Anda di halaman 1dari 96

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN TN.

N DENGAN
MASALAH HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG
SADEWA RSJ dr H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

DISUSUN OLEH :

1. Kartika Sari PO7220120


2. Monica Rizky Apriani
3. Muhammad Syafiq
4. Novi Liza
5. Resti Anabila Pasma
6. Ria Agustina
7. Rizki Ramadhani
8. Septi Memorisa
9. Vanisya Ikran
10. Wasty Veronica

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN POLTEKKES
KEMENKES TANJUNGPINANG
TAHUN 2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. N dengan Masalah
Keperawatan Halusinasi Pendengaran di Ruang Sadewa RS. Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor” ini dilakukan untuk melaksanakan post conference pada tanggal 23
Maret 2023

Laporan ini telah disahkan dan disetujui: Pembimbing


ruangan Sadewa di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor

Pembimbing Ruangan I Pembimbing Ruangan II

Ns. Ahmad Rivai, S. Kep Ns. Siti Nuraeni, S. Kep

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Rian Yuliana, S. Kep. Ners., MNS


NIP: 19880316 201801 2 001

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Pasien Tn. N dengan masalah halusinasi pendengaran.”
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada pembimbing kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Untuk itu, perkenankanlah kelompok mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. dr. Fidiansjah, SpKJ. MPH selaku direktur RS. Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor.
2. Bapak Iwan Iskandar SKM., MKM selaku direktur Poltekkes Kemenkes
Tanjungpinang.
3. Bapak Akemat, S. Kep, M. Kes selaku kepala bagian diklit RS. Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor
4. Rian Yuliana, S. Kep. Ners., MNS selaku penanggung jawab Mata Ajar
Keperawatan Jiwa dan Pembimbing Institusi.
5. Bapak Ahmad Rivai, S. Kep, Ners dan Ibu Siti Nuraeni,. S . K e p , N e r s
s e l a k u pembimbing lahan RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor di Ruang
Sadewa.
Kelompok menyadari sepenuhnya atas keterbatasan, kemampuan dan
pengetahuan kelompok, sehingga makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu kelompok mengharapkan saran dan kritik
dari rekan-rekan, sehingga pembuatan makalah ini akan menjadi lebih baik.
Kelompok berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kelompok pada khususnya.

Bogor, 23 Maret 2023

Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I..................................................................................................................................
1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................
4
TINJAUAN TEORI ..........................................................................................................
4
A. Asuhan Keperawatan Teori........................................................................................ 4
B. Konsep Asuhan Keperawatan.................................................................................. 15
BAB III.............................................................................................................................
26
TINJAUAN KASUS........................................................................................................ 26
4.1 Pengkajian............................................................................................................... 26
4.3 Rencana keperawatan.............................................................................................. 35
4.4 Implementasi dan Evaluasi ..................................................................................... 48
BAB IV.............................................................................................................................
58
PEMBAHASAN ..............................................................................................................
58
BAB V ..............................................................................................................................
62
PENUTUP........................................................................................................................ 62
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 62
B. Saran......................................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 64

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut UU No 18 Tahun 2014, kesehatan jiwa adalah kondisi seorang
individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Orang dengan masalah kejiwaan adalah orang yang
mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan, dan perkembangan,
dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki resiko mengalami gangguan jiwa.
Orang dengan gangguan jiwa adalah orang yang mengalami gangguan dalam
pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan
gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan
penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara
khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya
(impairment) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu
fungsi psikologik, perilaku, biologik, dan gangguan itu tidak hanya terletak di
dalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat (Yusuf,
2015). Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi
jiwa yang di tandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan
persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan jiwa menimbulkan
penderitaan dan stress bagi penderita termasuk keluarganya (Sutejo, 2017).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,
menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun
mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk
berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi dan prevalensi (per mil) rumah
tangga dengan ART gangguan jiwa berat (psikosis) secara nasional sebesar
6,7 per mil. Dengan prevalensi tertinggi di Bali (11,1 per mil). Diikuti DI
Yogyakarta (10,4 per mil), sedangkan yang terendah di Kepulauan Riau (2,8
per mil). Sementara Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu provinsi yang

1
mengalami peningkatan jumlah penderita ganguan jiwa berat, prevalensi
gangguan jiwa berat mengalami kenaikan menjadi 5,0 per mil dari tahun
2013.
Secara umum gangguan jiwa di bagi menjadi dua, yaitu gangguan jiwa
berat dan gangguan jiwa ringan. Gangguan jiwa berat/kelompok piskosis
merupakan gangguan jiwa yang terganggunya kemampuan pasien dalam
menilai realitas atau pemahan terhadap keadaan sakitnya. Menurut hasil
penelitian terakhir tahun 2005, masalah gangguan jiwa berat yang paling
sering dijumpai di rumah sakit jiwa di Indonesia seperti perilaku kekerasan,
risiko perilaku kekerasan, halusinasi, gangguan proses pikir, kerusakan
komunikasi verbal, resiko bunuh diri, isolasi sosial, kerusakan interaksi sosial,
defisit perawatan diri, dan harga diri rendah (Yusuf, 2015).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa
adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang
pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien gangguan jiwa
mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas. Salah satu manifestasi
yang muncul adalah halusinasi yang membuat pasien tidak dapat menjalankan
pemenuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Pasien dengan masalah halusinasi berbicara dan tertawa sendiri bahkan
sampai menarik diri dari orang lain akibat halusinasinya, apabila tidak segera
di tangani akan mengakibatkan masalah keperawatan lainnya seperti isolasi
sosial dan risiko perilaku kekerasan. Hal inilah yang menunjukan peran
perawat sangat penting yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif terhadap klien. Memberikan intervensi keperawatan yaitu
melatih cara menghardik, minum obat dengan benar, berbincang-bincang
dengan oramg lain, serta melakukan kegiatan positif, dengan harapan tanda
dan gejala halusinasi yang dialami dapat diatasi dan dampak terhadap
masalah keperawatan lainnya dapat dicegah. Berdasarkan latar belakang
diatas, kelompok ingin mengetahui gambaran tentang asuhan keperawatan
jiwa pada

2
pasien dengan masalah isolasi sosial di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, maka rumusan masalah ini
adalah bagaimana gambaran Asuhan Keperawatan dengan Masalah halusinasi
di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran Asuhan Keperawatan dengan Masalah
Halusinasi di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
1.3.2 Tujuan khusus
Adapun penulisan tujuan khusus agar penulis mampu dalam hal sebagai
berikut:
1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan jiwa pada pasien dengan
masalah halusinasi di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan jiwa pada pasien dengan
masalah halusinasi di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
3. Mampu menyusun intervensi keperawatan jiwa pada pasien dengan
masalah halusinasi di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
4. Mampu melakukan implementasi rencana keperawatan jiwa pada pasien
dengan masalah halusinasi di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor.
5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan jiwa pada pasien dengan
masalah halusinasi di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat bagi pasien
Mendapatkan asuhan keperawatan jiwa yang sesuai dengan standar
keperawatan sehingga masalah halusinasi pada pasien dapat teratasi.
1.4.2 Manfaat Bagi Penulis
Sebagai sarana belajar serta menambah wawasan pengetahuan dan
keterampilan dengan pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan
jiwa pada pasien halusinasi di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Keperawatan Teori
2.1 Definisi
Halusinasi merupakan gejala gangguan jiwa yang memiliki perubahan
persepsi sensori, serta merasakan suara, pengecapan, atau perabaan yang
dirasakan oleh pasien yang sebenarnya tidak ada ( MuhithA, 2015 ). Gejala
atau perilaku ini dapat terjadi pada pasien gangguan jiwa terkait dengan
gangguan jiwa halusinasi yaitu berbicara sendiri, tatapan mata ke satu titik,
pergerakan mata yang cepat, mengasingkan dari, tidak mampu
membandingkan mana yang asli dan bukan, ada pula pasien dengan gangguan
jiwa ada yang tidak mau mandi dan memiliki perilaku yang aneh (Damaiyanti
Iskandar, 2018)
Halusinasi merupakan gejala gangguan jiwa sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa. Klien biasanya merasa adanya sensasi
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan serta penciuman tanpa stimulus
yang nyata (Keliat, 2014). Halusinasi pendengaran biasanya terjadi ketika
klien mendengar suara halusinasi ini sudah melebur dan pasien merasa sangat
ketakutan, panic, dan tidak mampu membedakan yang khayalan dan
kenyataan (Hafizudin, 2021)
2.2 Etiologi
Faktor predisposisi klien halusinasi menurut (Oktaviani, 2020)
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan terganggu contoh kurangnya kontrol serta
kehangatan antar keluarga dan mengakibatkan klien tidak mampu
mandiri, mudah frustasi dan hilang rasa kepercayaan dirinya.
b. Faktor sosiokultural
Yaitu memiliki rasa tidak diterima dilingkungan sejak kecil dan
memiliki rasa disingkirkan, kesepian, serta tidak percaya diri pada
lingkungannya.

4
c. Biologis
Faktor ini sangat berpengaruh dalam gangguan jiwa, faktor utama
yaitu stres yang berlebih yang dialami seseorang dan didalam tubuh
otomatis akan menghasilkan suatu zat yang bersifat halusinogen
neurokimia diakibatkan stress yang berlebih dan berkepanjangan yang
menyebabkan teraktivasinaya neurotransmitter otak
d. Psikologis
Jika memiliki pribadian yang lemah serta tidak bertanggung jawab
akan mudah terjerumus pada peyalahgunaan zat adiktif. Hal ini sangat
berpengaruh pada ketidakmampuan untuk mengambil keputusan yang
tepat demi masa depan, kebanyakan akan berfikiran memilih kesenangan
sesaat dan lari dari dunia nyata menuju khayalan.
e. Sosial budaya
Yaitu mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting.
Didalam fase ini memiliki pandangan bahwa bersosialisasi dialam nyata
sangat berbahaya, jika asyik dengan halusinasinya akan seolah-olah
memiliki kehidupan untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan didalam dunia nyata.
2.3 Rentang Respon Halusinasi

Respon adaptif Respon maladaptif

1. Fikiran logis 1. Kadang proses 1. Gangguan proses


2. Persepsi akurat pikir terganggu pikir (waham)
3. Emosi konsisten 2. Ilusi 2. Halusinasi
dengan 3. Emosi 3. Kerusakan proses
pengalaman 4. Perilaku tidak emosi
4. Hubungan sosial biasa 4. Perlikau tidak
harmonis 5. Menarik diri terorganisir
5. Isolasi sosial

5
Halusinasi ialah respon maladaptive individu yang terdapat rentang respon
neurobiologis (Stuart dan Laraia, 2005 dalam Pardede et al, 2021). Respon
persepsi yang adaptif jika klien sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterorestasikan stimulus berdasarkan informasi
yang diperoleh melalui panca indra.
Respon individu (mengalami gangguan persepsi karena alasan tertentu)
adalah kesalahan pahaman terhadap stimulus yang diterima.
a. Respon adaptif
Respon adaptif yaitu respon yang diterima di norma social budaya
yang berlaku. Dalam kata lain adalah individu masih dalam keadaan batas
normal respon, adaptif mampu menghadapi dan memecahkan masalah yang
dihadapi
1) Fikiran yang logis yaitu pandangan yang tertuju pada kenyataan
2) Persepsi akurat yaitu pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Pengalaman emosi yang konsistenyaitu perasaan pengalaman yang timbul
dari ahli
4) Perilaku sosial yaitu tingkahlaku masih dalam keadaan batas normal
5) Hubungan sosial yaitu proses interaksi dengan individu lain dan
lingkungan
b. Respon psikososial
1) Proses fikir terganggu yaitu proses fikir yang menimbukan gangguan
2) Ilusi yaitu interpretasi atau salah penilaian tentang penerapan yang
sebenarnya dari sesuatu (benda nyata) kerena rangsangan sensorik.
3) Emosi yang berlebih atauberkurang
4) Perilaku abnormal yaitu perilaku dan sikap yang melampaui batas
5) Penarikan diri adalah untuk menghindari interaksidengan oranglain
c. Respon maladatif
Respon maladatif yaitu reaksi individu dalam memecahkan masalah yang
menyipang dari norma sosial budaya dan lingkungan antara lain :
1) Gangguan mental yang terobsesi dengan kenyakinan bahkan jika orang
lain tidak mempercayainya dan bertentangan dengan realitas sosial

6
2) halusinasi yaitu persepsi yang salah atau persepsi esternal yang tidak
realita atau tidak ada
3) rusaknya proses emosional yaitu perubahan hal-hal yang timbul dari diri
4) perilaku tidak teratur yaitu sesuatu yang tidak teratur
5) isolasi sosial yaitu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang dan
diterima oleh orang lain sebagai kecelakaan yang ditentukan dan
mengancam
2.4 Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang
luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
7
7. Halusinasi kinesthetic

8
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
2.5 Tanda Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicara sendiri,
pergerakan mata cepat, diam, asyik dengan pengalaman sensori, kehilangan
kemampuan membedakan halusinasi dan realitas rentang perhatian yang
menyempit hanya beberapa detik atau menit, kesukaran berhubungan dengan
orang lain, tidak mampu merawat diri.
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden, (1998)
dalam Yusalia (2015).
Jenis halusinasi Karakteristik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.

Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan


cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang luas
dan komplek. Penglihatan dapat
berupa sesuatu yang menyenangkan
/sesuatu yang menakutkan seperti
monster.
Penciuman
Membau bau-bau seperti bau darah,
urine, fases umumnya baubau yang

9
tidak menyenangkan. Halusinasi
penciuman biasanya sering akibat
stroke, tumor, kejang / dernentia.

Merasa mengecap rasa seperti rasa


Pengecapan
darah, urine, fases.

Mengalami nyeri atau


Perabaan
ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas rasa tersetrum listrik yang datang
dari tanah, benda mati atau orang lain.

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran


darah divera (arteri), pencernaan
Sinestetik
makanan.

Merasakan pergerakan sementara


Kinestetik
berdiri tanpa bergerak

2.6 Proses Terjadinya Masalah


Stuart (2007) perkembangan halusinasi memiliki 4 tahap yaitu :
a. Tahap pertama
Tahap pertama atau fase comforting adalah fase menyenangkan .
pada fase ini termasuk bagian nonpsikotik, karakteristik pada fase ini yaitu
pasien merasa stress, cemas, perasaan bersalah atau perpisahan dan kesepian
yang memuncak dan dapat dipecahkan dengan cara pasien juga mulai
menyendiri dan membayangkan yang membuat hati senang, dengan cara ini
dapat menolong klien tetapi hanya semetara. Adapun beberapa perilaku pada
klien yaitu senyum atau tawa tidak sesuai, sering menggerakan bibir tanpa
suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal lambat pada saat
halusinasinya datang dan suka mengasingkan diri.

10
b. Tahap kedua
Tahap kedua atau fase condendemming adalah halusinasi yang
membuat mengerikan termasuk dalam psikotik ringan fase ini memiliki
karakteristik fase yang mengerikan danmenakutkan cemasan bertambah,
melamun, dan berfikir sendiri menjadi dominan. Mulai dari adanya bisikan
yang tidak jelas dank lien tidak ingin orang lain tahu dan dapt
mengontrolnya.
c. Tahap ketiga
Tahap ketiga atau fase controlling adalah suatu pengalaman sensori
yang menjadi penguasa, fase ini tergolong dalam gangguan psikotik,
karakteristik pada fase ini yaitu bisikan, suara, isi halusinasi yang menonjol
ynag menguasai dan mengontrol klien, menyebabkan klien tidak berdaya
terhadap halusinasinya. Pada tahap ini pasien memiliki kemampuan untuk
mengontrol prilaku, halusinasi, dan perhatian lainnya dalam hitungan menit
dan detik. Adapun tanda tanda fisik klien berkeringat, gemetar, dan tidak
mampu menuruti perintah.
d. Tahap keempat
Tahap ke empat atau tahap menaklukan (panic) adalah tahap
dimana pengunjung melarikan diri dari denagn halusinasi, termasuk
transformasi halusinasi penyakit jiwa berat menjadi ancaman, perintah,
omelan pengunjung menjadi takut, tidak berdaya, tidak terkendali. Orang
lain yang berhubungan dengan kenyataan perilaku pada tahap ini adalah
perilaku mengerikan karena panic, kemungkinan bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, penarikan atau perilaku katatonik, ketidak mampuan
untuk menanggapi perintah yang kompleks, dan ketidak mampuan untuk
merespon lebih dari satu orang.

11
2.7 Penatalaksanaan Medis
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), tindakan keperawatan
untuk membantu klien mengatasi halusinasinya dimulai dengan membina
hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat
penting dijalin sebelum mengintervensi klien lebih lanjut. Pertama-tama klien
harus difasilitasi untuk merasa nyaman menceritakan pengalaman aneh
halusinasinya agar informasi tentang halusinasi yang dialami oleh klien dapat
diceritakan secara konprehensif. Untuk itu perawat harus memperkenalkan
diri, membuat kontrak asuhan dengan klien bahwa keberadaan perawat adalah
betul-betul untuk membantu klien. Perawat juga harus sabar, memperlihatkan
penerimaan yang tulus, dan aktif mendengar ungkapan klien saat
menceritakan halusinasinya. Hindarkan menyalahkan klien atau
menertawakan klien walaupun pengalaman halusinasi yang diceritakan aneh
dan menggelikan bagi perawat. Perawat harus bisa mengendalikan diri agar
tetap terapeutik.
Setelah hubungan saling percaya terjalin, intervensi keperawatan
selanjutnya adalah membantu klien mengenali halusinasinya (tentang isi
halusinasi, waktu, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi, dan perasaan klien saat halusinasi muncul). Setelah
klien menyadari bahwa halusinasi yang dialaminya adalah masalah yang
harus diatasi, maka selanjutnya klien perlu dilatih bagaimana cara yang bisa
dilakukan dan terbukti efektif mengatasi halusinasi. Proses ini dimulai dengan
mengkaji pengalaman klien mengatasi halusinasi. Bila ada beberapa usaha
yang klien lakukan untuk mengatasi halusinasi, perawat perlu mendiskusikan
efektifitas cara tersebut. Apabila cara tersebut efektif, bisa diterapkan,
sementara jika cara yang dilakukan tidak efektif perawat dapat membantu
dengan cara-cara baru. Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada
beberapa cara yang bisa dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi,
meliputi :
1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien
harus berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga.
Klien dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau lihat”.

12
Ini dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat. Bantu
pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan
pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik
halusinasi:
2. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin). Untuk
itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat mengatasi
halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat secara tepat sehingga
tujuan pengobatan tercapai secara optimal. Pendidikan kesehatan dapat
dilakukan dengan materi yang benar dalam pemberian obat agar klien
patuh untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan
klien yang mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga.
Hal ini penting dilakukan dengan dua alasan. Pertama keluarga adalah
sistem di mana klien berasal. Pengaruh sikap keluarga akan sangat
menentukan kesehatan jiwa klien. Klien mungkin sudah mampu
mengatasi masalahnya, tetapi jika tidak didukung secara kuat, klien bisa
mengalami kegagalan, dan halusinasi bisa kambuh lagi. Alasan kedua,
halusinasi sebagai salah satu gejala psikosis bisa berlangsung lama
(kronis), sekalipun klien pulang ke rumah, mungkin masih mengalarni
halusinasi. Dengan mendidik keluarga tentang cara penanganan
halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi terapis begitu klien
kembali ke rumah.
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah :
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange
Indikasi:

Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas,


ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala –
gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, manik
depresi, gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil.
Cara pemberian:

13
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan
intramuskuler. Dosis permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti
peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg perhari. Dosis ini
dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan satu
kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila gejala
psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan – lahan
sampai 600 – 900 mg perhari.
Kontra indikasi:
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma,
keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang
hipersensitif terhadap derifat fenothiazine.
Efek samping:
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi
orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore pada
wanita, hiperpireksia atau hipopireksia, gejala ekstrapiramida.
Intoksikasinya untuk penderita non psikosa dengan dosis yang tinggi
menyebabkan gejala penurunan kesadaran karena depresi susunan
syaraf pusat, hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan
perubahan gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali
menimbulkan intoksikasi.
b. Haloperidol ( Haldol, Serenace ), Warna : Putih besar
Indikasi:
Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la
tourette pada anak – anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku
yang berat pada anak – anak.
Cara pemberian:
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi 6 – 15
mg untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -5 mg
intramuskuler setiap 1 – 8 jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi:
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit parkinson,
hipersensitif terhadap haloperidol.
Efek samping:

14
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah,
gejala ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. Efek samping yang
jarang adalah nausea, diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala
gangguan otonomik. Efek samping yang sangat jarang yaitu alergi,
reaksi hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien memakai dalam
dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot atau
kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan.
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
Cara pemberian:
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah (12,5
mg)
diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis ditingkatkan
25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg setiap kali
suntikan, tergantung dari respon klien. Bila pemberian melebihi 50 mg
sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan – lahan.
Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif terhadap
fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap phenotiazine.
Intoksikasi biasanya terjadi gejala – gejala sesuai dengan efek samping
yang hebat. Pengobatan over dosis ; hentikan obat berikan terapi
simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan levarteronol hindari
menggunakan ephineprine ISO, (2008) dalam Pambayun (2015).
3. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya.
Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat
memvalidasi persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami
peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan dengan orang lain. Dua
hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap stimulus internal
yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien mengontrol halusinasi
dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain:

15
4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak
dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan
halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun rencana kegiatan
dari pagi sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur dengan
kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus selalu memonitor pelaksanaan
kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada waktu lagi untuk
melamun tak terarah. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara
ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas terjadwal.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


3.1 Pengkajian
Adapun konsep asuhan keperawatan harga diri rendah menurut Keliat
(2015), adalah sebagai berikut :
1. Identitas
a) Perawat melakukan perkenalan dan kontrak waktu dengan pasien
tentang nama perawat, nama pasien, waktu, tujuan, tempat
pertemuandan topik yang akan dibicarakan.

b) No. Rekam Medik dan usia berserta tempat tanggal lahir. Identitas klien
2. Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan pada keluarga/pasien apa penyebab pasien masuk ke rumah
sakit, tanyakan pada keluarga/paseien tentang riwayat gangguan jiwa dan
pernahkah mengalami pristiwa traumatik.
3. Psikologis
Kaji lingkungan, keluarga dan orang terdekat klien yang bisa
mempengaruhi psikologis klien.
4. Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
5. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan TTV yang hasil tekanan darah, nadi dan nafas
akan meningkat saat pasien menunjukkan tanda dan gejala dari segi
objektif maupun subjektif.

16
6. Aspek psikososial
a. Genogram
Genogram merupakan gambaran akan silsilah atau garis keturunan
keluarga pasien. Genogram dapat dijadikan acuan untuk melihat
apakah dari anggota keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa
sama seperti yang diderita atau dialami pasien.
b. Konsep diri
1) Citra tubuh: Citra tubuh berhubung dengan ada atau tidaknya
keluhan mengenai persepsi pasien terhadap tubuhnya, contohnya
bagian tubuh yang disukai maupun yang tidak disukai.
2) Identitas diri: Kesadaran diri yang dapat diperoleh individu melalui
observasi dan evaluasi diri, kepuasan klien sebagai laki-laki /
perempuan.
3) Peran: Tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
tersebut.

4) Ideal diri: Harapan orang yang diinginkan atau sejumlah aspirasi,


citacita, nilai nilai yang ingin dicapai
5) Harga diri: Hubungan dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan mereka terhadap dirinya, dan biasanya pengungkapan
kekecewaan terhadapnya.
6) Hubungan sosial: Hubungan klien dengan lingkungan sekitar
terutama hubungan sosialisasi klien dengan orang-orang terdekat
klien
7) Spiritual: Keyakinan pasien akan agama yang dianutnya dengan
melakukan ibadah sesuai dengan agamanya
7. Mekanisme koping
Mekanisme koping dapat diketahui dengan melakukan wawancara ke
orang terdekat pasien seperti keluarga atau kerabat pasien agar didapatkan
cara mengatasi atau mengendalikan diri pasien ketika menghadapi masalah.
3.2 Pohon Masalah

RISIKO PERILAKU KEKERASAN


Effect

17
GANGGUAN SENSORI PRESEPSI :
Core problem
HALUSINASI PENDENGARAN

Causa
3.2 Diagnosa Keperawatan
ISOLASI SOSIAL
1) Risiko Perilaku Kekerasan
2) Perubahan Sensori Presepsi: Halusinasi Pendengaran
3) Isolasi Sosial

18
3.4 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA
DX KEPERAWATAN PERENCANAAN
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Halusinasi TUM: Klien dapat mengontrol Setelah jam ... klien dapat menunjukan : Bina hubungan saling percaya
pendengaran halusinasi ekspresi wajah bersahabat, menunjukan dengan prinsip terapeutik
TUK: rasa senang, ada kontak mata, mau Sapa klien dengan ramah
Klien dapat membina berjabat tangan, mau menjawab salam,
Tanyakan nama lengkap klien,
hubungan saling percaya mau menyebut nama, mau berdampingan
dengan perawat, mau mengutarakan dan nama panggilan yang
masalah yang dihadapi disukai klien.
Jelaskan tujuan pertemuan
Jujur dan menepati janji

Klien dapat mengenali Setelah ... kali interaksi klien Kaji pengetahuan klien tentang
halusinasinya menyebutkan: perilaku isolasi sosial dan
Waktu, isi dan frekuensi tanda-tandanya
timbulnya halusinasi, dan dapat Adakan kontak singkat dan
mengungkapkan perasaan sering secara bertahap
terhadap halusinasinya Obsarvasi perilaku verbal dan
nonverbal yang berhubungan
dengan halusinasinya

18
Terima halusinasi sebagai hal
nyata bagi klien dan tindak
nyata bagi perawat
Identifikasi bersama klien
tentang waktu munculnya
halusinasi, isi halusinasi dan
frekuensi timbulnya halusinasi.
Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaannya
ketika halusinasinya muncul

Klien dapat mengontrol Setelah ... kali interaksi klien Identifikasi bersama klien
halusinasinya menyebutkan tindakan yang biasanya tindakan yang bisa dilakukan
dilakukan untuk mengendalikan jika halusinasinya muncul
halusinasi, dapat memilih cara
Beri pujian dan penguatan
mengendalikan halusinainya
terhadap tindakan yang positif.
Bersama klien merencanakan
kegiatan untuk mencegah
terjadinya halusinasi
Diskusikan cara mencegah
timlbulnya halusinasi dan
mengontrol halusinasi

19
Dorong klien untuk memilih
cara yang digunakan dalam
menghadapi halusinasi
Beri pujian dan penguatan
terhadap pilihan yang benar
Diskusikan bersama klien hasil
upaya yang telah dilakukan

Klien mendapat Setelah ... kali interaksi keluarga dapat 1. Bina hubungan saling percaya
dukungan dari keluarga saling percaya dengan perawat, dapat dengan keluarga ( ucapkan salam,
atau memanfaatkan menjelaskan perasaannya, dapat perkenalan diri, sampai tujuan, buuat
menjelaskan cara merawat klien kontrak dan eksplorasi perasaan.
sistem mendukung untuk
halusinasinya, dapat mendemostrasikan Diskusikan dengan anggota keluarga
mengendalikan cara perawatan klien halusinasi dirumah, tentang:
halusinasinya dapat berpartisipasi dalam perawatan Perilaku halusinasi
klien halusinasi Akibat yang akan terjadi jika
perilaku halusinasi tidak
ditanggapi
Cara keluarga menghadapi
klien halusinasi
Dorong anggota keluarga
untuk memberikan dukungan
kepada klien untuk mengontrol
halusinasinya

20
2. Anjurkan anggota keluarga secara
rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal satu minggu sekali
3. Berikan reinforcement positif atau
pujian atas hal-hal yang telah dicapai
keluarga

Klien dapat Setelah... kali interaksi klien dapat Diskusikan dengan klien
memanfaatkan obat menyebutkan manfaat, dosis, dan efek tentang dosis, frekuensi serta
dengan baik samping obat, dapat mendemostrasikan manfaat minum obat
penggunaan obat dengan benar,
Anjurkan klien minta sendiri
mendapat informasi tentang efek samping
obat obat dan akibat berhenti minum obat dengan perawat dan
obat, dapat menyebutkan prinsip 5 benar merasakan manfaatnya.
penggunaan obat Anjurkan klien bicara dengan
dokter tentang manfaat dan
efek samping obat.
Diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter.
Berikan reinforcement positif
atau pujian.

21
3.5 Implementasi Keperawatan
Setelah seorang perawat melakukan tindakan keperawata yang telah
diimplementasikan, perawat perlu memvalidasikan apakah rencana yang ditetapkan masih
sesuai dengan kondisi pasien saat ini. Perawat juga perlu mengevaluasi diri sendiri apakah
mempunyai kemampuan initerpersonal, intelektual, dan teknik sesuai dengan tindakan yang
akan dilaksanakan. Setelah tidak ada hambatan lagi, maka tindakan keperawatan bisa
diimplementasikan lagi.
Saat memulai untuk implementasi tindakan keperawatan, perawat harus membuat
kontrak dengan pasien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta pasien
yang diharapkan. Kemudian penting untuk diperhatikan terkait dengan standar tindakan
yang telah ditentukan dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang telah dilaksanakan
(Yusuf,2015.)
Untuk memudahkan pelaksanaan tindakan keperawatan, maka perawat perlu
membuat strategi pelaksanaan tindakan untuk klien dan keluarganya seperti berikut (strategi
pelaksanaaan tindakan dengan menggunakan komunikasi terapautik).

a) Tindakan keperawatan pada klien

SP 1

1. Mengidentifikasikan jenis halusinasi klien


2. Mengidentifikasikan isi halusinasi klien
3. Mengidentifikasikan waktu halusinasi klien
4. Mengidentifikasikan frekuensi halusinasi klien
5. Mengidentifikasikan situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasikan respon klien terhadap halusinasi
7. Menganjurkan klien menghardik halusiasi
8. Menganjurkan klien memasukan jadwal kegiatan harian

SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan klien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

23
SP 3

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien


2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
3. Menganjurkan klien memasukan jadwal kegiatan harian klien

SP 4
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegitan (kegiatan yang
bisa dilakukan klien)
3. Mengajukan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

b) Tindakan keperawatan keluarga


SP 1
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, jenis halusinasi serta proses
terjadinya halusinasi
3. Menjelaskan cara merawat klien dengan halusinasi

SP 2
1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan halusinasi
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien halusinasi

SP 3
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah (discharge planning)
2. Menjelaskan followup klien setelah pulang

3.6 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi dilakukan dengan fokus pada perubahan perilaku klien setelah diberikan
tindakan keperawatan. Keluarga juge perlu di evaluasi karena merupakan sistem
pendukung yang penting. Apakah klien dapat mengenal halusinasinya, yaitu halusinasi,
situasi, waktu dan frekuensi munculnya halusinasi. Apakah klien dapat mengungkapkan
perasaannya ketika halusinasinya muncul

24
1) Apakah klien dapat mengontrol halusinasinya dengan menggunakan empat cara
biru, yaitu menghardik, menemui orang lain dengan bercakap-cakap, melaksanakan
aktivitas yang terjadwal dan patuh minum obat
2) Apakah klien dapat mengungkapkan perasaannya mempraktikkan empat cara
mengontrol halusinasi
3) Apakah klien dapat memberdayakan sistem pendukungnya atau
keluarganya untuk mengontrol halusinasinya
4) Apakah klien dapat mematuhi minum obat.

25
BAB III
TINJAUAN
KASUS

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN


JIWA

4.1 Pengkajian
Ruang Rawat: Sadewa Tanggal Dirawat: 06-03-2023
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.N
Umur : 46Th
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal Pengkajian : 14 Maret 2023
RM No. : 0355xxx
Informan : Pasien Tn.N
2. ALASAN MASUK
klien dibawa oleh keluarga di mula karena klien gelisah marah marah ,sering gigit
gigi ,emosi labil ,bicara tidak menyambung ,sulit tidur ,RBD disangkal riwayat HT (+)
tidak rutin minum obat
3. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masalalu?
Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa, klien pernah masuk RSJ sejak tahun
2018, tetapi masuk lagi karna putus minum obat pada tahun 2023.
b. Pengobatan sebelumnya
Klien mengatakan pengobatan sebelumnya berhasil jika diminum secara rutin dan sesuai
aturan dokter, tetapi jika putus obat masalah muncul lagi.
c. Aniaya Fisik :
Aniaya Seksual :
Penolakan :
Kekerasan dalam keluarga :
Tindakan kriminal :
d. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
26
4. FISIK
a. Tanda – tanda vital
TD : 128/94 mmHg
N : 106x/mnt
S : 36c
RR : 18x/mnt
b. Keluhan Fisik

27
5. PSIKOSOSIAL
1. Genogram:

.
.

. . . . .

Keterangan:
: Meninggal : Laki-laki : Serumah
: Pasien . : Perempuan

2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan semua bagian tubuhnya disukai dan tidak ada bagian yang
tidak disukai.
b. Identitas
Klien mngatakan namanya N, umur 46 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan
dapat melihat dari penampilan serta perilaku seperti laki – laki
c. Peran
Klien mengatakan perannya sebagai anak, dan membantu mencari nafkah untuk
dirinya sendiri dan ibunya
d. Ideal diri
Klien mengatakan harapan hidupnya ingin sembuh dari segala sakitnya dan busa
berinteraksi dengan baik dengan banyak orang
e. Harga diri
Klien mengatakan hubungannya dengan orang lain biasa saja karena klien tidak
mudah berinteraksi dengan orang lainn.
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti dalam kehidupannya adalah ibunya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Kliwn tampak aktuf dalam mengikuti kegiatan TAK
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan suka malu untuk memulai obrolan dengan orang lain.

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama islam dan menyakini tuhan yang maha esa
b. Kegiatan ibadah
Klien jarang ibadah selama di RSJ

6. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Penampilan pasien rapi dan bersih seperti berpakaian biasa pada pasien umumnya
b. Pembicaraan
Pembicaraan dengan klien baik. Klien berbicara dengan suara pelan dan tidak
mampu memulai pembicaraan.
c. Aktivitas motorik
Klien tampak agitasi jika diberi pertanyaan yang banyak dalam satu waktu tanpa
jeda
d. Alam perasaan
Klien merasa bosan
e. Afek
Klien cukup tenang, emosi klien tumpul
f. Interaksi selama wawancara
Klien saat wawamcara kontak mata kurang tetapi ketika ditanya dapat menjawab
dengan baik.
g. Persepsi
Klien mengalami halusinasi pendengaran
h. Proses pikir
Saat berinteraksi klien dapat menjawab pertanyaan tetapi suka berhenti tiba – tiba
dikarenakan klien lupa.
i. Isi pikir
j. Waham
k. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien baik. Klien dapat mengingat tempat, orang, waktu, tidak
ada gangguan tingkat kesadaran
l. Memori
Daya ingat klien jangka panjang. Klien tampak ingat umur dan tahun lahir serta
alamat tempat tinggalnya. Daya ingat jangka pendek. Klien bisa mengingat SP yang
telah diajarkan kemarin
m. Tingkat konsentrasi dan berhitung

n. Kemampuan penilaian

o. Daya tilik diri


Klien mengatakan bahwa klien sehat dan tidak sakit. Klien mengingkari penyakit
jantung yang diderita.

7. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a. Makan
Klien makan sendiri tanpa dibantu oleh orang lain, makan selalu habis, makan 3x sehari
b. BAB/BAK
Klien BAB/BAK tanpa bantuan orang lain
c. Mandi
Klien mandi sendiri tanpa bantuan orang lain dan mandi 2x sehari
d. Berpakaian / berhias
Klien setelah mandi berhias menyisir rambut dan melipat kerah baju, baju terpakai dengan
baik
e. Istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidur nyenyak jam 22.00 WIB dan bangun jam 05.00 WIB serta tidur
siang dan jam 13.00 WIB
f. Penggunaan obat
Klien minum obat dengan mandiri
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien di rawat inap di ruang sadewa selama pengobatan berlangsung
h. Kegiatan didalam rumah
Mempersiapkan makanan untuk diri sendiri
i. Kegiatan diluar rumah

8. MEKANISME KOPING
adaptif : pasien mampu berbicara dengan orang lain dan mengikuti olahraga (senam)
maladaptif : -

9. MASALAH PISIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


a. masalah dengan dukungan kelompok
klien tidak ada masalah dengan kelompok dan klien mau ngobrol dengan yang lain
b. masalah berhubungan dengan lingkungan
klien jarang berinteraksi dan bicara seperlunya saja
c. masalah dengan pendidikan

d. masalah dengan pekerjaan


klien mengatakan dirinya seorang tukang parkir dan klien ingin bekerja kembali
e. masalah dengan perumahan

f. masalah ekonomi
klien mengatakan ekonominya
g. masalah dengan pelayanan kesehatan

10. PENGETAHUAN KURANG


pasien mengetahui penyakit jiwa yang dideritanya, hanya saja pasien putus obat lalu kambuh
lagi

11. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medis : Skizofrenia
Terapi Medis :
1. haloperidol 1,5mg
2. trihexy Renidol 2mg
3. bisoprolol 2,5mg
4. digoksin 0,2mg
5. clozapin 25m
NO DIAGNOSA
DX KEPERAWATAN PERENCANAAN
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Halusinasi TUM: Klien dapat mengontrol Setelah jam ... klien dapat menunjukan : Bina hubungan saling percaya
Pendengaran halusinasi ekspresi wajah bersahabat, menunjukan dengan prinsip terapeutik
TUK: rasa senang, ada kontak mata, mau Sapa klien dengan ramah
Klien dapat membina berjabat tangan, mau menjawab salam,
Tanyakan nama lengkap klien,
hubungan saling percaya mau menyebut nama, mau berdampingan
dengan perawat, mau mengutarakan dan nama panggilan yang
masalah yang dihadapi disukai klien.
Jelaskan tujuan pertemuan
Jujur dan menepati janji

Klien dapat mengenali Setelah ... kali interaksi klien Kaji pengetahuan klien tentang
halusinasinya menyebutkan: perilaku isolasi sosial dan
Waktu, isi dan frekuensi tanda-tandanya
timbulnya halusinasi, dan dapat Adakan kontak singkat dan
mengungkapkan perasaan sering secara bertahap
terhadap halusinasinya Obsarvasi perilaku verbal dan
nonverbal yang berhubungan
dengan halusinasinya
Terima halusinasi sebagai hal
nyata bagi klien dan tindak
nyata bagi perawat
Identifikasi bersama klien
tentang waktu munculnya
halusinasi, isi halusinasi dan
frekuensi timbulnya halusinasi.
Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaannya
ketika halusinasinya muncul
Klien dapat mengontrol Setelah ... kali interaksi klien Identifikasi bersama klien
Halusinasinya menyebutkan tindakan yang biasanya tindakan yang bisa dilakukan
dilakukan untuk mengendalikan jika halusinasinya muncul
halusinasi, dapat memilih cara
Beri pujian dan penguatan
mengendalikan halusinainya
terhadap tindakan yang positif.
Bersama klien merencanakan
kegiatan untuk mencegah
terjadinya halusinasi
Diskusikan cara mencegah
timlbulnya halusinasi dan
mengontrol halusinasi

Dorong klien untuk memilih


cara yang digunakan dalam
menghadapi halusinasi
Beri pujian dan penguatan
terhadap pilihan yang benar
Diskusikan bersama klien hasil
upaya yang telah dilakukan
Klien mendapat Setelah ... kali interaksi keluarga dapat 1. Bina hubungan saling percaya
dukungan dari keluarga saling percaya dengan perawat, dapat dengan keluarga ( ucapkan salam,
atau memanfaatkan menjelaskan perasaannya, dapat perkenalan diri, sampai tujuan, buuat
menjelaskan cara merawat klien kontrak dan eksplorasi perasaan.
sistem mendukung untuk
halusinasinya, dapat mendemostrasikan Diskusikan dengan anggota keluarga
mengendalikan cara perawatan klien halusinasi dirumah, tentang:
halusinasinya dapat berpartisipasi dalam perawatan Perilaku halusinasi
klien halusinasi Akibat yang akan terjadi jika
perilaku halusinasi tidak
ditanggapi
Cara keluarga menghadapi
klien halusinasi
Dorong anggota keluarga
untuk memberikan dukungan
kepada klien untuk mengontrol
halusinasinya
2. Anjurkan anggota keluarga secara
rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal satu minggu sekali
3. Berikan reinforcement positif atau
pujian atas hal-hal yang telah dicapai
keluarga

Klien dapat Setelah... kali interaksi klien dapat Diskusikan dengan klien
memanfaatkan obat menyebutkan manfaat, dosis, dan efek tentang dosis, frekuensi serta
dengan baik samping obat, dapat mendemostrasikan manfaat minum obat
penggunaan obat dengan benar,
Anjurkan klien minta sendiri
mendapat informasi tentang efek samping
obat obat dan akibat berhenti minum obat dengan perawat dan
obat, dapat menyebutkan prinsip 5 benar merasakan manfaatnya.
penggunaan obat Anjurkan klien bicara dengan
dokter tentang manfaat dan
efek samping obat.
Diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter.
Berikan reinforcement positif
atau pujian.
NO TANGGAL/JAM TINDAKANCATATAN
KEPERAWATAN
PERKEMBANGAN EVALUASI
1 Selasa, DS: -pasien mengatakan mendengar suara S: -pasien mengatakan suara bisikan
14 maret 2023
bisikan yang mengganggunya berkurang
09.30 WIB
DO: -pasien tampak melamun dan mondar- -pasien mengatakan bersedia
mandir melakukan cara menghardik Ketika
Diagnosa: Halusinasi pendengaran mendengar suara tersebut
O: pasien mampu melakukan cara
Tindakan keperawatan: menghardik dengan baik
- mengidentifikasi jenis, isi waktu, A: halusinasi pendengaran masih ada
frekuensi terjadinya halusinasi P: menganjurkan pasien melakukan SP1
- mengidentifikasi respon terhadap halusinasi ketika mendengar suara
halusinasi bisikan datang
- mengajarkan klien mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
RTL:
- mengontrak waktu latihan cara
menghardik halusinasi
- menganjurkan memasukkan kedalam

38
jadwal harian

2 Rabu, DS: pasien mengatakan dirinya meminum S: -pasien mengatakan bisa


15 maret 2023
obat sesuai dengan jadwal yang sudah mempraktikkan cara menghardik
10.00 WIB
diberikan dokter tanpa perawat
DO: -pasien tampak melamun -pasien mengatakan sudah mengetahui
-pasien mengetahui nama obat yang jenis, nama, waktu minum obat serta
dikonsumsinya manfaatnya.
Diagnosa: Halusinasi pendengaran O: pasien mampu menjelaskan obat yang
diminumnya
Tindakan keperawatan: A: halusinasi pendengaran tampak
- mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien berkurang
- memberikan Pendidikan Kesehatan tentang P: membuat jadwal kegiatan minum obat
penggunaan obat secara teratur apakah dengan M,B, dan T
- menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
RTL:
- evaluasi SP II halusinasi : meminum obat
- latih pasien dengan bercakap-cajap dengan
orang lain

3 Kamis, DS: pasien mengatakan melakukan kegiatan S: paien mengatakan sudah mulai
16 maret 2023
berbincang dengan temannya untuk bercakap-cakap dengan temannya dan
10.15 WIB
mengalihkan suara-suara yang didengar perawat
DO: -pasien tampak melamun O: pasien mampu melakukan kegiatan
-pasien tampak mengobrol dengan bercakap-cakap
temannya dan perawat A: halusinasi pendengaran mulai
Diagnosa: halusinasi pendengaran berkurang
P: menganjurkan pasien melakukan
Tindakan keperawatan: bercakap-cakap dengan teman dan
- menganjurkan pasien untuk berbicara
39
dengan teman atau perawat perawat
- latih pasien untuk melakukan aktivitas
yang positif
RTL:
- evaluasi SP III halusinasi : bercakap-
cakap dengan orang lain
- latih pasien melakukan kegiatan yang
positif
4 Jumat, DS: pasien mengatakan banyak melakukan S: pasien mengatakan sudah melakukan
17 maret 2023
kegiatan positif setiap harinyaseperti kegiatan yang positif, bercakap-cakap
10.30 WIB
bercakap dengan orang lain dengan orang lain
DO: -pasien tampak mengikuti kegiatan O: -pasien tampak setiap hari mengikuti
edukasi dan TAK Bersama teman dan kegiatan edukasi dan TAK
perawat -pasien tampak mampu melakukan
-pasien tampak bersemangat dan ADL secara mandiri
menjawab pertanyaan ketika kegiatan A: halusinasi pendengaran berkurang
edukasi dan TAK tetapi masih suka P: menganjurkan pasien untuk tetap selalu
melamun mengikuti kegiatan yang positif
Diagnosa: halusinasi pendengaran

Tindakan keperawatan
- menganjurkan pasien untuk selalu
melakukan kegiatan yang positif
- melatih pasien untuk selalu menemukan
kegiatan yang positif
RTL:
- evaluasi SP IV halusinasi : melakukan
kegiatan positif
- latih untuk SP I – SP IV

40
BAB IV
PEMBAHASAN

A. pengkajian
Setelah membandingkan antara teori dan kasus maka penulis
menemukan tidak adanya pemerikasaan diagnostik pada catatan
medik klien sehingga sulit untuk mengetahui adanya lesi atau
kerusakan dibagian otak klien, pada faktor genetik juga tidak ada
ditemukan anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.
Klien sudah menjalankan perannya sebagai anak, tidak ada hal-hal
yang membuat klien mengalami stress. Pada faktor pemicu gejala
menurut teori biasanya berhubungan dengan kesehatan lingkungan
sikap, dan perilaku tetapi tidak dengan klien kejadian dimasa lalu
mengenai tanda-tanda aniaya fisik tidak ada, tanda-tanda aniaya
seksual, tidak ada. Pengalaman dari penolakan baik keluarga maupun
lingkungan sekitar tidak ada, kekrasaan dalam keluarga tidak ada.
Pada saat pengkajian penulis menemukan faktor penghambat yaitu
pada data status kesehatan klien tidak ditemukan adanya

41
pemeriksaan diagnostik biologi dan tidak pernah bertemu anggota
keluarga yang menjenguk klien sehingga berkurangnya informasi
tentang klien.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua setelah pengkajian
dalam merumuskan dan memprioritaskan masalah pada teori terdapat
3 diagnosa keperawatan, pada kasus ditemukan 3 diagnosa
keperawatan yang mana terdapat kesenjangan diantaranya, terdapat
pada kasus namun tidak terdapat teori adalah :
1. Hasusinasi pendengaran, diagnosa ini diangkat karena pasien
selalu mendengarkan suara-suara yang tidak berwujud
2. Resiko perilaku kekerasan, diagnosa ini diangkat karena klien
selalu merasa terganggu suara-suara tak berwujud sehingga
menimbulkan emosi pada klien.
3. Isolasi sosial, diagnosa ini diangkat karena klien tidak mau
berbicara dengan orang sekitar.

C. Perencanaan
Menurut Damiyanti (2014), intrvensi keperawatan klien
gangguan persepsi sensori : halusianasi pendengaran meliputi tujuan
tindakan keperawatan pada klien, kriteria hasil dan tindakan
keperawatan pada klien. Dimana tujuan tindakan keperawatan untuk
klien halusianasi adalah klien dapat mengenal halusinasi yang
dialaminya serta dapat mengikuti program pengobatan dengan benar
dan kriteria hasilnya yaitu pasien dapat mengontrol halusianasinya.

42
Menurut Keliat (2007) perencanaan terdiri dari penetapan tujuan ,
intervensi atau rencana tindakan, dan rasional. Perencanaan
keperawatan merupakan tahap ketiga setelah diagnosa keperawatan
disusun. Rencana tindakan yang dibuat untuk klien pada setiap
diagnosa keperawatan sudah sesuai dengan teori yaitu terdiri dari 3
aspek utama, tujuan umum, tujuan khusus, dan rencana tindakan
keperawatan.
Adapun rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa
prioritas yaitu gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran
terdapat 4 SP antara lain : SP 1 yaitu klien dapat membina hubungan
saling percaya, dapat mengenal halusinasinya, dapat mengontrol
halusianasinya dengan cara menghardik. SP 2 yaitu klien dapat
mengendalikan halusinasinya dengan cara patuh minum obat. SP 3
yaitu klien dapat mengendalikan halusinasinya dengan cara
bercakap-cakap. Dan SP 4 yaitu klien dapat mengendalikan
halusinasinya dengan cara melakukan kegiatan.
Untuk diagnosa kedua yaitu isolasi sosial terdiri dari 4 SP
yaitu : SP 1 dengan cara membina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi isolasi sosial, mengidentifikasi keuntungan dan
kerugian berinteraksi. SP 2 yaitu dengan mengajarkan pasien
berinteraksi secara bertahap ( berkenalan dengan orang pertama :
seorang perawat ). SP 3 yaitu dengan mengajarkan pasien
berinteraksi secara bertahap ( berkenalan dengan orang kedua :
seorang pasien ). dan SP 4 yaitu dengan cara melatih kegiatan terapi
aktifitas kelompok.

43
Untuk diagnosa ke 3 yaitu resiko perilaku kekerasan terdiri
dari 4 SP antara lain SP 1 yaitu klien dapat membina hubungan
saling percaya, dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
yang dilakukan, dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan, dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, dan
klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik 1.
Yaitu tarik nafas dalam dan pukul bantal, SP 2 yaitu klien dapat
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat.
SP 3 yaitu klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan dengan
cara verbal. SP 4 yaitu klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan
dengan cara spiritual.
Dalam menyusun perencanaan penulis tidak menemukan
kendala berarti dikarenakan sudah tersedianya buku sumber asuhan
keperawatan jiwa dan standart pada asuhan keperawatan jiwa yang
berlaku di seluruh tatanan pelayanan keperawatan jiwa.

D. Penatalaksanaan (halusinasi pendengaran)


 SP 1 halusinasi yaitu bina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi, respon
terhadap halusinasi, latihan menghardik dan memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian klien.
 SP 2 halusinasi yaitu mengevaluasi tindakan menghardik, melatih
cara mengontol halusinasi dengan obat, serta memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian cara menghardik dan minum
obat.

44
 SP 3 halusinasi yaitu evaluasi tindakan menghardik, dan cara
minum obat, latih cara mengontrol halusianasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain, memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian pasien.
 Sp 4 halusinasi yaitu mengevaluasi cara menghardik, kepatuhan
minum obat, bercakap-cakap dengan orang lain, latihan cara
mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang
positif, memasukkan kegiatan ke dalam buku jadwal harian
pasien.
(isolasi sosial)
 Sp 1 isolasi sosial yaitu bina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, mengidentifikasi
keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain,
masukkan kedalam jadwal harian pasien
 Sp 2 isolasi sosial yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan tentang
berinteraksi dengan orang lain, mempraktekkan cara berkenalan
dengan 1 orang ( seorang perawat), membantu pasien
memasukkan kegiatan berbincang-bincang
 Sp 3 isolasi sosial yaitu mengevaluasi kegiatan pasien tentang
berinteraksi dengan orang lain, mempraktekkan cara berkenalan
dengan 1 orang ( seorang pasien), memasukkan ke dalam buku
harian pasein

(Resiko Perilaku Kekerasan)


 Sp 1 RPK yaitu membina hubungan saling percaya ,
mengidentifikasi resiko perilaku kekerasan, penyebab dan gejala

45
serta akibat dari perilaku kekerasan, menjelaskan cara
mengontrol resiko kekerasan (teknik nafas dalam, teknik pukul
bantal, teknik verbal, teknik farmakologis), memasukkan ke
jadwal harian pasien
 Sp 2 RPK yaitu mengevaluasi cara teknik nafas dalam, teknik
puluk bantal, melatih mengontrol marah dengan cara patuh
minum obat, masukkan ke dalam buku harian
 Sp 3 RPK yaitu mengevaluasi teknik nafas dalam dan memukul
bantal, teknik mengontrol marah dengan meminum obat,
mengajarkan klien mengontrol marah secara verbal, masukkan
ke dalam buku harian.
 Sp 4 RPK yaitu mengevaluasi teknik nafas dalam dan memukul
bantal, teknik mengontrol marah dengan meminum obat, teknik
marah dengan verbal, mengajarkan klien mengontrol marah
dengan spiritual, dan masukkan ke dalam buku harian.

E. Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi tidak ada kesenjangan antara teori
dan kasus karena pada teori menggunakan evaluasi SOAP sama
halnya dengan evaluasi pada kasus. Dalam tahap evaluasi tidak ada
penghambat dan faktor pendukungnya klien kooperatif dan
kerjasama yang baik antara penulis atau perawat ruangan

46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Halusinasi merupakan gangguan persepsi yang dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Dampak
yang terjadi pada pasien halusinasi apabila tidak segera di tangani
akan menyebabkan pasien mengalami ansietas bahkan pasien dapat
melakukan perilaku kekerasan seperti perilaku menyerang,
mengamuk sampai melakukan bunuh diri.
Dari hasil pengkajian pada Tn.N didapatkan kesenjangan antara teori
dan kasus. Pada faktor predisposisi untuk halusinasi pendengaran
yang meliputi pasien masuk karena putus obat 2023. Sedangkan pada
faktor presipitasi meliputi stimulus yang dipersepsikan sebagai
ancaman. Perilaku meliputi pasien merasa curiga, takut, tidak aman,
gelisah, bingung, serta tidak mampu membedakan keadaan nyata dan
tidak nyata. Manifestasi klinik mendengar suara-suara yang positif
dan negatif, suara itu muncul 1-2 x/ hari tidak tentu, perasaan ketika

47
mendengar suara itu adalah takut. Klien terlihat berbicara sendiri.
Klien mengatakan tidak percaya diri untuk berhubungan dengan
orang lain. Sumber koping yang terdapat pada kasus klien tidak
memiliki kreativitas dan tidak ada dukungan dari keluarga.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus yaitu yang
terdapat di teori meliputi: Risiko perilaku kekerasan, Halusinasi
pendengaran.Perencanaan dilakukan sesuai dengan standar asuhan
keperawatan secara teoritis yang ada menurut standar asuhan
keperewatan yang berlaku. Kelompok membuat perencanaan untuk
diagnosa halusinasi pendengaran yang bertujuan klien mampu
memenuhi kebutuhannya yaitu SP 1 (membina hubungan saling
percaya dan menjelaskan cara menghardik suara), SP 2 (minum obat
dengan benar), SP 3 (mengendalikan halusinasi dengan bercakap-
cakap), SP 4 (melakukan aktivitas terjadwal).

B. Saran
Ada beberapa saran yang ingin kelompok sampaikan, diharapkan
saran yang kelompok sampikan bisa diterima dan dipertimbangkan
sebaik-baiknya untuk peningkatan kualitas asuhan keperawatan pada
tahap selanjutnya.
1. Masyarakat/Pasien
Diharapkan dengan diajarkan strategi pelaksanaan oleh
perawat dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien serta
mampu membuat rencana kontrol yang berguna untuk
mencegah terjadinya putus obat yang bisa menyebabkan
kembalinya halusinasi.

48
2. Bagi kelompok selanjutnya dianjurkan untuk meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang optimal dan kompherensif serta
bertanggung jawab kepada klien.
3. Bagi Institusi
Bagi institusi pendidikan diharapkan mampu mengoptimalkan
pemberian ilmu dan mendorong mahasiswa untuk dapat terus
berinovasi serta mengembangkan keterampilan agar selalu
siap untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya pada
pasien kelolaan yang berpedoman pada teori

DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Pan. 2014. Konsep Halusinasi Dan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.


www.academia.edu diakses Oktober 2016.
Yusalia, Refiazka. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.
www.academia.edu diakses Oktober 2016
Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, Deden. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan Jiwa
Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd Surakarta. Jurnal
Poltekkes Bhakti Mulia. Darmaja, I Kade. 2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan
Keperawatan Pada Tn. “S” Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran Diruang Kenari Rsj Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang Malang
Program Studi Profesi (Ners) Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Bakti Indonesia Banyuwangi
Pambayun, Ahlul H. 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. S Dengan Gangguan
Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran Ruang 11 (Larasati) RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Semarang. Asuhan Keperawatan Psikiatri Akademi
Keperawatan Widya Husada Semarang.

49
Kemenkes RI. (2014). UU RI No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Kemenkes RI

Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan
Pengembangan
Kesehatan Kementrian RI Tahun 2018

Yusuf. A.H. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika

Sutejo. (2017). Keperawatan Kesehatan Jiwa Prinsip Dan Praktik Asuhan


Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press

LAMPIRAN

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) GANGGUAN SENSORI PERSEPSI


HALUSINASI Strategi Pelaksanaan (SP) 1 : Menghardik suara
1) Proses
kepera
watan
a)
Kondi
si
klien
Data objektif : Klien terlihat takut dan tidak mau berbicara terlihat
merenung, gelisah, terkadang, berbicara sendiri
Data subjektif : Pasien tidak komunikatif
b) Diagnosa keperawatan : perubahan persepsi sensori : Halusinasi
berhubungan dengan menarik diri
c) Tujuan :
i. Pasien dapat membina hubungan
saling percaya ii. Pasien dapat
mengenali halusinasi

50
iii. Psien dapat mempraktekkan cara
menghardik d) Tindakan keperawatan
Bina hubungan saling percaya
Identifikasi jenis halusinasi
Identifikasi jenis halusinasi
Identifikasi waktu halusinasi
Identifikasi frekuensi halusinasi
Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
Identifikasi respon klien terhadap halusinasi
Anjurkan cara menghardik halusinasi
Anjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian
2) Strategi komunikasi
pelaksanaan tindakan a. fase
orientasi
Salam terapeutik
Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya ......, saya senang dipanggil ....,
saya perawat yang merawat bapak hari ini dari pagi sampai sore, nama
bapak siapa? Bisa dipanggil apa?
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaannya hari ini? Bisa tidur tidak malam tadi? Ada keluhan
hari ini?
c. Kontrak
Topik: Apakah bapak keberatan kalau kita berbincang-bincang tentang
suara dan sesuatu yang selama ini mengganggu bapak tapi tidak tampak
wujudnya
Waktu : Mau berapa lama kita berbincang-bincang pak? Bagaimana kalau
10 menit

51
Tempat : Bagaimana pak, mau berbincang dimana? Bagaimana
kalau disini saja d. fase kerja
1) Apakah bapak sering berbicara dengan suara yang tidak ada wujudnya?
Apa yang sering dia katakan kepada bapak? Apakah bapak sering
mendengarkannya atau hanya diwaktu-waktu tertentu? Kapan paling
sering bapak mendengarkannya? Berapa kali sehari bapak
mendengarkannnya?
2) Pada keadaan apa, apakah waktu sendiri? Apakah yang bapak rasakan saat
mendengarkan suara itu? Apakah dengan cara itu suara tersebut hilang?
3) Bagimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara itu muncul? Ada 4
cara untuk
mencegah suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara, kedua
dengan cara minum obat yang teratur atas anjuran dokter, ketiga
berbincang-bincang dengan orang lain, ke empat dengan cara melakukan
aktivitas terjadwal. Hari ini kita akan belajar cara yang pertama yaitu
dengan cara menghardik
Cara sebagai berikut:
1. Saat suara itu muncul, bapak menutup kedua telinga dengan tangan
lau bilang”pergi pergi saya tidak mau dengar, kamu suara palsu”
begitu diulangi sampai suara itu tidak terdengar lagi.
2. Sekarang coba bapak lakukan,

nah begitu e. Fase terminasi


1. Evaluasi pasien
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap dan
latihan tadi?
2. Evaluasi perawat
Sekarang coba bapak ulangi cara tadi yang kita pelajari.
Iya bagus!
3) Rencana tindak lanjut
Baiklah, besok saya tidak ada, atau bapak lagi sendiri, bapak lakukan apa
yang telah kita pelajari ya pak! Dan jangan lupa menunjukan kedalam buku
latihannaya
4) Kontrak yang akan datang
Bapak, bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk berlatih cara
selanjutnya, untuk jamnya bapak mau jam berapa ? tempatnya disini saja?
Baik pak, saya pamit, permisi pak
STRATEGI PELAKASAAN (SP) 2
Meminum obat dengan benar 52
1) Proses
keper
awata
n a)
Kondi
si
klien
Data objektif : klien terlihat takut dan tidak mauberbicara, terlihat
merenung, gelisahterkadang berbicara sendiri
Data objektif : pasien tidak komunikatif
b) Diagnosa keperawatan : Perubahan persepsi sensori : halusinasi
berhubungan dengan menarik diri

53
c) Tujuan
i. Evaluasi jadwal harian klien
ii. Klien mengetahui cara mengenal halusinasi dnegan obat atas
anjuran dokter dan memanfaatkan obat dengan baik.
2) Cara kedua untuk mencegah atau mengontrol halusinasi dengan minum obat
secara teratur.
“bagaimana pak, ada perbedaan setelah minum obat secara teratur, apakah
suara-suara berkurang/menghilang? Minum obat sangat penting agar suara-
suara yang bapak dengar dan mengganggu bapak selama ini tidak muncul lagi.
Beberapa macam obat yang bapak minum? (perawat menyiapkan obat
pasien) ini yang warna orange (CPZ) 3x sehari, gunanya
untukmenghilangkan suara-suara. Ini yang warna putih (THP) 3x sehari
gunanya untuk rileks dan kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3x sehari,
gunanya untuk pikiran tenang. Kalau suara-suara sudah hilang, obat tidak
boleh berhenti diminum. Nanti konsultasikan lagi kedokter, sebab jika bapak
berhenti minum obat, halusinasi bapak akan kambuh lagi.
3) Terminasi
a) Evaluasi
“bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang dan
mempraktekkan cara minum obat yang benar?
b) Rencana tindak lanjut
Nanti, bapak bisa mempraktekkan kembali apa yang sudah kita
pelajari tadi ya pak! Harus diminum obat dengan obat – obatan yang
sudah saya jelaskan tadi dan langsung membuat jadwal minum
obatnya ya pak.
c) Kontrak yang akan datang
Baiklah pak, jika tidak ada pertanyaan lagi, saya akan selesaikan
berbincang- bincang hari ini, dan besok boleh kita berbincang –
bincang lagi? Bapak maunya jam berapa? Bapak maunya dimana?
Baik, besok kita akan bertemu lagi, permisi ya pak.

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3


Mengalihkan halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
1. Proses
keperawatan
a) kondisi
klien

data objektif: klien terlihat takut dan tidak mau berbicara terlihat murung
gelisah terkadang berbicara sendiri 54
data subjektif : pasien tidak
komunikatif
b) Diagnosa keperawatan perubahan persepsi sensori: halusinasi
berhubungan dengan menarik diri
c) Tujuan

55
Evaluasi jadwal harian klien
klien mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
klien mampu mempraktekkan cara mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain
d) tindakan keperawatan
identifikasi jadwal harian klien
informasikan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain
latih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
jadwalkan dan masukkan ke dalam buku harian latihan

2. Strategi
komunik
asi a)
Orientas
i
salam terapeutik "selamat pagi bapak masih ingat
dengan saya" b) Evaluasi/validasi:
"bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suara masih muncul?
Apakah bapak sudah melakukan yang sudah saya ajarkan sebelumnya?
c)
Kont
rak:
"sesuai janji kita kemarin kita akan berlatih cara selanjutnya untuk
mengontrol halusinasi bapak mau berapa menit? Bapakmu di mana kita
berbincang-bincang?
d)
Tuj
uan
a. klien dapat membina hubungan saling
percaya kalau b. klien dapat mengontrol
halusinasinya
c. klien dapat melakukan yang sudah diajarkan

3. kerja
Cara ketiga untuk mencegah/mengontrol halusinasi yaitu dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Jadi, jika bapak mendengarkan suara-suara, langsung mencari
teman untuk mengobrol dengan bapak titik contohnya begini "tolong saya mulai
mendengar suara- suara yang tidak ada wujud
56 ayo ngobrol dengan saya."coba
bapak lakukan sendiri yang sudah saya ajarkan tadi. Ya, begitu bagus! Nah latih
terus ya pak
4. Terminasi
Evaluasi bagaimana perasaan bapak ? apakah ada yang lupa tanyakan?
5. Rencana tindak lanjut
Nanti, bapak bisa praktekkan lagi dengan mandiri dari yang sudah kita
pelajari dan memasukkan ke dalam buku latihan bapak
6. kontrak yang akan datang
"Baiklah saya rasa cukup untuk saat ini bagaimana kalau besok kita bertemu
lagi untuk mempelajari cara yang baru untuk mengontrol halusinasi bapak.
Bapak maunya besok jam berapa? Tempatnya mau di sini? Baik bapak, saya
pamit ya permisi "

57
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 4
Mengalihkan halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari yang poisitf
1. Strategi
komunikasi
a) Salam
terapeutik
"Selamat pagi pak masih ingat dengan saya! Evaluasi/validasi "bagaimana
perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih ada? Apakah sudah
pakai cara yang kita latih? Berkurangkah suaranya?
b) Kontrak
"Sesuai janji kita yang kemarin hari ini kita akan belajar cara yang
keempat untuk mencegah halusinasi yaitu dengan melakukan kegiatan
terjadwal. Mau di mana kita bicara? Berapa lama kita bicaranya?
c) Tujuan
klien dapat membina hubungan saling percaya
klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya
klien dapat mengontrol halusinasi
2. Kerja
"Cara keempat untuk mencegah halusinasi lain adalah dengan melakukan
kegiatan. Apa saja yang bisa bapak lakukan? Pagi hari apa kegiatannya?
Terus jam berikutnya? Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih 2
kegiatan hari ini. Bagus sekali bapak bisa lakukan. Untuk mencegah suara
tersebut kegiatan lain bapak lakukan lagi agar dari pagi sampai malam bapak
ada kegiatan ".
3.
Ter
mi
nas
i a)
Ev
alu
asi
"Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap yang keempat untuk
mencegah suara-suara? . Baik dengan yang sudah saya ajarkan bapak
lakukan untuk mencegah suara-suara yang muncul dan masukkan ke
dalam buku latihan bapak ya.
b) Rencana tindak lanjut
"Nanti bapak bisa mempraktekkan kembali apa yang sudah saya
ajarkan untuk mengontrol halusinasi ".
c) Kontrak yang akan datang 58
"Baik, saya rasa cukup hari ini ya pak besok kita bertemu lagi untuk melatih 4
cara yang sudah saya ajarkan. Bapak mau jam berapa? Mau di mana
tempatnya?

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

DENGAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI

59
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 :Membina hubungan saling percaya,
membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal
keuntungan berkomunikasi dan kerugian tidak berkomunikasi dengan orang lain, dan
mengajarkan pasien berkenalan.

A. Proses
Keperawata
n

1. Kondisi klien

Data subjektif :

Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar,


banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan
dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
Data Objektif :

Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab


dengan singkat, ya atau tidak.
2. DiagnosaKeperawatan
Isolasi sosial : menarik diri
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
Pasien mampu :

1. Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya


isolasi sosial

2. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi

3. Klien mampu mengungkapkan kerugian jika tidak berinteraksi dengan orang


lain

4. Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu oran

4. Tindakan Keperawatan

1. Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi


sosial 60
2. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi

3. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

4. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap

61
B. Strategi
Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik : Assalamualaikum, selamat pagi Tn/Ny , perkenalkan
nama saya Andre Saya mahasiswa praktek dari poltekkes tanjungpinang
yang akan dinas di ruang ini selama 2 minggu. Nama Tn/Ny… siapa ?
senangnya di panggil apa ?
b.
Evaluasi/
validasi
bagaimana keadaanTn/Ny… hari ini ?
c.
K
o
nt
ra
k
:
- Topik : Baiklah Tn/Ny bagaimana kalau kita berbincang-bincang
tentang Tn/N dan keluargaTn/Ny apakah bersedia ?
- Waktu : Berapa lama Tn/Ny mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau
10 menit ?
- Tempat : Tn/Ny mau berbincang-bincang dimana ? Bagaimana kalau
di taman ?
Bai
klah
Tn/
Ny
2. Fase Kerja

(Jika pasien sudah


lama dirawat)

”Apa yang Tn/Ny... rasakan selama Tn/Ny... dirawat disini? O.. Tn/Ny...
merasa sendirian? Siapa saja yang Tn/Ny... kenal di ruangan ini” “Apa saja
kegiatan yang biasaTn/Ny... lakukan dengan teman yang Tn/Ny... kenal?” “Apa
62
yang menghambatTn/Ny... dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien
yang lain?

”MenurutTn/Ny... apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah


benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya Tn/Ny... ? Ya,
apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga
ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah Tn/Ny... belajar
bergaul dengan orang lain ? Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar
berkenalan dengan orang lain”

“Begini lho Tn/Ny..., untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu
nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama
Saya Andre, senang dipanggil Andre Asal saya dari Tanjungpinang hobi saya
Memancing” “Selanjutnya Tn/Ny... menanyakan nama orang yang diajak
berkenalan. Contohnya begini: Nama kamu siapa? Senang dipanggil apa?
Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”

63
“Ayo Tn/Ny... dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan Tn/Ny.... Coba
berkenalan dengan saya!” “Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“SetelahTn/Ny... berkenalan dengan orang tersebut Tn/Ny... bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkanuntuk di bicarakan. Misalnya
tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

3. Terminasi

a. Evaluasi subjektif
dan objektif :
”Bagaimana perasaanTn/Ny... setelah kita latihan berkenalan?”
Tn/Ny... tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
b
.

R
T
L

:
”Selanjutnya Tn/Ny... dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi
selama saya tidak ada. Sehingga Tn/Ny... lebih siap untuk berkenalan
dengan orang lain.
c. Kontrak yang
akan datang :
Topik :
Baik lah Tn/Ny… bagaimana kalau besok kita praktekkan cara
berkenalan dengan
orang lain,
apakahTn/Ny… bersedia?

Waktu :
Tn/Ny….mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00 ? Besok jam
11.00 sayaakankesiniuntukmengajakTn/Ny…
berkenalandengantemansaya, perawat A. bagaimana, Tn/Ny…maukan?

Tempat : 64
Tn/Ny… maunya kita praktekkandimana? Bagaimana kalau di taman ?
Baiklah Tn/Ny… besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok
Tn/Ny... saya permisi Assalamualaikum WR,WB.

STATEGI PELAKSANAAN (SP) 2

Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang


pertama -seorang perawat)

A. Proses Keperawatan

65
1. Data subjektif :
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar,
banyak diam,
kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain,
perawatan diri kurang, posisi menekur.
2. Data Objektif :
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan
singkat, ya atau tidak.
B. Strategi
Komunikasi
1. Fase orientasi

“Selamat pagi Tn/Ny… ”“Bagaimana perasaan Tn/Ny…hari ini? Sudah dingat


ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan. Coba sebutkan lagi (sambil
bersalaman dengan perawat). Bagus sekali, Tn/Ny…masih ingat. Nah seperti
janji saya, saya akan mengajak Tn/Ny… mencoba berkenalan dengan teman
saya perawat A. Tidak lama kok, sekitar 10 menit Ayo kita temui perawat A
disana.

2. Fase Kerja

Selamat pagi perawat A, Tn/Ny… ingin berkenalan dengan perawatA Baiklah


Tn/Ny bisa berkenalan dengan perawat A seperti yang kita praktekkan kemarin
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat A: memberisalam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya) Ada lagi yang
Tn/Ny… ingin tanyakan kepada perawatA.Kalau tidak ada lagi yang ingin
dibicarakan, bapak bisa sudahi perkenalan ini. Lalu Tn/Ny… bisa buat janji
bertemu lagi dengan perawat A, misalnya jam 1 siang nanti Baiklah perawat A,
karena Tn/Ny… sudah selesai berkenalan, saya dan Tn/Ny… akan kembali
keruanganTn/Ny... Selamat pagi

3. Terminasi
66
a. Evaluasi subjektif
dan objektif :
Bagaimana perasaan Tn/Ny… setelah berkenalan dengan perawat A”
” Tn/Ny… tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
b
.

R
T
L

67
”Pertahankan terus apa yang sudah Tn/Ny.lakukan tadi. Jangan lupa
untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya
menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba
berkenalan dengan yang lain ?
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah Tn/Ny… bagaimana kalau besok kita praktekkan cara
berkenalan dengan yang lain lagi, apakahTn/Ny… bersedia?

Waktu :
Tn/Ny…mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10:00 ? Besok jam
10.00 saya akan kesini untuk mengajakTn/Ny…berkenalan dengan
pasien yang lain. Bagaimana, Tn/Ny…maukan?

Tempat :
Tn/Ny… maunya kita praktekkan dimana? Bagaimana kalau di taman
? Baiklah
Tn/Ny… besok saya akan kesini jam 10:00 sampai jumpa
besok Tn/Ny…

STATEGI PELAKSANAAN (SP) 3

Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan orang kedua-seorang


pasien)

A. Proses
Keperawatan

1. Data
subjektif
:
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar,
banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan
dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
2. Data
Objektif
: 74
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan
singkat, ya atau tidak.
B. Strategi
Komunikasi
1.
Fase
orienta
si
“Selamat pagi Tn/Ny.... Bagaimana perasaannya hari ini? ”Apakah Tn/Ny…
bercakap- cakap dengan perawat A kemarin siang”(jika jawaban pasien: ya,
saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain. ”Bagaimana
perasaan Tn/Ny… setelah bercakap-

75
cakap dengan perawat A kemarin siang” ”Bagus sekali Tn/Ny… menjadi senang
karena punya teman lagi” ”Kalau begitu Tn/Ny... ingin punya banyak teman
lagi?” ”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu
pasien B” ”seperti biasa kira- kira 10 menit” ”Mari kita temui dia di ruang makan”
2. Fase Kerja
Selamat pagi ,ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. BaiklahTn/Ny…
sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah Tn/Ny… lakukan
sebelumnya. (pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberisalam,
menyebutkan nama, nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang
sama). Ada lagi yang Tn/Ny… ingin tanyakan kepada pasien B? Kalau tidak ada
lagi yang ingin dibicarakan, Tn/Ny… bisa sudahi perkenalan ini. Lalu Tn/Ny…
bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti. Baiklah
pasien B, karena Tn/Ny… sudah selesai berkenalan, saya dan Tn/Ny… akan
kembali keruangan Tn/Ny…. Selamat pagi
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
“Bagaimana perasaan Tn/Ny… setelah berkenalan dengan pasien B?”
”Dibandingkan
kemarin pagi, Tn/Ny... tampak lebih baik saat berkenalan dengan pasien
B” ”Pertahankan apa yang sudah Tn/Ny…
lakukan tadi. b. RTL :
”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap
dengan orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari
Tn/Ny… dapat berbincang- bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali,
jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, Tn/Ny… bisa bertemu dengan
perawat A, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal. Selanjutnya
Tn/Ny… bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap.
Bagaimana Tn/Ny…, setuju kan?”

c. Kontrak yang akan datang :


Topik : 76
Baik lah Tn/Ny… besok kita ketemu untuk membicarakan pengalaman
Tn/Ny... Tn/Ny…bersedia kan?

Waktu :

77
Tn/Ny…mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10:00 ? Besok jam
10.00 saya akan kesini untuk berbincang-bincang tentang
pengalamanTn/Ny...

T
e
m
p
at
:
Tn/Ny.. maunya kita praktekkan dimana? Bagaimana kalau di tempat
ini saja lagi? Baiklah Tn/Ny.. besok saya akan kesini jam 10:00 sampai
jumpa besok Tn/Ny...

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATANN


A. PROSES KEPERAWATAN
1.Kondisi Klien
Tatapan pasien tajam, mudah tersinggung, nada berbicara tinggi, jika marah
membanting pintu dan memukul meja
2.Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan
3.Tujuan Khusus (TUK)
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4.Tindakan keperawatan SP 1 Pasien :
1. Menyebutkan penyebab perilaku kekerasan
2. Menyebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan
3. Menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan
4. Menyebutkan akibat perilaku kekerasan
78
5. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
6. Mempraktikkan latihan cara mengontrol fisik 1
7. Masuk jadwal kegiatan pasien
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
1) Salam
Terapeuti
k

79
“Selamat pagi, bolehkan saya berkenalan dengan bapak ? Nama saya ANDRE
FITRI SANTOSO, biasa di panggil ANDRE. Saya mahasiswa POLTEKKES
KEMENKES TANJUNGPINANG, saya bertugas diruangan ini selama 2
minggu, kalau saya boleh tau nama bapak siapa? dan senang dipanggil siapa?”
2)
Evaluasi /
Validasi
“Bagaimana perasaan
bapak hari ini ?”
3) Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita bercakap – cakap sebentar tentang perasaan
marah bapak ?” Waktu : “Kira-kira berapa lama ? bagaimana kalau 20 menit
?”
Tempat : “Dimana kita akan bercakap-cakap ? Bagaimana kalau
disini saja ?’
2.Fase Kerja
“Apa yang menyebabkan bapak marah?” Apa sebelumnya bapak marah dan
penyebabnya sama?” “Jadi sebabnya masih sama ya pak ?” Pada saat penyebab
marah itu ada apa yang bapak rasakan” “Apakah bapak merasakan kesal
kemudian dada berdebar-debar, tangan mengepal, mata melotot ?” “Setelah itu
apa yang bapak lakukan ? Apakah dengan marah, membanting pintu, memukul
meja masalah akan selesai ?” “ Nah iya, tentu tidak kan pak.”
3.Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap dengan
saya tadi?”

B. Evaluasi Objektif
“Iya jadi penyebab marah bapak tadi jika ada yang menggurui dan yang bapak
rasakan dada berdebar-debar, tangan mengepal dan mata melotot lalu yang
bapak lakukan marah, membanting pintu, memukul meja dan berbicara kotor ”

4. Rencana tindak lanjut


“Baiklah pak besok kita lanjut berbicara lagi” Kontrak yang
akan datang
Topik : “Bagaimana kalau besok kita 80
ketemu lagi untuk berbicara akibat marah
dan latihan cara mengontrol marah?”
Waktu : “Mau jam berapa ibu ? Baik, besok
pagi jadinya?
Tempat : “Tempatnya dimana pak ? Disini lagi pak ? Baik, sampai jumpa
besok ya.”

A. PROSES
KEPERAWATAN

81
1.Kondisi Klien
Ds : Pasien mengatakan marah jika ada yang menggurui
Do :
1. Wajah tegang
2.Pasien bercerita dengan nada bicara tinggi dan bersemangat
3.Tatapan tajam
2.Diagnosa Keperawatan Perilaku Kekerasan
3.Tujuan Khusus (TUK)
TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasa
TUK 6 : Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk perilaku kekerasan
4.Tindakan keperawatan
SP 1 Pasien :
1. Menyebutkan akibat perilaku kekerasan
2. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
3. Mempraktikkan latihan cara mengontrol fisik 1
4. Masuk jadwal kegiatan pasien
B. STRATEGI
KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
1)Salam Terapeutik
“Assamuaalaikum pak, selamat pagi.”
2)Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini ?” Sesuai dengan janji kita kemarin kita
bertemu lagi pak“
3)Kontrak
Topik: “Baik sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dan
akibat dari
marah ?”
Waktu : “Mau berapa lama pak ? Bagaimana kalau 20 menit ?”
82
Tempat : “Dimana kita akan bercakap-cakap ? Bagaimana kalau di ruang
tamu ?’
2. Fase Kerja

83
“Jadi akibat atau kerugiaan bapak jika membanting pintu dan memukul
meja?” “Betul pak ” “Setelah itu apa yang bapak lakukan ? Apakah dengan
marah, membanting pintu, memukul meja masalah akan selesai ?” “ Nah iya,
tentu tidak kan pak.” “ Sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasan
marah dengan Tarik nafas dalam, apa bapak bersedia ?” “ Begini pak, kalau
tanda-tanda marah itu muncul maka bapak duduk dengan nyaman, lalu tarik
napas dari hidung tahan sebentar, lalu keluarkan tiup dari mulut perlahan
seperti mengeluarkan kemarahan” “Ayo coba lagi, tarik napas dari hidung,
bagus tahan dulu sebetar lalu keluarkan melalui mulut tiup. “ Nah, lakukan
sebanyak 5 kali pak. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya.
Bagaimana perasaannya ?’ “ Sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara
rutin, sehingga sewaktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa
melakukannya.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap dengan
saya tadi?”

b. Evaluasi Objektif
“Jadi jika bapak ingi marah bisa melakukan tarik napas dalam yang sudah
kita lakukan tadi ya pak ”
4) Rencana tindak lanjut
“Sekarang kita buat jadwal latihan ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan
tarik napas
dalam, jam berapa saja ?”
Kontrak yang akan datang
Topik : “Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi untuk latihan cara lain
mengontrol marah?”
Waktu : “Untuk jamnya bagaimana kalau sama seperti sekarang Jam 09.00 ?”
Tempat : “Untuk tempatnya tetap disini pak ? Baik, sampai jumpa besok ya.”

A. PROSES
KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien

84
Pasien sudah berlatih cara mengontrol marah dengan tarik napas dalam.
Tatapan klien masih tajam tetapi wajah sudah tidak tegang dan nada bicara
masih tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 6 : Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk perilaku kekerasan

85
5. Tindakan keperawatan
SP 2 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Mempraktikkan latihan cara mengontrol fisik 2 : Pukul bantal dan Kasur
3. Masuk jadwal kegiatan pasien
B. STRATEGI
KOMUNIKASI
1.
Fase
Orienta
si
1) Salam Terapeutik
“Assamuaalaikum pak,
selamat pagi.”
2) Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan pak hari ini ?” Sesuai dengan janji kita kemarin kita
bertemu lagi pak “
3) Kontrak
Topik: “Baik sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah
yang kedua ?” Waktu : “Mau berapa lama pak ? Bagaimana kalau 20 menit
?”
Tempat : “untuk tempatnya disini ya pak
diruang tamu?”
2. Fase kerja
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,
bapak dapat
melakukan pukul kasur
dan bantal”?”
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Dimana
kamar bapak?”
“Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan
lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah,
coba bapak lakukan, pukul kasur86 dan bantal. Ya, bagus sekali bapak
melakukannya”?”
“Kekesalan lampiaskan ke kasur
atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah.
Kemudian
jangan lupa merapikan
tempat tidurnya.”
3. Fase
Termin
asi

1. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan
marah tadi?”

8. Evaluasi Objektif

87
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba ibu sebutkan
lagi ? Bagus”

4. Rencana tindak lanjut


“Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur
bantal mau jam berapa ? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam
05.00 pagi. dan jam jam
15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua
cara tadi ya pak?”
Kontrak yang akan datang
Topik : “Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol
marah dengan belajar bicara yang baik ?”
Waktu : “Untuk jamnya bagaimana kalau sama seperti sekarang Jam
09.00 ?”
Tempat : “Untuk tempatnya tetap disini pak ? Baik, sampai jumpa besok ya.”
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien sudah berlatih cara menyalurkan marah dengan memukul bantal atau
kasur. Tatapan klien masih tajam tetapi wajah sudah tidak tegang dan nada
bicara masih tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah perilaku
kekerasan

9. Tindakan keperawatan
SP 3 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Mempraktikkan latihan cara verbal/sosial
3. Masuk jadwal kegiatan pasien
B. STRATEGI
KOMUNIKASI 88
1. Fase Orientasi
1) Salam
Terapeuti
k
“Assamuaalaikum pak,
selamat pagi.”

89
2)
Evaluasi /
Validasi
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur
bantal ? Apa
yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur ?”

3) Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah ?”
Waktu : “Mau berapa lama pak ? Bagaimana kalau 15
menit ?” Tempat : “untuk tempatnya disini ya pak
diruang tamu?”

2. Fase kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan
sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada
tiga caranya pak :

A. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin bapak bilang penyebab
marahnya karena ada yang menggurui. Coba ibu minta dengan baik :
bapak saya minta untuk tidak mengajarkan saya. Coba itu praktekkan.
B. Menolak dengan baik, jika ada yang mengurui bapak dan bapak
tidak suka.
Katakan: ‘Maaf saya tidak ingin bapak menggurui saya”
C. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena
perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”

3. Fase Terminasi
1. Evaluasi
Subjektif
“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol 90
marah dengan bicara yang baik”
2. Evaluasi
Objektif
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”

4. Rencana
tindak lanjut
“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari
bapak mau
latihan bicara yang baik? Bisa kita buat
jadwalnya ?”
Kontrak yang akan
datang

91
Topik : “Besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah
bapak yaitu dengan cara ibadah.”
Waktu : “Untuk jamnya bagaimana kalau sama seperti sekarang Jam
09.00 ?”
Tempat : “Untuk tempatnya tetap disini pak ? Baik, sampai jumpa besok ya.”
A. PROSES
KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien sudah berlatih mengungkapkan marah dengan menolak yang baik,
meminta dengan baik dan mengungkapkan perasaan dengan baik. Wajah sudah
tidak tegang lagi tetapi suara masih keras.
2. Diagnosa Keperawatan Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 8 : Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan

10. Tindakan keperawatan


SP 4 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, 2)
dan verbal
2. Latih
cara
spiritual
3. Masuk jadwal
kegiatan pasien

B. STRATEGI
KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Assamuaalaikum pak, selamat pagi.”
92
2) Evaluasi / Validasi
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan ? Apa yang dirasakan setelah
melakukan
latihan secara teratur ? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya ?’
3) Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa
marah yaitu
dengan ibadah ?

93
Waktu : “Mau berapa lama pak ? Bagaimana kalau 15 menit ?” Tempat : “Untuk
tempatnya
disini ya pak di
ruang tamu ?’
Tempat : “Untuk tempatmya disni ya pak
diruang tamu?”

2. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak
lakukan. Bagus “
“Baik, yang mana mau dicoba? “Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak
langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan
badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba bapak
sebutkan sholat 5
waktu ? Bagus.
“ Mau coba yang mana ? Coba sebutkan caranya (untuk
yang muslim).
3. Fase Terminasi
1.
Evaluasi
Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
ketiga”

2.
Evaluasi
Objektif
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari ? Bagus”

3. Rencana
tindak lanjut
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak. Kontrak
yang akan datang”
Topik : “Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.
Waktu : “Untuk jamnya bagaimana kalau sama seperti sekarang Jam 09.00 ?”
94
Tempat : “Untuk tempatnya tetap disini pak ? Baik, sampai jumpa besok ya.”
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien sudah berlatih mengendalikan marah dengan tarik nafas dalam,
mengambil air wudhu dan sholat. Pasien tampak tenang dan rileks. Pasien
kooperatif.
2. Diagnosa Keperawatan Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 9 : Klien mendemonstrasiakan kepatuhan minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan

95
4.Tindakan keperawatan
S
P
5
P
as
ie
n
:
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah
yang sudah dilatih.
2. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum
obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat
berhenti minum obat.
3. Susun jadwal minum obat
secara teratur
B. STRATEGI
KOMUNIKASI
1.
Fase
Orien
tasi
1) Salam
Terapeut
ik
“Assamuaalaikum pak,
selamat pagi.”
2)
Evaluasi /
Validasi
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur
bantal, bicara yang baik serta sholat ? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur ?”
3
)

K 96
o
n
t
r
a
k
Topik: “Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara
minum obat
yang benar untuk mengontrol
rasa marah ?
Waktu : “Mau berapa lama pak ? Bagaimana kalau
15 menit ?”
Tempat : “Untuk tempatnya disini ya pak di
ruang tamu ?’
2.
F
as
e
K
er
ja
“ Jadi disini kita akan belajar cara minum obat
yang benar.”
“Bapak disini mengkonsumsi 3 obat ya pak yaitu Lorazepam untuk
mengurangi cemas dan gelisah. Haloperidol agar pikiran teratur dan rasa
marah berkurang., sedangkan Frimania untuk mengatasi gangguan mental
bipolar serta untuk mencegah perilaku self-harm (menyakiti diri sendiri).”
“ Bapak bilang pengen cepat sembuh, berarti harus minum obat secara teratur
dengan 5 cara, pertama dicek terlebih dahulu benar atau tidak ini obatnya
mas disini kan ada namanya, kedua enar obat dilihat dahulu ini benar obat
yang biasanya dikonsumsi atau tidak, ketiga benar dosis jadi kalau mas minum
2x1 ya harus diminum 2x1 tidak boleh lebih dari 2x dalam sehari minum
obatnya, ke empat benar waktu jadi kalau minum obat harus

97
tepat waktu, yang ke lima cara pemberian yang artinya kalau obat telan ya
ditelan kalau dikunyah ya dikunyah, begitu ya mas penjelasan saya, udah paham
belum?”
“Oke kalau gitu kegiatan hari ini saya masukkan jadwal hariannya mas I
1. Fase Terminasi
1. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
minum obat yang benar.”
2. Evaluasi Objektif
“Bagaimana cara minum obat yang benar ? Bagus”
2. Rencana tindak lanjut
“ Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari
?. Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat.
Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”
3. Kontrak yang akan datang
Topik : “Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana
bapak melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah.”
Waktu : “Untuk jamnya bagaimana kalau sama seperti sekarang Jam
09.00 ?”
Tempat : “Untuk tempatnya tetap disini pak ? Baik, sampai jumpa besok ya.”

98

Anda mungkin juga menyukai