Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN
STRATEGI PELAKSANAAN 1
PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Disusun oleh:
1. Eka Ardiansyah (1814201093)
2. Wahyu Luqito (1814201094)
3. Nita Nurmiati (1814201116)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGGERANG


KELAS TRANSFER
2019
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH

I. Kasus (Masalah Utama)


Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai ideal diri (Eko, 2014).
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri negatif yang berkepanjangan
atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri. Harga diri rendah yang
berkepanjangan termasuk kondisi tidak sehat mental karena dapat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan lain, terutama kesehatan jiwa
(Herdman, 2012).
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti,
rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (Keliat, 2011).

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Faktor Predisposisi
Proses terjadinya harga diri rendah dijelaskan oleh Stuart dan Laraia
(2008) dalam konsep stress adaptasi yang teridiri dari faktor predisposisi
dan presipitasi. Faktor Predisposisi yang menyebabkan timbulnya harga diri
rendah meliputi:
1. Biologis
Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Selain itu adanya riwayat
penyakit kronis atau trauma kepala merupakan merupakan salah satu
faktor penyebab gangguan jiwa.
Faktor biologis dipengaruhi oleh kerja hormon secara umum, yang
dapat berdampak pada neurotransmitter di otak. Contohnya adalah kadar
serotonin yang menurun dapat mengakibatkan pasien merasa depresi dan
kecenderungan mengalami harga diri rendah akan semakin besar karena
pasien dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan dapat menyebabkan
merasa tidak berdaya.
2. Psikologis
Harga diri rendah sangat berhubungan dengan pola asuh dan
kemampuan individu menjalankan peran dan fungsi sebagai manusia.
Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah
kronis meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya,
peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan.
Selain itu pasien dengan harga diri rendah memiliki penilaian yang
negatif terhadap gambaran dirinya, mengalami krisis identitas, peran
yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis.
3. Faktor Sosial Budaya
Pada faktor sosial, status ekonomi seperti kemiskinan, tempat
tinggal di daerah kumuh dan rawan, kultur sosial yang berubah misalnya
ukuran keberhasilan individu akan memperbesar kemungkinan untuk
mengalami harga diri rendah.
Faktor budaya dipengaruhi oleh budaya yang berada disekitar
pasien ataupun yang dianutnya. Contohnya wanita sudah harus menikah
jika umur mencapai dua puluhan, perubahan kultur kearah gaya hidup
individualisme. Pengaruh sosial budaya ini menimbulkan harga diri
rendah karena adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap pasien.

B. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi
yang dihadapi individu dan pasien tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas
stressor dapat mempengaruhi komponen. Stressor yang dapat
mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuh, tindakan
operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh,
proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan pengobatan.
Sedangkan stressor yang dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri
adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang
yang berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti,
persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita
tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab sendiri.

C. Jenis
Harga Diri Rendah dapat terjadi secara:
1) Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami atau istri, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba).
2) Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang mal adaptif. Kondisi ini
dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada
pasien gangguan jiwa.

D. Rentang Respon

1. Respon adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima.
b. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif
maupun yang negatif dari dirinya.
2. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia
tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
b. Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya
diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain.

E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping menurut Deden (2013):
1. Jangka pendek
a. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis: pemakaian
obat-obatan, kerja keras, noton tv terus-menerus.
b. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial,
keagamaan, politik.
c. Kegiatan yang memberi dukungan sementara: kompetisi olah raga
kontes popularitas.
d. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara:
penyalahgunaan obat-obatan.
2. Jangka Panjang
a. Menutup identitas
Terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang
yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri
sendiri.
b. Identitas negatif
Asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
3. Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah fantasi,
disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri
sendiri dan orang lain.

III. A. Pohon Masalah


Pohon masalah pasien harga diri rendah sebagai berikut:

Resiko Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

Ideal Diri Tidak Realitas

B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji


1. Data Subjektif
Pasien mengatakan merasa tidak berguna, merasa hidup ini tidak
berarti, merasa tidak memiliki kemampuan.
2. Data Objektif
Saat berinteraksi pasien sering menundukkan kepala, kontak mata
kurang.
IV. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah

V. Rencana Tindakan Keperawatan


Terlampir

Sumber
1. Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas:
CMHN(Basic Course). Jakarta: EGC
2. Iskandar,d. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama.
3. Suliswati. 2012. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Rineka Cipta.
4. Prabowo, E. (2014). Konsep &Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
5. Kartika Sari Wijayaningsih,S.N.(2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik
Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV.Trans Info Media.
6. Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku
Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Setiap Hari

I. Proses Keperawatan
A. Kondisi Klien
1. Data Objektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, produktifitas menurun, cemas dan
takut.
2. Data Subjektif:
Klien mengatakan saya tidak bisa, tidak mampu, tidak tahu apa-apa,
klien mengungkapkan rasa bersalah dan perasaan malu.

B. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah.

C. Tujuan
1. TUK:
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2) Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
4) Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

D. Tindakan Keperawatan
1. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
2. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
4. Melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
II. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan
A. Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum. Boleh Saya kenalan dengan Mas?
Nama Saya Wahyu Luqito boleh panggil Saya Luqi Saya Mahasiswa
Akper Muhammadiyah Tanggerang, Saya sedang praktik di sini dari
pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang. Kalau boleh
Saya tahu nama Mas siapa dan senang dipanggil dengan sebutan apa?”

2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan Mas hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam?
Ada keluhan tidak?”

3. Kontrak (Topik, Waktu, Tempat, Tujuan Interaksi)


“Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan
kegiatan yang pernah bapak/ibu lakukan? Setelah itu kita akan nilai
kegiatan mana yang masih dapat bapak/ibu lakukan di rumah sakit.
Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih “
“Dimana kita duduk untuk bincang-bincang? bagaimana kalau di ruang
tamu Berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit saja?

B. Kerja (Langkah-langkah tindakan keperawatan)


- “ Bapak/Ibu ,apa saja kemampuan yang dimiliki ? Bagus ,apa lagi?
- Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa
Bapak/ibu lakukan? Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapa?
Mencuci piring, dst”.
- “Wah ,bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang Bapak/Ibu
miliki”.
- “ Bapak/Ibu dari lima kegiatan kemampuan ini, yang mana yang paling
Bapak/Ibu suka lakukan selama di rumah sakit ?
- Coba kita lihat ,yang pertama bisakah ,yang kedua sampai 5 (misalnya
ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang
masih bisa kerjakan di rumah sakit ini.
- “Sekarang ,coba Bapak / Ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa
dikerjakan di rumah sakit ini”. “O yang nomor satu ,merapikan tempat
tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan
tempat tidur Bapak/Ibu”.Mari kita lihat tempat tidurnya ya.
- Coba lihat ,sudah rapikah tempat tidurnya?”
- “Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur ,mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya.bagus! Sekarang kita angkat spreinya dan
kasurnya kita balik.”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai
dari atas ya bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu
sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan dan letakkan
di sebelah atas kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah
bawah kaki, bagus!”
- “Bapak/Ibu sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali
.Coba perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan ? Bagus”
- “ Coba Bapak/Ibu lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri)
kalau Mas lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa
melakukan, dan T (tidak) melakukan .

C. Terminasi
1. Evaluasi Respon Klien berharap tindakan keperawatan
Evaluasi Klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita bercakap-cakap dan
latihan merapikan tempat tidur? Bapak/Ibu ternyata banyak memiliki
kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah Bapak/Ibu
praktekkan dengan baik sekali
Evaluasi Perawat (objektif dan reinforcement)
Coba ulangi bagaimana cara merapikan tempat tidur tadi, Bagus
sekali..
“Sekarang ,mari kita masukkan pada jadwal harian. Bapak/Ibu Mau
berapa kali sehari merapikan tempat tidur. Bagus ,dua kali yaitu pagi-
pagi jam berapa? Lalu sehabis istirahat ,jam 16.00”
“ Coba Bapak/Ibu lakukan dan jangan lupa memberi tanda M
(mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika
diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan.

2. Rencana Tindak Lanjut (Apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil
tindakan yang telah dilakukan)
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak/Ibu masih
ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain
merapikan tempat tidur? Ya bagus,cuci piring. Kalau begitu kita akan
latihan mencuci piring besok ya jam 08.00 pagi di dapur sehabis makan
pagi. Sampai jumpa ya…Assalamu’alaikum

Anda mungkin juga menyukai