Anda di halaman 1dari 89

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN MASALAH

HALUSINASI PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT


Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

DISUSUN OLEH:
Adyt Prayoga (PO72201201632)
Andre Fitri Santoso (PO72201201634)
Elis Triana (PO72201201639)
Khairiah Isnaini Efendi (PO72201201644)
M. Krisna Ihwandi (PO72201201646)
M. Razali (PO72201201647)
Nur Annisa (PO72201201651)
Ratna Ningsih (PO72201201655)
Regi Suharibar (PO72201201656)
Priska Setiani (PO72201201653)
Windy Putri Suryani (PO72201201664)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
PRODI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. F dengan Masalah
Keperawatan Halusinasi Pendengaran di Ruang Sadewa RS. Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor” ini dilakukan untuk melaksanakan case conference pada tanggal 09
Maret 2023

Laporan ini telah disahkan dan disetujui:


Pembimbing ruangan Kresna Laki-Laki di Rumah Sakit
Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Pembimbing Ruangan I Pembimbing Ruangan II

Wildhani Khairil Anwar, Amd. Kep Yuda Kurniawan AMK


NIP: 19801212200801 1 023 NIP: 198010102007011033

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Rian Yuliana, S. Kep. Ners., MNS


NIP: 19880316 201801 2 001

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga kelompok dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik baiknya, yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Jiwa pada Tn. F dengan Masalah Keperawatan Halusinasi
Pendengaran di Ruang Sadewa RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor”. Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Ajar Keperawatan Jiwa.
Dalam penulisan ini kelompok banyak mengalami kesulitan dan hambatan, namun
berkat bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, perkenankanlah kelompok
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. dr. Fidiansjah, SpKJ. MPH selaku direktur RS. Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor.
2. Bapak Iwan Iskandar SKM., MKM selaku direktur Poltekkes Kemenkes
Tanjungpinang.
3. Bapak Akemat, S. Kep, M. Kes selaku kepala bagian diklit RS. Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor
4. Rian Yuliana, S. Kep. Ners., MNS selaku penanggung jawab Mata Ajar
Keperawatan Jiwa dan Pembimbing Institusi.
5. Bapak Wildhani Khairil, Amd. Kep dan Bapak Yudha Selaku Pembimbing
lahan RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor di Ruang Sadewa.
Kelompok menyadari sepenuhnya atas keterbatasan, kemampuan dan
pengetahuan kelompok, sehingga makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu kelompok mengharapkan saran dan kritik
dari rekan-rekan yang bersifat membangun, sehingga pembuatan makalah ini akan
menjadi lebih baik. Kelompok berharap semoga makalah ini akan menjadi lebih
baik. Kelompok berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kelompok pada khususnya
Bogor, Maret 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
TINJAUAN TEORI .......................................................................................................... 4
A. Asuhan Keperawatan Teori ........................................................................................ 4
B. Konsep Asuhan Keperawatan.................................................................................. 15
BAB III............................................................................................................................. 26
TINJAUAN KASUS........................................................................................................ 26
4.1 Pengkajian ............................................................................................................... 26
4.3 Rencana keperawatan .............................................................................................. 35
4.4 Implementasi dan Evaluasi ..................................................................................... 48
BAB IV ............................................................................................................................. 58
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 58
BAB V .............................................................................................................................. 62
PENUTUP........................................................................................................................ 62
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 62
B. Saran ......................................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 64

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut UU No 18 Tahun 2014, kesehatan jiwa adalah kondisi seorang
individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Orang dengan masalah kejiwaan adalah orang yang mempunyai
masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan, dan perkembangan, dan/atau
kualitas hidup sehingga memiliki resiko mengalami gangguan jiwa. Orang
dengan gangguan jiwa adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran,
perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala
dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan
penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara khas
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment)
di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi
psikologik, perilaku, biologik, dan gangguan itu tidak hanya terletak di dalam
hubungan antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat (Yusuf, 2015).
Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa
yang di tandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi
(penangkapan panca indera). Gangguan jiwa menimbulkan penderitaan dan
stress bagi penderita termasuk keluarganya (Sutejo, 2017).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,
menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun
mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk
berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi dan prevalensi (per mil) rumah
tangga dengan ART gangguan jiwa berat (psikosis) secara nasional sebesar 6,7
per mil. Dengan prevalensi tertinggi di Bali (11,1 per mil). Diikuti DI
Yogyakarta (10,4 per mil), sedangkan yang terendah di Kepulauan Riau (2,8
per mil). Sementara Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu provinsi yang

1
mengalami peningkatan jumlah penderita ganguan jiwa berat, prevalensi
gangguan jiwa berat mengalami kenaikan menjadi 5,0 per mil dari tahun 2013.
Secara umum gangguan jiwa di bagi menjadi dua, yaitu gangguan jiwa
berat dan gangguan jiwa ringan. Gangguan jiwa berat/kelompok piskosis
merupakan gangguan jiwa yang terganggunya kemampuan pasien dalam
menilai realitas atau pemahan terhadap keadaan sakitnya. Menurut hasil
penelitian terakhir tahun 2005, masalah gangguan jiwa berat yang paling sering
dijumpai di rumah sakit jiwa di Indonesia seperti perilaku kekerasan, risiko
perilaku kekerasan, halusinasi, gangguan proses pikir, kerusakan komunikasi
verbal, resiko bunuh diri, isolasi sosial, kerusakan interaksi sosial, defisit
perawatan diri, dan harga diri rendah (Yusuf, 2015).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa
adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien
mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien gangguan jiwa mengalami
perubahan dalam hal orientasi realitas. Salah satu manifestasi yang muncul
adalah halusinasi yang membuat pasien tidak dapat menjalankan pemenuhan
dalam kehidupan sehari-hari.
Pasien dengan masalah halusinasi berbicara dan tertawa sendiri bahkan
sampai menarik diri dari orang lain akibat halusinasinya, apabila tidak segera
di tangani akan mengakibatkan masalah keperawatan lainnya seperti isolasi
sosial dan risiko perilaku kekerasan. Hal inilah yang menunjukan peran
perawat sangat penting yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif terhadap klien. Memberikan intervensi keperawatan yaitu
melatih cara menghardik, minum obat dengan benar, berbincang-bincang
dengan oramg lain, serta melakukan kegiatan positif, dengan harapan tanda dan
gejala halusinasi yang dialami dapat diatasi dan dampak terhadap masalah
keperawatan lainnya dapat dicegah. Berdasarkan latar belakang diatas,
kelompok ingin mengetahui gambaran tentang asuhan keperawatan jiwa pada

2
pasien dengan masalah isolasi sosial di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, maka rumusan masalah ini
adalah bagaimana gambaran Asuhan Keperawatan dengan Masalah halusinasi
di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran Asuhan Keperawatan dengan Masalah
Halusinasi di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
1.3.2 Tujuan khusus
Adapun penulisan tujuan khusus agar penulis mampu dalam hal sebagai
berikut:
1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan jiwa pada pasien dengan
masalah halusinasi di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan jiwa pada pasien dengan
masalah halusinasi di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
3. Mampu menyusun intervensi keperawatan jiwa pada pasien dengan
masalah halusinasi di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
4. Mampu melakukan implementasi rencana keperawatan jiwa pada pasien
dengan masalah halusinasi di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan jiwa pada pasien dengan
masalah halusinasi di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat bagi pasien
Mendapatkan asuhan keperawatan jiwa yang sesuai dengan standar
keperawatan sehingga masalah halusinasi pada pasien dapat teratasi.
1.4.2 Manfaat Bagi Penulis
Sebagai sarana belajar serta menambah wawasan pengetahuan dan
keterampilan dengan pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa
pada pasien halusinasi di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Asuhan Keperawatan Teori
2.1 Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata
Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Halusinasi adalah persepsi sensori yang
salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan Sheila L
Vidheak,( 2001) dalam Darmaja (2014).
Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015) halusinasi adalah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal
(pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Halusinasi adalah persepsi atau
tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal
(Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi
adalah gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu
melalui panca indera tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan
ilusi, dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah
persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi,
stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.
2.2 Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015), faktor-faktor
yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-
kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki kemungkinan

4
mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang
anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang
15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya
skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak
yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal,
khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan
kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat
menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di
rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan
hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan

5
orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja,
kurang ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan,
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus
asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa
punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti
orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kernampuan
sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan pengobatan,
ketidakadekuatan penanganan gejala.
2.3 Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang
berbeda rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005) dalam Yusalia
2015. Ini merupakan persepsi maladaptif. Jika klien yang sehat persepsinya
akurat, mampu mengidentifisikan dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran,
pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut tidak
ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu
hal mengalami kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi
yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang
diterimanya,rentang respon tersebut sebagai berikut:
Respon adaptif Respon maladaptif

- Pikiran logis  Kadang  Waham


 Persepsi akurat  kadang proses  Halusinasi
 Emosi pikir terganggu  Sulit berespons
konsisten (distorsi  Perilaku
dengan pikiran disorganisasi
pengalaman  Ilusi  Isolasi sosial
 Perilaku sesuai  Menarik diri

6
 Hubungan  Reaksi emosi
sosial harmonis >/<
 Perilaku tidak
biasa
2.4 Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang
luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.

7. Halusinasi kinesthetic

7
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
2.5 Tanda Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum
atautertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara,
bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam, asyik dengan
pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit,
kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat
diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden, (1998)
dalam Yusalia (2015).
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.

Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan


cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang luas
dan komplek. Penglihatan dapat
berupa sesuatu yang menyenangkan
/sesuatu yang menakutkan seperti
monster.
Penciuman
Membau bau-bau seperti bau darah,
urine, fases umumnya baubau yang

8
tidak menyenangkan. Halusinasi
penciuman biasanya sering akibat
stroke, tumor, kejang / dernentia.
Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa
darah, urine, fases.
Perabaan
Mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas rasa tersetrum listrik yang datang
dari tanah, benda mati atau orang lain.

Sinestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran


darah divera (arteri), pencernaan
makanan.
Kinestetik
Merasakan pergerakan sementara
berdiri tanpa bergerak

2.6 Fase Halusinasi


Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan
keparahannya Stuart & Sundeen, (2006) dalam Bagus, (2014), membagi fase
halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan
kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin berat fase halusinasi, klien
semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya.
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku pasien
1 2 3
Fase 1 : Comforting- Klien mengalami keadaan Menyeringai atau
ansietas tingkat emosi seperti ansietas, tertawa yang tidak
sedang, secara kesepian, rasa bersalah, dan sesuai, menggerakkan
umum, halusinasi takut serta mencoba untuk bibir tanpa
bersifat berfokus pada penenangan menimbulkan suara,
menyenangkan pikiran untuk mengurangi pergerakan mata yang
ansietas. Individu mengetahui cepat, respon verbal

9
bahwa pikiran dan yang lambat, diam dan
pengalaman sensori yang dipenuhi oleh sesuatu
dialaminya tersebut dapat yang mengasyikkan.
dikendalikan jika ansietasnya
bias diatasi
(Non psikotik)
Fase II: Pengalaman sensori bersifat Peningkatan sistem
Condemning- menjijikkan dan menakutkan, syaraf otonom yang
ansietas tingkat klien mulai lepas kendali danmenunjukkan ansietas,
berat, secara umum, mungkin mencoba untuk seperti peningkatan
halusinasi menjadi menjauhkan dirinya dengan nadi, pernafasan, dan
menjijikkan sumber yang dipersepsikan. tekanan darah;
Klien mungkin merasa malu penyempitan
karena pengalaman kemampuan
sensorinya dan menarik diri konsentrasi, dipenuhi
dari orang lain. dengan pengalaman
(Psikotik ringan) sensori dan kehilangan
kemampuan
membedakan antara
halusinasi dengan
realita.
Fase III: Klien berhenti menghentikan Cenderung mengikuti
Controlling-ansietas perlawanan terhadap petunjuk yang diberikan
tingkat berat, halusinasi dan menyerah pada halusinasinya daripada
pengalaman sensori halusinasi tersebut. Isi menolaknya, kesukaran
menjadi berkuasa halusinasi menjadi menarik, berhubungan dengan
dapat berupa permohonan. orang lain, rentang
Klien mungkin mengalarni perhatian hanya
kesepian jika pengalaman beberapa detik atau
sensori tersebut berakhir. menit, adanya tanda-
(Psikotik) tanda fisik ansietas
berat : berkeringat,
tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku menyerang-
Panik, umumnya mengancam dan menakutkan teror seperti panik,
halusinasi menjadi jika klien tidak mengikuti berpotensi kuat
lebih rumit, melebur perintah. Halusinasi bisa melakukan bunuh diri
dalam halusinasinya berlangsung dalam beberapa atau membunuh orang
jam atau hari jika tidak ada lain, Aktivitas fisik
intervensi terapeutik. yang merefleksikan isi
(Psikotik Berat) halusinasi seperti amuk,

10
agitasi, menarik diri,
atau katatonia, tidak
mampu berespon
terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu
berespon terhadap lebih
dari satu orang.
2.7 Penatalaksanaan Medis
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), tindakan keperawatan
untuk membantu klien mengatasi halusinasinya dimulai dengan membina
hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat
penting dijalin sebelum mengintervensi klien lebih lanjut. Pertama-tama klien
harus difasilitasi untuk merasa nyaman menceritakan pengalaman aneh
halusinasinya agar informasi tentang halusinasi yang dialami oleh klien dapat
diceritakan secara konprehensif. Untuk itu perawat harus memperkenalkan
diri, membuat kontrak asuhan dengan klien bahwa keberadaan perawat adalah
betul-betul untuk membantu klien. Perawat juga harus sabar, memperlihatkan
penerimaan yang tulus, dan aktif mendengar ungkapan klien saat menceritakan
halusinasinya. Hindarkan menyalahkan klien atau menertawakan klien
walaupun pengalaman halusinasi yang diceritakan aneh dan menggelikan bagi
perawat. Perawat harus bisa mengendalikan diri agar tetap terapeutik.
Setelah hubungan saling percaya terjalin, intervensi keperawatan
selanjutnya adalah membantu klien mengenali halusinasinya (tentang isi
halusinasi, waktu, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi, dan perasaan klien saat halusinasi muncul). Setelah
klien menyadari bahwa halusinasi yang dialaminya adalah masalah yang harus
diatasi, maka selanjutnya klien perlu dilatih bagaimana cara yang bisa
dilakukan dan terbukti efektif mengatasi halusinasi. Proses ini dimulai dengan
mengkaji pengalaman klien mengatasi halusinasi. Bila ada beberapa usaha
yang klien lakukan untuk mengatasi halusinasi, perawat perlu mendiskusikan
efektifitas cara tersebut. Apabila cara tersebut efektif, bisa diterapkan,
sementara jika cara yang dilakukan tidak efektif perawat dapat membantu
dengan cara-cara baru. Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada

11
beberapa cara yang bisa dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi,
meliputi :
1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien
harus berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga.
Klien dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau lihat”.
Ini dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat. Bantu
pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan
pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik
halusinasi:
2. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin). Untuk
itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat mengatasi
halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat secara tepat sehingga
tujuan pengobatan tercapai secara optimal. Pendidikan kesehatan dapat
dilakukan dengan materi yang benar dalam pemberian obat agar klien
patuh untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan
klien yang mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal
ini penting dilakukan dengan dua alasan. Pertama keluarga adalah sistem
di mana klien berasal. Pengaruh sikap keluarga akan sangat menentukan
kesehatan jiwa klien. Klien mungkin sudah mampu mengatasi
masalahnya, tetapi jika tidak didukung secara kuat, klien bisa mengalami
kegagalan, dan halusinasi bisa kambuh lagi. Alasan kedua, halusinasi
sebagai salah satu gejala psikosis bisa berlangsung lama (kronis),
sekalipun klien pulang ke rumah, mungkin masih mengalarni halusinasi.
Dengan mendidik keluarga tentang cara penanganan halusinasi,
diharapkan keluarga dapat menjadi terapis begitu klien kembali ke rumah.
Latih pasien menggunakan obat secara teratur:
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange

12
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala –
gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, manik
depresi, gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil.
Cara pemberian:
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan
intramuskuler. Dosis permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti
peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg perhari. Dosis ini
dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan satu
kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila gejala
psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan – lahan
sampai 600 – 900 mg perhari.
Kontra indikasi:
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma,
keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang
hipersensitif terhadap derifat fenothiazine.
Efek samping:
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi orthostatik,
mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore pada wanita,
hiperpireksia atau hipopireksia, gejala ekstrapiramida. Intoksikasinya
untuk penderita non psikosa dengan dosis yang tinggi menyebabkan
gejala penurunan kesadaran karena depresi susunan syaraf pusat,
hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan perubahan gambaran
irama EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali menimbulkan
intoksikasi.

b. Haloperidol ( Haldol, Serenace ), Warna : Putih besar


Indikasi:

13
Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la tourette
pada anak – anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku yang
berat pada anak – anak.
Cara pemberian:
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi 6 – 15
mg untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -5 mg
intramuskuler setiap 1 – 8 jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi:
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit parkinson,
hipersensitif terhadap haloperidol.
Efek samping:
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah, gejala
ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. Efek samping yang jarang
adalah nausea, diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala
gangguan otonomik. Efek samping yang sangat jarang yaitu alergi,
reaksi hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien memakai dalam
dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot atau
kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan.
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
Cara pemberian:
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah (12,5 mg)
diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis ditingkatkan
25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg setiap kali
suntikan, tergantung dari respon klien. Bila pemberian melebihi 50 mg
sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan – lahan.

Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif terhadap
fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap phenotiazine.

14
Intoksikasi biasanya terjadi gejala – gejala sesuai dengan efek samping
yang hebat. Pengobatan over dosis ; hentikan obat berikan terapi
simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan levarteronol hindari
menggunakan ephineprine ISO, (2008) dalam Pambayun (2015).
3. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya.
Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat
memvalidasi persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami
peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan dengan orang lain. Dua
hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap stimulus internal
yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien mengontrol halusinasi
dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain:
4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian. Kebanyakan
halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak dimanfaatkan
dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan halusinasinya. Untuk
itu, klien perlu dilatih menyusun rencana kegiatan dari pagi sejak bangun
pagi sampai malam menjelang tidur dengan kegiatan yang bermanfaat.
Perawat harus selalu memonitor pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga
klien betul-betul tidak ada waktu lagi untuk melamun tak terarah. Latih
pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga, yaitu melaksanakan
aktivitas terjadwal:
B. Konsep Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
Adapun konsep asuhan keperawatan harga diri rendah menurut Keliat
(2015), adalah sebagai berikut :

1. Identitas
a) Perawat melakukan perkenalan dan kontrak waktu dengan pasien tentang
nama perawat, nama pasien, waktu, tujuan, tempat pertemuandan topik
yang akan dibicarakan.

15
b) No. Rekam Medik dan usia berserta tempat tanggal lahir. Identitas klien
2. Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan pada keluarga/pasien apa penyebab pasien masuk ke rumah
sakit, tanyakan pada keluarga/paseien tentang riwayat gangguan jiwa dan
pernahkah mengalami pristiwa traumatik.
3. Psikologis
Kaji lingkungan, keluarga dan orang terdekat klien yang bisa
mempengaruhi psikologis klien.
4. Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
5. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan TTV yang hasil tekanan darah, nadi dan nafas
akan meningkat saat pasien menunjukkan tanda dan gejala dari segi objektif
maupun subjektif.
6. Aspek psikososial
a. Genogram
Genogram merupakan gambaran akan silsilah atau garis keturunan
keluarga pasien. Genogram dapat dijadikan acuan untuk melihat apakah
dari anggota keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa sama seperti
yang diderita atau dialami pasien.
b. Konsep diri
1) Citra tubuh: Citra tubuh berhubung dengan ada atau tidaknya
keluhan mengenai persepsi pasien terhadap tubuhnya, contohnya
bagian tubuh yang disukai maupun yang tidak disukai.
2) Identitas diri: Kesadaran diri yang dapat diperoleh individu melalui
observasi dan evaluasi diri, kepuasan klien sebagai laki-laki /
perempuan.
3) Peran: Tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
tersebut.

16
4) Ideal diri: Harapan orang yang diinginkan atau sejumlah aspirasi,
citacita, nilai nilai yang ingin dicapai
5) Harga diri: Hubungan dengan orang lain, penilaian dan penghargaan
mereka terhadap dirinya, dan biasanya pengungkapan kekecewaan
terhadapnya.
6) Hubungan sosial: Hubungan klien dengan lingkungan sekitar
terutama hubungan sosialisasi klien dengan orang-orang terdekat
klien
7) Spiritual: Keyakinan pasien akan agama yang dianutnya dengan
melakukan ibadah sesuai dengan agamanya
7. Mekanisme koping
Mekanisme koping dapat diketahui dengan melakukan wawancara ke orang
terdekat pasien seperti keluarga atau kerabat pasien agar didapatkan cara mengatasi
atau mengendalikan diri pasien ketika menghadapi masalah.
3.2 Pohon Masalah

RISIKO PERILAKU KEKERASAN

GANGGUAN SENSORI PRESEPSI :


HALUSINASI PENDENGARAN

ISOLASI SOSIAL
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah yaitu:

1) Risiko Perilaku Kekerasan


2) Perubahan Sensori Presepsi: Halusinasi Pendengaran
3) Isolasi Sosial

17
3.4 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA
DX KEPERAWATAN PERENCANAAN
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Halusinasi TUM: Klien dapat mengontrol Setelah jam ... klien dapat menunjukan :  Bina hubungan saling percaya
pendengaran halusinasi ekspresi wajah bersahabat, menunjukan dengan prinsip terapeutik
TUK: rasa senang, ada kontak mata, mau  Sapa klien dengan ramah
 Klien dapat membina berjabat tangan, mau menjawab salam,
mau menyebut nama, mau berdampingan  Tanyakan nama lengkap klien,
hubungan saling percaya
dengan perawat, mau mengutarakan dan nama panggilan yang
masalah yang dihadapi disukai klien.
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji

 Klien dapat mengenali Setelah ... kali interaksi klien  Kaji pengetahuan klien tentang
halusinasinya menyebutkan: perilaku isolasi sosial dan
 Waktu, isi dan frekuensi tanda-tandanya
timbulnya halusinasi, dan dapat  Adakan kontak singkat dan
mengungkapkan perasaan sering secara bertahap
terhadap halusinasinya  Obsarvasi perilaku verbal dan
nonverbal yang berhubungan
dengan halusinasinya

18
 Terima halusinasi sebagai hal
nyata bagi klien dan tindak
nyata bagi perawat
 Identifikasi bersama klien
tentang waktu munculnya
halusinasi, isi halusinasi dan
frekuensi timbulnya halusinasi.
 Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaannya
ketika halusinasinya muncul

 Klien dapat mengontrol Setelah ... kali interaksi klien  Identifikasi bersama klien
halusinasinya menyebutkan tindakan yang biasanya tindakan yang bisa dilakukan
dilakukan untuk mengendalikan jika halusinasinya muncul
halusinasi, dapat memilih cara
mengendalikan halusinainya  Beri pujian dan penguatan
terhadap tindakan yang positif.
 Bersama klien merencanakan
kegiatan untuk mencegah
terjadinya halusinasi
 Diskusikan cara mencegah
timlbulnya halusinasi dan
mengontrol halusinasi

19
 Dorong klien untuk memilih
cara yang digunakan dalam
menghadapi halusinasi
 Beri pujian dan penguatan
terhadap pilihan yang benar
 Diskusikan bersama klien hasil
upaya yang telah dilakukan

 Klien mendapat Setelah ... kali interaksi keluarga dapat 1. Bina hubungan saling percaya
dukungan dari keluarga saling percaya dengan perawat, dapat dengan keluarga ( ucapkan salam,
atau memanfaatkan menjelaskan perasaannya, dapat perkenalan diri, sampai tujuan, buuat
menjelaskan cara merawat klien kontrak dan eksplorasi perasaan.
sistem mendukung untuk
halusinasinya, dapat mendemostrasikan Diskusikan dengan anggota keluarga
mengendalikan cara perawatan klien halusinasi dirumah, tentang:
halusinasinya dapat berpartisipasi dalam perawatan  Perilaku halusinasi
klien halusinasi  Akibat yang akan terjadi jika
perilaku halusinasi tidak
ditanggapi
 Cara keluarga menghadapi
klien halusinasi
 Dorong anggota keluarga
untuk memberikan dukungan
kepada klien untuk mengontrol
halusinasinya

20
2. Anjurkan anggota keluarga secara
rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal satu minggu sekali
3. Berikan reinforcement positif atau
pujian atas hal-hal yang telah dicapai
keluarga

 Klien dapat Setelah... kali interaksi klien dapat  Diskusikan dengan klien
memanfaatkan obat menyebutkan manfaat, dosis, dan efek tentang dosis, frekuensi serta
dengan baik samping obat, dapat mendemostrasikan manfaat minum obat
penggunaan obat dengan benar,
mendapat informasi tentang efek samping  Anjurkan klien minta sendiri
obat obat dan akibat berhenti minum obat dengan perawat dan
obat, dapat menyebutkan prinsip 5 benar merasakan manfaatnya.
penggunaan obat  Anjurkan klien bicara dengan
dokter tentang manfaat dan
efek samping obat.
 Diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter.
 Berikan reinforcement positif
atau pujian.

21
3.5 Implementasi Keperawatan
Setelah seorang perawat melakukan tindakan keperawata yang telah diimplementasikan,
perawat perlu memvalidasikan apakah rencana yang ditetapkan masih sesuai dengan kondisi
pasien saat ini. Perawat juga perlu mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai kemampuan
initerpersonal, intelektual, dan teknik sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Setelah
tidak ada hambatan lagi, maka tindakan keperawatan bisa diimplementasikan lagi.

Saat memulai untuk implementasi tindakan keperawatan, perawat harus membuat kontrak
dengan pasien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta pasien yang
diharapkan. Kemudian penting untuk diperhatikan terkait dengan standar tindakan yang telah
ditentukan dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang telah dilaksanakan (Yusuf,2015.)

Untuk memudahkan pelaksanaan tindakan keperawatan, maka perawat perlu membuat


strategi pelaksanaan tindakan untuk klien dan keluarganya seperti berikut (strategi pelaksanaaan
tindakan dengan menggunakan komunikasi terapautik).

a) Tindakan keperawatan pada klien


SP 1
1. Mengidentifikasikan jenis halusinasi klien
2. Mengidentifikasikan isi halusinasi klien
3. Mengidentifikasikan waktu halusinasi klien
4. Mengidentifikasikan frekuensi halusinasi klien
5. Mengidentifikasikan situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasikan respon klien terhadap halusinasi
7. Menganjurkan klien menghardik halusiasi
8. Menganjurkan klien memasukan jadwal kegiatan harian

SP 2

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan klien


2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

23
SP 3

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien


2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
3. Menganjurkan klien memasukan jadwal kegiatan harian klien

SP 4

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien


2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegitan (kegiatan yang bisa
dilakukan klien)
3. Mengajukan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
b) Tindakan keperawatan keluarga
SP 1
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, jenis halusinasi serta proses terjadinya
halusinasi
3. Menjelaskan cara merawat klien dengan halusinasi
SP 2
1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan halusinasi
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien halusinasi
SP 3
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah (discharge planning)
2. Menjelaskan followup klien setelah pulang

24
3.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dengan fokus pada perubahan perilaku klien setelah diberikan tindakan
keperawatan. Keluarga juge perlu di evaluasi karena merupakan sistem pendukung yang penting.
Apakah klien dapat mengenal halusinasinya, yaitu halusinasi, situasi, waktu dan frekuensi
munculnya halusinasi. Apakah klien dapat mengungkapkan perasaannya ketika halusinasinya
muncul

a) Apakah klien dapat mengontrol halusinasinya dengan menggunakan empat cara biru, yaitu
menghardik, menemui orang lain dengan bercakap-cakap, melaksanakan aktivitas yang
terjadwal dan patuh minum obat
b) Apakah klien dapat mengungkapkan perasaannya mempraktikkan empat cara mengontrol
halusinasi
c) Apakah klien dapat memberdayakan sistem pendukungnya atau keluarganya untuk
mengontrol halusinasinya
d) Apakah klien dapat mematuhi minum obat.

25
BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

4.1 Pengkajian
Ruang Rawat: Sadewa Tanggal Dirawat: 24-02-2023
1. IDENTITAS KLIEN
Inisial: Tn. F (L/P) Tanggal pengkajian: 01-03-2023
Umur: 28 Tahun No RM : 401xxx
Informan: Klien/Pasien
2. ALASAN MASUK
Pasien mengatakan saat dirumah banyak merasa kesal ketika dinasehati dan selalu
mendengarkan suara-suara tanpa wujud, dan dibawa kerumah sakit oleh yayasan. Pasien
sakit sejak 2 tahun yang lalu, pasien tinggal di panti welas asih 2 minggu. Alasan masuk
suka berbicara sendiri, jalan jalan, susah tidur, mendengar bisikan, CM faktor herediter
suicide tidak ada napza dan alkohol disangkal.
3. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Pasien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa sejak 2 tahun yang lalu dan
tinggal dipanti welas asih, lalu dibawa ke rumah sakit RSJ Marzoeki Mahdi pada
tanggal 24 Februari 2023.
2. Pengobatan sebelumnya?
Pasien mengatakan pada pengobatan kurang berhasil pada saat pasien berada di panti
welas asih.
3. Riwayat Trauma
a. Aniaya fisik
Klien mengatakan pernah melakukan penganiayaan fisik kepada orang lain tetapi
saat sedang marah saja.
b. Aniaya seksual
Klien mengatakan tidak pernah menjadi pelaku, korban, maupun saksi yang
mengalami aniaya seksual.

26
c. Penolakan
Klien tidak pernah menolak untuk dirawat dan klien tidak menolak untuk minum
obat.
d. Kekerasan dalam keluarga
Klien mengatakan tidak pernah melakukan atau korban kekerasan dalam keluarga.
e. Tindakan kriminal
Klien mengatakan tidak pernah menjadi pelaku, korban dan saksi dalam tindakan
kriminal.
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga mengalami gangguan jiwa
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan hal yang tidak menyenang yaitu ketika ia dimarahi oleh keluarga
saat dirumah.
Masalah keperawatan:
4. FISIK
 Tanda-tanda vital:
TD: 120/70 MmHg
N: 81x/menit
S: 36,6°C
 Ukur:
BB: 61kg
TD: 165cm

Keluhan Fisik: Tidak Ada

27
5. PSIKOSOSIAL
1. Genogram:

Keterangan:
: Meninggal : Laki-laki : Serumah
: Pasien : Perempuan
2. Konsep diri
a. Gambar diri
Pasien mengatakan percaya diri dan ia selalu bersyukur terhadap yang ada pada
dirinya
b. Identitas
Klien mengatakan Namanya Tn. F, umur 28 tahun, klien mengatakan berjenis
kelamin laki-laki dan dapat dilihat dari penampilan seperti laki-laki.
c. Peran
Pasien mengatakan ia anak ke dua dari 2 bersaudara dan sering menolong serta
bersih bersih dirumah
d. Ideal diri
Pasien mengatakan berharap penyakit cepat sembuh dan segara pulang
e. Harga diri
Klien mengatakan percaya diri dan klien mengetahui bahwa ia sedang berada di
RSJ Marzoeki Mahdi Bogor.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

28
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang paling berarti bagi dirinya yaitu kedua orang tuanya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Pasien mengatakan sering mengikuti gotong royong dikampungnya dan selama
dirumah sakit ia aktif dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok, klien terlihat sering
berbicara sendiri, jarang mengobrol atau berinteraksi dengan orang lain, sering
melamun dan suka menyendiri
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan tidak bisa memulai percakapan terlebih dahulu dengan orang
lain.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan penyakitnya merupakan gangguan makhluk halus
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan selalu beribadah sholat dirumah dan dirumah sakit
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
6. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien rapi dan sesuai, memakai baju dan celana dengan sesuai, rambut bersih, terdapat
janggot dan kumis.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Klien mengatakan pada saat berinteraksi klien cukup kooperatif, mampu menjawab
pertanyaan, namun saat berbicara pasien merespon dengan lambat, kontak mata ada namun
tidak bertahan lama, tidak mampu memulai pembicaraan, terlihat jarang berinteraksi
dengan orang lain dan suara lambat.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial

29
3. Aktivitas motorik
Klien terlihat sering berbicara sendiri, jarang mengobrol atau berinteraksi dengan orang
lain, sering melamun dan suka menyendiri
Masalah keperawatan: Halusinasi
4. Alam perasaan
Klien mengatakan merasa khawatir karena takut akan penyakitnya kambuh lagi.
Masalah keperawatan: Halusinasi
5. Afek
Afek pasien datar, mata pasien tampak kemerahan
Masalah keperawatan: Isolasi Sosial, Resiko Perilaku Kekerasan
6. Intraksi selama wawancara
Pada saat berinteraksi klien kooperatif, ada kontak lama namun tidak bertahan lama dan
klien berbicara sedikit pelan.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
7. Persepsi
Klien mengatakan suka mendengar suara yang tidak ada wujudnya yang mengajaknya
untuk tidak beribadah dan mengatakan hal-hal yang negatif sehingga membuat pasien kesal
dan marah. Pasien mengatakan ada suara yang mengatakan hal-hal positif dan negatif.
Masalah keperawatan: Halusinasi pendengaran, Resiko Perilaku Kekerasan
8. Proses pikir
Pada saat berinteraksi tidak ada masalah dalam proses berfikir, pasien sangat kooperatif,
dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi pikir
Klien tidak mengalami gangguan isi pikir, selama interaksi tidak ada wahan yang
tergambar dari pasien, tidak ada pikiran manic.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

10. Tingkat kesadaran

30
Klien tidak mengalami disorientasi dibuktikan dengan klien mengatakan saat ini berada
diruangan Sadewa, klien mampu mengenal perawat dan beberapa teman.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat dibuktikan dengan klien mampu mengingat
kejadian yang tidak menyenangkan di masa lalu, klien mengenal perawat yang
merawatnya, dan klien juga mampu menyebutkan kegiatan yang baru saja dilakukan.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat, konsentrasi dan berhitung
Saat diberikan pertanyaan klien mampu menjawab dengan konsentrasi, klien mampu
berhitung secara sederhana, dan klien mengerti
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Tidak ada masalah dalam kemampuan penilaian klien mampu memberikan penjelasan
yang sederhana seperti habis makan harus mencuci tangan supaya bersih dan terhindar dari
kuman dan penyakit. Pasien mampu memberikan keputusan dengan apa yang ada didepan
matanya tanpa mikir panjang.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
14. Daya titik diri
Klien menyadari saat ini mengalami gangguan jiwa dan saat ini sedang menjalankan
perawatan di RSJMM
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
7. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Klien mau makan dengan frekuensi 3x sehari. Komposisi makan terdiri dari sayuran, lauk
dan nasi, klien makan dengan cara dikunyah, klien mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan.
2. BAB/BAK
Klieb mengatakan setelah BAB/BAK toiletnya disiran dengan bersih dan membersihkan
diri dengan sabun, kemudian menggunakan celama.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

31
3. Mandi
Klien mengatakanb 2x/hari, mandi dilakukan secara mandiri, mandi menggunakan sabun,
keramas menggunakan shampoo, dan membersihkan gigi dengan pasta gigi dan sikat gigi.
4. Berpakaian/berhias
Klien mengatakan mampu berganti pakaian secara mandiri, pakaian rapih dan sesuai,
berganti pakaian 1x sehari. Jenggot dan kumis pasien tampak panjang.

5. Istirahat dan tidur


Klien mengatakan sering mendengar suara-suara tanpa wujud diwaktu siang dan malam
saat ingin tidur, klien bangun tidur jam 05.00 subuh, tidur siang klien pukul 13.00 s/d 15.00,
dan tidur malam pukul 19.00 s/d 05.00 dengan kegiatan sebelum tidur untuk berdoa.
Masalah Keperawatan: Halusinasi Pendengaran
6. Penggunaan obat
Klien mengatakan Ketika minum obat menggunakan obat dengan cara 5 benar, klien
meminum obat 3x sehari dan diminum setelah makan.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan RS maupun puskesmas untuk penatalaksanaan obat/proses
penyembuhan. Selama di RS pemberian obat dilakukan oleh perawat.
8. MEKANISME KOPING
Klien mengatakan selalu menyendiri dikamar saat mendengar suara-suara, klien suka
menyendiri, tidak mau keluar kamar, dan menghindari bercakap-cakap.
Masalah keperawatan: Koping individu tidak efektif
9. MASALAH PISIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Klien mengatakan memiliki masalah psikososial dibuktikan dengan klien suka menyendiri
dan berdiam diri dikamar, klien menghindari bercakap-cakap.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
10. PENGETAHUAN KURANG
Klien mengetahui penyakitnya sekarang, dan mengatakan kurang pengetahuan tentang
penyakit yang dialaminya.
11. ASPEK MEDIK
Diagnosa medik: Skizofrenia
Terapi medik: SP dan obat-obatan (Haloperidol 2x1 5mg, THP 2x1 2mg, CPZ 3x1 50mg)

32
No Data Masalah
1 DS: Halusinasi pendengaran
 Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara
tanpa wujud diwaktu siang dan malam saat ingin
tidur
 Pasien mengatakan ada suara yang mengatakan hal-
hal positif dan negatif
 Klien mengatakan suka mendengar suara yang tidak
ada wujudnya yang mengajaknya untuk tidak
beribadah dan mengatakan hal-hal yang negatif
sehingga membuat pasien kesal dan marah.
DO:
 Klien terlihat sering berbicara sendiri, jarang
mengobrol atau berinteraksi dengan orang lain,
sering melamun dan suka menyendiri
 Pasien tampak berbicara sendiri
 Pasien tampak gelisah
2 DS: Resiko perilaku kekerasan
 Klien mengatakan suka mendengar suara yang tidak
ada wujudnya yang mengajaknya untuk tidak
beribadah dan mengatakan hal-hal yang negatif
sehingga membuat pasien kesal dan marah.
DO:
 Pasien tampak menggenggam tangan, mata pasien
tampak memerah
3 DS: Isolasi Sosial
 Klien mengatakan pada saat berinteraksi klien cukup
kooperatif
 Pasien mengatakan tidak bisa memulai percakapan
terlebih dahulu dengan orang lain.
DO:

33
 Mampu menjawab pertanyaan, namun saat berbicara
pasien merespon dengan lambat
 Kontak mata ada namun tidak bertahan lama
 Tidak mampu memulai pembicaraan
 Terlihat jarang berinteraksi dengan orang lain dan
suara lambat

Masalah keperawatan
a) Halusinasi pendengaran
b) Resiko perilaku kekerasan
c) Isolasi Sosial

POHON MASALAH

Risiko Perilaku Kekerasan

Perubahan Sensori Presepsi:


Halusinasi Pendengaran

4.2 Diagnosa keperawatan Isolasi Sosial

a) Perubahan sensori presepsi: Halusinasi Pendengaran


b) Risiko Perilaku Kekerasan
c) Isolasi Sosial

34
4.3 Rencana keperawatan
NO DIAGNOSA PERENCANAAN
DX KEPERAWATAN
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
1 Halusinasi TUM: Klien dapat mengontrol Setelah jam ... klien dapat  Bina hubungan saling
Pendengaran halusinasi menunjukan: ekspresi wajah percaya dengan prinsip
TUK: bersahabat, menunjukan rasa terapeutik
Klien dapat membina senang, ada kontak mata, mau  Sapa klien dengan ramah
hubungan saling percaya berjabat tangan, mau menjawab  Tanyakan nama lengkap
salam, mau menyebut nama, mau klien, dan nama
berdampingan dengan perawat, mau panggilan yang disukai
mengutarakan masalah yang klien.
dihadapi  Jelaskan tujuan
pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Klien dapat mengenali Setelah ... kali interaksi klien  Kaji pengetahuan klien
halusinasinya menyebutkan: tentang perilaku isolasi
 Waktu, isi dan frekuensi sosial dan tanda-tandanya
timbulnya halusinasi, dan dapat  Adakan kontak singkat
mengungkapkan perasaan dan sering secara
terhadap halusinasinya bertahap
 Obsarvasi perilaku verbal
dan nonverbal yang
berhubungan dengan
halusinasinya
 Terima halusinasi
sebagai hal nyata bagi
klien dan tindak nyata
bagi perawat
 Identifikasi bersama
klien tentang waktu
munculnya halusinasi, isi

35
halusinasi dan frekuensi
timbulnya halusinasi.
 Dorong klien untuk
mengungkapkan
perasaannya ketika
halusinasinya muncul

 Klien dapat mengontrol Setelah ... kali interaksi klien  Identifikasi bersama
halusinasinya menyebutkan tindakan yang klien tindakan yang bisa
biasanya dilakukan untuk dilakukan jika
mengendalikan halusinasi, dapat halusinasinya muncul
memilih cara mengendalikan  Beri pujian dan
halusinainya penguatan terhadap
tindakan yang positif.
 Bersama klien
merencanakan kegiatan
untuk mencegah
terjadinya halusinasi
 Diskusikan cara
mencegah timlbulnya
halusinasi dan
mengontrol halusinasi
 Dorong klien untuk
memilih cara yang
digunakan dalam
menghadapi halusinasi
 Beri pujian dan
penguatan terhadap
pilihan yang benar
 Diskusikan bersama klien
hasil upaya yang telah
dilakukan

36
 Klien mendapat dukungan Setelah ... kali interaksi keluarga 1. Bina hubungan saling
dari keluarga atau dapat saling percaya dengan percaya dengan keluarga
memanfaatkan sistem perawat, dapat menjelaskan ucapkan salam, perkenalan
mendukung untuk perasaannya, dapat menjelaskan diri, sampai tujuan, buuat
mengendalikan cara merawat klien halusinasinya, kontrak dan eksplorasi
halusinasinya dapat mendemostrasikan cara perasaan. Diskusikan dengan
perawatan klien halusinasi dirumah, anggota keluarga tentang:
dapat berpartisipasi dalam  Perilaku halusinasi
perawatan klien halusinasi  Akibat yang akan terjadi
jika perilaku halusinasi
tidak ditanggapi
 Cara keluarga
menghadapi klien
halusinasi
 Dorong anggota keluarga
untuk memberikan
dukungan kepada klien
untuk mengontrol
halusinasinya
2. Anjurkan anggota keluarga
secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal
satu minggu sekali
3. Berikan reinforcement
positif atau pujian atas hal-
hal yang telah dicapai
keluarga

 Klien dapat memanfaatkan Setelah... kali interaksi klien dapat  Diskusikan dengan klien
obat dengan baik menyebutkan manfaat, dosis, dan tentang dosis, frekuensi
efek samping obat, dapat serta manfaat minum
mendemostrasikan penggunaan obat obat
dengan benar, mendapat informasi

37
tentang efek samping obat obat dan  Anjurkan klien minta
akibat berhenti minum obat, dapat sendiri obat dengan
menyebutkan prinsip 5 benar perawat dan merasakan
penggunaan obat manfaatnya.
 Anjurkan klien bicara
dengan dokter tentang
manfaat dan efek
samping obat.
 Diskusikan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi dengan
dokter.
 Berikan reinforcement
positif atau pujian.

38
2 Isolasi sosial TUM : Setelah 5x interaksi, klien 1. Bina hubungan saling percaya
 Klien dapat menunjukan tanda-tanda dengan menggunakan prinsip
berinteraksi dengan percaya kepada perawat : komunikasi terapeutik :
orang lain a. Eskpresi wajah cerah,  Mengucapkan salam terapeutik.
TUK 1: tersenyum Sapa klien dengan rama, baik
 Klien dapat membina b. Mau berkenalan verbal ataupun non verbal
hubungan saling c. Ada kontak mata  Berjabat tangan dengan klien
percaya d. Bersedia menceritakan  Perkenalkan diri dengan sopan
perasaan  Tanyakan nama lengkap klien dan
e. Bersedia mengungkapkan panggilan yang disukai klien
masalah  Jelaskan tujuan pertemuan
 Membuat kontrak topik, waktu,
dan tempat setiap kali bertemu
klien
 Tunjukan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
 Beri perhatian kepada klien dan
perhatian kebutuhan dasar klien
TUK 2: Kriteria evaluasi : Tanyakan pada klien tentang:
 Klien dapat  Orang yang tinggal serumah atau
menyebutkan penyebab 1. Klien dapat menyebutkan sekamar dengan klien
isolasi sosial. minimal satu penyebab isolasi  Orang yang paling dekat dengan
sosial. Penyebab munculnnya klien dirumah atau ruang
isolasi sosial dari diri perawatan
sendiri,orang lain, atau  Hal apa yang membuat klien dekat
lingkungan dengan orang tersebut
 Orang yang tidak dekat dekat
dengan klien. Baik dirumah atau di
ruang perawatan
 Apa yang membuat klien tidak
dekat dengan orang tersebut

39
 Upaya yang sudah dilakukan agar
dekat dengan orang lain
TUK 3: Kriteria evaluasi: Tanyakan kepada klien tentang:
Klien mampu menyebutkan 1. Klien dapat berbicara  Manfaat berinteraksi
keuntungan berhubungan tentang manfaat  Kerugian tidak berinteraksi
sosial dan kekurangan dari berinteraksi, seperti: 1. Diskusikan bersama klien tentang
isolasi sosial a. Banyak teman manfaat berinteraksi dan kerugian
b. Tidak merasa sendirian tidak berinteraksi.
c. Mampu berdiskusi 2. Beri pujian terhadap kemampuan
d. Tolong menolong klien dalam mengungkapkan
2. Klien dapat berbicara perasaannya.
tentang kerugian tidak
berinteraksi seperti:
a. Sendirian
b. Kesepian
Tidak dapat berdiskusi
TUK 4: 1. Klien dapat membangun 1. Amati perilaku klien selama
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara interaksi sosial.
hubungan sosial secara bertahap, dengan: 2. Jelaskan cara berkomunikasi dengan
bertahap. a. Perawat orang lain.
b. perawat lain 3. Beri klien contoh berinteraksi
c. klien lain dengan orang lain.
d. keluarga 4. Di hadapan perawat, biarkan klien
e. kelompok berlatih berinteraksi dengan orang
lain.
5. Memfasilitasi interaksi klien dengan
teman dan keluarga.
6. Tingkatkan jumlah interaksi
sebanyak dua, tiga, empat, dan
seterusnya saat klien membuat
kemajuan.

40
7. Beri klien pujian untuk setiap
interaksi yang menghasilkan
kemajuan
8. Melatih klien tentang cara
berkomunikasi dengan anggota
keluarga saat terlibat dalam
aktivitas sehari-hari dan rumah
tangga.
9. Anjurkan klien berbicara saat
mengikuti kegiatan sosial, seperti:
berbelanja di toko, pergi ke pasar,
ke kantor pos, ke bank, dan
sebagainya.
10. Siap memperhatikan bagaimana
perasaan klien setelah berinteraksi
dengan orang lain. Mungkin klien
akan mengungkapkan keberhasilan
atau kegagalannya. Berikan klien
dukungan agar terus semangat
meningkatkan interaksinya

TUK 5: 1. Klien mampu 1. Diskusikan dengan klien tentang


Klien mampu menjelaskan mengungkapkan perasaannya perasannya setelah berinteraksi
perasannya setelah setelelah berinteraksi dengan: dengan:
berhubungan sosial. a. Orang lain  Orang lain
b. Kelompok  Kelompok
2. Beri klien pujian terhadap
kemampuan mengungkapkan
perasaannya.
TUK 6: 1. Keluarga dapat 1. Diskusikan pentingnya keterlibatan
Klien mendapatkan menyebutkan mengenai: keluarga sebagai cara mengatasi
dukungan keluarga dalam a. Tanda dan gejala isolasi isolasi sosial.
sosial

41
memperluas hubungan b. Penyebab dan akibat 2. Diskusikan potensi keluarga untuk
sosial. isolasi social membantu klien mengatasi perilaku
c. Cara merawat klien isolasi sosialnya.
isolasi sosial 3. Beri keluarga informasi tentang:
a. tanda dan gejala isolasi sosial.
b. Penyebab dan akibat isolasi
sosial
c. Cara merawat klien isolasi
sosial
4. Melatih keluarga cara untuk
merawat klien isolasi sosial
5. Setelah mencoba cara berlatih
merawat klien isolasi sosial,
tanyakan perasaan keluarga.
6. Beri dukungan kepada keluarga
agar mau membantu klien untuk
berinteraksi.
7. Beri pujian kepada keluarga
terhadap keterlibatannya merawat
klien di rumah sakit.
TUK 7: 1. Klien bisa menyebutkan: 1. Diskusikan dengan
Klien dapat memanfaatkan a. Manfaat penggunaan klien keuntungan dan kerugian tidak
obat dengan baik obat minum obat, termasuk nama, warna,
b. Akibat tidak minum obat cara, dosis, efek terapi, dan efek
c. Nama, warna, dosis, efek samping obat.
terapi, dan efek samping 2. Amati klien selama minum obat
obat 3. Jika klien meminum obatnya, beri
Akibat menghentikan mereka pujian.
pengobatan tanpa 4. Diskusikan dampak menghentikan
berkonsultasi pada dokter pengobatan tanpa berbicara dengan
dokter.

42
5. Jika keadaan tidak berjalan sesuai
rencana, minta klien menemui
dokter atau perawat.

43
3 Risiko perilaku TUM : 1. Klien mau menjawab 1. Beri salam/panggil nama klien
kekerasan Klien dapat melanjutkan salam 2. Sebut nama perawat sambil
hubungan peran sesuai 2. Klien mau menjabat berjabat tangan
dengan tanggung jawab. tangan 3. Jelaskan maksud hubungan
3. Klien mau menyebut nama interaksi
TUK : 4. Klien mau tersenyum 4. Jelaskan tentang kontrak yang
1. Klien dapat membina 5. Klien mau kontak mata akan dibuat
hubungan saling 6. Klien mengetahui nama 5. Beri rasa aman dan sikap saling
percaya perawat empati
7. Menyedikan waktu untuk 6. Lakukan kontak singkat tapi
kontrak sering
2. Klien dapat 1. Klien dapat 1. Beri kesempatan untuk
mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan perasaannya.
penyebab perilaku perasaannya 2. Bantu klien untuk
kekerasan 2. Klien dapat mengungkapkan penyebab
mengungkapkan penyebab jengkel/kesal
perasaan jengkel/kesal
(dari diri sendiri, dari
lingkungan/ orang lain)
3. Klien dapat 1. Klien dapat 1. Anjurkan klien mengungkapkan
mengidentifikasi mengungkapkan perasaan yang dialami saat marah/ jengkel
tanda-tanda perilaku saat marah 2. Observasi tanda perilaku
kekerasan 2. Klien dapat kekerasan pada klien
menyimpulkan tanda- 3. Simpulkan bersama klien tanda-
tanda jengkel/kesal yang tanda jengkel/kesal yang dialami
di ambil. klien
4. Klien dapat 1. Klien dapat 1. Anjurkan klien untuk
mengidentifikasi mengungkapkan perilaku mengungkapkan perilaku
perilaku kekerasan kekerasan yang biasa kekerasan yang biasa dilakukan
yang biasa dilakukan dilakukan klien
2. Klien dapat bermain peran 2. Bantu klien bermain peran sesuai
dengan perilaku kekerasan dengan perilaku kekerasan yang
yang dilakukan biasa dilakukan.

44
3. Klien dapat mengetahui 3. Bicarakan dengan klien apakah
cara yang biasa dapat dengan cara yang klien lakukan
menyesuaikan masalah masalahnya selesai.
atau tidak
5. Klien dapat 1. Klien dapat menjelaskan 1. Bicarakan akibat/kerugian dari
mengidentifikasi akibat dari cara yang cara yang dilakukan klien
akibat perilaku digunakan klien 2. Bersama klien menyimpulkan
kekerasan akibat cara yang digunakan oleh
klien
6. Klien dapat 1. Klien dapat melakukan 1. tanyakan kepada klien “apakah ia
mengidentifikasi cara cara berespon terhadap ingin mempelajari cara baru yang
konstruksif dalam kemarahan secara sehat?
merespon terhadap konstruksif. 2. beri reinforeceman jika klien
kemarahan mengetahui cara lain yang sehat
3. diskusikan dengan klien cara lain
yang sehat
a. Secara fisik: tarik nafas dalam
jika sedang kesal/memukul
bantal/ kasur atau olahraga atau
pekerjaan yang memerlukan
tenaga.
b. Secara verbal : katakan bahwa
anda sedang kesal ( saya kesal
anda berkata seperti itu : saya
marah karena ibu tidak
memenuhi keinginan saya)
c. Secara sosial : lakukan dalam
kelompok cara-cara marah
yang sehat latihan asertif
d. Secara spiritual : anjurkan klien
beribadah, berdoa.

45
7. Klien dapat 1. Klien dapat a. Bantu klien memilih cara yang
mendemonstrasikan mendemonstrasikan cara tepat untuk klien
cara mengontrol mengontrol PK b. Bantu klien mengidentifikasikan
perilaku kekerasan 2. Disik : tarik nafas OR manfaat cara yang dipilih
3. Verbal : mengatakan c. Bantu klien untuk menstimulus
secara langsung dengan cara tersebut
tidak menyakiti d. Anjurkan klien untuk
4. Spiritual : sembayang, menggunakan cara yang dipelajari
berdoa saat kesal/jengkel
8. Klien dapat Keluarga klien dapat a. Identifikasi kemampuan keluarga
dukungan keluarga 1. Menyebutkan cara merawat merawat klien dari sikap apa yang
dalam mengontrol klien yang berperilaku telah dilakukan keluarganya
PK kekerasan b. Jelaskan peran serta keluarga
2. Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien
dalam merawat klien c. Jelaskan cara-cara merawat klien
1. cara mengontrol marah
asterik
2. sikap tenang
3. membantu klien mengenal
penyebab marah
9.Klien dapat 1. Klien dapat menyebutkan 1. Jelaskan jenis-jenis obat yang
menggunakan obat- obat yang diminum dan diminum klien pada keluarga klien
obatan yang kegunaannya 2. Diskusikan manfaat minum obat
diminum dan dsn kerugian berhenti minum obat
kegunaan dsn kerugian berhenti minum obat
(jenis,waktu, tanpa seizin dokter
dosis,efek) 3. Jelaskan prinsip benar minum obat
(dosis, cara, waktu, obat)
4. Ajarkan klien minta obat dan
minum tepat waktu
5. Anjurkan klien melaporkan pada
perawat jika merasakan efek yang
tidak menyenangkan

46
6. Beri pujian, jika klien minum obat
dengan benar.

47
4.4 Implementasi dan Evaluasi
HALUSINASI
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Rabu, 01 DS: S:
Maret 2023  Pasien mengatakan sering - Klien mengatakan akan
mendengar suara-suara tanpa mencoba cara menghardik dan
wujud diwaktu siang dan malam melakukannya
saat ingin tidur O:
 Pasien mengatakan ada suara yang - Klien tampak mampu
mengatakan hal-hal positif dan menghardik yang sudah
negatif dijelaskan
 Klien mengatakan suka mendengar A: Masalah halusinasi belum
suara yang tidak ada wujudnya teratasi
yang mengajaknya untuk tidak P:
beribadah dan mengatakan hal-hal  Mengevaluasi tindakan
yang negatif sehingga membuat keperawatan SP 1
pasien kesal dan marah. (Menghardik halusinasi) yang
DO: telah di ajarkan
 Klien terlihat sering berbicara  Menganjurkan klien
sendiri, jarang mengobrol atau memasukan hasil tindakan SP
berinteraksi dengan orang lain, 1 (Menghardik halusinasi) ke
sering melamun dan suka jadwal kegiatan harian klien
menyendiri dan dilakukan 3x sehari
 Pasien tampak berbicara sendiri
Pasien tampak gelisah
DX Kep: Halusinasi pendengaran
SP 1: Menghardik halusinasi
Tindakan keperawatan:
1. Mengidentifikasi halusinasi: isi,
frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan respons
2. Menjelaskan cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik,
patuh minum obat, bercakap-
cakap, melakukan kegiatan
positif.
3. Melatih cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik

48
4. Memasukan kedalam jadwal
kegiatan untuk menghardik
rencana tindak lanjut;
 Evaluasi SP 1
(menghardik halusinasi)
 Lanjut SP 2 ( Melatih minum
obat yang benar)
Kamis DS: S:
Maret 2023  Klien mengatakan selalu marah- - Klien mengatakan suara yang
marah mendengar suara-suara didengar sudah berkurang saat
tanpa wujud melakukan cara menghardik
 Klien mengatakan suara muncul O:
ketika sendiri dan malam - Klien bisa melakukan cara
menjelang tidur menghardik saat terjadi
DO: halusinasi
 Klien tampak berbicara sendiri A: Masalah halusinasi teratasi
saat berjalan dan dikamarnya sebagian
 Klien tampak gelisah dan mondar P:
mandir 1. Mengevaluasi tindakan
DX Kep: Halusinasi pendengaran keperawatan SP 2 ( Cara minum
SP 2 : Cara minum obat yang benar obat yang benar) yang telah
Tindakan keperawatan diajarkan
1. Mengevaluasi tindakan 2. Menganjurkan klien memasukan
menghardik dan beri pujian kegiatan SP 2 (Cara minum obat
2. Melatih cara mengontrol yang benar) kedalam jadwal
halusinasi dengan obat (jelaskan 6 harian klien
benar minum obat)’
3. Memasukan ke dalam jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat
Rencana tindak lanjut
 Evaluasi SP 2 (Cara minum obat
yang benar)
 Lanjut SP 3 (Berbincang-bincang)
Jum’at DS: S:
Maret 2023  Klien mengatakan suara-suara  Klien mengatakan suara-suara
sudah bekurang sudah berkurang dengan
 Klien mengatakan suara muncul menghardik.
ketika sendiri dan pada malam  Klien mengatakan minum obat
hari menjelang tidur tepat waktu

49
DO:  Klien mengatakan suara
 Klien tampak menghardik saat berkurang saat berbincang-
halusinasi bincang dengan perawat
 Klien tampak berbicara sendiri di ruangan dan pasien lain
dalam kamarnya O:
DX Kep: Halusinasi pendengaran,  Klien tampak berbicara denga
(SP 3 : Bercakap-cakap) pasien lain dan mengajak
Tindakan keperawatan: perawat bercakap-cakap saat
1. Evaluasi tindakan menghardik, mendapat halusinasi
dan cara minum obat. Beri pujian A: Masalah halusinasi teratasi
2. Latihan cara mengontrol sebagian
halusinasi dengan cara bercakap- P:
cakap dengan orang lain  Mengevaluasi tindakan
3. Memasukan pada jadwal kegiatan keperawatan SP 3 (Bercakap-
untuk latihan menghardik, minum cakap) yang telah diajarkan
obat, dan bercakap- cakap  Menganjurkan klien
Rencana tindak lanjut; memasukan kegiatan SP 3
 Evaluasi SP 3 ( Bercakap-cakap) (Bercakap-cakap) kedalam
 Lanjut SP 4 ( Melakukan jadwal
aktivitas)
Sabtu, 04/03- DS: S:
2023  Klien mengatakan suara sudah - Klien mengatakan halusinasi
berkurang bahkan dalam sehari berkurang saat melakukan
tidak mendengar suara halusinasi kegiatan seperti senam
diruangan
DO: O:
 Klien tampak memgang telinga - Klien mengikuti kegiatan terapi
saat halusinasi terjadi yang dilakukan oleh perawat
 Klien berinteraksi dengan pasien ruangan. Klien mengikuti senam
lain diruangan
 Halusinasi sudah berkurang A: Masalah halusinasi teratasi
 Pasien tampak koperatif sebagian
DX Kep: Halusinasi pendengaran P:
(SP 4 : Melakukan aktivitas)  Mengevaluasi tindakan
Tindakan keperawatan: keperawatan SP 4 (Melakukan
1. Membina hubungan saling aktivitas)
percaya  Menganjurkan klien
2. Menanyakan halusinasi muncul memasukan hasil kegiatan SP
lagi atau tidak 4 ( Melakukan aktivitas)
kedalam jadwal harian

50
3. Menanyakan keefektifan cara
yang telah diajarkan sebelumnya
4. Menanyakan orang-orang terdekat
pasien terutama perawat
5. mengajarkan menghilangkan
halusinasi dengan bercakap-cakap
6. mendemostrasikan cara bercakap-
cakap saat terjadi halusinasi
7. menjelaskan cara menghilangkan
halusinasi dengan cara minum
obat secara teratur
8. menanyakan kerugian dan
keuntungan minum obat secara
teratur
Rencana tindak lanjut:
Evaluasi kegiatan mengontrol
halusinasi dari SP 1 sampai 4

51
ISOLASI SOSIAL

Hari/tanggal Implementasi Evaluasi


Rabu DS : S:
01 Maret 2023 Klien tidak mau berkomunikasi -
DO : O:
- Klien tampak mengatakan - Klien tampak sedikit bisa cara
sepenuhnya berkenalan, meskipun hanya
- Kontak mata kurang salam.
- Pasien berbicara dengan suara - Klien menjawab seadanya
pelan - Kontak mata kurang
- Pasien tampak bingung - Klien tampak termenung
Diagnosa Keperawatan : - Klien berbicara dengan suara
Isolasi Sosial pelan
Tindakan keperawatan : A : Isolasi sosial masih ada
1. Membina hubungan saling P:
percaya. Mengajarkan pasien berinteraksi
2. Mengidentifikasi penyebab secara bertahap (berkenalan
isolasi sosial pasien. dengan orang pertama : seorang
3. Berdiskusi dengan pasien perawat)
tentang keuntungan berinteraksi
dengan orang lain.
4. Berdiskusi dengan pasien tentang
kerugian berinteraksi dengan
orang lain.
5. Mengajarkan klien cara
berkenalan dengan satu orang.
6. Menganjurkan pasien untuk
memasukkan kegiatan latihan
berbincang-bincang dengan orang
lain dalam kegiatan harian.
Kamis DS : S: -
02 Maret 2023 O:

52
Pasien mengatakan berinteraksi - Klien sudah dapat mengetahui
dengan orang lain dapat cara berkenalan
mendapatkan banyak teman. - Klien terlihat senang setelah
DO : belajar berkenalan
- Klien tampak sedikit bisa cara - Adanya kontak mata
berkenalan, meskipun hanya - Klien tampak sering
salam. menunduk
- Klien menjawab seadanya A : Isolasi sosial masih ada
- Kontak mata kurang P : Mengajarkan pasien
- Klien tampak termenung berinteraksi secara bertahap
- Klien berbicara dengan suara (berkenalan dengan orang
pelan kedua : seorang pasien lain).
Diagnosa Keperawatan :
Isolasi Sosial
Tindakan Keperawatan :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada
pasien
3. Mempraktekkan cara berkenalan
dengan satu orang
4. Membantu pasien memasukkan
kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain sebagai salah
satu kegiatan harian.
Jumat DS : S:-
03 Maret 2023 Klien mengatakan sudah dapat O:
berkenalan dengan perawat - Klien tampak kooperatif
DO : - Klien sudah ada kontak mata
- Klien sudah dapat mengetahui - Klien sudah mampu berkenalan
cara berkenalan dengan perawat dan klien
- Klien terlihat senang setelah lainnya
belajar berkenalan - Klien sudah bisa berinteraksi
- Adanya kontak mata - Klien sudah tidak menyendiri
- Klien tampak sering menunduk lagi
Diagnosa Keperawatan : A : Isolasi sosial sudah teratasi
Isolasi sosial P : Mengulangi kembali dari Sp
Tindakan keperawatan : 1 sampai Sp 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien.

53
2. Memberikan kesempatan pada
klien berkenalan.
3. Menganjurkan pasien
memasukkan kedalam jadwal
kegiatan harian.

54
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Tanggal Implementasi Evaluasi
Rabu DS : S:
1 Maret ‒ Klien mengatakan kesal dan ‒ Klien mengatakan lebih tenang setelah
2023 melakukan teknik relaksasi nafas dalam
ingin marah dari halusinasi
‒ Klien mengatakan paham apa yang
yang didengarkan dirinya diajarkan oleh perawat
‒ Klien mengatakan akan mencoba cara
‒ Klien mengatakan belum
nafas dalam dan cara memukul bantal
dapat mengontrol emosinya O:
‒ Raut wajah klien tampak tenang
‒ Klien mengatakan tidak
A:
tahu cara untuk mengontrol ‒ Masalah resiko perilaku kekerasan belum
teratasi
emosinya
P:
‒ Klien mengatakan tidak tau ‒ Mengevaluasi tindakan keperawatan SP
1(teknik nafas dalam dan memukul bantal)
penyebab,tanda dan gejala
yang diajarkan
serta akibat dari perilaku ‒ Menganjurkan klien memasukkan hasil
tindakan SP 1 (teknik nafas dalam dan
kekerasan
memukul bantal) kejadwal kegiatan harian
DO : klien dan dilakukan 3x sehari
‒ Klien tampak gelisah
‒ Raut wajah klien tampak
marah
Dx keperawatan:
Resiko perilaku kekerasan SP
1 (teknik nafas dalam)
Tindakan keperawatan
‒ Mengidentifikasi resiko
perilaku kekerasan :
penyebab tanda dan gejala
serta akibat dari perilku
kekerasan
‒ Menjelaskan cara
mengontrol resiko
kekerasan (teknik nafas

55
dalam,teknik tepuk
bantal,teknik verbal teknik
farmakologis.
Kamis DS: S:
2 Maret - Klien mengatakan minum ‒ Klien mengatakan paham apa yang
2023 obat teratur tetapi tidak tau diajarkan perawat
nama dan fungsi obat ‒ Klien bisa menyebutkan nama dan fungsi
dengan benar obat dengan benar
DO: O:
- Klien tampak bingung saat - Klien tampak mampu mempraktikan
ditanya tentang obat minum obat dengan benar
- Klien kurang pengetahuan - Klien tampak paham apa yang perawat
tentang obat ajarkan
Dx kep: resiko perilaku A:
- Masalah resiko perilaku kekerarasan
kekerasan SP 2 (Obat)
teratasi
Tindakan keperawatan: P:
‒ Evaluasi penerapan SP - Evaluasi penerapan SP 1&2
1&2 - Evaluasi jadwal kegiatan harian
‒ Melatih mengontrol marah
dengan minum obat sesuai
anjuran dokter

Jumat DS: S:
3 Maret ‒ Klien mengatakan ketika ‒ Klien mengatakan paham apa yang
2023 marah sering mengeluarkan diajarkan perawat
kata-kata kasar ‒ Klien mengatakan mampu mengontrol
‒ Klien mengatakan sulit ucapannya saat marah
mengontrol ucapannya saat O:
merasa marah ‒ Klien tampak mampu mempraktekan apa
DO: yang perawat ajarkan
‒ Klien tampak marah, wajah ‒ Klien tampak mampu mengontrol
memerah perkataannya saat marah
‒ Berteriak saat marah A:
Dx kep: resiko perilaku ‒ Masalah resiko perilaku kekerasan teratasi
sebagian
kekerasan SP 3 (teknik verbal)
P:
Tindakan keperawatan: ‒ Mengevaluasi tindakan keperawatan SP 1,
‒ Evaluasi penerapan SP 1, 2 2&3
&3 ‒ Menganjurkan klien memasukan SP 4 ke
‒ Melatih mengontrol marah dalam jadwal
secara verbal ‒ Membuat kontrak untuk SP 4 (spiritual)

56
Sabtu DS : S:
4 Maret ‒ Klien mengatakan sudah ‒ Klien mengatakan paham apa yang
2023 jarang marah-marah diajarkan perawat
DO : ‒ Klien mengatakan mampu mengontrol
- Klien tampak tenang marah dengan beribadah
- Klien sudah bisa berbicara O:
secara verbal/baik ‒ Klien tampak mampu mempraktekan apa
- Klien dapat kooperatif yang perawat ajarkan
- Klien sudah tau cara ‒ Klien tampak mampu mengontrol marah
melatih nafas dalam dengan beribadah
Dx kep: resiko perilaku A:
- Risiko perilaku kekerasan teratasi sebagian
kekerasan SP 4 (teknik
P:
spiritual) ‒ Mengevaluasi tindakan keperawatan SP 1,
2&3
Tindakan keperawatan:
‒ Menganjurkan klien memasukan SP ke
‒ Evaluasi penerapan SP 1,
dalam jadwal
2, 3 & 4
‒ Membuat kontrak untuk SP 4 (minum obat
‒ Melatih mengontrol marah
sesuai anjuran dokter)
dengan beribadah

57
BAB IV

PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Setelah membandingkan antara teori dan kasus maka penulis menemukan tidak
adanya pemerikasaan diagnostik pada catatan medik klien sehingga sulit untuk mengetahui
adanya lesi atau kerusakan dibagian otak klien, pada faktor genetik juga tidak ada
ditemukan anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa. Klien sudah
menjalankan perannya sebagai anak tetapi ada hal-hal yang membuat klien mengalami
stress yang diakibatkan kemarahan orang tua terhadap perilakunya. Pada faktor pemicu
gejala menurut teori biasanya berhubungan dengan kesehatan lingkungan sikap, dan
perilaku tetapi tidak dengan klien kejadian dimasa lalu mengenai tanda-tanda aniaya fisik
tidak ada, tanda-tanda aniaya seksual, tidak ada. Pengalaman dari penolakan baik keluarga
maupun lingkungan sekitar tidak ada, kekrasaan dalam keluarga tidak ada. Pada saat
pengkajian penulis menemukan faktor penghambat yaitu pada data status kesehatan klien
tidak ditemukan adanya pemeriksaan diagnostik biologi dan tidak pernah bertemu anggota
keluarga yang menjenguk klien sehingga berkurangnya informasi tentang klien.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua setelah pengkajian dalam merumuskan
dan memprioritaskan masalah pada teori terdapat 3 diagnosa keperawatan, pada kasus
ditemukan 3 diagnosa keperawatan yang mana terdapat kesenjangan diantaranya, terdapat
pada kasus namun tidak terdapat teori adalah :
1. Hasusinasi pendengaran, diagnosa ini diangkat karena pasien selalu mendengarkan
suara-suara yang tidak berwujud
2. Isolasi sosial, diagnosa ini diangkat karena klien tidak mau berbicara dengan orang
sekitar.
3. Resiko perilaku kekerasan, diagnosa ini diangkat karena klien selalu merasa terganggu
suara-suara tak berwujud sehingga menimbulkan emosi pada klien
C. Perencanaan
Menurut Damiyanti (2014), intrvensi keperawatan klien gangguan persepsi sensori
: halusianasi pendengaran meliputi tujuan tindakan keperawatan pada klien, kriteria hasil
dan tindakan keperawatan pada klien. Dimana tujuan tindakan keperawatan untuk klien

58
halusianasi adalah klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya serta dapat mengikuti
program pengobatan dengan benar dan kriteria hasilnya yaitu pasien dapat mengontrol
halusianasinya.
Menurut Keliat (2007) perencanaan terdiri dari penetapan tujuan , intervensi atau
rencana tindakan, dan rasional. Perencanaan keperawatan merupakan tahap ketiga setelah
diagnosa keperawatan disusun. Rencana tindakan yang dibuat untuk klien pada setiap
diagnosa keperawatan sudah sesuai dengan teori yaitu terdiri dari 3 aspek utama, tujuan
umum, tujuan khusus, dan rencana tindakan keperawatan.
Adapun rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa prioritas yaitu gangguan
sensori persepsi : halusinasi pendengaran terdapat 4 SP antara lain : SP 1 yaitu klien dapat
membina hubungan saling percaya, dapat mengenal halusinasinya, dapat mengontrol
halusianasinya dengan cara menghardik. SP 2 yaitu klien dapat mengendalikan
halusinasinya dengan cara patuh minum obat. SP 3 yaitu klien dapat mengendalikan
halusinasinya dengan cara bercakap-cakap. Dan SP 4 yaitu klien dapat mengendalikan
halusinasinya dengan cara melakukan kegiatan.
Untuk diagnosa kedua yaitu isolasi sosial terdiri dari 4 SP yaitu : SP 1 dengan cara
membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi isolasi sosial, mengidentifikasi
keuntungan dan kerugian berinteraksi. SP 2 yaitu dengan mengajarkan pasien berinteraksi
secara bertahap ( berkenalan dengan orang pertama : seorang perawat ). SP 3 yaitu dengan
mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap ( berkenalan dengan orang kedua :
seorang pasien ). dan SP 4 yaitu dengan cara melatih kegiatan terapi aktifitas kelompok.
Untuk diagnosa ke 3 yaitu resiko perilaku kekerasan terdiri dari 4 SP antara lain
SP 1 yaitu klien dapat membina hubungan saling percaya, dapat mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan yang dilakukan, dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan,
dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, dan klien dapat mengendalikan perilaku
kekerasan dengan cara fisik 1. Yaitu tarik nafas dalam dan pukul bantal, SP 2 yaitu klien
dapat mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat. SP 3 yaitu klien
dapat mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara verbal. SP 4 yaitu klien dapat
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara spiritual.

59
Dalam menyusun perencanaan penulis tidak menemukan kendala berarti
dikarenakan sudah tersedianya buku sumber asuhan keperawatan jiwa dan standart pada
asuhan keperawatan jiwa yang berlaku di seluruh tatanan pelayanan keperawatan jiwa.
D. Penatalaksanaan
(halusinasi pendengaran)
 SP 1 halusinasi yaitu bina hubungan saling percaya, mengidentifikasi jenis, isi,
waktu, frekuensi, situasi, respon terhadap halusinasi, latihan menghardik dan
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian klien.
 SP 2 halusinasi yaitu mengevaluasi tindakan menghardik, melatih cara mengontol
halusinasi dengan obat, serta memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian cara
menghardik dan minum obat.
 SP 3 halusinasi yaitu evaluasi tindakan menghardik, dan cara minum obat, latih cara
mengontrol halusianasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, memasukkan
ke dalam jadwal kegiatan harian pasien.
 Sp 4 halusinasi yaitu mengevaluasi cara menghardik, kepatuhan minum obat,
bercakap-cakap dengan orang lain, latihan cara mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan yang positif, memasukkan kegiatan ke dalam buku jadwal harian
pasien.
(isolasi sosial)
 Sp 1 isolasi sosial yaitu bina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab
isolasi sosial, mengidentifikasi keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang
lain, masukkan kedalam jadwal harian pasien
 Sp 2 isolasi sosial yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan tentang berinteraksi dengan
orang lain, mempraktekkan cara berkenalan dengan 1 orang ( seorang perawat),
membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang
 Sp 3 isolasi sosial yaitu mengevaluasi kegiatan pasien tentang berinteraksi dengan
orang lain, mempraktekkan cara berkenalan dengan 1 orang ( seorang pasien),
memasukkan ke dalam buku harian pasein

60
(Resiko Perilaku Kekerasan)
 Sp 1 RPK yaitu membina hubungan saling percaya , mengidentifikasi resiko perilaku
kekerasan, penyebab dan gejala serta akibat dari perilaku kekerasan, menjelaskan cara
mengontrol resiko kekerasan (teknik nafas dalam, teknik pukul bantal, teknik verbal,
teknik farmakologis), memasukkan ke jadwal harian pasien
 Sp 2 RPK yaitu mengevaluasi cara teknik nafas dalam, teknik puluk bantal, melatih
mengontrol marah dengan cara patuh minum obat, masukkan ke dalam buku harian
 Sp 3 RPK yaitu mengevaluasi teknik nafas dalam dan memukul bantal, teknik
mengontrol marah dengan meminum obat, mengajarkan klien mengontrol marah
secara verbal, masukkan ke dalam buku harian
 Sp 4 RPK yaitu mengevaluasi teknik nafas dalam dan memukul bantal, teknik
mengontrol marah dengan meminum obat, teknik marah dengan verbal, mengajarkan
klien mengontrol marah dengan spiritual, dan masukkan ke dalam buku harian.
E. Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena
pada teori menggunakan evaluasi SOAP sama halnya dengan evaluasi pada kasus. Dalam
tahap evaluasi tidak ada penghambat dan faktor pendukungnya klien kooperatif dan
kerjasama yang baik antara penulis atau perawat ruangan

61
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Halusinasi merupakan gangguan persepsi yang dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi. Dampak yang terjadi pada pasien halusinasi apabila tidak segera di
tangani akan menyebabkan pasien mengalami ansietas bahkan pasien dapat melakukan perilaku
kekerasan seperti perilaku menyerang, mengamuk sampai melakukan bunuh diri.
Dari hasil pengkajian pada Tn.F didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus. Pada faktor
predisposisi untuk halusinasi pendengaran yang meliputi pasien mengalami stres, cemas, kesepian.
Sedangkan pada faktor presipitasi meliputi stimulus yang dipersepsikan sebagai ancaman. Perilaku
meliputi pasien merasa curiga, takut, tidak aman, gelisah, bingung, serta tidak mampu
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Manifestasi klinik mendengar suara-suara yang
positif dan negatif, suara itu muncul 1-2 x/ hari tidak tentu, perasaan ketika mendengar suara itu
adalah takut. Klien terlihat berbicara sendiri. Klien mengatakan tidak percaya diri untuk
berhubungan dengan orang lain. Sumber koping yang terdapat pada kasus klien tidak memiliki
kreativitas dan tidak ada dukungan dari keluarga.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus yaitu yang terdapat di teori meliputi:
Risiko perilaku kekerasan, Halusinasi pendengaran.Perencanaan dilakukan sesuai dengan standar
asuhan keperawatan secara teoritis yang ada menurut standar asuhan keperewatan yang berlaku.
Kelompok membuat perencanaan untuk diagnosa halusinasi pendengaran yang bertujuan klien
mampu memenuhi kebutuhannya yaitu SP 1 (membina hubungan saling percaya dan menjelaskan
cara menghardik suara), SP 2 (minum obat dengan benar), SP 3 (mengendalikan halusinasi dengan
bercakap-cakap), SP 4 (melakukan aktivitas terjadwal).

62
B. Saran
Ada beberapa saran yang ingin kelompok sampaikan, diharapkan saran yang kelompok
sampikan bisa diterima dan dipertimbangkan sebaik-baiknya untuk peningkatan kualitas asuhan
keperawatan pada tahap selanjutnya.
1. Masyarakat/Pasien
Diharapkan dengan diajarkan strategi pelaksanaan oleh perawat dapat dilakukan secara
mandiri oleh pasien serta mampu membuat rencana kontrol yang berguna untuk mencegah
terjadinya putus obat yang bisa menyebabkan kembalinya halusinasi.
2. Bagi kelompok selanjutnya dianjurkan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan
dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan kompherensif serta bertanggung
jawab kepada klien.
3. Bagi Institusi
Bagi institusi pendidikan diharapkan mampu mengoptimalkan pemberian ilmu dan
mendorong mahasiswa untuk dapat terus berinovasi serta mengembangkan keterampilan
agar selalu siap untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien kelolaan
yang berpedoman pada teori

63
DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Pan. 2014. Konsep Halusinasi Dan Strategi Pelaksanaan Halusinasi. www.academia.edu
diakses Oktober 2016.
Yusalia, Refiazka. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.
www.academia.edu diakses Oktober 2016
Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, Deden. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd Surakarta. Jurnal Poltekkes Bhakti Mulia.
Darmaja, I Kade. 2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. “S” Dengan
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Diruang Kenari Rsj Dr. Radjiman
Wedioningrat Lawang Malang. Program Studi Profesi (Ners) Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Bakti Indonesia Banyuwangi
Pambayun, Ahlul H. 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. S Dengan Gangguan Persepsi
Sensori Halusinasi Pendengaran Ruang 11 (Larasati) RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang. Asuhan Keperawatan Psikiatri Akademi Keperawatan Widya Husada
Semarang.
Kemenkes RI. (2014). UU RI No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. Jakarta: Kemenkes RI

Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian RI Tahun 2018

Yusuf. A.H. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Sutejo. (2017). Keperawatan Kesehatan Jiwa Prinsip Dan Praktik Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press

64
LAMPIRAN

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI


Strategi Pelaksanaan (SP) 1 : Menghardik suara
1) Proses keperawatan
a) Kondisi klien
Data objektif : Klien terlihat takut dan tidak mau berbicara terlihat merenung,
gelisah, terkadang, berbicara sendiri
Data subjektif : Pasien tidak komunikatif
b) Diagnosa keperawatan : perubahan persepsi sensori : Halusinasi berhubungan
dengan menarik diri
c) Tujuan :
i. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
ii. Pasien dapat mengenali halusinasi
iii. Psien dapat mempraktekkan cara menghardik
d) Tindakan keperawatan
 Bina hubungan saling percaya
 Identifikasi jenis halusinasi
 Identifikasi jenis halusinasi
 Identifikasi waktu halusinasi
 Identifikasi frekuensi halusinasi
 Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
 Identifikasi respon klien terhadap halusinasi
 Anjurkan cara menghardik halusinasi
 Anjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian
2) Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan
a. fase orientasi
Salam terapeutik
Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya ......, saya senang dipanggil ...., saya perawat
yang merawat bapak hari ini dari pagi sampai sore, nama bapak siapa? Bisa dipanggil
apa?
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaannya hari ini? Bisa tidur tidak malam tadi? Ada keluhan hari ini?
c. Kontrak
Topik: Apakah bapak keberatan kalau kita berbincang-bincang tentang suara dan
sesuatu yang selama ini mengganggu bapak tapi tidak tampak wujudnya
Waktu : Mau berapa lama kita berbincang-bincang pak? Bagaimana kalau 10 menit

65
Tempat : Bagaimana pak, mau berbincang dimana? Bagaimana kalau disini saja
d. fase kerja
1) Apakah bapak sering berbicara dengan suara yang tidak ada wujudnya? Apa yang
sering dia katakan kepada bapak? Apakah bapak sering mendengarkannya atau hanya
diwaktu-waktu tertentu? Kapan paling sering bapak mendengarkannya? Berapa kali
sehari bapak mendengarkannnya?
2) Pada keadaan apa, apakah waktu sendiri? Apakah yang bapak rasakan saat
mendengarkan suara itu? Apakah dengan cara itu suara tersebut hilang?
3) Bagimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara itu muncul? Ada 4 cara untuk
mencegah suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara, kedua dengan cara
minum obat yang teratur atas anjuran dokter, ketiga berbincang-bincang dengan orang
lain, ke empat dengan cara melakukan aktivitas terjadwal. Hari ini kita akan belajar
cara yang pertama yaitu dengan cara menghardik
Cara sebagai berikut:
1. Saat suara itu muncul, bapak menutup kedua telinga dengan tangan lau
bilang”pergi pergi saya tidak mau dengar, kamu suara palsu” begitu diulangi
sampai suara itu tidak terdengar lagi.
2. Sekarang coba bapak lakukan, nah begitu

e. Fase terminasi
1. Evaluasi pasien
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap dan latihan tadi?
2. Evaluasi perawat
Sekarang coba bapak ulangi cara tadi yang kita pelajari. Iya bagus!
3) Rencana tindak lanjut
Baiklah, besok saya tidak ada, atau bapak lagi sendiri, bapak lakukan apa yang telah kita
pelajari ya pak! Dan jangan lupa menunjukan kedalam buku latihannaya
4) Kontrak yang akan datang
Bapak, bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk berlatih cara selanjutnya, untuk
jamnya bapak mau jam berapa ? tempatnya disini saja? Baik pak, saya pamit, permisi pak
STRATEGI PELAKASAAN (SP) 2
Meminum obat dengan benar
1) Proses keperawatan
a) Kondisi klien
Data objektif : klien terlihat takut dan tidak mauberbicara, terlihat merenung,
gelisahterkadang berbicara sendiri
Data objektif : pasien tidak komunikatif
b) Diagnosa keperawatan : Perubahan persepsi sensori : halusinasi berhubungan
dengan menarik diri

66
c) Tujuan
i. Evaluasi jadwal harian klien
ii. Klien mengetahui cara mengenal halusinasi dnegan obat atas anjuran dokter
dan memanfaatkan obat dengan baik.
2) Cara kedua untuk mencegah atau mengontrol halusinasi dengan minum obat secara teratur.
“bagaimana pak, ada perbedaan setelah minum obat secara teratur, apakah suara-suara
berkurang/menghilang? Minum obat sangat penting agar suara-suara yang bapak dengar
dan mengganggu bapak selama ini tidak muncul lagi. Beberapa macam obat yang bapak
minum? (perawat menyiapkan obat pasien) ini yang warna orange (CPZ) 3x sehari,
gunanya untukmenghilangkan suara-suara. Ini yang warna putih (THP) 3x sehari gunanya
untuk rileks dan kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3x sehari, gunanya untuk pikiran
tenang. Kalau suara-suara sudah hilang, obat tidak boleh berhenti diminum. Nanti
konsultasikan lagi kedokter, sebab jika bapak berhenti minum obat, halusinasi bapak akan
kambuh lagi.
3) Terminasi
a) Evaluasi
“bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang dan mempraktekkan
cara minum obat yang benar?
b) Rencana tindak lanjut
Nanti, bapak bisa mempraktekkan kembali apa yang sudah kita pelajari tadi ya
pak! Harus diminum obat dengan obat – obatan yang sudah saya jelaskan tadi dan
langsung membuat jadwal minum obatnya ya pak.
c) Kontrak yang akan datang
Baiklah pak, jika tidak ada pertanyaan lagi, saya akan selesaikan berbincang-
bincang hari ini, dan besok boleh kita berbincang – bincang lagi? Bapak maunya
jam berapa? Bapak maunya dimana? Baik, besok kita akan bertemu lagi, permisi
ya pak.

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3


Mengalihkan halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
1. Proses keperawatan
a) kondisi klien

data objektif: klien terlihat takut dan tidak mau berbicara terlihat murung gelisah terkadang
berbicara sendiri
data subjektif : pasien tidak komunikatif
b) Diagnosa keperawatan perubahan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan
menarik diri
c) Tujuan

67
 Evaluasi jadwal harian klien
 klien mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain
 klien mampu mempraktekkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
d) tindakan keperawatan
 identifikasi jadwal harian klien
 informasikan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
 latih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
 jadwalkan dan masukkan ke dalam buku harian latihan

2. Strategi komunikasi
a) Orientasi
salam terapeutik "selamat pagi bapak masih ingat dengan saya"
b) Evaluasi/validasi:
"bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suara masih muncul? Apakah
bapak sudah melakukan yang sudah saya ajarkan sebelumnya?
c) Kontrak:
"sesuai janji kita kemarin kita akan berlatih cara selanjutnya untuk mengontrol
halusinasi bapak mau berapa menit? Bapakmu di mana kita berbincang-bincang?
d) Tujuan
a. klien dapat membina hubungan saling percaya kalau
b. klien dapat mengontrol halusinasinya
c. klien dapat melakukan yang sudah diajarkan

3. kerja
Cara ketiga untuk mencegah/mengontrol halusinasi yaitu dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Jadi, jika bapak mendengarkan suara-suara, langsung mencari teman untuk
mengobrol dengan bapak titik contohnya begini "tolong saya mulai mendengar suara-
suara yang tidak ada wujud ayo ngobrol dengan saya."coba bapak lakukan sendiri yang
sudah saya ajarkan tadi. Ya, begitu bagus! Nah latih terus ya pak
4. Terminasi
Evaluasi bagaimana perasaan bapak ? apakah ada yang lupa tanyakan?
5. Rencana tindak lanjut
Nanti, bapak bisa praktekkan lagi dengan mandiri dari yang sudah kita pelajari dan
memasukkan ke dalam buku latihan bapak
6. kontrak yang akan datang
"Baiklah saya rasa cukup untuk saat ini bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk
mempelajari cara yang baru untuk mengontrol halusinasi bapak. Bapak maunya besok
jam berapa? Tempatnya mau di sini? Baik bapak, saya pamit ya permisi "

68
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 4
Mengalihkan halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari yang poisitf
1. Strategi komunikasi
a) Salam terapeutik
"Selamat pagi pak masih ingat dengan saya! Evaluasi/validasi "bagaimana perasaan
bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih ada? Apakah sudah pakai cara yang kita
latih? Berkurangkah suaranya?
b) Kontrak
"Sesuai janji kita yang kemarin hari ini kita akan belajar cara yang keempat untuk
mencegah halusinasi yaitu dengan melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita
bicara? Berapa lama kita bicaranya?
c) Tujuan
 klien dapat membina hubungan saling percaya
 klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya
 klien dapat mengontrol halusinasi
2. Kerja
"Cara keempat untuk mencegah halusinasi lain adalah dengan melakukan kegiatan. Apa
saja yang bisa bapak lakukan? Pagi hari apa kegiatannya? Terus jam berikutnya? Wah
banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih 2 kegiatan hari ini. Bagus sekali bapak bisa
lakukan. Untuk mencegah suara tersebut kegiatan lain bapak lakukan lagi agar dari pagi
sampai malam bapak ada kegiatan ".
3. Terminasi
a) Evaluasi
"Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap yang keempat untuk mencegah
suara-suara? . Baik dengan yang sudah saya ajarkan bapak lakukan untuk mencegah
suara-suara yang muncul dan masukkan ke dalam buku latihan bapak ya.
b) Rencana tindak lanjut
"Nanti bapak bisa mempraktekkan kembali apa yang sudah saya ajarkan untuk
mengontrol halusinasi ".
c) Kontrak yang akan datang
"Baik, saya rasa cukup hari ini ya pak besok kita bertemu lagi untuk melatih 4 cara yang
sudah saya ajarkan. Bapak mau jam berapa? Mau di mana tempatnya?

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

DENGAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI

69
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 :Membina hubungan saling percaya, membantu pasien
mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan berkomunikasi dan
kerugian tidak berkomunikasi dengan orang lain, dan mengajarkan pasien berkenalan.

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien

Data subjektif :

 Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak diam,
kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain,
perawatan diri kurang, posisi menekur.
Data Objektif :

 Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat,
ya atau tidak.
2. DiagnosaKeperawatan
Isolasi sosial : menarik diri
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
Pasien mampu :

1. Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial

2. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi

3. Klien mampu mengungkapkan kerugian jika tidak berinteraksi dengan orang lain

4. Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu oran

4. Tindakan Keperawatan

1. Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial

2. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi

3. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

4. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap

70
B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik : Assalamualaikum, selamat pagi Tn/Ny , perkenalkan nama saya
Andre Saya mahasiswa praktek dari poltekkes tanjungpinang yang akan dinas di ruang
ini selama 2 minggu. Nama Tn/Ny… siapa ? senangnya di panggil apa ?
b. Evaluasi/validasi
bagaimana keadaanTn/Ny… hari ini ?
c. Kontrak :
- Topik : Baiklah Tn/Ny bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang Tn/N dan
keluargaTn/Ny apakah bersedia ?
- Waktu : Berapa lama Tn/Ny mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit ?
- Tempat : Tn/Ny mau berbincang-bincang dimana ? Bagaimana kalau di taman ?
Baiklah Tn/Ny
2. Fase Kerja

(Jika pasien sudah lama dirawat)

”Apa yang Tn/Ny... rasakan selama Tn/Ny... dirawat disini? O.. Tn/Ny... merasa sendirian?
Siapa saja yang Tn/Ny... kenal di ruangan ini” “Apa saja kegiatan yang biasaTn/Ny...
lakukan dengan teman yang Tn/Ny... kenal?” “Apa yang menghambatTn/Ny... dalam
berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang lain?

”MenurutTn/Ny... apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau
kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya Tn/Ny... ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu
inginkah Tn/Ny... belajar bergaul dengan orang lain ? Bagus. Bagaimana kalau
sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”

“Begini lho Tn/Ny..., untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya Andre, senang
dipanggil Andre Asal saya dari Tanjungpinang hobi saya Memancing” “Selanjutnya
Tn/Ny... menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama kamu
siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”

71
“Ayo Tn/Ny... dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan Tn/Ny.... Coba berkenalan dengan
saya!” “Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali” “SetelahTn/Ny... berkenalan dengan
orang tersebut Tn/Ny... bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang
menyenangkanuntuk di bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga,
pekerjaan dan sebagainya.”

3. Terminasi

a. Evaluasi subjektif dan objektif :


”Bagaimana perasaanTn/Ny... setelah kita latihan berkenalan?” Tn/Ny... tadi sudah
mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
b. RTL :
”Selanjutnya Tn/Ny... dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya
tidak ada. Sehingga Tn/Ny... lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain.
c. Kontrak yang akan datang :
 Topik :
Baik lah Tn/Ny… bagaimana kalau besok kita praktekkan cara berkenalan dengan
orang lain, apakahTn/Ny… bersedia?

 Waktu :
Tn/Ny….mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00 ? Besok jam 11.00
sayaakankesiniuntukmengajakTn/Ny…berkenalandengantemansaya, perawat A.
bagaimana, Tn/Ny…maukan?

 Tempat :
Tn/Ny… maunya kita praktekkandimana? Bagaimana kalau di taman ? Baiklah
Tn/Ny… besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok Tn/Ny... saya
permisi Assalamualaikum WR,WB.

STATEGI PELAKSANAAN (SP) 2

Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang pertama -seorang
perawat)

A. Proses Keperawatan

72
1. Data subjektif :
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak diam,
kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri
kurang, posisi menekur.
2. Data Objektif :
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya
atau tidak.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi

“Selamat pagi Tn/Ny… ”“Bagaimana perasaan Tn/Ny…hari ini? Sudah dingat ingat lagi
pelajaran kita tetang berkenalan. Coba sebutkan lagi (sambil bersalaman dengan perawat).
Bagus sekali, Tn/Ny…masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak Tn/Ny…
mencoba berkenalan dengan teman saya perawat A. Tidak lama kok, sekitar 10 menit Ayo
kita temui perawat A disana.

2. Fase Kerja

Selamat pagi perawat A, Tn/Ny… ingin berkenalan dengan perawatA Baiklah Tn/Ny bisa
berkenalan dengan perawat A seperti yang kita praktekkan kemarin (pasien
mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat A: memberisalam, menyebutkan nama,
menanyakan nama perawat, dan seterusnya) Ada lagi yang Tn/Ny… ingin tanyakan kepada
perawatA.Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, bapak bisa sudahi perkenalan ini.
Lalu Tn/Ny… bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat A, misalnya jam 1 siang nanti
Baiklah perawat A, karena Tn/Ny… sudah selesai berkenalan, saya dan Tn/Ny… akan
kembali keruanganTn/Ny... Selamat pagi

3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan Tn/Ny… setelah berkenalan dengan perawat A”
” Tn/Ny… tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
b. RTL :

73
”Pertahankan terus apa yang sudah Tn/Ny.lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan
keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba berkenalan dengan yang lain ?
c. Kontrak yang akan datang :
 Topik :
Baik lah Tn/Ny… bagaimana kalau besok kita praktekkan cara berkenalan dengan
yang lain lagi, apakahTn/Ny… bersedia?

 Waktu :
Tn/Ny…mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10:00 ? Besok jam 10.00 saya akan
kesini untuk mengajakTn/Ny…berkenalan dengan pasien yang lain. Bagaimana,
Tn/Ny…maukan?

 Tempat :
Tn/Ny… maunya kita praktekkan dimana? Bagaimana kalau di taman ? Baiklah
Tn/Ny… besok saya akan kesini jam 10:00 sampai jumpa besok Tn/Ny…

STATEGI PELAKSANAAN (SP) 3

Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan orang kedua-seorang pasien)

A. Proses Keperawatan

1. Data subjektif :
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak diam,
kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan
diri kurang, posisi menekur.
2. Data Objektif :
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya
atau tidak.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
“Selamat pagi Tn/Ny.... Bagaimana perasaannya hari ini? ”Apakah Tn/Ny… bercakap-
cakap dengan perawat A kemarin siang”(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan
komunikasi berikutnya orang lain. ”Bagaimana perasaan Tn/Ny… setelah bercakap-

74
cakap dengan perawat A kemarin siang” ”Bagus sekali Tn/Ny… menjadi senang karena
punya teman lagi” ”Kalau begitu Tn/Ny... ingin punya banyak teman lagi?” ”Bagaimana
kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien B” ”seperti biasa kira-
kira 10 menit” ”Mari kita temui dia di ruang makan”
2. Fase Kerja
Selamat pagi ,ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. BaiklahTn/Ny… sekarang bisa
berkenalan dengannya seperti yang telah Tn/Ny… lakukan sebelumnya. (pasien
mendemontrasikan cara berkenalan: memberisalam, menyebutkan nama, nama panggilan,
asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama). Ada lagi yang Tn/Ny… ingin tanyakan
kepada pasien B? Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Tn/Ny… bisa sudahi
perkenalan ini. Lalu Tn/Ny… bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4
sore nanti. Baiklah pasien B, karena Tn/Ny… sudah selesai berkenalan, saya dan
Tn/Ny… akan kembali keruangan Tn/Ny…. Selamat pagi
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
“Bagaimana perasaan Tn/Ny… setelah berkenalan dengan pasien B?” ”Dibandingkan
kemarin pagi, Tn/Ny... tampak lebih baik saat berkenalan dengan pasien
B” ”Pertahankan apa yang sudah Tn/Ny… lakukan tadi.
b. RTL :
”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang
lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari Tn/Ny… dapat berbincang-
bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8
malam, Tn/Ny… bisa bertemu dengan perawat A, dan tambah dengan pasien yang
baru dikenal. Selanjutnya Tn/Ny… bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara
bertahap. Bagaimana Tn/Ny…, setuju kan?”

c. Kontrak yang akan datang :


 Topik :
Baik lah Tn/Ny… besok kita ketemu untuk membicarakan pengalaman Tn/Ny...
Tn/Ny…bersedia kan?

 Waktu :

75
Tn/Ny…mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10:00 ? Besok jam 10.00 saya akan
kesini untuk berbincang-bincang tentang pengalamanTn/Ny...

 Tempat :
Tn/Ny.. maunya kita praktekkan dimana? Bagaimana kalau di tempat ini saja lagi?
Baiklah Tn/Ny.. besok saya akan kesini jam 10:00 sampai jumpa besok Tn/Ny...

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATANN


A. PROSES KEPERAWATAN
1.Kondisi Klien
Tatapan pasien tajam, mudah tersinggung, nada berbicara tinggi, jika marah membanting pintu
dan memukul meja
2.Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan
3.Tujuan Khusus (TUK)
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4.Tindakan keperawatan SP 1 Pasien :
1. Menyebutkan penyebab perilaku kekerasan
2. Menyebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan
3. Menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan
4. Menyebutkan akibat perilaku kekerasan
5. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
6. Mempraktikkan latihan cara mengontrol fisik 1
7. Masuk jadwal kegiatan pasien
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik

76
“Selamat pagi, bolehkan saya berkenalan dengan bapak ? Nama saya ANDRE FITRI
SANTOSO, biasa di panggil ANDRE. Saya mahasiswa POLTEKKES KEMENKES
TANJUNGPINANG, saya bertugas diruangan ini selama 2 minggu, kalau saya boleh tau
nama bapak siapa? dan senang dipanggil siapa?”
2) Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ?”
3) Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita bercakap – cakap sebentar tentang perasaan marah bapak ?”
Waktu : “Kira-kira berapa lama ? bagaimana kalau 20 menit ?”
Tempat : “Dimana kita akan bercakap-cakap ? Bagaimana kalau disini saja ?’
2.Fase Kerja
“Apa yang menyebabkan bapak marah?” Apa sebelumnya bapak marah dan penyebabnya
sama?” “Jadi sebabnya masih sama ya pak ?” Pada saat penyebab marah itu ada apa yang
bapak rasakan” “Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada berdebar-debar, tangan
mengepal, mata melotot ?” “Setelah itu apa yang bapak lakukan ? Apakah dengan marah,
membanting pintu, memukul meja masalah akan selesai ?” “ Nah iya, tentu tidak kan pak.”
3.Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap dengan saya tadi?”

B. Evaluasi Objektif
“Iya jadi penyebab marah bapak tadi jika ada yang menggurui dan yang bapak rasakan dada
berdebar-debar, tangan mengepal dan mata melotot lalu yang bapak lakukan marah,
membanting pintu, memukul meja dan berbicara kotor ”

4. Rencana tindak lanjut


“Baiklah pak besok kita lanjut berbicara lagi” Kontrak yang akan datang
Topik : “Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi untuk berbicara akibat marah dan latihan
cara mengontrol marah?”
Waktu : “Mau jam berapa ibu ? Baik, besok pagi jadinya?
Tempat : “Tempatnya dimana pak ? Disini lagi pak ? Baik, sampai jumpa besok ya.”

A. PROSES KEPERAWATAN

77
1.Kondisi Klien
Ds : Pasien mengatakan marah jika ada yang menggurui
Do :
1. Wajah tegang
2.Pasien bercerita dengan nada bicara tinggi dan bersemangat
3.Tatapan tajam
2.Diagnosa Keperawatan Perilaku Kekerasan
3.Tujuan Khusus (TUK)
TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasa
TUK 6 : Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk perilaku kekerasan
4.Tindakan keperawatan
SP 1 Pasien :
1. Menyebutkan akibat perilaku kekerasan
2. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
3. Mempraktikkan latihan cara mengontrol fisik 1
4. Masuk jadwal kegiatan pasien
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
1)Salam Terapeutik
“Assamuaalaikum pak, selamat pagi.”
2)Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini ?” Sesuai dengan janji kita kemarin kita bertemu lagi
pak“
3)Kontrak
Topik: “Baik sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dan akibat dari
marah ?”
Waktu : “Mau berapa lama pak ? Bagaimana kalau 20 menit ?”
Tempat : “Dimana kita akan bercakap-cakap ? Bagaimana kalau di ruang tamu ?’
2. Fase Kerja

78
“Jadi akibat atau kerugiaan bapak jika membanting pintu dan memukul meja?” “Betul
pak ” “Setelah itu apa yang bapak lakukan ? Apakah dengan marah, membanting pintu,
memukul meja masalah akan selesai ?” “ Nah iya, tentu tidak kan pak.” “ Sekarang kita
akan belajar cara mengontrol perasan marah dengan Tarik nafas dalam, apa bapak
bersedia ?” “ Begini pak, kalau tanda-tanda marah itu muncul maka bapak duduk dengan
nyaman, lalu tarik napas dari hidung tahan sebentar, lalu keluarkan tiup dari mulut
perlahan seperti mengeluarkan kemarahan” “Ayo coba lagi, tarik napas dari hidung,
bagus tahan dulu sebetar lalu keluarkan melalui mulut tiup. “ Nah, lakukan sebanyak 5
kali pak. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya ?’ “
Sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga sewaktu rasa marah itu muncul
bapak sudah terbiasa melakukannya.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap dengan saya tadi?”

b. Evaluasi Objektif
“Jadi jika bapak ingi marah bisa melakukan tarik napas dalam yang sudah kita lakukan
tadi ya pak ”
4) Rencana tindak lanjut
“Sekarang kita buat jadwal latihan ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan tarik napas
dalam, jam berapa saja ?”
Kontrak yang akan datang
Topik : “Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi untuk latihan cara lain mengontrol
marah?”
Waktu : “Untuk jamnya bagaimana kalau sama seperti sekarang Jam 09.00 ?”
Tempat : “Untuk tempatnya tetap disini pak ? Baik, sampai jumpa besok ya.”

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien sudah berlatih cara mengontrol marah dengan tarik napas dalam. Tatapan klien
masih tajam tetapi wajah sudah tidak tegang dan nada bicara masih tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 6 : Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk perilaku kekerasan

79
5. Tindakan keperawatan
SP 2 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Mempraktikkan latihan cara mengontrol fisik 2 : Pukul bantal dan Kasur
3. Masuk jadwal kegiatan pasien
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Assamuaalaikum pak, selamat pagi.”
2) Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan pak hari ini ?” Sesuai dengan janji kita kemarin kita bertemu lagi
pak “
3) Kontrak
Topik: “Baik sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah yang kedua ?”
Waktu : “Mau berapa lama pak ? Bagaimana kalau 20 menit ?”
Tempat : “untuk tempatnya disini ya pak diruang tamu?”
2. Fase kerja
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, bapak dapat
melakukan pukul kasur dan bantal”?”
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Dimana kamar bapak?”
“Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul
kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”?”
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa merapikan tempat tidurnya.”
3. Fase Terminasi

1. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”

8. Evaluasi Objektif

80
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba ibu sebutkan lagi ? Bagus”

4. Rencana tindak lanjut


“Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau
jam berapa ? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam
15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya
pak?”
Kontrak yang akan datang
Topik : “Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan
belajar bicara yang baik ?”
Waktu : “Untuk jamnya bagaimana kalau sama seperti sekarang Jam
09.00 ?”
Tempat : “Untuk tempatnya tetap disini pak ? Baik, sampai jumpa besok ya.”
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien sudah berlatih cara menyalurkan marah dengan memukul bantal atau kasur. Tatapan
klien masih tajam tetapi wajah sudah tidak tegang dan nada bicara masih tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan

9. Tindakan keperawatan
SP 3 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Mempraktikkan latihan cara verbal/sosial
3. Masuk jadwal kegiatan pasien
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Assamuaalaikum pak, selamat pagi.”

81
2) Evaluasi / Validasi
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal ? Apa
yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur ?”

3) Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah ?”
Waktu : “Mau berapa lama pak ? Bagaimana kalau 15 menit ?”
Tempat : “untuk tempatnya disini ya pak diruang tamu?”

2. Fase kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah
dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka
kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak :

A. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin bapak bilang penyebab marahnya karena
ada yang menggurui. Coba ibu minta dengan baik : bapak saya minta untuk tidak
mengajarkan saya. Coba itu praktekkan.
B. Menolak dengan baik, jika ada yang mengurui bapak dan bapak tidak suka.
Katakan: ‘Maaf saya tidak ingin bapak menggurui saya”
C. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba
praktekkan. Bagus”

3. Fase Terminasi
1. Evaluasi Subjektif
“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yang baik”
2. Evaluasi Objektif
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”

4. Rencana tindak lanjut


“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau
latihan bicara yang baik? Bisa kita buat jadwalnya ?”
Kontrak yang akan datang

82
Topik : “Besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara ibadah.”
Waktu : “Untuk jamnya bagaimana kalau sama seperti sekarang Jam
09.00 ?”
Tempat : “Untuk tempatnya tetap disini pak ? Baik, sampai jumpa besok ya.”
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien sudah berlatih mengungkapkan marah dengan menolak yang baik, meminta dengan
baik dan mengungkapkan perasaan dengan baik. Wajah sudah tidak tegang lagi tetapi suara
masih keras.
2. Diagnosa Keperawatan Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 8 : Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan

10. Tindakan keperawatan


SP 4 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, 2) dan verbal
2. Latih cara spiritual
3. Masuk jadwal kegiatan pasien

B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Assamuaalaikum pak, selamat pagi.”
2) Evaluasi / Validasi
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan ? Apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur ? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya ?’
3) Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu
dengan ibadah ?

83
Waktu : “Mau berapa lama pak ? Bagaimana kalau 15 menit ?” Tempat : “Untuk tempatnya
disini ya pak di ruang tamu ?’
Tempat : “Untuk tempatmya disni ya pak diruang tamu?”

2. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan. Bagus “
“Baik, yang mana mau dicoba? “Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk
dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak
reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.” “Coba bapak
sebutkan sholat 5 waktu ? Bagus.
“ Mau coba yang mana ? Coba sebutkan caranya (untuk yang muslim).
3. Fase Terminasi
1. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga”

2. Evaluasi Objektif
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari ? Bagus”

3. Rencana tindak lanjut


“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak. Kontrak yang akan
datang”
Topik : “Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat.
Waktu : “Untuk jamnya bagaimana kalau sama seperti sekarang Jam 09.00 ?”
Tempat : “Untuk tempatnya tetap disini pak ? Baik, sampai jumpa besok ya.”
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien sudah berlatih mengendalikan marah dengan tarik nafas dalam, mengambil air
wudhu dan sholat. Pasien tampak tenang dan rileks. Pasien kooperatif.
2. Diagnosa Keperawatan Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 9 : Klien mendemonstrasiakan kepatuhan minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan

84
4.Tindakan keperawatan
SP 5 Pasien :
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah
dilatih.
2. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien,
benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis
obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
3. Susun jadwal minum obat secara teratur
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Assamuaalaikum pak, selamat pagi.”
2) Evaluasi / Validasi
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal,
bicara yang baik serta sholat ? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur ?”
3) Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat
yang benar untuk mengontrol rasa marah ?
Waktu : “Mau berapa lama pak ? Bagaimana kalau 15 menit ?”
Tempat : “Untuk tempatnya disini ya pak di ruang tamu ?’
2. Fase Kerja
“ Jadi disini kita akan belajar cara minum obat yang benar.”
“Bapak disini mengkonsumsi 3 obat ya pak yaitu Lorazepam untuk mengurangi cemas dan
gelisah. Haloperidol agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang., sedangkan Frimania
untuk mengatasi gangguan mental bipolar serta untuk mencegah perilaku self-harm
(menyakiti diri sendiri).”
“ Bapak bilang pengen cepat sembuh, berarti harus minum obat secara teratur dengan 5
cara, pertama dicek terlebih dahulu benar atau tidak ini obatnya mas disini kan ada
namanya, kedua enar obat dilihat dahulu ini benar obat yang biasanya dikonsumsi atau
tidak, ketiga benar dosis jadi kalau mas minum 2x1 ya harus diminum 2x1 tidak boleh lebih
dari 2x dalam sehari minum obatnya, ke empat benar waktu jadi kalau minum obat harus

85
tepat waktu, yang ke lima cara pemberian yang artinya kalau obat telan ya ditelan kalau
dikunyah ya dikunyah, begitu ya mas penjelasan saya, udah paham belum?”
“Oke kalau gitu kegiatan hari ini saya masukkan jadwal hariannya mas I
1. Fase Terminasi
1. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat
yang benar.”
2. Evaluasi Objektif
“Bagaimana cara minum obat yang benar ? Bagus”
2. Rencana tindak lanjut
“ Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari
?. Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa
laksanakan semua dengan teratur ya”
3. Kontrak yang akan datang
Topik : “Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana bapak
melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah.”
Waktu : “Untuk jamnya bagaimana kalau sama seperti sekarang Jam
09.00 ?”
Tempat : “Untuk tempatnya tetap disini pak ? Baik, sampai jumpa besok ya.”

86

Anda mungkin juga menyukai