DISUSUN oleh :
KELOMPOK 2
MALANG
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, karena atas rahmat
dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing, dan teman–teman semua yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan
untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………..i
Daftar Isi…………………………………………………………………………ii
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………
A. Latar Belakang………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………
C. Tujuan…………………………………………………………………..
Bab II Tinjauan Teori……………………………………………………………
A. Pengertian………………………………………………………………..
B. Etiologi………………………………………………………………….
C. Faktor Presipitasi Waham………………………………………………
D. Tanda Dan Gejala ………………………………………………………
E. Contoh-Contoh Waham ………………………………………………
F. Mekanisme Koping……………………………………………………
G. Akibat Terjadinya Waham…………………………………………….
H. Penatalaksanaan………………………………………………………..
I. Pohon Masalah…………………………………………………………
Bab III Penutup…………………………………………………………………
A. Kesimpulan ……………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………
Daftar Pustaka………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering
ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang
spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia. Semakin akut
psikosis semakin sering ditemui waham diorganisasi dan waham tidak
sistematis. Kebanyakan pasien skizofrenia daya tiliknya berkurang
dimana pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya
terhadap pengobatan, meskipun gangguan pada dirinya dapat dilihat
oleh orang lain (Tomb, 2003 dalam Purba, 2008).
Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan,
cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga
individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas
dengan menyalah artikan kesan terhadap kejadian, kemudian individu
memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan
sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan negatif tidak dapat diterima
menjadi bagian eksternal dan akhirnya individu mencoba memberi
pembenaran personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain
( Purba, 2008 ).
Menurut World Health Organization (WHO), Kesehatan jiwa merupakan
suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa, dan
memiliki sikap positif untuk menggambarkan tentang kedewasaan serta
kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun 2012 angka penderita
gangguan jiwa mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang
yang menderita gangguan mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa
sepertiganya tinggal di negara berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita
gangguan mental itu tidak mendapatkan perawatan. (Kemenkes RI, 2012).
Data yang didapat di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.V.L. Ratumbuysang
Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2016 bulan Januari sampai April
terdapat 190 jiwa dengan harga diri rendah 1 jiwa (0,52%), halusinasi
117 jiwa (61,57%). perilaku kekerasan 65 jiwa (34,21%), waham 3
jiwa (1,57%), defisit perawatan diri 1 jiwa (0,52%), isolasi sosial 3 jiwa
(1,57%).
Upaya pemerintah dalam penanggulangan gangguan jiwa antara lain
menyusun penanggulangan pemasungan, melakukan advokasi kepada
pemangku kepentingan diprovinsi dan kabupaten dan kota,
melakukan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dipuskesmas dan
rumah sakit umum dalam penanganan masalah kesehatan jiwa serta
menyediakan obat antipsikotik acting sebagai bagian dari upaya
pencegahan kekambuhan.
Adapun standar asuhan keperawatan yang diterapkan pada klien
dalam keperawatan jiwa yaitu strategi pelaksanaan komunikasi
teraupetik. Dalam melakukan strategi pelaksanaan komunikasi
terapeutik perawat mempunyai empat tahap komunikasi, yang setiap
tahapnya mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat.
Empat tahap tersebut yaitu tahap prainteraksi (pengumpulan data
tentang klien, membuat rencana tindakan kegiatan, waktu dan tempat),
tahan orientasi atau perkenalan (Salam, perkenalan perawat), kerja
(keluhan utama) dan tahap terminasi (evaluasi). Dalam membina
hubungan terapeutik perawat dan klien, diperlukan ketrampilan
perawat dalam berkomunikasi untuk membantu memecahkan masalah
klien. Perawat harus hadir secara utuh baik fisik maupun psikologis
terutama dalam penampilan maupun sikap pada saat berkomunikasi
dengan klien.
Peran dan fungsi perawat adalah memberikan Asuhan keperawatan
terhadap klien seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan
kesehatan fisik, perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual,
psikologis dan mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan
memberikan penyuluhan kesehatan terhadap klien sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan pengetahuan klien dengan keluarga yang
nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko maupun efek yang
muncul dari gangguan waham.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan kali ini ialah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan waham?
2. Bagaimana waham dapat terjadi?
3. Apa saja yang menjadi ruang lingkup dalam waham?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
waham?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan waham
2. Untuk mengetahui Bagaimana waham dapat terjadi
3. Untuk mengetahui Apa saja yang menjadi ruang lingkup dalam
waham
4. Untuk mengetahui
BAB II
TINJAUAN TEORI
Fase orientasi
Salam terapeutik
Kontrak:
- Waktu: ± 15 menit
- Tempat: Ruang Jiwa
- Topic: Cara memperkenalkan diri kepada orang lain
Tujuan aktivitas: klien dapat menyebutkan jati dirinya.
Aturan main:
1. Setiap peserta harus mengikutu permainan dari awal sampai akhir.
2. Bila ingin ke kamar kecil harus seizin pemimpin TAK.
Fase kerja
1.Hidupkan music pada HP
2.Edarkan bola kertas berlawanan dengan arah jarum jam.
3.Pada saat music pada HP dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
kertas mendapatkan giliran untuk menyebutkan: salam, nama lengkap, nama
panggilan yang disenangi, asal, dn hobi. Dimulai oleh terapis sebagai contoh
4.Tulis nama kelompok pada kertas dan tempelkan.
5.Ulangi no 1 dan 2 sampai semua anggota mendapat giliran.
6.Beri pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan memberikan tepuk tangan.
Fase Terminasi
Evaluasi:
1. Pemimpin TAK mengeksplorasikan perasaan anggota kelompok setelah
memperkenalkan diri. Contoh: “Bagaimana perasaannya setelah mengikuti
kegiatan hari ini?”.
2. Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada anggota kelompok.
3. Pemimpin TAK meminta anggota kelompok untuk mencoba mengenalkan
diri pada orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Kontrak yang akan datang
- Waktu: : ± 15 menit
- Tempat: ruang jiwa
- Topic: - evaluasi memperkenalkan diri
- Memperkenalkan orang disebelah kanannya kepada orang lain.
Hasil yang diharapkan
75% anggota kelompok mampu memperkenalkan diri: salam, nama lengkap,
nama panggilan, asal dan hobi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien
yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat
diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran
klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).
B. Saran
Adapun saran kami bagi perawat dengan kasus waahaam seperti ini
ialah yang pertama terlebih dahulu harus dilakukan dengan cara membina
hubungan saling percaya deengan klien agar dapat ia mengungkapkan
semua perasaannya dan juga data kita dapat lengkap dan akurat
DAFTAR PUSTAKA
http://io-note.blogspot.co.id/2016/12/laporan-pendahuluan-lp-keperawatan-jiwa-
waham.html
http://askep33.com/2015/12/14/laporan-pendahuluan-waham/
http://mynewblogmanadosulawesiutara.blogspot.co.id/2016/08/asuhan-
keperawatan-pada-tn-fl-dengan.html {askkep}