Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH


“ISOLASI SOSIAL”

OLEH
SRI SARTINI, S.KEP
A.19.07.020

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH
A. Kasus (Masalah Utama)
Harga Diri Rendah
B. Proses Terjadinya Masalah
a. Definisi
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah diri,
yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (keliat,
2011).
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan
tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri. Menurut Stuart & Sundeen
(2007), Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri, Sedangkan menurut
Townsend HDR adalah evaluasi diri dari perasaan harga diri/kemampuan diri yang
negatif baik langsung maupun tidak langsung.
b. Komponen Konsep Diri
1. Citra tubuh: Sikap, persepsi keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar,
atau tidak sadat, Terhadap tubuhnya yaitu :  ukuran, bentuk,, struktur makna, dan
obyek yang kontak secara terus menerus baik masa lalu maupun sekarang. Citra
tubuh dapat diartikan sebagai kumpulun sikap individu yang disadari maupun
tidak ada tubuhnya. Citra tubuh merupakan hal pokok dalam konsep diri, citra
tubuh harus realistis, karena semakin seseorang dapat menerima dan menyukai
tabuhnya, ia akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga harga
dirinya akan meningkat. Sikap individu terhadap tubuhnya mencerminkan aspek
penting dalam dirinya misalnya menarik, gemuk, atau kurus, dan lain-lain.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan
oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek,
pada klien yang dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat
mungkin terjadi. Stresor pada tiap kondisi kesehatannya apakah semakin membaik
atau memburuk, dan  hal inilah yang dapat menentukan harga diri seseorang.
Perubahan di antaranya Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat
penyakit. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif seperti operasi, suntikan
dan pemasangan infus.  Perubahan struktur sama dengan perubahan bentuk tubuh
disertai dengan pemasangan alat di dalam tubuh. Keterbatasan gerak : makan,
kegiatan. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandanan
berubah, pemasangan alat pada tubuh klien seperti infus, respirator, suntik,
pemeriksaan tanda vital.
2. Ideal diri: persepsi individu tentang bagaimana dia harus berprilaku berdasarkan
standar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut bahwa ideal
diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri. Persepsi
individu tentang bagaimana seharusnya berprilaku berdasarkan standar,aspirasi,
tujuan atau nilai yang diyakini. Penetapan ideal diri dipengaruhi oleh kebudayaan,
keluarga dan ambisi, keinginan kemampuan individu dalam menyesuaikan diri
dengan orang serta prestasi masyarakat setempat. Individu cenderung mensetting
tujuan yang sesuai dengan kemampuannya, kultural, realita, menghindari
kegagalan dan rasa cemas.
3. Harga diri: adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh prilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita-
cita/harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.
4. Identitas diri: adalah kesadaran akan keunikan diri sendiri yang bersumber dari
penilaian dan observasi diri sendiri. Identitas ditandai dengan kemampuan
memandang diri sendiri beda dengan orang lain, mempunyai percaya diri, dapat
mengontrol diri, mempunyai persepsi tentang peran serta citra diri.
5. Peran: seperangkat prilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan
dengan fungsi indiidu pada bebagai kelompok sosial, tiap individu mempunyai
berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu.
c. Tanda dan Gejala
Menurut Carpenito L.J dan Keliat prilaku yang berhubungan dengan HDR adalah
sebagai berikut :
1. Data subjektif
a) Mengkritik diri sendiri
b) Perasaan tidak mampu
c) Sikap negatif terdap diri sendiri
d) Sikap pesimis pada kehidupan
e) Penolakan terhadap kemampuan diri
f) Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
g) Merasa diri lebih penting
h) Mengungkapkan kegagalan pribadi
i) Rasa bersalah
j) Keluhan-keluhan fisik
k) Pandangan hidup terpolarisasi
l) Mengingkari kemampuan diri sendiri
m)Mengejek diri sendiri
n) Mencederai diri sendiri
o) Khawatir
p) Ketegangan peran
q) Ketidak mampuan menentukan tujuan
2. Data Objektif
a) Produktivitas menurun
b) Prilaku destruktif pada diri sendiri dan orang lain
c) Penyalahgunaan zat
d) Menarik diri dari hubungan sosial
e) Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
f) Menunjukkan tanda depresi
g) Tampak mudah tersinggung/mudah marah
d. Etiologi
HDR seing disebabkan oleh koping individu yang tidak efektif, akibat adanya
kurang umpan balik positif, kurangnya sistem pendukung, kemunduran
perkembangan ego, pengulangan umpan balik negatif, disfungsi sistem keluarga, serta
terfiksasi pada tahap perkembangan awal. Faktor yang mempegaruhi harga diri
meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang
berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada
orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin
ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksika kejadian
yang megancam.
2. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalami frustrasi.

e. Rentang Respon

1. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
2. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal –hal positif maupun yang negative
dari dirinya
3. Harga diri rendah: individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan
merasa lebih rendah dari orang lain
4. Identitas kacau: kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek identitas
masa kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada
masa dewasa yang harmonis
5. Depersonalisasi: perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.
C. Pohon Masalah dan Masalah Keperawatan yang Dikaji
1. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah

Berduka disfungsional

2. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji


a. Masalah Keperawatan
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
2. Berduka disfungsional
3. Resiko isolasi sosial

b. Data yang perlu dikaji


1. Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
2. Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
3. Diagnosis Keperawatan
a. Isolasi Sosial
b. Harga Diri Rendah
c. Koping individu tidak efektif
4. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa : Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah.

No Pasien Keluarga
SPIP SPIK
1 Identifikasi kemampuan melakukan Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga
kegiatan dan aspek positif yang dalam merawat pasien
dimiliki pasien (buat daftar
kegiatan)
2 Bantu pasien menilai kegiatan yang Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan
dapat dilakukan saat ini (pilih dari proses terjdinya harga diri rendah (gunakan
daftar kegiatan) : buat daftar booklet)
kegiatan yang dapat dilakukan saat
ini
3 Bantu pasien memilih salah satu Diskusikan kemampuan atau aspek positif
kegiatan yang dapat dilakukan saat pasien yang pernah dimiliki seelum dan setelh
ini untuk dilatih sakit
4 Latih kegiatan yang dipilih (alat Jelaskan cara merawat hagadiri rendah terutma
dan cara melakukannya) memberikan pujian semua hal yang positif pada
pasien
5 Masukkan pada jadwal kegiatan Latih keluarga memberi tanggung jawab
untuk dilatih dua kali per hari kegiatan pertama yang dipilih pasien: bimbing
dan beri pujian
6 Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
memberikan pujian
SPIIP SPIIK
1 Evaluasi kegiatan pertama yang Evaluasi kegiatan keluarga daam membimbing
telah dilatih dan berikan pujian pasien melaksanakan kegiatan pertama yang
dipilih dan dilatih pasien. Beri pujian
2 Bantu pasien memilih kegitan Bersama keluarga melatih pasien dalam
kedua yang akan dilatih melakukan kegiatan kedua yang dipilih pasien
3 Latih kegiatan kedua (alat dan cara) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
memberikan pujian
4 Masukkan pada jadual kegiatan
untuk latihan: dua kegiatan masing
masing dua kali per hari
SPIIIP SPIIIK
1 Evaluasi kegiatan pertama dan Evaluasi kegiatan keluarga daam membimbing
kedua yang telah dilatih dan pasien melaksanakan kegiatan pertama dan
berikan pujian kedua yang dipilih dan dilatih pasien. Beri
pujian
2 Bantu pasien meilij kegiatan ketiga Bersama keluarga melatih pasien dalam
yang akan dilatih melakukan kegiatan ketiga yang dipilih pasien
3 Latih kegiatan ketiga (alat dan cara) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
memberikan pujian
4 Masukkan pada jadual kegiatan
untuk dilatih: tiga kegiatan, masing
masing dua kali per hari
SPIVP SPIVK
1 Evaluasi kegiatan pertama, kedua, Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
dan ketiga yang telah dilatih dan pasien melaksanakan kegiatan pertama, kedua,
berikan pujian dan ketiga yang dipilih dan dilatih pasien. Beri
pujian
2 Bantu pasien memilih kegiatan Bersama keluarga melatih pasien dalam
keempat yang akan dilatih melakukan kegiatan keempat yang dipilih
pasien
3 Latih kegiatan keempat (alat dan Jelaskan follow up keRSJ/PKM, tanda kambuh
cara)
4 Masukkan pada jadual kegiatan Anjurkan membantu pasien sesuai jadwalu dan
untuk dilatih: empat kegiatan, memberikan pujian
masing masing dua kali per hari
SPVP SPVK
1 Evaluasi kegiatan latihan dan Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
berikan pujian pasien melaksanakan kegiatan yang dipilih
pasien. Beri pujian
2 Latih kegiatan dilanjutkan sampai Nilai kemampuan keluarga
tak terhingga
3 Nilai kemampuan yang telah Nilai kemampuan keluarga membimbing
mandiri pasien melakukan kontrol ke RSJ/PKM
4 Nilai apakah harga diri pasien telah
meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2007). Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Kelliat, B. A., & Akemat. (2011). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: Buku
kedokteran EGC.
Kelliat, B. A., & Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Stuart, & Sundeen. (2007). Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: Buku kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai