Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

”PADA KLIEN NY.E DENGAN KASUS HIPERTENSI”

DISUSUN OLEH :

NAMA : INDRIANI
NIM : A.18.10.026

STUDI PROGRAM S1 KEPERAWATAN (A)


STIKes PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
FORMAT PENGKAJIAN GERONTIK
1. Riwayat klien/data biografi
Nama : Ny.E
Alamat :Parukku
Telp. :-
Suku : Bugis
Agama : Islam
Status perkawinan : kawing
Pendidikan : SD
Orang yang paling dekat dihubungi : anak
Alamat/telpon :-
2. Riwayat Keluarga
a. Pasangan : hidup
Kesehatan : Sehat
Umur : 50 Tahun
Pekerjaan : petani
Alamat : parukku
Sebab kematian :-
Tahun meninggal :-
b. Anak : Hidup
Nama : haslia dan ambo
Alamat : Bulukumba
Tahun meninggal :-
Penyebab kematian :-
3. Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan saat ini : IRT
Pekerjaan sebelumnya : -
Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : -
4. Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal : Rumah batu
Jumlah kamar : 3
Jumlah orang yang tinggal di rumah : 4 orang
Kondisi panti : -
5. Sumber/sistem pendukung yang digunakan
Rumah sakit : Klien biasanya ke puskesmas jika obat yang dibeli di kios/ apotek terdekat
tidak mempan untuk mengatasi sakit yang dialaminya.
6. Kebiasaan /Ritual
Agama : Klien adalah seorang muslim yang taat beribadah
Istirahat/tidur : Klien tidur pada siang hari pukul 14:00-16:00,sedangkan pada
malam hari klien biasanya mulai pukul 21:00-04:00,dalam sehari
klien tidur selama 9 jam
Kebiasaan ibadah : Klien beribadah tiap hari 5 waktu
Kepercayaan : Klien percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam
kehidupannya adalah rencana Allah SWT.
Ritual makan : Klien membaca do’a sebelum makan
7. Status kesehatan saat ini
Status kesehatan selama 1 tahun dan 5 tahun terakhir : Klien hanya mengalami sakit
seperti pegal,flu,dan sedikit pusing.Tetapi klien bisa sembuh sendiri dengan obat-obatan
yang dibelinya sendiri di apotek atau di apotik terdekat
Keluhan kesehatan utama (PQRST) :
P: Ny.E mengatakan sering pusing hal ini terjadi jika ny.E kelelahan.
Q : Ny.E mengatakan pusing yang dirasakan seperti tertusuk
R: NY.E nyeri dirasakan di kepala bagian belakang leher dan pundak
S : Ny.E mengatakan skala nyeri 4
T : pusingnya hilang timbul
Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : NY.E mengatakan
diberi obat oleh perawat terdekat yang ada dirumahnya.
Obat-obatan
Nama obat : amlodipine besilate

Alergi (agen dan reaksi fisik)


Ny.E mengatakan tidak pernah mengalami alergi terhadap obat-obatan atau makanan
tertentu
Nutrisi
Diet 24 jam terakhir (termasuk cairan) : Sejak menderita hipertensi klien merasa malas
makan karena sudah merasa lemas.
8. Penyakit masa kanak-kanak
Penyakit serius atau kronik : Ny.E mengatakan tidak memiliki penyakit serius dimasa
kanak-kanak.
Trauma : Ny.E mengatakan tidak memiliki trauma
Alasan : -
Tanggal :-
Tempat: -
9. Tinjauan sistem
Beri tanda cek ya atau tidak untuk setiap gejala
Umum Ya Tidak
Kelelahan 
Perubahan berat badan setahun yang lalu 
Perubahan nafsu makan 
Demam 
Keringat malam 
Kesulitan tidur 
Sering pilek,infeksi

Penilaian diri terhadap status kesehatan : NY,E mengatakan sakit yang dialaminya saat
ini merupakan sakit yang wajar dialami oleh orang yang sudah lanjut usia.
Kemampuan untuk melakukan ADL : NY,E mengatakan bahwa ia masih sering
mengikuti kegiatan-kegiatan disekitar rumahnya
Integumen Ya Tidak
Lesi/luka 
Pruritus 
Perubahan pigmentasi 
Perubahan tekstur 
Sering memar 
Perubahan rambut 
Perubahan kuku 
Pemajanan lama terhadap matahari 

Hemopoetik Ya Tidak
Perdarahan/memar abnormal 
Pembengkakan kelenjar limfa 
Anemia 
Riwayat transfusi darah 

Kepala Ya Tidak
Sakit kepala 
Trauma berarti pada masa lalu 
Pusing 
Gatal kulit kepala 

Perkemihan Ya Tidak
Disuria 
Frekuensi 
Menetes 
Ragu-ragu 
Dorongan 
Hematuria 
Poliuria 
Oliguria 
Nokturia 
Inkontinensia 
Nyeri saat berkemih 
Batu 
Infeksi 
Gastrointestinal Ya Tidak
Disfagia 
Tak dapat mencerna 
Nyeri ulu hati 
Mual/muntah 
Hematemesis 
Perubahan nafsu makan 
Intoleran makanan 
Ulkus 
Nyeri 
Ikterik 
Benjolan/massa 
Perubahan kebiasaan defekasi 
Diare 
Konstipasi 
Melena 
Hemoroid 
Perdarahan rectum 
Pola defekasi biasanya : Ny.Hj.N mengatakan biasa BAB 1-2 kali dalam sehari
Muskuloskeletal Ya Tidak
Nyeri persendian 
Kekakuan 
Pembengkakan sendi 
Deformitas 
Spasme 
Kram 
Kelemahan otot 
Masalah cara berjalan 
Nyeri punggung 
Protesa 
Pola kebiasaan latihan 
Psikososial Ya Tidak
Cemas 
Depresi 
Insomnia 
Menangis 
Gugup 
Takut 
Masalah dalam mengambil keputusan 
Kesulitan berkonsentrasi 

Stress saat ini :


Adapun stress yang dialami klien saat ini adalah klien cemas dengan kondisi yang dialami klien
dengan memikirkan penyakitnya.
Masalah tentang kematian :
Klien mengatakan klien tidak takut menghadapi kematian,akan tetapi klien hanya takut
meninggalkan keluarganya.
PENGKAJIAN GERIATRIC DEPRESSION SCALE <GDS) untuk mengkaji depresi pada
lansia sebagai berikut:
No Pernyataan Ya Tidak
Apakah bapak/ibu sekarang merasa puas dengan 
1. kehidupannya ?
Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak kegiatan atau 
2.
kesenangan akhir-akhir ini ?
3. Apakah bapak/ibu merasa hampa/kosong dalam hidup ini ? 
4. Apakah bapak/ibu sering merasa bosan ? 
5. Apakah bapak/ibu merasa mempunyai harapan yang baik 
dimasa depan ?
6. Apakah bapak/ibu mempunyai pikiran jelek yang 
mengganggu terus menerus ?
7. Apakah bapak/ibu memiliki semangat yang baik setiap saat ? 
Apakah bapak/ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan 
8.
terjadi pada anda ?
Apakah bapak/ibu merasa bahagia pada sebagian besar 
9. waktu ?
Apakah bapak/ibu sering merasa tidak mampu untuk berbuat 
10.
apa- apa ?
11. Apakah bapak/ibu sering merasa resah dan gelisah ? 
Apakah bapak/ibu senang tinggal dirumah daripada keluar 
12.
rumah dan mengerjakan sesuatu ?
Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang masa 
13. depan ?
14. Apakah bapak/ibu akhir-akhir ini sering lupa ? 
15. Apakah bapak/ibu pikir bahwa hidup bapak/ibu sekarang 
menyenangkan ?
16. Apakah bapak/ibu sering merasa sedih dan putus asa ? 
17. Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga akhir-akhir ini ? 
Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang masa 
18. lalu ?
19. Apakah bapak/ibu merasa hidup ini menggembirakan ? 
20. Apakah bapak/ibu untuk memulai kegiatan yang baru ? 
21. Apakah bapak/ibu merasa penuh semangat ? 
Apakah bapak/ibu merasa situasi sekarang ini tidak ada 
22. harapan ?
23. Apakah bapak/ibu berpikir bahwa orang lain lebih baik 
keadaannya daripada bapak/ibuk ?

24. Apakah bapak/ibu sering marah karena hal-hal yang sepele ? 


25. Apakah bapak/ibu sering merasa ingin menangis ? 
26. Apakah bapak/ibu sering sulit berkonsentrasi ? 
27. Apakah bapak/ibu merasa senang waktu bangun tidur ? 
Apakah bapak/ibu tidak suka berkumpul di pertemuan 
28. sosial ?
29. Apakah mudah bagi bapak/ibu membuat suatu keputusan ? 
30. Apakah pikiran bapak/ibu masih tetap mudah dalam 
memikirkan sesuatu seperti dulu ?

Skor 0-10 : menunjukkan tidak ada depresi


Skor 11-20 : Depresi Ringan
Skor 21-30 : Depresi Sedang/Berat

Tabei.Spesifikasi rancangan kuesioner GDS


Butir soal Favorable Unfavorable
Parameter
Minat aktifitas 2, 12, 20, 28 27
Perasaan sedih 16, 25 9, 15, 19
Perasaan sepi dan bosan 3, 4
Perasaan tidak berdaya 10, 17, 24
Perasaan bersalah 6, 8, 11, 18, 23 18
Perhatian/konsentrasi 14, 26, 30 29
Semangat atau harapan thdp
masa depan 13, 22 5, 7, 21

Skoring nilai 1 diberikan pada pernyataan favourable untuk jawaban “ya” dan nilai 0 untuk
jawaban “tidak” sedangkan untuk pernyataan unfavourable, jawaban “tidak” diberi nilai 1 dan
jawaban “ya” diberi nilai 0

Setelah dilakukan skoring maka kondisi klien dalam kategori menunjukkan tidak ada depresi
PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL
( Indeks Kemandirian Katz )

No Aktivitas Mandiri Tergantung


1 Mandi 
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti
punggung atau ekstremitas yang tidak mampu )
atau mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh,
bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, serta
tidak mandi sendiri

2 Berpakaian 
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian, mengancingi/mengikat
pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya
sebagian

3 Ke Kamar Kecil 
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian
membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil
dan menggunakan pispot
4 Berpindah 
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk
duduk, bangkit dari kursi sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur
atau kursi, tidak melakukan satu, atau lebih
perpindahan
5 Kontinen 
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan
6 Makan 
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari
piring dan menyuapinya, tidak makan sama
sekali, dan makan parenteral (NGT )
Analisis Hasil:
Nilai A :Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB), berpindah, kekamar kecil,
mandi dan berpakaian. Klien mampu melakukan aktivitas diatas secara mandiri.
MINI-MENTAL STATE EXAM (MMSE)

Riwayat Penyakit: Hipertensi


Item Tes Nilai Maks. Nilai
1 ORIENTASI 5 4
Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal),
hari apa?
2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), 5 5
(rumahsakit), (lantai/kamar)
3 REGISTRASI 3 3
Sebutkan 3 buah nama benda (jeruk, uang,
mawar), tiap benda 1 detik,pasien disuruh
mengulangiketiga nama benda tadi.Nilai 1 untuk
tiap nama benda benar.Ulangi sampai pasien
dapat menyebutkan dengan benar dan catat
jumlah pengulangan
4 ATENSI DAN KALKULASI 5 4
Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap
jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban.
Atau disuruh mengeja terbalik kata “ WAHYU”
(nilai diberi pada huruf yang benar sebelum
kesalahan; misalnya uyahw=2 nilai)
5 MENGINGAT KEMBALI (RECALL) 3 3
Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda
di atas
6 BAHASA 2 2
Pasien diminta menyebutkan nama benda yang
ditunjukkan (pensil, arloji)
7 Pasien diminta mengulang rangkaian kata tanpa 1 1
kalau dan atau tetapi ”
8 Pasien diminta melakukan perintah: “ Ambil 3 3
kertas ini dengan tangan kanan, lipatlah menjadi
dua dan letakkan di lantai”.
9 Pasien diminta membaca dan melakukan perintah 1 1
“Angkatlah tangan kiri anda”
10 Pasien diminta menulis sebuah kalimat (spontan) 1 1

11 Pasien diminta meniru gambar di bawah ini 1 1


Skor Total 30 28
MORSE FALL SCALE (MFS)/ SKALA JATUH DARI MORSE
Nama Lansia : Ny.Hj.N
Umur : 50 Tahun

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET.


1. Riwayat jatuh: apakah lansia Tidak 0 0
pernah jatuh dalam 3 bulan Ya 25
terakhir?
2. Diagnosa sekunder: apakah lansia Tidak 0 15
memiliki lebih dari satu penyakit? Ya 15
3. Alat Bantu jalan: 30
- Bed rest/ dibantu perawat 0
- Kruk/ tongkat/ walker 15
- Berpegangan pada benda-benda 30
di sekitar (kursi, lemari, meja)
4. Terapi Intravena: apakah saat ini Tidak 0 0
lansia terpasang infus? Ya 20
5. Gaya berjalan/ cara berpindah: 0
- Normal/ bed rest/ immobile 0
(tidak dapat bergerak sendiri)
- Lemah (tidak bertenaga) 10
- Gangguan/ tidak normal
20
(pincang/ diseret)
Status Mental 0
6.
- Lansia menyadari kondisi 0
- Lansia mengalami keterbatasan 15
daya ingat
Total Nilai 45

Keterangan:
Tingkatan Risiko Nilai MFS Tindakan
Tidak berisiko 0-24 Perawatan dasar
Risiko rendah 25 – 50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh
standar
Risiko tinggi > 51 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh
risiko tinggi

Dari data dapat ditentukan bahwa nilai total dri MFS yaitu 45, dimana nilai 45 tergolong tingkat
resiko rendah dan diperlukan tindakan pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar.
FORMAT DATA FOKUS

Nama / Umur : Ny.E / 50 Tahun

JK : Perempuan

Data Fokus

 Klien mengatakan ada perubahan berat badan


 Klien mengatakan Mengeluh sulit mengerakan ekstremitas
 Klien mengatakan Nyeri saat bergerak
 Klien Enggang melakukan pergerakan
 Klien Merasa cemas saat brgerak
 P: mengatakan sering pusing hal ini terjadi jika ny.E kelelahan
Q :mengatakan pusing yang dirasakan seperti tertusuk
R: nyeri dirasakan di kepala bagian belakang leher dan pundak
S : mengatakan skala nyeri 4
T : pusingnya hilang timbul
 Tekstur integument tidak tampak berubah
 Warna rambut tampak berubah
 Tekanan darah meningkat
 - TD : 150/90 MmHg
- S : 36,50C
- N : 50X/menit
- P : 20X/menit

 klien mrngatakan merasa lelah


 klien mengatakan merasa pusing
 Klien mengatakan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
 Klien mengatakan nafsu makan berubah
 kien mengatakan mengeluh nyeri
FORMAT KLASIFIKASI DATA

Nama / umur : Ny.Hj.N / 62 Tahun

Data objektif Data Subjektif

- kien mengatakan mengeluh nyeri  Tekanan darah meningkat


- TD : 150/90 MmHg  Klien mengatakan Nyeri saat bergerak
S : 36,50C  Klien Enggang melakukan pergerakan
N : 50X/menit  Klien Merasa cemas saat brgerak
P : 20X/menit
 Klien mengatakan ada perubahan
- Klien mengatakan Mengeluh sulit
berat badan
mengerakan ekstremitas
 klien mrngatakan merasa lelah
- Tekstur integument tidak tampak
 klien mengatakan merasa pusing
berubah
- Warna rambut tampak berubah
l
- Klien mengatKlakan nafsu makan
berubah
- Klien mengatakan merasa tidak
nyaman setelah beraktivitas
- Klien mengatakan nafsu makan
berubah
FORMAT ANALISA DATA

Nama / umur : Ny.E /50 tahun

JK : Perempuan

Sympton Etiologi Problem

Ds Mobilitas fisik
Do :

 Do : Klien Nyeri akut


mengatakan
mengeluh nyeri
 Klien mengatakan
pola nafsu makan
berubah
 DS : Klien tampak
tenang saat waspada
nyeri
 Tekanan darah
meningkat
Pola napas berubah
Do : Agen pecedera fisik (trauma) Nyeri akut
 Klien mengatakan
mengeluh nyeri
 Klien mengatakan
pola nafsu makan
berubah
Ds :
 Klien tampak tenang
saat waspada nyeri
 Tekanan darah
meningkat
 ;;[ Pola napas
berubah
FORMAT DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama / umur : Ny.E / 48 Tahun

JK : Perempuan

Diagnosa Keperawatan Tgl Ditemukan Tgl Teratasi

Penurunan curah jantung 07 NOVEMBER 2021 8 Desember 2021

Mobilitas fisik 07 NOVEMBER 2021 8 Desember 2021

Nyeri akut 07 NOVEMBER 2021 8 Desember 2021


FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Inisial Klien : Ny.E/49 thn

No. Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Penurunan curah Setelah dilakukan intervensi 1 x


Perawatan jantung
jantung b/d perubahan 24 jam curah jantung meningkat Tindakan :
afterload dengan kriteria hasil : Observasi
- Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah
Lelah : cukup menurun (4) jantung (meliputi
dyspnea,kelelahan,edema,ortopnea,paroxysmal
Tekanan darah : cukup memburuk nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
(2) - Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan
curah jantung (meliputi peningkatan berat badan,
Berat badan : cukup memburuk hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi,
(2) rokhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat).
- Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
ortostatik, jika perlu)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor berat badan setiap hari pada aktu yang
sama
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas,
lokasi radiasi, durasi, presivitasi yang
mengurangi nyeri
- Monitor EKG 12 sadapan
- Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
- Monitor nilai laboratorium jantung (mis.
Elektrolit, enzim jantung, BNP, NTpro-BNP)
- Monitor fungsi alat pacu jantung
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum
dan sesudah aktivitas
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum
pemberian obat (mis. Beta blocker, inhibitor,
calcium,channel blocker, digoksin)
Terapeutik
- Posisikan pasien semi-flower atau floer dengan
kaki ke bawah atau posisi nyaman
- Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi
asupan kafein, natrium, kolesterol, dan makanan
tinggi lemak)
- Gunakan stocking elastis atau pneumatic
intermiten, sesuai indikasi
- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi
gaya hidup sehat
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress,
jika perlu
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan pasien dan keluarga mengukur berat
badan harian
- Anjurkan pasien dan keluarga mengukur intake
cairan harian
Kolaborasi
- Kolaborasi pembeerian antiaritmia, jika perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung
2. Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan intervensi 1 x Manajemen energy
Ketidakseimbangan 24 jam toleransi aktivitas Tindakan :
antara suplai dan meningkat dengan kriteria hasil :
Observasi
kebutuhan oksigen - `identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Kemudahan melakukan aktivitas mengakibatkan kelelahan
sehari-hari : cukup menurun (2) - Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
Frekuensi nadi : cukup memburuk
- Monitor lokasi dan ketidaknyamananselama
(2)
melakukan aktivitas
Warna kulit : cukup memburuk Terapeutik
(2) - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
(mis.cahay,suara,kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi dudduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

Pemantauan tanda vital


Tindakan :
Observasi
- Monitor tekanan darah
- Monitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
- Monitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor oksimetri nadi
- Monitor tekanan nadi (selisih TDS dan TDD)
- Identifikasi penyebab perubshsn tanda vital
Terapeutik
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi paisen
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Identifikasi hasil pemantauan, jika perlu

3. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan intervensi 1 x Manajemen nyeri


pencedera fisik 24 jam maka tingkat nyeri Tindakan :
(trauma) menurun dengan kriteria hasil : Observasi
- identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Kemampuan menuntaskan kualitas, intensitas nyeri
aktivitas : cukup menurun (2) - identifikasi skala nyeri
- identifikasi respon nyeri non verbal
Perasaan takut mengalami cedera
- identifikasi factor yang memperberat dan
berulang : meningkat (1)
memperingan nyeri
Focus : membaik (5) - identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
- identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
- identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
- monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. TENS,hypnosis,akupresur, terapi
music, biofeedback, tarpi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing,kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan, pencahayaan,kebisingan)
- fasilitasi istrahat dan tidur
- pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- jelaksn strategi meredakan nyeri
- anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Perawatan kenyamanan
Tindakan
Observasi
- identigfikasi gejala yang tidak menyenangkan
(mis, mual, nyeri, gatal, sesak)
- identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi
dan perasaannya
- identifikasi masalah emosional dan spiritual
Terapeutik
- berikan posisi yang nyaman
- berikan kompres dingin atau hangat
- ciptakan lingkungan yang nyaman
- berikan pemijatan
- berikan terapi akupresur’berikan terapi hypnosis
- dukung keluarga dan pengasuh terlibat dalam
terapi/pengobatan
- diskusikan menganai situasi dan pilihan
terapi/pengobatan yang diinginkan
Edukasi
- jelaskan mengenai kondisi dan pilihan
terapi/pengobatan
- ajarkan terapi relaksasi
- ajarkan latihan pernapasan
- ajarkan teknik distraksi dan imajinasi terbimbing
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian analgesic, antipruritus,
antihistamin, jika perlu
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

NAMA : INDRIANI
NIM : A.18.10.026

STUDI PROGRAM S1 KEPERAWATAN (A)


STIKes PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
a. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001).
b. Hipertensi didefinisikan sebagai suatu peningkatan
tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg dan/atau
distolik sedikitnya 90 mmHg (Sylvia A. Price , 2005).
c. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu
peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh
darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu
periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole
konstriksi. Kontriksi arteriole membuat pembuluh darah
sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan
dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja
jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat
menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah
(Udjianti, 2010).
d. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal
dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang
berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia,
setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia
(Corwin, 2009).
e. Menurut WHO, Batasan tekanan darah yang masih
dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan
tekanan darah ≥ 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
Hipertensi.
2. Epidemiologi
Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama
kematian di Amerika Serikat. Sekitar seperempat jumlah penduduk
dewasa menderita hipertensi, dan insidennya lebih tinggi dikalangan
Afro-Amerika setelah usia remaja. Sekitar 20% populasi dewasa
mengalami hipertensi essensial dan sisanya mengalami kenaikan
tekanan darah dengan penyebab tertentu.
Hipertensi sering dijumpai pada individu diabetes mellitus
(DM) dimana diperkirakan prevalensinya mencapai 50-70%.
Modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah
tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
mengobati tekanan darah tinggi. Merokok adalah faktor risiko utama
untuk mortalitas kardiovaskuler. Di Indonesia banyaknya penderita
hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan
hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50%
diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga
mereka  cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak
menghindari dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90%
merupakan hipertensi esensial.
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah
yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti
strok untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah
jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah
utama dalam kesehatan mesyarakat yang ada di Indonesia maupun di
beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80 %
kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025
dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15
milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka
penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.
3. Etiologi
a. Hipertensi Esensial
Penyebab Hipertensi Esensial belum diketahui. Namun sejumlah
interaksi beberapa energi homeostatik saling terkait. Defek awal
diperkirakan pada mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan
oleh ginjal. Faktor hereditas berperan penting bilamana
ketidakmampuan genetik dalam mengelola kadar natrium normal.
Kelebihan intake natrium dalam diet dapat meningkatkan volume
cairan dan curah jantung. Pembuluh darah memberikan reaksi atas
peningkatan aliran darah melalui kontriksi atau peningkatan
tahanan perifer . Tekanan darah tinggi adalah hasil awal dari
peningkatan curah jantung yang kemudian dipertahankan pada
tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik peningkatan
tahanan perifer.
b. Hipertensi Sekunder
1) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan
hipertensi melalui mekanisme Renin-aldosteron-mediated
volume expansion. Dengan penghentian oral kontrasepsi,
takanan darah normal kembali setelah beberapa bulan.
2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal
Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih
arteri besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal.
Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi
disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous displasia
(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim
ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur,
serta fungsi ginjal.
3) Gangguan endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediated
hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol,
dan katekolamin. Pada aldosteronisme primer, kelebihan
aldosteron menyebabakan hipertensi dan hipokalemia.
Aldosteronisme primer biasanya timbul dari benign adenoma
korteks adrenal. Pheochromocytomas pada medula adrenal
yang paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang
berlebihan. Pada Sindrom Chusing, kelebihan glukokortikoid
yang diekskresi dari korteks adrenal. Sindrom Chusing’s
mungkin disebabkan oleh hiperplasi adrenokortikal atau
adenoma adrenokortikal .
4) Coarctation aorta
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal.
Penyempitan menghambat aliran darah melalui lengkung aorta
dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area
kontriksi.
5) Neurogenik
Tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik
6) Peningkatan volume intravaskular
7) Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin menyebabkan iritabilitas miokardial,
peningkatan denyut jantung, dan menyebabkan vasokontriksi ,
yang mana pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.

4. Faktor Predisposisi

a. Tidak dapat dikontrol, seperti :


1) Keturunan (genetik)
Kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot daripada heterozigot, apabila
salah satu diantaranya menderita hipertensi, menyokong bahwa
faktor genetik mempunyai peran terhadap terjadinya
hipertensi. Pada percobaan binatang tikus golongan Japanese
spontanously hypertensive rat (SHR), New Zealand genetically
hypertensive rat (GH), Dahl salt sensitive (H) dan Salt
resistant dan Milan hypertensive rat strain (MHS), dua
turunan tikus tersebut mempunyai faktor neurogenik yang
secara genetik diturunkan sebagai faktor penting timbulnya
hipertensi, sedangkan dua turunan yang lain menunjukkan
faktor kepekaan terhadap garam yang juga diturunkan secara
genetik sebagai faktor utama timbulnya hipertensi.
2) Jenis Kelamin
Kalau ditinjau perbandingan antara wanita dan pria,
ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari
laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi
6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Laporan dari
Sumatera Barat, mendapatkan 18,6% pria dan 17,4% wanita.
Dari perkotaan di Jakarta (pertukangan) didapatkan 14,6% pria
dan 13,7% wanita.
3) Umur
Penderita hipertensi esensial, sebagian besar timbul
pada usia 25 – 45 tahun dan hanya 20% yang timbulnya
kenaikan tekanan darah di bawah usia 20 tahun dan diatas 50
tahun (Soeparman, 1999).

b. Dapat dikontrol, seperti:


1) Kegemukan (obesitas)
Belum terdapat mekanisme pasti, yang dapat
menjelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial,
akan tetapi pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung
dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal. Pada obesitas tahanan ferifer
berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis
meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.
2) Kurang Olahraga
Lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan
hipertensi, karena olah raga isotonik dan teratur dapat
menurunkan tahanan perifer, yang akan menurunkan tekanan
darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada
hipertensi. Dengan kurang olah raga, kemungkinan timbulnya
obesitas akan meningkat dan apabila asupan garam bertambah,
akan mudah timbul hipertensi.
3) Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi, walaupun
pada manusia mekanisme secara pasti belum diketahui.
Hubungan antara rokok dengan peningkatan resiko
kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.
4) Kolesterol tinggi
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum
alkohol berat cenderung hipertensi, walaupun mekanisme
timbulnya hipertensi secara pasti belum diketahui.
5) Konsumsi Alkohol
6) Garam
Merupakan hal yang sangat sentral dalam patofisiologi
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada
golongan suku bangsa dengan asupan garam minimal. Apabila
asupan garam kurang dari 3 gram perhari, prevalensi hipertensi
beberapa saja, sedangkan apabila asupan garam antara 5 – 15
gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15 –
20%.

5. Patofisiologi
Hipertensi disebabkan oleh banyak faktor penyebab seperti
penyempitan arteri renalis atau penyakit parenkim ginjal, berbagai
obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan. Gangguan emosi,
obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, rangsangan kopi yang
berlebihan, tembakau dan obat-obatan dan faktor keturunan, faktor
umur. Faktor penyebab diatas dapat berpengaruh pada sistem saraf
simpatis. Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medula diotak. Dari
pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis ditoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem jarak simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Pada saat bersamaan sistem
saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi kelenjar adrenal terangsang, vasokonstriksi bertambah. Medula
adrenal mensekresi epinofrin menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid yang memperkuat respons
vasokontriksi dan mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal
merangsang pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I dan diubah menjadi angiotensin II yang mengakibatkan
retensi natrium dan air yang menimbulkan odema. Vasokontriksi
pembuluh darah juga mengakibatkan peningkatan tahanan perifer,
meningkatnya tekanan arteri juga meningkatkan aliran balik darah
vena ke jantung dalam keadaan ini tubuh akan berkompensasi untuk
meningkatkan curah jantung mengalami penurunan. Hal ini
mempengaruhi suplai O2 miokardium berkurang yang menimbulkan
manifestasi klinis cianosis, nyeri dada/ angina, sesak dan juga
mempengaruhi suplai O2 ke otak sehingga timbul spasme otot
sehingga timbul keluhan nyeri kepala/pusing, sakit pada leher.
Tingginya tekanan darah yang terlalu lama akan merusak pembuluh
darah diseluruh tubuh seperti pada mata menimbulkan gangguan pada
penglihatan, jantung, ginjal dan otak karena jantung dipaksa
meningkatkan beban kerja saat memompa melawan tingginya tekanan
darah. Diotak tekanan darah tinggi akan meningkatkan tekanan intra
kranial yang menimbulkan manifestasi klinis penurunan kesadaran,
pusing, dan gangguan pada penglihatan kadang-kadang sampai
menimbulkan kelumpuhan.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

6. Manifestasi Klinis
Biasanya Hipertensi tanpa gejala atau tanda- tanda peringatan untuk
hipertensi dan sering disebut “silent killer” (Udjianti, 2010).
Sebagian besar manifestasi klinis terjadi setelah mengalami hipertensi
bertahun- tahun, dan berupa:
a. Sakit kepala saat terjaga, kadang- kadang disertai mual dan
muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina
c. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat
d. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal
e. Edema dependent dan peningkatan akibat tekanan kapiler
f. Palpitasi
g. Keringat berlebihan
h. Tremor otot
i. Nyeri dada
j. Epistaksis
k. Tinnitus (telinga berdenging)
l. Kesulitan tidur (Udjianti, 2010).

7. Klasifikasi
a. The Joint National Committee on Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru
yaitu : (Smeltzer, 2001)

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *

Kategori Sistolik Diastolik


(mmhg) (mmhg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi †
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180- 209 110-119
Stadium 4 ( sangat berat) ≥210 ≥120
b. Klasifikasi Hipertensi berdasarkan level tekanan darah (Guyton
dan Hall, 1997 dalam Udjianti, 2010)

Tekanan Darah Sistolik dan


Diastolik
(SBP dan DBP)
Normotensi <140 SBP dan <90 DBP
Hipertensi Ringan 140 – 180 SBP/ 90 – 105 DBP
Subgroup : garis batas 140 – 160 SBP / 90 – 105 DBP
Subgroup : garis batas 140 – 160 SBP dan <90 DBP
Hipertensi sedang dan berat >140 SBP atau >105 DBP
Hipertensi Sistolik terisolasi >140 SBP dan <90 DBP

c. Klasifikasi Hipertensi berdasarkan Penyebab


1) Hipertensi Esensial / Hipertensi Primer.
Hipertensi primer merupakan 90 % dari seluruh kasus
Hipertensi adalah Hipertensi Esensial yang di definisikan
sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui
penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi esensial sebagai berikut:
a) Genetik: Individu yang mempunyai riwayat keluarga
dengan hipertensi, berisiko tinggi mendapatkan penyakit
ini.
b) Jenis kelamin dan usia: Laki- laki berusia 35 – 50 tahun dan
wanita pasca menoupause berisiko tinggi mengalami
hipertensi.
c) Diet: Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara
langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
d) Berat badan: Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya Hipertensi.
e) Gaya Hidup : Merokok dan konsumsi alkohol dapat
meningkatkan tekanan darah, bila gaya hidup menetap.
2) Hipertensi Sekunder
Merupakan 10 % dari seluruh kasus hipertensi adalah
hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya
seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus
munculnya hipertensi sekunder antara lain: Penggunaan
kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik (tumor otak,
ensefalitis, gangguan psikiatris), peningkatan volume
intravaskular, stress (Udjiati, 2010)

8. Komplikasi
a. Stroke
Dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi
berkurang. Arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma.
b. Infark Miokard
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah.
Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga,
hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran
listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia
jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan.
c. Gagal Ginjal
Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran
darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan
dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya
membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan
edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.
d. Ensefalopati (kerusakan otak)
Terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat
cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan
ini menyebabakan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-
neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
e. Kejang
Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir
mungkin memiliki berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi
plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia
dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum
proses persalinan (Corwin, 2009)

9. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Hitung darah lengkap (complete blood cells count) meliputi
pemeriksaan Hemoglobin, Hematrokit untk menilai viskositas dan
indikator faktor resiko seperti Hiperkoagulabilitas, anemia.
b. Kimia Darah
1) BUN , Kreatin: peningkatan kadar menandakan penurunan
perfusi atau faal renal
2) Serum Glukosa: hiperglisemia (diabetes melitus adalah
presipitator hipertensi) akibat dari peningkatan kadar
katekolamin.
3) Kadar kolesterol atau trigliserida: peningakatan kadar
mengindikasikan predisposisi pembentukan plaque
atheromatus.
4) Kadar serum aldosteron : menilai adanya aldosteronisme
primer.
5) Studi tiroid (T3 dan T4): menilai adanya hipertiroidisme yang
berkontribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi.
6) Asam urat : hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko
hipertensi.
c. Elektrolit
1) Serum Potasium atau Kalium (hipokalemia mengindikasikan
adanya aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik)
2) Serum Kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap
hipertensi .
d. Urine
1) Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine
mengindikasikan disfungsi renal atau diabetes
2) Urine VMA (catecholamine metabolite): peningkatan kadar
mengindikasikan adanya pheochromacytoma
3) Steroid urine : peningkatan kadar mengindikasikan
hiperadrenalisme, pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary ,
Sindrom Chusing’s; kadar renin juga meningkat.
e. Radiologi
1) Intra Venous Pyelografi (IVP) : mengidentifikasi penyebab
hipertensi seperti renal pharenchymal disease, urolithiasis ,
benign prostate hyperplasia (BPH).
2) Rontgen toraks: menilai adanya kalsifikasi obstruktif katup
jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.
f. EKG
Menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi
atau disritmia. (Udjiati, 2010)

10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
1) Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat
dan atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal
jantung dan bisa memperbaiki keadaan LVH. Beberapa diet
yang dianjurkan antara lain:
a) Rendah garam,
Beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan
pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi
system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi
sebagai anti hipertensi. Jumlah intake sodium yang
dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram
garam per hari.
b) Diet tinggi potassium
Dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya
belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh
nitric oxide pada dinding vascular.
c) Diet kaya buah dan sayur.
d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.
e) Tidak mengkomsumsi Alkohol.
2) Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan
jantung. Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan
fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi
katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit
sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk
menurunkan tekanan darah.
3) Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas
berhubungan dengan kejadian hipertensi dan LVH. Jadi
penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk
menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan
(1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan
dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian
khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual
bebas mengandung simpatomimetik, sehingga dapat
meningkatan tekanan darah, memperburuk angina atau gejala
gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia.
4) Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik,
dan MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah atau
menggunakannya dengan obat antihipertensi.
5) Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging.

b. Penatalaksanaan Farmakologis
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter
Ahli Hipertensi (Joint National Comittee on Detection, Evaluation
and Treatment of High Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan
bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang
ada pada penderita.

Penatalaksanaan farmakologis meliputi :

1) Diuretika
a) Tiazid : obat yang paling sering digunakan dan salah satu
obat golongan ini yang paling luas diteliti. Secara
tradisional, diuretika tiazid membentuk dasar sebagian besar
program terapeutik yang dibentuk untuk menurunkan
tekanan arteri dan biasanya efektif dalam 3-4 hari.
Selanjutnya obat ini ditujukan untuk mengurangi mortalitas
dan morbiditas dalam uji klinis jangka panjang. Contoh
diuretik tiazid yaitu hidroklorotiazida.
b) Diuretik yang bekerja pada angsa henle tubulus yang lebih
poten seperti furosemid dan bumetanid juga ditujukan
sebagai antihipertensi tetapi penggunaanya kurang luas
karena lama kerjanya yang lebih pendek.
c) Diuretik Hemat Kalium
Terdapat 3 jenis diuretik kalium yaitu Spironolakton,
Triamteren dan Amilorid. Ketiga diuretika hemat kalium ini
dapat diberikan bersamaan dengan diuretika tiazid untuk
mengurangi kehilangan kalium ginjal.

2) Obat anti – adrenergik


Obat ini bertindak pada satu tempat atau lebih secara sentral
pada pusat vasomotor, pada neuron perifer mengubah
pelepasan katekolamin, atau dengan menghambat tempat
reseptor adrenergik pada jaringan target. Obat yang tampaknya
mempunyai kerja sentral lebih menonjol adalah klonidin,
metildopa, guanabenz, dan guanfasin. Kelompok obat anti-
adrenergik lain adalah obat penghambat ganglionik, yang
mempunyai sedikit efek jika pasien berbaring terlentang tetapi
mencegah refleks vasokontriksi pada posisi berdiri.

3) Vasodilator
a) Hidralazin, obat yang paling serba guna yang menyebabkan
relaksasi langsung otot polos vaskuler, obat ini efektif baik
secara oral maupun parenteralm, terutama bekerja pada
resistensi arteri dibandingkan kapasitas pembuluh vena.
b) Minoxidil, penggunaannya terbatas terutama pada pasien
dengan hipertensi berat dan insufisiensi renal
c) Diazoksid, derivat tiazid, terbatas penggunaannya pada
keadaan akut. Obat ini harus diberikan dengan cepat secara
intravena untuk menjamin efeknya. Obat ini segera bekerja
menurunkan tekanan darah, dan efeknya berakhir selama
beberapa jam.
d) Nitroprusid, diberikan secara intravena juga bekerja sebagai
vasodilator langsung, dengan mulai dan berhenti kerjanya
yang hampir segera.

4) Inhibitor enzim pengubah angiotensin (ACE, angiotensin


converting enzim)
Obat ini meliputi klonidin, reserpin, metil-dopa, dan
penghambat beta. Obat ini berguna karena tidak hanya
menghambat pembentukan vasokontriktor poten (angiotensin
I) tetapi juga memperlambat degradasi vasodilator poten
(bradikinin), mengubah produksi prostaglandin, dan dapat
mengubah aktivitas sistem adrenergik

5) Antagonis saluran Kalsium


Obat ini mengubah jalan masuk kalsium ke dalam sel dengan
menghambat aliran atau saluran kalsium yang tergantung
voltase. Antagonis kalsium juga berguna pada angina pektoris
karena kerja inotrofik negatifnya, obat- obat ini sebaiknya
digunakan dengan hati- hati pada pasien hipertensi dengan
gagal ginjal. Contoh obat ini seperti Nifedipin, Amlodipin,
Diltiazem. (Harrison, 2000)

c. Follow Up untuk mempertahankan terapi


Untuk mempertahankan terapi jangka panjang
memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan
petugas kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
a) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil
pengukuran tekanan darahnya
b) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai
mengenai tekanan darahnya
c) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat
sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan
morbiditas dan mortilitas
d) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan
tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya,
tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur
memakai alat tensimeter
e) Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan
lebih dahulu
f) Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara
hidup penderita
g) Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
h) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila
penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di
rumah
i) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi
misal 1 x sehari atau 2 x sehari
j) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti
hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin
terjadi
k) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi
dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping
minimal dan efektifitas maksimal
l) Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
m)Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan
lebih sering
n) Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang
ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan
maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang
pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

11. Prognosis
Pasien yang menderita hipertensi mempunyai harapan hidup sebanyak
50 %. Tetapi bila ditangani secara tidak benar pasien tersebut akan
mempunyai prognosis yang jelek (menyebabkan kematian).

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

1. Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi pengkajian mengenai nama, tempat/tanggal
lahir klien, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, golongan darah,
agama, status perkawinan klien, alamat, jenis kelamin, orang yang
paling dekat dengan klien atau yang bertanggung jawab, hubungan
orang tersebut dengan klien, alamat dan jenis kelamin orang
tersebut.
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama
Keluhan penderita hipertensi biasanya seperti sakit kepala,
fatigue, lemah dan sulit bernapas. Temuan fisik meliputi
peningkatan frekuensi denyut jantung, disritmia dan takipnea.
2) Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah
kesehatan
3) Derajat keseluruhan fungsi relative terhadap masalah
kesehatan dan diagnose medis.
4) Alasan masuk panti (jika dipanti) :
a) Obat-obatan
Nama dan dosis obat yang diberikan, waktu dan cara
penggunaan
b) Status imunisasi
Tanggal terbaru imunisasi tetanus, difteria, dll
c) Alergi (catat agen dan reaksi spesifik)
d) Penyakit yang diderita
e) Nutrisi
Diet yang diberikan, riwayat peningkatan dan penurunan
BB, masalah dalam pemenuhan nutrisi, kebiasaan, pola
makan.

c. Status kesehatan masa lalu


Penyakit pada masa kanak-kanak, penyakit serius atau kronik yang
pernah dialami, trauma, perawatan dirumahsakit (alasan, tanggal,
tempat, durasi), operasi yang pernah dijalani (jenis, tanggal,
tempat, alasan, hasil), riwayat obstetric, ada/ tidaknya riwayat
hipertensi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat hipertensi dalam keluarga
e. Riwayat pekerjaan
Mengkaji mengenai status pekerjaan saat ini, pekerjaan
sebelumnya, sumber-sumber pendapatan, dan kecukupan terhadap
kebutuhan, jarak tempat kerja dari rumah, dan alat transportasi
yang digunakan untuk bekerja.
f. Riwayat lingkungan hidup
Type tempat tinggal/panti, jumlah kamar, jumlah orang yang
tinggal di dalam rumah/panti, derajat privasi, tetangga terdekat,
kondisi rumah/panti, nomor telepon rumah/panti.
g. Riwayat rekreasi
Mengkaji tentang hobby/minat, keanggotaan organisasi, liburan
perjalanan, kegiatan dirumah/panti.
h. Sumber/system pendukung yang digunakan
Mengkaji tentang dokter/fisioterapi yang pernah dikunjungi, rumah
sakit, klinik, yankes lain yang pernah dikunjungi, pernah tidaknya
di opname, jarak pelayanan kesehatan dari rumah panti, bagaimana
perawatan sehari-hari dirumah/panti.
i. Kebiasaan ritual
Mengkaji tentang agama, kebiasaan ibadah, kepercayaan.
j. Tinjauan sistem
1) Sistem Endokrin
Biasanya penderita hipertensi mengalami disfungsi medula
adrenal atau korteks adrenal yang dapat menyebabkan hipertensi
sekunder.
2) Sistem Kardiovaskuler
Melaporkan peningkatan tekanan darah, angina, sakit kepala
hebat di oksipital, takikardi, distritmia, palpitasi, sesak nafas,
dispnea pada aktivitas, murmur, edema, frekuensi denyut
jantung, tekanan darah meningkat, penyakit jantung koroner/
katup.
3) Sistem Pernapasan
Mengeluh sesak napas saat aktivitas, takipnea, orthopnea, PND,
batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok. Temuan
fisik meliputi penggunaan otot bantu napas, terdengar suara
tambahan (ronkhi, wheezing)
4) Sistem Pencernaan
Riwayat mengonsumsi makanan tinggi lemak atau kolesterol,
tinggi garam, dan tinggi kalori, riwayat penggunaan diuretik.
Temuan fisik meliputi berat badan normal atau obesitas, edema,
dan glikosuria (riwayat diabetes melitus)
5) Sistem Perkemihan
Riwayat penyakit ginjal (obstruksi atau infeksi). Temuan fisik
seperti produksi urine <50 ml/jam atau oliguri.
6) Sistem Integument
Biasanya ditemukan warna kulit pucat, suhu kulit dingin,
pengisian kapiler lambat (>2 detik), sianosis, diaforesis atau
flushing, kemerahan (feokromositoma) dan keringat yang
berlebih.
7) Sistem Muskuloskeletal
Biasanya penderita hipertensi mengalami kelemahan dan cepat
letih.
8) Sistem Persarafan/ Neuro
Biasanya penderita hipertensi melaporkan adanya serangan
pusing/ pening, sakit kepala berdenyut di suboksipital, episode
mati rasa, penurunan refleks tendon. Status mental: perubahan
keterjagaan, orientasi, pola/ isi bicara, afek, proses pikir, atau
memori (ingatan).
9) Sistem Pengindraan
Biasanya didapatkan data gangguan visual seperti diplopia-
pandangan ganda/kabur dan episode epitaksis. Fundus optik:
pemeriksaan retina dapat ditemukan penyempitan atau sklerosis
arteri, edema atau papiledema (eksudat atau hemoragi)
tergantung derajat dan lamanya hipertensi.
10) Sistem Reproduksi
Biasanya didapatkan data impoten pada pria, dan penurunan
libido pada wanita
k. Pengkajian psikososial dan spiritual
1) Pengkajian psikososial
Pengkajian ini menjelaskan kemampuan lansia tentang: sosialisasi
lansia pada saat sekarang; sikap pada orang lain; harapan dalam
bersosialisasi. Pengkajian ini dilakukan dengan cara:
a) Pertanyaan tahap 1:
(1) Apakah klien mengalami kesulitan tidur
(2) Apakah klien sering merasa gelisah
(3) Apakah klien sering murung da menangis sendiri
(4) Apakah klien sering was-was atau khawatir
Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2, jika ≥1 jawaban “YA”
b) Pertanyaan tahap 2 :
(1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam
sebulan
(2) Ada atau banyak fikiran
(3) Ada gangguan atau masalah dengan keluarga lain
(4) Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter
(5) Cendrung mengurung diri
Bila jawaban ≥1 jawaban “YA” berarti terjadi MASALAH
EMOSIONAL (MASALAH EMOSIONAL POSITIF).
2) Pengkajian spiritual
Mengkaji tentang :
a) Agama
b) Kegiatan keagamaan
c) Konsep/ keyakinan klien tentang kematian
d) Harapan-harapan klien

2. Diagnosa Keperawatan

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan


afterload

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma)


c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen

3. Rencana Keperawatan/ Intervensi


 Diagnosa 1 : Penurunan curah jantung b/d perubahan afterload
 Intervensi :
Perawatan jantung
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
(meliputi dyspnea,kelelahan,edema,ortopnea,paroxysmal
nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
- Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung
(meliputi peningkatan berat badan, hepatomegaly, distensi vena
jugularis, palpitasi, rokhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat).
- Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika
perlu)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor berat badan setiap hari pada aktu yang sama
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi radiasi,
durasi, presivitasi yang mengurangi nyeri
- Monitor EKG 12 sadapan
- Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
- Monitor nilai laboratorium jantung (mis. Elektrolit, enzim
jantung, BNP, NTpro-BNP)
- Monitor fungsi alat pacu jantung
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah
aktivitas
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian
obat (mis. Beta blocker, inhibitor, calcium,channel blocker,
digoksin)
Terapeutik
- Posisikan pasien semi-flower atau floer dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman
- Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein,
natrium, kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
- Gunakan stocking elastis atau pneumatic intermiten, sesuai
indikasi
- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika perlu
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
- Anjurkan pasien dan keluarga mengukur intake cairan harian
Kolaborasi
- Kolaborasi pembeerian antiaritmia, jika perlu
Rujuk ke program rehabilitasi jantung
 Diagnose 2 : Intoleransi aktivitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
 Intervensi :
Manajemen energy
Tindakan :
Observasi
- `identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamananselama melakukan aktivitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
(mis.cahay,suara,kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi dudduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan

Pemantauan tanda vital


Tindakan :
Observasi
- Monitor tekanan darah
- Monitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
- Monitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor oksimetri nadi
- Monitor tekanan nadi (selisih TDS dan TDD)
- Identifikasi penyebab perubshsn tanda vital
Terapeutik
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi paisen
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Identifikasi hasil pemantauan, jika perlu

 Diagnose 3 : Nyeri akut b/d agen pencedera fisik (trauma)


 Intervensi :
Manajemen nyeri
Tindakan :
Observasi
- identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- identifikasi skala nyeri
- identifikasi respon nyeri non verbal
- identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS,hypnosis,akupresur, terapi music, biofeedback, tarpi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
- fasilitasi istrahat dan tidur
- pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- jelaksn strategi meredakan nyeri
- anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Perawatan kenyamanan
Tindakan
Observasi
- identigfikasi gejala yang tidak menyenangkan (mis, mual, nyeri, gatal,
sesak)
- identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan perasaannya
- identifikasi masalah emosional dan spiritual
Terapeutik
- berikan posisi yang nyaman
- berikan kompres dingin atau hangat
- ciptakan lingkungan yang nyaman
- berikan pemijatan
- berikan terapi akupresur’berikan terapi hypnosis
- dukung keluarga dan pengasuh terlibat dalam terapi/pengobatan
- diskusikan menganai situasi dan pilihan terapi/pengobatan yang
diinginkan
Edukasi
- jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi/pengobatan
- ajarkan terapi relaksasi
- ajarkan latihan pernapasan
- ajarkan teknik distraksi dan imajinasi terbimbing
Kolaborasi
kolaborasi pemberian analgesic, antipruritus, antihistamin, jika perlu

1. Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai intervensi


2. Evaluasi
a. Diagnosa 1: Curah jantung kembali normal
b. Diagnosa 2: Nyeri klien berkurang/ teratasi
c. Diagnosa 3: Dapat melakukan aktivitas sesuai batas intoleransinya

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Nur Meity Sulistia. 2007. Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik.
Edisi 2. Jakarta: EGC
Corwin,Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3.Jakarta:EGC
Doengoes, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C .2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler.Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:
Sagung Seto
Price, Sylvia A.2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses- proses Penyakit.
Edisi 6. Volume 1.Jakarta: EGC
Santosa Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner &
Suddarth. Edisi 8 Volume 2.Jakarta: EGC
Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba
Medika
http://jurnalmedika.com/component/content/article/143-hipertensi-primer-
patofisiologi-dan-tata-laksana-klinis (diakses tanggal 16 Mei 2012)
http://siswa.univpancasila.ac.id/yoland08/2011/01/12/patofisiologi-hipertensi/
(diakses tanggal 16 Mei 2012)
PPNI. 2018. Standar diagnosis keperawatan Indonesia : definisi dan

indikator diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan Indonesia : definisi dan tindakan

keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai