Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Luisa Fernanda D1A122026
2. Mawar Amanda D1A122027
3. Meyra Nur Rizkyllah D1A122028
4. Moh Rafliyo Maulana D1A122029
5. Mohammad Nazri Ali D1A122030
6. Muhammad Rafi D1A122031
7. Muhammad Kamal Ghifari D1A122032
8. Muhammad Rifqi D1A122033
9. Muhammad Sandy D1A122034
Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah memberi
petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya. Sholawat serta salam
semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang membimbing umat nya dengan suri
tauladan-Nya yang baik.
Dan segala Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah, kesempatan
dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini . Makalah ini merupakan
pengetahuan tentang Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Halusinasi
semua ini di rangkum dalam makalah ini, agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah
di pahami dan lebih singkat dan akurat.
Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas materi
yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut. Selanjutnya, membaca akan masuk pada inti
pembahasaan dan di akhiri dengan kesimpulam makalah ini. Diharapkan pembaca dapat
memahami Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Halusinasi.Kami
penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi kita semua.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR…………………………………………….………………….……...ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….……..iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................................... 3
A. Konsep Halusinasi .......................................................................................................... 3
1. Pengertian……………………………………………………………………..…….. 3
2. Proses Terjadinya Halusinasi………………………………………………………... 4
3. Tahapan Halusinasi…………………………………………………………………..5
4. Jenis Halusinasi………………………………………………………………………7
5. Tanda Dan Gejala Halusinasi…………………………………...……………………8
B. Proses Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Halusinasi………………………….9
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Halusinasi merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakkan dan perilaku aneh yang menggangu. Halusinasi
merupakan satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori,
seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, penciuman.
Klien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada, selain itu, perubahan persepsi sensori
tentang suatu objek, gambaran, pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar
meliputi semua system penginderaan, pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, atau
pengecapan (Keliat dkk)
Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling sering dilaporkan dan
dapat menyertai hampir semua gangguan kejiwaan, termasuk gangguan kecemasan, gangguan
identitas disosiatif, gangguan tidur, atau karena efek alkohol dan obat-obatan. Halusinasi
pendengaran juga dikaitkan dengan suasana hati yang tertekan, kecemasan, dan perilaku bunuh
diri yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain (Waters, 2018).
Niemantsverdriet (2017) menyatakan bahwa halusiansi pendengaran sebagian besar
terdiri dari pelecehan dan kejadian menyedihkan. Peristiwa traumatis tersebut memiliki
peluang untuk memicu terjadinya halusinasi. Misalnya, hingga 80% dari laporan halusinasi
pendengaran timbul karena klien baru saja ditinggalkan oleh orang yang mereka cintai. Di masa
muda stressor seperti bullying dan trauma seksual merupakan penyebab yang kuat dari
halusinasi pendengaran.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Halusinasi?
C. Tujuan
1. Untuk Memahami Pengertian Konsep Halusinasi
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Halusinasi
1. Pengertian Halusinasi
3
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien merasakan suatu
stimulus yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami perubahan sensori persepsi: merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman (Sutejo, 2017).
a. Faktor Predisposisi
adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan
oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya, mengenai
faktor perkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik yaitu faktor risiko yang
mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk
mengatasi stress. Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon
neurobiology seperti pada halusinasi antara lain:
a) Faktor Genetik, telah diketahui bahwa secara genetik schizophrenia diturunkan melalui
kromosom-krogenetik tertentu. Namun demikian, kromosom yang keberapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.
Anak kembar identik memasih kemungkinan mengalami schizophrenia sebesar 50%
jika salah satunya mengalami schizophrenia, sementara jika dizygote peluangnya
sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami schizophrenia
berpeluang 15% mengalami schizophrenia, sementara bila kedua orang tuanya
schizophrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b) Faktor Perkembangan, jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka indi- vidu akan mengalami stres dan kecemasan
c) Faktor neurobiology, ditemukan bahwa kortex pre frontal dan kortex limbic pada klien
dengan schizophrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien
schizophrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal. Neu-
rotransmiter juga tidak ditemukan tidak normal, khususnya do- pamine, serotonin dan
glutamat
d) Study neurotransmitter, schizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter serta dopa- mine berlebihan, tidak seimbang
dengan kadar serotinin
e) Faktor Biokimia, mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan
adanya stress yang berlebihan yang di alami seseorang, maka tubuh akan menghasilkan
4
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan
Dimetytranferase (DMP)
f) Teori Virus, paparan virus influenzae pada trimester ke-3 ke hamilan dapat menjadi
faktor predisposisi schizofrenia
g) Psikologis, beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
schizophrenia, antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu
melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak
dengan anaknya. Sementara itu hubungan interpersonal yang tidak har- monis serta
adanya peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak akan
mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan
orientasi realitas.
h) Faktor Sosiokultural, berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seorang
merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan
b. Faktor Presipitasi
yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman/tuntutan yang
memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang lingkungan yang sering yaitu seperti
partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi dan suasana sepi/isolasi
sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress
dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik. Disamping itu juga
oleh karena proses penghambatan dalam proses tranduksi dari suatu impuls yang menyebabkan
terjadinya penyimpangan dalam proses interpretasi dan interkoneksi sehingga dengan demikian
faktor-faktor pencetus respon neurubiologis dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang meneri- ma dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak
b) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu (mekanisme gatting abnormal)
c) Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku seperti
yang tercantum di tabel berikut ini
5
3. Tahapan Halusinasi
Halusinasi yang dialami pasien bisa berbeda intensitas dan keparahannya. Semakin berat fase
halusinasinya, pasien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh
halusinasinya. Berikut 4 fase halusinasi menurut Sutejo (2017):
Pasien mengalami perasaan yang mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah, takut
sehingga mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas.
Individu mengenali bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kendali
kesadaran jika ansietas dapat ditangani. Gejala yang dapat terlihat seperti tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon
verbal lambat jika sedang asyik dan diam serta asyik sendiri (non psikotik).
6
d. Fase IV Conquering (Umumnya menjadi melebur dalam halusinasinya)
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti perintah halusinasinya,
halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik. Gejala
yang dapat terlihat seperti perilaku eror akibat panik, potensi kuat suicide atau homicide
aktivitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri,
atau katatonik, dan tidak mampu merespon lebih dari satu orang (psikotik)
4. Jenis Halusinasi
7
5. Tanda Dan Gejala Halusinasi
Tanda dan gejala halusinasi menurut Sutejo (2017), dapat dinila dari hasil observasi terhadap
klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala pada pasien halusinasi adalah:
a. Data subjektif adalah data yang didapatkan dari pasien atau keluarga dengan gangguan
sensori halusinasi mengatakan bahwa dirinya:
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau monster.
5) Mencium bau-bauan busuk ataupun wangi seperti bau darah, urine, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti merasakan makanan atau rasa tertentu yang tidak nyata
7) Merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya seperti yang mengerayap seperti serangga,
makhluk halus
b. Data objektif adalah data yang didapatkan pada pasien yang tampak secara langsung. Pasien
dengan gangguan sensori persepsi halusinasi melakukan hal-hal berikut:
4) Menutup telinga
8
B. Proses Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kecemasan
A. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien: Nama, tempat tanggal lahir, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, diagnose medis, nomor rekam medis.
b. Alasan Masuk.
1) Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang menjadirumah sakit saat ini.
2) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga mengatasi masalah ini, dan bagaimana
hasilnya.
c. Faktor Predisposisi
1) Apakah pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
2) Bagaimana pengobatan sebelumnya, apakah berhasil atau tidak.
3) Apakah klien pernah melakukan dan atau mengalami dan atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga
dan tindakan kriminal.
4) Adakah keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Apabila ada anggota keluarga lama
yang mengalami gangguan jiwa maka tanyakan bagaimana hubungan klien dengan
anggota keluarga tersebut. Tanyakan apa gejala yang dialami serta riwayat
pengobatan dan perawatan yang pernah diberikan pada anggota keluarga tersebut
5) Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan (kegagalan, kehilangan
perpisahan kematian, trauma selama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien
pada masa lalu.
d. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ:
1) Ukur dan observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, Pernapasan klien.
2) Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
3) Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang dirasakan oleh klien.
Kaji lebih lanjut sistem dan fungsi organ dan Jelaskan sesuai dengan keluhan yang
ada.
9
e. Psikososial
1) Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan
keluarga. Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan
dan pola asuh.
2) Konsep diri.
a) Gambaran diri
Bagaimana persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai
dan tidak disukai.
b) Identitas diri.
Bagaimana status dan posisi klien sebelum dirawat. Kepuasan klien terhadap
status dan posisinya (sekolah, tempat kerja, keompok). Kepuasan klien sebagai
laki-laki/perempuan.
c) Peran diri.
Bagaimana tugas/peran yang diemban dalam keluarga/kelompok/ masyarakat.
Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/ peran tersebut
d) Ideal diri.
Bagaimana harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran. Harapan klien
terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat). Harapan
klien terhadap penyakitnya.
e) Harga diri.
Bagaimana hubungan klien dengan orang lain. Penilaian/ penghargaan orang
lain terhadap diri dan kehidupannya
3) Hubungan Sosial
a) Siapa orang yang berarti dalam kehidupannya, tempat mengadu tempat bicara,
minta bantuan atau sokongan.
b) Kelompok apa saja yang diikuti dalan masyarakat.
c) Sejauh mana pasien terlibat dalam kelompok dimasyarakat, apakah ada
hambatan atau tidak.
4) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan.
-Pandangan dan keyakinan terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya
dan agama yang dianut.
10
-Pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa.
b) Kegiatan ibadah.
-Kegiatan ibadah dirumah secara individu dan kelompok.
-Pendapat klien/ keluarga tentang kegiatan ibadah.
f. Status Mental
1) Penampilan
Bagaimana penampilan pasien apakah rapi/tidak rapi/penggunaan pakaian tidak
sesuai/cara berpakaian tidak seperti biasanya.
2) Pembicaraan.
Bagaimana cara bicara klien, apakah cepat, keras, gagap, membisu, apatis dan atau
lambat
3) Aktivitas motoric.
Amati apakah pasien lesu, tegang, gelisah, agitasi, tik, grisamen, tremor, kompulsif.
4) Alam perasaan
Amati apakah pasien sedih, ketakutan, putus asa, khawatir, atau gembira berlebihan.
5) Afek
Amati apakah afek pasien datar, tumpul, labil, atau tidak sesuai.
6) Interaksi selama wawancara.
Bagaimana interkasi pasien apakah kooperatif, mudah tersinggung. kontak mata,
defensive, atau curgiga.
7) Persepsi.
Jelaskan jenis halusinasi, isi halusinasi, waktu, frekuensi, respon yang tampak pada
saat klien berhalusinasi.
8) Proses pikir.
Bagaimana proses pikir pasien apakah sirkumtansial, tangensial, kehilangan asosiasi,
flight of idea, blocking, atau pengulangan. pembicaraan.
9) Isi pikir.
Bagaimana isi pikir pasien apakah obesesi, fobia, hipokondria, depersonalisasi, atau
pikiran magis.
10) Tingkat kesadaran.
Bagaimana tingkat kesadaran pasien apakah bingung, sedasi, stupor, ataukah
mengalami gangguan disorientasi waktu, tempat, dan orang.
11) Memori
11
Bagaimana memori pasien, apakah mengalami gangguan daya ingat jangka panjang,
gangguan daya ingat jangka pendek, gangguan daya ingat saat ini, atau konfabulasi.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung.
Bagaimana apakah pasien mudah teralih, tidak mau konsentrasi, atau tidak mampu
berhitung sederhana.
13) Kemampuan penilaian.
Apakah pasien mengalami gangguan penilaian ringan atau bermakna.
14) Daya tilik diri.
Apakah pasien mengingkari penyakit yang di deritanya atau menerima
g. Kebutuhan Persiapan Pulang
Makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian berhias, istirahat tidur, penggunaan obat,
pemeliharaan kesehatan, kegiatan di dalam rumah, kegiatan di luar rumah.
h. Mekanisme Koping
Bagaimana mekanisme koping pasien, apakah adaptif atau maladaptif.
1). Masalah Psikososial dan Lingkungan
Apakah pasien mengalami masalah dengan dukungan kelompok, masalah
berhubungan dengan lingkungan, masalah dengan pendidikan, masalah dengan
pekerjaan, masalah dengan perumahan, masalah dengan ekonomi, masalah dengan
pelayanan kesehatan, dan masalah lainnya.
i. Pengetahuan
Bagaimana pengetahuan pasien mengenai penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping,
system pendukung, penyakit fisik, atau obat-obatan.
j. Aspek Medis.
Apa diagnosa medis pasien dan apa saja terapi medik pasien.
B. Rumusan Masalah
Masalah keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai Respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang Dialaminya baik yang berlangsung aktual
maupun potensial. Masalah Keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien
individu, Keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien halusinasi Menurut (SDKI, 2017)
yaitu :
12
b Ketidakpatuhan
E. Rencana Keperawatan
3. Verbalisasi Edukasi
merasakan
sesuatu Melalui
13
indra perabaan 4. Anjurkan memonitor
menurun sendiri situasi terjadinya
4. Verbalisasi halusinası.
merasakan 5. Anjurkan bicara pada
sesuatu melalui orang yang dipercaya untuk
indra penciuman memberikan dukungan dan
menurun umpan balik korektif
5. Verbalisasi terhadap halusinasi
merasakan
6. Anjurkan melakukan
sesuatu melalui
distraksi (misal
indra pengecapan
mendengarkan music,
menurun
melakukan aktivitas, dan
6. Distorsi sensori
teknik relaksi).
menurun
7. Perilaku 7. Ajarkan pasien cara
menurun
8. Menarik diri
Kolaborasi:
menurun
1. Kolaborasi pemberian
9. Melamun
obat anti psikotik dan anti
menurun
ansietas, jika perlu
10. Curiga menurun
11. Mondar- mandir
menurun
12. Respon sesuai
stimulus
membaik
13. Konsentrasi
membaik
14. Orientasi
membaik
14
F. Implementasi
G. Evaluasi
H. Dokumentasi
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respons neurobiologis
maladaptif. Halusinasi biasanya muncul pada pasien gangguan jiwa diakibatkan terjadinya
perubahan orientasi realita, pasien merasakan stimulasi yang sebetulnya tidak ada.
Halusinasi merupakan pengalaman sensorik yang tidak nyata namun dirasakan oleh
individu, bisa terjadi pada berbagai kondisi termasuk gangguan psikiatrik dan kondisi medis
tertentu. Pemahaman mendalam tentang halusinasi penting untuk memberikan asuhan yang
efektif kepada individu yang mengalaminya, meliputi identifikasi faktor pemicu, penanganan
gejala, dan dukungan holistik baik dari segi medis, psikososial, maupun spiritual. Terapi yang
tepat dan pendekatan multidisiplin menjadi kunci dalam mengelola halusinasi agar individu
dapat mengatasi gangguan tersebut dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan suatu referensi atau informasi bagi mahasiswa
keperawatan khususnya dan kalangan umum untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya.
Mohon maaf bila banyak kekurangan dalam makalah ini dan mohon kritik dan saran yang
membangun.
16
DAFTAR PUSTAKA
Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Sutejo. 2017. Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Ganguan Jiwa dan
Psikososial. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
17