N DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENGLIHATAN DI RS DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR
Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan
Jiwa pada Ny. N Usia 41 tahun dengan gangguan persepsi Halusinasi
Pengelihatan di Ruang Sadewa Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa di
RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ditrektur Utama Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Bapak Dr.dr. Firdiansjah, SPKJ, MPH yang telah memberikan kami
ijin dalam melakukan praktik keperawatan jiwa.
2. Kepala Ruangan phcu wanita Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor Ibu Yuyun Yusnipah S.Kep yang telah memfasilitasi
jalannya praktik keperawatn jiwa
3. CI Ruangan PHCU wanita Wiwi widanengsih,AMK dan Ibu
Ernawati Amd.Kep telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penyelesaian praktik keperawatn jiwa
4. Dosen pembimbing dari STIKes Bakti Tunas Husada kota
Tasikmalaya Ibu Eli Kurniasih, S.Pd.,S.Kep.Ners.M.KM yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan praktik keperawatan jiwa
5. Orang Tua Kami tercinta yang selalu memberikan do’a restu dan
dukungan baik moral maupun spiritual dalam proses pembelajaran
kami dijurusan keperawatan.
6. Serta rekan – rekan dan semua pihak yang terkait dalam
penyelesaian dan penyusunan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny.N
Usia 41 tahun dengan gangguan persepsi Halusinasi di Ruang PHCU
WANITA Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ini.
ii
Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan proposal Asuhan Keperawatan Jiwa pada
Ny. N Usia 41 tahun dengan gangguan persepsi Halusinasi di Ruang
Sadewa Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor kedepannya.
Penyusun
iii
LEMBAR PENGESAHAN
iv
DAFTAR ISI
Cover .........................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan............................................................................................................. 3
2.1.2 Etiologi.........................................................................................................4
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan....................................................................................................71
v
5.2 Saran..............................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................72
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh
semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Kemenkes, 2013).
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii Ahmad,
kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk
Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan
dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua
orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan dengan berbagai perubahan,
serta mengelola konflik dan stres tersebut (Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan
Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2017).
Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang
berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau
lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat, 2014). Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap
kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu,
keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, atau masyarakat (UU Kesehatan Jiwa, 2014).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan
jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study terbaru WHO di 14
negara menunjukkan bahwa pada negaranegara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan
jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama (Hardian, 2018).
Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa yang ditandai dengan penurunan atau
ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realita (halusinasi dan waham), afek yang tidak
wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak) dan mengalami
kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat,2014). Seorang yang mengalami
7
skizofrenia terjadi kesulitan berfikir dengan benar, memahami dan menerima realita,
gangguan emosi/perasaan, tidak mampu membuat keputusan, serta gangguan dalam
melakukan aktivitas atau perubahan perilaku. Klien skizofrenia 70% mengalami halusinasi
(Stuart, 2014).
Halusinasi merupakan keadaan seseorang mengalami perubahan dalam pola dan jumlah
stimulasi yang diprakarsai secara internal atau eksternal disekitar dengan pengurangan,
berlebihan, distorsi, atau kelainan berespon terhadap setiap stimulus (Townsend, 2009 dalam
Pardede, Keliat, & Yulia, 2015). Halusinasi pendengaran paling sering terjadi ketika klien
mendengar suarasuara, suara tersebut dianggap terpisah dari pikiran klien sendiri. Isi
suarasuara tersebut mengancam dan menghina, sering kali suara tersebut memerintah klien
untuk melakukan tindakan yang akan melukai klien atau orang lain (Nyumirah, 2015).
Berdasarkan data dari Ruang Sadewa Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi
menunjukkan klien halusinasi yang dirawat pada 2 bulan terakhir sebagai berikut : Pada
bulan Oktober 2021 jumlah klien 77 klien dengan halusinasi sebanyak 37 orang (46,7 %),
Resiko perilaku kekerasan sebanyak 11 orang (14, 5 %), Isolasi Sosial sebanyak 12 orang
( 15,8 % ), Harga Diri Rendah sebanyak 4 orang ( 5,3 % ), Defisit Perawatan Diri sebanyak
4 orang (3,3 %), Waham sebanyak 3 orang ( 3,95%), Resiko Bunuh Diri sebanyak 1 orang
(1,3 %), Regimen Terapeutik Inefektif sebanyak 5 orang ( 6,6 % ). Pada bulan September
2021 jumlah klien 101 orang dengan Resiko Perilaku Kekerasan sebanyak 11 orang ( 10,89
% ), Halusinasi sebanyak 44 orang ( 43,56 % ), Isolasi Sosial sebanyak 17 orang ( 16,83 % ),
Harga Diri Rendah sebanyak 12 orang ( 11,88 %) , Defisit Perawatan Diri sebanyak 4 orang
(3,96 %) ,waham sebanyak 2 orang( 1,98% ) Resiko Bunuh Diri sebanyak 1 orang (0,99%) ,
regimen Terapeutik Inefektif sebanyak 9 orang ( 8,91 %) , Berduka sebanyak 1 orang
( 0,99% ).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dan sebagai tugas untuk memahami
keperawatan jiwa tentang maraknya kejadian halusinasi, maka perlu kiranya untuk
membahas masalah gangguan jiwa dengan halusinasi menggunakan Asuhan Keperawatan
Jiwa dengan diagnose keperawatan Halusinasi.
8
1.2 Tujuan.
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh klien
gangguan jiwa. Klien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan,
atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Halusinasi
adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan
kenyataan Sheila L Vidheak, (2001) dalam Darmaja (2014).
2.1.2 Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2005) faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan jiwa
mengalami halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Faktor Predisposisi
10
a. Faktor genetis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin, dan
glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi faktor
predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
11
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari,
kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan
sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan,
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa, tidak
percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa punya kekuatan
berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan
pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala. 6)
2.1.3 Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atautertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam,
asyik dengan pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit,
kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden dalam Yusalia (2015).
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.
12
cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang luas
dan komplek. Penglihatan dapat
berupa sesuatu yang
menyenangkan /sesuatu yang
menakutkan seperti monster.
Penciuman
Membau bau-bau seperti bau darah,
urine, fases umumnya baubau yang
tidak menyenangkan. Halusinasi
penciuman biasanya sering akibat
stroke, tumor, kejang / dernentia.
Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa
darah, urine, fases.
Perabaan
Mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas rasa tersetrum listrik yang datang
dari tanah, benda mati atau orang lain.
13
2.1.4 Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang berbeda rentang
respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 20013) dalam Yusalia 2015. Ini merupakan
persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan
dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indera (pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut tidak
ada.Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal
mengalami kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya,
yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan terhadap
stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya,rentang respon tersebut
sebagai berikut:
14
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi atau faktor yang mendukung terjadinya halusinasi menurut Stuart
(2013) adalah :
a. Faktor biologis
Pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang diadopsi menunjukkan
peran genetik pada schizophrenia.Kembar identik yang dibesarkan secara terpisah
mempunyai angka kejadian schizophrenia lebih tinggi dari pada saudara sekandung
yang dibesarkan secara terpisah.
b. Faktor psikologis
Stress yang menumpuk awitan schizophrenia dan gangguan psikotik lain, tetapi
tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau faktor pencetus halusinasi menurut Stuart (2009) adalah:
a. Biologis
b. Lingkungan
15
Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara biologis berinteraksi
dengan stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
Stres dan kecemasan akan meningkat apabila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
terpisahnya dengan orang terpenting atau disingkirkan dari kelompok.
d. Faktor psikologik
e. Mekanisme koping
Menurut Stuart (2013) perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respons neurobiologis
maladaptif meliputi : regresi, berhunbungan dengan masalah proses informasi dan
upaya untuk mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas
sehari-hari. Proyeksi, sebagai upaya untuk menejlaskan kerancuan persepsi dan
menarik diri.
f. Sumber koping
Menurut Stuart (2013) sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman
tentang pengaruh gangguan otak pada perilaku. Orang tua harus secara aktif
mendidik anak–anak dan dewasa muda tentang keterampilan koping karena
mereka biasanya tidak hanya belajar dari pengamatan. Disumber keluarga dapat
pengetahuan tentang penyakit, finensial yang cukup, faktor ketersediaan waktu dan
tenaga serta kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan.
g. Perilaku halusinasi
16
Menurut Towsend (2016), batasan karakteristik halusinasi yaitu bicara teratawa
sendiri, bersikap seperti memdengar sesuatu, berhenti bicara ditengah – tengah
kalimat untuk mendengar sesuatu, disorientasi, pembicaraan kacau dan merusak
diri sendiri, orang lain serta lingkungan.
Menurut NANDA (2017) diagnosa keperawatan utama pada klien dengan prilaku
halusinasi adalah Gangguan sensori persepsi: Halusinasi (pendengaran, penglihatan,
pengecapan, perabaan dan penciuman). Sedangkan diagnosa keperawatan terkait lainnya
adalah Isolasi social dan Resiko menciderai diri sendiri, lingkungan dan orang lain.
Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien tidak hanya berfokus pada masalah
halusinasi sebagai diagnose penyerta lain. Hal ini dikarenakan tindakan yang dilakukan
saling berkontribusi terhadap tujuan akhir yang akan dicapai. Rencana tindakan
keperawatan pada klien dengan diagnose gangguan persepsi sensori halusinasi meliputi
pemberian tindakan keperawatan berupa terapi generalis individu yaitu (Kanine, E.,
2012) :
1. Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,
17
3. Jelaskan dan latih cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi :
menghardik, minum obat, bercakap-cakap, melakukan aktivitas.
4. Diskusikan cara menciptakan lingkungan yang dapat mencegah terjadinya
halusinasi.
5. Diskusikan tanda dan gejala kekambuhan
18
(mengevaluasi SP 1 dan SP 2, melakukan aktivitas terjadwal, masukkan kejadwal
harian); SP 4 (mengevaluasi SP 1, SP 2, dan SP 3, menganjurkan patuh minum obat,
masukkan kejadwal harian).
SP keluarga terbagi menjadi SP 1 (membina hubungan saling percaya, mendiskusikan
masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien , menjelaskan pengertian, tanda
dan gejala helusinasi, jenis halusinasi yang dialami klien beserta proses terjadinya,
menjelaskan cara merawat klien halusinasi); SP 2 (melatih keluarga mempraktekan cara
merawat klien dengan halusinasi, melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada klien halusinasi); SP 3 (membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge planing), menjelaskan follow up klien setelah pulang).
Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien
dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta klien yang
diharapkan, dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan serta respon klien.
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien (Dalami, 2009). Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon
klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua jenis yaitu:
evaluasi proses atau formatif dilakukan selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil
atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan umum dan
tujuan khusus yang telah ditentukan.
Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada klien dengan gangguan sensori persepsi:
halusinasi pendengaran adalah: tidak terjadi perilaku kekerasan, klien dapat membina
hubungan saling percaya, klien dapat mengenal halusinasinya, klien dapat mengontrol
halusinasinya, klien mendapatkan dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasinya, klien dapat menggunakan obat dengan baik dan benar.
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
20
Klien mengatakan halusinasi mengenai mantan suaminya yang pertama .Halusinasi
muncul akibat suami kedua bertanya terus menerus mengenai mantan suaminya yang
pertama.
Klien berhalusinasi mantan suaminya datang memintanya rujuk. Klien datang bersama
suaminya yang kedua dan didagnosa Skizofrenia tahun 2012. Klien juga sudah
mengatakan mengalami halusinasi sejak tahun 1994 dan masuk RSJ Semarang tahun
1998 , 2003, dan 2018, masuk RSMM tahun 2020 dan 2021.
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa masalalu?
Ya, klien mengatakan sudah 6X dan sudah mengalami gangguan jiwa sejak
tahun 1994.
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil, klien kambuh apabila terjadi stres dan apabila mengalami masalah
yang tidak bisa beliau pecahkan,
3. Identifikasi Masalah Fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan keluarga, dan
tindakan kekerasan
- Klien mengatakan dipukuli saudaranya karena memukul ibunya,
mengikat saudaranya karena emosi dan merasa bersalah.
- Klien berhalusinasi melakukan hubungan seksual dengan ipar dan
melakukan hubungan seksual bersama mantannya,
- Klien mengatakan saudaranya menolak untuk merawat Ny.N.
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Ya, klien mengatakan bahwa saudara ibu kandungnya mengalami gangguan
jiwa. Namum tidak pernah dirawat di RSJ gejalanya sering marah dan
melempar-lemparkan sandal.
5. Pengalaman yang tidak menyenangkan
- Mengatakan saat berhubungan seksual dengan kaka ipar.
- Saat klien bercerai dengan suami karena selingkuh,
- Saat saudara menolak merawat Ny.N
Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan , dan Halusinasi
V. FISIK
21
TD : 88 / 74 mmHg
N : 129x/ menit
RR :24×/menit
S : 36,3◦C
BB : 71 kg
TB : 161 cm
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Penjelasan :
Klien adalah anak ke 3 dari 5 saudara. Klien tinggal serumah dengan kakaknya.
Klien memiliki 1 kakak dan 2 adik yang sudah meninggal. Ayah dan Ibu klien
sudah meninggal sekitar 5 tahun yang lalu, jadi sehari – hari selama masih di
rumah kakaknya klien tinggal Bersama kakaknya yang sudah berkeluarga, pola
komunikasi dalam keluarga kurang baik, karena abangnya sibuk menjadi sopir.
Klien merasa kesepian dirumah, klien tidak suka menyendiri, teman – temannya
sudah berkeluarga, maka dari itu klien tidak memiliki teman untuk berbicara. Hari
Jum’at klien sudah dijadwalkan pulang namun keluarga belum ada yang
22
menjemput nya, klien tampak murung karena sudah 5 hari klien menggu
kepulangan nya.
Masalah Keperawatan : Koping keluarga tidak efektif
2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Klien mengatakan suka melihat wajahnya , menyukai bagian tubuh
terutama wajahnya.
b. Identitas
Klien menyadari seorang istri dan mengatakan bhwa Ny.N seorang dosen
namun karena penyakit jiwanya klien diberhentikan.
c. Peran
Klien mengatakan sering melakukan kegiatan beres beres rumah ,
menyapu, memasak dan menyiapkan sarapan, dan kegiatan lainnya.
d. Ideal Diri
Klien berharap untuk sembuh dan mau berkerja dan mempunyai anak.
e. Harga Diri
Klien mampu melakukan interaksi dengan oranglain.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : suami, tetangga, kaka ipar, saudara
b. Peran serta dalam kegiatan : Klien mengatakan jarang melakukan kegiatan
karena adanya sosial distancing (PPKM)
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien mengatakan
senang menyendiri sehingga susah untuk berinteraksi dengan orang sekitar
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa ibadah merupakan salah satu faktor pendukung
untuk kesembuhannya. Dan suaminya sangat taat beribadah dan mampu
membimbing klien dalam beribadah
b. Kegiatan ibadah
23
Klien mengatakan rajin sholat 5 waktu, klien beragama islam, klien
mengetahui rukun islam
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
24
7. Persepsi
Pendengaran : klien mengatakan saat SMA beliau dapat bisikan bisikan untuk
bunuh diri dan hal hal yang negatif.
Penglihatan : klien mengatakan kalo halusinasinya muncul mantan suaminya
sering datang dan memintanya untuk rujuk kembali.
Masalah Keperawatan : Halusinasi
8. Proses pikir :
Perserpasi , klien mengulang-ulang pembicaraan menceritakan masa lalu,
halusinasinya.
Masalah Keperawatan : Halusinasi
9. Isi pikiran :
Obsesi, klien selalu memikirkan dan membicarakan warisan yang tidak ada,
nikah sirih dengan mantannya.
Ide terkait , klien yakin kalau halusinasinya pernah terjadi. Halusinasi mengenai
warisan , nikah siri, dan mantan suaminya
Masalah Keperawatan : Halusinasi
10. Tingkat kesadaran
Tingkat kosentrasi composmentis, orientasi tempat, waktu dan orang baik. Klien
mengatakan sekarang dirinya berada di RSJ ruang dewi amba.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
11. Memori
Klien bingung terus menceritakan halusinasinya dan terus menerus menanyakan
apakah halusinasinya nyata atau tidak
Masalah Keperawatan : Halusinasi.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi baik ketika disuruh berhitung dari 12 x 23 klien berhitung
baik dan berurutan. Ketika disruh nambah angka klien mampu menjawab dengan
benar 11x 5 = 55.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
13. Kemampuan penilaian :
25
Gangguan kemampuan penilaian , klien tidak mampu mengambil keputusan yang
sederhana walaupun dibantu oranglain.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
26
6. Penggunaan obat
Klien mengatakan minum obat sendiri, klien mengatakan dulu klien sempat putus
obat karena merasa dirinya sudah sembuh tanpa memerlukan obat lagi. Klien
mengatakan sekarang minum obat teratur
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengetahui perawatan selanjutnya yaitu dari PHCU wanita ke Dewi Amba.
Pindah ke ruangan yang lebih stabil dan harus terus diberi motivasi dan
menghardik.
Masalah Keperawatan : Halusinasi
8. Kegiatan di dalam rumah
Klien mengatakan selama di rumah mampu melakukan kegiatan membersihkan
rumah, menjaga kerapihan rumah, mencuci pakaian.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
9. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan saat ini selama di rumah tidak/jarang melakukan kegiatan di
luar rumah karena sosial distancing (ppkm).
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
27
5. Masalah ekonomi, spesifik: Tidak ada
6. Masalah dengan pelayanan Kesehatan, spesifik : Tidak ada
7. Masalah lainnya
8. Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
28
ANALISA DATA
Data objektif :
- Klien tampak
melamun keika
diajak
29
mengobrol
- Klien tampak
bingung.
- Klien hanya
mampu
melihatkan
aspek senang.
- Klien
berinteraksi
sesuai emosi
- Klien selalu
memikirkan dan
membicarakan
warisan yang
tidak ada, nikah
siri dengan
mantan nya dan
mantan
suaminya yang
meminta rujuk
- Klien yakin kalau
halusinasinya
pernah terjadi.
- Klien bingung
dan terus
menceritakan
terus-menerus
menanyakan
apakah
30
halusinasinya
nyata atau tidak.
- Klien tampak
bingung dan
belum bisa
mengambil
keputusan.
Data subjektif : Perilaku Kelompok
Klien mengatakan Kekerasan 1
pernah dipukul oleh
keluarga dan saudara
akibat memukul ibu
kanungnya.
Data objektif
- Tidak Ada
2 Desember 2021 Data subjektif Isolasi Kelompok
11.00 wib - Klien sosial 1
mengatakan
selama sekolah
menarik diri dan
fokus belajar.
Data objektif
- Klien kurang
berinteraksi jika
tidak di awali
percakapan
terlebih dahulu
- Lebih sering
melamun
31
POHON MASALAH
32
33
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
34
Tunjukan sikp simpati dan menerima
apa adanya
Beri perhatian pada kebutuhan dasar
klien
TUK 2 : 2. Klien dapat menyebutkan 2.1. Adakan kontak sering dan singkat secara
Klien dapat waktu, isi, frekunsi dan situasi bertahap
mengenal yang menimbulkan halusinasi 2.2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan
halusinasinya halusinsinya; bicara dan tertawa tanpa
stimulus memandang kekiri/ke kanan/ ke
depan seolah-olah ada teman bicara
2.3. Bantu klien mengenal halusinasinya :
a. Jika menemukan klien yang sedang
halusinasi,
Tanyakan apakah ada suara yang
didengar
Jika klien menjawab ada, lanjutkan :
apa apa yang dikatakan
Katakan bahwa perawat percaya
klien mendengar suara itu, namun
perawat sendiri tidak mendengarnya
(dengan nada bersahabat tanpa menuduh
35
atau menghakimi)
Katakan bahwa klien lain juga ada
seperti klien
Katakan bahwa perawat akan
membantu klien.
b. Jika Klien tidak sedang berhalusinasi klari
fikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi.
2.4. Diskusikan dengan klien :
Situasi yang menimbulkan/tidak
menimbulkan halusinasi ( jika sendiri,
jengkel / sedih)
Waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang sore, dan malam
atau sering dan kadang-kadang)
2. Klien dapat 2.5. Diskusikan dengan klien bagaimana
mengungkapkan perasaannya jika terjadi halusinasi
perasaan terhadap (marah/takut, sedih, senang) dan beri
halusinasi nya kesempatan untuk mengungkapkan
perasaannya.
TUK 3 : 3. Klien dapat 3.1. Identifikasi bersama klien cara atau
Klien dapat mengontrol menyebutkan tindakan tindakan yang dilakukan jika terjadi
36
halusinasinya 3. yang biasanya dilakukan halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri
untuk mengendalikan dll)
halusinasinya
Klien dapat menyebutkan 3.2. Diskusikan manfaat dan cara yang
cara baru digunakan klien, jika bermanfaat beri
pujian
37
mengikuti terapi aktivitas 3.4 Bantu Klien memilih dan melatih
kelompok cara memutus halusinasi secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan
cara yang dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri
pujian jika berhasil
3.6 Anjurkan klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi
TUK 4 : 4. Keluarga dapat 4.1 Anjurkan Klien untuk memberitahu
Kilen dapat dukungan membina hubungan keluarga jika mengalami halusinasi
saling percaya
dari keluarga dala 4. dengan perawat 4.2 Diskusikan dengan keluarga )pada saat
mengontrol m Keluarga dapat keluarga berkunjung/pada saat kunjungan
halusinasinya menyebutkan rumah)
pengertian, tanda dan Gejala halusinasi yang di alami klien
tindakan untuk Cara yang dapat dilakukan klien dan
mengendali keluarga untuk memutus halusinasi
kan halusinasi Cara merawat anggota keluarga
yang halusinasi di rumah : beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama,
berpergian bersama
Beri informasi waktu follow up atau
38
kapan perlu mendapat bantuan halusinasi
tidak terkontrol, dan resiko mencederai
orang lain
TUK 5 : Klien dap 5. Klien dan keluarga dapat 5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang
memanfaatk at menyebutkan manfaat, dosis,efek samping dan manfaat obat
an dengan oba 5. dosis dan efek samping
baik t obat 5.2 Anjurkan Klien minta sendiri obat pada
39
40
Hari/tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf
2 Desember 2021 DO : S : Klien mengatakan
sudah mengetahui
10.15 WIB - Klien
cara mengontrol
Kooperatif,
halusinasi dengan
mampu
menghardik.
berinteraksi
- Klien tampak O :
bingung tidak
- Klien dapat
bisa
menyebutkan
membedakan
pengertian
halusinasi
halusinasi.
dengan
- Klien dapat
kenyataan
menyebutkan
dimasa lalu
tanda dan
- ADL Mandiri
gejala
DS : Klien halusinasi.
memperkenalkan diri - Klien dapat
menyebutkan diri menyebutkan
menyebutkan nama, pengobatan
alamat, alasan masuk, halusinasi.
serta respon dan - Klien dapat
riwayat perawatan. memprakteka
n halusinasi
Dx ; Gangguan persepsi
dengan
sensori : Halusinasi
menghardik.
Tindakan Sp 1
A : Halusinasi
- Mengidentifikasi
P : Latihan cara
masalah
menghardik
41
- Membantu klien halusinasi sesusai
untuk mengenal dengan jadwal
halusinasi. kegiatan.
- Menjelaskan
cara mengontrol
halusinasi
dengan cara
pertama :
menghardik
halusinasi.
Rencana Tindak
Lanjut
42
punya dan meminta
pendirian. menemaninya jika
halusinasinya
Ds :
muncul.
- Klien
O : Klien mengerti
menceritakan
cara mrngontrol
keluarganya,
halusinasi dengan
saudara,
cara bercakap-cakap
lingkungan,
dengan orang lain.
tetangga.
- Klien A : Halusinasi
menceritakan
P : Latih dengan cara
halusinasi
berbincang-bincang
mantan
sesuai jadwal.
suaminya.
Dx :
- Gangguan
Persepsi sensori
(Halusinasi)
Tindakan Sp 2
- Evaluasi
kegiatan SP 1
- Melatih Klien
mengontrol
Halusinasi
dengan cara
kedua bercakap-
cakap dengan
43
orang lain.
44
menceritakan dirumah.
kebiasaan
A : Halusinasi
selama study
dan kebiasaan P : Latih klien dalam
selama dirumah. mengontrol
halusinasi dengan
DX Keperawatan :
melalkukan aktifitas
Gangguan Psersepsi dan pagi sampai
Sensori (Halusinasi) malam.
Tindakan SP 3
Melatih megontrol
Halusinasi dengan cara
yang ke 3 melakukan
aktifitas.
6 Desember 2021 DO : S:
45
- Bercerita jenis obat dan
dengan manfaatnya.
antusias.
A : Halusinasi
- Riferidone
P : Latihan
3mg/12 jam
- THP 2 mg/12 mengontrol
Halusinasi dengan
jam
- HP 3 mg/12 jam obat 2x1 sehari.
- Elozapine
2mg/24 jam
- Olantapine 5
mg/24 jam
- Inj. Zypexal
DS :
- Klien
menceritakan
kegiatan
barunya selama
diruangan dewi
amba
- Klien
menyataan
senang bertemu
dengan saya.
- Klien
menyatakan
sudah tenang,
makan habis,
minum obat
46
teratur, banyak
istirahat karena
ruangan nya
tenang.
Dx Keperawatan :
Gangguan persepsi
sensori (Halusinasi)
Tindakan SP 4
- Evaluasi
kegiatan cara
mengontrol
halusinasi
dengan
mengonsumsi
obat secara
teratur.
07 Desember 2021 DO : S:
47
DS : halusinasi
denagna
- Klien
menghardik,
mengatakan
berbincang-
senang bertemu
bincang,
dengan saya
kegiatan
- Klien
terjadwal, dan
mengatakan
minum obat.
sudah tenang.
- Klien O:
mengatakan
- klien tenang
menunggu
mampu
jadwal pulang.
mengambil
keputusan.
- Klien mampu
mengenal
masalah
kesehatan
jiwa yang
dialaminya.
A : Halusinasi
P : Evaluasi SP 1 – SP
4 Follow Up
pengetahuan kliwn
mengontrol
halusinasi.
8 Desember 2021 DO : Klien Tampak S:
tenang dan sedang
10.20 WIB - Klien
berbincang-bincang
48
dengan temannya yang Mengatakan
pulang. dan
mengingat
DS :
cara
- Klien mengontrol
Mengatakan halusinasi
ingin pulang
O:
namun harus
menunggu 15 - Klien Tenang,
hari mampu
- Klien bercakap-
Menyatakan cakap.
senang bisa - Klien mampu
berkenalan memprakteka
dengan perawat n 4 cara
(Saya) mengontrol
halusinasi.
A : Halusinasi
P : Evaluasi Sp 1 – Sp
4 follow up
pengetahuan Klien
dalam mengontrol
halusinasi.
49
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawat kepada Ny. N dengan gangguan sensor
persepsi: halusinasi di ruang PHCU Wanita Rumah Sakit Jiwa H. Marzoeki Mahdi, maka
penulis pada BAB in akan membahasan kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus.
Pembahasan dimulai melalui tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa
keparawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari klien
dan tenaga kesehatan) di ruangan. Penulis mendapat sedikit kesulitan dalam menyimpulkan data
karena keluarga klien jarang mengunjungi klien di rumah sakit jiwa.
50
Maka penulis melakukan pendekatan kepada klien melalui komunikasi terapeutik yang
lebih terbuka membantu klien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi
kepada klien .
a. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada klien agar klien
lebih terblika dan lebih percaya dengan menggunakan perasaan
b. Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara
c. Mengadakan pengkajian dengan cara membaca status, melihat buku rawatan dan
bertanya kepada pegawai ruangan Antareja.
Dalam pengkajian ini, penulis menemukan kesenjangan karena ditemukan. Pada kasus Ny.
N, klien mendengar suara-suara yang mengganggu nya sehingga Ny. N terlihat sering berbicara
sendiri dan marah sendiri yang membuat Ny._N gelisah. Gejala gejala yang muncul tersebut
tidak semua mencakup dengan yang ada di tori klinis dari halusinasi (Keliat, dkk.2014).
Akan tetapi terdapat faktor predisposisi maupun presipitasi yang menyebabkan kekambuhan
penyakit yang dialami oleh Ny.N. Tindakan keperawatan terapi generalis yang dilakukan pada
Ny. N adalah strategi pertemuan pertama sampai pertemuan empat. Strategi pertemuan pertama
meliputi mengidentifikasi isl, frekuensi, jenis, dan respon klien terhadap halusinasi serta melatih
cara menghardik halusinasi. Strategi pertemuan kedua yang dilakukan pada Ny. N meliputi
melatih cara mengendalikan dengan bercakap-cakap kepada orang lain. Strategi pertemuan yang
ketiga adalah menyusun jadwal kegiatan bersama-sama dengan klien. Strategi pertemuan
keempat adalah mengajarkan dan melatih Ny. N cara minum bat yang teratur.
1. Isolasi sosial
2. Halusinasi
4.3 Implementasi
51
Pada tahap implementasi, penul is mengatasi masalah keperawatan yakni: diagnosa
keperawatan halusinasi pendengaran. Pada diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran dilakukan strategi pertemuan yaitu mengidentifikasi isi trekuensi, waktu
torjadi, perasaan, respon halusinasi. Kemudian strategi pertemuan yang dilakukan yaitu latihan
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
Strategi pertemuan yang kedua yaitu anjurkan minum obat secara teratur, strategi pertemuan
yang ke tiga yaitu latihan dengan cara bercakap-cakap pada saat aktivitas dan latihan strategi
pertemuan ke empat yaitu melatih klien melakukan semua jadwal kegiatan.
- Isolasi sosial
- Halusinasi
Untuk melakukan implementsi pada keluarga, pada tahap-tahap diagnosa tidak dapat
dilaksanakan karena penulis tidak pernah berjumpa dengan keluarga klien (keluarga tidak pernah
berkunjung).
4.4 Evaluasi
Pada tinjauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah: Klien mempercayai perawat
sebagai terapis, klien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya, dapat
mengidentifikaasi halusinasi, dapat mengendalikan halusinasi melalui mengahrdik, latihan
bercakap-cakap, melakukan aktivitas serta menggunakan obat secara teratur.
Pada tinjauan kasus evaluasi yang didapatkan adalah: Klien mampu mengontrol dan
mengidentifikasi halusinasi, lien mampu melakukan latihan bercakap-cakap dengan orang lain)
Klien mampu melaksanakan jadwal yang telah dibuat bersama, Klien mampu memahami
penggunaan obat yang benar: S benar. Selain itu, dapat dilihat dari setiap evalusi yang dilakukan
pada asuhan keperawatan, dimana terjadi penurunan gejala yang dialami oleh Ny. N dari hari ke
hari selama proses interaksi.
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Bagi Mahasiswa.
53
2. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan ini diharapkan dapat menjadai acuan dan referensi dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, E., Rochimah, N., Suryati, K. R., & Lestari, W. (2009). Asuhan keperawatan klien
dengan gangguan jiwa.
Damaiyanti & Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.
Keliat B, dkk. (2014). Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta : EGC.
Keliat, B.A & Akemat. (2015). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
Manao, B. M., & Pardede, J. A. (2019). Correlation of Family Burden of The Prevention of
Recurrence of Schizophrenia Patients. Mental Health, 4(1), 31-42.
Nyumirah, S. (2013). Peningkatan kemampuan interaksi sosial (kognitif, afektif dan perilaku)
melalui penerapan terapi perilaku kognitif di rsj dr amino gondohutomo semarang.
Jurnal keperawatan jiwa, 1(2).
Pambayun, Ahlul H. (2015). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. S Dengan Gangguan Persepsi
Sensori Halusinasi Pendengaran Ruang 11 (Larasati) RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang. Widya Husada Semarang.
54
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Kepatuhan dan Komitmen Klien Skizofrenia
Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And Commitment Therapy dan Pendidikan
Kesehatan Kepatuhan Minum Obat. Jurnal Keperawatan Indonesia, 18(3), 157-166.
Stuart, G. W. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.
Stuart, G. W., & Laraia, M. (2005). Psychiatric nursing. St louis: Mosby, 270-271.
Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, & Deden. (2015). Kajian Asuhan Keperawatan Jiwa
Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd Surakarta. Jurnal Poltekkes
Bhakti Mulia.
55