Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

X USIA 54 TAHUN
DENGAN SIROSIS HEPATIS DI RUANG IPD
RS. BANDUNG KIWARI

Dosen pengampu :

Disusun Oleh :

YULINDAWATI 402022098

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.X USIA 54 TAHUN
DENGAN SIROSIS HEPATIS DI RUANG IPD
RS BANDUNG KIWARI

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien

Nama Pasien : Tn. X


Tanggal Lahir : 07 Januari 1968
Usia ; 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Bandung
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Status marital : Kawin
Nomor RM : 078910
Diagnosa Medis : Sirosis Hepatis+Melena

Tanggal Pengkajian : 20 September 2022 jam 14.00


Tanggal Masuk RS : 17 September 2022 jam 11.00

2. Identitas Penanggung Jawab Pasien

Nama : Ny. Y
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan Pasien : Istri
Alamat : Sda
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Nyeri ulu hati
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
 Kronologis Pasien Masuk Rumah sakit
Pada tanggal 17 September 2022 jam 11.00, Pasien masuk IGD
RSBK dengan keluhan kondisi perut membesar yang disertai sesak.
sesak dirasakan sejak 1,5 bulan yang lalu dan sedikit hilang dengan
posisi duduk. Pasien mengatakan perut mulai membesar sejak 2
bulan yang lalu disertai mual muntah. Lima bulan yang lalu pasien
dirawat karena penyakit kuning. Pasien memiliki riwayat konsumsi
alcohol dari usia muda dan pernah dirawat karena gastritis.. Keluhan
nyeri juga disertai keluhan mual yang dirasakan hilang timbul
namun dirasakan sepanjang hari, dan muntah yang biasanya terjadi
setelah makan. Keluhan mual dan muntah ini membuat pasien
menjadi malas makan (tidak nafsu makan). Pasien juga mengeluh
lemas sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan lemas
dikatakan dirasakan terus menerus dan tidak menghilang walaupun
pasien telah beristirahat. Keluhan ini dikatakan dirasakan di seluruh
bagian tubuh dan semakin memberat dari hari ke hari hingga
akhirnya 6 hari sebelum masuk rumah sakit pasien tidak bisa
melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu, pasien juga mengeluh
adanya bengkak pada kedua kaki sejak 6 minggu sebelum masuk
rumah sakit yang membuat pasien susah berjalan. Pasien
mengatakan bahwa buang air besarnya berwarna hitam seperti
dempul dengan konsistensi sedikit lunak sejak 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Buang air kecil dikatakan berwarna seperti teh
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga
mengatakan bahwa kedua matanya berwarna kuning sejak 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit.
 Riwayat Saat dilakukan Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian tanggal 20 September 2022 jam 14.00
Pasien mengeluh nyeri ulu hati terasa terus menerus, skala nyeri 3
(0-5), nyeri seperti ditusuk benda tajam. Pasien merasakan mual jika
makan sehingga membuat pasien malas makan dan merasa badan
lemas hal ini membuat pasien tidak dapat beraktivitas. Muntah dan
disertai sedikit darah juga dialami pasien. Pasien juga mengatakan
kedua kakinya bengkak sejak 1 minggu yang lalu, hal ini membuat
pasien susah berjalan. Selain itu pasien mengakatakan BAB nya
berwarna seperti dempul dengan konsistensi lunak dan BAK nya
berwarna kuning seperti teh. Frekuensi BAK 5-6 kali sehari,
sebanyak 1 /4 gelas setiap BAK nya. Kesadaran Compos mentis,
tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 95x per menit, respirasi 26x per
menit, suhu axilla 37,2 oC.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Klien mengatakan Lima bulan yang lalu pernah dirawat karena penyakit
kuning. Pasien memiliki riwayat konsumsi alcohol dari usia muda dan
pernah dirawat karena gastritis. Klien tidak memiliki riwayat penyakit
jantung, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit menular lainnya
seperti hepatitis, TBC. Klien tidak memiliki alergi terhadap makanan
maupun obat-obatan.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Di keluarga tidak ada yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien.

4. Riwayat Psikososial Spiritual


a. Data Psikologis
Pasien seorang kepala keluarga, pasien dan keluarga belum tahu tentang
penyakit yang dialaminya. Pasien tampak tenang dengan kondisi asites
yang belum membaik (perut yang masih tegang) tapi pasien masih bisa
diajak berkomunikasi secara kooperatif.

b. Data Sosial
Pasien jarang aktif di kegiatan sosial, karena pasien adalah seorang
petani. Selama di rumah sakit pasien mendapat dukungan dari istri dan
anaknya dan secara ekonomi pasien mengalami kesulitan terkait
pengobatan karena pasien mempunyai BPJS.

c. Data Spiritual (Praktik Ibadah Di Rumah, Praktik Ibadah Di Rumah


Sakit, Hubungan Kesehatan Dan Spiritual, Konsep Ketuhanan, Makna
Hidup, Support Sistem Dan Dukungan, Sumber Harapan Dan Kekuatan)
Pasien beragama Islam, selama sakit pasien menjalankan ibadah Berdoa.
Pasien rutin mengikuti acara keagamaan, pasien merasa sakit yang
dialaminya adalah ujian, pasien tampak bingung dengan kondisi
penyakitnya. Pasien masih berharap sakitnya bisa sembuh.

5. Riwayat Activity Daily Living (ADL)

No Kebiasaan di rumah di rumah sakit


1 Nutrisi
Makan
 Jenis  Bubur nasi  Diet cair
 Frekuensi  3x/hari  6x/ hari
 Porsi  3-5 sendok  ½ gelas
 Keluhan  mual dan muntah  Makan cepat kenyang
setelah makan, mual
muntah masih ada
Minum
 Jenis  Air putih,  Air putih
 Frekuensi  3 gelas/hari  2 gelas/ hari
 Jumlah (cc)  450-500 cc kurang lebih  500 cc
 Keluhan  Mual dan muntah terjadi  Mual dan muntah terjadi
setelah makan setelah makan
2 Eliminasi
BAB
 Frekuensi  2 x/hari  2x/hari
 Warna  hitam seperti aspal  Seperti dempul
 Konsistensi  sedikit lunak  lunak
 Keluhan  Tidak Ada  Tidak Ada
BAK
 Frekuensi  4-5x/hari  5-6x/hari
 Warna  Kuning pekat  Kuning seperti teh
 Jumlah (cc)  100cc/sekali BAK  ¼ gelas sekali BAK
 Keluhan  Tidak ada  Tidak ada
3 Istirahat dan tidur
 Waktu tidur  Jam 21.00-05.00
o Malam,  Jam 00.00-04.00
pukul  Tidak tentu  Tidak tentu
o Siang, pukul  1-2 jam  1-2 jam
 Lamanya  Pasen mengeluh gelisah dan  Pasen mengeluh gelisah dan
 Keluhan susah tidur di waktu malam susah tidur di waktu malam.

4 Kebiasaan diri
 Mandi  2x/hari  1x/hari
 Perawatan  1x/minggu  Tidak tentu
rambut  1x/minggu  Tidak tentu
 Perawatan kuku  Tidak tentu  1x/hari
 Perawatan gigi  Sebagian dibantu istri  Dibantu istri
 Ketergantungan  Pasien tidak bisa bebas  Pasien tidak bisa bebas
 Keluhan beraktivitas karena asites beraktivitas karena asites

6. Pengkajian Risiko Jatuh


No Riwayat Risiko Jatuh MORSE
1 Riwayat Jatuh Kurang dari 3 bulan 25
Tidak ada atau 3 bulan 0
2 Kondisi Kesehatan > 1 diagnosa penyakit 15
< 1 diagnosa penyakit 0
3 Hambatan Ambulansi Perabot 30
Tongkat / penopang 15
Tidak ada / tirah baring 0
4 Terapi IV Terapi IV terus menerus 20
5 Anti Koagulan Tidak ada 0
6 Gaya Berjalan Kerusakan / terganggu 20
Lemah 10
Normal / tirah baring 0
7 Status Mental Lupa keterbatasan 15
Sadar kemampuan sendiri 0
SKOR 0 – 24 25 – 45 > 45
RISIKO Rendah Sedang Tinggi Jumlah 60

7. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum : Sakit sedang dan lemah
Kesadaran : Compos Mentis GCS 15 (E 4 M 6 V 5)
Tanda-tanda vital : TD = 100/80 mmHg
HR = 92 kali/menit
RR = 26 kali/menit
S = 37.2 OC
Status Antopometri : BB = 56 kg
TB = 160cm
Lila = 15,5 cm ( LILA <18,5 cm= Underweight)
b. Data Pemeriksaan fisik sistem endokrin
1) Kepala dan leher
Kebersihan kulit kepala bersih, rambut bersih, kedua mata simetris, pupil
isokor, sklera ikterik. Konjuctiva anemis,tidak ada nyeri tekan di bola mata,
tidak ada edema periorbitas. Passage hidung lancar, masih bisa membedakan
rasa di lidah dan aroma hidung, tidak terdapat nyeri sinus, tidak ada
kesulitan menelan dan mengunyah, mukosa bibir kering, fungsi pendengaran
masih terdengar normal dan tidak ada nyeri di area telinga, kebersihan
telinga bersih. Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, kelenjar tiroid tidak
teraba, JPV 5+2 cm.
2) Dada anterior
Dada anterior tidak ada lesi, spider nevi (+) pengembangan paru simetris,
fremitus tactile +/+, perkusi resonan di intercosta kanan dulness di ICS 2-
IC5 kiri. Tidak ada pembesaran batas jantung, suara napas
vesikuler ,terdengar bunyi jantung S1 dan S2, bunyi jantung tambahan (-).
Pada pemeriksaan dada terdapat ginekomastia.
3) Dada posterior
Postur tubuh kifosis, perkusi paru terdengar resonan, suara napas vesikuler
di seluruh lapang paru.
4) Abdomen
Cembung, lembut, dari palpasi didapatkan hepar dan lien sulit dinilai, Bising
usus aktif , distensi abdomen (+), tidak ada lesi, shiffting dullness (+), nyeri
tekan pada regio epigastrium dan hipokondrium. Undulasi saat perkusi (+),
traube space redup. Muntah dan disertai sedikit darah (+)
5) Genital
tidak ada hemoroid, tidak ada keluhan gatal, dysuria (-).
6) Ekstremitas atas
Tidak ada lesi, edema (-). Terpasang IV Line di tangan kiri hari ke 2, CRT <
3 detik. ROM (+) , refleks bisep +/+, refleks trisep +/+. Kekuatan otot
5 5,liver nail (+)
7) Esktremitas bawah
Tidak ada lesi, pitting edema di kedua ekstremitas (++) , kekuatan otot otot
5 5, liver nail (+)

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi

tidak terkaji

b. EKG

Tidak terkaji

c. Endoscopy

tidak terkaji

d. USG Abdomen

Hepar : Bentuk dan ukuran mengecil, tepi tajam, permukaan tidak rata, parenkim
kasar homogen
e. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil
Jenis Pemeriksaan Nilai rujukan
1-11-2020
Hemoglobin 12,3 - 15,3 g/dl 10 g/dl
Hematokrit 36 - 45 % -
Lekosit 4,4 - 1,3 10^3/uL -
Trombosit 150 - 450 ribu/uL -
PT 9,1 - 13,1 detik -
INR 0,8 - 1,2 -
APTT 14,2 - 34,2 detik -
Glukosa Sewaktu <140 mg/dl -
AST (SGOT) 15 - 37 u/L ↑50
ALT (SGPT) 14 - 59 u/L ↑56
Bilirubin Total 0,100 - 1.000 mg/dl -
Bilirubin Direk 0,100 – 0,300 mg/dl -
Bilirubin Indirek 0,200 – 0,800 mg/dl -
Protein total 6,4-8,2 g/dL -
Globulin - -
Albumin 3,4-5,0 g/dL 3,0 g/dl
Ureum/BUN 5-39 mg/dl ↑63,5
Kreatinin 0,6-1,2 mg/dl ↑1,49
Natrium 125
Kalium 3,3
HbSag Nonreaktif positif
Anti HCV Nonreaktif -

f. Program Terapi

Nama obat Cara pemberian Dosis Jam pemberian


Dex 5% IV 500 cc/8jam 06.00-14.00
ranitidine IV 2x1 amp 08.00-20.00
furosemide IV 450 mg 22.00
curcuma PO 3x1 tab 08.00 -16.00-24.00
ceftriaxone IV 1x2gram 08.00
metronidazole IV 3x500mg 08.00-16.00-24.00

B. ANALISA DATA
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: Inflamasi liver Nyeri akut
- klien mengatakan
merasa gelisah dan Nekrosis
susah tidur
Pembentukan fibrosisi
- klien mengeluh mual
- klien mengeluh lemas Disfungsi hati
dan lelah terus
menerus Pelepasan mediator nyeri (histamin, bradikinin,
- nyeri ulu hati sejak 1 prostaglandin, serotinin, ion kalsium)
bulan SMRS dan
dirasakan terus Merangsang nosiseptor (reseptor nyeri)
menerus
- perut dirasakan Dihantarkan serabut tipe α δ
semakin tegang Serabut tipe C
- nyeri ulu hati
Medulla spinalis
dirasakan seperti
ditusuk-tusuk Sistem aktivasi retikular
- pasien mengeluh
gelisah Hipothalamus dan sistem limbik
- pasien mengeluh
tidak bisa tidur Otak
(korteks somatosensorik)
- klien mengeluh tidak
nafsu makan Persepsi nyeri

DO :
- Pasien tampak
meringis kesakitan
- pasien tampak gelisah
- Nadi=95x/menit
- TD=100/80 mmHg
- klien tidak nafsu
makan
- RR= 26x/menit
- VAS= 3/5 di daerah
epigastrium
2 DS: Disfungsi hati Hipervolemia
- Klien mengatakan
Distorsipercabangan Gg.metabolisme
perutnya membesar
Pembuluh darah protein
- klien mengatakan
hepaticDan gangguan
bengkak pada kedua
vena hepatica Hipoalbuminemia
kaki
- klien mengeluh perut
peningkatan resistensi Gg osmotic,
terasa begah dan bila
aliran darah melalui protein,plasma
tidur terlentang terasa
hati
sesak.
DO: penurunan aliran darah penurunan
- Perut ascites keluar melalui vena sekresi hepatica
- pitting edema albumin
ekstremitas bawah (+
+) beban system vena Retensi cairan
- Hb = 10 g/dl porta meningkat
- Albumin = 3 g/dl
hasil USG abdomen : Hipertensi portal
“pengecilan hepar
dengan
splenomegali sesuai Ascites
dengan gambaran
sirosis hepatis, Hipervolemia
ascites,dan curiga
nefritis bilateral”
- RR= 26x/ menit
- BAK 5-6x/hari (1/4
gelas/BAK)
- Na+ 125 mmol/L,
- kalium 3,3 mmol/L.
- Kreatinin 1,49 mg/dl
3 DS: Disfungsi hati Defisit nutrisi
- Pasien mengeluh
nyeri ulu hati Gangguan metabolisme protein
- klien mengeluh
mual hilang timbul Hipoalbuminemia
namun terus
menerus sepanjang Gangguan metabolisme lemak
hari
- klien mengeluh Pembentukan trigliserida secara
muntah yang biasa
berlebih
terjadi setelah
makan
- klien mengatakan
malas makan (tidak Oksidasi asam lemak menurun
nafsu makan)
- klien mengeluh Deficit nutrisi
lemas

DO:
- albumin= 3,0 g/dl
- SGOT= 50 u/L
- SGPT=56 u/L

4 DS: Disfungsi hati Resiko Perfusi


- klien datang ke RS
Distorsi percabangan pembuluh darah Gastrointestinal
mengeluh BAB
hepatic dan gang vena hepatica
berwarna hitam Tidak efektif
seperti dempul Peningkatan resistensi aliran darah melalui
- klien mengatakan hati
Muntah dan disertai
sedikit darah Penurunan aliran darah keluar melalui
vena hepatica
DO:
- Hb= 10 gr/dl Beban system vena porta meningkat
- konjungtiva anemis Hipertensi portal
- CRT <3”
Hasil USG Abdomen Peningkatan tekanan darah esophagus dan
menunjukan: Hepar : lambung
Bentuk dan ukutan
mengecil, tepi tajam, Varises esophagus
permukaan tidak rata, Rupture mukosa esophagus
parenkim kasar
homogen Resiko Perfusi Gastrointestinal Tidak
efektif
5 DS: Sirosis hepatis Keletihan
- Klien mengeluh ↓
lemas yang terus Gangguan metabolisme karbohidrat dan
menerus dan tidak lemak
menghilang ↓
walaupun pasien Penyimpanan glikogen menurun
telah beristirahat ↓
- klien mengatakan Intake kurang
seluruh tubuh dirasa ↓
semakin memberat Sel kekurangan energy
setiap hari ↓
- klien mengatakan Keletihan
tidak bisa melakukan
aktivitas sehari-hari
- klien mengatakan
tidak nafsu makan
- klien mengatakan
mual

DO:
- edema di kedua
ekstremitas bawah
- pitting edema (++)
- ascites (+)
- pasien tampak lesu
- klien tampak kurang
mampu melakukan
aktivitas rutin missal
dari tempat tidur ke
toilet
6 DS; Infeksi virus,ataupun malnutrisi Pola nafas tidak
- Klien mengeluh Kerusakan hepatosit efektif
merasa sesak bila
tidur terlentang Inflamasi liver
sedikit hilang dengan Nekrosis
posisi duduk Pembetukan fibrosisi
DO : Disfungsi hati
- RR= 26x/menit Gangguan metabolisme protein
- ascites (+)
- distensi abdomen (+) Hipoalbuminemia
Gangguang osmotic, protein, plasma
Penurunan sekresi albumin
Retensi cairan
Asites
Penekanan diafragma
Penurunan ekspansi paru
Pola nafas tidak efektif

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut bd agen pencedera fisiologis (inflamasi liver, sirosis hepatis)
2. Hipervolemia bd gangguan aliran balik vena porta
3. Resiko perfusi gastrointestinal tidak efektif bd perdarahan gastrointestinal
akut;varises gastroesofagus; disfungsi hati (sirosis hepatis)
4. Pola nafas tidak efektif bd posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru:
ascites
5. Defisit nutrisi bd ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient :metabolisme lemak
dan protein
6. Keletihan bd kondisi fisiologis ; sirosis hepatis
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.x Ruangan : IPD No.Medrek : 078910
Diagnosa Medis : Sirosis Hepatis+Melena

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O KEPERAWATAN
1 Resiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Perdarahan : 1. mengidentifikasi kondisi
gastrointestinal tidak keperawatan selama 3x24 Gastrointestinal klien
efektif bd perdarahan jam, fungsi gastrointestinal 1. Evaluasi respon pikologis pasien 2. indikasi terjadinya
gastrointestinal membaik dengan Kriteria terhadap perdarahan dan persepsinya anemia, perdarahan aktif
akut;varises hasil : mengenai kejadian tersebut 3. Traktus GI paling bisa
gastroesofagus; - nafsu makan meningkat 2. Monitor indikasi penyaluran oksigen untuk sumber perdarahan
disfungsi hati (sirosis - tidak ada mual dalam jaringan (missal PaO2, SpO2,Hb, sehubungan dengan
hepatis) - tidak ada muntah dan kardiak output) mukosa yang mudah
rusak dan gangguan
- nyeri abdomen berkurang 3. monitor tanda dan gejala perdarahan
dalam homeostasis karena
DS: dari 3 ke skala 1 yang terus menerus sirosis
- klien datang ke RS - distensi abdomen 4. monitor status cairan, termasuk I-O 4. mengetahui kebutuhan
mengeluh BAB berkurang 5. Monitor tanda-tanda syok hipovolemik cairan tubuh
berwarna hitam - tidak ada melena (misalnya penurunan CO, Nadi yang 5. Peningkatan nadi dengan
seperti Dempul - tidak ada hematemesis cepat dan lemah, RR meningkat, keringat penurunan TD dan CVP
- klien mengatakan - frekuensi BAB 1x/hari dingin, kelemahan, kulit dingin dan dapat menunjukkan
Muntah dan disertai - konsistensi feces lembek lembab kehilangan volume darah
sedikit darah - warna feces kuning 6. Ukur lingkar abdomen sirkulasi, memerlukan
7. Tes semua sekresi terhadap adanya evaluasi lanjut.
DO: darah dan perhatikan adanya darah 6. memnerikan bukti status
- Hb= 10 gr/dl Setelah dilakukan tindakan dalam muntahan , sputum, feces, urin, perubahan distensi
- konjungtiva anemis keperawatan selama 3x24 drainase NGT abdomen (gaster/usus)
- CRT <3” jam, resiko perdarahan 8. Monitor pemeriksaan pembekuan darah 7. mengidentifikasi adanya
- Hasil USG tidak terjadi dengan dan hitung darah lengkap dengan perdarahan
Abdomen Kriteria hasil deferensiasi sel darah putih 8. adanya faktor pembekuan
menunjukan: Hepar : - Hb >10mg/dl 9. Berikan pengobatan 9. -Asam folat ditujukan
Bentuk dan ukutan - membrane mukosa dan  Asam folat 2x2 PO untuk pembentukan sel
mengecil, tepi tajam, kulit lembab  Propanolol 3x10 mg PO darah merah
permukaan tidak - TD 110/80-120/80mmHg -Propanolol merupakan
 pemberian pelunak BAB
rata, parenkim kasar - Nadi 60-100x/menit obat golongan Beta
 Lactulosa syrup 3x10 cc PO Bloker yang bekerja
homogen - Suhu 35-37Oc  Lavement 2x/hari
- os tampak mual- - CRT <2” dengan cara menekan
10. Lakukan bilas lambung, jika efek hormone epinefrin/
mual - Konjungtiva tidak anemis diperlukan adrenalin sehingga
- porsi makan habis ½
memiliki efek
porsi
menurunkan Heart rate
- distensi abdomen (+) dan Tekanan darah
- Feces warna hitam sehingga menurunkan
dempul resiko pecahnya varises
esophagus
-Pelunak feses diberikan
agar saat BAB klien tidak
mengedan sehingga
mengakibatkan pecahnya
varises esophagus
-lavement ditujukan
untuk merangsang
peristaltic kolon supaya
dpat buang air besar,
membersihkan kolon
10. membersihkan dan
mengosongkan
lambung serta
menyedot perdarahan
dari lambung

2 Hipervolemia bd Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia 1.Menunjukkan status


gangguan aliran balik keperawatan selama 3x24 Observasi volume sirkulasi.
vena porta jam, keseimbangan cairan 1. periksa tanda dan gejala hypervolemia 2.Peningkatan kongesti
DS: pasien teratasi dengan (ortopnea, dyspnea, edema, JVP pulmonal dapat
- Klien mengatakan Kriteria hasil : meningkat, suara nafas tambahan) mengakibatkan
perutnya membesar  Urin output 1-2 konsolidasi, gangguan
2. Auskultasi paru, catat penurunan/ tidak
cc/kgBB/jam pertukaran gas, dan
- klien mengatakan adanya bunyi napas dan terjadinya bunyi
 Berat badan stabil. komplikasi
bengkak pada kedua tambahan
 Tanda vital dalam rentang 3.Peningkatan TD biasanya
kaki 3. monitor status hemodinamik
normal berhubungan dengan
- klien mengeluh (mis.frekuensi jantung, TD) kelebihan volume cairan.
perut terasa begah  TD=110/80-120/80mmHg 4. Monitor I-O 4. mengetahui kebutuhan
dan bila tidur Nadi=60-100x/menit 5. Monitor tanda hemokonsentrasi (kadar dan balance cairan tubuh
RR=16-20x/menit Natrium, BUN, Ht, Berat jenis urine)
terlentang terasa 5.Penurunan albumin serum
Suhu=35-37oC
sesak. 6. Monitor tanda peningkatan tekanan mempengaruhi tekanan
 tidak ada edema.
DO: onkotik plasma (missal kadar prostein osmotik koloid plasma,
 Balance cairan 0 sd mengakibatkan edema.
- Perut ascites dan albumin meningkat)
±500cc/24 jam 6.Albumin dapat
- pitting edema  ascites berkurang
ekstremitas bawah Terapeutik meningkatkan tekanan
kebutuhan cairan klien 30- onkotik koloid sehingga
(++) 50cc/kgBB/24jam 7.batasi asupan cairan dan garam
Edukasi cairan dapat kembali ke
- Hb = 10 g/dl
8.anjurkan melapor jika haluaran urin intravaskuler
- Hasil USG 7.membatasi hal yang dapat
Abdomen <0,5mL/kg/jam dalam 6 jam
meningkatkan asupan
menunjukan: Hepar : 9.anjurkan melapor jika BB bertambah > cairan
Bentuk dan ukutan 1kg dalam sehari 8. mengidentfikasi adanya
mengecil, tepi tajam, retensi urin
Kolaborasi
permukaan tidak 10. kolaborasi punksi ascites 9. mengetahui kenaikan
rata, parenkim kasar 11. pemberian diuretic berat badan akibat
homogen - Furosemide 1x40mg/iv kelebihan cairan tubuh
- RR= 26x/ menit - Albumin 1x1 kolf/iv 10.Punksi asites dapat
mengurangi edema
- BAK 5-6x/hari (1/4 12. penggantian kehilangan kalium akibat
dengan mengeluarkan
gelas /BAK) diuretic
sebagian Cairan dalam
- albumin 3 g/dl - Spironolacton 1x100mg(PO) rongga peritoneum
- Na+ 125 mmol/L, 13.Kolaborasi pemberian Antibiotik 11.Furosemid merupakan
- kalium 3,3 mmol/L. Paramomycin 4x500mg/iv golongan diuretic
- Kreatinin 1,49 mg/dl
yang akan
meningkatkan jumlah
urin yang kelaur dari
ginjal. Obat ini
bekerja pada
glomerulus ginjal
dengan menghambat
penyerapan kembali
zat natrium oleh sel
tubulus ginjal,
sehingga terjadi
peningkatan
pengeluaran urin,
Na,Cl,K,tanpa
mempengaruhi
tekanan darah normal.
Golongan obat ini
digunakan pada pasein
yang mengalami gagal
jantung,juga bisa
mengatasi
pembengkakan atau
edema yang
disebabkan kondisi
penyakit hati dan
penyakit ginjal.
-Human albumin
meningkatkan tekanan
onkotik intravaskuler
dan menyebabkan
pergerakan cairan dari
interstitial ke ruang
intravaskuler.
Diindikasikan untuk
hipoalbuminemia yang
sakit kritis dan atau
mengalami perdarahan
secara aktif,
digunakan untuk
menjaga fungsi
kardiovaskuler setelah
pengeluarancairan
ascites dalam volume
besar setelah
paracentesis karena
ascites sirosis,
digunakan bersamaan
dengan obat diuretic
untuk menangani
kelebihan volume
cairan yang terkait
ARDS
12.Spironolacton
merupakan
pengobatan tekanan
darah tingi dan
penyakit jantung.
Merupakan golongan
steroid dengan
struktur yang mirip
aldosterone, bekerja
pada bgian distal dari
tubulus ginjal dimana
akan terjadi
peningkatan ekskresi
Natrium dan air serta
pengurangan ekskresi
Kalium, sehingga
berefek sebagai
diuretic dan
antihipertensi . Obat
ini digunakan untuk
hipertensi esensial,
edema akibat payah
jantung kongestif,
edema akibat sirosis
hati dengan atau tanpa
asites, edema akibat
sindroma nefrotik,
diagnose dan
pengobatan
hiperaldosteronnisme
primer, pencegahan
hipokalemi pada
penderita digitalis
apabila tindakan lain
tidak berhasil
13.Paramomycin
merupakan golongan
antibiotic
aminoglikosida. Obat
ini mengatasi infeksi
parasite pada usus dan
menunjang
pengobatan
ensefalopati hepatic

3 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas 1)mengetahui frekuensi
efektif bd posisi tubuh keperawatan selama 3x24 Observasi nafas
yang menghambat jam pola nafas menjadi 1.monitor pola nafas (frekuensi, 2)mengetahui adanya
ekspansi paru: ascites efektif. Kriteria hasil : kedalaman,usaha nafas) kelainan pada saluran
 sesak nafas berkurang nafas
2.monitor bunyi nafas tambahan
DS;  Frekuensi respirasi (16- 3)agar pasien dapat
(gurgling, mengi, wheezing, ronki
20 x/ menit) tanpa suara
- Klien mengeluh pernapasan tambahan. kering) bernafas dengan mudah
merasa sesak bila  Tidak ada penggunaan Terapeutik 4)posisi semi fowler
tidur terlentang otot bantu nafas 3.posisikan semi fowler atau fowler dapat memberikan
tambahan 4.berikan oksigen 2lpm (nasal kanul) kesempatan pada proses
DO :  Tidak ada sianosis. Mv= VTxRR ekspirasi, memudahkan
- RR= 26x/menit  tidak ada PCH (69x(6-8ml)x26 pernafasan dan
- Nadi=95x/menit  Nadi=60-100x/menit 10lpm menurunkan tekanan
- ascites (+)  SPO2=97-100% Kolaborasi pada diafragma
- distensi abdomen 5.pemberian bronchodilator, 5)mencegah hipoksia
(+) ekspektoran, mukolitik melalui nebulizer Diberikan 2lpm untuk
(Ventolin (k/p bila sesak) tetap menjaga pasien
agar tidak sesak, dalam
kasus ini O2 diberikan
intermitten, karena
SPO2 juga masih dalam
batas normal 98%.
6) Jenis bronchodilator
(beta2-agonist dengan
reaksi cepat) bekerja
dengan cara melebarkan
bronkus dan melemaskan
otot-otot saluran
pernafasan sehingga aliran
udara ke paru-paru akan
meningkat
4 Nyeri akut bd agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri 1) pengkajian karakteristik
pencedera fisiologis keperawatan selama 3x24 Observasi dapat menentukan
(inflamasi liver, sirosis jam, tingkat nyeri teratasi
hepatis) dengan Kriteria hasil: 1) identifikasi nyeri secara komprehensif tindakan efektif
DS: (lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas mengurangi nyeri,
- klien mengatakan - keluhan nyeri berkurang , intensitas nyeri pengukuran skala nyeri
perut semakin - skala nyeri 1 (0-10) 2) monitor keberhasilan terapi komplementer dapat memantau
membesar - Klien tidak meringis
yang sudah diberikan keefektifan intervensi,
- klien mengatakan kesakitan
merasa gelisah dan - klien tidak gelisah Terapeutik dengan mengetahui faktor
susah tidur - klien tidak mengalami 3) berikan dan ajarkan os teknik nyeri mempermudah
- klien mengeluh mual kesulitan tidur
nonfarmakologi untuk mengurangi rasa pengurangan stimulus
- klien mengeluh - anoreksia berkurang
lemas dan lelah terus - muntah berkurang nyeri: aromaterapi (peppermint) selama 15 nyeri, melihat respon
menerus - mual berkurang menit pasien dalam
- nyeri ulu hati sejak 1 - Nadi 60-100x/menit
4) Fasilitasi klien tidur dan istirahat mengekpresikan nyeri,
bulan SMRS dan - TD=110/80-120/80mmHg
dirasakan terus - nafsu makan membaik Edukasi 2) memantau keefektifitasan
menerus 5) jelaskan strategi meredakan nyeri terapi komplementer,
- perut dirasakan 6) ajarkan teknik nonfarmakologis untuk memantau keefektifitasan
semakin tegang
- nyeri ulu hati mengurangi rasa nyeri terapi analgetik dalam
dirasakan seperti Kolaborasi mengurangi rasa nyeri
ditusuk-tusuk 7) pemberian terapi analgetik 3) pemberian aroma
- pasien mengeluh
(Omeprazole 1x40mg/iv) peppermint dapat
gelisah
- pasien mengeluh (Sucralfat syr 3x 10ml/PO) memperlancar sirkulasi
tidak bisa tidur darah, mengurangi rasa
- klien mengeluh tidak
nyeri dan dapat
nafsu makan
menurunkan hormone
DO : stress, mengaktifkan
- Pasien tampak
hormon endorfin alami,
meringis kesakitan meningkatkan perasaan
- pasien tampak rileks, mengalihkan
gelisah
perhatian dari rasa takut,
- Nadi=95x/menit
- TD=100/80 mmHg cemas dan tegang serta
- klien tidak nafsu memperbaiki sistem kimia
makan
tubuh. selama 15 menit
- RR= 26x/menit
- VAS= 3/5 di daerah dapat menurunkan tingkat
epigastrium nyeri (Safaah, 2019)
4) dengan beristirahat
pasien merasa rileks dan
nyaman.
5) strategi meredakan nyeri
addalah cara meringankan
nyeri atau mengurangi
nyeri sampai tingkat
kenyamanan yang dapat
diterima klien,
6) melalui teknik nafas
dalam bisa diberikan bila
klien merasakan nyeri.
7)Analgetik mampu
meredakan rasa nyeri.
Omeprazole merupakan
obat golongan proton
pump inhibitor yang
digunakan untuk
menurunkan produksi
asam berlebih pada
lambung. Obat ini
sering digunakan untuk
mengatasi tukak pada
lambung dan usus, serta
reflux esophagitis.
-Sucrafat merupakan
obat yang digunakan
untuk pengobatan pada
tukak lambung dan
usus, gastritis kronik.
Obat ini bekerja dengan
cara membentuk lapisan
pada dasar tukak
sehingga melindungi
tukak dari pengaruh
agresif asam lambung
dan pepsin.

5 Defisit nutrisi bd Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi 1. Untuk mengetahui status
ketidakmampuan Observasi nutrisi pasien dan
keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi status nutrisi menentukan intervesi
mengabsorpsi
nutrient :metabolisme jam, status nutrisi klien 2. Identifikasi makanan yang disukai selanjutnya.
lemak dan protein 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis 2. Makanan yang disukai
terpenuhi dengan Kriteria nutrien akan lebih mudah
DS:
4. Monitor asupan makanan diterima oleh klien.
- Pasien mengeluh hasil :
5. Monitor berat badan 3. Agar kebutuhan
nyeri ulu hati
- porsi makan yang 6. Monitor hasil pemeriksaan albumin metabolisma dapat
- klien mengeluh
dihabiskan Terapeutik terpenuhi.
mual hilang timbul 7. Lakukan oral hygine sebelum makan
meningkat 4.Mengetahui jumlah intake
namun terus 8. Sajikan makanan secara menarik dan dan nutrisi.
- nyeri abdomen
menerus sepanjang suhu yang sesuai. 5.Mengetahui kemajuan
berkurang
hari 9. berikan makanan tinggi kalori dan tinggi status nutrisi pada klien.
- perasaan cepat
- klien mengeluh protein 6.Albumin dalam darah
kenyang berkurang Edukasi
muntah yang biasa akan mengangkut dan
- BB stabil 10. Anjurkan klien untuk banyak
terjadi setelah menyebarkan mineral
- Albumin 3,4-5 g/dl mengkonsumsi putih telur kalsium, hormon
makan
- LILA >18,5 cm Kolaborasi progesteron dan obat
- klien mengatakan
- nafsu makan 11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk obatan ke seluruh jaringan
malas makan (tidak menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
membaik tubuh.
nafsu makan) yang di butuhkan
- Untuk laki-laki: (88,4 7.Mulut yang bersih dapat
- klien mengeluh (88,4+13,4x69)+(4,8x165)-
+ 13,4 x berat dalam meningkatkan nafsu
lemas
kilogram) + (4,8 x tinggi (5,68x57tahun)=1013+792+323,76=21 makan dan rasa nyaman.
DO: dalam sentimeter) - 28,76kkalx1,2=2554,512kkal 8.Menyajikan makanan
- albumin= 3 g/dl (5,68 x usia dalam 12. kolaborasi pemberian cairan nutrisi yang menarik dan suhu
- SGOT= 50 u/L tahun) parenteral yang sesuai dapat
- SGPT=56 u/L  infus dex 10% 500cc/24jam meningkatkan nafsu
- Untuk wanita: (447,6 +
 Aminoleban 500cc/24jam makan klien.
9,25 x berat dalam
 Diet Hati Lunak 500-600kkal/porsi 9.Agar asupan nutrisi
kilogram) + (3,10 x terpenuhi dengan tepat.
tinggi dalam (3x/hari)
13. kolaborasi pemberian medikasi sebelum  Dextrose 10% adalah
sentimeter) - (4,33 x cairan hipertonik yang
makan (antinyeri,antiemetik)
usia dalam tahun) digunakan dalam
(Omeprazole 1x40mg/iv)
- Hasil perhitungan BMR kemudian pengobatan ketosis
dikalikan dengan angka aktivitas (Sucralfat syr 3x 10ml/PO)
harian rata-rata orang tersebut. kelaparan dengan
Angka ini berkisar antara 1,2–1,9 kandungan kalori
tergantung dari seberapa tinggi
aktivitas harian seseorang. (380kkal/L), air dan
Semakin jarang seseorang tanpa elektrolit.
melakukan aktivitas fisik, semakin
rendah pula angka aktivitas  Aminoleban
hariannya diindikasikan untuk
(88,4+13,4x69)+(4,8x165)- perawatan, kontrol,
(5,68x57tahun)=1013+792 pencegahan, dan
+323,76=2128,76kkalx1,2=
perbaikan penyakit
2554,512kkal
seperti Ensefalopati
hepatic, Gula darah
rendah, dehidrasi,
kebutuhan gizi asam
amino, anoreksia
 Putih telur kaya akan
AARC Asam Amino
Rantai Cabang.
Konsensus European
Society for Clinical
Nutrition and
Metabolism
merekomendasikan
AARC untuk terapi
nutrisi pada ensefalopati
hepatikum karena
terbukti memperbaiki
klinis pada pasien sirosis
lanjut (Lasma Rina
Sinurat, 2018
6 Keletihan bd kondisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi 1.mengidentifikasi
keperawatan selama 3x24 Observasi kekuatan dan
fisiologis ; sirosis
jam keletihan teratasi 1.identifikasi gangguan fungsi tubuh yang kelemahan tubuh
hepatis dengan Kriteria hasil : mengakibatkan kelelahan 2.untuk mengetahui
- verbalisasi kepulihan 2.monitor kelelahan fisik dan emosional status kelelahan klien
DS:
energy meningkat 3.monitor pola dan jam tidur dan tingkat emosi
- Klien mengeluh
- kemampuan melakukan Terapeutik 3.memantau pola tidur
lemas yang terus
aktivitas rutin meningkat 4.sediakan lingkungan yang nyaman dan klien agar tidak terjadi
menerus dan tidak
- verbalisasi lelah menurun rendah stimulus kelelahan
menghilang
- lesu berkurang 5.lakukan latihan rentang gerak aktif dan 4.meningkatkan
walaupun pasien
- gelisah berkurang atau pasif kenyamanan istirahat
telah beristirahat
- RR 16-20x/menit 6.berikan aktivitas distraksi yang 5.menentukan
- klien mengatakan
- pola istirahat membaik menenangkan perkembangan
seluruh tubuh dirasa
semakin memberat 7.fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika peningkatan kekuatan
setiap hari tidak dapat berpindah atau berjalan otot/mobilitas
- klien mengatakan Edukasi 6.aktivitas distraksi
8.anjurkan melakukan aktivitas bertahap dapat membuat klien
tidak bisa 9.anjurkan menghubungi perawat jika merasa sedikit nyaman
melakukan aktivitas tanda dan gejala kelelahan tidak 7.mengoptimalkan nergi
sehari-hari berkurang yang belum digunakan
- klien mengatakan Kolaborasi 8.meningkatkan
tidak nafsu makan 10.kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara kenyamanan istirahat
- klien mengatakan meningkatkan asupan makanan serta dukungan
mual fisioologis/psikologis
9.meminimalkan atrofi
DO: otot, meningkatkan
- edema di kedua sirkulasi, mencegah
ekstremitas bawah terjadinya kontraktur
- pitting edema (++) 10.mempercepat proses
penyembuhan

Anda mungkin juga menyukai