Anda di halaman 1dari 30

Pengayaan Materi

Maternitas untuk
persiapan Ukom

RESKI RAHMAWATI, S.KEP.,NS.,M.KEP


Tips dan Strategi Menjawab soal

 Pahami soal
 Latihan membaca soal
 Berpikir realistis
 Diperkirakan benar tetapi salah
 Abaikan jawaban yang jelas jelas salah
 Hati hati terhadap informasi baru
 Gunakan logika
 Jawab soal dengan percaya diri
 Jangan tergesa-gesa
 Koreksi kembali jawaban
Ruang Lingkup Maternitas

 Asuhan keperawatan pada bayi dengan risiko tinggi


 Kesehatan keluarga dalam masa reproduksi
 Aspek biopsikososial pada rentang hidup perempuan; system reproduksi pada
masa pubertas, kehamilan, dan klimekterium
 Peran dan fungsi perawat dalam penyuluhan perkembangan, dan perubahan
system reproduksi wanita pada masa pubertas, kehamilan.
Ruang Lingkup Maternitas

 Asuhan keperawatan maternitas selama kehamilan (periode prenatal)


- Adaptasi ibu dalam perubahan biofisik dan kebutuhan dalam masa
kehamilan
- Perubahan psikologis dalam kehamilan
- Kehamilan dan pengaruhnya dalam keluarga
- metode-metode persiapan persalinan
- asuhan keperawatan prenatal
 Asuhan keperawatan ibu intranatal (Kala I-IV)
 Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir sampai 40 minggu
 Asuhan keperawatan ibu pada periode postnatal : masalah adaptasi fisik,
psikologis dan keluarga dengan anggota keluarga
 Asuhan keperawatan ibu risiko tinggi dan pelayanan obstetric : komplikasi,
penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan, nifas dan pembedahan
persalinan
Pemeriksaan Obstetrik

Taksiran Persalinan
HPHT (Hari Pertama Hari Terakhir)
Rumus Naegel :
Tanggal +7, Bulan -3, Tahun +1 HPHT jika bulan April s/d Desember
Tanggal +7, Bulan +9, Tahun +0 HPHT Jika bulan Januari s/d Maret.
Masa gestasi

 Buku Ajar Neonatologi membedakan Masa gestasi atau umur kehamilan sebagai
berikut :
1. Bayi Kurang Bulan (BKB) Yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 37
minggu
2. Bayi Cukup Bulan Yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37- 42
minggu (259 -293 hari).
3. Bayi Lebih Bulan (BLB) Yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42
minggu (294 hari).
TFU Berdasarkan Usia Kehamilan
Pemeriksaan Leopold

1. Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin bagian fundus

2. Leopold II : menentukan letak punggung janin (PUKA) atau (PUKI)


3. Leopold III
mengetahui apa yang ada pada bagian bawah dan bagian bawah sudah terpegang oleh
PAP (Pintu Atas Panggul) besar.

4. Leopodl IV
menentukan bagian bawah dalam Rahim dan seberapa masuknya bagian bawah
tersebut ke dalam PAP.
Kala I (Kala Pembukaan)
 Kala I disebut juga kala pembukaan, dimulainnya pembukaan serviks sampai terjadi
pembukaan 10 cm
 Proses membukanya serviks disebabkan HIS
 Tanda dan Gejala kala I :
1) His sudah teratur, frekuensi miniman 2 kali dalam 10 menit
2) Penipisan dan pembukaan serviks
3) Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lender bercampur darah
 Persalinan kala I dibagi dua fase : Fase Laten dan Fase aktif
Fase Laten Fase Aktif
• Dimulai sejak awal kontraksi yang • Frekuensi dan lama kontraksi uterus
menyebabkan penipisan dan pembukaan meningkat biasanya terjadi 3 kali atau
serviks secara bertahap. lebih dalam 10 menit dan berlangsung
• Pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan dalam 40 detik lebih.
biasanya berlangsung dibawah 8 jam • Serviks membuka dari 3 ke 10 cm.
• Terdapat 3 fase :

• 1. Akselerasi : pembukaan 3 cm menjadi 4


cm dalam 2 jam
• 2. Dilatasi maksimal : pembukaan 4 cm
menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam
• 3. Deselerasi : pembukaan lambat dari
Kala II (Kala Pengeluaran)
Tanda dan Gejala Kala II :
 Doran (dorongan meneran) bersamaan dengan kontraksi
 Teknus (tekanan pada Anus)
 Perjol ( perineum menonjol)
 Vulka (vulva membuka) vagina membuka dan spingter ani terlihat membuka
 Peninfkatan pengeluaran darah dan lender
Pembukaan serviks telah lengkapo dan terlihat kepala bayu
Kala III (Kala Uri / Plasenta)
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
Otot akan terus berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba
setelah lahirnya bayi.
Tanda-Tanda lepasnya plasenta :
 Perubahan ukuran dan bentuk uterus
 Tali pusat memanjang
 Semburan darah secara tiba-tiba
Kala III terdiri dari 2 fase :
1. Fase pelepasan uri
2. Fase pengeluaran Uri
a. Fase pelepasan uri
Cara lepasnya uri ada beberapa cara :
1) Schultze : lepasnya plasenta dimulai dengan bagian tengah kemudian seluruhnya, perdarahan akan
dimulai setelah uri lahir
2) Dunchan : lepasnya plasenta mulai dari pinggir, darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban.
b. Fase Pengeukaran uri
3) Kuster : dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada simis, tali pusat diregangkan jika tali pusat
masuk artinya belum lepas, bila diam atau maju artinya sudah lepas
4) Klein : sewaktu ada his, rahim di dorong, bila tali pusat kembali belum lepas. Diam atau turun artinya
lepas
5) Strassman : tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar artinya belum lepas.
Tak bergetar artinya sudah lepas
Kala IV

 Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat dengan durasi 60 sampai 80 mmHg
 Kekuatan His dirasakan ibu menyusui bayinya karena pengelauaran oksitosin oleh kelenjar hipofise
posterior
Perdarahan di anggap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc
Tanda dan gejala kala IV :
a. Bayi dan plasenta telah lahir
b. Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat
Observasi yang dilakukan, antara lain :
c. Tingkat kesadaran ibu
d. Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan
e. Kontraksi uterus
f. Terjadinya perdarahan
Prosedur proses persalinan
 KALA I PERSALINAN
Selama kala I, harus dilakukan pemantauan terhadap :
1. Kemajuan persalinan :
- Kontraksi uterus atau his (frekuensi, kekuatan dan durasi)
- Dilatasi serviks
2. Kondisi ibu :
- Periksa tensi dan nadi setiap 30 menit.
- Status hidrasi
- Perubahan sikap/ perilaku ibu.
3. Kondisi janin :
 Periksa DJJ tiap 15 menit (lebih sering dengan makin dekatnya kelahiran).
 - Penurunan presentasi dan perubahan posisi. - Warna cairan tertentu.
MENGENALI GEJALA DAN TANDA
KALA II
1. His 4-5 kali dalam 10 menit, lama his 40-50 detik
2. Ibu merasakan dorongan kuat untuk mengejan atau tekanan yang semakin meningkat pada
rektum dan vagina
3. Ibu ingin mengejan
4. Vulva dan anus membuka, perineum menonjol
5. Pada pemeriksaan dalam didapatkan :
a. Pembukaan lengkap (porsio tidak teraba, teraba kepala dengan presentasi
belakang kepala)
b. Penurunan kepala di Hodge III/ III+
c. Penunjuk/denominator ubun-ubun kecil (UUK) di kiri atau kanan atas
d. Selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah.
Prinsip pimpinan persalinan
1. Ibu dipimpin mengejan saat ada his
2. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher bayi.
3. Menunggu kepala selesai melakukan putaran paksi luar.
4. Menolong melahirkan bahu.
5. Menolong kelahiran badan dan tungkai.
6. Mengusap muka bayi untuk membersihkan mulut dan hidung setelah kepala bayi
lahir
7. Mengupayakan/ menahan agar perineum tidak robek saat kepala lahir.
8. Melakukan episiotomi (sesuai indikasi).
Kala II biasanya pada primigravida berlangsung selama 1 jam, pada multiparitas
selama 30 menit
Prosedur pimpinan Kala II
1. Penolong : memakai apron, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dan pakai sarung
tangan steril.
2. Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kassa steril yang dibasahi akuades steril
3. Memastikan pembukaan lengkap (periksa dalam).
4. Memastikan kondisi janin baik dengan memeriksa DJJ janin dalam batas normal saat relaksasi uterus.
5. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan minta ibu untuk mengedan sesuai instruksi.
6. Setiap ada his, pimpin ibu mengedan pada fase puncak his. Minta ibu untuk menarik lipat sendi lutut
dengan mengaitkan pada lipat siku agar tekanan abdomen menjadi efektif.
7. Istirahatkan ibu bila his menghilang. Letakkan kembali tungkai ibu di atas ranjang persalinan. Dengarkan
denyut jantung bayi pada waktu tersebut (tiap 5 menit).
8. Pimpin ibu mengedan hingga kepala bayi makin maju ke arah vulva. Bila diperlukan, lakukan episiotomi.
9. Bila episiotomi dianggap tidak perlu karena perineum ibu terlihat elastis, pimpin ibu mengedan terus bila
subocciput sudah berada di bawah simfisis (sebagai hipomochlion).
10. Dengan satu tangan, tahan belakang kepala (untuk mengatur supaya defleksi kepala tidak terlalu cepat).
Letakkan tangan yang lain pada perineum dengan merentangkan telunjuk dan ibu jari sehingga bagian di
antara kedua jari tersebut dapat mendorong perineum untuk membantu terjadi ekspulsi kepala (lahirnya,
berturut-turut, ubun-ubun besar (UUB), dahi, mata, hidung, mulut dan dagu) (Perasat Ritgen, gambar 1).
Hilangkan tahanan pada belakang kepala secara bertahap.
11. Lepaskan pegangan pada belakang kepala dan perineum, tunggu dan perhatikan proses putaran
paksi luar (UUK kembali ke arah punggung bayi) secara spontan.
12. Pastikan tidak ada lilitan tali pusat pada leher bayi. Bila terdapat lilitan tali pusat secara
longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala bayi. Jika tali pusat melilit leher secara kuat,
klem tali pusat di 2 tempat dan potong di antara kedua klem tersebut.
13. Ambil kain/ handuk bersih, seka dengan lembut muka, mulut, hidung dan kepala bayi dari
darah, air ketuban atau ferniks kaseosa. Bersihkan pula lipat paha, perineum dan daerah sekitar
bokong ibu.
14. Melahirkan seluruh badan bayi :
a. Dengan tangan kiri dan kanan, pegang kepala bayi secara biparietal (ibu jari pada pipi depan,
jari telunjuk dan jari tengah pada bawah dagu, jari manis dan kelingking pada belakang leher
dan bawah kepala). Sambil meminta ibu untuk mengedan, gerakkan bayi ke bawah sehingga
bahu depan lahir
b. Gerakkan bayi ke atas hingga bahu belakang lahir
c. Kembalikan bayi pada posisi sejajar lantai, lahirkan berturut-turut dada dan lengan, perut,
pinggul dan tungkai. Letakkan di antara kedua paha ibu.
d. Bila persalinan dilakukan di atas meja ginekologi, setelah kedua bahu lahir, topangkan badan
bayi pada lengan bawah kanan, tangan kiri memegang bagian belakang tubuh bayi. Setelah
bayi lahir lengkap, letakkan bayi di atas perut ibu, atau minta asisten memegang bayi supaya
tidak terjatuh
Manajemen aktif kala III terdiri dari 3
langkah utama:
1. Pemberian suntikan oksitosin IM dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali, agar segera terjadi separasi
plasenta.
3. Masase fundus uteri setelah plasenta lahir.
Pemantauan kala IV
1. Ganti baju ibu dengan baju bersih dan kering. Pasang pispot datar dan lebar pada
bagian bokong untuk memantau darah yang keluar.
2. Tutup perut bawah dan tungkai dengan selimut.
3. Pantau tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus, status kandung kemih dan
perdarahan tiap 15 menit hingga 2 jam pasca kala III. Lakukan estimasi jumlah
perdarahan.
4. Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus tetap baik tiap 15 menit selama 1
jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala IV.
5. Beri obat-obatan yang diperlukan dan minum secukupnya.
6. Bila setelah 2 jam kondisi ibu stabil dan tidak ada komplikasi, pasangkan
pembalut dan celana dalam. Pakaikan kain dan selimuti ibu. Pindahkan ibu ke
ruang perawatan dan lakukan rawat gabung dengan bayinya sesegera mungkin.
Macam-Macam Abortus atau Jenis
Keguguran
1. Keguguran Total atau Abortus Komplet
Abortus komplet adalah fenomena jenis keguguran dimana seluruh hasil
konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
2. Abortus Inkomplit
Jenis keguguran inkomplet adalah yang sebagian hasil konsepsi telah keluar dari
rahim dan masih ada yang tertinggal.
3. Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah jensis keguguran yang sedang mengancam yang ditandai
dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap
di dalam rahim.
4. Abortus Imminens
Jenis keguguran tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vagina, sedangkan jalan
lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim tampak mirip
dengan abortus insipiens yang mengancam jiwa.
5. Missed Abortion
Keguguran yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih
dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis
Habitualis abortus adalah Keguguran yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut
atau lebih pada satu penderita akibat gangguan yang terjadi pada sistem reproduksi
Jenis – Jenis Lochea menurut Suherni
(2009), yaitu :

1. Lochea rubra (Cruenta) : ini berisi darah segar sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel
desidua, vernix caseosa, lanugo dan meconium, selama 2 hari pasca persalinan.
2. Lochea sanguinolenta : warnanya merah kuning berisi darah dan lender. Ini terjadi pada
hari ke – 3 – 7 pasca persalinan.
3. Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke – 7 – 14
pasca persalinan.
4. Lochea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu pasca persalinan.
5. Lochea parulenta : ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6. Lochiotosis : lochea tidak lancar keluarnya.

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lochea
terbagi menjadi tga jenis, yaitu: loche rubra, lochea sanguilenta, lochea serosa dan lochea alba
Contoh soal 1
Seorang perempuan hamil berusia 20 tahun dating ke IGD diantar tetangga. Pasien
mengatakan mules dan kencang pada perutnya sejak 14 jam yang lalu. Hasil
pengkajian didapat ekspresi wajah tegang, tekanan darah 130/90 mmhg, suhu 37 C,
nadi 100 x/ menit, frekuensi pernafasan 24 x/menit, pemeriksaan USG, kesan : posisi
bayi presentasi bokong dan usia gestasi 36 minggu. Apakah diagnose keperawatan
utama pada pasien diatas :
a. Ansietas b/d kemajuan persalinan yang lambat
b. Nyeri akut b/d proses melahirkan
c. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik
d. Resiko tinggi infeksi b/d giant baby
e. Kurang pengetahuan b/d tentang proses persalinan dan kurang informasi
Contoh soal 2
Seorang wanita umur 23 tahun dating ke dokter pada tanggal 14 januari 2019, ingin
memeriksa kehamilan, HPHT 20 Mei 2018, dan dari pemeriksaan fisik didapatkan
janin tunggal hidup intra uterine, presentasi kepala, punggung kiri, kepala belum
masuk PAP, belum inpartu. Letak punggung kiri didapatkan dari hasil pemeriksaan ?
a. Leopold I
b. Leopold II
c. Leopold III
d. Leopold IV
e. Pemeriksaan dalam
Contoh soal 3
Seorang wanita berusia 28 tahun G1P0A0 usia kehamilan 36 minggu datang ke IGD
dengan keluhan keluar cairan dari jalan lahir sejak 1 jam yang lalu. Dari pemeriksaan
dalam ditemukan pembukaan lengkap, ketuban (-), dan kepala sudah masuk dalam
rongga panggul. Kesimpulan yang paling tepat pada kasus ini adalah ?
a. belum inpartu
b. inpartu kala I fase laten
c. Inpartu kala I fase aktif
d. inpartu kala II
e. inpartu kala III
Contoh soal 4

Seorang perempuan usia 38 tahun hamil 32 minggu dating untuk antenatal care rutin.
Riwayat persalinan yang lalu 2 kali sesar, bayi hidup dan belum pernah abortus.
Pemeriksaan fisik tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 80x/ menit, suhu 37 C.
dokumentasi yang tepat untuk status gravida klien adalah :
a. G2P2A0
b. G3P0A1
c. G3P2A0
d. G3P0A0

Anda mungkin juga menyukai