Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY.

N DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENGLIHATAN DI RS DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

Disusun Oleh:

Windi Eri Yanti 10117093


Dika Fachrinnisa Margin 10119053
Rani Nursani 10119054
M Farhan Fauzan 10119055
Sindi Rahayu 10119056
Ferlinda Nurhidayati 10119057
Muldan Ery Riandi 10119058
Rizqi Fauzi Nurul A 10119059
Fenita Puspita Sari 10119060
Anis Nuryanah 10119061

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan
Jiwa pada Ny. N Usia 41 tahun dengan gangguan persepsi Halusinasi
Pengelihatan di Ruang Sadewa Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa di
RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ditrektur Utama Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Bapak Dr.dr. Firdiansjah, SPKJ, MPH yang telah memberikan kami
ijin dalam melakukan praktik keperawatan jiwa.
2. Kepala Ruangan phcu wanita Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor Ibu Yuyun Yusnipah S.Kep yang telah memfasilitasi
jalannya praktik keperawatn jiwa
3. CI Ruangan PHCU wanita Wiwi widanengsih,AMK dan Ibu
Ernawati Amd.Kep telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penyelesaian praktik keperawatn jiwa
4. Dosen pembimbing dari STIKes Bakti Tunas Husada kota
Tasikmalaya Ibu Eli Kurniasih, S.Pd.,S.Kep.Ners.M.KM yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan praktik keperawatan jiwa
5. Orang Tua Kami tercinta yang selalu memberikan do’a restu dan
dukungan baik moral maupun spiritual dalam proses pembelajaran
kami dijurusan keperawatan.
6. Serta rekan – rekan dan semua pihak yang terkait dalam
penyelesaian dan penyusunan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny.N
Usia 41 tahun dengan gangguan persepsi Halusinasi di Ruang PHCU
WANITA Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ini.

ii
Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan proposal Asuhan Keperawatan Jiwa pada
Ny. N Usia 41 tahun dengan gangguan persepsi Halusinasi di Ruang
Sadewa Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor kedepannya.

Bogor, 9 Desember 2021

Penyusun

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Klinik Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny.N Dengan


Gangguan Persepsi Halusinasi Penglihatan Di Ruang PHCU WANITA
RS Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor

Makalah ini sudah diperiksa dan disetujui oleh :

Bogor, 9 desember 2021


Pembimbing 1 Pembimbing 2

Wiwi Widanengsih, AMK Ernawati, Amd.Kep

Dosen pembimbing dari STIKes Bakti Tunas Husada kota Tasikmalaya

Eli Kurniasih, S.Pd.,S.Kep.Ners.M.KM

iv
DAFTAR ISI
Cover .........................................................................................................................i

Kata Pengantar ........................................................................................................ii

Lembar Pengesahan ................................................................................................ iv

Daftar Isi................................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Tujuan............................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Halusinasi...........................................................................................4

2.1.1 Definisi Halusinasi.......................................................................................4

2.1.2 Etiologi.........................................................................................................4

2.1.3 Rentang Respon Halusinasi..........................................................................6

2.1.4 Jenis Halusinasi............................................................................................7

2.1.5 Tanda Gejala.................................................................................................8

2.1.6 Fase Halusinasi...........................................................................................10

2.1.7 Penatalaksanaan Medis...............................................................................13

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan............................................................17

2.2.1 Pengkajian Keperawatan............................................................................17

2.2.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................20

2.2.3 Tindakan Keperawatan...............................................................................20

2.2.4 Pelaksanaan Keperawatan..........................................................................21

2.2.5 Evaluasi Keperawatan................................................................................22

BAB III TINJAUAN KASUS23

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan....................................................................................................71

v
5.2 Saran..............................................................................................................71

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................72

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh
semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Kemenkes, 2013).
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii Ahmad,
kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk
Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan
dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua
orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan dengan berbagai perubahan,
serta mengelola konflik dan stres tersebut (Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan
Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2017).
Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang
berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau
lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat, 2014). Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap
kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu,
keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, atau masyarakat (UU Kesehatan Jiwa, 2014).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan
jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study terbaru WHO di 14
negara menunjukkan bahwa pada negaranegara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan
jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama (Hardian, 2018).
Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa yang ditandai dengan penurunan atau
ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realita (halusinasi dan waham), afek yang tidak
wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak) dan mengalami
kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat,2014). Seorang yang mengalami

7
skizofrenia terjadi kesulitan berfikir dengan benar, memahami dan menerima realita,
gangguan emosi/perasaan, tidak mampu membuat keputusan, serta gangguan dalam
melakukan aktivitas atau perubahan perilaku. Klien skizofrenia 70% mengalami halusinasi
(Stuart, 2014).
Halusinasi merupakan keadaan seseorang mengalami perubahan dalam pola dan jumlah
stimulasi yang diprakarsai secara internal atau eksternal disekitar dengan pengurangan,
berlebihan, distorsi, atau kelainan berespon terhadap setiap stimulus (Townsend, 2009 dalam
Pardede, Keliat, & Yulia, 2015). Halusinasi pendengaran paling sering terjadi ketika klien
mendengar suarasuara, suara tersebut dianggap terpisah dari pikiran klien sendiri. Isi
suarasuara tersebut mengancam dan menghina, sering kali suara tersebut memerintah klien
untuk melakukan tindakan yang akan melukai klien atau orang lain (Nyumirah, 2015).
Berdasarkan data dari Ruang Sadewa Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi
menunjukkan klien halusinasi yang dirawat pada 2 bulan terakhir sebagai berikut : Pada
bulan Oktober 2021 jumlah klien 77 klien dengan halusinasi sebanyak 37 orang (46,7 %),
Resiko perilaku kekerasan sebanyak 11 orang (14, 5 %), Isolasi Sosial sebanyak 12 orang
( 15,8 % ), Harga Diri Rendah sebanyak 4 orang ( 5,3 % ), Defisit Perawatan Diri sebanyak
4 orang (3,3 %), Waham sebanyak 3 orang ( 3,95%), Resiko Bunuh Diri sebanyak 1 orang
(1,3 %), Regimen Terapeutik Inefektif sebanyak 5 orang ( 6,6 % ). Pada bulan September
2021 jumlah klien 101 orang dengan Resiko Perilaku Kekerasan sebanyak 11 orang ( 10,89
% ), Halusinasi sebanyak 44 orang ( 43,56 % ), Isolasi Sosial sebanyak 17 orang ( 16,83 % ),
Harga Diri Rendah sebanyak 12 orang ( 11,88 %) , Defisit Perawatan Diri sebanyak 4 orang
(3,96 %) ,waham sebanyak 2 orang( 1,98% ) Resiko Bunuh Diri sebanyak 1 orang (0,99%) ,
regimen Terapeutik Inefektif sebanyak 9 orang ( 8,91 %) , Berduka sebanyak 1 orang
( 0,99% ).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dan sebagai tugas untuk memahami
keperawatan jiwa tentang maraknya kejadian halusinasi, maka perlu kiranya untuk
membahas masalah gangguan jiwa dengan halusinasi menggunakan Asuhan Keperawatan
Jiwa dengan diagnose keperawatan Halusinasi.

8
1.2 Tujuan.

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Keperawatan secara holistik dan
komprehensif kepada Ny.N dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
penglihatan di ruang phcu wanita RSJ. Marzoeki Mahdi Bogor.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi


penglihatan
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori :
halusinasi penglihatan
c. Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan persepsi
sensori:halusinasi penglihatan
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori :
halusinasi penglihatan
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori:
halusinasi penglihatan
f. Mendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan persepsi
sensori : halusinasi penglihatan
g. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis
dapatkan.

9
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Halusinasi

2.1.1 Definisi Halusinasi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh klien
gangguan jiwa. Klien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan,
atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Halusinasi
adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan
kenyataan Sheila L Vidheak, (2001) dalam Darmaja (2014).

Menurut Pambayung (2015) halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam


membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2013). Halusinasi merupakan gangguan persepsi
dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi adalah


gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui panca indera
tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami
persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya
stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata
ada oleh klien.

2.1.2 Etiologi

Menurut Stuart dan Laraia (2005) faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan jiwa
mengalami halusinasi adalah sebagai berikut:

1. Faktor Predisposisi

10
a. Faktor genetis

Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu. Namun


demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai
sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia,
sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang
tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila
kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis

Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin, dan
glutamat.
1) Studi neurotransmitter

Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan


neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus

Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi faktor
predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis

Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia antara


lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin,
dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.

3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama


sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem syaraf pusat, kurangnya latihan,
hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.

11
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari,
kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan
sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan,
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa, tidak
percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa punya kekuatan
berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan
pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala. 6)
2.1.3 Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atautertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam,
asyik dengan pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit,
kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden dalam Yusalia (2015).
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.

Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan

12
cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang luas
dan komplek. Penglihatan dapat
berupa sesuatu yang
menyenangkan /sesuatu yang
menakutkan seperti monster.
Penciuman
Membau bau-bau seperti bau darah,
urine, fases umumnya baubau yang
tidak menyenangkan. Halusinasi
penciuman biasanya sering akibat
stroke, tumor, kejang / dernentia.
Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa
darah, urine, fases.
Perabaan
Mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas rasa tersetrum listrik yang datang
dari tanah, benda mati atau orang lain.

Sinestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran


darah divera (arteri), pencernaan
makanan.
Kinestetik
Merasakan pergerakan sementara
berdiri tanpa bergerak

13
2.1.4 Rentang Respon Halusinasi

Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang berbeda rentang
respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 20013) dalam Yusalia 2015. Ini merupakan
persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan
dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indera (pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut tidak
ada.Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal
mengalami kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya,
yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan terhadap
stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya,rentang respon tersebut
sebagai berikut:

Respon adaptif Respon maladaptif


Pikiran logis  Kadangkadang  Waham
proses pikir
 Persepsi akurat  Halusinasi
terganggu
 Emosi  Sulit
(distorsi
 berespons
konsisten pikiran
Perilaku
dengan
 Ilusi
disorganisasi
pengalaman 
 Menarik diri Isolasi sosial
 Perilaku sesuai
 Reaksi emosi
 Hubungan
>/<
sosial harmonis
 Perilaku tidak
biasa

14
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian Keperawatan

Menurut Stuart (2009). Bahwa faktor-faktor terjadinya halusinasi meliputi:

1. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi atau faktor yang mendukung terjadinya halusinasi menurut Stuart
(2013) adalah :
a. Faktor biologis

Pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang diadopsi menunjukkan
peran genetik pada schizophrenia.Kembar identik yang dibesarkan secara terpisah
mempunyai angka kejadian schizophrenia lebih tinggi dari pada saudara sekandung
yang dibesarkan secara terpisah.
b. Faktor psikologis

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis akan mengakibatkan stress dan


kecemasan yang berakhir dengan gangguan orientasi realita.
c. Faktor sosial budaya

Stress yang menumpuk awitan schizophrenia dan gangguan psikotik lain, tetapi
tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.

2. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi atau faktor pencetus halusinasi menurut Stuart (2009) adalah:
a. Biologis

Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis maladaptif


adalah gangguan dalam komunikasi dan putaran umpan balik otak dan
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak, yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus.

b. Lingkungan

15
Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara biologis berinteraksi
dengan stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.

c. Stres sosial / budaya

Stres dan kecemasan akan meningkat apabila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
terpisahnya dengan orang terpenting atau disingkirkan dari kelompok.

d. Faktor psikologik

Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya


kemampuan mengatasi masalah dapat menimbulkan perkembangan gangguan
sensori persepsi halusinasi.

e. Mekanisme koping

Menurut Stuart (2013) perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respons neurobiologis
maladaptif meliputi : regresi, berhunbungan dengan masalah proses informasi dan
upaya untuk mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas
sehari-hari. Proyeksi, sebagai upaya untuk menejlaskan kerancuan persepsi dan
menarik diri.

f. Sumber koping

Menurut Stuart (2013) sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman
tentang pengaruh gangguan otak pada perilaku. Orang tua harus secara aktif
mendidik anak–anak dan dewasa muda tentang keterampilan koping karena
mereka biasanya tidak hanya belajar dari pengamatan. Disumber keluarga dapat
pengetahuan tentang penyakit, finensial yang cukup, faktor ketersediaan waktu dan
tenaga serta kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan.

g. Perilaku halusinasi

16
Menurut Towsend (2016), batasan karakteristik halusinasi yaitu bicara teratawa
sendiri, bersikap seperti memdengar sesuatu, berhenti bicara ditengah – tengah
kalimat untuk mendengar sesuatu, disorientasi, pembicaraan kacau dan merusak
diri sendiri, orang lain serta lingkungan.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut NANDA (2017) diagnosa keperawatan utama pada klien dengan prilaku
halusinasi adalah Gangguan sensori persepsi: Halusinasi (pendengaran, penglihatan,
pengecapan, perabaan dan penciuman). Sedangkan diagnosa keperawatan terkait lainnya
adalah Isolasi social dan Resiko menciderai diri sendiri, lingkungan dan orang lain.

2.2.3 Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien tidak hanya berfokus pada masalah
halusinasi sebagai diagnose penyerta lain. Hal ini dikarenakan tindakan yang dilakukan
saling berkontribusi terhadap tujuan akhir yang akan dicapai. Rencana tindakan
keperawatan pada klien dengan diagnose gangguan persepsi sensori halusinasi meliputi
pemberian tindakan keperawatan berupa terapi generalis individu yaitu (Kanine, E.,
2012) :
1. Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,

2. Patuh minum obat secara teratur.

3. Melatih bercakap-cakap dengan orang lain,

4. Menyusun jadwal kegiatan dan dengan aktifitas

5. Terapi kelompok terkait terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi.

Rencana tindakan pada keluarga (Keliat, dkk. 2014) adalah

1. Diskusikan masalah yang dihadap keluarga dalam merawat klien

2. Berikan penjelasan meliputi : pengertian halusinasi, proses terjadinya halusinasi,


jenis halusinasi yang dialami, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya
halusinasi.

17
3. Jelaskan dan latih cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi :
menghardik, minum obat, bercakap-cakap, melakukan aktivitas.
4. Diskusikan cara menciptakan lingkungan yang dapat mencegah terjadinya
halusinasi.
5. Diskusikan tanda dan gejala kekambuhan

6. Diskusikan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk follow up


anggota keluarga dengan halusinasi.

2.2.4 Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata


sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum
terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan
(Dalami, 2009). Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya (here and now). Perawat juga menilai diri
sendiri, apakah kemampuan interpersonal, intelektual, tekhnikal sesuai dengan tindakan
yang akan dilaksanakan, dinilai kembali apakah aman bagi klien. Setelah semuanya tidak
ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.

Adapun pelaksanaan tindakan keperawatan jiwa dilakukan berdasarkan Strategi


Pelaksanaan (SP) yang sesuai dengan masing-masing masalah utama. Pada masalah
gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran, terdapat 2 jenis SP, yaitu SP Klien
dan SP Keluarga.

SP klien terbagi menjadi SP 1 (membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi


halusinasi “jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi, perasaan dan respon halusinasi”,
mengajarkan cara menghardik, memasukan cara menghardik ke dalam jadwal; SP 2
(mengevaluasi SP 1, menganjurkan klien untuk mencari teman bicara, memasukan ke
dalam jadwal); SP 3

18
(mengevaluasi SP 1 dan SP 2, melakukan aktivitas terjadwal, masukkan kejadwal
harian); SP 4 (mengevaluasi SP 1, SP 2, dan SP 3, menganjurkan patuh minum obat,
masukkan kejadwal harian).
SP keluarga terbagi menjadi SP 1 (membina hubungan saling percaya, mendiskusikan
masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien , menjelaskan pengertian, tanda
dan gejala helusinasi, jenis halusinasi yang dialami klien beserta proses terjadinya,
menjelaskan cara merawat klien halusinasi); SP 2 (melatih keluarga mempraktekan cara
merawat klien dengan halusinasi, melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada klien halusinasi); SP 3 (membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge planing), menjelaskan follow up klien setelah pulang).
Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien
dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta klien yang
diharapkan, dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan serta respon klien.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien (Dalami, 2009). Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon
klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua jenis yaitu:
evaluasi proses atau formatif dilakukan selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil
atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan umum dan
tujuan khusus yang telah ditentukan.
Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada klien dengan gangguan sensori persepsi:
halusinasi pendengaran adalah: tidak terjadi perilaku kekerasan, klien dapat membina
hubungan saling percaya, klien dapat mengenal halusinasinya, klien dapat mengontrol
halusinasinya, klien mendapatkan dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasinya, klien dapat menggunakan obat dengan baik dan benar.

19
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny. N USIA 41 TAHUN GANGGUAN


PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENGLIHATAN DI RS DR. H. MARZOEKI
MAHDI (RSMM) BOGOR

RUANGAN RAWAT : PHCU WANITA


TANGGAL DIRAWAT : 01 DESEMBER 2021
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.N
Alamat : Jl. Beringin Rt/Rw 03/18
Pendidikan : S1 B.inggris
Jenis kelamin (L/P) : perempuan
Tanggal Masuk : 01 desember 2021
Tanggal Pengkajian : 02 desember 2021
Umur : 41 tahun
RM No. : 377323
Informan : Klien
Diagnosa Medis : Skizofrenia
II. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. M
Alamat : Jl. Beringin Rt/Rw 03/18
Hubungan dengan klien : suami
III. ALASAN MASUK DAN FAKTOR PENCETUS
Menurut buku Rekam Medik klien masuk karena sering marah- marah , sulit mandi,
curiga dengan orang lain dan suka mondar mandir sendiri.

20
Klien mengatakan halusinasi mengenai mantan suaminya yang pertama .Halusinasi
muncul akibat suami kedua bertanya terus menerus mengenai mantan suaminya yang
pertama.
Klien berhalusinasi mantan suaminya datang memintanya rujuk. Klien datang bersama
suaminya yang kedua dan didagnosa Skizofrenia tahun 2012. Klien juga sudah
mengatakan mengalami halusinasi sejak tahun 1994 dan masuk RSJ Semarang tahun
1998 , 2003, dan 2018, masuk RSMM tahun 2020 dan 2021.
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa masalalu?
Ya, klien mengatakan sudah 6X dan sudah mengalami gangguan jiwa sejak
tahun 1994.
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil, klien kambuh apabila terjadi stres dan apabila mengalami masalah
yang tidak bisa beliau pecahkan,
3. Identifikasi Masalah Fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan keluarga, dan
tindakan kekerasan
- Klien mengatakan dipukuli saudaranya karena memukul ibunya,
mengikat saudaranya karena emosi dan merasa bersalah.
- Klien berhalusinasi melakukan hubungan seksual dengan ipar dan
melakukan hubungan seksual bersama mantannya,
- Klien mengatakan saudaranya menolak untuk merawat Ny.N.
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Ya, klien mengatakan bahwa saudara ibu kandungnya mengalami gangguan
jiwa. Namum tidak pernah dirawat di RSJ gejalanya sering marah dan
melempar-lemparkan sandal.
5. Pengalaman yang tidak menyenangkan
- Mengatakan saat berhubungan seksual dengan kaka ipar.
- Saat klien bercerai dengan suami karena selingkuh,
- Saat saudara menolak merawat Ny.N
Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan , dan Halusinasi
V. FISIK

21
TD : 88 / 74 mmHg
N : 129x/ menit
RR :24×/menit
S : 36,3◦C
BB : 71 kg
TB : 161 cm
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Penjelasan :
Klien adalah anak ke 3 dari 5 saudara. Klien tinggal serumah dengan kakaknya.
Klien memiliki 1 kakak dan 2 adik yang sudah meninggal. Ayah dan Ibu klien
sudah meninggal sekitar 5 tahun yang lalu, jadi sehari – hari selama masih di
rumah kakaknya klien tinggal Bersama kakaknya yang sudah berkeluarga, pola
komunikasi dalam keluarga kurang baik, karena abangnya sibuk menjadi sopir.
Klien merasa kesepian dirumah, klien tidak suka menyendiri, teman – temannya
sudah berkeluarga, maka dari itu klien tidak memiliki teman untuk berbicara. Hari
Jum’at klien sudah dijadwalkan pulang namun keluarga belum ada yang

22
menjemput nya, klien tampak murung karena sudah 5 hari klien menggu
kepulangan nya.
Masalah Keperawatan : Koping keluarga tidak efektif
2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Klien mengatakan suka melihat wajahnya , menyukai bagian tubuh
terutama wajahnya.
b. Identitas
Klien menyadari seorang istri dan mengatakan bhwa Ny.N seorang dosen
namun karena penyakit jiwanya klien diberhentikan.
c. Peran
Klien mengatakan sering melakukan kegiatan beres beres rumah ,
menyapu, memasak dan menyiapkan sarapan, dan kegiatan lainnya.
d. Ideal Diri
Klien berharap untuk sembuh dan mau berkerja dan mempunyai anak.
e. Harga Diri
Klien mampu melakukan interaksi dengan oranglain.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : suami, tetangga, kaka ipar, saudara
b. Peran serta dalam kegiatan : Klien mengatakan jarang melakukan kegiatan
karena adanya sosial distancing (PPKM)
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien mengatakan
senang menyendiri sehingga susah untuk berinteraksi dengan orang sekitar
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa ibadah merupakan salah satu faktor pendukung
untuk kesembuhannya. Dan suaminya sangat taat beribadah dan mampu
membimbing klien dalam beribadah
b. Kegiatan ibadah

23
Klien mengatakan rajin sholat 5 waktu, klien beragama islam, klien
mengetahui rukun islam
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Klien berpenampilan rapih, dan mampu memikirkan tindakan atau menghindari
tindakan yang membuat bajunya tersingkap, dan menutup dan mengatakan malu
kalau bajunya terangkat serta segera merapihkannya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
2. Pembicaraan : Klien kurang berinteraksi jika tidak diawali pembicaraan oleh
orang lain, maka akan sering melamun.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
3. Aktivitas motoric
Klien tampak tenang , mampu kooperatif, dan mampu diajak berbicara
Malalah Keperawatan : Tidak ada Masalah
4. Alam perasaan
Sedih, karena merasa bersalah sudah mengikat kakanya . klien masih bingung
dan tidak mampu membedakan halusinasi dan kenyataan. Pasein tidak mampu
memecahkan masalah yang dimiliki . tidak mampu mengenal halusinasi yang
terjadi dimasalalu.
Masalah Keperawatan : Halusinasi: penglihatan
5. Afek
Klien bereaksi sesuai emosi, hanya mampu memperlihatkan aspek senang dan
bingung.
Masalah Keperawatan : Halusinasi
6. Interaksi dan wawancara
Klien sangat koopratif saat di ajak untuk berinteraksi, klien mempertahankan
kontak mata saat ber interaksi dan menjawab pertanyaan dengan baik, klien
senang saat diajak berbicara.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

24
7. Persepsi
Pendengaran : klien mengatakan saat SMA beliau dapat bisikan bisikan untuk
bunuh diri dan hal hal yang negatif.
Penglihatan : klien mengatakan kalo halusinasinya muncul mantan suaminya
sering datang dan memintanya untuk rujuk kembali.
Masalah Keperawatan : Halusinasi
8. Proses pikir :
Perserpasi , klien mengulang-ulang pembicaraan menceritakan masa lalu,
halusinasinya.
Masalah Keperawatan : Halusinasi
9. Isi pikiran :
Obsesi, klien selalu memikirkan dan membicarakan warisan yang tidak ada,
nikah sirih dengan mantannya.
Ide terkait , klien yakin kalau halusinasinya pernah terjadi. Halusinasi mengenai
warisan , nikah siri, dan mantan suaminya
Masalah Keperawatan : Halusinasi
10. Tingkat kesadaran
Tingkat kosentrasi composmentis, orientasi tempat, waktu dan orang baik. Klien
mengatakan sekarang dirinya berada di RSJ ruang dewi amba.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
11. Memori
Klien bingung terus menceritakan halusinasinya dan terus menerus menanyakan
apakah halusinasinya nyata atau tidak
Masalah Keperawatan : Halusinasi.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi baik ketika disuruh berhitung dari 12 x 23 klien berhitung
baik dan berurutan. Ketika disruh nambah angka klien mampu menjawab dengan
benar 11x 5 = 55.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
13. Kemampuan penilaian :

25
Gangguan kemampuan penilaian , klien tidak mampu mengambil keputusan yang
sederhana walaupun dibantu oranglain.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

14. Daya Tilik Diri


Klien mengatakan bahwa dirinya dirumah sakit dan sebagai klien yang dirawat
dirumah sakit. Klien sadar dan mengetahui tentang penyakit nya yaitu skizofrenia.
Klien mengatakan bahwa klien sudah sembuh dan ingin pulang kerumah
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Klien dapat mempersiapkan makan, melakukan mandiri tanpa bantuan, dan dapat
membereskan Kembali bekas makanannya. Klien makan 3x/hari dan mampu
menghabiskan porsi
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
2. BAB / BAK
Paien bisa BAB/BAK secara mandiri, klien dapat membersihkan diri setelah
BAB/BAK. BAB frekuensi 1x/hari dapat dilakukan di toilet, BAK 4x/hari dapat
dilakukan di toilet
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
3. Mandi
Paien mengatakan mandi 3x/hari dengan mandiri dan mampu menyiapkan
peralatan mandi
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
4. Berpakaian / berhias
Klien dilakukan sendiri tiap pagi hari ganti pakaian setiap hari
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
5. Istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidur di malam hari 6-8 jam
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

26
6. Penggunaan obat
Klien mengatakan minum obat sendiri, klien mengatakan dulu klien sempat putus
obat karena merasa dirinya sudah sembuh tanpa memerlukan obat lagi. Klien
mengatakan sekarang minum obat teratur
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengetahui perawatan selanjutnya yaitu dari PHCU wanita ke Dewi Amba.
Pindah ke ruangan yang lebih stabil dan harus terus diberi motivasi dan
menghardik.
Masalah Keperawatan : Halusinasi
8. Kegiatan di dalam rumah
Klien mengatakan selama di rumah mampu melakukan kegiatan membersihkan
rumah, menjaga kerapihan rumah, mencuci pakaian.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
9. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan saat ini selama di rumah tidak/jarang melakukan kegiatan di
luar rumah karena sosial distancing (ppkm).
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

IX. MEKANISME KOPING


Klien mampu bicara dengan orang lain bisa memprakikan nafas dalam teknik relaksasi,
seta mampu mengikuti senam pagi.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik klien merasa sedih saat sodara
mengatakan tidak mau dirawat
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik klien mengatakan saat masih
sekolah klien menarik diri dan fokus belajar.
3. Masalah dengan pekerjaan, klien diberhentikan karena penyakitnya
4. Masalah dengan perumahan, spesifik: Tidak ada

27
5. Masalah ekonomi, spesifik: Tidak ada
6. Masalah dengan pelayanan Kesehatan, spesifik : Tidak ada
7. Masalah lainnya
8. Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

XI. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Koping klien masih bingung cara membedakan halusinasi dengan cara mengatasi
halusinasi yang sudah terjadi dimasa lalu.
Masalah Keperawatan : Halusinasi

XII. ASPEK MEDIK


Diagnose medik : Skizofrenia
Terapi medik :

Nama Obat Dosis


Riperidone 3mg/12 jam
Trihexilphenidil 2mg/12 jam
Haloperidone 5mg/12 jam
Clozapine 25mg/24 jam
Olantapine 5mg/24 jam

28
ANALISA DATA

HARI/TGL/WAKTU DATA MASALAH TTD


2 Desember 2021 Data subjektif : Halusinasi Kelompok
10.00 wib - Klien 1
mengatakan
berhalusinasi
berhubungan
dengan kakak
iparnya
- Klien
mengatakan
berhalusinasi
mantan suaminya
meminta rujuk.
- Klien mengatakn
apabila
halusinainya
muncul beliau
lebih malas
berdiam diri
dikamar.

Data objektif :
- Klien tampak
melamun keika
diajak

29
mengobrol
- Klien tampak
bingung.
- Klien hanya
mampu
melihatkan
aspek senang.
- Klien
berinteraksi
sesuai emosi
- Klien selalu
memikirkan dan
membicarakan
warisan yang
tidak ada, nikah
siri dengan
mantan nya dan
mantan
suaminya yang
meminta rujuk
- Klien yakin kalau
halusinasinya
pernah terjadi.
- Klien bingung
dan terus
menceritakan
terus-menerus
menanyakan
apakah

30
halusinasinya
nyata atau tidak.
- Klien tampak
bingung dan
belum bisa
mengambil
keputusan.
Data subjektif : Perilaku Kelompok
Klien mengatakan Kekerasan 1
pernah dipukul oleh
keluarga dan saudara
akibat memukul ibu
kanungnya.
Data objektif
- Tidak Ada
2 Desember 2021 Data subjektif Isolasi Kelompok
11.00 wib - Klien sosial 1
mengatakan
selama sekolah
menarik diri dan
fokus belajar.
Data objektif
- Klien kurang
berinteraksi jika
tidak di awali
percakapan
terlebih dahulu
- Lebih sering
melamun

31
POHON MASALAH

Resiko perilaku kekerasan Efek

Halusinasi penglihatan Core Problem

Isolasi Sosial Cause

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Halusinasi: penglihatan
2. Perilaku kekerasan
3. Isolasi sosial

DAFTAR DIGNOSA KEPERAWTAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Halusinasi: penglihatan
2. Perilaku kekersan
3. Isolasi sosial

32
33
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI


Nama Klien : Ny. N DX Medis : SKIZOFRENIA
Ruangan : PHCU Wanita No RM : 377323
Dx Perencanaan
No Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Tgl Keperawata
Dx
n
Perubahan TUM :
Persepsi Klien dapat
sensori: mengontrol atau Bina hubungan saling percaya dengan
Halusinasi mengendalikan 1. Ekspresi wajah bersahabat 1 mengungkapkan prinsip komunikasi
halusinasi yang menunjukan rasa senang ada . terapentik.
dialaminya kontak mata. Mau berjabat  Sapa klien dengan ramah baik verbal
tangan, mau menyebutkan maupun non verbal
Tuk 1 : nama, mau menjawab salam,  Perkenalkan diri dengan sopan
Klien dapat membina klien mau duduk  Tanyakan nama lengkap klien dan

hubungan saling berdampingan nama

percaya dengan perawat, mau panggilan yang disukai klien


mengungkapkan masalah yang  Jelaskan tujuan pertemuan
dihadapi.  Jujur dan menepati janji

34
 Tunjukan sikp simpati dan menerima
apa adanya
 Beri perhatian pada kebutuhan dasar
klien
TUK 2 : 2. Klien dapat menyebutkan 2.1. Adakan kontak sering dan singkat secara
Klien dapat waktu, isi, frekunsi dan situasi bertahap
mengenal yang menimbulkan halusinasi 2.2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan
halusinasinya halusinsinya; bicara dan tertawa tanpa
stimulus memandang kekiri/ke kanan/ ke
depan seolah-olah ada teman bicara
2.3. Bantu klien mengenal halusinasinya :
a. Jika menemukan klien yang sedang
halusinasi,
 Tanyakan apakah ada suara yang
didengar
 Jika klien menjawab ada, lanjutkan :
apa apa yang dikatakan
 Katakan bahwa perawat percaya
klien mendengar suara itu, namun
perawat sendiri tidak mendengarnya
(dengan nada bersahabat tanpa menuduh

35
atau menghakimi)
 Katakan bahwa klien lain juga ada
seperti klien
 Katakan bahwa perawat akan
membantu klien.
b. Jika Klien tidak sedang berhalusinasi klari
fikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi.
2.4. Diskusikan dengan klien :
 Situasi yang menimbulkan/tidak
menimbulkan halusinasi ( jika sendiri,
jengkel / sedih)
 Waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang sore, dan malam
atau sering dan kadang-kadang)
2. Klien dapat 2.5. Diskusikan dengan klien bagaimana
mengungkapkan perasaannya jika terjadi halusinasi
perasaan terhadap (marah/takut, sedih, senang) dan beri
halusinasi nya kesempatan untuk mengungkapkan
perasaannya.
TUK 3 : 3. Klien dapat 3.1. Identifikasi bersama klien cara atau
Klien dapat mengontrol menyebutkan tindakan tindakan yang dilakukan jika terjadi

36
halusinasinya 3. yang biasanya dilakukan halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri
untuk mengendalikan dll)
halusinasinya
Klien dapat menyebutkan 3.2. Diskusikan manfaat dan cara yang
cara baru digunakan klien, jika bermanfaat beri
pujian

3.3. Diskusikan cara baru untuk memutus/


mengontrol timbulnya halusinasi :

 Katakan : “saya tidak mau

Klien dapat memilih cara dengar/lihat kamu” (pada saat halusinasi

mengatasi halusinasi terjadi)


3.
seperti yang telah  Menemui orang lain

didiskusikan (perawat/teman/anggota keluarga) untuk

3. dengan klien bercakap cakap atau mengatakan

Klien dapat halusinasi yang didengar / dilihat

3. melaksanakan cara yang  Membuat jadwal kegiatan sehari

telah dipilih untuk hari agar halusinasi tidak sempat muncul

mengendalikan  Meminta keluarga/teman/ perawat

halusinasinya Klien dapat menyapa jika tampak bicara sendiri

37
mengikuti terapi aktivitas 3.4 Bantu Klien memilih dan melatih
kelompok cara memutus halusinasi secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan
cara yang dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri
pujian jika berhasil
3.6 Anjurkan klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi
TUK 4 : 4. Keluarga dapat 4.1 Anjurkan Klien untuk memberitahu
Kilen dapat dukungan membina hubungan keluarga jika mengalami halusinasi
saling percaya
dari keluarga dala 4. dengan perawat 4.2 Diskusikan dengan keluarga )pada saat
mengontrol m Keluarga dapat keluarga berkunjung/pada saat kunjungan
halusinasinya menyebutkan rumah)
pengertian, tanda dan  Gejala halusinasi yang di alami klien
tindakan untuk  Cara yang dapat dilakukan klien dan
mengendali keluarga untuk memutus halusinasi
kan halusinasi  Cara merawat anggota keluarga
yang halusinasi di rumah : beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama,
berpergian bersama
 Beri informasi waktu follow up atau

38
kapan perlu mendapat bantuan halusinasi
tidak terkontrol, dan resiko mencederai
orang lain
TUK 5 : Klien dap 5. Klien dan keluarga dapat 5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang
memanfaatk at menyebutkan manfaat, dosis,efek samping dan manfaat obat
an dengan oba 5. dosis dan efek samping
baik t obat 5.2 Anjurkan Klien minta sendiri obat pada

5. Klien dapat perawat dan merasakan manfaatnya


mendemontrasi kan
penggunaan obat dgn 5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang
5.
benar manfaat dan efek samping obat yang
Klien dapat informasi dirasakan
5.
tentang manfaat dan efek
samping obat 5.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
Klien memahami akibat konsultasi
berhenti minum obat
tanpa konsultasi 5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan
Klien dapat menyebutkan prinsip 5 (lima) benar
prinsip 5 benar
penggunaan obat

39
40
Hari/tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf
2 Desember 2021 DO : S : Klien mengatakan
sudah mengetahui
10.15 WIB - Klien
cara mengontrol
Kooperatif,
halusinasi dengan
mampu
menghardik.
berinteraksi
- Klien tampak O :
bingung tidak
- Klien dapat
bisa
menyebutkan
membedakan
pengertian
halusinasi
halusinasi.
dengan
- Klien dapat
kenyataan
menyebutkan
dimasa lalu
tanda dan
- ADL Mandiri
gejala
DS : Klien halusinasi.
memperkenalkan diri - Klien dapat
menyebutkan diri menyebutkan
menyebutkan nama, pengobatan
alamat, alasan masuk, halusinasi.
serta respon dan - Klien dapat
riwayat perawatan. memprakteka
n halusinasi
Dx ; Gangguan persepsi
dengan
sensori : Halusinasi
menghardik.
Tindakan Sp 1
A : Halusinasi
- Mengidentifikasi
P : Latihan cara
masalah
menghardik

41
- Membantu klien halusinasi sesusai
untuk mengenal dengan jadwal
halusinasi. kegiatan.
- Menjelaskan
cara mengontrol
halusinasi
dengan cara
pertama :
menghardik
halusinasi.

Rencana Tindak
Lanjut

- Latih Klien cara


menghardik
halusinasi
- Evaluasi
kegiatan cara
mengontrol
halusinasi.
3 Desember 2021 DO : Klien tampak S :
bingung tidak bisa
09.50 WIB - Klien mnegatakan
membedakan halusinasi
sudah mengetahui
nya dengan kenyataan
cara embontrol
masa lalu :
halusinasi dengan
- Emosi labil bercakap-cakap.
- Klien banyak - Klien mengatakan

melamun. sering mengobrol


- Klien tidak dengan tetangganya

42
punya dan meminta
pendirian. menemaninya jika
halusinasinya
Ds :
muncul.
- Klien
O : Klien mengerti
menceritakan
cara mrngontrol
keluarganya,
halusinasi dengan
saudara,
cara bercakap-cakap
lingkungan,
dengan orang lain.
tetangga.
- Klien A : Halusinasi
menceritakan
P : Latih dengan cara
halusinasi
berbincang-bincang
mantan
sesuai jadwal.
suaminya.

Dx :

- Gangguan
Persepsi sensori
(Halusinasi)

Tindakan Sp 2

- Evaluasi
kegiatan SP 1
- Melatih Klien
mengontrol
Halusinasi
dengan cara
kedua bercakap-
cakap dengan

43
orang lain.

Rencana Tindak Lanjut

- Latih klien cara


mengontrol
halusinasi
dengan
bercakap-cakap.
- Evaluasi
kegiatan cara
mengontrol
halusinasi.
- Memasukan
kedalam jadwal
harian.
- Lanjur sp 3

4 Desember 2021 DO : S : Klien mengatakn


senang dalam
9.50 WIB - Klien tampak
melakukan kegiatan
melamun
memasak
- Klien tampak
bingung O:
- Klien tampak
- Klien
tidak mampu
mengatakan
memecahkan
senang belajar
masalah.
memasak dari
DS : Youtube saat
sedang
- Klien

44
menceritakan dirumah.
kebiasaan
A : Halusinasi
selama study
dan kebiasaan P : Latih klien dalam
selama dirumah. mengontrol
halusinasi dengan
DX Keperawatan :
melalkukan aktifitas
Gangguan Psersepsi dan pagi sampai
Sensori (Halusinasi) malam.

Tindakan SP 3

Melatih megontrol
Halusinasi dengan cara
yang ke 3 melakukan
aktifitas.

Rencana Tindak Lanjut

6 Desember 2021 DO : S:

14.50 WIB - Klien tampak - Klien


tenang mengatakan
- Klien tampak sering minum
sudah mampu obat
mengontrol
O:
halusinasi
- Klien
- Klien banyak
tersenyum mengetahui

45
- Bercerita jenis obat dan
dengan manfaatnya.
antusias.
A : Halusinasi
- Riferidone
P : Latihan
3mg/12 jam
- THP 2 mg/12 mengontrol
Halusinasi dengan
jam
- HP 3 mg/12 jam obat 2x1 sehari.

- Elozapine
2mg/24 jam
- Olantapine 5
mg/24 jam
- Inj. Zypexal

DS :

- Klien
menceritakan
kegiatan
barunya selama
diruangan dewi
amba
- Klien
menyataan
senang bertemu
dengan saya.
- Klien
menyatakan
sudah tenang,
makan habis,
minum obat

46
teratur, banyak
istirahat karena
ruangan nya
tenang.

Dx Keperawatan :

Gangguan persepsi
sensori (Halusinasi)

Tindakan SP 4

Melatih klien dalam


mengontrol halusinasi
dengan cara
mengonsumsi obat
secara teratur.

Rencana Tindak Lanjut

- Evaluasi
kegiatan cara
mengontrol
halusinasi
dengan
mengonsumsi
obat secara
teratur.
07 Desember 2021 DO : S:

10.15 WIB Klien tampak tenang - Klien


dan sedang bernyanyi- mengatkan 4
nyanyi. cara
mengontrol

47
DS : halusinasi
denagna
- Klien
menghardik,
mengatakan
berbincang-
senang bertemu
bincang,
dengan saya
kegiatan
- Klien
terjadwal, dan
mengatakan
minum obat.
sudah tenang.
- Klien O:
mengatakan
- klien tenang
menunggu
mampu
jadwal pulang.
mengambil
keputusan.
- Klien mampu
mengenal
masalah
kesehatan
jiwa yang
dialaminya.

A : Halusinasi

P : Evaluasi SP 1 – SP
4 Follow Up
pengetahuan kliwn
mengontrol
halusinasi.
8 Desember 2021 DO : Klien Tampak S:
tenang dan sedang
10.20 WIB - Klien
berbincang-bincang

48
dengan temannya yang Mengatakan
pulang. dan
mengingat
DS :
cara
- Klien mengontrol
Mengatakan halusinasi
ingin pulang
O:
namun harus
menunggu 15 - Klien Tenang,
hari mampu
- Klien bercakap-
Menyatakan cakap.
senang bisa - Klien mampu
berkenalan memprakteka
dengan perawat n 4 cara
(Saya) mengontrol
halusinasi.

A : Halusinasi

P : Evaluasi Sp 1 – Sp
4 follow up
pengetahuan Klien
dalam mengontrol
halusinasi.

49
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawat kepada Ny. N dengan gangguan sensor
persepsi: halusinasi di ruang PHCU Wanita Rumah Sakit Jiwa H. Marzoeki Mahdi, maka
penulis pada BAB in akan membahasan kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus.
Pembahasan dimulai melalui tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa
keparawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pada pembahasan in diuraikan tentang hail pelaksanaan tindakan keperawatan dengan


pemberian terapi generals pada klien halusinasi pendengaran. Pembahasan menyangkut analisis
hasil penerapan terapi generals terhadap masalah keperawatan halusinasi pendengaran. Tindakan
keperawatan didasarkan pada pengkajian dan diagnosis keperawatan yang terdiri dari tindakan
generals yang dijabarkan sebagai berikut.

Tahap pengkajian pada klien halusinasi dilakukan interaksi perawat-klien melalui


komunikasi terapeutik untuk mengumpulkan data dan informasi tentang status kesehatan klien.
Pada tahap ini terjadi proses interaksi manusia, komunikasi, transaksi dengan peran yang ada
pada perawat sebagaimana konsep tentang manusia yang bisa dipengaruhi dengan adanya proses
interpersonal.

Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari klien
dan tenaga kesehatan) di ruangan. Penulis mendapat sedikit kesulitan dalam menyimpulkan data
karena keluarga klien jarang mengunjungi klien di rumah sakit jiwa.

50
Maka penulis melakukan pendekatan kepada klien melalui komunikasi terapeutik yang

lebih terbuka membantu klien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi
kepada klien .

Adapun upaya tersebut yaitu:

a. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada klien agar klien
lebih terblika dan lebih percaya dengan menggunakan perasaan
b. Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara
c. Mengadakan pengkajian dengan cara membaca status, melihat buku rawatan dan
bertanya kepada pegawai ruangan Antareja.

Dalam pengkajian ini, penulis menemukan kesenjangan karena ditemukan. Pada kasus Ny.
N, klien mendengar suara-suara yang mengganggu nya sehingga Ny. N terlihat sering berbicara
sendiri dan marah sendiri yang membuat Ny._N gelisah. Gejala gejala yang muncul tersebut
tidak semua mencakup dengan yang ada di tori klinis dari halusinasi (Keliat, dkk.2014).

Akan tetapi terdapat faktor predisposisi maupun presipitasi yang menyebabkan kekambuhan
penyakit yang dialami oleh Ny.N. Tindakan keperawatan terapi generalis yang dilakukan pada
Ny. N adalah strategi pertemuan pertama sampai pertemuan empat. Strategi pertemuan pertama
meliputi mengidentifikasi isl, frekuensi, jenis, dan respon klien terhadap halusinasi serta melatih
cara menghardik halusinasi. Strategi pertemuan kedua yang dilakukan pada Ny. N meliputi
melatih cara mengendalikan dengan bercakap-cakap kepada orang lain. Strategi pertemuan yang
ketiga adalah menyusun jadwal kegiatan bersama-sama dengan klien. Strategi pertemuan
keempat adalah mengajarkan dan melatih Ny. N cara minum bat yang teratur.

4.2 Diagnosa Keperawatan Pada Teri Halusinasi dalam NANDA (2017),

Diagnosa keperawatan yang muncul sebanyak 4 diagnosa keperawatan yang meliputi.:

1. Isolasi sosial

2. Halusinasi

3. Risiko perilaku kekerasan

4.3 Implementasi

51
Pada tahap implementasi, penul is mengatasi masalah keperawatan yakni: diagnosa
keperawatan halusinasi pendengaran. Pada diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran dilakukan strategi pertemuan yaitu mengidentifikasi isi trekuensi, waktu
torjadi, perasaan, respon halusinasi. Kemudian strategi pertemuan yang dilakukan yaitu latihan
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.

Strategi pertemuan yang kedua yaitu anjurkan minum obat secara teratur, strategi pertemuan
yang ke tiga yaitu latihan dengan cara bercakap-cakap pada saat aktivitas dan latihan strategi
pertemuan ke empat yaitu melatih klien melakukan semua jadwal kegiatan.

Pada pasien ditemukan:

- Isolasi sosial

- Halusinasi

- Risiko perilaku kekerasan

Untuk melakukan implementsi pada keluarga, pada tahap-tahap diagnosa tidak dapat
dilaksanakan karena penulis tidak pernah berjumpa dengan keluarga klien (keluarga tidak pernah
berkunjung).

4.4 Evaluasi

Pada tinjauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah: Klien mempercayai perawat
sebagai terapis, klien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya, dapat
mengidentifikaasi halusinasi, dapat mengendalikan halusinasi melalui mengahrdik, latihan
bercakap-cakap, melakukan aktivitas serta menggunakan obat secara teratur.

Pada tinjauan kasus evaluasi yang didapatkan adalah: Klien mampu mengontrol dan
mengidentifikasi halusinasi, lien mampu melakukan latihan bercakap-cakap dengan orang lain)
Klien mampu melaksanakan jadwal yang telah dibuat bersama, Klien mampu memahami
penggunaan obat yang benar: S benar. Selain itu, dapat dilihat dari setiap evalusi yang dilakukan
pada asuhan keperawatan, dimana terjadi penurunan gejala yang dialami oleh Ny. N dari hari ke
hari selama proses interaksi.

52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN

Proses keperawatan merupakan metode ilmiah dalam menjalankan proses keperawatan


dan menyelesaikan masalah secara sistematis yang digunakan oleh perawat dan peserta
didik keperawatan. Penerapan keperawatan dapat meningkatkan otonomi, percaya diri, cara
berfikir yang logis, ilmiah, sistematis dan memperlihatkan tanggung jawab dan tanggung
gugat serta pengembangan diri perawat. Disamping itu klien dapat melaksanakan mutu
pelayanan keperawatan yang baik khusus nya pada klien halusinasi, maka dapatdi ambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian yang dilaksanakan tidak banyak berbeda dengan pngkajian teoritis maupun
penulis tidak mendapat kesulitan dalam pengkajian klien.
2. Dalam usaha mengatasi masalah yang dihadapi klien penulis menyusun tindakan
keperawatan sesuai dengan teoritis begitu juga dengan SP.
3. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan dan dapat
dilaksanakan walaupun belum optimal.
4. Pada tahap evaluasi terhadap tindakan keperawatan masalah yang dihadapi klien tidak
teratasi semua sesuai dengan masalah klien.
5.2 SARAN

1. Bagi Mahasiswa.

Hendaknya mahasiswa/i dapat melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan tahapan-


tahapan dari protap dengan baik dan benar yang diperoleh selama masa pendidikan baik
diakademik maupun di lapangan praktek.

53
2. Bagi Institusi Pendidikan

3. Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa profesi ners sehingga


mahasiswa semakin mampu dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien -klien
yang mengalami halusinasi pendengaran.

4. Bagi Rumah Sakit

Laporan ini diharapkan dapat menjadai acuan dan referensi dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E., Rochimah, N., Suryati, K. R., & Lestari, W. (2009). Asuhan keperawatan klien
dengan gangguan jiwa.
Damaiyanti & Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.
Keliat B, dkk. (2014). Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta : EGC.

Keliat, B.A & Akemat. (2015). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.

Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.

Manao, B. M., & Pardede, J. A. (2019). Correlation of Family Burden of The Prevention of
Recurrence of Schizophrenia Patients. Mental Health, 4(1), 31-42.
Nyumirah, S. (2013). Peningkatan kemampuan interaksi sosial (kognitif, afektif dan perilaku)
melalui penerapan terapi perilaku kognitif di rsj dr amino gondohutomo semarang.
Jurnal keperawatan jiwa, 1(2).
Pambayun, Ahlul H. (2015). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. S Dengan Gangguan Persepsi
Sensori Halusinasi Pendengaran Ruang 11 (Larasati) RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang. Widya Husada Semarang.

Pardede, J. A. (2020). Family Knowledge about Hallucination Related to Drinking Medication


Adherence on Schizophrenia Patient. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 2(4), 399-
408.

54
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Kepatuhan dan Komitmen Klien Skizofrenia
Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And Commitment Therapy dan Pendidikan
Kesehatan Kepatuhan Minum Obat. Jurnal Keperawatan Indonesia, 18(3), 157-166.
Stuart, G. W. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.

Stuart, G. W., & Laraia, M. (2005). Psychiatric nursing. St louis: Mosby, 270-271.
Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, & Deden. (2015). Kajian Asuhan Keperawatan Jiwa
Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd Surakarta. Jurnal Poltekkes
Bhakti Mulia.

55

Anda mungkin juga menyukai