LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. U
Tanggal Lahir : 14 September 1963
Usia : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pacet
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan : Lain-lain
Status Perkawinan : Menikah
Nomor Rekam Medis : 00293008
Diagnosa Medis :TB Paru
Tanggal Pengkajian : 17 - 12 – 2022 JAM
Tanggal Masuk RS : 16 - 12 – 2022 JAM
2. Identitas Penanggung Jawab Pasien
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan Pasien : Anak
Alamat : Pacet
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak, batuk, lemas dan pusing kepala,
pusing dirasakan hilang timbul dan pusing pasti dirasakan
pada saat klien bangun dari tempat tidur.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan SMRS pada hari Senin, 16 Oktober 2023
dirumah klien merasa sesak sudah dirasakan 1 minggu dan
batuk sudah 3 minggu, demam hari ke-2 dan klien merupakan
pasien dengan TB Paru dan sudah menjalani pengobatan OAT
selama 4 bulan, dengan keluhan tersebut klien dibawa
keluarganya IGD RSUD AL IHSAN Provinsi Jawa Barat.
Pada saat pengkajian klien mengeluh sesak, batuk berdahak,
lemas dan pusing yang hilang timbul, akan tetapi apabila klien
sedang bangun dari tempat tidurnya pusing pasti dirasakan
oleh klien. Pusing dirasakan seperti berputar. Dan mereda
apabila tidak terlalu banyak bergerak.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan pernah dirawat sebelumnya di RSUD AL
IHSAN pada 6 bulan yang lalu dengan keluhan yang sama dan
klien di diagnosa mengidap TB Paru. Klien mengatakan tidak
memiliki riwayat hipertensi, Diabetes Melitus, dan penyakit
Autoimun. Klien juga mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit menular seperti Hepatitis dan HIV.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita
penyakit yang sama dengan klien. Klien mengatakan tidak ada
anggota keluarganya yang mengidap penyakit keturunan
seperti hipertensi, Diabetes Melitus dan Autoimun. Dan klien
mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit
menular seperti TBC, Hepatitis, dan HIV.
b. Data Sosial
Pasien mempunyai seorang janda dan 3 orang anak. Pasien
rumah sakit.
c. Konsep Diri
1)Gambaran Diri
c. Data Spiritual
Penjelasan :
Pasien beragama Islam, selama sakit masih menjalankan shalat
sembuh.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum : Compos Mentis
Kesadaran : E4 M6 V5
Tanda – tanda vital :
Tekanan Darah = 112/76 mmHg
Heart Rate = 98 x /menit
Respirasi Rate = 22 x/menit
Suhu = 36,8℃
Status Antopometri :
Berat Badan = 36 kg
Tinggi Badan = 157 cm
b. Data Pemeriksaan Fisik Sistem
c. Kepala dan leher
d. Dada anterior
e. Dada posterior
g. Genital
h. Ekstremitas atas
CRT < 3 detik. ROM (+) pada sebelah kanan ROM (+) pada
sebelah kiri, refleks bisep +/+ , refleks trisep +/+. Kekuatan otot
5 5
i. Ekstremitas bawah
Tidak ada lesi, pitting edema (-), ROM fleksi dan ekstensi area
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Foto Thorax AP
Hasil : Tuberkuloma DD/Kalsifikasi paru dan Kardiomegali
tanpa bendungan paru
Jenis Hasil
Nilai Rujukan
Pemeriksaan Tgl : 5/12/22
16 Oktober 2023
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12 – 16 g/dL 14
Leukosit 3800 – 10600 12500 (H)
sel/uL
Eritrosit 3.6 – 5.8 juta/uL 4.76
Hematokrit 35 – 47 % 41.5
Trombosit 150.000 – 224.000
440.000 sel/uL
KIMIA KLINIK
Fungsi Liver
AST (SGOT) 10 – 31 U/L 29
ALT (SGPT) 9 – 36 U/L 40 (H)
Fungsi Ginjal
Ureum 10 – 50 mg/dL 84 (H)
Kreatinin 0,6 – 1,1 mg/dL 1,09
Gula Darah
Gula Darah 70 – 120 mg/dL 120
Sewaktu
17 Oktober 2023
IMUNOSEROLOGI
Anti HIV Non Reaktif Non Reaktif
KIMIA KLINIK
Elektrolit
Natrium 134 – 145 138
mmol/L
Kalium 3.6 – 5.6 4.1
mmol/L
Kalsium 1.15 – 1.35 1.25
mmol/L
Protein Total 6.6 – 8.3 g/dL 7.8
Albumin 3,7 – 5.3 4.4
18 Oktober 2023
MIKROBIOLOGI
Mikobacterium Tidak Tidak Terdeteksi
TB Terdeteksi
Resistensi Tidak Tidak Terdeteksi
RIfamfisin Terdeteksi
b. Program Terapi
Combivent 3 x 30 PO Meredakan
mg dan mencegah munculnya gejala sesak
napas atau mengi akibat penyempitan
saluran pernapasan. Penyempitan
saluran napas sering disebabkan
oleh asma dan PPOK.
B. Analisis Data
2 Ds : Defisit Nutrisi
- Klien
mengatakan mual
- Klien
mengatakan
lidahnya terasa
pahit dan tidak
nafsu makan
- Klien
mengatakan
makan pagi tadi
hanya habis 4
sendok
- Klien
mengatakan
terdapat
penurunan berat
badan 3 kg dari
39 kg jadi 36 kg
selama satu bulan
terakhir
Do :
- Klien tampak
lemas
- BB = 36 kg
- Bising Usus = 12
x/menit
C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas berhubungan dengan hipersekresi jalan napas
dibuktikan dengan bunyi napas tambahan : ronkhi
2. Defisit nutrisi behubungan dengan faktor psikologis; keenganan
untuk makan di buktikan dengan nafsu makan menurun
Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas 1. Patensi jalan nafas membaik sesudah
napas keperawatan selama 3 x 24 dilkukannya fisioterapi dada dan batuk
berhubungan jam, maka bersihan jalan Observasi : efektif yang ditandai dengan pernafasan
dengan napas meningkat dengan 1. Monitor Tanda-tanda Vital
normal, irama penerafasan normal, tidak
hipersekresi jalan kriteria hasil : 2. Monitor pola napas (frekuensi,
napas dibuktikan 1. Produksi sputum kedalaman, usaha napas) terdapat ronki serta dapat keluarkan
dengan bunyi menurun (5) 3. Monitor bunyi napas tambahan (mis. secret dari jalan nafas. (Rusna Tahir,
napas tambahan : 2. Ronkhi kering menurun Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi 2019)
ronkhi (5) kering) 2. Penatalaksanaan gangguan system
3. Dsipneu menurun (5) 4. Monitor sputum (jumlah, warna pernafasan dapat dilakukan pemasangan
4. Frekuensi napas aroma) 02, serta kolaborasi obat adapun
membaik Terapeutik :
pengobatan non farmakologi pada
5. Posisikan Semi-Fowler
6. Ajarkan cara untuk melakukan batuk penderita dengan gangguan system
efektif pernafasan tuberkulosi dapat
7. Berikan minum hangat menggunakan latihan pernafasan perut,
8. Berikan oksigen, jika perlu fisioterapi dada, serta posisi semifowler
Kolaborasi : (Dwi Nur Aini, 2017)
9. Kolaborasi pemberian ekspektoran, 3. Peningkatan bersihan jalan nafas,
jika perlu
Sekresi yang sangat banyak dapat
menyumbat jalan nafas pada pasien TB
paru dan mengganggu pertukaran gas.
Meningkatkan masukan masukan cairan
memberikan hidrasi sistemik dan
berfungsi sebagai ekspektoran yang
efektif. (Devi Darliana,2018)
2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi 1. Anoreksia, penurunan berat badan
behubungan keperawatan selama 3 x 24 dan malnutrisi biasa terjadi pada pasien
dengan jam, maka status nutrisi Observasi : TB paru. Keinginan untuk makan dapat
keenganan untuk membaik dengan kriteria 1. Identifikasi status nutrisi terganggu oleh keletihan akibat batuk
makan dibuktikan hasil : 2. Identifikasi alergi dan intoleransi berat, pembentukan sputum, nyeri dada
dengan nafsu 1. Porsi makanan yang makanan atau kelemahan. Pemberian nutrisi
makan menurun dihabiskan meningkat 3. Identidikasi makanan disukai dalam porsi kecil tapi sering dapat di
(5) 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis jadwalkan. Suplemen nutrisi cair dapat
2. Berat badan membaik nutrien membantu memenuhi kebutuhan kalori
(5) 5. Identifikasi perlunya penggunaan dasar (Aditama,2020)
3. IMT membaik (5) selang nasogastrik
4. Nafsu makan membaik 6. Monitor asupan makanan 2. Peningkatan ini diperoleh dengan
(5) 7. Monitor berat badan melakukan edukasi tatap muka
8. Monitor hasil pemeriksaan tentang nutrisi yang
laboratorium direkomendasikan, dan menumbuhkan
Terapeutik : keyakinan responden bahwa nutrisi
9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, yang baik dapat berdampak positif pada
jika perlu proses pengobatan.Edukasi ini didukung
10. Fasilitasi menentukan pedoman diet dengan system pesan pengingat yang
(mis. Piramida makanan) berisi makan 3 kali per hari, nafsu
11. Sajikan makanan secara menarik dan makan untuk menghindari
suhu yang sesuai (mis. Minum hangat fast food dan makanan pemicu batuk,
untuk mencegah mual) seperti pemanis buatan, dan makanan
12. Berikan makanan tinggi serat untuk berminyak. (Novian Mahayu,2021)
mencegah konstipasi
13. Berikan makanan tinggi kalori dan 3, Diet yang diberikan pada pasien TB
tinggi protein Paru adalah diet tinggi kalori tinggi
14. Berikan suplemen makanan, jika perlu protein (TKTP). Diet tinggi kalori tinggi
Edukasi : protein diberikan setelah diagnosa
15. Anjurkan posisi duduk, jika mampu pasien ditegakkan. Diet tinggi kalori
16. Ajarkan diet yang diprogramkan tinggi protein (TKTP) adalah makanan
Kolaborasi : yang mengandung energi dan protein
17. Kolaborasi pemberian medikasi diatas kebutuhan normal. Komponen
sebelum makan (mis, antiemetik), jika gizi utama diet ini adalah energi,
perlu protein, lemak dan karbohidrat.
18. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Komponen gizi diet ini penting untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis menunjang proses penyembuhan pada
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu pasien TB Paru. (Hermi Nainggolan,
2017)
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama Pasien : Ny. U Diagnosa Medis : TB Paru
Ruangan : Umar Bin Khattab 3 No Rekam Medis : 00293008