Kelompok 1 :
Ahmad Syafandi
Desi Murtiningrum
Dian Mayasari
Dwi Hartanto
Eko Wahyudi
Eni Muchlisoh
Gunawan
Indah Wahyuningtiyas
Munia
Nasiyah
Nikmatul Khoeriyah
Saifudin
Tri Sujarwati
Viola L Lita Yova
I. Latar Belakang
Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering
ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang
spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia. Semakin akut psikosis
semakin sering ditemui waham diorganisasi dan waham tidak sistematis.
Kebanyakan pasien skizofrenia daya tiliknya berkurang dimana pasien tidak
menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun
gangguan pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain (Tomb, 2003 dalam
Purba, 2008).
Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan,
cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu
mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah
artikan kesan terhadap kejadian, kemudian individu memproyeksikan pikiran
dan perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan
keinginan negatif tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal dan akhirnya
individu mencoba memberi pembenaran personal tentang realita pada diri
sendiri atau orang lain ( Purba, 2008 ).
Menurut World Health Organization (WHO), Kesehatan jiwa merupakan
suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa, dan memiliki
sikap positif untuk menggambarkan tentang kedewasaan serta kepribadiannya.
Menurut data WHO pada tahun 2012 angka penderita gangguan jiwa
mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang yang menderita gangguan
mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya tinggal di negara
berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak
mendapatkan perawatan. (Kemenkes RI, 2012).
Data yang didapat di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.V.L. Ratumbuysang
Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2016 bulan Januari sampai April
terdapat 190 jiwa dengan harga diri rendah 1 jiwa (0,52%), halusinasi 117 jiwa
(61,57%). perilaku kekerasan 65 jiwa (34,21%), waham 3 jiwa (1,57%),
defisit perawatan diri 1 jiwa (0,52%), isolasi sosial 3 jiwa (1,57%).
Upaya pemerintah dalam penanggulangan gangguan jiwa antara lain
menyusun penanggulangan pemasungan, melakukan advokasi kepada
pemangku kepentingan diprovinsi dan kabupaten dan kota, melakukan
peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dipuskesmas dan rumah sakit umum
dalam penanganan masalah kesehatan jiwa serta menyediakan obat
antipsikotik acting sebagai bagian dari upaya pencegahan kekambuhan.
Adapun standar asuhan keperawatan yang diterapkan pada klien
dalam keperawatan jiwa yaitu strategi pelaksanaan komunikasi teraupetik.
Dalam melakukan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat
mempunyai empat tahap komunikasi, yang setiap tahapnya mempunyai tugas
yang harus diselesaikan oleh perawat. Empat tahap tersebut yaitu tahap
prainteraksi (pengumpulan data tentang klien, membuat rencana tindakan
kegiatan, waktu dan tempat), tahan orientasi atau perkenalan (Salam,
perkenalan perawat), kerja (keluhan utama) dan tahap terminasi (evaluasi).
Dalam membina hubungan terapeutik perawat dan klien, diperlukan
ketrampilan perawat dalam berkomunikasi untuk membantu memecahkan
masalah klien. Perawat harus hadir secara utuh baik fisik maupun psikologis
terutama dalam penampilan maupun sikap pada saat berkomunikasi dengan
klien.
Peran dan fungsi perawat adalah memberikan Asuhan keperawatan
terhadap klien seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan
kesehatan fisik, perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual,
psikologis dan mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan memberikan
penyuluhan kesehatan terhadap klien sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan pengetahuan klien dengan keluarga yang nantinya diharapkan
dapat meminimalisir resiko maupun efek yang muncul dari gangguan
waham.
II. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan kali ini ialah
sebagai berikut?
A. Apa yang dimaksud dengan waham?
B. Bagaimana waham dapat terjadi?
C. Apa saja yang menjadi ruang lingkup dalam waham?
D. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah waham?
BAB II
PEMBAHASAN
I. Konsep Dasar Medis
A. Pengertian
Waham adalah suatu keadaan di mana seseorang individu
kenyataan yang tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis
oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar belakang
B. Etiologi
Keadaan yang timbul sebagai akibat dari pada proyeksi dimana
Individu itu biasanya peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan
merasa lingkungannya tidak nyaman, merasa benci, kaku, cinta pada diri
dunia realitas.
Kecintaan pada diri sendiri, angkuh dan keras kepala, adanya rasa
sukar lagi dibedakan, mana rangsangan dari pikiran dan rangsangan dari
1. Faktor Predisposisi
eksternal.
2. Faktor Presipitasi
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat
dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-
itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
orang lain.
6. Fase environment support.
(Super Ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.
7. Fase comforting.
8. Fase improving.
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
C. Faktor Presipitasi WAHAM
1. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
3. Adanya gejala pemicu
Rentang respon neurobiologi:
1. Kognitif :
2. Afektif
b. Afek tumpul
a. Hipersensitif
d. Ragu-ragu
g. Streotif
h. Impulsive
i. Curiga
4. Fisik
a. Higiene kurang
b. Muka pucat
c. Sering mengucap
E. Contoh-contoh waham
1. Waham kebesaran
tambang emas”.
2. Waham curiga
sesuai kenyataan.
Contoh: “saya tahu.. seluruh saudara saya ingin menghancurkan
3. Waham agama
4. Waham somatik
5. Waham nihilistik
kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.”
F. Mekanisme koping
diri dari mengenal impuls yang tidak dapat diterima dari dirinya
suporioritas.
verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas,
H. Penatalaksanaan
bermasyarakat.
I .Pohon masalah
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Faktor predisposisi
a. Genetik : Diturunkan
glutamat.
peduli.
B. Faktor presipitasi
1. Proses pengolahan infirmasi yang berlebihan
a. Identifikasi klien
terjadinya gangguan:
1) Psikologis
anak-anak.
3) Sosial budaya
e. Aspek psikososial
disukai.
tugas tersebut.
diri rendah.
tilik diri.
2) Klien mampu Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil
klien.
4) Istirahat dan tidur klien, aktifitas di dalam dan di luar rumah.
Data dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki
klien.
i. Pengetahuan
bermasyarakat.
apakah klien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau ke orang
sehatannya ?
d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar
tubuhnya ?
orang lain ?
atau kekuatan lainnya atau yakni bahwa orang lain dapat membaca
pikirannya ?
terlebih dahulu.
1) Data subjektif :
2) Data objektif :
rendah.
3. Perencanaan
IV. Tabel 2.1 Perencanaan
Diagnosa Tujuan
keperawata (umum dan Tindakan keperawatan
n khusus)
Gangguan 1. Klien dapat 1. Bina hubungan saling percaya
proses pikir : membina hubungan dengan klien : beri salam terapeutik
waham saling percaya (panggil nama klien), sebutkan
nam perawat, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang
tenang, buat kontrak yang jelas
(topik yang dibicarakan, waktu dan
tempat).
2. Jangan membantah dan
mendukung waham klien :
a. Katakan perawat menerima
keyakinan klien : “saya menerima
keyakinan anda” disertai ekspresi
menerima.
b. Katakan perawat tidak mendukung
: “sukar bagi saya untuk
mempercayainya” disertai ekspresi
ragu api empati.
c. Tidak membicarakan isi waham
klien.
3. Yakinkan klien berada dalam
keadaan aman dan terlindung :
a. Anda berada ditempat aman, kami
akan menemani anda.
b. Gunakan keterbukaan dan
kejujuran.
c. Jangan tinggalkan klien sendirian.
4. Observasi apakah waham klien
mengganggu aktifitas sehari-hari
dan perawatan diri.
2. Klien dapat 1. Beri pujian pada penampilan dan
mengidentifikasi kemampuan klien yang realitis.
kemampuan yang 2. Diskusikan dengan klien
dimiliki kemampuan yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat ini yang realitis
(hati-hati terlibat diskusi tentang
waham).
3. Tanyakan apa yang biasa klien
lakukan (kaitkan dengan aktivitas
sehari-hari dan perawatan diri)
kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini.
4. Jika klien selalu bicara tentang
wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada.
Perawat perlu memperlihatkan
bahwa klien penting.
3. Klien dapat 1. Observasi kebutuhan klien sehari-
mengidentifikasi hari.
kebutuhan yang 2. Diskusikan kebutuhan klien yang
tidak terpenuhi. tidak terpenuhi baik selama
dirumah maupun dirumah sakit
(rasa takut, ansietas, marah).
3. Hubungan kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan timbulnya waham
4. Tingkatkan aktifitas yang dapat
memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga
(aktifitas dapat dipilih bersama
klien, klien mungkin buat jadwal).
5. Atur situasi agar klien mempunyai
waktu unuk menggunakan
wahamnya.
Klien dapat 1. Berbicara dengan klien dalam
berhubungan dengan konteks realitas (realitas diri,
realitis realitas orang lain, realitas tempat
dan realitas waktu).
2. Sertakanklien dalam terapi
aktivitas kelompok : orientasi
realitas.
3. Berikan pujian pada tiap kegiatan
positif yang dilakukan klien.
Klien mendapat 1. Diskusikan dengan keluarga
dukungan keluarga tentang :
a. Gejala waham
b. Cara merawatnya
c. Lingkungan keluarga
d. Folow-up obat
2. Anjurkan keluarga melaksanakan
dengan bantuan perawat.
Klien dapat 1. Diskusikan dengan klien dan
menggunakan obat keluarga tentang obat, dosis,
dengan benar frekuensi dan efek samping akibat
penghentian
2. Diskusikan perasaan klien setelah
makan obat.
3. Berikan obat dengan prinsip 5
(lima) benar.
a. Tujuan :
b. Tindakan
percaya adalah:
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu klien
klien berhenti.
e) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan
realitas
emosional klien
3) SP 3 klien : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.
5. Evaluasi
waham.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien
yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat
diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran
klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).
B. Saran
Adapun saran kami bagi perawat dengan kasus waahaam seperti ini
ialah yang pertama terlebih dahulu harus dilakukan dengan cara membina
hubungan saling percaya deengan klien agar dapat ia mengungkapkan
semua perasaannya dan juga data kita dapat lengkap dan akurat
DAFTAR PUSTAKA
http://io-note.blogspot.co.id/2016/12/laporan-pendahuluan-lp-keperawatan-jiwa-
waham.html
http://askep33.com/2015/12/14/laporan-pendahuluan-waham/
http://mynewblogmanadosulawesiutara.blogspot.co.id/2016/08/asuhan-keperawatan-
pada-tn-fl-dengan.html {askkep}