Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA WAHAM

DISUSUN oleh :

KELOMPOK 2

KRISTANTO BANI 2017610049


YIFITANIA USFINIT LAY 2017610110
NAOMI CH. E. MALO 2017610069
RUSTIANA NONA BILI 2017610086
DESTA REPONATA 2017610025
DEBORA KAHA DAHA 2017610029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, karena atas rahmat
dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing, dan teman–teman semua yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik terstruktur Keperawatan


Kesehatan Jiwa Ii Program Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan
mahasiswa dalam memahami makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan
untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………..i
Daftar Isi…………………………………………………………………………ii
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………
A. Latar Belakang………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………
C. Tujuan…………………………………………………………………..
Bab II Tinjauan Teori……………………………………………………………
A. Pengertian………………………………………………………………..
B. Etiologi………………………………………………………………….
C. Faktor Presipitasi Waham………………………………………………
D. Tanda Dan Gejala ………………………………………………………
E. Contoh-Contoh Waham ………………………………………………
F. Mekanisme Koping……………………………………………………
G. Akibat Terjadinya Waham…………………………………………….
H. Penatalaksanaan………………………………………………………..
I. Pohon Masalah…………………………………………………………
Bab III Penutup…………………………………………………………………
A. Kesimpulan ……………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………
Daftar Pustaka………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering
ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang
spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia. Semakin akut
psikosis semakin sering ditemui waham diorganisasi dan waham tidak
sistematis. Kebanyakan pasien skizofrenia daya tiliknya berkurang
dimana pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya
terhadap pengobatan, meskipun gangguan pada dirinya dapat dilihat
oleh orang lain (Tomb, 2003 dalam Purba, 2008).
Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan,
cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga
individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas
dengan menyalah artikan kesan terhadap kejadian, kemudian individu
memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan
sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan negatif tidak dapat diterima
menjadi bagian eksternal dan akhirnya individu mencoba memberi
pembenaran personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain
( Purba, 2008 ).
Menurut World Health Organization (WHO), Kesehatan jiwa merupakan
suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa, dan
memiliki sikap positif untuk menggambarkan tentang kedewasaan serta
kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun 2012 angka penderita
gangguan jiwa mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang
yang menderita gangguan mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa
sepertiganya tinggal di negara berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita
gangguan mental itu tidak mendapatkan perawatan. (Kemenkes RI, 2012).
Data yang didapat di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.V.L. Ratumbuysang
Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2016 bulan Januari sampai April
terdapat 190 jiwa dengan harga diri rendah 1 jiwa (0,52%), halusinasi
117 jiwa (61,57%). perilaku kekerasan 65 jiwa (34,21%), waham 3
jiwa (1,57%), defisit perawatan diri 1 jiwa (0,52%), isolasi sosial 3 jiwa
(1,57%).
Upaya pemerintah dalam penanggulangan gangguan jiwa antara lain
menyusun penanggulangan pemasungan, melakukan advokasi kepada
pemangku kepentingan diprovinsi dan kabupaten dan kota,
melakukan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dipuskesmas dan
rumah sakit umum dalam penanganan masalah kesehatan jiwa serta
menyediakan obat antipsikotik acting sebagai bagian dari upaya
pencegahan kekambuhan.
Adapun standar asuhan keperawatan yang diterapkan pada klien
dalam keperawatan jiwa yaitu strategi pelaksanaan komunikasi
teraupetik. Dalam melakukan strategi pelaksanaan komunikasi
terapeutik perawat mempunyai empat tahap komunikasi, yang setiap
tahapnya mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat.
Empat tahap tersebut yaitu tahap prainteraksi (pengumpulan data
tentang klien, membuat rencana tindakan kegiatan, waktu dan tempat),
tahan orientasi atau perkenalan (Salam, perkenalan perawat), kerja
(keluhan utama) dan tahap terminasi (evaluasi). Dalam membina
hubungan terapeutik perawat dan klien, diperlukan ketrampilan
perawat dalam berkomunikasi untuk membantu memecahkan masalah
klien. Perawat harus hadir secara utuh baik fisik maupun psikologis
terutama dalam penampilan maupun sikap pada saat berkomunikasi
dengan klien.
Peran dan fungsi perawat adalah memberikan Asuhan keperawatan
terhadap klien seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan
kesehatan fisik, perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual,
psikologis dan mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan
memberikan penyuluhan kesehatan terhadap klien sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan pengetahuan klien dengan keluarga yang
nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko maupun efek yang
muncul dari gangguan waham.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan kali ini ialah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan waham?
2. Bagaimana waham dapat terjadi?
3. Apa saja yang menjadi ruang lingkup dalam waham?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
waham?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan waham
2. Untuk mengetahui Bagaimana waham dapat terjadi
3. Untuk mengetahui Apa saja yang menjadi ruang lingkup dalam
waham
4. Untuk mengetahui
BAB II
TINJAUAN TEORI

Konsep Dasar Medis


A. Pengertian
Waham adalah suatu keadaan di mana seseorang individu mengalami
sesuatu kekecauan dalam pengoperasian dan aktivitas-aktivitas
kognitif (Damaiyanti. 2014).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan
yang tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh
orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah
kehilangan kontrol (Dermawan. 2013)
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar belakang
kebudayaan (Prabowo. 2014).
B. Etiologi
Keadaan yang timbul sebagai akibat dari pada proyeksi dimana
seseorang melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman kedunia
luar. Individu itu biasanya peka dan mudah tersinggung, sikap
dingin dan cenderung menarik diri. Keadaan ini sering kali
disebabkan karena merasa lingkungannya tidak nyaman, merasa
benci, kaku, cinta pada diri sendiri yang berlebihan angkuh dan
keras kepala. Dengan seringnya memakai mekanisme proyeksi dan
adanya kecenderungan melamun serta mendambakan sesuatu secara
berlebihan, maka keadaan ini dapat berkembang menjadi waham.
Secara berlahan-lahan individu itu tidak dapat melepaskan diri dari
khayalannya dan kemudian meninggalkan dunia realitas.
Kecintaan pada diri sendiri, angkuh dan keras kepala, adanya rasa
tidak aman, membuat seseorang berkhayal ia sering menjadi
penguasa dan hal ini dapat berkembang menjadi waham besar.
Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga
diri dan keutuhan keluarga merupakan penyebab terjadinya halusinasi
dan waham. Selain itu kecemasan, kemampuan untuk memisahkan
dan mengatur persepsi mengenai perbedaan antara apa yang
dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun sehingga segala sesuatu
sukar lagi dibedakan, mana rangsangan dari pikiran dan rangsangan
dari lingkungan (Damaiyanti, 2014). Ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya waham (Damaiyanti, 2014), yaitu :
1. Faktor Predisposisi
Meliputi perkembangan sosial kultural, psikologis, genetik, biokimia.
Jika tugas perkembangan terhambat dan hubungan interpersonal
terganggu maka individu mengalami stres dan kecemasan. Barbagai
faktor masyarakat dapat membuat seseorang merasa terisolasi dan
kesepian yang mengakibatkan kurangnya rangsangan eksternal. Stres
yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme dalam tubuh
sehingga membuat tidak mampu dalam proses stimulus internal dan
eksternal.
2. Faktor Presipitasi
Rangsangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya
waham yaitu klien mengalami hubungan yang bermusuhan, terlalu
lama diajak bicara, objek yang ada dilingkungannya dan suasana
sepi (isolasi). Suasana ini dapat meningkatkan stres kecemasan.
3. Faktor Kekurangan kebutuhan manusia (Lack of Human need).
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat
terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat
terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk
melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara
sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality
dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi
menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas,
sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya.
Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis
di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan
saat tumbuh kembang (life span history).
4. Faktor kekurangan harga diri (lack of self esteem).
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar
lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat
lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi
komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki
kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh.
Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support
system semuanya sangat rendah.
5. Fase control internal external.
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-
apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan
tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi
klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien
itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan
hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan
orang lain.
6. Fase environment support.
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam
lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan
klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu
kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai
terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya normal
(Super Ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.
7. Fase comforting.
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindar interaksi sosial (Isolasi sosial).
8. Fase improving.
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema
waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu
atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
C. Faktor Presipitasi WAHAM
1. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
3. Adanya gejala pemicu
Rentang respon neurobiologi:
D. Tanda dan Gejala
1. Kognitif :
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berpikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku dan hubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktifitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsive
i. Curiga
4. Fisik
a. Higiene kurang
b. Muka pucat
c. Sering mengucap
d. Berat badan menurun
E. Contoh-contoh waham
1. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “saya
ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “saya punya
tambang emas”.
2. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak
sesuai kenyataan. Contoh: “saya tahu.. seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan
saya.”
3. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh:
“kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian
putih setiap hari.”
4. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang
penyakit, diucapkan berulangkali tatapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “saya sakit kanker.” Setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker namun klien terus mengatakan bahwa
ia terserang kanker.
5. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia / meniggal,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesaui kenyataan. Contoh: “ini
kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.”
F. Mekanisme koping
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan
mekanisme ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien
dengan waham menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi,
penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan sebagai
pertahanan melawan agresif, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan
cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan menjadi
kemandirian yang kokoh.
Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan
kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi
diri dari mengenal impuls yang tidak dapat diterima dari dirinya
sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas telah dihipotesiskan
telah menyababkan reaksi formasi dan proyeksi waham dan
suporioritas.
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia
yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga
diri mereka yang terluka. (Dermawan, 2013)
G. Akibat Terjadinya Waham
Akibat dari waham pasien dapat mengalami kerusakan komunikasi
verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas,
kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak
mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah
beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. (Prabowo, 2014)
H. Penatalaksanaan
Terapi yang diterima oleh pasien : Electro Convulsif Therapie
(ECT) suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik.
terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku,
terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan.
Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan pasien
supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat.
I. Pohon masalah

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)


SOSIALISASI (SESI I)

 Jenis kegiatan: Mengoperkan bola


 Criteria klien:
1.Waham yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam kelompok
kecil
2.Sehat secara fisik
 Alat atau media
1.HP
2.Bola kertas

Fase orientasi
 Salam terapeutik
 Kontrak:
- Waktu: ± 15 menit
- Tempat: Ruang Jiwa
- Topic: Cara memperkenalkan diri kepada orang lain
 Tujuan aktivitas: klien dapat menyebutkan jati dirinya.
 Aturan main:
1. Setiap peserta harus mengikutu permainan dari awal sampai akhir.
2. Bila ingin ke kamar kecil harus seizin pemimpin TAK.

Fase kerja
1.Hidupkan music pada HP
2.Edarkan bola kertas berlawanan dengan arah jarum jam.
3.Pada saat music pada HP dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
kertas mendapatkan giliran untuk menyebutkan: salam, nama lengkap, nama
panggilan yang disenangi, asal, dn hobi. Dimulai oleh terapis sebagai contoh
4.Tulis nama kelompok pada kertas dan tempelkan.
5.Ulangi no 1 dan 2 sampai semua anggota mendapat giliran.
6.Beri pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan memberikan tepuk tangan.
Fase Terminasi
 Evaluasi:
1. Pemimpin TAK mengeksplorasikan perasaan anggota kelompok setelah
memperkenalkan diri. Contoh: “Bagaimana perasaannya setelah mengikuti
kegiatan hari ini?”.
2. Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada anggota kelompok.
3. Pemimpin TAK meminta anggota kelompok untuk mencoba mengenalkan
diri pada orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
 Kontrak yang akan datang
- Waktu: : ± 15 menit
- Tempat: ruang jiwa
- Topic: - evaluasi memperkenalkan diri
- Memperkenalkan orang disebelah kanannya kepada orang lain.
 Hasil yang diharapkan
75% anggota kelompok mampu memperkenalkan diri: salam, nama lengkap,
nama panggilan, asal dan hobi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien
yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat
diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran
klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).
B. Saran
Adapun saran kami bagi perawat dengan kasus waahaam seperti ini
ialah yang pertama terlebih dahulu harus dilakukan dengan cara membina
hubungan saling percaya deengan klien agar dapat ia mengungkapkan
semua perasaannya dan juga data kita dapat lengkap dan akurat
DAFTAR PUSTAKA

http://io-note.blogspot.co.id/2016/12/laporan-pendahuluan-lp-keperawatan-jiwa-
waham.html

http://askep33.com/2015/12/14/laporan-pendahuluan-waham/

http://mynewblogmanadosulawesiutara.blogspot.co.id/2016/08/asuhan-
keperawatan-pada-tn-fl-dengan.html {askkep}

Anda mungkin juga menyukai