Anda di halaman 1dari 138

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN:

NYERI AKUT PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMY

APENDISITIS DI RUANG ZUMAR RSUD AL IHSAN

PROVINSI JAWA BARAT

KARYA ILMIAH AKHIR KOMPREHENSIF

Disusun Oleh :
Salsa Yustikarani
402022057

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG

2023
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN:

NYERI AKUT PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMY

APENDISITIS DI RUANG ZUMAR RSUD AL IHSAN

PROVINSI JAWA BARAT

Diajukan Untuk Menyelesaikan Program Studi Profesi Ners

Universitas ‘Aisyiyah Bandung

Oleh:

Salsa Yustikarani

NIM. 402022057

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG

2023
LEMBAR PERSETUJUAN

SALSA YUSTIKARANI

NIM. 402022057

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN:

NYERI AKUT PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMY

APENDISITIS DI RUANG ZUMAR RSUD AL IHSAN

PROVINSI JAWA BARAT

Telah Disetujui Untuk Diajukan Pada Ujian Sidang Karya Ilmiah Akhir

Program Studi Profesi Ners Universitas ‘Aisyiyah Bandung

Pembimbing:

Sajodin, S. Kep., Ner., M. Kes. AIFO

NPP: 2014280373049

i
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa karya ilmiah akhir yang

berjudul:

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN:

NYERI AKUT PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMY

APENDISITIS DI RUANG ZUMAR RSUD AL IHSAN

PROVINSI JAWA BARAT

Disusun oleh:

SALSA YUSTIKARANI

NIM. 402022057

Telah disetujui dan dapat dipertahankan dihadapan tim penguji sidang KIAK

Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah

Bandung dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima:

Penguji 1 Penguji 2

Anggriyana Tri Widianti, S. Kep., Ner., M. Kep. Popy Siti Aisyah , S. Kep., Ner., M. Kep.

ii
Pembimbing Utama

Sajodin, S. Kep., Ner., M. Kes. AIFO.

NPP: 2014280373049

Ketua Program Studi Profesi Ners

Universitas ‘Aisyiyah Bandung

Nina Gartika, S. Kp., M. Kep.

NPP: 2014290478050

iii
PERNYATAAN ORISINAL KARYA ILMIAH

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Salsa Yustikarani

NIM : 402022057

Prgram studi : Pendidikan Profesi Ners

Dengan ini menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiarisme dan

pengambilan karangan, pendapat atau karya orang lain dalam penulisan Karya

Ilmiah Akhir yang berjudul:

” ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN:

NYERI AKUT PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMY

APENDISITIS DI RUANG ZUMAR RSUD AL IHSAN

PROVINSI JAWA BARAT”

Apapun suatu saat nanti saya terbukti melakukan plagiarisme, maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan kesadaran sendiri dan tidak atas

tekanan ataupun paksaan dari pihak maupun demi menginginkan integritas

akademik di institusi ini.

Bandung, Oktober 2022

Yang membuat pernyataan

Salsa Yustikarani

iv
MOTO

“If you don’t go after what you want, you’ll never have it. And if you don’t ask,
the answer is always no. Also if you don’t step forward, you’re always in the same
place.”
” Jangan hanya bersyukur kepada Allah ketika semuanya berjalan baik saja,
usahakan bersyukur atas segala keadaan yang menimpa”

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini telah selesai, saya akan
persembahkan skripsi ini kepada:
PERTAMA
Kepada Tuhanku Allah SWT yang selalu memberikan kesehatan, rejeki,
kegembiraan dan jalan semangat untuk terus berusaha dalam hal apapun.
KEDUA
Orangtuaku yang sangat saya cintai ibu Heni Juhaeni dan alm Nana Rohana yang
selalu memberikan kasih saying yang tulus. Terima kasih atas semua dukungan
yang telah engkau berikan, motivasi, rasa sayang dan juga doa yang selalu
dipanjatkan setiap waktunya. Terimakasih ibu yang sudah menjadi ibu sekaligus
ayah bagi saya. Terima kasih sahabat, teman yang selalu memberi motivasi

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izinnya penulis

dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah akhir ini, yang berjudul : ” Asuhan

Keperawatan Dengan Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Akut Pada Pasien Post

Operasi Laparatomy Apendisitis Di Ruang Zumar Rsud Al Ihsan Provinsi Jawa

Barat”

Banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang telah membantu dalam proses

penyusunan karya ilmiah akhir ini baik secara moril maupun materil. Terutama

kepada:

1. Tia Setiawati, M. Kep., Sp. Kep.An. Selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah

Bandung.

2. Popy Siti Aisyah, M. Kep. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas ‘Aisyiyah Bandung.

3. Nina Gartika M. Kep. Selaku Ketua program studi Program Profesi Ners

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Bandung.

4. Riandi alvin, M. Kep. Selaku koordinator program studi Program Profesi

Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Bandung.

5. Kedua orang tua saya Heni Juhaeni dan Alm Nana Rohana yang telah

selalu mendoakan, memberi nasehat, memberikan dukungan tanpa henti.

6. Teman-teman seperjuangan Profesi Ners 2022 yang selalu meberikan

motivasinya.

vi
Akhir kata saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini dari awal sampai akhir.

Semoga Allah senantiasa memudahkan urusan kita. Aamiin.

Bandung, November 2022

vii
ABSTRAK

Salsa Yustikarani

402022057

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN:


NYERI AKUT PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMY
APENDISITIS DI RUANG ZUMAR RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA
BARAT

Apendisitis adalah infeksi pada apendik karena tersumbatnya lumen oleh fekalith
(batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen
merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa apendik dapat
terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, dan
Enterobius vermikularis. Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan
Apendisitis maka tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang apendik
(appendektomi). Masalah utama yang timbul setelah appendiktomi yaitu nyeri
post operasi, nyeri disebabkan oleh luka operasi yang berlangsung dalam waktu
singkat akibat adanya luka insisi bekas pembedahan. Menurunkan nyeri dapat
diberikan terapi relaksasi benson. Tujuan penulisan ini adalah melakukan asuhan
keperawatan pada dua pasien kanker payudara dengan masalah keperawatan nyeri
post operasi dengan intervensi terapi relaksasi benson. Metode yang digunakan
studi kasus dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, pendokumentasian, pelaksanaan terapi relaksasi benson selama
10 menit.Hasil analisis kasus dari pemberian terapi relaksasi benson ini efektif
dalam penurunan nyeri post operasi, pasien pertama dari skala 6 menjadi 2 (0-10),
dan pasien kedua dari skala 7 menjadi 3 (0-10). Maka dapat disimpulkan bahwa
terapi relaksasi benson selama 10 menit efektif terhadap penurunan tingkat nyeri.
Diharapkan analisis kasus ini dapat menjadi referensi intervensi keperawatan dan
sebagai dasar untuk pengembangan teori-teori lain dalam penurunan nyeri post
operasi laparotomy apendisitis.

Kata Kunci: post op laparatomy, apendisitis, nyeri post operasi, terapi relaksasi
benson

viii
ix
ABSTRACT

Salsa Yustikarani

402022057

NURSING CARE WITH DISORDERS OF COMFORT: ACUTE PAIN IN

POST OPERATING LAPARATOMY APPENDICITIS PATIENTS IN THE

ZUMAR ROOM AL IHSAN HOSPITAL, WEST JAVA PROVINCE

Appendicitis is an infection of the appendix due to blockage of the lumen by


fekalith (fecal stones), lymphoid tissue hyperplasia, and intestinal worms.
Obstruction of the lumen is the main cause of appendicitis. Erosion of the mucous
membrane of the appendix can occur due to parasites such as Entamoeba
histolytica, Trichuris trichiura, and Enterobius vermicularis. If the diagnosis is
correct and appendicitis is clearly found, the action taken is an operation to
remove the appendix (appendectomy). The main problem that arises after an
appendectomy is postoperative pain, pain caused by a surgical wound that lasts a
short time due to a surgical incision wound. Reducing pain can be given benson
relaxation therapy. The purpose of this paper is to provide nursing care to two
breast cancer patients with postoperative pain nursing problems with benson
relaxation therapy interventions. The method used was a case study with data
collection techniques through interviews, observation, physical examination,
documentation, implementation of Benson's relaxation therapy for 10 minutes.
The results of the case analysis of giving Benson's relaxation therapy were
effective in reducing postoperative pain, the first patient was from a scale of 6 to 2
(0-10), and the second patient from a scale of 7 to 3 (0-10). So it can be concluded
that benson relaxation therapy for 10 minutes is effective in reducing pain levels.
It is hoped that this case analysis can be a reference for nursing interventions and
as a basis for the development of other theories in reducing postoperative
appendicitis laparotomy pain.

Keywords: post op laparotomy, appendicitis, postoperative pain, benson


relaxation therapy

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
PERNYATAAN ORISINAL KARYA ILMIAH................................................iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
ABSTRAK...........................................................................................................viii
ABSTRACT............................................................................................................x
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
Tujuan Umum...................................................................................................4
Tujuan Khusus..................................................................................................4
D. Sistematika penulisan....................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORITIS...........................................................................7
A. Konsep Dasar................................................................................................7
1. Pengertian..................................................................................................7
2. Klasifikasi..................................................................................................8
3. Etiologi....................................................................................................11
4. Patofisiologi.............................................................................................12
5. Tanda dan Gejala.....................................................................................13
6. Pathway...................................................................................................14
7. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................14
8. Penatalaksanaan.......................................................................................16
9. Terapi Relaksasi Benson.........................................................................17

xi
10. Komplikasi...........................................................................................18
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN APENDISITIS...........................20
1. Pengkajian Keperawatan.........................................................................20
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................23
3. Perencanaan Keperawatan.......................................................................23
4. Pelaksanaan Tindakan keperawatan........................................................35
5. Evaluasi Keperawatan.............................................................................36
C. Evidence Base Nursing Terapi Relaksasi Benson Terhadap Nyeri............37
1. Hasil Penelusuran Bukti..........................................................................37
2. Hasil telaah jurnal....................................................................................38
D. Matriks Sintesis Validity, Importancy, dan Applicability jurnal yang
ditelusuri.............................................................................................................39
E. Prosedur Pelaksanaan Relaksasi Benson....................................................63
BAB III LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN........................................65
A. Pengkajian...................................................................................................65
1. Hasil Anamnesis Biodata dan Riwayat Kesehatan Pasien dengan
Apendisitis......................................................................................................65
2. Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik pada pasien dengan apendisitis 66
3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium............................................................70
4. Hasil Pengkajian Psiko Sosial Spiritual..................................................70
5. Hasil Pengkajian Aktifitas Sehari Hari (ADL)........................................72
B. Analisa Data................................................................................................75
C. Diagnosa Keperawatan...............................................................................78
D. Intervensi Keperawatan...............................................................................79
E. Implementasi dan Evaluasi.........................................................................85
F. Catatan Perkembangan Pasien..................................................................106
G. Analisis kasus dan Pembahasan................................................................116
1. Pengkajian Keperawatan.......................................................................116
2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................118
3. Intervensi Keperawatan.........................................................................121
4. Implementasi Keperawatan...................................................................121

xii
5. Evaluasi.................................................................................................123
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................126
A. Kesimpulan...............................................................................................126
B. Saran..........................................................................................................127

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Intervensi keperawatan Pre operatif......................................................23


Tabel 2. 2 Intervensi keperawatan post operatif....................................................30
Tabel 2. 3 Tabel hasil Telaah Jurnal......................................................................38
Tabel 2. 4 Tabel Matriks Sintesis Jurnal................................................................39
Tabel 2. 5 Tabel Proedur pelaksanaan Relaksasi Benson......................................63

Tabel 3. 1 tabel hasil anamnesis 65


Tabel 3. 2 Tabel Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik......................................66
Tabel 3. 3 Hasil Pengkajian Psiko Sosial Spiritual................................................70
Tabel 3. 4 Hasil Pengkajian Aktifitas Sehari Hari (ADL).....................................72
Tabel 3. 5 Tabe Analisis Data................................................................................75

xii
DAFTAR LAMPIRAN

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Appendicitis merupakan peradangan pada ependiks vermiformis atau

bisa dikenal di masyarakat dengan peradangan pada usus buntu yang penyebabnya

masih di perdebatkan. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa adanya

peradangan atau sumbatan pada apendiks yang bersifat episodic dan hilang timbul

dalam waktu yang lama. Apendisitis merupakan salah satu kasus tersering dalam

bidang bedah abdomen yang menyebabkan nyeri abdomen akut dan memerlukan

tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya

seperti gangrenosa. Perforasi bahkan dapat terjadi perinotos generalisata.

Penyumbatan akan menyebabkan peradangan akut dengan perforasi dan

pembentukan abses (Amalina, Suchitra, and Saputra 2018)

Apendisitis adalah penyebab paling umum dari nyeri perut akut yang

dijumpai pada bagian departemen bedah (bricik et al., 2019). Apendisitis

didefinisikan sebagai peradangan pada apendiks vermiformis (kantong cacing)

yang merupakan darurat bedah paling umum pada anak-anak dan dewasa muda

dengan nyeri perut. Apendisitis diduga disebabkan oleh obstruksi lumen apendiks

oleh faecalith, stasis faecal, hiperplasia limfoid atau caecal neoplasma dan

berbagai infeksi oleh pathogen (Guy & Wysocki, 2018).

Menurut WHO insiden appendicitis pada tahun 2018 mencapai 7 dari

populasi penduduk dunia. Di Amerika Serikat appendicitis merupakan

1
kedaruratan bedah abdomen yang paling sering dilakukan, dengan jumalah

penderita pada tahun 2017 sebanyak 734.138 orang dan meningkat pada tahun

2018 yaitu sebanyak 739.177 orang. Appendicitis akut maupun perforasi paling

banyak terjadi pada usia 15-24 tahun (46%). Laporan menurut WHO di Asia

insidensi appendicitis adalah 4,8 % penduduk dari total populasi (brunicardi et al,

2018).

Prevalensi apendisitis akut di Indonesia berkisar 24,9 kasus per 10.000

populasi. Apendisitis ini menimpa pada laki-laki maupun perempuan dengan

resiko menderita apendisitis selama hidupnya mencapai 7-8 %. Prevalensi

tertinggi terjadi pada usia 20-30 tahun. Apendisitis perforasi memiliki prevalensi

antara 20-30% dan meningkat 32-72% pada usia >60 tahun dari semua kasus

apendisitis (Wijaya, Eranto, and Alfarisi 2020)

Salah satu pemeriksaan laboratorium yang cepat dan murah adalah

pemeriksaan jumlah leukosit darah. Hal ini digunakan untuk mendukung diagnosa

appendisitis akut dan appendisitis perforasi Pada pemeriksaan jumlah leukosit di

dapatkan keadaan leukositosis pada pemeriksaan laboratorium. Dilaporkan

prevalensi perforasi sekitar 60% pada penderita diatas usia 60 tahun. Jumlah sel

darah putih akan meningkat >10.000/mm3 dan hitung jenis leukosit darah terdapat

pergeseran ke kiri pada pasien apendisitis akut. ((Wijaya, Eranto, and Alfarisi

2020)

Salah satu penatalaksanaan pasien dengan apendisitis akut adalah dengan

cara pembedahan apendiktomi. Apendiktomi merupakan tindakan pembedahan

yang dilakukan untuk mengangkat apendiks yang didiagnosa apendisitis sebagai

2
pencegahan terjadinya perforasi apendiks dan penanganan terjadinya perforasi

yang dapat menimbulkan nyeri. Keluhan yang sering timbul pasca pembedahan

(post operasi) adalah pasien merasakan nyer yang hebat dan mempunyai

pengalaman yang kurang menyenangkan akibat nyeri yang tidak adekuat

pendekatan farmakologis merupakan pendekatan kolaborasi antara dokter dengan

perawat yang menekankan pada pemberian obat yang mampu menghilangkan

sensasi nyeri. Sedangkan pendekatan non farmakologis merupakan pendekatan

untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan teknik manajemen nyeri yang

salah satunya adalah dengan teknik relaksasi (PPNI, 2018).

Salah satu teknik relaksasi yang digunakan untuk menghilangkan nyeri

yang dirasakan pasien dengan post op apendisitis adalah terapi relaksasi benson

yaitu relaksasi yang dikembangkan dengan melibatkan keyakinan untuk

mengurangi nyeri dan kecemasan pada pasien. Relaksasi Benson dilakukan

dengan pengulangan kalimat sesuai dengan keyakinan yang dipercaya, sehingga

implus nexus dapat menghalangi pada pengaturan pengendalian (gate control

theory) serta mengembangkan pengendalian terhadap nyeri. Setelah dilakukan

relaksasi benson sebagian besar mengalami perubahan dan skala nyeri berat

menjadi skala nyeri sedang disamping hal tersebut, menggunakan teknik relaksasi

benson bisa dimana saja tanpa ada efek samping dan tidak terganggu kegiatan

yang lainnya (Rasubala et al., 2017) .

Hasil penelitian tentang Pengaruh Tehnik Relaksasi Benson Terhadap

penurunan Skala Nyeri Post Appendiktomi di RSUD Porsea didapatkan hasil

analisa uji i pre eksperimen dan post eksperimen kelompok intervensi diperoleh

3
nilai p 0.000, yang berarti nilai p< 0.05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan

perbedaan skala nyeri post. Appendixtomy di RSUD Porsea setelah dilakukan

Teknik Relaksasi Benson (Manurung, 2019). Terapi relaksasi benson sendiri

sudah banyak dilakukan pada pasien di rumah sakit, karena selain untuk

menurunkan inensitas nyeri juga dapat menurunkan tingkat stress dan cemas

dibuktikan dari banyaknya jurnal penelitian serta study kasus yang dilakukan oleh

para tenaga kesehatan terutama perawat dalam melaksanakan intervensi

keperawatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, perumusan
masalah dalam penulisan ini mengacu pada proses asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian, analisa data, diagnosa, intervesi dan evaluasi. Pembahasan penulisan
ini adalah Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Rasa Nyaman:
Nyeri Akut Pada Pasien Post Operasi Laparatomy Apendisitis Di Ruang Zumar
Rsud Al Ihsan Provinsi Jawa Barat.

C. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan dari karya ilmiah akhir ini adalah untuk melakukan Asuhan

Keperawatan Dengan Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Akut Pada Pasien

Post Operasi Laparatomy Apendisitis Di Ruang Zumar Rsud Al Ihsan

Provinsi Jawa Barat.

Tujuan Khusus
a. Mengkaji pasien dengan apendiksitis .

b. Merumuskan dan menetapkan diagnosis keperawatan pasien dengan

apendiksitis.

4
c. Menyusun perencanaan keperawatan yang sesuai dengan masalah

keperawatan pada pasien dengan apendiksitis.

d. Melakukan implementasi keperawatan yang sesuai dengan

perencanaan keperawatan pada pasien dengan apendiksitis.

e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan apendiksitis.

f. Mendokumentasikan tindakan keperawatan pada pasien dengan

apendiksitis.

D. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan berbentuk narasi atau uraian kalimat

yang disusun dalam IV BAB yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN
Pada pendahuluan berisi tiga bagian, yaitu latar belakang masalah, tujuan dan
sitematika penulisan. Latar belakangan masalah berisi alasan penulis dalam
pengambilan kasus. Tujuan berisi kemampuan yang yang ingin dicapai penulis
dalam mengelola kasus secara professional. Sistematika penulisan berisi
bagianbagian dalam penyusunan karya ilmiah akhir.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Tinjauan teorirtis ini dibuat berdasarkan pemikiraan penulis yang disesuaikan


dengan kasus yang didapat di lapangan. Konsep yang dituliskan pada BAB II
yakni mengacu pada literature review.

BAB III LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas dokumentasi laporan kasus mulai dari pengkajian,
perencanaan, pelakasanaan, evaluasi dan catatan perkembangan. Pembahasan
memuat perbandingan antara teori dan kasus yang ditangani di lapangan.
Munculkan kendala, hambatan, dampak dari adanya hambatan dan alternative

5
solusi penulis pada saat pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Simpulan berisi apakah data yang ditemukan pada kasus sama dengan konsep
teori atau ditemukan penyakit penyerta lainnya. Saran berhubungan dengan
kendala dan hambatan yang dirasakan dan ditemukan pada tiap tahap.

6
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Apendik adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira

10 cm (94 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal.

Apendik berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam

sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil,

apendik cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi.

(Brunner dan Sudarth, 2002).

Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan

merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini

dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi

lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun

(Mansjoer, Arief,dkk, 2007).

Apendisitis adalah infeksi pada apendik karena tersumbatnya

lumen oleh fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing

usus. Obstruksi lumen merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi

membran mukosa apendik dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba

histolytica, Trichuris trichiura, dan Enterobius vermikularis (Ovedolf,

2006).

7
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena

struktur yang terpuntir, apendik merupakan tempat ideal bagi bakteri

untuk berkumpul dan multiplikasi (Chang, 2010)

Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapt terjadi

tanpa penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau

akibat terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahya (Corwin, 2009).

2. Klasifikasi
a. Apendisitis akut

Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut

pada dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh

proses infeksi dari apendiks.

1) Penyebab obstruksi dapat berupa :

2) Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.

3) Fekalit

4) Benda asing

5) Tumor

Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang diproduksi tidak

dapat keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra luminer

sehingga menyebabkan tekanan intra mukosa juga semakin tinggi.

Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks

sehingga terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus/ nanah pada

dinding apendiks.

Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi

dari organ lain yang kemudian menyebar secara hematogen ke apendiks.

8
b. Apendisitis Purulenta (Supurative Appendicitis)

Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan

terbendungnya aliran vena pada dinding apendik dan menimbulkan

trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks.

Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding apendik

menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi

eksudat dan fibrin. Pada apendik dan mesoapendik terjadi edema, hiperemia,

dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan

rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc

Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan

defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda

peritonitis umum.

c. Apendisitis kronik

Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua

syarat : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang

kronik apendiks secara makroskopikdan mikroskopik, dan keluhan

menghilang satelah apendektomi. Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik

adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total

lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan

infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis kronik antara 1-5 persen.

d. Apendissitis rekurens

Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri

berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil

9
patologi menunjukan peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila serangn

apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun, apendisitis tidak perna

kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis dan jaringan parut. Resiko

untuk terjadinya serangn lagi sekitar 50 persen. Insidens apendisitis rekurens

biasanya dilakukan apendektomi yang diperiksa secara patologik. Pada

apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan apendektomi karena sering

penderita datang dalam serangan akut.

e. Mukokel Apendiks

Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin

akibat adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa

jaringan fibrosa. Jika isi lumen steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi.

Walaupun jarang,mukokel dapat disebabkan oleh suatu kistadenoma yang

dicurigai bisa menjadi ganas. Penderita sering datang dengan eluhan ringan

berupa rasa tidak enak di perut kanan bawah. Kadang teraba massa

memanjang di regio iliaka kanan. Suatu saat bila terjadi infeksi, akan timbul

tanda apendisitis akut. Pengobatannya adalah apendiktomi.

f. Tumor Apendiks

Adenokarsinoma apendiks, penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan

kebetulan sewaktu apendektomi atas indikasi apendisitis akut. Karena bisa

metastasis ke limfonodi regional, dianjurkan hemikolektomi kanan yang

akan memberi harapan hidup yang jauh lebih baik dibanding hanya

apendektomi.

g. Karsinoid Apendiks

10
Ini merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang didiagnosis

prabedah,tetapi ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan patologi atas

spesimen apendiks dengan diagnosis prabedah apendisitis akut. Sindrom

karsinoid berupa rangsangan kemerahan (flushing) pada muka, sesak napas

karena spasme bronkus, dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar 6%

kasus tumor karsinoid perut. Sel tumor memproduksi serotonin yang

menyebabkan gejala tersebut di atas.

Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata bisa memberikan

residif dan adanya metastasis sehingga diperlukan opersai radikal. Bila

spesimen patologik apendiks menunjukkan karsinoid dan pangkal tidak bebas

tumor, dilakukan operasi ulang reseksi ileosekal atau hemikolektomi kanan.

3. Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor

prediposisi yaitu:

a. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini

terjadi karena:

1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.

2) Adanya faekolit dalam lumen apendik

3) Adanya benda asing seperti biji-bijian

4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.

b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus

c. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun

(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid

pada masa tersebut.

11
d. Tergantung pada bentuk apendiks:

1) Appendik yang terlalu panjang

2) Massa apendik yang pendek

3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen apendik

4) Kelainan katup di pangkal apendik (Nuzulul, 2009)

4. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh

hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat

peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan

mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus

tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai

keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan intralumen. Tekanan

yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan

edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi

apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.

Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal

tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan

menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum

setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini

disebut dengan apendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding

apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis

gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis

perforasi.

12
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang

berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal

yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat

menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih

pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan

tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan

terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena

telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007) .

5. Tanda dan Gejala


a. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan,

mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.

b. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.

c. Nyeri tekan lepas dijumpai.

d. Terdapat konstipasi atau diare.

e. Nyeri lumbal, bila apendik melingkar di belakang sekum.

f. Nyeri defekasi, bila apendik berada dekat rektal.

g. Nyeri kemih, jika ujung apendik berada di dekat kandung kemih atau ureter.

h. Pemeriksaan rektal positif jika ujung apendik berada di ujung pelvis.

i. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara

paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.

j. Apabila apendik sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen

terjadi akibat ileus paralitik.

k. Pada pasien lansia tanda dan gejala apendik sangat bervariasi. Pasien

mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur apendik.

13
6. Pathway

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium

Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP).

Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-

18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP

ditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen

protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses

14
inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein. Angka

sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.

b. Radiologi

Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed

Tomography Scanning (CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian

memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendik, sedangkan pada

pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan

perluasan dari apendik yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran

sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan angka sensitivitas dan

spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat

akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-

100% dan 96-97%.

c. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan

infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.

d. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa

peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.

e. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa

adanya kemungkinan kehamilan.

f. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum.

Pemeriksaan Barium enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan

awal untuk kemungkinan karsinoma colon.

15
g. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti

Apendisitis, tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan

Apendisitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis

meliputi penanggulangan konservatif dan operasi.

a. Penanggulangan konservatif

Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak

mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik.

Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita

Apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan

elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik

b. Operasi

Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan

yang dilakukan adalah operasi membuang apendik (appendektomi).

Penundaan appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan

abses dan perforasi. Pada abses apendik dilakukan drainage (mengeluarkan

nanah).

c. Pencegahan Tersier

Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi

yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah

infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi

maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca

16
appendektomi diperlukan perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan

lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.

9. Terapi Relaksasi Benson


a. Definisi

Terapi relaksasi benson adalah suatu pengembangan cara relaksasi yang

melibatkan keyakinan pasien dan bisa menciptakan lingkungan internal

sehingga bisa menolong klien dalam kondisi kesehatan dan kesejahteraan

yng lebih baik (Purwanto dalam setiyawan,2020)

b. Tujuan

Tujuannya yaitu untuk memerbaiki ventilasi pada alveoli didalam

paru, memelihara pertukaran gas dan mencegah atelektasi paru, serta bisa

meningkatkan efesiensi batuk, menurnkan tingkat stress, baik stress secara

fisik maupun stress secara emosional dan menurunkan intensitas nyeri dan

menurunkan kecemasan serta menurunkan tekanan darah sistolik dan

diastolic (Soeharto, 2009).

Proses pernafasan pada relaksasi Benson adalah proses masuknya

oksigen via saluran nafas lalu masuk ke paru-paru dan di proses ke dalam

tubuh, lalu kemudian akan di proses dalam paru-paru tepatnya di cabang

bronkus dan akan di edarkan ke setiap bagian tubuh via pembuluh darah

vena dan nadi agar dapat memenuhi kebutuhan oksigen. Jika oksigen

terpenuhi, maka manusia akan tetap dalam kodisi yang netral. Kondisi ini

akan menimbulkan keadaan rileks secara umum pada manusia.

Rileks bisa menurunkan kegiatan saraf simpatis dan menghidupkan saraf

parasimpatis, agar terjadi penurunan heart rate serta tekanan perifer yang

17
dikarenakan oleh pelebaran oleh pembuluh darah dan membuat

konsentrasi 02 di dalam darah meningkat sehingga kebutuhan 02 di

jaringan bisa tercukupi, sehingga bisa menurunkan tekanan darah (Istifa

Hikmaharidha, 2011).

c. Manfaat

terkait kondisi seperti marah, cemas, disritmia jantung, nyeri kronis,

depresi, hipertensi dan insomnia dan menimbulkan perasaan menjadi lebih

tenang. (Benson, H. and Proctor, 2000).

Menurut Kusnandar tahun (2009), manfaat dari teknik relaksasi benson

adalah sebagai berikut:

1) Ketentraman hati, Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah.

2) Tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah.

3) Detak jantung lebih rendah, Mengurangi tekanan darah.

4) Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit.

5) Tidur lelap kesehatan mental menjadi lebih baik.

6) Daya ingat lebih baik.

7) Meningkatkan daya berpikir logis.

8) Meningkatkan kreativitas.

9) Meningkatkan keyakinan.

10) Meningkatkan daya kemauan.

11) Meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain.

10. Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis.

Faktor keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor

18
penderita meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi

kesalahan diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan

terlambat melakukan penanggulangan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan

angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi komplikasi Apendisitis 10-32%,

paling sering pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada

anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-

5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan orang tua. Anak-anak memiliki

dinding apendik yang masih tipis, omentum lebih pendek dan belum

berkembang sempurna memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada

orang tua terjadi gangguan pembuluh darah. Adapun jenis komplikasi

diantaranya:

a. Abses

Abses merupakan peradangan apendik yang berisi pus. Teraba massa lunak di

kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa

flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini

terjadi bila Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum

b. Perforasi

Perforasi adalah pecahnya apendik yang berisi pus sehingga bakteri menyebar

ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal

sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui

praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36

jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh

perut, dan leukositosis terutama polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik

19
berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan

peritonitis.

c. Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya

yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar

luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum.

Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang,

dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan

sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin

hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN APENDISITIS


1. Pengkajian Keperawatan
a. Data demografi
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang menembus
kebelakang sampai pada punggung dan mengalami demam tinggi
3) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.
c. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)
1) Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai,
konjungtiva anemis.

20
2) Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD
>110/70mmHg; hipertermi.
3) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada
tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak
terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
4) Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda
adanya infeksi dan pendarahan.
5) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancer.
6) Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena proses
perjalanan penyakit.
7) Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis, pucat.
8) Abdomen : terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai dengan distensi
abdomen.
Pola fungsi kesehatan menurut Gordon.
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan
kebiasaan olahraga (lama frekwensinya), karena dapat mempengaruhi
lamanya penyembuhan luka.
2) Pola nutrisi dan metabolism.
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat
pembatasan intake makanan atau minuman sampai peristaltik usus kembali
normal.
3) Pola Eliminasi.
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung kemih,
rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan mempengaruhi
pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang
sifatnya sementara karena pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan
fungsi.
4) Pola aktifitas.

21
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri,
aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah
pembedahan.
5) Pola sensorik dan kognitif.
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta pendengaran,
kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua,
waktu dan tempat.
6) Pola Tidur dan Istirahat.
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat
mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
7) Pola Persepsi dan konsep diri.
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak segala
kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan tentang keadaan
dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang tidak
stabil.
8) Pola hubungan.
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan
peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
9) Pemeriksaan diagnostic.
a) Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut.
b) Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi sekum, kelainan non
spesifik seperti fekalit dan pola gas dan cairan abnormal atau untuk
mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.
c) Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit
yang merupakan tanda adanya infeksi.
d) Pemeriksaan Laboratorium.
(2) Darah : Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 µ/ml.
(3) Urine : Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit.

22
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017). Berdasarkan pada semua
data pengkajian diagnosa keperawatan utama yang dapat muncul pada kl
appendicitis, antara lain :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (inflamasi
appendicitis).(D.0077)
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik(Prosedur oprasi).
(D.0077)
c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada appendicitis).
(D.0130)
d. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
(muntah). (D.0034)
e. Resiko hipovolemia ditandai dengan efek agen farmakologis (D.0034)
f. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)
g. Resiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur infasive (D.0142).

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah perumusan
tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien
berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien
dapat diatasi (Nurarif, A. H., &amp; Kusuma, 2016).

Tabel 2. 1 Intervensi keperawatan Pre operatif

NO Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi

hasil

1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238).

dengan agen pencedera tindakan keperawatan Observasi :


fisiologi (inflamasi diharapkan tingkat
1.1 Identifikasi lokasi ,

23
appendicitis).(D.0077) nyeri karakteristik, durasi,

frekuensi, kulaitas nyeri,


(L.08066) dapat
skala nyeri, intensitas nyeri
menurun dengan
1.2 Identifikasi respon nyeri
Kriteria Hasil :
non verbal.
1. Keluhan nyeri
1.3 Identivikasi factor yang
menurun.
memperberat dan
2. Meringis menurun memperingan nyeri.

3. Sikap
Terapeutik :
protektif
1.4 Berikan teknik
menurun.
nonfarmakologis untuk
4. Gelisah menurun. mengurangi rasa nyeri.

1.5 Fasilitasi istirahat dan tidur.

1.6 Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri.

Edukasi :

1.7 Jelaskan strategi meredakan

nyeri

1.8 Ajarkan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri .

24
Kolaborasi :

1.9 Kolaborasi pemberian

analgetik jika perlu

2. Hipertermi berhubungan Setelah Manajemen hipertermia

dengan proses penyakit dilakukan (I.15506). Observasi :

(Infeksi pada tindakan 2.1 Identifikasi

apendiksitis) keperawatan penyebab hipertermia.

(D.0130) diharapkan
2.2 Monitor suhu tubuh.
termoregulasi
2.3 Monitor haluaran urine.
(L.14134) membaik
Terapeutik :
dengan

Kriteria Hasil : 2.4 Sediakan lingkungan

yang dingin.
1. Menggigil

menurun. 2.5 Longgarkan atau

lepaskan pakaian.
2. Takikardi

menurun. 2.6 Berikan cairan oral

3. Suhu tubuh Edukasi :

membaik. 2.7 Anjurkan tirah baring

Kolaborasi :
4. Suhu kulit
2.8 Kolaborasi pemberian
membaik.
cairan dan elektrolit

25
intravena, jika perlu.

3. Risiko Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen hypovolemia

berhubungan dengan tindakan (I.03116).


kehilangan cairan secara keperawatan Status
Observasi :
aktif cairan (L.0328)
3.1 Periksa tanda dan
membaik dengan
(muntah). (D.0034)
gejala hipovolemia.
Kriteria Hasil :
3.2 Monitor intake dan output
1 Kekuatan
cairan.
nadi
Terapeutik :
meningkat.
3.3 Berikan asupan cairan oral
2 Membrane
Edukasi :
mukosa lembap.
3.4 Anjurkan memperbanyak
3 Frekuensi
asupan cairan oral.
nadi membaik.
3.5 Anjurkan menghindari

4 Tekanan perubahan posisi

darah mendadak.

membaik. Kolaborasi :

5 Turgor kulit

membaik.

3.6 Kolaborasi peberian cairan

26
IV.

4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Reduksi ansietas (I.09314).

dengan kurang terpapar tindakan keperawatan Observasi :


informasi tingkat ansietas
4.1 Identivikasi saat tingkat
(L.01006) menurun
(D.0080) ansietas berubah.
dengan Kriteria Hasil
4.2 Monitor tanda tanda
:
ansietas verbal non verbal.
1. Verbalisasi
4.3 Temani klien untuk
kebingungan
mengurangi kecemasan
menurun.
jika perlu.
2. Verbalisasi
4.4 Dengarkan dengan
khawatir akibat
penuh perhatian.
menurun.
4.5 Gunakan pendekatan yang
3. Prilaku gelisah
tenang dan meyakinkan.
menurun.
4.6 Jelaskan prosedur,
4. Prilaku tegang
termasuk sensasi yang
menurun.
mungkin dialami.

4.7 Anjurkan keluarga untuk

tetap bersama klien, jika

perlu.

4.8 Anjurkan mengungkapkan

27
perasaan dan persepsi.

4.9 Latih teknik relaksasi.

4.10 Kolaborasi pemberian

obat antiansietas jika perlu.

Tabel 2. 2 Intervensi keperawatan post operatif

NO Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi

hasil

1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)

dengan agen pencedera tindakan keperawatan Observasi :

fisik(Prosedur oprasi). tingkat nyeri 1.1 Identifikasi lokasi ,

(D.0077) (L.08066) karakteristik, durasi,

menurun dengan

Kriteria Hasil :

1. Keluhan nyeri

28
menurun.

2. Meringis

menurun.

3. Sikap

protektif

menurun.

4. Gelisah menurun.

Frekuensi nadi

membaik

29
1.8 Jelaskan strategi

meredakan nyeri

1.9 Ajarkan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri.

1.10 Kolaborasi pemberian

analgetik bila perlu.

frekuensi, kulaitas nyeri,

intensitas nyeri, skala

nyeri.

1.2 Identifikasi respon nyeri

non verbal.

1.3 Identivikasi factor yang

memperberat dan

memperingan nyeri.

Terapeutik :

1.4 Berikan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri.

1.5 Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri.

1.6 Pertimbangkan jenis dan

30
sumber nyeri dalam

pemilihan strategi

meredakan nyeri.

Edukasi :

1.7 Jelaskan penyebab,

periode, dan pemicu nyeri.

2. Risiko hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen

ditandai dengan efek tindakan keperawatan hypovolemia

agen
Status cairan( membaik) (I.03116)

farmakologis (D.0034) dengan Observasi :

Kriteria Hasil : 2.1 Periksa tanda

1. Kekuatan nadi dan gejala

meningkat. hipovolemia.

2. Membrane mukosa 2.2 Monitor intake

lembap. dan output cairan.

3. Frekuensi nadi Terapeutik :

membaik. 2.3 Berikan asupan

cairan oral Edukasi :


4. Tekanan darah
2.4 Anjurkan
membaik.

31
5. Turgor kulit memperbanyak

membaik. asupan cairan oral.

2.5 Anjurkan

menghindari

perubahan posisi

mendadak.

Kolaborasi :

2.6 Kolaborasi

peberian cairan IV.

3. Risiko Infeksi ditandai Setelah dilakukan Pencegahan infeksi (I.14539)

dengan efek prosedur tindakan Observasi :

infasive (D.0142). keperawatan tingkat 2.1 Monitor tanda dan gejala

infeksi (L.14137) infeksi local dan sistemik.

dengan Kriteria 2.2 Batasi jumlah pengunjung

Hasil : 2.3 Berikan perawatan kulit


1. Kebersihan pada area edema.
tanganmeningkat. 2.4 Cuci tangan seblum dan

2. Kebersihan badan sesudah kontak dengan

meningkat. klien dan lingkungan

klien.
3. Demam,
2.5 Pertahankan teknik
kemerahan, nyeri,
aseptic pada klien
bengkak

32
menurun. beresiko tinggi.

4. Kadar sel darah


Edukasi :
putih meningkat.
2.6 Jelaskan tanda dan gejala

infeksi.

2.7 Ajarkan cara mencuci

tangan dengan benar.

2.8 Ajarkan etika batuk.

2.9 Anjurkan meningkatkan

asupan nutrisi.

2.10 Anjurkan meningkatkan

asupan cairan.

Kolaborasi :

2.11 Kolaborasi

pemberian imunisasi

jika perlu.

4. Pelaksanaan Tindakan keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan (Potter, P., & Perry, 2014).
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi atau aktivitas yang

33
telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi
dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar
implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila
perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons klien terhadap
setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia
perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat
mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan
berikutnya (Wilkinson.M.J, 2012). Komponen tahap implementasi :
a) Tindakan keperawatan mandiri.
b) Tindakan keperawatan edukatif.
c) Tindakan keperawatan kolaboratif.
d) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan keperawatan
tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga
dan tenaga kesehatan lainnya. Terdapa dua jenis evaluasi:
a. Evaluasi Formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi
4 komponen yang dikenal dengan istilah SOAP:
1) S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada
klien yang afasia.
2) O (objektif) : Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh
perawat.

34
3) A (analisis) : Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang
dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data objektif.
4) P (perencanaan) : Perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang
dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang
telah diberikan. Ada 3 kemungkinan evaluasi yang terkait dengan
pencapaian tujuan keperawatan (Setiadi, 2012), yaitu:
1) Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan

perubahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

2) Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien

masih dalam proses pencapaian tujuan jika klien menunjukkan

perubahan pada sebagian kriteria yang telah ditetapkan.

3) Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya

menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali.

C. Evidence Base Nursing Terapi Relaksasi Benson Terhadap Nyeri


1. Hasil Penelusuran Bukti
Seleksi studi ini melakukan penilaian kualitas dari ratusan literatur yang

ditemukan. Menurut (Fitrah & Luhfiyah, 2017) memaparkan bahwa penilaian

35
kualitas literatur memiliki lima tolak ukur, adalah : 1) apakah proses analisis

data sudah tepat dilakukan; 2) apakah dilakukan analisis residual dan

sensitivitas ; 3) apakah akurasi statistik diambil dari data mentah; 4) seberapa

baik komparasi metode yang dilakukan; 5) seberapa besar ukuran dari data set

yang digunakan dalam penelitian. Menurut Cruzes dan Dyba (2011) dalam

buku Fitrah & Luhfiyah (2017) menyatakan bahwa tujuan dari sintesis data

yaitu untuk menganalisis dan mengevaluasi berbagai hasil penelitian dari

berbagai literatur dan untuk memilih metode yang tepat agar dapat

mengintegrasikan penjelasan dan interpretasi dari berbagai temuan.

2. Hasil telaah jurnal


Tabel 2. 3 Tabel hasil Telaah Jurnal

Kriteria Inklusi Eksklusi


Populasi Pasien post operasi dengan
apendisitis
Intervensi Teknik relaksasi benson -
Comparasi - -
(pembanding)
Outcome (hasil) Teknik relaksasi benson dapat -
menurunkan nyeri
Studi design and Tinjauan sistematis, penelitian Tidak ada pengecualian
publication type kuantitatif dan studi Quasi
(desain studi dan eksperimen
jenis publikasi)
Publication years Diatas tahun 2017 Dibawah tahun 2017
(tahun publikasi)
Language (bahasa) Indonesia dan Inggris

36
D. Matriks Sintesis Validity, Importancy, dan Applicability jurnal yang ditelusuri
Tabel 2. 4 Tabel Matriks Sintesis Jurnal

JOURNAL VALIDITY IMPORTANCY APLICABILITY


Judul: V1: Pada penelitian ini menjelaskan Pada penelitian ini menjelaskan
Pengaruh teknik relaksasi Pada penelitian ini sampel teknik implementasi relaksasi teknik implementasi relaksasi
benson terhadap skala yang digunakan sebanyak dengan penerapan intervensi benson terhadap penurunan
Nyeri pada pasien post menggunakan rumus dengan relaksasi benson terhadap intensitas nyeri pada pasien post
operasi di RSUP. Prof. Dr. desain pre and post test penurunan skala nyeri post operasi dengan penerapan intervensi
R.d. Kandou dan RS tk. III without control dengan appendixtomy. Penelitian ini relaksasi benson terhadap penurunan
r.w. mongisidi teling jumlah sampel 16 orang. memiliki kontribusi dalam skala nyeri post appendixtomy.
manado Teknik relaksasi Benson meningkatkan asuhan Sehingga dapat diterapkan sebagai
Penulis: dilakukan setelah pemberian keperawatan dengan gangguan evidence base practice dalam
Grece Frida Rasubala analgesik dengan durasi 30 rasa nyaman nyeri akut pasien pemberian asuhan keperawatan non-
Lucky Tommy Kumaat menit setiap hari selama tiga post apendixtomy. farmakologi pada pasien post
Mulyadi hari. Sebelum dan sesudah apendixtomy dengan masalah
Tahun Publikasi: diberikan teknik relaksasi keperawatan nyeri akut.
2017 Benson dilakukan

37
pengukuran skala nyeri
dengan Numeric Rating
Scale.
Kesimpulan:
Penelitian ini menjelaskan
kriteria inklusi dan eksklusi
untuk pemilihan sampel.
Metode pengambilan sampel
menggunakan rumus desain
pre and post test without
control.
V2:
Penelitian ini menggunakan
desain penelitian Quasi
Experiment dengan
rancangan penelitian pre and
post test without control.
Penelitian ini dilakukan di
RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou

38
Manado pada tanggal 16
Desember 2016-5 Januari
2017dan RS TK. III R.W
Mongisidi Manado pada
tanggal 1 Desember 2016-5
Januari 2017.
Kesimpulan:
Pemberian durasi untuk
pemberian terapi dijelaskan.
V3:
Pemilihan sampel yang
digunakan menggunakan
teknik pengambilan sampel
dengan rumus untuk
penelitian kuasi eksperimen
dengan desain pre and post
test without control dengan
jumlah sampel 16 orang.
Kesimpulan:

39
Pengambilan sampel tidak
dapa variabel perancu.
V4:
Analsisis penelitian ini
menggunakan analsis yang
diuji menggunakan uji
statistik uji urutan bertanda
Wilcoxon dengan tingkat
kemaknaan (α) = 0,05
menunjukkan hasil p-value
yaitu 0,00. Nilai p-value
digunakan untuk menentukan
apakah hipotesis diterima
atau ditolak. Dengan pvalue
= 0,00 < α = 0,05 maka Ho
ditolak.
Kesimpulan:
Analisis data tepat. Terdapat
sajian data kruskal wallis dan

40
wilcoson.
V5:
Pembahasan menyebutkan
kesamaan hasil dengan
penelitian sebelumnya,
penelitian ini menyebutkan
bahwa Sebelum diberikan
terapi relaksasi benson,
sebagian besar pasien
apendiksitis mempunyai
skala nyeri sedang dan berat.
Setelah diberikan terapi
relaksasi benson, sebagian
besar skala nyeri mengalami
perubahan yang signifikan
dengan menurunnya skala
nyeri menjadi skala nyeri
ringan. Terdapat pengaruh
yang signifikan terhadap

41
skala nilai sesudah diberikan
teknik relaksasi benson
sebanyak 3 kali selama 15-30
menit.
Kesimpulan:
Terdapat pembahasan
internal causal validity dan
eksternal causal validity
Judul: V1: Pada penelitian ini menjelaskan Pada penelitian ini menjelaskan
Penurunan intensitas skala Pada penelitian ini sampel penurunan intensitas skala nyeri penurunan intensitas skala nyeri
nyeri pasien appendiks post yang digunakan sebanyak 2 pasien appendiks dengan dengan penerapan intervensi
appendiktomy orang pasien appendiks post penerapan intervensi relaksasi relaksasi benson terhadap penurunan
menggunakan teknik appendiktomy di Ruang benson terhadap penurunan skala skala nyeri post appendixtomy.
relaksasi benson Rajawali 2A RSUP nyeri post appendixtomy. Sehingga dapat diterapkan sebagai
Penulis: Dr.kariadi Semarang. Teknik Penelitian ini memiliki evidence base practice dalam
Siti Waisani relaksasi Benson dilakukan kontribusi dalam meningkatkan pemberian asuhan keperawatan non-
Khoiriyah Khoiriyah sebelum pemberian analgesik asuhan keperawatan dengan farmakologi pada pasien post
Tahun Publikasi: dengan durasi 15 menit gangguan rasa nyaman nyeri apendixtomy dengan masalah
2020 setiap hari selama tiga hari akut pasien post apendixtomy. keperawatan nyeri akut.

42
pada tanggal 31 Juli – 02
Agustus 2019. Sebelum dan
sesudah diberikan teknik
relaksasi Benson dilakukan
pengukuran skala nyeri
dengan Numeric Rating
Scale (NRS).
Kesimpulan:
Penelitian ini menjelaskan
kriteria inklusi dan eksklusi.
Metode pengambilan sampel
bersifat non random, dengan
menetapkan subjek yang
sesuai dengan kreiteria
inklusi.
V2:
Penelitian ini menggunakan
desain penelitian berupa
studi Kuantitatif dengan

43
desain studi kasus
menggunakan pendekatan
asuhan keperawatan. Teknik
pengambilan Sampel
menggunakan kriteria inklusi
dan kriteria eksklusi yang
telah ditentukan. Sampel
yang digunakan sebanyak 2
orang pasien appendiks post
appendiktomy
Kesimpulan:
Prosedur pemberian terapi
tidak dijelaskan secara rinci.
V3:
Pemilihan sampel yang
digunakan menggunakan
teknik pengambilan Sampel
dengan kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi yang telah

44
ditentukan.
Kesimpulan:
Pemilihan sampel non
random, tidak dapat variabel
perancu dalam penelitian
tersebut.
V4:
Analsisis penelitian ini
menggunakan analsis uji
statistika dengan
menggunakan uji Wilcoxon
didapatkan nilai p value
nyeri 0,000 berarti p value<
0,05 maka Ho ditolak.
Kesimpulan:
Analisis data yang dilakukan
tepat. Sudah ada sajian data.
V5:
Pembahasan menyebutkan

45
kesamaan hasil dengan
penelitian sebelumnya,
penelitian ini menyebutkan
bahwa pasien mengalami
penurunan intensitas skala
nyeri dengan hasil nyeri
ringan, tanda-tanda vital
dalam rentang normal,
ekspresi pasien tampak
tenang dan rileks.
Kesimpulan:
Terdapat pembahasan
internal causal validity dan
eksternal causal validity.
Judul: V1: Pada penelitian ini menjelaskan Pada penelitian ini menjelaskan
Penerapan relaksasi benson Pada penelitian ini sampel penerapan relaksasi benson penerapan relaksasi benson untuk
untuk menurunkan yang digunakan sebanyak 2 untuk menurunkan intensitas menurunkan intensitas nyeri pada
intensitas nyeri pasien post orang sesuai kriteria inklusi. nyeri pasien post operasi pasien post operasi dengan
operasi apenditomi diruang Penerapan ini dilakukan apenditomi diruang bedah RSUD penerapan intervensi relaksasi

46
bedah RSUD jend. Ahmad terhadap dua pasien dengan jend. Ahmad yani metro dengan benson terhadap penurunan skala
yani metro gangguan rasa nyaman nyeri penerapan intervensi relaksasi nyeri post appendixtomy. Sehingga
Penulis: Kesimpulan: benson terhadap penurunan skala dapat diterapkan sebagai evidence
Wildan Rizki Ramadhan Pada penelitian ini tidak nyeri post appendixtomy. base practice dalam pemberian
Anik Inayati dijelaskan pemilihan sampel Penelitian ini memiliki asuhan keperawatan non-
Nury Luthfiyatil Fitri secara terperinci. kontribusi dalam meningkatkan farmakologi pada pasien post
Tahun Publikasi: V2: asuhan keperawatan dengan apendixtomy dengan masalah
Jurnal Cendikia Muda Penelitian ini menggunakan gangguan rasa nyaman nyeri keperawatan nyeri akut.
Volume 2, Nomor 4, desain penelitian akut pasien post apendixtomy.
Desember 2022 ISSN : menggunakan desain
2807-3469 penelitian dengan
menggunakan lembar
observasi dan alat ukur skala
nyeri
Kesimpulan:
Tidak dijelaskan secara rinci
mengenai desain penelitian
yang digunakan dalam
penelitian tersebut.

47
V3:
Pemilihan sampel yang
digunakan menggunakan
teknik pengambilan Sampel
dengan kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi yang telah
ditentukan.
Kesimpulan:
Pemilihan sampel tidak dapat
variabel perancu.
V4:
Analsisis penelitian ini
menggunakan analsis
deskriptif adalah
pendekatakan sebab akibat
antara variabel.
Kesimpulan:
Analsisis data pada
penelitian ini tepat. Terdapat

48
penerapan untuk mengetahui
sebab akibat dari variabel
yang diterapkan.
V5:
Pembahasan menyebutkan
kesamaan hasil dengan
penelitian sebelumnya,
penelitian ini menyebutkan
bahwa Setelah penerapan
relaksasi Benson, intensitas
nyeri subyek I (Tn. I) dan
subyek II (Ny. S) mengalami
penurunan yaitu berada pada
rentang nyeri ringan dengan
skor nyeri 2 pada kedua
subyek.
Kesimpulan:
Terdapat pembahasan
internal causal validity dan

49
eksternal causal validity
Judul: V1 : Pada penelitian ini menjelaskan Pada penelitian ini menjelaskan
Pengaruh teknik relaksasi Pada jurnal ini menggunakan pengaruh penerapan intervensi manfaat penerapan intervensi
benson terhadap penurunan sampel penelitian sebanyak relaksasi benson terhadap relaksasi benson terhadap penurunan
Skala nyeri post 18 orang pasien post penurunan skala nyeri post skala nyeri post appendixtomy.
appendixtomy di rsud apendiktomy yang appendixtomy di rsud porsea. Sehingga dapat diterapkan sebagai
porsea mengalami nyeri akibat Penelitian ini memiliki evidence base practice dalam
Penulis: tindakan operasi kontribusi dalam meningkatkan pemberian asuhan keperawatan non-
Melva manurung apendiktomy. Responden asuhan keperawatan dengan farmakologi pada pasien post
Tumpal manurung dibagi menjadi 2 Kelompok gangguan rasa nyaman nyeri apendixtomy dengan masalah
Perawaty siagian eksperimen menerima akut pasien post apendixtomy. keperawatan nyeri akut.
Tahun Publikasi: perlakuan sesuai dengan
2019 SOP, sedangkan kelompok
pembanding diberikan
perlakuan sesuai dengan
kebiasaan ruangan.
Kesimpulan :
Penelitian ini menjelaskan
kriteria inklusi, tetapi tidak

50
mencantumkan kriteria
ekslusi dan jumlah kelompok
kontrol serta jumlah
kelompok pembanding.
Metode pengambilan sampel
bersifat non random, dengan
menetapkan subjek yang
memenuhi kriteria penelitian
yang dimasukan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan.
V2 :
Penelitian ini menggunakan
desain penelitian quasi
eksperimen dengan
rancangan perbandingan
kelompok statis (posttest
only control group design).
Responden dibagi menjadi 2
kelompok yaitu kelompok

51
kontrol dan kelompok
pembanding dengan Teknik
sampel menggunakan
metode purposive sampling.
Pada intervensi yang
diberikan adalah teknik
relaksasi benson pada pasien
post apendiktomy yang
mengalami nyeri.
Kesimpulan :
Prosedur pemberian
intervensi teknik relaksasi
benson tidak dijelaskan
secara rinci.
V3 :
Pemilihan sampel yang
digunakan dalam penelitian
ini, menggunakan metode
purposive sampling dengan

52
dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu kelompok kontrol dan
kelompok pembanding.
Kesimpulan :
Pemilihan sampel non
random, tidak dapat variabel
perancu dalam penelitian
tersebut.
V4:
Analisis dalam penelitian ini
menggunakan perangkat
lunak computer, hasil
penelitian disajikan dalam
analisa Uji t pre eksperimen
dan post eksperimen
kelompok kontrol diperoleh
nilai p = 0,00, yang berarti.
nilai p < 0.05 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan

53
skala nyeri post
Appendixtomy di RSUD
Porsea setelah dilakukan
Teknik Relaksasi Benson.
Kesimpulan:
Analisis data yang dilakukan
tepat. Terdapat sajian data Uji
t pre eksperimen dan post
eksperimen.
V5:
Pembahasan menyebutkan
kesamaan hasil penelitian
dengan penelitian
sebelumnya. Penelitian ini
menyebutkan hasil penelitian
bahwa adanya pengurangan
rasa nyeri pada pasien yang
diberikan intervensi relaksasi
benson sehingga pada

54
penelitian ini
merekomendasikan relaksasi
benson sebagai bahan
pertimbangan .
Kesimpulan:
Terdapat pembahasan
internal causal validity dan
eksternal causal validity.
Judul: V1: Pada penelitian ini menjelaskan Pada penelitian ini menjelaskan
Implementation of benson Pada penelitian ini sampel teknik implementasi relaksasi teknik implementasi relaksasi
relaxation techniques to yang digunakan dalam studi dengan penerapan intervensi benson terhadap penurunan
reduction of pain scale in kasus yang diambil yaitu relaksasi benson terhadap intensitas nyeri pada pasien post
appendixtomy post dengan pasien penyakit penurunan skala nyeri post operasi dengan penerapan intervensi
operating patients in metro apendisitis yang terdiri dari 1 appendixtomy. Penelitian ini relaksasi benson terhadap penurunan
city orang pasien yang memiliki kontribusi dalam skala nyeri post appendixtomy.
Penulis: mengalami masalah meningkatkan asuhan Sehingga dapat diterapkan sebagai
Astri Septiana keperawatan nyeri dengan keperawatan dengan gangguan evidence base practice dalam
Anik Inayati skala nyeri sedang (skala rasa nyaman nyeri akut pasien pemberian asuhan keperawatan non-
Ludiana nyeri 4-6) pasien post post apendixtomy. farmakologi pada pasien post

55
Tahun Publikasi: operasi appendiktomy Hari apendixtomy dengan masalah
2021 ke-0 sd hari ke-3. keperawatan nyeri akut.
Kesimpulan:
Sampel yang diguanakan
sebanyak 1 orang sampel
yang di amati menggunakan
lembar observasi dan alat
ukur skala nyeri menurut
bourbanis.
V2:
Penelitian ini menggunakan
desain penelitian
menggunakan desain studi
kasus dengan instrumen yang
digunakan menggunakan
lembar observasi dan alat
ukur skala nyeri menurut
bourbanis.
Kesimpulan:

56
Tidak dijelaskan secara rinci
mengenai desain penelitian
yang digunakan dalam
penelitian tersebut.
V3:
Pemilihan sampel yang
digunakan menggunakan
teknik pengambilan Sampel
tunggal yang di amati
melalui lembar observasi
bourbanis.
Kesimpulan:
Pemilihan sampel tidak dapat
variabel perancu.
V4:
Analsisis penelitian ini
menggunakan analsis
deskriptif. Hasil penerapan
menunjukkan, setelah

57
pemberian relaksasi benson 2
kali sehari selama 3 hari
intensitas nyeri pasien post
operasi appendiktomi yang
menjadi subyek mengalami
penurunan sesuai yang
diharapkan dimana sebelum
penerapan skor nyeri pasien
adalah 6 dan setelah
penerapan menurun menjadi
2.
Kesimpulan:
Analisis data yang dilakukan
tepat. Terdapat sajian data
secara terperinci.
V5:
Pembahasan menyebutkan
kesamaan hasil dengan
penelitian sebelumnya,

58
penelitian ini menyebutkan
bahwa relaksasi benson
merupakan salah satu teknik
relaksasi yang dapat
digunakan untuk
menurunkan gangguan rasa
nyaman nyeri.
Kesimpulan:
Terdapat pembahasan
internal causal validity dan
eksternal causal validity

59
60
E. Prosedur Pelaksanaan Relaksasi Benson
Tabel 2. 5 Tabel Proedur pelaksanaan Relaksasi Benson

Terapi yang Relaksasi Benson


diberikan
Pengertian Relaksasi Benson merupakan relaksasi menggunakan teknik
pernapasan yang biasa digunakan di rumah sakit pada pasien
yang sedang mengalami nyeri atau mengalami kecemasan. Dan,
pada relaksasi Benson ada penambahan unsur keyakinan dalam
bentuk kata-kata yang merupakan rasa cemas yang sedang
pasien alami. Kelebihan dari latihan teknik relaksasi
dibandingkan teknik lainnnya adalah lebih mudah dilakukan
dan tidak ada efek samping apapun.
Tujuan Tujuan untuk meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai
tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh klien.

Prosedur A. Tahap Pra Interaksi


Pelaksanaan 1. Mengecek program terapi

2. Mencuci tangan

3. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi

1. Memberi salam terapeutik

2. Memberikan salam teraupetik

3. Menyediakan lingkungan yang tenang

4. Memvalidasi kondisi pasien

5. Menjaga privasi pasien

6. Mencuci tangan

61
C. Tahap Kerja

1. Memposisikan pasien senyaman mungkin

2. Instruksikan pasien memejamkan mata

3. Instruksikan pasien agar tenang dan mengendorkan otot-


otot tubuh dari ujung kaki sampai dengan otot wajah dan
rasakan rileks

4. Instruksikan kepada pasien agar menarik nafas dalam


lewat hidung, tahan 3 detik lalu hembuskan lewat mulut
disertai dengan mengucapkan do'a atau kata yang sudah
dipilih

5. Instruksikan pasien untuk membuang pikiran negatif, dan


tetap fokus pada nafas dalam dan do'a atau kata-kata yang
diucapkan

6. Lakukan kurang lebih 10 menit

7. Istruksikan pasien untuk mengakhiri relaksasi dengan


tetap menutup mata selama 2 menit, lalu membukanya
dengan perlahan

D. Tahap Terminasi

1. Evaluasi perasaan pasien


2. Lakukan kontrak pertemuan
3. Akhiri dengan salam

62
BAB III
LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Pengkajian
1. Hasil Anamnesis Biodata dan Riwayat Kesehatan Pasien dengan
Apendisitis
Tabel 3. 1 tabel hasil anamnesis

Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2


Nama Ny.C Ny. A
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Umur 55 tahun 27 tahun
Status Perkawinan Menikah Menikah
Pekerjaan IRT IRT
Agama Islam Islam
Pendidikan Terakhir SD SMP
Alamat Bojong malaka Mandalahaji
Diagnose Medis Apendisitis Apendisitis
Nomor Registrasi 00-845774 00-843540
Tanggal MRS 13 November 2022 20 November 2022
Tanggal Pengkajian 15 November 2022 21 November 2022
Keluhan utama Nyeri Nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang Klien masuk dari IGD Pasien datang ke rumah
keruang inap pada sakit dengan keluhan nyeri
tanggal 13 November perut kanan bawah sejak 5
2022 dengan keluhan hari yang lalu SMRS.
klien mengatakan nyeri Pasien mengatakan nyeri
dan terasa panas di perut kanan bawah awalnya
bagian perut klien juga di rasakan dari ulu hati.
mengeluh pusing, Pasien juga mengatakan
menggigil dan panas keluhan disertai adanya
dingin, mukosa mulut mual, lemas serta sakit

63
klien tampak kering,klien kepala.
tampak demam

Riwayat Kesehatan Dahulu Klien tidak memiliki Klien tidak memiliki riwayat
riwayat operasi di RSUD operasi di RSUD Al-Ihsan
Al-Ihsan
Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak
memiliki riwayat memiliki riwayat penyakit
penyakit keturunan dan keturunan dan penyakit
penyakit menular seperti menular seperti hepatitis
hepatitis dan HIV. dan HIV.

2. Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik pada pasien dengan


apendisitis
Tabel 3. 2 Tabel Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Observasi dan Pasien 1 Pasien 2


Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum Lemah Lemah
2. Kesadaran Compos mentis Compos mentis
GCS 15 = E4V5M6 GCS 15 = E4V5M6
3. Pemeriksaan Tanda TD: 125/67 mmHg TD : 130/96 mmHg
Tanda Vital dan N: 105x/menit N : 99 x/menit
antropometri SpO2: 98% R : 20 x/menit
S: 38,6C S : 36,4 C

4. Kenyamanan/nyeri Nyeri Nyeri


5. Pemeriksaan Fisik Pada saat di inspeksi tidak Pada saat di inspeksi tidak
Sistem pernapasan terdapat pernapasan cuping terdapat pernapasan cuping
hidung, warna mukosa hidung hidung, warna mukosa hidung

64
merah muda, tidak terdapat merah muda, tidak terdapat
edema, tidak terdapat edema, tidak terdapat
perdarahan. Pada saat di perdarahan. Pada saat di palpasi
palpasi tidak terdapat nyeri tidak terdapat nyeri sinus. Pada
sinus.Pada saat di inspeksi di saat di inspeksi di daerah dada,
daerah dada, perkembangan perkembangan dada / ekspansi
dada / ekspansi dada pada saat dada pada saat di palpasi
di palpasi simetris, pola simetris, pola pernapsan klien
pernapsan klien frekuensinya frekuensinya 20 x/menit, irama
20 x/menit, irama teratur. Pada teratur. Pada saat dilakukan
saat dilakukan perkusi dada perkusi dada bunyi dada
bunyi dada resonan di semua resonan di semua lapang paru,
lapang paru, dan pada saat di dan pada saat di auskultai bunyi
auskultai bunyi pernapasan pernapasan vesikuler.
vesikuler.
6. Pemeriksaan fisik Pada saat diinspeksi dibagaian Pada saat diinspeksi dibagaian
sistem pencernaan abdomen terdapat post operasi abdomen terdapat post operasi
apendiktomy, warna kulit sawo apendiktomy, warna kulit sawo
matang. Bentuk abdomen matang. Bentuk abdomen datar,
datar, tidak ada bayangan vena, tidak ada bayangan vena,
peristaltic usus 8x /menit peristaltic usus 8x /menit
terdengar lambat, palpasi terdengar lambat, palpasi
abdomen teraba lunak, tidak abdomen teraba lunak, tidak ada
ada pembesaran hepar, terdapat pembesaran hepar, terdapat
nyeri lepas pada Mc.Berney, nyeri lepas pada Mc.Berney,
suara abdomen tympani, tidak suara abdomen tympani, tidak
ada asites ada asites
7. Pemeriksaan fisik Pada saat diinspeksi warna kuli Pada saat di infeksi warna kulit
sistem kardiovaskuler sawo matang, tidak terdapat kuning langsat, tidak terdapat
sianosis, TD 125/67 mmHg, sianosis. TD 130/96 mmHg,
Nadi 106x/menit, CRT < 2 Nadi 99 x/menit, CRT < 2 detik,

65
detik tidak terdapat pitting tidak terdapat varises pada
edema, tidak terdapat varises ekstremitas.
pada ekstremitas. Pada saat di auskultasi suara
Pada saat di Auskultasi suara regular, tidak terdapat murmur
reguler, tidak terdapat murmur
8. Pemeriksaan Fisik Pada saat di inspeksi warna Pada saat di infeksi warna kulit
Sistem Integumen kulit sawo matang. Suhu tubuh kuning langsat. Suhu tubuh :
: 38,6 c. Pada saat dipalpasi 36,4 c. Pada saat di palpasi tidak
tektur kulit lembut, dilakukan ada nyeri dan tidak terdapat
turgor kulit baik, akral hangat edema, akral hangat, kondisi
kondisi rambut bersih, tekstur rambut bersih, tekstur kulit
kulit kepala tidak kasar, kepala tidak kasar, distribusi
distribusi rambut merata, rambut merata, warna kuku
rambut sedikit rontok, warna merah muda, terdapat luka post
kuku merah muda, terdapat op. terdapat luka kolostomi
bekas luka Post Op dirasakan nyeri, luka didaerah
apendiktomy operasi tidak tampak
kemerahan.
9. Sistem perkemihan Pada saat dianamnesa pasien Pada saat di anamnesa tidak ada
mengatakan tidak ada keluhan keluhan eliminasi, saat
nyeri di area abdomen bawah, dilakukan palpasi tidak terdapat
pinggang, tidak terdapat distensi abdomen. Pada saat
keluhan saat eliminasi, buang dianamnesa pasien mengatakan
air kecil sering, pasien tidak ada keluhan nyeri di abdomen
memiliki riwayat infeksi pada
sistem perkemihan. Pada saat
di palpasi tidak terdapat
distensi kandung kemih, tidak
terdapat nyeri pada area ginjal
kanan dan kiri dan tidak
terdapat pembengkakan pada

66
daerah costovetebral.
10. Sistem a) Ekstremitas Atas a)Ekstremitas Atas
Muskuloskeletal Bentuk dan ukuran kedua Bentuk dan ukuran kedua
ektremitas atas simetris, ektremitas atas simetris,
pergerakan kanan terbatas pergerakan tangan kiri
karena terpasang infus, terbatas karena terpasang
ekstremitas atas kiri dapat infus, ekstremitas atas kanan
bergerak bebas ke segala dapat bergerak bebas ke
arah, tidak terdapat nyeri segala arah, tidak terdapat
pada daerah persendian dan nyeri pada daerah persendian
tulang, tidak terdapat dan tulang, tidak terdapat
adanya deformitas tulang adanya deformitas tulang atau
atau sendi, tidak terdapat sendi, tidak terdapat
kesemutan pada ujung jari kesemutan pada ujung jari
tangan, tidak terdapat tangan, tidak terdapat edema
edema pada kedua pada kedua ekstremitas atas,
ekstremitas atas, kekuatan kekuatan otot 5/5.
otot 5/5. a) Ekstremitas Bawah
b) Ekstremitas Bawah Bentuk dan ukuran kedua
Bentuk dan ukuran kedua ekstremitas bawah simetris,
ekstremitas bawah simetris, pergerakan kedua
pergerakan kedua ekstremitas bawah bebas,
ekstremitas bawah bebas, tidak terdapat nyeri pada
tidak terdapat nyeri pada daerah persendian dan
daerah persendian dan tulang, tdak terdapat adanya
tulang, tdak terdapat adanya deformitas tulang atau sendi,
deformitas tulang atau tidak terdapat edema, pada
sendi, tidak terdapat edema, kedua ekstremitas bawah,
pada kedua ekstremitas kekuatan otot 5/5.
bawah, tidak terdapat 5 5
kesemutan pada ujung jari 5 5

67
kaki, kekuatan otot 5/5.
5 5
5 5

3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Hasil Laboratorium Pasien 1 Pasien 2 Nilai Normal
Hemoglobin 12.6 14.9 13,0-18,0 g/dL
Lekosit 22930 14520 3800-10600 Sel/uL
Eritrosit 4.82 5.09 4.5-8.5 Juta/uL
Hematokrit 37.4 42.5 40-53 %
Trombosit 298.000 548000 150000-440000 Sel/uL

4. Hasil Pengkajian Psiko Sosial Spiritual

Tabel 3. 3 Hasil Pengkajian Psiko Sosial Spiritual

Item Pengkajian Pasien 1 Pasien 2


1. Konsep Diri Klien mengatakan menyukai Klien mengatakan bisa
seluruh anggota tubuhnya menerima kondisinya saat ini
walaupun saat ini sedang sakit Klien berharap dapat sembuh
dan dirawat di rumah sakit, klien dan bisa meningkatkan
mengatakan bahwa anggota kondisi kesehatannya, klien
tubuhnya merupakan pemberian tampak cemas dengan
dari Allah swt., yang patut kondisinya saat ini namun
disyukuri. klien tetap berusaha tabah
Klien adalah seorang istri dan menjalani penyakitnya
seorang ibu dari 2 anak. Pasien
sudah mengetahui pengobatan
yang sedang dijalani ini, pasien

68
masih bisa diajak berkomunikasi
secara kooperatif. Klien ingin
segera selesai melakukan
pengobatannya karena ingin
segera beraktivitas seperti
sebelum sakit.
2. Pengkajian Spiritual Klien mengatakan bahwa Klien menganggap sakit
Pemaknaan Sakit sakitnya ini merupakan cobaan yang saat ini dirasakan
dari Allah SWT yang diberikan merupakan ujian dari Allah
kepadanya agar selalu sabar dan SWT agar senantiasa selalu
tabah dalam menjalani berserah dan meningat Allah
kehidupanya dengan cara pasien SWT.
berdoa dan juga berikhtiar agar
bisa sembuh.
3. Penerimaan Sakit Klien mengatakan ikhlas Klien menerima dengan
menerima sakit yang dialami kelapangan hati terhadap
saat ini, dan pasien sangat yakin penyakit yang sedang
terhadap kesembuhan penyakit dialaminya, meskipun
yang dideritanya merasakan sedih namun
klien selalu ikhlas dengan
tindakan yang dilakukan
untuk kesehatannya.
4. Dukungan Sosial Keluarga suami dan anaknya klien memiliki 1 anak dan
selalu menemani saat sedang seorang suami yang
sakit. senantiasa mendukung
kesembuhannya.
5. Aktivitas Ibadah Klien muslim yang taat namun Klien beragama muslim,
selama dirumah sakit klien dapat selama sakit klien belum
melaksanakan ibadah secara pernah melaksanakan shalat
mandiri namun saat shalat tidak wajib dikarenakan klien
teratur karena klien mengatakan mengatakan sulit bergerak

69
merasa tidak suci jika tidak hanya bisa berbaring
melakukan aktivitas bersuci ditempat tidur, tidak dapat
wudhu dengan air sebelum melakukan gerakan shalat
shalat karena klien merasa sulit dengan baik karena nyeri
dan tidak nyaman dengan untuk
melakukan wudhu dengan
terdapatnya kemoterapi ditangan
kanannya.

5. Hasil Pengkajian Aktifitas Sehari Hari (ADL)

Tabel 3. 4 Hasil Pengkajian Aktifitas Sehari Hari (ADL)

Item Pengkajian Pasien 1 Pasien 2


1. Nutrisi Sebelum sakit : Sebelum sakit :
Klien mengatakan dirumah Klien mengatakan makan
makan 2x sehari (nasi, dirumah 3x sehari, minum
sayur, lauk, buah buahan). air putih (nasi, sayur, lauk,
Minum air putih, susu, buah buahan).
kopi
Sesudah sakit:
Sesudah sakit : makan Pasien makan satu kali
makanan dari rumah sakit tidak habis ½ porsi, makan
3x sehari tidak habis ½ yang diberikan rumah sakit
porsi, nafsu makan
berkurang.
2. Eliminasi Sebelum sakit : Sebelum sakit :
Klien mengatakan dirumah Klien mengatakan dirumah
BAB 1 – 2x perhari dan BAB 1x sehari dan BAK
BAK 4 – 7x perhari dan 6x sehari, tidak ada
tidak ada keluhan BAB keluhan BAB dan BAK

70
dan BAK

Sesudah Sakit Sesudah sakit


Selama dirumah sakit klien Terpasang kateter urine,
baru 1 kali BAB, BAK 6- warna urine kuning jernih
8x perhari tidak terdapat dengan pengeluaran 80cc,
keluhan saat eliminasi tidak ada keluhan
eliminasi.
3. Mobilisasi Sebelum Sakit : Sebelum sakit :
Klien mengatakan pada Klien mengatakan pada
saat sehat kegiatan yang saat dirumah kegiatan
dilakukan klien selalu mengerjakan pekerjaan
bekerja setiap harinya. rumah

Sesudah Sakit : Sesudah sakit :


Klien mengatakan selama Klien mengatakan selam di
di RS hanya berbaring di RS hanya berbaring di
tempat tidur tempat tidur, nyeri saat
bergerak pasca operasi.
4. Istirahat Tidur Sebelum Sakit : Sebelum sakit :
Klien mengatakan pada Klien mengatakan pada
saat dirumah tidur pukul saat dirumah tidur pukul
22.00 dan bangun pukul 23.00 dan bangun pukul
04.30 05.00

Sesudah Sakit : Sesudah sakit :


Klien mengatakan pada Klien mengatakan pada
saat di RS klien mengeluh saat di RS klien sering sulit
sering sulit tudr karena tidur karena nyeri
nyeri
5. Personal hygiene Sebelum Sakit : Sebelum sakit :

71
Klien mengatakan pada klien mengatakan pada
saat dirumah mandi 1 – 2x saat dirumah mandi 1-2 x
sehari dan keramas 1x dua sehari dan keramas 1x 3
hari hari

Sesudah Sakit : Sesudah sakit :


Klien mengatakan selama Klien mengatakan selama
di Rumah sakit pasien di RS klien mandi sekali
mandi hanya dan belum keramas, gosok
menggunakan waslap , dan gigi, rambut berminyak,
sikat gigi kuku kaki panjang dan
kotor,
6. Kebiasaan konsumsi Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak
obat obatan, minu man mempunyai kebiasaan mengonsumsi obat-obatan
keras minum minuman keras dan minuman keras
7. Kebiasaan merokok Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak
mempunyai kebiasaan mempunyai kebiasaan
merokok merokok

72
B. Analisa Data

Tabel 3. 5 Tabe Analisis Data

No. Data Etiologi Masalah

1. DS: Prosedur pembedahan Nyeri akut b.d


↓ pencedera
Pasien 1 fisiologis
Terdapat luka post
- Pasien mengatakan nyeri
operasi
dibagian luka operasi

- Nyeri dirasakan dengan
Trauma jaringan
skala nyeri 6 (0-10)

- Nyeri dirasakan di area
Kerusakan sel
perut seperti disayat

benda tajam
Pelepasan mediator nyeri
(histamin, bradikinin,
Pasien 2 prostagladin, serotinin,
dll)
- Pasien mengeluh nyeri di

bagian luka operasi
Merasangsang nosiseptor
- Pasien mengatakan nyeri

seperti ditusuk-tusuk
Medulla spinalis
- Pasien mengatakan nyeri

dirasakan terus menerus
Sistem aktivasi retikular
- Nyeri dirasakan dengan

skala nyeri 7(0-10)
Hipotalamus dan sistem
DO:
limbik
Pasien 1

- Pasien operasi pod 1 Otak
- Pasien tampak meringis ↓

73
menahan nyeri luka Persepsi nyeri
bekas operasi ↓
- TD: 125/67 mmHg Nyeri Akut
- N: 105x/menit
- R: 20x/menit
- S: 38,6C
Pasien 2
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- TD : 130/96 mmHg
- N : 99 x/menit

2. DS Prosedur operasi invasif Resiko infeksi


b.d efek
Pasien 1 ↓
prosedur invasif
Luka akibat insisi
- Pasien mengatakan nyeri
pada bagian pasca ↓
operasi Terputusnya

Pasien 2 inkontinuitas jaringan



- Pasien mengatakan nyeri
Trauma jaringan
pada bagian pasca

operasi.
Terdapat kelembapan
luka
DO

Pasien 1
Pertahanan tubuh tidak
- Kassa terpasang pada adekuat
luka operasi ↓
- Terdapat luka Bakteri masuk kedalam
pembedahan tubuh
- Leukosit : 22930 (3800- ↓
10600 sel/uL) Resiko Infeksi

74
Pasien 2
- Kassa terpasang pada
luka operasi
- Terdapat luka
pembedahan
- Leukosit : 14520 (3800-
10600 sel/uL)

3. DS Prosedur pembedahan Hipertermi b.d


proses penyakit
Pasien 1 ↓
Terdapat luka post
- Pasien mengatakan
operasi
demam

Data Objektif:
Bakteri masuk
- Suhu 38,6 c

- Kulit terasa panas
Prepusium menyempit

Stimulasi leukosit

Progen eksogen dan
pyrogen endogen
dikeluarkan

Merangsang endothelium
hipotalamus

Peningkatan produksi
panas

Terjadi peningkatan suhu
tubuh

75

Hipertermi

4. DS Obtruksi saluran cerna Konstipasi b.d

Pasien 2 ↓ ketidakcukupan
Kerusakan asupan serat
- Pasien mengatakan sulit
neuromuskular
untuk beraktivitas

- Pasien mengatakan sudah
Motalitas (peristaltic
3 belum BAB
colon)
- Pasien merasakan

perutnya kembung
Pengeluaran cairan di
DO
dalam usus menurun
- Pasien terlihat lemah

- Distensi abdomen
Tinja sulit dikeluarkan

Kembung

Konstipasi

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d pencedera fisiologis
2. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasive
3. Hipertermi b.d proses penyakit
4. Konstipasi b.d ketidakcukupan asupan serat

76
77
D. Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : Ny. C dan Ny. A Ruangan : Zumar
No. Medrek : Diagnosa Medis : Post Laparatomy Apendisitis

Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan

1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakanManajemen Nyeri Manajemen Nyeri


pencedera keperawatan selama 4x24 jamObservasi Observasi
fisiologis pasien dapat mengontrol nyeri 1. Identifikasi lokasi, 1. Pemantauan nyeri sebelum dan sesudah
dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi, operasi dapat dilakukan dengan
1. Skala nyeri berkurang kualitas, intensitas nyeri mengidentifikasi nyeri pasien
menjadi 3 (0-10) Identifikasi skala nyeri 2. Kesesuaian antara verbal dan non verbal
2. Pasien dapat mengontrol 2. Identifikasi respons nyeri harus benar benar diperharikan agar
rasa nyeri nonverbal mengetahui tindakan apa yang tepat untuk
3. Pasien tidak mengeluh 3. Identifikasi faktor yang selanjutnya
kesakitan memperberat nyeri dan 3. Pengetahuan pasien dan keluarga
4. TTV dalam rentang memperingan nyeri mempengaruhi rasa nyeri
normal Terapeutik 4. Nyeri berpengaruh dalam kualitas hidup

78
TD: 120/80 mmHg 4. Berikan terapi Terapeutik
N: 60-100 x/menit nonfarmakologis untuk 5. Relaksasi benson adalah pengembangan
R: 20 x/menit mengurangi rasa nyeri (Teknik metode respons relaksasi pernapasan dengan
S: 36,5-37,5 0C Relaksasi Benson) melibatkan faktor
5. Kontrol lingkungan yang 6. Relaksasi benson adalah pengembangan
memperberat rasa nyeri metode respons relaksasi pernapasan dengan
6. Fasilitasi istirahat dan tidur melibatkan faktor
Edukasi keyakinan pasien
7. Jelaskan mengenai penyebab menciptakan lingkungan internal sehingga
dan pemicu dari nyeri. dapat membantu pasien
8. Jelaskan strategi meredakan mencapai keadaan sehat dan
nyeri kesejahteraan yang lebih tinggi. Relaksasi
9. Ajarkan teknik benson dapat diterapkan sebagai evidence
nonfarmakologis (Teknik bades nursing dalam penerapan intervensi
Relaksasi Benson) untuk nonfarmakologis untuk menurunkan nyeri
mengurangi rasa nyeri pada pasien post operasi (Manurung,
Kolaborasi Manurung, and Sigian 2019).
10.Pemberian analgetik 7. Menjaga lingkungan agar nyaman untuk
istirahat tidur

79
Edukasi
8. Untuk memberikan pemahaman kepada
pasien mengenai penyebab dan pemicu dari
nyeri.
9. Memonitor nyeri secara mandiri, pasien dapat
mengetahui halhal yang dapat memperburuk
dan mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
10. obat yang dapat digunakan untuk membantu
mengurangi rasa nyeri terutama nyeri pasca
operasi.

Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Infeksi 1. Untuk bisa memantau terjadinya infeksi
peningkatan keperawatan selama 4x24 jam Observasi 2. Menurunkan pemajanan terhadap patogen
paparan pathogen pasien terbebas dari resiko 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lain
infeksi dengan kriteria: infeksi lokal dan sistemik 3. Mencuci tangan adalah praktik yang paling
1. Skala nyeri menurun Terapeutik penting untuk mencegahkontaminasi silang
2. Tidak ada drainase 2. Batasi jumlah pengunjung serta mengontrol infeksi dalam ruangan
purulent 3. Cuci tangan sebelum dan perawatan.

80
3. Area luka membaik sesudah kontak dengan klien 4. Dengan mengajarkan cuci tangan pada
dan lingkungan klien orangtua bisa mencegah infeksi dari tangan
Edukasi yang tidak bersih saat jam kunjungan
4. Ajarkan cara mencuci tangan 5. Antibiotik adalah kelompok obat yang dapat
yang benar ke keluarga klien digunakan untuk mengatasi dan mencegah
saat akan membesuk infeksi bakteri
Kolaborasi
5. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian antibiotik
(ceftriaxone)

3. Hipertermi b.d Setelah diberikan tindakanManajemen hipertermia 1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya
proses penyakit keperawatan 4 x 24 jamObservasi hipertermia
diharapkan termoregulasi 2. Pengukuran fisiologis merupakan kunci
1. Identifikasi penyebab
membaik dengan kriteria untuk mengevaluasi status fisik dan fungsi
hipertermia (mis. Dehidrasi,
hasil: vital, salah satunya pengukuran suhu tubuh
terpapar lingkungan panas,
1. Kulit merah menurun (1) 3. Untuk memberikan lingkungan yang nyaman
penggunaan incubator)
2. Suhu tubuh membaik (5) bagi pasien
2. Monitor suhu tubuh (setiap
3. Tekanan darah membaik 4. Menggunakan pakian yang tipis, menyerap

81
(5) 4jam sekali) keringat dan longgar karena jika anak yang
mengalami demam dipakaikan pakaian yang
Terapeutik
tebal akan meningkatkan suhu tubuh.
3. Sediakan lingkungan yang Pengeluaran keringat merupakan salah satu
dingin mekanisme tubuh ketika suhu meningkat
4. Longgarkan atau lepaskan melampaui ambang kritis yaitu 37ᵒC,
pakaian pengeluaran keringat menyebabkan
5. Ganti linen setiap hari atau pengingkatan pengeluaran panas melalui
lebih sering jika mengalami evaporasi.
hyperhidrosis (keringat 5. Untuk menurunkan kehilangan panas melalui
berlebih) evaporasi
6. Lakukan pendinginan 6. Kompres dingin merangsang vasokontriksi
eksternal (mis. kompres dingin dan shivering sehingga pembuluh darah
pada dahi, leher, dada, menjadi lebar dan keadaan suhu tubuh
abdomen, aksila) menjadi normal, karena adanya penangkapan
Edukasi sinyal oleh hipotalamus melalui sumsum
7. Anjurkan tirah baring tulang (Rahmawati I, 2020)
7. Istirahat karena aktivitas yang tinggi dapat
Kolaborasi
meningkatkan suhu tubuh

82
Kolaborasi pemberian cairan dan 8. Untuk memperlambat pertumbuhan bakteri
elektrolit intravena, jika perlu
4. Konstipasi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Konstipasi 1. Untuk mengetahui Memiliki tinja yang padat
ketidakcukupan keperawatan selama 4 x 24 Observasi atau keras. Mengejan untuk buang air besar.
asupan serat jam tingkat nyeri dapat 1. Periksa tanda dan gejala Merasa seolah-olah ada penyumbatan di
teratasi, dengan kriteria: konstipasi rektum yang mencegah buang air besar.
a. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi faktor resiko 2. Konstipasi paling sering terjadi ketika
b. Skala nyeri menurun konstipasi (mis. Obat- kotoran atau tinja bergerak terlalu lambat
menjadi 3 (0-10) obatan, tirah baring, dan melalui saluran pencernaan atau
c. Meringis menurun diet rendah serat) tidak dapat dikeluarkan secara efektif dari
d. Gelisah menurun Terapeutik rektum.
e. Tekanan darah membaik 3. Anjurkan diet tinggi serat 3. Untuk memberi makanan sesuai kebutuhan
batas normal (120/90 Edukasi gizi yang tinggi serat sehingga dapat
mmHg) 4. Anjurkan peningkatan merangsang peristaltik usus agar pencernaan
f. Frekuensi nadi membaik asupan cairan, jika tidak ada di dalam tubuh normal
batas normal (80 kontraindikasi 4. Menjaga kadar cairan tubuh,
x/menit) Kolaborasi sehingga tubuh tidak mengalami gangguan
5. Kolaborasi penggunaan obat pada fungsi pencernaan
pencahar 5. Untuk membantu dalam pemenuhan

83
kebutuhan eliminasi

E. Implementasi dan Evaluasi


Nama Pasien : Ny. C dan Ny. A Ruangan : Zumar
No. Medrek : Diagnosa Medis : Post op laparotomy apendisitis

Diagnosa Implementasi dan Evaluasi Pasien 1 Implementasi dan Evaluasi Pasien 2


Hari/ Tanggal
Keperawatan Implementasi Evaluasi Implementasi Evaluasi

Nyeri akut b.d 15 - Mengbservasi TTV - Pasien mengatakan - Mengbservasi TTV - Pasien mengatakan
pecedera November dan keadaan umum nyeri luka operasi dan keadaan umum nyeri luka operasi
fisiologis 2022 pasien dirasakan seperti disayat pasien dirasakan seperti
21 - Mengidentifikasi dengan skala nyeri 6. - Mengidentifikasi disayat dengan skala
November lokasi, karakteristik, Nyeri dirasakan diarea lokasi, karakteristik, nyeri 7. Nyeri
2022 durasi, frekuensi, durasi, frekuensi, dirasakan diarea

84
kualitas, intensitas perut pod-1 kualitas, intensitas perut pod-1
nyeri - Pasien meringis nyeri - Pasien meringis
- Mengidentifikasi - pasien diberikan terapi - Mengidentifikasi - pasien diberikan
skala nyeri relaksasi benson skala nyeri terapi relaksasi
- Identifikasi respons - mengevaluasi intervensi - Identifikasi respons benson
nyeri nonverbal - pasien melakukan nyeri nonverbal - mengevaluasi
- Mengidentifikasi miring kanan dan kiri - Mengidentifikasi intervensi
faktor yang - Memberikan obat anti faktor yang - pasien melakukan
memperberat nyeri nyeri ketorolac memperberat nyeri miring kanan dan kiri
dan memperingan dan memperingan
nyeri nyeri
- Memberikan terapi - Memberikan terapi
nonfarmakologis nonfarmakologis
untuk mengurangi untuk mengurangi
rasa nyeri (teknik rasa nyeri (teknik
relaksasi benson) relaksasi benson)
- Mengontrol - Mengontrol
lingkungan yang lingkungan yang
memperberat rasa memperberat rasa

85
nyeri nyeri
- memfasilitasi - memfasilitasi
istirahat dan tidur istirahat dan tidur
- Berkolaborasi - Berkolaborasi
pemberian analgetik pemberian analgetik

Resiko infeksi 15 - Memonitor tanda dan - Terdapat luka post - Memonitor tanda dan - Terdapat luka post
b.d peningkatan November gejala infeksi lokal operasi gejala infeksi lokal dan operasi
paparan 2022 dan sistemik - Luka -+ 10 cm sistemik - Luka -+ 10 cm
- Batasi jumlah - Batasi jumlah
pathogen 21
pengunjung pengunjung
November
- Ajarkan cara mencuci - Ajarkan cara mencuci
2022
tangan yang benar ke tangan yang benar ke
keluarga klien saat keluarga klien saat
akan membesuk akan membesuk
- Kolaborasi dengan - Kolaborasi dengan
dokter untuk dokter untuk pemberian
pemberian antibiotik antibiotik (ceftriaxone)
(ceftriaxone)

86
Hipertermi b.d 15 - Mengidentifikasi - Pasien tampak demam
proses penyakit November penyebab - Akral hangat
2022 hipertermia (mis. - Pasien diberi kompres
21 Dehidrasi, terpapar dingin
November lingkungan panas, - Suhu 38,6
2022 penggunaan
incubator)
- Memonitor suhu
tubuh (setiap 4jam
sekali)
- melonggarkan atau
lepaskan pakaian
- mengganti linen
setiap hari atau lebih
sering jika
mengalami
hyperhidrosis
(keringat berlebih)
- melakukan

87
pendinginan
eksternal (mis.
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
- Anjurkan tirah
baring
- Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika perlu

Konstipasi b.d 15 - - - Periksa tanda dan


- Pasien belum BAB dari 3
ketidakcukupan November gejala konstipasi hari yang lalu
asupan serat 2022 - mengidentifikasi Distensi abdomen
21 faktor resiko
November konstipasi (mis.
2022 Obat-obatan, tirah

88
baring, dan diet
rendah serat
- menganjurkan diet
tinggi serat
- Kolaborasi
penggunaan obat
pencahar

Nyeri akut b.d 16 - Mengbservasi TTV - Pasien mengatakan - Mengbservasi TTV - Pasien mengatakan
pecedera November dan keadaan umum nyeri luka operasi dan keadaan umum nyeri luka operasi
fisiologis 2022 pasien dirasakan seperti disayat pasien dirasakan seperti
22 - Mengidentifikasi dengan skala nyeri 5. - Mengidentifikasi disayat dengan skala
November lokasi, karakteristik, Nyeri dirasakan diarea lokasi, karakteristik, nyeri 6. Nyeri
2022 durasi, frekuensi, perut pod-2 durasi, frekuensi, dirasakan diarea
kualitas, intensitas - Pasien meringis kualitas, intensitas perut pod-2
nyeri - Membantu pasien nyeri - Pasien meringis
- Mengidentifikasi duduk sendiri - Mengidentifikasi - Membantu pasien
skala nyeri - Memberikan obat anti skala nyeri duduk sendiri
- Identifikasi respons nyeri ketorolac - Identifikasi respons

89
nyeri nonverbal nyeri nonverbal
- Mengidentifikasi - Mengidentifikasi
faktor yang faktor yang
memperberat nyeri memperberat nyeri
dan memperingan dan memperingan
nyeri nyeri
- Memberikan terapi - Memberikan terapi
nonfarmakologis nonfarmakologis
untuk mengurangi untuk mengurangi
rasa nyeri (teknik rasa nyeri (teknik
relaksasi benson) relaksasi benson)
- Mengontrol - Mengontrol
lingkungan yang lingkungan yang
memperberat rasa memperberat rasa
nyeri nyeri
- memfasilitasi - memfasilitasi
istirahat dan tidur istirahat dan tidur
- Berkolaborasi - Berkolaborasi
pemberian analgetik pemberian analgetik

90
Resiko infeksi 16 - Memonitor tanda dan - Terdapat luka post - Memonitor tanda dan - Terdapat luka post
b.d peningkatan November gejala infeksi lokal operasi gejala infeksi lokal dan operasi
paparan 2022 dan sistemik - Keluarga pasien diberi sistemik - Keluarga pasien
- Batasi jumlah - Batasi jumlah
pathogen 2 November tau cara mencuci tangan diberi tau cara
pengunjung pengunjung
2022 yang benar mencuci tangan yang
- Ajarkan cara mencuci - Ajarkan cara mencuci
benar
tangan yang benar ke tangan yang benar ke
keluarga klien saat keluarga klien saat
akan membesuk akan membesuk
- Kolaborasi dengan - Kolaborasi dengan
dokter untuk dokter untuk pemberian
pemberian antibiotik antibiotik (ceftriaxone)
(ceftriaxone)

Hipertermi b.d 16 - Mengidentifikasi - Pasien tampak demam


proses penyakit November penyebab - Akral hangat
2022 hipertermia (mis. - Suhu 37,7
22 Dehidrasi, terpapar
November lingkungan panas,

91
2022 penggunaan
incubator)
- Memonitor suhu
tubuh (setiap 4jam
sekali)
- melonggarkan atau
lepaskan pakaian
- mengganti linen
setiap hari atau lebih
sering jika
mengalami
hyperhidrosis
(keringat berlebih)
- melakukan
pendinginan
eksternal (mis.
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)

92
- Anjurkan tirah
baring
- Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika perlu

Konstipasi b.d 16 - - - Periksa tanda dan


- Pasien belum BAB
ketidakcukupan November gejala konstipasi - Distensi abdomen
asupan serat 2022 - mengidentifikasi
22 faktor resiko
November konstipasi (mis.
2022 Obat-obatan, tirah
baring, dan diet
rendah serat
- menganjurkan diet
tinggi serat
- Kolaborasi

93
penggunaan obat
pencahar

Nyeri akut b.d 17 - Mengbservasi TTV - Pasien mengatakan - Mengbservasi TTV - Pasien mengatakan
pecedera November dan keadaan umum nyeri luka operasi dan keadaan umum nyeri luka operasi
fisiologis 2022 pasien dirasakan seperti disayat pasien dirasakan seperti
23 - Mengidentifikasi dengan skala nyeri 4. - Mengidentifikasi disayat dengan skala
November lokasi, karakteristik, Nyeri dirasakan diarea lokasi, karakteristik, nyeri 5. Nyeri
2022 durasi, frekuensi, perut pod-3 durasi, frekuensi, dirasakan diarea
kualitas, intensitas - Pasien sesekal meringis kualitas, intensitas perut pod-3
nyeri - Pasien tampak tenang nyeri - Pasien sesekali
- Mengidentifikasi - Skala nyeri 4 - Mengidentifikasi meringis
skala nyeri - Memberikan obat anti skala nyeri - Pasien tampak
- Identifikasi respons nyeri ketorolac - Identifikasi respons tenang
nyeri nonverbal nyeri nonverbal - Skala nyeri 5
- Mengidentifikasi - Mengidentifikasi - Memberikan obat
faktor yang faktor yang anti nyeri ketorolac
memperberat nyeri memperberat nyeri
dan memperingan dan memperingan

94
nyeri nyeri
- Memberikan terapi - Memberikan terapi
nonfarmakologis nonfarmakologis
untuk mengurangi untuk mengurangi
rasa nyeri (teknik rasa nyeri (teknik
relaksasi benson) relaksasi benson)
- Mengontrol - Mengontrol
lingkungan yang lingkungan yang
memperberat rasa memperberat rasa
nyeri nyeri
- memfasilitasi - memfasilitasi
istirahat dan tidur istirahat dan tidur
- Berkolaborasi - Berkolaborasi
pemberian analgetik pemberian analgetik

Resiko infeksi 17November - Memonitor tanda dan - Terdapat luka post - Memonitor tanda dan - Terdapat luka post
b.d peningkatan 2022 gejala infeksi lokal operasi gejala infeksi lokal dan operasi
paparan 23 dan sistemik - Keluarga pasien diberi sistemik - Keluarga pasien
- Batasi jumlah - Batasi jumlah
pathogen November tau cara mencuci tangan diberi tau cara

95
2022 pengunjung yang benar pengunjung mencuci tangan yang
- Ajarkan cara mencuci - Ajarkan cara mencuci benar
tangan yang benar ke tangan yang benar ke
keluarga klien saat keluarga klien saat
akan membesuk akan membesuk
- Kolaborasi dengan - Kolaborasi dengan
dokter untuk dokter untuk pemberian
pemberian antibiotik antibiotik (ceftriaxone)
(ceftriaxone)

Hipertermi b.d 17 - Mengidentifikasi


proses penyakit November penyebab
- Suhu 37,7
2022 hipertermia (mis.
- Akral hangat
23 Dehidrasi, terpapar
- Pasien dilakukan kompres
November lingkungan panas,
dingin
2022 penggunaan
incubator)
- Memonitor suhu
tubuh (setiap 4jam

96
sekali)
- melonggarkan atau
lepaskan pakaian
- mengganti linen
setiap hari atau lebih
sering jika
mengalami
hyperhidrosis
(keringat berlebih)
- melakukan
pendinginan
eksternal (mis.
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
- Anjurkan tirah
baring
- Kolaborasi
pemberian cairan

97
dan elektrolit
intravena, jika perlu

Konstipasi b.d 17 - - - Periksa tanda dan


- Pasien sudah BAB
ketidakcukupan November gejala konstipasi - Pasien tampak tenang
asupan serat 2022 - mengidentifikasi
23 faktor resiko
November konstipasi (mis.
2022 Obat-obatan, tirah
baring, dan diet
rendah serat
- menganjurkan diet
tinggi serat
- Kolaborasi
penggunaan obat
pencahar

Nyeri akut b.d 18 - Mengbservasi TTV - Pasien mengatakan - Mengbservasi TTV - Pasien mengatakan

98
pecedera November dan keadaan umum nyeri luka operasi dan keadaan umum nyeri luka operasi
fisiologis 2022 pasien dirasakan seperti disayat pasien dirasakan seperti
24 - Mengidentifikasi dengan skala nyeri 2. - Mengidentifikasi disayat dengan skala
November lokasi, karakteristik, Nyeri dirasakan diarea lokasi, karakteristik, nyeri 3. Nyeri
2022 durasi, frekuensi, perut pod-4 durasi, frekuensi, dirasakan diarea
kualitas, intensitas - Pasien sesekal meringis kualitas, intensitas perut pod-4
nyeri - Pasien tampak tenang nyeri - Pasien sesekali
- Mengidentifikasi - Memberikan obat anti - Mengidentifikasi meringis
skala nyeri nyeri ketorolac skala nyeri - Pasien tampak
- Identifikasi respons - Memberikan intervensi - Identifikasi respons tenang
nyeri nonverbal relaksasi benson nyeri nonverbal - Memberikan obat
- Mengidentifikasi - Mengidentifikasi anti nyeri ketorolac
faktor yang faktor yang - Memberikan
memperberat nyeri memperberat nyeri intervensi relaksasi
dan memperingan dan memperingan benson
nyeri nyeri
- Memberikan terapi - Memberikan terapi
nonfarmakologis nonfarmakologis
untuk mengurangi untuk mengurangi

99
rasa nyeri (teknik rasa nyeri (teknik
relaksasi benson) relaksasi benson)
- Mengontrol - Mengontrol
lingkungan yang lingkungan yang
memperberat rasa memperberat rasa
nyeri nyeri
- memfasilitasi - memfasilitasi
istirahat dan tidur istirahat dan tidur
- Berkolaborasi - Berkolaborasi
pemberian analgetik pemberian analgetik

Resiko infeksi 18 - Memonitor tanda dan - Terdapat luka post - Memonitor tanda dan - Terdapat luka post
b.d peningkatan November gejala infeksi lokal operasi gejala infeksi lokal dan operasi
paparan 2022 dan sistemik - Keluarga pasien diberi sistemik - Keluarga pasien
- Batasi jumlah - Batasi jumlah
pathogen 24 tau cara mencuci tangan diberi tau cara
pengunjung pengunjung
November yang benar mencuci tangan yang
- Ajarkan cara mencuci - Ajarkan cara mencuci
2022 benar
tangan yang benar ke tangan yang benar ke
keluarga klien saat keluarga klien saat
akan membesuk

100
- Kolaborasi dengan akan membesuk
dokter untuk - Kolaborasi dengan
pemberian antibiotik dokter untuk pemberian
(ceftriaxone) antibiotik (ceftriaxone)

Hipertermi b.d 18 - Mengidentifikasi - Suhu tubuh normal


proses penyakit November penyebab - 35,8 C
2022 hipertermia (mis.
24 Dehidrasi, terpapar
November lingkungan panas,
2022 penggunaan
incubator)
- Memonitor suhu
tubuh (setiap 4jam
sekali)
- melonggarkan atau
lepaskan pakaian
- mengganti linen
setiap hari atau lebih

101
sering jika
mengalami
hyperhidrosis
(keringat berlebih)
- melakukan
pendinginan
eksternal (mis.
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
- Anjurkan tirah
baring
- Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika perlu

Konstipasi b.d 18 - - - Periksa tanda dan


- Pasien sudah BAB

102
ketidakcukupan November gejala konstipasi - Pasien tampak tenang
asupan serat 2022 - mengidentifikasi
24 faktor resiko
November konstipasi (mis.
2022 Obat-obatan, tirah
baring, dan diet
rendah serat
- menganjurkan diet
tinggi serat
- Kolaborasi
penggunaan obat
pencahar

103
F. Catatan Perkembangan Pasien

104
Hari/ Keperawatan Pasien 1 Pasien 2 Paraf
Tanggal

15 Nyeri akut S : S:
November b.d Pasien mengatakan setelah diberikan Pasien mengatakan setelah
2022 pecedera terapi relaksasi benson pasien merasa diberikan terapi relaksasibenson
21 fisiologis nyaman pasien merasa nyaman
November O : O:
2022 Pasien tampak meringis Pasien tampak meringis
A: A:
Masalah belum teratasi Masalah belum teratasi
P : P:
Lanjutkan intervensi Lanjutkan intervensi

S: S:
Pasien mengatakan sedikit nyeri Pasien mengatakan sedikit nyeri
O: O:
Pasien tampak meringis Pasien tampak meringis
A: A:
Masalah belum teratasi Masalah belum teratasi
16 P: P:
November Lanjutkan intervensi Lanjutkan intervensi
2022
22
November
2022 S: 105 S:
Pasien mengatakan merasa lebih Pasien mengatakan merasa lebih
tenang tenang
G. Analisis kasus dan Pembahasan
Pada pembahasan ini penulis akan membahas kesinambungan

antara teori dengan kasus asuhan keperawatan pada Ny. C dan Ny. A dengan

penyakit apendisitis yang telah dilakukan pada Ny. C dan Ny. A tanggal 15

November 2022 – 24 November 2022 di ruang Zumar RSUD Al Ihsan Bandung.

Dimana pada pembahasan ini sesuai dengan tiap fase dalam proses keperawatan

yang meliputi: pengkajian keperawatan, menegakkan diagnosa keperawatan,

membuat intervensi, implementasi dan melakukan evaluasi keperawatan.

Pembahasan dari asuhan keperawatan pasien dengan apendisitis di ruang Zumar

RSUD Al Ihsan Bandung sebagai berikut

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada pasien 1 didapatkan data. Ny. C berusia 55 tahun, jenis

kelamin perempuan sebagai ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SD dengan

diagnosa medis post op laparatomy apendisiti, tanggal pengkajian 13

November 2022, pasien masuk ruang operasi tanggal 14 November 2022,

keluhan utama Nyeri, SMRS pasien mengeluh nyeri pada bagian perut seperti

nyeri seperti ditusuk-tusuk, lemas kemudian pergi ke IGD RS dan dilakukan

operasi. Pada saat pengkajian klien Pasien mengeluh nyeri di bagian perut

bawah bekas operasi, hilang timbul, seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan saat

bergerak. Pasien tampak meringis, Skala nyeri 6, TD : 118/78 mmHg, N :

81x/mnt, RR : 20x/mnt, S : 38,6’C, terdapat luka jahit bekas operasi pada

bagian pusar dan kanan perut bawah, tampak luka tertutup verbant, panjang

luka ± 10 cm, tampak luka tertutup perbant, luka terdapat kemerahan, terdapat

lebam, tidak terdapat edema

106
Pengkajian pada pasien 2 didapatkan data Ny. A, Perempuan, 27 tahun,

Menikah, ibu rumah tangga, Islam, Pendidikan terakhir SMP, Diagnosa Medis

Post op laparatomi Apendiks, tanggal pengkajian 21 November 2022, tanggal

keluar dari kamar operasi 21 November 2022 , keluhan utama Nyeri, SMRS

Pasien datang ke IGD RS pada tanggal 20 november 2022 dengan keluhan

nyeri bagian perut kanan bawah sejak 5 hari yang lalu dan dilakukan operasi

apendik tanggal 20 November 2022, lalu dipindahkan keruang ranap RSUD Al

Ihsan tanggal 21 November 2022. Pada saat dilakukan pengkajian klien

mengeluh Nyeri dirasakan dibagaian luka post Op laparatomi, nyeri bertambah

Ketika bergerak dan berkurang jika tidak bergerak, nyeri seperti tertusuk, nyeri

dirasakan di daerah luka post op. Saat dikaji Pasien mengeluh nyeri di bagian

perut bawah bekas operasi, hilang timbul, seperti ditusuk-tusuk, nyeri

dirasakan saat bergerak. Pasien tampak meringis, Skala nyeri 7, TD : 130/96

mmHg, N : 99x/mnt, RR : 20x/mnt, S : 36,4’C, terdapat luka jahit bekas

operasi pada bagian bawah pusar, tampak luka tertutup perbant, panjang luka ±

10 cm, tampak luka tertutup verbant, luka tidak terdapat kemerahan, tidak

terdapat lebam, tidak terdapat edema.

Keluhan yang dirasakan oleh pasien 1 dan 2 nyeri post operasi adalah nyeri

yang dirasakan akibat dari hasil pembedahan. Nyeri post operasi dirasakan

setiap pasien berbeda-beda, dapat menunjukan perilaku seperti berteriak,

meringis atau mengerang, menangis, mengerutkan wajah atau menyeringai dan

respon emosi (Putri,2019)

107
Dari hasil pengkajian pasien 1 dan 2 didapatkan data bahwa pasien

mempunyai kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan berserat seperti sayur dan

buah-buahan, sebaliknya beliau lebih banyak mengkonsumsi biji bijian. Tanda

dan gejala apendiksitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada

faktor predisposisi dimana faktor yang tersering adalah obstruksi lumen

(Sulekale,2016). Hal tersebut terjadi akibat makanan khas (biji-bijian) yang

masuk ke usus buntu dan tidak keluar lagi. Setelah isi usus tertekan dan usus

menjadi meradang bakteri dapat berkembang dan memperburuk situasi. Setelah

itu lendir dan fases mengeras seperti batu (fecalite) menutup lubang

penghubung antar usus buntu (Jay dan Marks 2016)

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Rinawati, 2018) Diagnose keperawatan adalah keputusan klinis

mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang actual atau potensial. Diagnose

keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan

keperawatan, sangat perlu untuk didokumentasikan dengan baik. Pada tinjauan

teoritis ditemukan 3 diagnosa keperawatan pada pasien:

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

Menurut PPNI dalam buku SDKI (2017) Nyeri akut merupakan diagnosis

keperawatan yang didefinisikan sebagai pengalaman sensorik atau

emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau

fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan

hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Diagnosa nyeri akut

108
diangkat pada ny. c dan ny. a ditandai dengan klien mengeluh nyeri post

op, tampak meringis, hal tersebut sesuai dengan penelitian (tsamsuhidajat,

2010). Nyeri timbul karena robeknya jaringan tubuh disebabkan oleh

benda tajam atau tumpul yang membuat ujung-ujung saraf rusak atau

terputus gejala klasik post operasi apendisitis adalah nyeri visceral

epigastrium pindah ke kanan bawah ke titik Mc burney. Kadang tidak

terjadi nyeri tapi konstipasi dan nafsu makan menurun.

Manajemen nyeri atau tindakan untuk mengurangi nyeri pada

pasien post operasi ada beberapa cara yaitu dengan cara farmakologi dan

non farmakologi. Strategi kompensasi yang dapat dilakukan untuk

mengurangi beban dari masalah perasaan dihadapi adalah dengan

mendekatkan, memfokuskan konsentrasi guna menenangkan pikiran,

seperti melakukan terapi relaksasi benson, efek relaksasi benson mampu

membuat tubuh menghasilkan hormone endorphin yang merupakan

hormon alami yang di produksi tubuh manusia dan memiliki fungsi

sebagai penghilang rasa sakit secara alami. Endorphin dapat di produksi

tubuh manusia dan memiliki fungsi sebagai penghilang rasa sakit secara

alami. Endorphin dapat di proses tubuh secara alami saat tubuh dalam

keadaan rileks seperti latihan pernafasaan pada saat interval intervensi dan

meditiasi. Latihan relaksasi benson juga dapat mengembalikan tubuh ke

kodisi yang tenang dan nyaman. Relaksasi ini memberikan efek terhadap

peningkatan gelombang alfa sehingga membuat kondisi oak dalam

keadaan relaksasi. Ketika memcapai gelombang alfa, otak dalam keadaan

109
tenang dan fokus pada suatu objek. sehingga dapat membangun rasa

nyaman terhadap nyeri yang dirasakan

b. Resiko infeksi b.d paparan organisme patogen

Menurut Standar Diagnosa Keperaatan Indonesia (SDKI) yang disusun

oleh PPNI (2017), resiko infeksi merupakan beresiko mengalami

peningkatan terserang organisme patogenik. Diagnosa resiko infeksi

diangkat pada Ny. C dan Ny. A dimana terdapat luka post operasi pada

abdomen, luka dalam keadaan lembab, tidak terdapat bengkak, tidak ada

iritasi. Pada pasien 1 terdapat luka memar. Faktor resiko infeksi yang

dialami oleh pasien yaitu perlunya pemantauan keadaan luka dan

perawatan luka secara mandiri juga perlu dipantau selama klien dirawat

dirumah sakit.

c. Hipertemia b.d respon trauma

Menurut Standar Diagnosa Keperaatan Indonesia (SDKI) yang disusun

oleh PPNI (2017), hipertermia adalah suhu tubuh meningkat diatas rentang

normal tubuh. Diagnose hipertermia diangkat pada pasien 1 dimana pasien

1 mengalami hipertermia yaitu suhu tubuh 38,6 C

d. Konstipasi b.d ketidakcukupan asupan serat

Menurut Standar Diagnosa Keperaatan Indonesia (SDKI) yang disusun

oleh PPNI (2017), konstipasi adalah penurunan defekasi normal yang

disertai pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta feses kering dan

banyak. Diagnosa diangkat pada pasien 2 karena sudah 3 hari pasien

belum BAB.

110
3. Intervensi Keperawatan
Setelah diagnosa keperawatan ditegakkan, perencanaan keperawatan perlu

dilakukan yang bertujuan untuk memecahkan masalah dan mempermudah

tindakan yang akan dilakukan. Penulis merumuskan perencanaan yang telah

dibuat oleh penulis sesuai dengan Standar Asuhan Keperawatan Indonesia (SIKI)

yang disusun oleh PPNI (2017). Rencana asuhan keperawatan dengan diagnose

post op laparatoy pada Ny.C dan Ny. A dilakukan intervensi dengan pemberian

relaksasi benson selama 10 menit dan diobservasi setelah melakukan intervensi.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Waisani,2020) bahwa pasien post operasi yang

mengalami nyeri didapatkan pada kedua pasien yaitu pasien mengalami

penurunan insensitas skala nyeri dengan hasil nyeri ringan, tanda-tanda vital

dalam rentang normal, ekspresi pasien tampak tenang dan rileks. Pasien kedua

lebih cepat mengatakan nyeri ringan pada hari pertama pertemuan kedua

dibandingkan pasien pertama yang mengatakan nyeri ringan di hari kedua.

4. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini penulis akan menguraikan implementasi yang sesuai

dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Implementasi keperawatan

adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas pasien, keluarga, dan anggota tim

kesehatan lain untuk mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilakukan (Safitri, 2019).

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

111
Pada klien Ny. C dan Ny. A dilakukan intervensi pemberian relaksasi benson

yang bertujuan untuk menurunkan skala nyeri pada pasien post. Selain

memberikan terapi komplementer, perawat juga berkolaborasi untuk

pemberian obat-obatan untuk mengatasi nyeri dengan pemberian obat

ketorolac.

b. Resiko infeksi b.d paparan organisme patogen

Pada pasien Ny.C dan Ny.A dilakukan intervensi pemberian pencegahan

infeksi dengan cara mengajarkan cara mencuci tangan yang benar pada pasien

dan keluarga pasien. Selain memberikan edukasi, perawat juga berkolaborasi

untuk memberikan obat-obatan dalam pencegahan infeksi dengan

memberikan cefotaxime 1 vial. Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang

didapatkan saat seseorang berada di dalam rumah sakit selama minimal 48

jam, 3 hari setelah pulang dari rumah sakit, ataupun 30 hari setelah operasi

(Hertina et al., 2019). Cuci tangan adalah cara yang paling efektif dalam

menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial, yang didefinisikan sebagai

suatu tindakan membersihkan tangan menggunakan air dan/atau hand

sanitizer berbahan dasar alkohol untuk mengeliminasi mirkoorganisme

transien yang ada pada tangan (Hertina et al., 2019).

c. Hipertermi b.d proses penyakit

Pada klien Ny.C dan Ny. A dilakukan intervensi yaitu kompres dingin. Hal

ini didukung oleh hasil penelitian (Kurniawan,2018) bahwa kompres dingin

112
berperngaruh pada pasien sepsis dengan hipertermi di ruang ICU dengan

penurunan suhu rata-rata 0,2 C

d. Konstipasi b.d ketidakcukupan asupan serat

Pada klien Ny.C dan Ny. A dilakukan intervensi yaituterapi asupan tinggi

serat . Hal ini didukung oleh hasil penelitian (Sutarna,2017) bahwa para

responden yang diberi asupan tinggi serat, sebagian besar tidak mengalami

konstipasi, karena telah kita ketahui konsumsi serat yang teratur dapat

memperlancar sistem pencernaan. Serat yang mampu berikatan dengan air

menyebabkan volun ses menjadi lunak dan besar. Akibat membesarnya

volume feses maka saraf rectum akan semakin cepat ke saluran pencernaan

paling bawah, dan feses mudah untuk dikeluarkan, tetapi masih ada

responden yang mengalami konstipasi hal ini dibuktikan dengan masih

adanya keluhan yang terlihat yaitu keluhan mengejan keras saat BAB,

keluhan massa feses yang keras dan sulit keluar serta keluhan rasa sakit pada

perut saat BAB. Keluhan-keluhan tersebut masih timbul karena responden

dalam pelaksanaan diet tinggi serat masih kurang baik, disebabkan oleh faktor

kebiasaan makan makanan lain dan juga karena kebiasaan BAB yang kurang

baik seperti sering menahan untuk segera BAB. Selain itu masih terjadinya

konstipasi dimungkinkan karena dipengaruhi oleh faktor kurang

olahraga/aktifitas juga dapat mempengaruhi terjadinya konstipasi pada lansia

dan juga asupan air putih yang kurang.

5. Evaluasi
Menurut Budiono & Budi Pertami (2018) menyatakan bahwa tahap

evaluasi merupakan berupa penilaian dengan cara membandingkan perubahan

113
keadaan pasien dari hasil yang diamati dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah

dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi pada dasarnya dilakukan untuk

mengetahui apakah tujuan yang ditetapkan sudah dicapai atau belum.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada diagnosa nyeri akut berhubungan

dengan pada Ny. C dan Ny. A teratasi dihari ke-5 setelah pemberian intervensi

manajmen nyeri dengan intervensi utama relaksasi benson dengan hasil keluhan

nyeri berkurang, skala nyeri menurun, meringis menurun dan frekuensi nadi

membaik. Nyeri juga menurun karena kontrol lingkungan yang dapat menurunkan

tingkat nyeri. Pasien juga dapat mobilisasi seperti berjalan ke wc pada hari ke-3.

Selama dilakukan perawatan pasien juga di berikan terpai obat yang sudah

diresepkan oleh dokter dan terapi yang diberikan terdapat penurunan intensitas

nyeri pada kedua pasien.

Hari/POD Pasien 1 Pasien 2

Pod 1 pasca operasi Skala nyeri 6 Skala nyeri 7

Pod 2 pasca operasi Skala nyeri 5 Skala nyeri 6

Pod 3 pasca operasi Skala nyeri 4 Skala nyeri 5

Pod 4 pasca operasi Skala nyeri 2 Skala nyeri 3

Hasil evaluasi yang didapatkan pada Ny. C dan Ny. A dengan

diagnosa resiko infeksi teratasi di hari ke-4. Data yang didapat Ny. C dan

Ny. A saat di observasi terdapat tanda infeksi pada bagian luka post

operasi.

114
Hasil evaluasi yang didapatkan dengan diagnosa hipertermia pada pasien

Ny. C teratasi dihari ke-4. Data yang yang diperoleh pasien mengatakan

sudah tidak demam dan suhu tubuh 35,8 C. Dan pada hasil evaluasi pasien

Ny. A dengan diagnosa konstipasi teratasi di hari ke-3. Data yang

diperoleh pasien mengatakan sudah BAB.

115
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penulisan karya ilmiah akhir ini yang berjudul penerapan

mobilisasi dini pada pasien post operasi appendiktomi dengan diagnosa

keperawatan nyeri akut di RSUD Al Ihsan disimpulkan:

1. Pengkajian pada pasien 1 didapatkan data Ny. C usia 55 tahun, menikah, ibu

rumah tangga, Islam, Pendidikan terakhir SD, Diagnosa medis Post op

laparatomi apendiks, tanggal pengkajian 15 November 2022, waktu keluar

kamar operasi 14 November 2022 keluhan utama Nyeri, Pasien tampak

meringis, Skala nyeri 6, TD : 118/78 mmHg, N : 81x/mnt, RR : 20x/mnt, S :

38,6’C, terdapat luka jahit bekas operasi pada bagian pusar , tampak luka

tertutup verbant, panjang luka ± 10 cm, luka tidak terdapat kemerahan, terdapat

lebam, tidak terdapat edema. Pengkajian pada pasien 2 didapatkan data Ny. A,

Perempuan, 27 tahun, Menikah, ibu rumah tangga, Islam, Pendidikan terakhir

SMP, Diagnosa Medis Post op laparatomi Apendiks, tanggal pengkajian 21

November 2022, tanggal keluar dari kamar operasi 20 November 2022,

keluhan utama Nyeri. Pasien tampak meringis, Skala nyeri 7, TD : 130/96

mmHg, N : 99x/mnt, RR : 20x/mnt, S : 36,4’C, terdapat luka jahit bekas

operasi pada bagian pusar, tampak luka tertutup verbant, panjang luka ± 10 cm,

, luka tidak terdapat kemerahan, tidak terdapat lebam, tidak terdapat edema

116
2. Diagnosa keperawatan utama pada Ny. C dan Ny.A adalah Nyeri akut b.d agen

pencedera fisik (post op)

3. Intervensi Keperawatan yang diberikan pada Ny. C dan Ny.A adalah manajemen

nyeri dengan intervensi relaksasi benson

4. Evaluasi, setelah dilakukan implementasi keperawatan mobilisasi dini selama 4

hari masalah nyeri akut teratasi dengan hasil penurunan skala nyeri menjadi 2

dan 3

5. Kesimpulan dari karya ilmiah ini relaksasi benson dalam menurunkan tingkat

nyeri post operasi apendektomipada Ny. C dan Ny.A.

B. Saran
1. Bagi penulis lain

Diharapkan dapat meneliti terapi lain yang digunakan khususnya

dalam melakukan asuhan keperawatan dengan nyeri akut karena post

operasi.

2. Bagi RSUD Al Ihsan

Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pemberian

mobilisasi dini dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien post

operasi appendiktomi.

3. Bagi Universitas ‘Aisyiyah

Diharapkan dapat menambah informasi dan referensi terbaru baik

jurnal maupun buku yang dapat diakses oleh mahasiswa khususnya terkait

pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan intensitas nyeri akut pada

pasien post operasi appendiktomi

117
Daftar Pustaka

Amalina, Annisa, Avit Suchitra, and Deddy Saputra. 2018. “Hubungan Jumlah

Leukosit Pre Operasi Dengan Kejadian Komplikasi Pasca Operasi

Apendektomi Pada Pasien Apendisitis Perforasi Di RSUP Dr. M. Djamil

Padang.” Jurnal Kesehatan Andalas 7(4): 491.

Aprilia, M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Laparatomi

Eksplorasi A.I. Apendisitis Akut Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut

Di Ruang Melati 4 Rsud Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Universitas

Bhakti Kencana Bandung.

Bickley Lynn S & Szilagyi Peter G. (2018). Buku Saku Pemeriksaan Fisik &
Riwayat Kesehatan (p. 49). p. 49.

Budiono, and Sumirah Budi Pertami. 2018. Konsep Daar Keperawatan. 1st ed.

eds. Suryani Parman and Damayyanti Restu. Jakarta: Bumi Medika.

Burkitt, and R. (2007). Appendicitis. In: Essential Surgery Problems, Diagnosis,


& Management . (4th ed.). London: Elsevier Ltd.

Erwin H., (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Appendicitis Yang Di
Rawat Di Rumah Sakit. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Keperawatan Samarinda

Jong, S. & de. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Kozier, B. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan


Praktik. Edisi VII. Volume 1. Jakarta : EGC

Le Mone, Karen, & Bouldoff. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

118
EGC.

Manurung, M, T Manurung, and P Sigian. 2019. “Skala Nyeri Post Appendixtomy

Di RSUD Porsea.” Priority, Jurnal Keperawatan 2(2): 61–69.

Mulya, ruben eka. (2015). Pemberian mobilisasi dini terhadap lamanya

penyembuhan luka post operasi apendiktomi pada asuhan keperawatan ny. s

di ruang kantil 2 rsud karanganyar. Program Studi Diii Keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta 2015.

Muttaqin, A. 2010. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika

Nurarif, A. H., &amp; Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis


Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai
Kasus. Jogjakarta: Mediaction.

Potter, P., & Perry, A. (2014). Fundamentals of Nursing (7th ed.). Philadelphia:
Elsevier Ltd.

. (2020). Dasar-Dasar Keperawatan (E. Novieastari, K. Ibrahim,

Deswani, & S. Ramdaniati (eds.); Edisi Indo). Elsevier Ltd.

Setiadi. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori


dan Praktik. Yogyakarta: Graha ilmu

Setyaningrum, W. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Sdr. Y Dengan Post

Operasi Appendektomi Hari Ke-1 Di Ruang Dahlia RSUD Banyudono.

Naskah Publikasi, 16.

Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brurner &
Suddarath (8th ed.). Jakarta: EGC

119
Sofiah, Wiwik. (2017). Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Post Op
Apendiktomi Dengan Resiko Infeksi di RSUD Kota Jakarta Utara. 8(2), 1–
10.

Sulekale, A. (2016). Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kasus


Appendisitis di Rumah Sakit Santa Anna Kendari.

Sulikhah, N. M. (2014). Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasein


Operasi Apendiktomi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. 1–12.

Sulistiyawati. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Non

Hemoragik Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR.

Sulistiyawati, Hasneli, Y., & Novayelinda, R. (2012). Efektivitas Mobilisasi Dini

Terhadap Penyembuhan Luka Post Operasi Apendisitis. 1.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI,(2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.


Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI,(2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia.


Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI,(2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.


Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Wainsani, S., & Khoiriyah, K. (2020). Penurunan Intensitas Skala Nyeri Pasien

Appendiks Post Appendiktomi Menggunakan Teknik Relaksasi Benson.

Ners Muda, 1(1), 68. https://doi.org/10.26714/nm.v1i1.548

Wijaya, Wahyu, Mizar Eranto, and Ringgo Alfarisi. 2020. “Perbandingan Jumlah

Leukosit Darah Pada Pasien Appendisitis Akut Dengan Appendisitis

Perforasi.” Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada 11(1): 341–46.

120
121

Anda mungkin juga menyukai