untuk
mengatasi obstruksi visceral. Salah satu contoh tindakan pembedahan pada stadium
paliatif adalah fiksasi interna pada fraktur patologis / fraktur limpeding / tulang
panjang.

5.   Terapi Musik

Alunan musik dapat mempercepat pemulihan penderita stroke, demikian hasil riset
yang dilakukan di Finlandia. Penderita stroke yang rajin mendengarkan music setiap
hari, menurut hasil riset itu ternyata mengalami Peningkatan pada ingatan verbalnya
dan memiliki mood yang lebih baik dari pada penderita yang tidak menikmati musik.
Musik memang telah lama digunakan sebagai salah satu terapi kesehatan, penelitian di
Finlandia yang dimuat dalam Jurnal Brain itu adalah riset pertama yang membuktikan
efeknya pada manusia. Temuan ini adalah bukti pertama bahwa mendengarkan music
pada tahap awal pasca stroke dapat meningkatkan pemulihan daya kognitif dan
mencegah munculnya perasaan negative.

6.  Psikoterapi

Gangguan citra diri yang berkaitan dengan dampak perubahan citra fisik, harga diri
dengan citra fungsi sosial, fungsi fisiologis, dan sebagainya dapat dicegah / dikurangi
dengan melakukan penanganan antisipatorik yang memadai. Tetapi hal ini belum dapat
dilaksanakan secara optimal karena kondisi kerja yang belum memungkinkan.

Emergency Palliative Care | 11


7.  Hipnoterapi

Hipnoterapi merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari manfaat
sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan, dan perilaku. Hipnoterapi bisa
bermanfaat dalam menerapi banyak gangguan psikologis-organis seperti hysteria,
stress, fobia (ketakutan terhadap benda-benda tertentu atau keadaan tertentu), gangguan
kecemasan, depresi, perilaku merokok, dan lain-lain.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di


berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Tujuan Keperawatan gawat
darurat Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada periderita gawat

Emergency Palliative Care | 12


darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalarn masyarakat sebagaimana
mestinya dan menanggulangi korban bencana.
Perawatan palliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan
dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat
dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan / berduka. Palliative care ini bertujuan
mengurangi rasa sakit dan gejala tidak nyaman lainnya, meningkatkan kualitas hidup, dan
memberikan pengaruh positif selama sakit, membantu pasien hidup seaktif mungkin
sampai saat meninggalnya, menjawab kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk
dukungan di saat-saat sedih dan kehilangan, dan membantu keluarga agar tabah selama
pasien sakit serta disaat sedih. Klasifikasi palliative ada beberapa macam yaitu religious,
musik, kemoterapi, hipnoterapi, dan lain-lain.

B. Saran

Kami membuat makalah ini untuk pembelajaran bersama. Adapun tujuan


pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Patient
Safety. Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kami mengambil dari berbagai sumber, jadi
apabila pembaca menemukan kesalahan dan kekurangan, maka kami sarankan untuk
mencari referensi yang lebih baik. Apabila pembaca merasa ada kekurangan dapat
membaca buku yang menjadi referensi secara lengkap. Untuk itu penulis berharap bagi
yang membaca makalah ini bisa memberikan masukanberupa kritik dan saran yang
bersifat membangun tentang Emergency Palliative Care.

Emergency Palliative Care | 13


DAFTAR PUSTAKA

Document. 2014, Emergency Palliative Care, diambil tanggal 6 September 2017, dari
http://www.scribd.com

Document. 2012, Perawatan Palliatif, diambil tanggal 31 Agustus 2017, dari


http://www.slideshare.net/kemenkes

Document. 2011, Materi Keilmuan Keperwatan, diambil tanggal 28 Agustus 2017, dari
https://www.academia.edu
Emergency Palliative Care | 14
Document. 2015, Konsep Triage, diambil tanggal 28 Agustus 2017, dari
hhtp://www.slideshare.net/kemenkes

Emergency Palliative Care | 15

Anda mungkin juga menyukai