Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

DI RUANG KASUARI RUMAH SAKIT JIWA

DR. RADJIMAN WEDIONINGRAT LAWANG

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 6 :

1. Ambarwati (1610029)
2. Durrotul Lam’atis Tsaniyah (1610034)
3. Erni Heryanti (1610035)
4. Prafita Rizky (1610045)
5. Yohanes Pratama (1610051)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

MALANG

2019 
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.
Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi
merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa
adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,
dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2015).
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes),
H. Syafii Ahmad, kesehatan jiibu Sa saat ini telah menjadi Bapakalah
kesehatan global bagi setiap negara terBapakuk Indonesia. Proses globalisasi
dan pesatnya kemajuan teknologi inforBapaki memberikan dampak terhadap
nilai-nilai sosial dan budaya pada Bapakyarakat. Di sisi lain, tidak semua
orang
mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan dengan
berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat
Bina Pelayanan Keperaibu Satan dan Pelayanan Medik Dapertemen
Kesehatan, 2015).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena
dampak perBapakalahan jiibu Sa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya
terus meningkat. Pada study terbaru IBU SHO di 14 negara menunjukkan
bahwa pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan
jiibu Sa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian,
2010). Bapakalah kesehatan jiwa merupakan Bapakalah kesehatan
Bapakyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan Bapakalah
kesehatan lain yang ada diBapakyarakat.
Dari 150 juta populasi orang di Indonesia, berdasarkan data
Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan
mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan
tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiiwaan ini.
Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita
gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat,
diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiwa (Nur Siyanti, 2010).
Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta
membahas tentang halusinasi dalam seminar kelompok yang sebagai salah
satu syarat tugas untuk menyelesaikan praktek klinik di RSJ Radjiman
Wediodiningrat malang.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum.
Untuk memberikan asuhan keperawatan Jiwa pada pasien dengan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di ruangan Kasuari RSJ
Radjiman Wediodiningrat Malang
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan Gangguan Konsep Diri :
Harga Diri Rendah
b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan Melakukan
pengkajian pada klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri
Rendah
c. Melakukan intervensi keperawatan kepada klien dengan
Melakukan pengkajian pada klien dengan Gangguan Konsep Diri :
Harga Diri Rendah
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan Gangguan
Konsep Diri : Harga Diri Rendah Gangguan Konsep Diri : Harga
Diri Rendah
e. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
f. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan
yang penulis dapatkan
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. BAPAKALAH UTAMA
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

B. PROSES TERJADI BAPAKALAH


1. Definisi
a) Konsep Diri
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan,kepercayaan, seta
pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi
individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri belum
muncul saat bayi, tetapi mulai berkembang secara bertahap. Bayi
mampu mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain serta
mempunyai pengalaman dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap individu,
hubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia di luar
dirinya. Memahami konsep diri penting bagi perawat karena asuhan
keperawatan diberikan secara utuh bukan hanya penyakit melainkan
menghadapi individu yang mempunyai pandangan, nilai dan pendapat
tertentu tentang dirinya.(Yusuf, Ah 2015 halaman : 92)
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang diriya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sunden,
1995). Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun dipelajari.

b) Harga Diri
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dan menganalisis
seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari
diri sendiri dan orang lain. Individu akan merasa harga dirinnya tinggi
bila sering mengalami keberhasilan. Sebaliknya, individu akan merasa
harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai,
atau tidak diterima lingkungan. Harga diri dibentuk sejak kecil dari
adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai
meningkatnya usia dan sangat terancam pada Bapaka pubertas.
Coopersmith dalam buku Stuard dan Sudden (2002) menyatakan
bahwa ada empat hal yang dapat meningkatkan harga diri anak, yaitu :
1) Memberi kesempatan untuk berhasil
2) Menanamkan idealisme
3) Mendukumg aspirasi/ide
4) Membantu me
5) mbentuk koping.

c) Harga Diri Rendah

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap
diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal
diri. Menurut Schult and Videbeck (1998) gangguan harga diri rendah
adalah penilainan negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan,
yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.

Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999).
Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu
yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri.
Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga
diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama
adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain.

Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang


negatif terhadap diri sendiri, terBapakuk hilangnya percaya diri dan
harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri,
penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain,
perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara
sosial.

2. Tanda dan Gejala


Ciri-ciri harga diri rendah adalah sebagai berikut :
1) Perasaan bersalah/penyesalan
2) Mengukum diri
3) Merasa gagal
4) Gangguan hubungan interpersonal
5) Mengkritik diri sendiri dan orang lian
6) Menganggap diri lebih penting dari orang lain.

Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B. A (1994 : 20)

1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat


tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena
rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan
terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/mengejek
dan mengkritik diri sendiri.
3) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak
mampu,saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak
ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka menyendiri.
5) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan,
misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
6) Menciderai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

3. Penyebab
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat
terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena :
- Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik
yang sembarangan, peBapakangan alat yang tidak sopan
(pencukuran pubis, peBapakangan kateter, pemeriksaan
perneal).
- Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
- Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai
tindakan tanpa persetujuan.
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung
lama, yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara
berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah
persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan
respons yang maladaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien
gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam
tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan
tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai,
tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok
(Yosep, 2007)
Tanda dan Gejalanya :
- Data Subyektif :
Mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang
lain dan mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak
melakukan sesuatu.
- Data Obyektif :
Tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan
tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan,
wajah tampak murung.

Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,


harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali,
kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada
orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus
mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :

1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau


menaksika kejadian yang megancam.
2. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis
transisi peran :
a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif
yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini
terBapakuk tahap perkembangan dalam kehidupan
individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-
nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
c. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari
keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin
dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan
ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan
fisik, prosedur medis dan keperawatan.

4. Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjadi tidak mau maupun
tidak mampu bergaul dengan orang lain dan terjadi isolasi sosial :
menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian
yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu
fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes RI 1998 : 336)
Tanda dan gejala :
Data subyektif :
a. Mengungkapkan untuk memulai hubungan/pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang
lain.
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.
Data Obyektif :
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tiadalk ada kontak mata saat
berbicara.

C. BAPAKALAH DAN DATA YANG PERLU DIUJI

1) Bapakalah keperawatan:
a. Resiko isolasi sosial: menarik diri.
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
c. Gangguan citra tubuh.

2) Data yang perlu diuji :


1. Isolasi sosial : menarik diri.
Data yang perlu dikaji :
- Data Obyektif :
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di
kamar, banyak diam.
- Data Subyektif :
Ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata, suara pelan dan
tidak jelas.
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah.
Data yang perlu dikaji :
- Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
- Data Obyektif :
Klien lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin menciderai diri/ingin mengakhiri
hidup.
3. Gangguan citra tubuh.
Data yang perlu dikaji :
- Data subyektif
Mengungkapkan tidak ingin hidup lagi, mengungkapkan sedih
karena keadaan tubuhnya, klien malu bertemu dan berhadapan
dengan orang lain karena tubunya yang cacat.
- Data obyektif
Wajah sedih, tidak ada kontak mata ketika diajak biacara, suara
pelan dan tidak jelas, tampak menangi
D. POHON BAPAKALAH

Resiko isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Core proble

Gangguan Citra Tubuh

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah.
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan
gangguan citra tubuh.

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Diagnosa 1 : Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan
harga diri rendah.
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi
halusinasi.
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menetapi janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien.
2. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri
Tindakan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik
diri dan tanda-tanda nya.
b. Beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atu tidak mau
bergaul
c. Diskusikan dengan klien tentang perilaku menarik
diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasannya.
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri, dll)
b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
c. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan denga orang lain.
d. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
e. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
f. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
g. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
h. Diskusikan bersama klien tentang kerugianm tidak berhubungan
dengan orang lian
i. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial.
Tindakan :
a. Kaji kemapuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap :
- Klien-perawat
- Klien-perawat-perawat lain
- Klien-perawat-perawat lain-klien lain
- Klien-keluarga atau kelompok Bapakyarakat
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah
dicapai
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan.
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain
Tindakan :
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan
dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
- Salam, perkenalan diri
- Jelaskan tujuan
- Buat kontrak
- Eksplorasi perasaan klien
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
- Perilaku menarik diri
- Penyebab perilkau menarik diri
- Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
- Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
- Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada
klien untuk berkomunikasi dengan orang lain
- Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu kali seminggu
- Beri reinforcement positif atas hal – hal yang telah dicapai oleh
keluarga.

Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan


dengan gangguan citra tubuh.

Tujuan Umum : klien dapat berhubungan dengan orang lain secara


optimal.

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.


Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi
terapeutik :
a. Sapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap enmpati dan meneriam klien apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
b. Hindarkan memberikan penilaian negatif setiap bertemu klien
c. Utamakan memberi pujian yang realistik
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
a. Diskusikan kemampuan yang Bapak dapat dilakukan
b. Diskusikan kemampuan yang Bapak dapat dilanjutkan
penggunaannya.
4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
b. Diskusikan pelaksanaan kegiatan di rumah.
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien dengan harga diri rendah
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

BAB 3

LAPORAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

I. IDENTITAS KLIEN
Nama :Tn. K Tanggal dirawat : 18-04-2019
Umur : 37 tahun Tanggal pengkajian : 23-04-2019
Pendidikan : SMP Ruang rawat : Kasuari
Agama : Islam Sumber InforBapaki : Pasien
Status : menikah
Pekerjaan : swasta
Jenis kel. : laki-laki
No. RM : 104xx

II. ALASAN BAPAKUK


Data Primer:
Klien mengatakan bahwa dirinya sudah berkeluarga dan dikaruniai dua
orang anak tetapi pada tahun 2014 klien bercerai dengan istri dan anak klien
di asuh oleh istrinya. Mulai saat itu klien mengalami stres berat. Karena
klien merasa kecewa, tidak berdaya, kepercayaan diri hilang, sering marah
dan ngamuk. Akhirnya dibawa ke rumah sakit.
Data Sekunder:
Pada tanggal 18-04-2019 pasien dikirim oleh keluarganya dengan keluhan
pasien sering marah marah dan mengamuk
Keluhan Utama Saat Pengkajian:
Pasien mengatakan bingung kenapa dirinya dibawa ke rumah sakit jiwa,
padahal tidak mengalami gangguan jiwa. Dia merasa tidak merasa gila dan
ingin pulang.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)


Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dibawa kerumah sakit jiwa. Ini
adalah kali pertama Tn. K ada disini untuk dirawat, dengan keluhan sering
marah marah, dan pernah memukul seseorang. Berdasarkan pengkajian pada
tanggal 23 April 2019 marah tersebut disebabkan karena klien merasa
kecewa dan kepercayaan diri hilang akibat ditinggal cerai istri dan anaknya
di asuh oleh istrinya sehingga pasien dibawa ke RSJ lawang pada tanggal
18-04-2019. Kemudian pasien dipindah keruang Kasuari .

III. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di Bapaka lalu?
Pasien mengatakan baru pertama kali Bapakuk rumah sakit jiwa
Faktor penyebab/pendukung
a. Riwayat Trauma
NO USIA PELAKU KORBAN SAKSI
1 Aniaya fisik √
2 Aniaya seksual
3 Penolakan
4 Kekerasan
dalam keluarga
5 Tindak Kriminal

Pasien mengatakan pernah memukul orang lain karena merasa kesal


kepada orang-orang yang menghina dirinya akibat ditinggal oleh istri
dan anaknya.
Diagnosa keperawatan: resiko perilaku kekerasan
b. Pernah melakukan upaya/percobaan/bunuh diri
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri.
c. Pengalaman Bapaka lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan bercerai dengan istri dan anaknya adalah
pengalaman yang sangat menyakitkan hati
d. Pernah mengalami penyakit fisik
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit fisik yang
berarti. Hanya batuk, pilek, sakit gigi yang sembuh hanya dengan
membeli obat ditoko
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Pasien tidak pernah menggunakan NAPZA
2. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi diatas dan hasilnya
Pasien merupakan pasien yang sebelumnya belum pernah Bapakuk RSJ
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita gangguan
jiwa
Hubungan keluarga:
-
Gejala:
-
Riwayat pengobatan:
-
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Genogram
37 thn
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal dunia
…… : Tinggal serumah
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Pasien
: cerai

: Keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sama


Jelaskan :
Pasien mengatakan sejak cerai dengan istri kurang lebih 5 tahun
yang lalu pasien tinggal sendiri dirumah dan pasien ditinggal oleh kedua
anaknya.

Pola asuh :
pasien mengatakan pola asuh yang diterapkan dalam keluarganya adalah
orang tua tidak terlalu mengekang dan mendengarkan pendapat setiap
anggota keluarga. Yang artinya pola asuh yang digunakan adalah pola
asuh demokratis
Pola mengambil keputusan:
pasien mengatakan bahwa dalam keluarganya dalam hal mengambil
keputusan lebih ke ibu. Namun semenjak Tn K hidup sendiri
pengambilan keputusan berada ditangan dia sendiri
Pola komunikasi:
Pasien mengatakan komunikasi dalam keluarganya cukup baik. Namun
semenjak ia bercerai dengan istri Tn K jarang menjenguk orang tuanya

Diagnosa Keperawatan : Tidak ada Bapakalah


2. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Klien mengatakan tubuhnya biasa saja, tidak ada anggota tubuh yang
sangat disukai dan yang dibenci, akan tetapi klien mengatakan bahwa
hidungnya adalah yang paling disukai dan kurus tubuhnya yang tidak
disukai oleh Tn K karena tidak bisa gendut, walaupun seperti itu. Klien
mengatakan menerima apa adanya dalam tubuhnya.
b. Identitas :
Klien dapat mengenal dirinya sendiri mengenai dia adalah laki-laki
dalam keluarganya. Dia anak sulung dari lijma bersaudara. Klien
mengatakan sudah menikah tetapi sudah lama cerai dengan istrinya.
c. Peran :
Klien menyadari bahwa dirinya sebagai pasien dirumah sakit. Saat
dirumah pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang pemborong
dalam suatu pembangunan. Klien mengatakan bahwa ia mau
bertanggung jawab terhadap pekerjaan, dia bekerja juga membantu
orang tuanya. Dalam Bapakyarakat klien sering ikut kegiatan
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan bahwa dirinya ingin cepat sembuh dan ingin
membina keluarga yang lebih baik lagi dan juga ingin kembali bekerja
seperti semula

e. Harga diri :
Pasien mengatakan malu dengan kondisi saat ini jika bertemu dengan
saudara dan tetangganya. Ia hidup sendiri sedang usianya tidak muda
lagi anak istrinya meninggalkannya
Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan orang yang dekat dengannya adalah teman dan
keluarganya. Sedangkan saat dirumah sakit Tn K dekat dengan semua
orang dan tidak memiliki Bapakalah dengan pasien lain.
b. peran serta dalam kegiatan kelompok
Pasien mengatakan jarang mengikuti kegiatan kelompok yang ada
diBapakyarakat karena memiliki pekerjaan sendiri yang tidak bisa
ditinggalkan.
c. hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
pasien mengatakan bahwa dirinya kurang bisa diterima
dikampungnya karena sering matah-marah selain itu tetangga terdekat
selalu jaga jarak atau kurang empati dengan keadaannya
Diagnosa Keperawatan : resiko perilaku kekerasan

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
pasien .mengatakan bahwa dirinya memeluk agama islam

b. Kegiatan Ibadah
Pasien mengatakan bahwa ia melakukan ibadah sholat tapi Bapak
bolong bolong
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada Bapakalah

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum :
Keadaan umum pasien baik, GCS 456, pasien mampu berkonsentrasi
untuk menjawab pertanyaan perawat, tampak dapat melakukan aktivitas
secara mandiri tanpa hambatan, kontak mata kurang, ucapan kohoren
atau tidak loncat loncat. Dapat memakai baju tanpa terbalik.
2. Kesadaran ( Kuantitas)
kesadaran composmetis
3. Tanda vital:
TD : 110/80 mm/Hg
N : 84x/menit
S : 36,4oC
RR : 21x/menit
4. Ukur:
Berat badan: 65 kg
Tinggi badan: 167 cm
5. Keluhan fisik:
Pasien mengatakan bahwa dirinya sakit gigi
Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera
fisik

V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan : pasien tampak memakai seragam pasien RSJ atasan
berwarna hijau dan celana berwarna cream, rambut pasien tampak rapi
tidak disisir, baju bersih, tidak terdapat bau badan, pasien menggunakan
sandal swalow berwarna hijau
Cara berpakaian : tidak terbalik saat memakai pakaian
Kebersihan : terlihat bersih
Bapakalah keperawatan: tidak ada Bapakalah
2. Pembicaraan
Frekuensi : pasien sering menjawab pertanyaan dengan jelas ,menjawab
setiap pertanyaan yang diajukan
Volume : pelan dan jelas
Jumlah : pasien menjawab pertanyaan dengan panjang
Karakter : cukup baik dan kooperatif
Saat bercerita tentang tetangga yang pernah mencemoohnya, intonasi
pasien tampak meningkat, isi pembicaraan tampak kasar dan tampak
tangan pasien mengepal.
Bapakalah keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan
3. Aktifitas Motorik/Psikomotor
Kelambatan:
 Hipokinesia,
 Hipoaktifitas
 Kata lepsi
 Sub stupor katatatonik
 fleksibilitsserea
Pasien tidak mengalami kelambatan aktivitas fisik
Peningkatan:
 hiperkinesia
 hiperaktif
Pasien tidak mengalami peningkatan aktifitas fisik
Diagnosa keperawatan : Tidak ada Bapakalah
4. Mood dan afek
Mood :
 Depresi
 Ketakutan
 Euforia
 Khawatir
 Anhedonia
 Kesepian
Jelaskan
Pasien mengatakan kesepian ditinggal orang tuanya dan istrinya ,
wajah sedih, mata berkaca-kaca, pasien sering melamun dan
memikirkan sesuatu yang berkaitan dengan perpisahan keluarganya.
Dan saat seperti itu Tn K lebih memilih diam dan kurang ingin berada
dikermaian
Afek : Sesuai
Pasien tampak sedih dan megatakan kesepian, kurang istirahat,mata
berkaca-kaca, wajah sedih
Bapakalah Keperawatan:
5. Interaksi selama wawancara :
 Bermusuhan
 Tidak koperatif
 Mudah tersinggung
 Kontak mata berkurang
 Defensif
 curiga
Jelaskan :
Pasien dapat berinteraksi dengan baik selama wawancara, kontak mata
baik, pasien kooperatif
Diagnosa Keperawatan : tidak ada Bapakalah
6. Persepsi – sensorik
a .halusinasi
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
b.ilusi
 Ada
 Tidak ada
Jelaskan : Pasien mengatakan mendengar suara berbisik saat naik sepeda
motor ada bisikan untuk membelok padahal jalannya lurus. Frekuensi
bisikan hanya muncul saat berkendara sepada motor, bisikan berasal dari
kedua telinga baik kanan maupun kiri. Pasien mampu mengendalikan
dirinya walaupun ada bisikan tersebut.
Bapakalah Keperawatan: Risiko gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran
7. Proses pikir
a. Arus pikir :koheren
Pasien bicara lancar mudah dipahami, pasien berbicara secara runtun
tidak loncat – loncat.

b. Isi pikir : pikiran rendah diri


Pasien mengatakan merasa malu dan tidak ada gunanya karena
ditinggal istri dan anak perempuannya.
c. Bentuk pikir : realistik
Pasien memiliki cara berfikir yang sesuai dengan kenyataan seperti
mendengar suara batin dan melihat bayangan.
8. Kesadaran
a. Orientasi (waktu, tempat, orang)
Waktu : pasien mengetahui hari dengan benar (23 April 2019).
Tempat : pasien mengetahui bahwa dirinya sekarang berada di ruang
Kasuari
Orang : pasien mengenal pengkaji dan teman-temannya
9. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang (>1 bulan)
Pasien Bapak mengingat
 Gangguan daya ingat jangka menengah (24 jam- 1 bulan)
Pasien mengatakan Bapak mengingat orang yang mengantar ia ke
RSJ ini yaitu adik perempuannya.
 Gangguan daya ingat pendek (kurun waktu 10 detik sampai 15
menit)
Tidak ada Bapakalah dibuktikan dengan “siapa yang sedang
mengobrol dengannya? Ia menjawab “Yohannes, Mahasiswa
praktek dari STIKES KEPANJEN”
Bapakalah Keperawatan : tidak ada Bapakalah

10. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Konsetrasi:
Perhatian klien tidak mudah dialihkan dibuktikan dengan : ketika diajak
berkomunikasi pasien mampu menjelaskan kembali apa yang telah di
bicarakan sebelumnya.

Berhitung
Pasien mampu menghitung dengan baik dibuktikan dengan pasien
mampu berhitung 100-7=93, 93-7=86
11. Kemampuan penilaian
Gangguang kemampuan penilaian ringan : pasien dapat mengambil
keputusan sederhana dengan bantuan oranglain. Contoh : pasien
diberikan pilihan mandi sebelum makan atau makan sebelum mandi.
Bapakalah perawatan : tidak ada Bapakalah
12. Daya tillik diri
Pasien Bapak bingung dengan kondisinya saat ini ia merasa sehat sehat
saja.
Bapakalah Keperawatan : Defisit pengetahuan

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
 Perawatan kesehatan
 Transportasi
 Tempat tinggal
 Keuangan dan kebutuhan lainnya
Jelaskan:
Terkait dengan perawatan kesehatan, transportasi, tempat tinggal dan
keuangan tidak ada Bapakalah karena pasien memiliki jaminan kesehatan
BPJS serta memiliki rumah sendiri.
2. Kegiatan hidup sehari-hari
Mandi
Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari, mandi secara mandiri dikamar
mandi menggunakan sabun.
Berpakaian, berhias dan berdandan
Pasien mengenakan baju dan celana dengan benar, rambut rapi, warna
rambut hitam, kuku terpotong rapi (pendek).

Makan
pasien mengatakan makan 3 kali sehari, makan secara mandiri, makan
porsi yang disediakan rumah sakit dihabiskan.
Toileting (BAK, BAB)
Pasien mengatakan BAK dan BAB dikamar mandi tanpa bantuan orang
lain
BAK: Pasien mengatakan BAK 3-4 kali sehari dikamar mandi
BAB: Pasien mengatakan 1 hari sekali dikamar mandi
3. Istirahat dan tidur
Pasien mengatakan terkadang tidur siang jam 13.00-14.00. Tidur malam
jam 21.00 sampai 04.00 pagi. Pasien mengatakan aktivitas sebelum tidur
adalah cuci kaki dan gosok gigi dan saat bangun tidur pasien mandi/cuci
muka dikamar mandi
4. Kemampuan lain-lain
Mengantisipasi kebutuhan hidup
Pasien mengatakan ingin bekerja sebagai pemborong lagi
Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Pasien mengatakan membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan
kesehatannya
Pasien mengatkan rutin minum obat yang diberikan oleh petugas.
Bapakalah Keperawatan : tidak ada Bapakalah
5. Sistem Pendukung
Keluarga Ya
Terapis Ya
Teman sejawat Ya
Kelompok sosial Ya
Jelaskan : sistem pendukung pasien terpenuhi

IX. MEKANISME KOPING


Pasien mengatakan jika ada Bapakalah pasien cenderung tertutup dan
kadang disertai marah-marah
Diagnosa keperawatan: koping individu inefektif

X. BAPAKALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Bapakalah dengan dukungan kelompok
Pasien mengatakan tidak ada Bapakalah dengan kelompoknya ataupun
Bapakyarakat
Bapakalah berhubungan dengan lingkungan
Pasien mengatakan hubungan pasien dengan orang-orang disekitarnya
baik
Bapakalah dengan pendidikan
Pasien mengatakan pendidikan terakhir SLTA
Bapakalah dengan pekerjaan
Pasien mengatakan sebelumnya pasien bekerja sebagai pemborong, pasien
tidak memiliki Bapakalah dalam pekerjaannya
Bapakalah dengan perumahan
Pasien mengatakan tidak ada Bapakalah, pasien mengatakan ia tinggal di
Jombang sendirian setelah ditinggal istri dan anaknya
Bapakalah dengan ekonomi
Pasien tidak memiliki Bapakalah dengan ekonomi karena ia bekerja
sebagai pemborong
Bapakalah dengan pelayanan kesehatan
Pasien mengatakan tidak adalah Bapakalah dengan petugas dan pelayanan
kesehatan
Bapakalah lainnya
Tidak ada Bapakalah lain.
Diagnosa Keperawatan : tidak ada

VI. ASPEK PENGTAHUAN


Apakah klien mempunyai Bapakalah yang berkaitan dengan pengetahuan
yang kurang tentang suatu hal? ya
Penyakit/gangguan jiwa
Sistem pendukung
Faktor presipitasi
Penatalaksanaan
Lain-lain, jelaskan
Jelaskan : pasien mengatakan Bapak bingung mengapa ia dibawa ke RSJ, ia
merasa bahwa dirinya sehat sehat saja.
Bapakalah Keperawatan : Defisit pengetahuan

VII. ASPEK MEDIS


1. Diagnosa medis
F23.2 Acute Schizophrenia-like psychotic disorder
2. Diagnosa Multi Axis
Axis I : F23.2 Acute Schizophrenia-like psychotic disorder
Axis II : tidak ditemukan
Axis III : tidak ditemukan
Axis IV : Bapakalah psikoosial dan lingkungan lainna
Axis V : penilaian fungsi secara global/GAF 40
3. Terapi medik :
1) Risperidone 1mg (per oral) 1-0-1-0
2) Klobazam 10mg (per oral) 0-0-0-1
XIII. ANALISA DATA

NO. DATA DIAGNOSA


KEPERAWATAN
1. DS :
Pasien mengatakan malu dengan kondisi saat ini jika Gangguan konsep diri :
bertemu dengan saudara dan tetangganya. Ia hidup Harga Diri Rendah
sendiri sedang usianya tidak muda lagi anak istrinya
meninggalkannya. Pasien mengatakan kurang bisa
diterima didesanya karena ia sering marah – marah.
DO :
- Wajah tampak sedih
- Tn K tampak sering murung memikirkan sesuatu
- Kontak mata kurang dan sering menunduk
- mata tampak berkaca kaca saat ditanya
1. DS : Risiko Gangguan sensori
Pasien mengatakan mendengar suara berbisik saat persepsi : Halusinasi
naik sepeda motor. Bisikan tersebut memerintahkan Pendengaran
untuk membelok padahal jalannya lurus. Frekuensi
bisikan hanya muncul saat berkendara sepada motor,
bisikan berasal dari kedua telinga baik kanan
maupun kiri. Pasien mampu mengendalikan dirinya
walaupun ada bisikan tersebut.
DO :
Tidak terkaji karena ini merupakan keluhan pasien
saat berada dirumah. Bisikan tersebut sudah tidak
ada bisikan tersebut.
2. DS : Resiko perilaku kekerasan
Pasien mengatakan pernah memukul orang lain
karena merasa kesal kepada orang-orang yang
menghina dirinya akibat ditinggal oleh istri dan
anaknya.
DO :
- Saat bercerita tentang tetangga mencemoohnya
intonasi pasien berubah menjadi tinggi, kata kata
yang diucapkan cenderung kasar. Dan tangan
tampak mengepal

XIV. POHON BAPAKALAH


Resiko perilaku kekerasan, resiko cedera

Risiko gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran


a
Koping individu inefektif

Harga diri rendah

XV. DAFTAR BAPAKALAH KEPERAWATAN


1. Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah
2. Risiko Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Resiko perilaku kekerasan

4. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah
PERENCANAAN KEPERAWATAN BESERTA RASIONAL

PERENCANAAN
No Dx Kep.
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL
1 Harga diri Tujuan umum : Setelah 2 kali interaksi, Bina hubungan saling percaya dengan
rendah Pasien memiliki pasien menunjukkan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik Hubungan saling percaya
kronik konsep diri yang eskpresi wajah bersahabat, : merupakan dasar untuk
positif menun-jukkan rasa senang, 1. Sapa pasien dengan ramah baik verbal hubungan interaksi selanjutnya.
ada kontak mata, mau maupun non verbal.
Tujuan khusus: berjabat tangan, mau 2. Perkenalkan diri dengan sopan.
1. Pasien dapat menyebutkan nama, mau 3. Tanyakan nama lengkap dan nama
membina menjawab salam, pasien panggilan yang disukai pasien.
hubungan saling mau duduk berdampingan 4. Jelaskan tujuan pertemuan.
percaya dengan dengan perawat, mau 5. Jujur dan menepati janji.
perawat. mengutarakan Bapakalah 6. Tunjukan sikap empati dan menerima
yang dihadapi pasien apa adanya.
7. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan
dasar pasien.

Tujuan khusus: Setelah 2 kali interaksi 1. Diskusikan dengan pasien tentang: Menilai realitas, kontrol diri
2. Pasien dapat pasien menyebutkan: a. Aspek positif yang dimiliki pasien, atau integritas ego diperlukan
mengidentifikasi 1. Aspek positif dan keluarga, lingkungan. sebagai dasar asuhan
aspek positif dan kemampuan yang b. Kemampuan yang dimiliki pasien. keperawatannya, reinforcement
kemampuan yang dimiliki pasien. 2. Bersama pasien buat daftar tentang: positif akan meningkatkan
dimiliki. 2. Aspek positif keluarga. a. Aspek positif pasien, keluarga, harga diri pasien, dan pujian
3. Aspek positif lingkungan. yang realistik tidak
lingkungan pasien. b. Kemampuan yang dimiliki pasien. menyebabkan pasien
3. Beri pujian yang realistis, hindarkan melakukan kegiatan hanya
memberi penilaian negatif. karena ingin mendapatkan
pujian.

Tujuan khusus: Setelah 2 kali interaksi 1. Diskusikan dengan pasien kemampuan Prasarat untuk berubah dan
3. Pasien dapat pasien menyebutkan yang dapat dilaksanakan. mengerti tentang kemampuan
menilai kemampuan yang dapat 2. Diskusikan kemampuan yang dapat yang dimiliki dapat memotivasi
kemampuan yang dilaksanakan dan mengikuti dilanjutkan pelaksanaannya. pasien untuk tetap
dimiliki untuk rehabilitasi 3. Motivasi dan ikut sertakan pasien untuk mempertahankan
dilaksanakan mengikuti rehabilitasi penggunaannya

Tujuan khusus: Setelah 2 kali interaksi 1. Rencanakan bersama pasien aktivitas Pasien adalah individu yang
4. Pasien dapat pasien membuat rencana yang dapat dilakukan setiap hari sesuai bertanggung jawab terhadap
merencanakan kegiatan harian kemampuan pasien: dirinya sendiri, pasien perlu
kegiatan sesuai a. Kegiatan mandiri. bertindak secara realistis dalam
dengan b. Kegiatan dengan bantuan. kehidupannya, dan contoh
kemampuan yang 2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi peran yang dilihat pasien akan
dimiliki pasien. memotivasi pasien untuk
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan melaksanakan kegiatan.
yang dapat pasien lakukan.

Tujuan khusus: Setelah 2 kali interaksi 1. Anjurkan pasien untuk melaksanakan Reinforcement positif dapat
5. Pasien dapat pasien melakukan kegiatan kegiatan yang telah direncanakan. meningkatkan harga diri kllien
melakukan sesuai jadwal yang dibuat 2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan dan memberikan kesempatan
kegiatan sesuai pasien. kepada pasien untuk tetap
rencana 3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan melakukan kegiatan yang biasa
pasien. dilakukan
4. Diskusikan dengan pasien kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah pulang.

Tujuan khusus: 1. Bantu keluarga memberikan dukungan


6. Pasien dapat Setelah 1 kali interaksi selama pasien di rawat Mendorong keluarga akan
memanfaatkan pasien memanfaatkan sistem 2. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga sangat berpengaruh dalam
sistem pendukung pendukung yang ada di tentang cara merawat pasien dengan mempercepat proses
yang ada. keluarga harga diri rendah penyembuhan pasien dan
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan meningkatkan peran serta
di rumah keluarga dalam merawat pasien
di rumah.

A. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


DIAGNOSA
IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
Harga diri rendah Rabu, 24 April 2019 Rabu, 24 April 2019
kronik 12.00 WIB 12.30 WIB
1. Membina hubungan saling S :
percaya - Pasien mengatakan senang telah diajak bicara oleh perawat
2. Mendiskusikan dengan pasien - Pasien mengatakan tidak memiliki kemampuan apapun kecuali bersih bersih untuk
tentang: keperluan dirinya sendiri seperti : mencuci baju, cuci piring, dan beres beres rumah
a. Aspek positif yang dimiliki O : Pasien terlihat senang dan antusias ketika diajak berbicara mengenai kerja dan aktivitas,
pasien, keluarga, lingkungan. kontak mata cukup, pasien mau duduk berdampingan
b. Kemampuan yang dimiliki A : Pasien dapat menyebutkan aspek positif dan kemampuan yang dimiliki pasien.
pasien. P : N : Diskusikan dengan pasien kemampuan pasien
3. Memberi pujian yang realistis K : Mengidentifikasi kemampuan yang dapat dilaksanakan dan dilanjutkan

Harga diri rendah Kamis, 25 April 2019 Kamis, 25 April 2019


kronik 07.10 WIB 07.30 WIB
1. Merencanakan bersama pasien S : Pasien mengatakan akan giat beraktivitas di bangsal agar cepat pulang, pasien
aktivitas yang dapat dilakukan mengatakan selama di rumah sering mengerjakan perkerjaan rumah, pasien mengatakan
setiap hari sesuai kemampuan Bapak mampu untuk bekerja, pasien mengatakan akan membantu pasien lainnya untuk
pasien membersihkan peralatan makan dan membersihkan serta merapikan tempat makan setelah
2. Meningkatkan kegiatan sesuai selesai makan
kondisi pasien O : Pasien terlihat antusias, kooperatif, pasien mampu untuk mengidentifikasi
kemampuannya
A : Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian
P : N : Lanjutkan TUK 5
K : Melakukan aktivitas sesuai rencana

Harga diri rendah Kamis, 25 April 2019 Kamis, 25 April 2019


kronik 08.30 WIB 08.35 WIB
Memotivasi dan mengikut sertakan S : Pasien mengatakan senang mengikuti permainan karena bisa beraktivitas di luar bangsal,
pasien untuk mengikuti kegiatan pasien mengatakan dia sering memenangkan permainan
bermain guna mengasah kemampuan O : Pasien terlihat antusias, pasien mengikuti kegiatan bermain dengan baik
diri A : Pasien mengikuti kegiatan bermain
P : N : Ikut sertakan dan motivasi pasien mengikuti kegiatan bermain
K : Mengikuti rehabilitasi

Harga diri rendah Kamis, 25 April 2019 Kamis, 25 April 2019


kronik 07.00 WIB 07.30 WIB
1. Menganjurkan pasien untuk S : Pasien mengatakan senang bisa beraktivitas dan bekerja di bangsal daripada bermalas-
melaksanakan kegiatan yang malasan dan tidur-tiduran
telah direncanakan. O : Pasien terlihat membantu menyapu, mencucikan piring makan dan gelas pasien lain,
2. Memantau kegiatan yang merapikan meja tempat makan, pasien terlihat mengambil, merapikan serta membagikan
dilaksanakan pasien. minuman digelas untuk minum obat sebelum makan
3. Memberi pujian atas usaha yang A : Pasien melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat
dilakukan pasien P : N : Lanjutkan TUK 6
K : Mempertahankan kegiatan yang telah direncanakan bersama

Harga diri rendah Jum’at, 26 April 2019 Jum’at, 26 April 2019


kronik 12.00 WIB 13.00 WIB
1. Beri pendidikan kesehatan pada S : Keluarga pasien mengatakan akan mengajak pasien bersosialisasi dengan warga dan
keluarga tentang cara merawat tetangga sekitar, akan mengajak pasien untuk beribadah shalat, akan mengajak beraktivitas,
pasien dengan harga diri rendah akan rajin kontrol dan mengingatkan pasien untuk teratur minum obat, akan mendukung
2. Bantu keluarga menyiapkan kegiatan positif untuk pasien
lingkungan di rumah O : Keluarga pasien kooperatif, kontak mata cukup
A : Pasien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
P : N : Diskusikan dengan pasien kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang
K : Memanfaatkan support sistem di keluarga

Harga diri rendah Sabtu, 27 April 2019 Sabtu, 27 April 2019


kronik 10.00 WIB 10.15 WIB
Mendiskusikan kemungkinan S : Pasien mengatakan sempat merasakan dirinya tidak berguna dan merasa malu, pasien
pelaksanaan kegiatan setelah pulang mengatakan takut keluarganya merasa malu karena Tn K dirawat dirumah sakit jiwa. Pasien
mengatakan setelah sampai rumah akan sering menjenguk orangtuanya untuk membantu
pekerjaan orang tuanya
O : Pasien terlihat antusias, kooperatif
A : Pasien melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat
P : N : Beri edukasi mengenai obat
K : Memanfaatkan sistem pendukung di rumah
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada kasus yang dialami Tn. K yang sudah kami kaji dan beri Asuhan Keperawatan
berupa implementasi keperawatan selama 4x24 jam, Bapakalah keperawatan yang bisa
diangkat berkaitan dengan kondisi pasien adalah:
a. Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
b. Risiko gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
c. Risiko Perilaku Kekerasan

Semua Bapakalah keperawatan telah teratasi dengan beberapa faktor pendukung dan
faktor penghambat:
1. Faktor pendukung
a. Klien kooperatif
b. Klien mampu berkonsentrasi dan mengikuti arahan dengan baik
c. Klien mampu mengingat yang diajarkan dengan baik
2. Faktor penghambat : Pasien kadang Bapak merasakan sedih ketika sendirian dan tidak
ada aktivitas dan pekerjaan
B. Saran
Berdasarkan teori, diagnosa yang muncul pada Ny. K sudah banyak tercapai dan
menuju perkembangan tapi pada keperawatan jiwa, pasien Bapak perlu dipantau
terutama pada saat minum obat. Untuk itu perlu adanya motivasi dari pihak tenaga
kesehatan dan keluarga untuk memotivasi klien.
DAFTAR PUSTAKA

Coopersmith. 2002. The Antecedent Of Self Esteem. San Fransisco: W. H. Freeman &
Company

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC

Keliat, B. A. 2009. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG

Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Bapakalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press

Townsend, M.C. 2005. Essentials of psychiatric mental health nursing 3 rd edition.


Philadelphia: F.A. Davis Company

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama
FORMAT

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


(Dibuat setiap kali sebelum interaksi atau pertemuan dengan klien)
Hari selasa, 23-04-2019

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1)


A. Kondisi Klien
DS :
Pasien mengatakan malu dengan kondisi saat ini jika bertemu dengan saudara dan
tetangganya. Ia hidup sendiri sedang usianya tidak muda lagi anak istrinya
meninggalkannya. Pasien mengatakan kurang bisa diterima didesanya karena ia sering
marah – marah.
DO :
Wajah tampak sedih
Tn K tampak sering murung memikirkan sesuatu
Kontak mata kurang dan sering menunduk
mata tampak berkaca kaca saat ditanya
Diagnosa Keperawatan: harga diri rendah
B. Tujuan
1. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dengan aspek positif yang dimiliki
2. Pasien dapat menilai kemampan yang dapat digunakan
3. Pasien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai kemampuan
4. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
C. Tindakan Keperawatan
1. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
2. Membantu pasien menilai kemampuan yang Bapak dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
4. Melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
D. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum, Boleh Saya kenalan dengan bapak ? Nama
Saya………….. boleh panggil.... saya Mahasiswa STIKes Kepanjen, Saya
sedang praktik di sini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.30 WIB
siang. Kalau boleh Saya tahu nama bapak siapa dan senang dipanggil dengan
sebutan apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada
keluhan tidak?”
c. Kontrak
“Bagaimana , kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan
yang pernah bapak lakukan?Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang
Bapak dapat lakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai ,kita akan pilih satu
kegiatan untuk kita latih “
“Dimana kita duduk untuk bincang-bincang? bagaimana kalau di ruang tamu
Berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit saja?

2. Fase Kerja
“ Bapak ,apa saja kemampuan yang bapak miliki ? Bagus ,apa lagi?
Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Bapak
lakukan ? Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapa? Mencuci piring
……….dst”.
“Wah ,bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang Bapak miliki”.
“ Bapak dari lima kegiatan kemampuan ini ,yang mana yang Bapak dapat
dikerjakan di rumah sakit ?
Coba kita lihat ,yang pertama bisakah ,yang kedua………sampai 5 (misalnya ada
3 yang Bapak bisa dilakukan).Bagus sekali ada 3 kegiatan yang Bapak bisa
kerjakan di rumah sakit ini.
“Sekarang ,coba Bapak pilih satu kegiatan yang Bapak bisa dikerjakan di rumah
sakit ini”. “O yang nomor satu ,merapikan tempat tidur? Kalau begitu,bagaimana
kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur Bapak”.Mari kita lihat tempat
tidur Bapak ya.
Coba lihat ,sudah rapikah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur ,mari kita pindahkan dulu bantal dan
n selimutnya.bagus!Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita
balik.”Nah,sekarang kita pasang lagi spreinya ,kita mulai dari atas ya bagus!
Sekarang sebelah kaki ,tarik dan Bapakukkan ,lalu sebelah pinggir
Bapakukkan .Sekarang ambil bantal,rapikan dan letakkan di sebelah atas kepala.
Mari kita lipat selimut ,nah letakkan sebelah bawah kaki ,bagus!”
“Bapak sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali .Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan ?Bagus”
“ Coba Bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Bapak
lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa melakukan ,dan T
( tidak) melakukan .

3. Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan
tempat tidur ? yach?, Bapak ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya , merapikan tempat tidur , yang sudah Bapak praktekkan dengan
baik sekali
Coba ulangi bagaimana cara merapikan tempat tidur tadi, Bagus sekali..
“Sekarang ,mari kita Bapakukkan pada jadual harian . Bapak,Mau berapa kali
sehari merapikan tempat tidur. Bagus ,dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa? Lalu
sehabis istirahat ,jam 16.00”
“ Coba Bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Bapak
lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa melakukan ,dan T
( tidak) melakukan .
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak Bapak ingat kegiatan
apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan tempat tidur? Ya
bagus,cuci piring …. Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok ya jam
08.00 pagi di dapur sehabis makan pagi
Sampai jumpa ya…Assalamu’alaikum

STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)


A. Kondisi
DO : Klien tampak tenang, sudeh mau menghargai dirinya sendiri.
DS : Klien menyatakan sudah mau berinteraksi dengan lingkungannya.
B. Diagnosa Keperawatan: Harga Diri Rendah
C. Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki yang
lain (yang belum dilakukan)
D. Tindakan Keperawatan.
Klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
2. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan
3. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan dirumah sakit
4. Bantu klien melakukannya, kalau perlu beri contoh
5. Beri pujian atas kegiatan dan keberhasilan klien
6. Diskusikan jadwal kegiatan harian atau kegiatan yang telah dilatih
E. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi :
“assalammua ‘laikum, Bapak… Bapak ingat saya??? baguss
Bagaimana perasaan Bapak pagi ini ? Wah tampak gembira”
“ Bagaimana Bapak, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin tadi
pagi ? Bagus ( kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi ),
Sekarang kita akan latihan kemampuan kedua, Bapak ingat apa kegiatan itu
Bapak “Ya benar kita akan latihan memcuci piring didapur ruangan ini”
“Waktunya 10 menit, mari kita ke dapur”

2. Kerja :
“Bapak, sebelum kita memcuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapanya,
yaitu serabut tepes untuk membersikan piring, sabun khusus untuk mencuci
piring, dan air untuk membilas, Bapak bisa mneggunakan air yang mengalir dari
kran ini, oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa –
makanan.
“sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“setelah semuanya perlengkapan tersedia, Bapak ambil satu piring koto, lalu
buang dulu sisa makanan yang ada dipiring tersebut ketemapat sampah, kemudian
Bapak bersikan piring tersebut dengan menggunakan sabut tepes yang sudah
diberikan sabun pencuci piring, setelah selesai disabuni bilas dengan
menggunakan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut,
setelah itu Bapak bisa mengkeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang
sudah tersedia didapur, nah selesai
“sekarang coba Bapak yang melakukan”
“Bagus sekali, Bapak dapat mempraktekkan cuci piring dengan baik, sekarang
dilap tanganya
3. Terminasi :
“bagaimana perasaan Bapak setelah latihan cuci piring”
Coba ulangi cara mencuci piring…baguss
“ bagaimana kalau kegiatan cuci piring ini diBapakukan menjadi kegiatan sehari
– hari Bapak. mau berapa kali Bapak mencuci piring ? bagus sekali Bapak
mencuci piring tiga kali setelah makan”
“besok kita akan latihan untuk kemampuan ke tiga, setelah merapikan tempat
tidur dan cuci piring. Bapak ingat kegiatan apakah itu ? ya benar kita akan latihan
mengepel”
“mau jam berapa? Sama dengan sekarang ?
sampai jumpa…Assalamu’alaikum

CATATAN:
Strategi pelaksanaan selanjutnya, sama dengan SP 2 dengan kegiatan yang
dimiliki sesuai kemampuan pasien lainnya (yang belum dilatih)
DAFTAR PUSTAKA

Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice. 1st edition.
Lippincot- Raven Publisher: Philadelphia.

Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999.

Kusumawati Farida, Hartono Yudi, Buku Ajar Keperawatan Jiwa/ Farida Kusumawati dan
Yudi Hartono. – Jakarta : Salemba Medika, 2012 – Cetakan Ketiga.

Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.
Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.

Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995.

Stuart, G.W. & Michele T. Laraia, Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 6 th
Edition, Mosby Company, St. Louis, 1998.

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000.

Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri, edisi
3. Jakarta: EGC.

Yusuf, Ah, dkk, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. – Jakarta : Salemba Medika, 2015.

Anda mungkin juga menyukai