Anda di halaman 1dari 15

STASE KEPERAWATAN JIWA

Laporan Pendahuluan Klien Dengan Gangguan Harga Diri Rendah Di RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi Klaten

Disusun Oleh:
Siti Ngafinah
24191374

PROGAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disahkan “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Harga Diri Rendah Di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten ” Program Pendidikan Profesi Ners
STIKes Surya Global Yogyakarta Tahun 2020.

Yogyakarta, Juni 2020


Mahasiswa

Siti Ngafinah

Mengetahui

Pembimbing Klinik

(Suib, S.Kep., Ns., M.Kep)


LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN HARGA DIRI
RENDAH
A. KASUS (MASALAH UTAMA)
Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
Kesehatan jiwa merupakan suatu kebutuhan tiap individu yang sangat
penting. Oleh karena itu kesehatan jiwa harus juga diperhatikan. Selain hal ini
merupakan peran petugas kesehatan, tetapi merupakan hal yang menuntut adanya
keselarasan dan kerja sama dari berbagai pihak selain individu itu sendiri, keluarga
maupun lingkungan.
Dari berbagai masalah kesehatan jiwa, gangguan konsep diri dengan harga diri
rendah banyak mengiringi penyakit-penyakit gangguan jiwa. Bila hal ini terjadi,
terkadang dapat menimbulkan dampak yang buruk pada diri  pasien sendiri maupun
orang lain di sekitarnya.
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan diri sendiri
tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap
merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga. Harga diri rendah adalah
evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri atau kemampuan diri yang negatif
yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan.
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang  berharga dan
tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri, gagal menyesuaikan
tingkah laku dan cita-cita.
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. Harga diri rendah
adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan dan
gambaran-gambaran negatif tentang dirinya. Gangguan harga diri atau harga diri
rendah dapat terjadi secara:
a. Situasional: yaitu keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga
diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon,
terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan). Terjadi trauma yang tiba-
tiba, misal harus operasi, kecelakaan, di cerai suami, putus sekolah, putus
hubungan kerja dan lain-lain. Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri
rendah karena privasi yang kurang diperhatikan: pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan kateter,
pemeriksaan perienal dan lain-lain), harapan akan struktur, bentuk dan fungsi
tubuh tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan tugas yang tidak
menghargai.
b. Kronik: yaitu keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif
mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama. 
2. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi diri Konsep diri positif Harga diri rendah Keracunan identitas Depolarisasi

Keterangan:
a. Aktualisasi diri: pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman
nyata yang sukses di terima.
b. Konsep diri positif: individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi.
c. Harga diri rendah: transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
d. Keracunan identitas: kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial
dan kepribadian dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi: perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.
3. Manifestasi Klinik
a. Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri.
c. Merendahkan martabat diri sendiri, merasa tidak mampu.
d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri sendiri
e. Percaya diri kurang.
f. Mencederai diri.
g. Konsentrasi menurun.
h. Menyangkalfek labil,
i. Regresi perkembangan.
4. Kemungkinan Penyebab
a. Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan  pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis
2) Faktor yang mempengaruhi peran
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang
mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap kurang
sensitive, kurang hangat, kurang ekspresif dibandingkan wanita. Sesuai
dengan standar tersebut,  jika wanita atau pria berperan tidak sesuai
lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan
struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan
anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan
dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Control orang yang
berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci kepada orang
tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas.
Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya.
4) Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon
secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak
berdaya.
b. Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi
yang dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas
stressor dapat mempengaruhi komponen. Stressor yang dapat mempengaruhi
gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuuh, tindakan operasi, proses
patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh
kembang prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat
mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang
penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak
tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan
dan kegagalan berulang, cita-cita tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung
jawab sendiri. Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan eksternal:
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
Ada tiga jenis transisi peran:
1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai
serta tekanan untuk menyesuaikan diri.  
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh,
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik
yang  berhubungan dengan tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh
dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri,
identitas diri, peran dan harga diri.
5. Kemungkinan Akibat Bila Masalah Utama Tidak Teratasi
Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa mengakibatkan
gangguan interaksi sosial: menarik diri, dan memicu munculnya perilaku
kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan.
Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana individu dan kelompok
mengalami kebutuhan meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak
mampu untuk melakukan kontak.
Tanda dan gejala:
Data subjektif:
a. Klien mengatakan kesepian
b. Klien mengatakan tidak mempunyai teman
c. Klien mengatakan lebih sering dirumah, sendiri
d. Klien mengatakan tidak dapat berhubungan sosial
Data objektif:
a. Menyendiri
b. Diam
c. Ekspresi wajah murung
d. Sering larut dalam pikirannya sendiri
Sedangkan perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Tanda dan gejala:
Data subjektif:
a. Mengungkapkan mendengar suara-suara yang mengancam, menyuruh
melakukan pencederaan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
b. Mengatakan takut, cemas, atau khawatir.
Data objektif:
a. Wajah tegang dan merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot, rahang menutup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah.
C. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Masalah keperawatan
a. Isolasi sosial: menarik diri
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan harga diri rendah
a. Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
b. Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, mengkritik diri
sendiri, tidak menerima pujian, penurunan produktivitas, kurang
memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, tidak selera makan,
tidak berani menatap lawan bicara, bicara lambat dengan nada suara lemah.
3. Pemeriksaan fisik (head to toe)
4. Strategi pelaksanaan
a) Sp-1 pasien harga diri rendah: mendiskusikan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan, membantu pasien memilih menetapkan kemampuan yang akan
dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
b) Sp-2 pasien harga diri rendah: melatih pasien melakukan kegiatan lain yang
sesuai dengan kemampuan pasien.
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
c) Sp-3 pasien harga diri rendah: mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga
dalam merawat pasien dirumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan
gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah,
dan memberi kesempatan pada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat.
1) Orientasi
2) Kerja
3) Terminasi
d) Sp-4 pasien harga diri rendah: melatih keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien dengan masalah harga diri rendah langsung kepada pasien.
1) Orientas
2) Kerja
3) Terminasi
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi diri: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
2. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu
tidak efektif
E. RENCANA TINDAKAN
No Dx Keperawatan Perencanaan (NOC) Intervensi (NIC)
Tujuan Kriteria Hasil
1 Isolasi diri: TUM : Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Bina hubungan saling percaya
menarik diri Klien tidak menarik diri dan selama 3x24 jam diharapkan: dengan menggunakan prinsip
berhubungan mampu berhubungan  Ekspresi wajah klien bersahabat, komunikasi terapeutik
dengan harga diri dengan orang lain secara menunjukkan rasa senang, ada kontak  Diskusiikan kemampuan dan
rendah optimal mata, mau berjabat tangan,mau aspek positif yang dimiliki klien.
menyebutkan nama, mau menjawab  Bersama klien buat daftar tentang
TUK: salam, mau duduk berdampingan aspek positif dan kemampuan
 Klien dapat dengan perawat, mau mengutarakan yang dimiliki klien.
membina hubungan masalah yang dihadapi  Beri pujian yang realistik dan
saling percaya.  klien menyebutkan aspek positif dan hirdarkan memberi penilaian yang
 Klien dapat kemampuan yang dimiliki klien negative
mengidentifikasi  klien menilai kemampuan yang dapat  Diskusikan dengan klien
kemampuan dan digunakan di RSJ, klien menilai kemampuan yang masih dapat
aspek positif yang di kemampuan yang dapat digunakan digunakan selama sakit.
milikinya. dirumah  Diskusikan kemampuan yang dapat
 Klien dapat menilai  klien memiliki kemampuan yang akan dilajutkan di rumah sakit
kemapauan yang dilatih, klien mencoba sesuai jadwal  Beri reinforcement positif
digunakan. harian.  Meminta klien untuk memilih satu
 Klien dapat  Klien melakukan kegiatan yang telah kegiatan yang mau dilakukan di
menetapkan dan dilatih, mampu melakukan beberapa rumah sakit.
merencanakan kegiatan secara mandiri  Bantu klien melakukannya jika
kegiatan sesuai  Keluarga memberi dukungan dan perlu beri contoh.
dengan kemampuan pujian, keluarga memahami jadwal  Beri pujian atas keberhasilan klien.
yang dimiliki. kegiatan harian klien  Diskusikan jadwal kegiatan harian
 Klien dapat atas kegiatan yang telah dilatih.
melakukan kegiatan  Beri kesempatan pada klien untuk
sesuai kondisi sakit mencoba kegiatan yang telah
dan kemampuannya. direncanakan.
 Klien dapat  Beri pujian atas keberhasilan klien.
memanfaatkan  Diskusikan kemungkinan
sistem pendukung pelaksanaan di rumah.
yang ada.  Beri pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang cara merawat
klien dengan harga diri rendah.
 Bantu keluarga memberikan
dukungan selama klien dirawat.
 Jelaskan cara pelaksanaan jadwal
kegiatan klien di rumah.
 Anjurkan keluarga memberi pujian
pada klien setiap berhasil.
 Kolaborasi dengan tim medis lain
2 Gangguan konsep TUM: Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Lakukan pendekatan dengan baik,
diri: harga diri Klien memiliki konsep diri selama 3x24 jam diharapkan: menerima klien apa adanya dan
rendah yang positif  Ekspresi wajah bersahabat, tidak acuh, bersikap empati
berhubungan ada kontak mata, mau  berjabat  Cepat mengendalikan perasaan dan
dengan koping TUK: tangan, mau menyebutkan nama, mau reaksi perawatan diri sendiri
individu tidak  Klien dapat bercakap-cakap dan mengutarakan misalnya rasa marah ,empati.
efektif membina hubungan masalah yang dihadapi.  Sediakan waktu untuk berdiskusi
saling percaya  Klien mampu duduk berdampingan dan bina hubungan yang sopan.
 Klien dapat dengan perawat  Berikan kesempatan kepada klien
mengenali dan  Klien mampu berbincang - bincang untuk merespon.
mengekspresikan dengan perawat  Tunjukan emosional yang sesuai
emosinya  Klien mampu merespon tindakan    Gunakan tekhnik komunikasi
 Klien dapat perawat terapeutik terbuka,
memodifikasi pola  Klien dapat mengungkapkan  Bantu klien mengekspresikan
kognitif yang perasaannya perasaannya
negative  Klien mampu mengenali emosinya  Bantu klien mengidentifikasikan
 Klien dapat dan dapat mengekspresikannya situasi kehidupan yang tidak berada
berpartisipasi dalam  Klien dapat mengidentifikasi dalam kemampuan dan
mengambil pemikiran yang negative mengontrolnya
keputusan yang  Klien dpat menurunkan penilaian yang
berkenan dengan negative pada dirinya.  Dorong untuk menyatakan secara
perawatan dirinya  Klien mampu menentukan kebutuhan verbal perasaan – perasaan yang
untuk perawatan pada dirinya berhubungan dengan ketidak
 Klien dapat berpartisipasi dalam mampuannya.
pengambilan keputusan  Diskusikan masalah yang dihadapi
klien dengan memintanya untuk
menyimpulkannya
 Identifikasi pemikiran negatif klien
dan bantu untuk menurunkan
melalui interupsi dan substitusi
 Evaluasi ketetapan persepsi logika
dan kesimpulan yang dibuat klien
 Kurangi penilaian klien yang
negatif terhadap dirinya
 Bantu klien menerima nilai yang
dimilikinya atau perilakunya atau
perubahan yang terjadi pada
dirinya
 Libatkan klien dalam menetapkan
tujuan yang ingin dicapai
 Motivasi klien untuk membuat
jadwal aktivitas perawatan dirinya
 Berikan privasi sesuai kebutuhan
yang ditentukan
 Berikan reinsforcement posotif
tentang pencapaian kegiatan yang
telah sesuai dengan keputusan yang
ditentukannya
 Kolaborasi dengan tim medis lain
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, Gloria dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) 5th
Edition. Singapore: ELSEVIER.
Hardman, T.H, Kamitsuru, Shigemi. 2018. NANDA-1 Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta:EGC
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC
Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th
Edition. Singapore: ELSEVIER.
Muttaqin, A. 2010. Pengkajian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Stuart, W. Gail. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier
Yusuf, A, dkk. 2015. Buku Ajar  Keperawatan Jiwa.Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai