Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KESEHATAN REPRODUKSI TERPADU


Matakuliah : Kesehatan Reproduksi (KIA)

Disusun oleh kelompok 3 :


1. Agustiana (22023119)
2. Bayu Ramadani (2202399)
3. Bima Rizki Ananto (2202406)
4. Safana Salsabila Cahyani (2202411)
5. Shifa Nur Aini (2202413)
6. Syahrina Salma Pinanti (2202419)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


STIKes BINA CIPTA HUSADA PURWOKERTO
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian kespro 5
B. Tujuan kespro 5
C. Ruang lingkup kespro 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi merupakan salah satu indikator penting dalam suksesnya
pembangunan kesehatan masyarakat pada suatu Negara (Notoatmodjo, 2011). Kesehatan
reproduksi dikatakan sehat tidak hanya semata-mata karena terbebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi, namun kesehatan
reproduksi dikatakan sehat ketika seseorang dalam keadaan sehat baik secara fisik, mental dan
sosial secara utuh, (Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi,
2014). Tidak hanya itu, International Planned Parenthood Federation (IPPF) juga merumuskan
tentang 12 hak-hak reproduksi salah satunya yaitu hak untuk mendapatkan informasi dan
pendidikan terkait cenderung memiliki kepercayaan yang tinggi kepada teman sebaya yang ada
dilingkungannya.

Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2012), bahwa remaja yang
memiliki pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dikatakan masih kurang dengan
presentase 35,3% remaja putri dan 31,2% remaja laki-laki dengan usia 15-19 tahun mereka
hanya mengetahui bahwa perempuan hanya dengan satu kali berhubungan seksual bisa
mengakibatkan terjadinya kehamilan. Sebanyak 9,9% remaja putri dan sebanyak 10,6% remaja
laki-laki yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS.Menurut Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI, 2019) Provinsi Bali dalam penelitian Global Early
Adolescent Study (GEAS) yang salah satu fokusnya yaitu kesehatan reproduksi remaja
menyatakan bahwa pemahaman remaja di Bali tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas
masih sangat kurang. Hal tersebut dibuktikan dari 5000 siswa yang dilibatkan dalam penelitian
ini didapatkan hasil sebanyak 20% remaja laki-laki menyatakan memiliki teman yang pernah
berciuman dengan pacarnya, 14% mengetahui bahwa temannya sudah pernah petting, 7%
mengetahui temannya sudah melakukan hubungan seksual vaginal dengan pacarnya dan 6%
temannya sudah melakukan hubungan seksual anal. Sebanyak 2,3% remaja di Bali menyatakan
bahwa sudah pernah mengirimkan foto sensualnya kepada orang lain ataupun pacarnya serta
sebanyak 43,6% remaja menjalin hubungan asmara secara sembunyi-sembunyi tanpa

3
sepengetahuan orang tuanya. Data tersebut menunjukkan bahwa perilaku remaja mengarah pada
seks pranikah dan akan berakibat pada permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja. Adapun
upaya untuk flashcard ini sangat efisien untuk digunakan. Kelemahan dari media flashcard ini
yaitu kurang efektif digunakan untuk gambar yang komplek pada kegiatan pembelajaran.

Adapun keunggulan dari media flashcard ini yaitu meningkatkan daya tangkap otak pada
remaja karena pada flashcard ini hanya disajikan gambar dan teks yang nantinya remaja akan
menganalisa isi teks serta gambar yang dimaksud pada flashcard. Dengan media flashcard ini
juga dapat meningkatkan solidaritas dan interaksi antar siswa atau teman sebaya pada saat proses
pembelajaran karena dengan media flashcard ini remaja akan berinteraksi dan saling
memberikan pendapat tentang isi dari flashcard (Indriana, 2011).Berdasarkan pemaparan diatas
maka peneliti tertarik melakukan review terkait “Pengaruh Aplikasi Metode Pembelajaran Peer
education Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi dan Media Flashcard”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “Apakah
ada pengaruh aplikasi metode pembelajaran peer education dengan media flashcard terhadap
tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Literatur review ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi metode

pembelajaran peer education terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi dan penggunaan media flashcard.

Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi metode peer education

b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja.

c. Mengidentifikasi media flashcard.

d. Mengidentifikasi pengaruh aplikasi metode pembelajaran peer education

4
terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Reproduksi


Sebagai tindak lanjut kesepakatan tersebut di Jakarta pada tahun 1996 dan 2003 telah
dilaksanakan Lokakarya Nasional Kesehatan Reproduksi yang mana salah satu hasil dari
lokakarya nasional tersebut adalah sebagai upaya pemenuhan hak-hak reproduksi maka
pelayanan kesehatan reproduksi harus dilaksanakan secara terpadu di tingkat pelayanan dasar
melalui pendekatan siklus hidup atau life cycle approach yang dimulai sejak masa pra hamil,
hamil, bersalin dan nifas, bayi, balita, remaja, dewasa hingga lanjut usia. Kesehatan reproduksi
terpadu pada dasarnya merupakan pelayanan integrative dari program-program dalam ruang
lingkup kesehatan reproduksi yang sudah tersedia di tingkat pelayanan dasar.

Penerapan pelayanan kesehatan reproduksi terpadu (PKRT) dilaksanakan dengan


mengintegrasikan komponen-komponen program dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi
yang meliputi kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja,
pencegahan dan penanggulangan infeksi menular seksual (IMS), dan infeksi saluran reproduksi
(ISR), termasuk HIV-AIDS, kanker dan ostheophorosis pada usia lanjut dan berbagai aspek
kesehatan reproduksi lainnya. Karena luasnya ruang lingkup kesehatan reproduksi maka
menuntut penanganan secara lintas program dan lintas sector serta keterlibatan dari Organisasi
profesi dan masyarakat.

B. Tujuan dari Penguatan PKRT ini adalah:

1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan dalam pelaksanaan Pelayanan


Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) sesuai pedoman/standar pelayanan kesehatan.

2. Mensinergiskan penerapan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) dengan


komponen-komponen program dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi yang meliputi
kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan

5
penanggulangan infeksi menular seksual (IMS), dan infeksi saluran reproduksi (ISR), termasuk
HIV-AIDS, kanker dan osteoporosis pada usia lanjut dan berbagai aspek kesehatan reproduksi
lainnya.

3. Meningkatkan kemampuan Puskesmas melaksanakan Pelayanan Kesehatan Reproduksi


Terpadu (PKRT) sebagai bagian dari upaya Puskesmas yang telah terakreditasi.

C. Ruang lingkup pelayanan kesehatan reproduksi terpadu meliputi komponen:


1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

KIA Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah. Program kesehatan ibu dan anak (KIA) mempunyai kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk
menuju norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan
anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

Tujuan program kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah :1.Meningkatnya kemampuan ibu
baik pengetahuan, sikap dan perilaku dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah 2. Meningkatnya kemampuan
dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah
kesehatan ibu, balita, anak prasekolah terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarga

2) Keluarga Berencana (KB)

Pengertian KB (keluarga berencana) menurut UU No. 10 tahun 1992 (tentang


perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera), adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.

KB merupakan program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara


kebutuhan dan jumlah penduduk. Perlu diketahui, Gerakan Keluarga Berencana Nasional

6
Indonesia telah dianggap masyarakat dunia sebagai program yang berhasil menurunkan angka
kelahiran yang bermakna.

Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan dapat dilakukan dengan penggunaan


alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran. Contohnya seperti pil KB, kondom, spiral,
IUD, dan sebagainya.

Tujuan KB

Pasangan yang menggunakan KB biasanya memiliki tujuan masing-masing. Perlu diketahui,


KB tidak hanya dilakukan untuk menekan jumlah kelahiran bayi. Berikut ini beberapa tujuan
KB:

1. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dengan mengendalikan kelahiran dan


menjamin terkendalinya penduduk.
2. Membentuk keluarga kecil sejahtera, sesuai dengan kondisi ekonomis sebuah keluarga.
3. Meningkat kepedulian masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi.
4. Mencanangkan keluarga kecil dengan hanya dua anak.
5. Mencegah pernikahan di usia dini.
6. Menekan angka kematian ibu dan bayi akibat hamil di usia terlalu muda atau terlalu tua.
7. Menekan jumlah penduduk dan menyeimbangkan jumlah kebutuhan dengan jumlah
penduduk di Indonesia.
8. Meningkatkan kesehatan keluarga berencana dengan mengendalikan kelahiran.

3) Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)

Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat berhubungan
dengan kesehatan reproduksi seseorang. Secara umum terdapat 4 (empat) faktor yang
berhubungan dengan kesehatan reproduksi, yaitu :

1. Faktor Sosial ekonomi, dan demografi. Faktor ini berhubungan dengan kemiskinan, tingkat
pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan mengenai perkembangan seksual dan proses
reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil

7
2. Faktor budaya dan lingkungan, antara lain adalah praktik tradisional yang berdampak buruk
terhadap kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rejeki, dan informasi yang
membingungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan proses reproduksi

3. Faktor psikologis, keretakan orang tua akan memberikan dampak pada kehidupan remaaj,
depresi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal

4. Faktor biologis, antara lain cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi, dan sebagainya

Banyak masalah yang akan timbul akibat mengabaikan kesehatan reproduksi. Masalah -
masalah yang timbul akibat kurangnya pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi yaitu
Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD), aborsi, perkawinan dan pernikahan dini, IMS atau
PMS dan HIV/AIDS (Marmi, 2013). Menurut data PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia) Jawa Tengah tahun 2010, remaja yang berhubungan seksual pra nikah sebanyak 863
orang, hamil pra nikah 452 orang, Infeksi menular seksual 283 orang, masturbasi 337 orang,
aborsi 244 orang. Kasus ini meningkat dari tahun 2009 dimana kasus remaja yang berhubungan
seksual pra nikah 765 orang, hamil pra nikah 367 orang, infeksi menular seksual 275 orang,
masturbasi 322 orang, aborsi 166 orang (PILAR PKBI, 2010)

Data lain menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2016, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta
mencatat jumlah remaja yang melakukan persalinan sebanyak 720 orang. Kemudian, sebanyak
340 kasus dispensasi nikah untuk remaja dengan alasan hamil diluar nikah. Tahun 2018,
angka pernikahan dini di Yogyakarta sekitar 240 kasus, dengan alasan kehamilan tidak
diinginkan (KTD). Sementara itu, sepanjang tahun 2019 terdapat 74 kasus kehamilan tidak
diinginkan (KTD), dengan usia remaja dibawah 18 tahun (Setiawan and Hafil, 2019).

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan angka – angka tersebut adalah
dengan melakukan edukasi edukasi kesehatan mengenai cara perawatan organ reproduksi,
edukasi mengenai perkembangan remaja saat pubertas, edukasi kesehatan mengenai dampak
pornografi, edukasi kesehatan mengenai kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan aborsi,
edukasi kesehatan mengenai HIV/AIDS dan infeksi menular seksual, serta edukasi
kesehatan mengenai pendewasaan usia pernikahan dengan melibatkan peran Pemerintah, orang
tua, dan juga peer group.

8
4) Infeksi Menular Seksual (IMS), Human Immunodeficiency Virus and Acquired Immuno
Deficieny Syndrom(HIV dan AIDS)

Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah kondisi kronis yang berpotensi


mengancam jiwa yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). Dengan merusak
sistem kekebalan Anda, HIV mengganggu kemampuan tubuh Anda untuk melawan infeksi dan
penyakit.

HIV adalah infeksi menular seksual (IMS). Itu juga dapat menyebar melalui kontak
dengan darah yang terinfeksi dan dari penggunaan narkoba suntikan atau jarum suntik yang
digunakan secara bergantian. Itu juga dapat menyebar dari ibu ke anak selama kehamilan,
persalinan atau menyusui. Tanpa pengobatan, mungkin diperlukan waktu bertahun-tahun
sebelum HIV melemahkan sistem kekebalan Anda hingga Anda mengidap AIDS .

Tidak ada obat untuk HIV / AIDS , tetapi pengobatan dapat mengendalikan infeksi dan
mencegah perkembangan penyakit. Perawatan antivirus untuk HIV telah mengurangi kematian
akibat AIDS di seluruh dunia, dan organisasi internasional bekerja untuk meningkatkan
ketersediaan tindakan pencegahan dan pengobatan di negara-negara miskin sumber daya.

Gejala HIV dan AIDS bervariasi, tergantung pada fase infeksi.

a. Infeksi primer (HIV Akut)

Beberapa orang yang terinfeksi HIV mengembangkan penyakit seperti flu dalam waktu 2
sampai 4 minggu setelah virus masuk ke dalam tubuh. Penyakit ini, dikenal sebagai infeksi HIV
primer (akut) , dapat berlangsung selama beberapa minggu.

Tanda dan gejala yang mungkin terjadi meliputi:

1. Demam
2. Sakit kepala
3. Nyeri otot dan nyeri sendi
4. Ruam
5. Sakit tenggorokan dan luka mulut yang menyakitkan
6. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher
7. Diare
8. Penurunan berat badan
9. Batuk
10. Keringat malam
9
Gejala-gejala ini bisa sangat ringan sehingga Anda mungkin tidak menyadarinya. Namun,
jumlah virus dalam aliran darah Anda (viral load) saat ini cukup tinggi. Akibatnya, infeksi
menyebar lebih mudah selama infeksi primer daripada tahap berikutnya.

b. Infeksi laten klinis (HIV kronis)

Pada tahap infeksi ini, HIV masih ada di dalam tubuh dan sel darah putih. Namun,
banyak orang mungkin tidak memiliki gejala atau infeksi selama ini.

Tahap ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun jika Anda menerima terapi
antiretroviral (ART). Beberapa orang mengembangkan penyakit yang lebih parah lebih cepat.

c. Infeksi HIV simtomatik

Saat virus terus berkembang biak dan menghancurkan sel-sel kekebalan Anda – sel-sel dalam
tubuh Anda yang membantu melawan kuman – Anda mungkin mengalami infeksi ringan atau
tanda dan gejala kronis seperti:

1. Demam
2. Kelelahan
3. Pembengkakan kelenjar getah bening — seringkali merupakan salah satu tanda pertama
infeksi HIV
4. Diare
5. Penurunan berat badan
6. Infeksi jamur mulut (sariawan)
7. Cacar ular (herpes zoster)
8. Radang paru-paru
9. Perkembangan menjadi AIDS

Akses ke pengobatan antivirus yang lebih baik telah secara dramatis menurunkan kematian
akibat AIDS di seluruh dunia, bahkan di negara-negara miskin sumber daya. Berkat perawatan
yang menyelamatkan hidup ini, kebanyakan orang dengan HIV di AS saat ini tidak berkembang

10
menjadi AIDS . Tidak diobati, HIV biasanya berubah menjadi AIDS dalam waktu sekitar 8
sampai 10 tahun.

Ketika AIDS terjadi, sistem kekebalan tubuh Anda telah rusak parah. Anda akan lebih
mungkin mengembangkan penyakit yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat. Ini disebut infeksi oportunistik atau kanker
oportunistik.

Tanda dan gejala dari beberapa infeksi ini mungkin termasuk:

1. Berkeringat
2. Panas dingin
3. Demam berulang
4. Diare kronis
5. Pembengkakan kelenjar getah bening
6. Bintik putih yang terus-menerus atau lesi yang tidak biasa di lidah atau di mulut Anda
7. Kelelahan yang terus-menerus dan tidak dapat dijelaskan
8. Kelemahan
9. Penurunan berat badan
10. Ruam kulit atau benjolan

5. Kesehatan reproduksi lanjut usia

Menjaga kesehatan reproduksi pada lansia sangat penting. Sebab, risiko berbagai
penyakit yang menyerang sistem reproduksi tetap bisa terjadi pada usia senja. Misalnya, pada
wanita lanjut usia, menopause dapat menyebabkan peningkatan risiko berbagai penyakit menular
seksual. Sebab, menopause dapat menyebabkan perubahan hormonal alami, yang memicu
penipisan dinding vagina. Akibatnya, vagina jadi lebih kering dan risiko terjadinya luka saat
berhubungan intim meningkat. Hal ini secara tidak langsung dapat meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi.

Hal-Hal yang Perlu Dilakukan

11
Karena menjaga kesehatan reproduksi sangat perlu, berikut ini beberapa hal yang bisa
lansia lakukan:

a. Lakukan Seks yang Aman

Aktivitas seksual tetap dapat lansia lakukan seperti saat muda. Namun, penting untuk
tetap melakukan seks yang aman. Jika memiliki pasangan seks baru atau lebih dari satu, pastikan
pasangan kamu telah bebas dari penyakit menular seksual, atau gunakan kondom.

b. Pertahankan Kebiasaan Sehat

Gaya hidup sehat juga merupakan kunci untuk kesehatan reproduksi yang optimal. Oleh karena
itu, milikilah pola makan sehat, berolahraga secara teratur, dan menghindari terlalu banyak
konsumsi alkohol.

c. Bersihkan Area Intim dari Depan ke Belakang

Sangat penting untuk membersihkan area intim dari depan ke belakang, bukan sebaliknya.
Terutama untuk wanita, bersihkan vagina terlebih dahulu kemudian bergerak ke belakang
menuju anus. Ini akan membantu mencegah bakteri berbahaya yang berada di anus berpindah
dan menginfeksi vagina.

d.. Pilih Celana Dalam Katun dan Tidak Terlalu Ketat

Katun adalah kain yang ramah kulit. Ini membantu kulit mendapat sirkulasi udara dan menyerap
kelembapan dengan cepat. Oleh karena itu, untuk menjaga kesehatan reproduksi lansia, pastikan
untuk memakai celana dalam berbahan katun. Jangan menggunakan sabun kewanitaan Cara
terbaik untuk membersihkannya adalah dengan air bersih saja.

e. Hindari Rokok

Kebiasaan merokok itu berbahaya bagi kesehatan, termasuk juga untuk sistem
reproduksi. Ini dapat memengaruhi fungsi ovarium, rahim, dan area lain dari sistem reproduksi
wanita ataupun pria.

f. Jalani Pemeriksaan Rutin

12
Karena lansia lebih rentan terkena berbagai masalah kesehatan, penting untuk menjalani
pemeriksaan kesehatan rutin. Selain untuk organ vital, penting juga untuk melakukan
pemeriksaan terhadap kesehatan sistem reproduksi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi terpadu pada dasarnya merupakan pelayanan integrative dari
program-program dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi yang sudah tersedia di tingkat
pelayanan dasar. Adapun ruang lingkup Kesehatan reproduksi terpadu :

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


2. Keluarga berencana (KB)
3. Kesehatan reproduksi remaja
4. Infeksi menular seksual (HIV/AIDS)
5. Kesehatan reproduksi lanjut usia

13
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Isni, Khoiriyah, et all. 2020. Upaya Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja di
Kecamatan Jetis, Yogyakarta. Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan. Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian
kepada Masyarakat.

Senja, Andika Oktavian, et all. 2020. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan
Reproduksi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal, Jln Laut
31A Kendal, Jawa Tengah, Jurnal Keperawatan Volume 12 No 1, Hal 85 – 92

14

Anda mungkin juga menyukai