DISUSUN OLEH :
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Harga diri merupakan pendapat seseorang tentang nilai dirinya sendiri, dilatar belakangi
dengan menunjukkan perilaku yang baik disesuaikan dengan keidealan diri. Bagaimana
frekuensi seseorang dapat mencapai tujuan dengan langsung menggunakan prediksi dari
kemampuan diri (harga diri tinggi) atau dengan kemampuan dengan mutu yang rendah (harga
diri rendah) kerusakan harga diri adalah perasaan tentang tidak setujunya dengan apa yang
diperoleh diri sendiri, membuat kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, seperti kegagalan menilai
diri sendiri dan melakukan yang terpenting. Hal ini melibatkan persetujuan dan perbandingan
respon seseorang dengan kehidupannya sendiri(Stuart, 2009).
Semua identitas diri manusia merupakan identitas yang kompleks dan merupakan hal yang
tidak dapat diraba maupun dirasakan. Ini merupakan bingkai dari referensi untuk mengevaluasi
dunia. Konsep Diri dapat didefinisikan sebagai nilai, kepercayaan, dan ide yang menunjukkan
kontribusi seseorang tentang pengetahuan dari dalam dirinya sendiri dan merupakan petunjukk
hubungan seseorang dengan orang lain. Hal ini juga merupakan persepsi dari individual tentang
karakteristik dan kemampuan, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, hubungan nilai
dengan pengalaman, dan hasil dan keseimbangan (Stuart, 2009).
Di Indonesia mencapai 245 jiwa per 1000 penduduk hal ini merupakan kondisi yang sangat
serius karena lebih tinggi 2,6 kali dari ketentuan WHO. Prevalensi penderita di Indonesia adalah
0,3-1 % dan bisa timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12
tahun sudah menderita gangguan jiwa. Apabila penduduk Indonesia ada 200 juta jiwa maka
diperkirakan sekitar 82 jiwa menderita harga diri rendah atau sekitar 2,1 % (Kaplan, 2004).
Konsep diri merupakan hal yang penting untuk memahami orang dan tingkah lakunya.
Mengetahui dan memahami tentang konsep diri merupakan hal yang penting dari dua bagian
keperawatan jiwa (Stuart, 2009).
Strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien harga diri rendah mencakup kegiatan yang
dimulai dari mengidentifikasi hingga melatih kemampuan yang masih dimiliki pasien sehingga
semua kemampuan dapat dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan harga diri
pasien (Keliat, 2009).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa/i mampu memahami dan menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien
gangguan jiwa dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah (HDR).
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 DEFENISI
Harga diri rendah adalah persaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat,2015).
Harga diri rendah adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Jenny , dkk.2008).
Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan
pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Harga
diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam
dirnya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Stuart, 2006).
2.1.2 ETIOLOGI
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah terjadi secara :
1. Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu
(korban perkosaan , dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Gangguan pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena :
a. Privasi yang kurang diperhatikan misalnya : pemeriksaab fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter,
pemeriksaan perineal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/
sakit/penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
2. Kronik yaitu perasaan negative terhadap diri sendiri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negative. Kejadian sakit
dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi
mengakibatkan respon yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien
gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
(Jenny, dkk.2008).
3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi, bisa saja diawali sejak masa kecil dan didistribusikan hingga
sekarang untuk menjadi sebuah masalah konsep diri.Karena anak kecil melihat diri
mereka seperti layaknya orangtua mereka, mereka sangat berespons terhadap keadaan
emosional orangtua mereka dan perasaan negatif tentang hal itu.Memanjakan anak-
anak dapat membahayakan diri mereka. Karena jika salah meberi cinta dan perhatian
membuat anak-anak terlalu mencintai diri mereka sendiri dan tidak mampu
mengeluarkan atau mencintai orang lain (Stuart, 2006).
Sama ketika anak-anak tumbuh menjadi lebih dewasa, mereka mungkin belajar untuk
merasakan yang lebih kuat.Karena mereka tidak berani untuk berdiri sendiri, untuk
berpikir menjadi diri mereka sendiri, dan untuk berespons terhadap kemampuan dan
keinginan mereka.Overpossesiv, overpesimis, dan over kontrol dari orang tua dapat
menyebakan perasaan bahwa dirinya tidak penting dan banyak kekurangan dari diri
mereka sendiri.orang tua yang kasar, juga dapat menyebabkan anak-naka menjadi
menutup diri.(Stuart, 2006).
Orang tua kadang mungkin menjadi subjek mengapa anak mereka menjadi tidak
memiliki respon, kekasaran, kritikan, dan hukuman yang tidak konsisten.Tindakan
lainnya dapat menyebabkan frustasi dini dan beberapa menjadi tidak adekuat dan
merasa rendah (Stuart, 2006).
Hal lain yang mungkin menyebabkan hal ini adalah menganggap dirinya penuh
kekurangan dan tujuan hidupnya sudah gagal dan tidak dapat membangun kembali
harapan tersebut. Banyak orang yang menyalahkan banyak kesalahan yang dilakukan
dalam hidup mereka, dan merasa tidak bersabar, kekerasan.Mereka membuat
standarisasi mebuat status diri menjadi tidak tampak dan kepercayan diri pun hilang
(Stuart, 2006).
4. Faktor Presipitasi.
a. Trauma
Trauma spesifik yang dikatakan dalam hal ini adalah berupa trauma dalam hal fifik,
seksual, dan kekerasan hingga mengganggu psikologis saat masa kecil yang pernah
didapat oleh pasien dengan beberapa tanda, seperti gangguan depersonalisasi, dan
gangguan identitas diri.
b. Ketegangan dalam peran
Orang yang memiliki pengalaman dalam hal stress pasti akan mengalami
ketegangan. Karena frustasi ketika seseorang merasa tidak adekuat. Macam-macam
ketegangan ini berupa:
Transisi dari pertumbuhan. Transisi dari pertumbuhan normal akan berubah
sesuai dengan usia perkembangan. Beberapa perubahan ini mungkin akan
menyebabkan perubahan identitas diri. Remaja merupakan perhatian utama
dalam hal ini, karena remaja mengalami perubahan pertumbuhan, kecemasan
akan status dirinya sendiri.
Transisi status kesehatan. Misalnya perubahan dari status sehat menjadi status
sakit. Beberapa stessor dapt menjadi kasus perubahan gambaraan tubuh dan
berhubungan dengan konsep diri. Semua stressor dapat menjadi pemicu
perubahan citra tubuh.
Stressor biologis
Stressor Psikologi atau biologis mungkin mengganggu realitas diri seseorang,
persepsi seseorang. Seperti deprivasi oksigen, hyperventilasi, alkohol, obat-
obatan atau hal lain yang selalu menyebabkan perubahan diri.
(Stuart, 2006).
1.2.3 KLASIFIKASI
Respons harga diri rendah sepanjang sehat-sakit berkisar dari status aktualisasi diri yang
paling adaptif sampai status kerancuan identitas serta depersonalisasi yang lebih
maladaptif.Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan
berbagai identifikasi masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis.Depersonalisasi ialah suatu perasaan tidak realistis dan merasa asing dengan diri
sendiri, hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam uji realitas.
Individu mengalamikesulitan memberi diri sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa
tidak nyata dan asing baginya.
Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendahjuga tidak digolongkan sendiri dan lebih
mengarah kepada pemberian obat golongan antidepresan, karena fungsi dari obat anti depresan
adalah memblok pengambilan kembali neurotransmitter norepineprin dan serotonin,
meningkatkan konsentrasinya pada sinaps dan mengkoreksi defisit yang diperkirakan
menyebabkan alam perasaan melankolis. Hal ini sesuai dengan masalah neurotransmitter yang
dihadapi oleh klien dengan harga diri rendah yaitu adanya penurunan neurotransmitter seperti
serotonin, norepineprin.
Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri rendah kali ini pemberian
obat yang dapat diberikan lebih banyak dalam jenis Tricyclic Anti Depresan (TCA) :
Amitriptiline, Imipramine, desipramine, notriptilin, sesuai dengan fungsi dari obatnya yaitu
untuk meningkatkan reuptake seorotonin dan norepinefrin sehingga meningkatkan motivasi klien
dan sesuai dengan indikasinya yaitu pengobatan yang diberikan pada klien dengan depresi tetapi
juga mengalami skizofrenia sehingga mempunyai efek pengobatan yang saling
meningkatkan.(keliat,dkk.2015)
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi
sinar pada kanker
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera
kerumah sakit , menyalahkan atau mengejek diri sendiri.
3. Merendahkan martabat contohnya saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya merasa
tidak berguna, saya sangat jelek, saya orang bodoh dan tidak tau apa-apa, saya
tidak pernah melakukan sesuatu dengan benar
4. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri klien tidak ingin bertemu dengan orang
lain lebih suka sendri
5. Percaya diri kurang klien sukar mengambil keputusan misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri rendah disertai harapan suram mungkin klien ingin
mengakhiri kehidupan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.Berikut ini
adalah tanda dan gejala harga diri rendah.
Selain tanda dan gejala tersebut, kita dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan
harga diri rendah yang nampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak
rapi,selera makan menurun, tidak mampu menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan
bicara lambat dengan nada suara lemah. (Jenny Marlindawani, 2008)
Isolasi Sosial
Berdasarkan tanda dan gejala yang dapat melaluiobservasi, wawancara atau pemeriksaan
fisik bahkan melalui sumber sekunder, perawat dapat merumuskan diagnosis keperawatan
gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
tindakan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi dilakukan untuk secara terus menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses atau
formatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan, evaluasi hasil atau evaluasi sumatif
dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditentukan. Adapun hasil tindakan yang ingin dicapai pada pasien dengan harga direndah kronis
antara lain :
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Konsep diri (Persepsi seseorang tentang dirinya) pengaruh segala aspek dari hidup, termasuk
hubungan, kemampuan fungsional, dan status kesehatan.Tidak ada dua orang manusia yang
memiliki konsep diri yang identik; konsep diri membantu seseorang membuat dirinya menjadi
unik.Setiap orang memiliki pengkajian diri yang positif dan negatif dalam fisik, emosional,
intelektual, dan dimensi fungsional lainnya, seperti terhadap perubahan waktu dan dlam konteks
situasi yang berbeda. Karena konsep diri merupakan bingkai luar yang akan diinteraksikan
dengan dunia luar, dan itu akan menambah kekuatan dalam hidup seseorang. Walaupun tidak
tampak dan nyata, gambaran diri yang positif merupakan salah satu dari kekuatan yang terbaik
seseorang dapat berkembang (Sue, 2006)
Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan
pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Harga
diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam
dirnya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Stuart, 2006).
1.2 Saran
Diharapkan dengan adanya asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan konsep
diri khususnya harga diri rendah secara teori ini, mahassiwa/i dapat menerapkan secara nyata
asuhan keperawatan ini pada klien dengan HDR di lapangan, seperti Rumah Sakit Jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Junny Marlindawani. 2008. Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah psikososial dan