Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN


HARGA DIRI RENDAH

Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Stase Keperawatan Jiwa

DISUSUN OLEH:

SALMAN FIRMANSYAH
NIM: J.0105.20.068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BUDI LUHUR
CIMAHI
2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Masalah Utama)


Gangguan konsep diri : harga diri rendah

II. Proses Terjadinya Masalah


a. Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Gangguan harga
diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja dll.
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena
privacy yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan
kateter, pemeriksaan perianal, dll), harapan akan struktur, bentuk dan
ffungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit,
perlakuan petugas yang tidak menghargai.
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama.

b. Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi peran.
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu,
kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria

2
dianggap kurang sensitive, kurang hangat, kurang ekspresif
dibandingkan wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau
pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan konflik
diri maupun hubungan sosial.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan
perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak
akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam
mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan
melakukan sesuatu. Control orang yang berat pada anak remaja akan
menimbulkan perasaan benci kepada orang tua. Teman sebaya
merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas. Remaja ingin
diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya,
4. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon
secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan
tidak berdaya.

c. Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi
yang dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas
stressor dapat mempengaruhi komponen.
Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya
bagian tubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan
struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan
pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat mempengaruhi harga diri dan
ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan
orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut,

3
dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan berulang,
cita-cita tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab sendiri.
Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan eksternal:
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi
Ada tiga jenis transisi peran:
1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh,
perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang
normal. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen
konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.

d. Rentang Respon

Keterangan:

4
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan
konsep diri maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan
aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

III. Pohon Masalah dan Masalah Keperawatan


a. Pohon Masalah

Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :

5
b. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Berduka disfungsional
2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan harga diri rendah
a. Data Subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
b. Data Obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri
hidup.

3. Masalah keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Berduka disfungsional

4. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan harga diri rendah
a. Data Subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
b. Data Obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh
memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin
mengakhiri hidup.

6
IV. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Gangguan citra tubuh
2. Kesiapan meningkatkan konsep diri
3. Harga diri rendah (kronis, situasional dan resiko situasional)
4. Ketidakefektifan performa peran
5. Gangguan identitas pribadI

V. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


A. STRATEGI PELAKSANAAN
1. SP-1 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1:
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan  kemampuan
yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan
menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih
dalam rencana harian.
A. Orientasi

“Selamat pagi, Perkenalkan saya perawat Roni Arisandi. Saya


Mahasiswa Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimahi. Saya
yang akan merawat bapak dari jam 8 pagi sampai jam 2 sore
nanti ya pak”
“Bagaimana keadaan  Ibu R hari ini?  Ibu R terlihat segar“
”Bagaimana, kalau kita berbincang-bincang tentang
kemampuan dan kegiatan yang pernah   Ibu R lakukan? Setelah
itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat   Ibu R
dilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu
kegiatan untuk kita latih. Bagaimana menurut Ibu R?”

7
”Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu saja bu? Berapa lama kira-kira kita akan ngobrol
bu? Apakah cukup 20 menit? Oke cukup ya bu 20 menit”
B. Kerja

“Ibu R, apa saja kemampuan Ibu R dimiliki? Bagus, apa lagi?


Saya buat daftarnya ya bu. Apa pula kegiatan rumah tangga
yang biasa Ibu R lakukan? Bagaimana dengan merapihkan
kamar? Menyapu ? Mencuci piring? Wah, bagus sekali. Cukup
banyak kemampuan dan kegiatan yang  Ibu R miliki “.
”   Ibu R, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang
masih dapat dikerjakan di rumah sakit? Coba kita lihat, yang
pertama bisakah? yang kedua? sampai 5 (misalnya ada 3 yang
masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih
bisa dikerjakan di rumah sakit ini”
”Sekarang, coba Ibu R pilih satu kegiatan  yang masih bisa
dikerjakan di rumah sakit ini”.
” Ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu,
bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur
Ibu R? Mari kita lihat tempat tidur Ibu R. Coba lihat, sudah
rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita
pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus sekali bu.
Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita balik. Nah,
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya
bagus bu T. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu
sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan
dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah
letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus, ibu bisa melakukannya”
” Ibu R sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali.
Coba perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”

8
“ Coba Ibu R lakukan dan jangan lupa memberi tanda M
(mandiri) kalau Ibu R lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan)
jika diingatkan untuk melakukan dan T (tidak) tidak
melakukan”
C. Terminasi

“Bagaimana perasaan  Ibu R setelah berbincang-bincang dan


latihan merapihkan tempat tidur? Iya benar bu. Ibu  T ternyata
banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah
sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur yang
sudah Ibu R praktekkan dengan baik sekali.  Nah, kemampuan
ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang ya bu.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu R mau
berapa kali sehari merapihkan tempat tidur? Bagus, dua kali
yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat jam
berapa?”
”Besok pagi  kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu R
masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah
sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.
Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi
di dapur ruangan ini sehabis makan pagi  selama 20 menit,
menurut ibu bagaimana? Oke ibu, Sampai jumpa ya”
2. SP-2 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2: Melatih
pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan  pasien.
A. Orientasi

“Selamat pagi, Ibu R masih ingat dengan saya? Iya benar sekali
bu, saya perawat Sinta yang akan merawat Ibu dari jam 8
sampai jam 3 sore nanti ya bu”
“Bagaimana perasaan Ibu R pagi ini? Wah, tampak cerah”

9
 ”Bagaimana Ibu R, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore
kemarin/ Tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau
belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua
ya bu?. Masih ingat apa kegiatan itu Ibu R?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan
ini, Waktunya sekitar 20 menit. Bagaimana menurut Ibu R?”
B. Kerja:

“Ibu R, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu


perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan
piring, sabun khusus untuk mencuci piring dan air untuk
membilas. Ibu R bisa menggunakan air yang mengalir dari kran
ini ya? Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk
membuang sisa-makanan”
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semua perlengkapan tersedia, Ibu R ambil satu piring
kotor lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut
ke tempat sampah. Kemudian Ibu R bersihkan piring tersebut
dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun
pencuci piring.  Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih
sampai tidak ada busa sabun sedikit pun di piring tersebut.
Setelah itu  Ibu R bisa mengeringkan piring yang sudah bersih
tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai ibu”
“Sekarang coba Ibu R praktekkan kembali seperti yang saya
contohkan tadi bu”
“Bagus sekali, Ibu R dapat mempraktekkan cuci pring dengan
baik. Sekarang dilap tangannya bu”
C. Terminasi :

”Bagaimana perasaan Ibu R setelah latihan cuci piring?”


 “Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi
kegiatan sehari-hari Ibu R? Mau berapa kali Ibu R mencuci

10
piring? Bagus sekali Ibu R mencuci piring tiga kali setelah
makan. “ Coba Ibu R lakukan dan jangan lupa memberi tanda
M (mandiri) kalau Ibu R lakukan tanpa disuruh, tulis B
(bantuan) jika diingatkan untuk melakukan dan T (tidak) tidak
melakukan”
”Besok kita akan latihan  untuk kemampuan ketiga, setelah
merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan
apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel. Mau jam
berapa bu kita melakukan latihan mengepel nya? Oke baik
besok jam 9 pagi ya bu setelah ibu selesai merapikan tempat
tidur dan mencuci piring. Dimana kita akan melakukan
latihannya bu? Oke baik bu, kita muali dari ruangan ini saja ya
bu. Kalau begitu saya permisi dulu ya bu, Sampai jumpa”
3. SP-3 Keluarga: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1:
Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala
harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga
diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga
diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktekkan cara merawat.

A. Orientasi

“Selamat pagi bapak/ibu, perkenalkan saya perawat sinta yang


merawat ibu T dari jam 8 pagi ini sampai nanti jam 3 sore”
“Bagaimana keadaan  Bapak/Ibu pagi ini?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara
merawat Ibu R? Berapa lama waktu Bapak/Ibu butuhkan? 30
menit saja? Baik pak/bu. Kita berbincang-bincangnya diruang
wawancara saja bagaimana pak/bu? Oke, mari kita keruangan
wawancara”

11
B. Kerja

“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Ibu R”


“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Ibu R itu memang  terlihat
tidak percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri.
Misalnya pada Ibu R, sering menyalahkan dirinya dan
mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia.
Dengan kata lain, Ibu R memiliki masalah harga diri rendah
yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu
negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan Ibu R ini terus-
menerus seperti itu, Ibu R bisa mengalami masalah yang lebih
berat lagi, misalnya Ibu R jadi malu bertemu dengan orang lain
dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga
diri rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah Ibu R dapat menjadi
masalah serius, maka kita perlu memberikan perawatan yang
baik untuk Ibu R”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Ibu R? Ya benar,
dia juga mengatakan hal yang sama (kalau sama dengan
kemampuan yang dikatakan Ibu R)”
” Ibu R itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat
tidur dan cuci piring. Serta telah dibuat jadual untuk
melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan Ibu
R untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong
bantu menyiapkan alat-alatnya ya Pak/Bu dan jangan lupa
memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula
memberi tanda cek list pada jadwal kegiatannya”.
”Selain itu, bila Ibu R sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit,
bapak/Ibu Retap  perlu memantau perkembangan Ibu R. Jika

12
masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani
lagi, bapak/Ibu dapat membawa Ibu R ke puskesmas”
”Nah, bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara
memberikan pujian kepada Ibu R”
”Temui Ibu R dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan
lalu berikan pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali Ibu R,
kamu sudah semakin terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”
C. Terminasi:

”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”


“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi
T dan bagaimana cara merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah
setiap kali Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu dan di rumah
juga demikian ya pak/bu.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk
latihan cara memberi pujian langsung kepada Ibu R. Jam
berapa Bapak/Ibu datang? Baik saya tunggu ya. Sampai jumpa”
4. SP-4 Keluarga: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2: Melatih
keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah
harga diri rendah langsung kepada pasien
A. Orientasi
“Selamat pagi Bapak/Ibu?”

” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”


”Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat Ibu Bapak/Ibu  seperti
yang kita pelajari  dua  hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada
Ibu R, Waktunya 20 menit. Bagaimana menurut bapak/ibu?
Oke kalau begitu, sekarang mari kita temui Ibu R” 

13
B. Kerja:

”Selamat pagi Ibu R. Bagaimana perasaan Ibu R hari ini?”


”Hari ini saya datang bersama anak Ibu R. Seperti yang sudah
saya katakan sebelumnya, anak Ibu R juga ingin merawat Ibu R
agar cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa
yang sudah kita latihkan beberapa hari lalu yaitu memberikan
pujian terhadap perkembangan orang tua Bapak/Ibu (Perawat
mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya)”
”Bagaimana  perasaan Ibu R setelah berbincang-bincang
dengan anak Ibu R?”
”Baiklah,  sekarang saya dan anak Ibu R ke ruang perawat dulu
(Perawat dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan
terminasi dengan keluarga)”

C. Terminasi:

“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”


“Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara
merawat seperti yang tadi kepada Ibu R ya”.

14
Tanda dan gejala

Tanda dan gejala


Data Subyektif
a. Klien mengatakan kesepian
b. Klien mengatakan tidak mempunyai teman
c. Klien mengatakan lebih sering di rumah, sendiri
d. Klien mengatakan tidak dapat berhubungan social

Data Obyektif
a. Menyendiri
b. Diam
c. Ekspresi wajah murung, sedih
d. Sering larut dalam pikiranya sendiri

Sedangkan perilaku kekerasaan adalah suatu keadaan dimana seseorang


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
kepada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Tanda dan gejala :


Data subyektif :
a. Mengungkapkan mendengar suara-suara yang mengancam,
menyuruh melakukan pencederaan pada diri sendiri, orang lain
atau lingkungan
b. Mengatakan takut, cemas atau khatir

Data Obyektif :

15
a. Wajah tegang dan merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot, rahang menutup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah

VI. Pohon Masalah

Isolasi sosial : menarik diri Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Berduka disfungsional

VII. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


5. Masalah keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Berduka disfungsional

6. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan harga diri rendah
c. Data Subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
d. Data Obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

16
VIII. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah
2. Isolasi sosial : menarik diri

IX. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1. Harga Diri Rendah
a. Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial,
bisa berhubungan dengan orang lain dan lingkungan.
b. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
1.2. Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
1.3. Bbuat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
1.4. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.5. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
1.6. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
2.3. Utamakan memberi pujian yang realistis
2.4. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan


Tindakan :
3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

17
3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah

4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan


kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan


Tindakan :
5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan :
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
6.2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Diagnosa 2: Menarik diri


Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain

Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :

18
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya.
2.2 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul
2.3 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri,
tanda-tanda serta penyebab yang muncul
2.4 Berikan pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain

19
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.3 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan:
4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap :
▪ K–P
▪ K – P – P lain
▪ K – P – P lain – K lain
▪ K – Kel/Klp/Masy
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain
Tindakan:
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain

20
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain.
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
▪ Salam, perkenalan diri
▪ Jelaskan tujuan
▪ Buat kontrak
▪ Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
▪ Perilaku menarik diri
▪ Penyebab perilaku menarik diri
▪ Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
▪ Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga

21
DAFTAR PUSTAKA

Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice.


Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 1998
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.
1998
Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.
Bandung : RSJP Bandung. 2000

22

Anda mungkin juga menyukai