Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga dapat terselesaikannya referat dengan
judul Presbikusis. Penulisan referat ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah
satu tugas kepaniteraan Ilmu Telinga Hidung Tenggorok di RS Kesdam I Bukit Barisan
Putri Hijau Medan dimulai pada tanggal 24 Agustus 18 September 2015.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
sangatlah sulit untuk menyelesaikan referat ni. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Patar Lbn Raja, Sp.THT-KL selaku
pembimbing yang telah membantu dan memberikan bimbingan selama penulis
mengikuti keegiatan kepaniteraan Ilmu Telinga Hidung Tenggorok.
Akhir kata dengan segala kekurangan yang penulis miliki, segala saran dan kritik
yang bersifat membangun akan penulis terima untuk perbaikan selanjutnya. Semoga
referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakannya selama proses
kemajuan pendidikan selanjutnya.

Medan, 10 September 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................. 1


Daftar Isi .......................................................................................................................... 2
Daftar Gambar ................................................................................................................. 3
Daftar Tabel ..................................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6


2. 1. Anatomi Telinga Luar ................................................................................. 7
2. 2. Presbikusis ................................................................................................... 7
2. 3. Epidemiologi ............................................................................................... 7
2. 4. Etiologi ........................................................................................................ 7
2. 5. Klasifikasi .................................................................................................... 8
2. 6. Patogenesis .................................................................................................. 9
2. 7. Gejala Klinis ................................................................................................ 10
2. 8. Diagnosis ..................................................................................................... 10
2. 9. Penatalaksanaan .......................................................................................... 11

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 20

Daftar Pustaka ................................................................................................................. 22


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Telinga Luar, Tengah dan Dalam ....10


Gambar 2. Audiogram Presbikusis....13
Gambar 3. Komponen Alat Bantu Dengar14
Gambar 4. Mekanisme ALat Bantu Dengar..15
Gambar 5. Implant Koklea....17
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komponen Alat Bantu Dengar10


Tabel 2. Mekanisme Kerja.13
Tabel 3. Macam-macam Alat Bantu Dengar.14
Tabel 4. Indikasi dan Kontra Indikasi Implant Koklea..15
Tabel 5. Evaluasi Alat Bantu Dengar17
BAB I
PENDAHULUAN

Presbikusis adalah penurunan pendengaran alamiah yang terjadi sejalan dengan


proses penuaan dan umumnya dimulai pada umur 65 tahun. Presbikusis terjadi pada
nada tinggi dan pada pemeriksaan audiometri nada murni terlihat berupa penurunan
pendengaran jenis sensorineural yang bilateral pada kedua telinga dansimetris yang
disebabkan oleh perubahan degeneratif telinga bagian dalam.5
Angka insidensi dari gangguan pendengaran akibat prebikusis pada lansia di
Amerika Serikat dilaporkan sebesar 25-30% untuk kelompok umur 65-70 tahun,
sedangkan angka insidensi untuk umur lebih dari 75 tahun sebesar 50%. Menurut
hasil survei, jumlah pemakai alat bantu dengar sampai saat ini di Amerika mencapai 20
juta orang.5
Pendengaran yang baik merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat
penting bagi manusia. Jika manusia mengalami gangguan pendengaran maka hal itu
akan sangat berdampak buruk dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini sudah tersedia
teknik penanganan gangguan pendengaran yang baru dan lebih baik. Penanganan
gangguan pendengaran yang efektif telah terbukti menghasilkan efek positif terhadap
kualitas hidup.8
Pemasangan alat bantu dengar (ABD) merupakan upaya untuk meningkatkan
kualitas hidup terutama pada pasien presbiakusis. Tujuan utama dari alat bantu dengar
adalah untuk memaksimalkan sisa pendengaran.9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. ANATOMI TELINGA

Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah atau kavum timpani, dan telinga
dalam atau labirin. Telinga luar terdiri atas aurikula dan meatus akustikus eksternus
(MAE)/ liang telinga. Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam os temporal
pars petrosa yang dilapisi membran mukosa, berisi tulang-tulang pendengaran. Telinga
dalam berisi labirin tulang (vestibulum, kanalis semisirkularis, dan koklea) dan labirin
membranasea (utrikulus dan sakulus di dalam vestibulum, tiga duktus semisirkularis di
dalam kanalis semisirkularis, dan duktus koklearis di dalam koklea), sesuai dengan yang
ditampilkan pada Gambar 1.1

Gambar 1: Anatomi telinga luar, tengah dan dalam.


2. 2. DEFINISI PRESBIKUSIS
Presbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut mulai usia 65th akibat
proses degenerasi organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang
terjadi secara progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta
tidak ada kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum.5

2. 3. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan definisinya, prevalensi presbiakusis meningkat seiring
bertambahnya usia. Secara global prevalensi presbikusis bervariasi, Presbiakusis
dialami sekitar 30-35% pada populasi berusia 65-75 tahun dan 40-50% pada populasi
diatas 75 tahun. Prevalensi pada laki-laki sedikit lebih tinggi daripada wanita.
Perbedaan prevalensi presbiakusis antar ras belum diketahui secara pasti.6

2. 4. ETIOLOGI
Umumnya diketahui bahwa presikusis merupakan akibat dari proses degenerasi.
Schucknecht menerangkan penyebab kurang pendengaran pada presbikusis adalah
Degenerasi sel rambut di koklea, degenerasi fleksibilitas dari membran basiler,
berkurangnya neuron pada jalur pendengaran, perubahan pada sistem pusat pendengaran
dan batang otak, degenerasi jangka pendek dan auditory memory, menurunnya
kecepatan proses pada pusat pendengaran di otak (central auditory cortex ).5,7
Cepat lambatnya proses degenerasi ini dipengaruhi juga oleh tempat dimana
seseorang tinggal selama hidupnya. Orang kota lebih cepat datangnya presbikusis ini
dibandingkan dengan orang desa. Diduga kejadian presbikusis usia mempunyai
hubungan dengan faktor-faktor herediter, metabolism (DM, hiperkolesterol),
arterosklerosis (Hipertensi,), infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat
multifactor(Merokok, riwayat bising).8
2. 5. KLASIFIKASI
Gacek dan Schucknecht mengidentifikasi 4 lokasi penuaan koklea dan membagi
presbikusis menjadi 4 tipe berdasarkan lokasi tersebut. Perubahan histologik ini
berhubungan dengan gejala yang timbul dan hasil pemeriksaan auditorik. Prevalensi
terbanyak menurut penelitian adalah jenis metabolic 34,6%, jenis lainnya neural 30,7%,
mekanik 22,8% dan sensorik 11,9%.6
Presbikusis sensorik adalah atrofi epitel disertai hilangnya sel-sel rambut dan sel
penyokong organ corti. Proses berasal dari bagian basal koklea dan perlahan-lahan
menjalar ke daerah apeks. Penurunan ambang frekuensi tinggi, yang dimulai setelah
usia pertengahan. Secara histologi, atrofi dapat terbatas hanya beberapa millimeter awal
dari basal koklea dan proses berjalan dengan lambat. Ciri khas adalah terjadi penurunan
pendengaran secara tiba-tiba pada frekuensi tinggi (slooping downn). Jenis sensori
adalah tipe noise-induced hearing loss (NIHL). Banyak terdapat pada laki-laki dengan
riwayat bising.6,7
Presbikusis Neural merupakan atrofi sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf pusat.
Atrofi terjadi mulai dari koklea, dengan bagian basilarnya sedikit lebih banyak terkena
dibanding sisa dari bagian koklea lainnya. Tidak didapati adanya penurunan ambang
terhadap frekuensi tinggi bunyi. Keparahan tipe ini menyebabkan penurunan
diskriminasi kata-kata yang secara klinik berhubungan dengan presbikusis neural dan
dapat dijumpai sebelum terjadinya gangguan pendengaran. Efeknya tidak disadari
sampai seseorang berumur lanjut sebab gejala tidak akan timbul sampai 90% neuron
akhirnya hilang. Pengurangan jumlah sel-sel neuron ini sesuai dengan normal speech
discrimination. Bila jumlah neuron ini berkurang di bawah yang dibutuhkan untuk
tranmisi getaran, terjadilah neural presbyacusis. Menurunnya jumlah neuron pada
koklea lebih parah terjadi pada basal koklea. Gambaran klasik: speech discrimination
sangat berkurang dan atrofi yang luas pada ganglion spiralis (cookie-bite).7
Presbikusis Metabolik/(Strial presbyacusis) keadaan ini dihasilkan dari atrofi
stria vaskularis. Stria vaskularis normalnya berfungsi menjaga keseimbangan
bioelektrik dan kimiawi dan juga keseimbangan metabolik dari koklea. Atrofi dari stria
ini menyebabkan hilangnya pendengaran yang direpresentasikan melalui kurva
pendengaran yang mendatar (flat) sebab seluruh koklea terpengaruh. Diskriminasi kata-
kata dijumpai. Proses ini berlangsung pada seseorang yang berusia 30-60 tahun.
Berkembang dengan lambat dan mungkin bersifat familial. Penderita dengan kasus
kardiovaskular (heart attacks, stroke, intermittent claudication) dapat mengalami
prebikusis tipe ini serta menyerang pada semua jenis kelamin namun lebih nyata pada
perempuan.5,8
Presbikusis Mekanik ini disebabkan oleh penebalan dan kekakuan sekunder dari
membran basilaris koklea. Terjadi perubahan gerakan mekanik dari duktus koklearis
dan atrofi dari ligamentum spiralis. Berhubungan dengan tuli sensorineural yang
berkembang sangat lambat.5,6

2. 6. PATOGENESIS
Tuli sensorineural pada usia lanjut disebabkan oleh berkurangnya sel-sel rambut
dan elemen penunjang. Degenerasi yang tejadi di basal membran menyebabkan
penurunan pada frekuensi tinggi. Pada usia lanjut ditemukan atrofi stria vaskularis yang
memberikan gambaran audiometri nada murni berbentuk flat. Kekakuan membran basal
juga memberikan gambaran penurunan audiometri nada murni yang berbentuk kurva
menurun, kerusakan bisa juga mengenai nervus koklearis. Kerusakan terjadi akibat
adanya lesi yang disebabkan oleh infeksi atau penyakit sistemik, sehingga menghambat
impuls yang ditansmisikan ke otak.5,7,8

2. 7. GEJALA KLINIS
Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan-
lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga. Kapan berkurangnya pendengaran
tidak diketahui pasti. Keluhan lainnya adalah telinga berdenging (tinitus nada tinggi).
Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama
bila diucapkan dengan cepat di tempat dengan latar belakang yang bising (cocktail party
deafness). Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul suara nyeri di telinga, hal ini
disebabakan oleh faktor kelemahan saraf (recruitment).8

2. 8. DIAGNOSIS
Pada anamnesis Penurunan ketajaman pendengaran pada usia lanjut, bersifat
sensorineural, simetris bilateral dan progresif lambat. Umumnya terutama terhadap
suara atau nada yang tinggi. Tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan telinga hidung
tenggorok, seringkali merupakan kelainan yang tidak disadari. Penderita menjadi
depresi dan lebih sensitif. Kadang-kadang disertai dengan tinitus yaitu persepsi
munculnya suara baik di telinga atau di kepala. Faktor risiko presbikusis adalah: 1)
Paparan bising, 2) merokok, 3) obat-obatan, 4) hipertensi, dan 5) riwayat keluarga.
Orang dengan riwayat bekerja di tempat bising, tempat rekreasi yang bising, dan
penembak (tentara) akan mengalami kehilangan pendengaran pada frekuensi tinggi.
Penggunaan obat-obatan antibiotik golongan aminoglikosid, cisplatin, diuretik, atau anti
inflamasi dapat berpengaruh terhadap terjadinya presbikusis.8
Pemeriksaan fisik pada penderita biasanya normal setelah pengambilan serumen
yang merupakan problem pada penderita usia lanjut dan penyebab kurang pendengaran
terbanyak. Pada pemeriksaan otoskopi, tampak membran timpani normal atau bisa juga
suram, dengan mobilitas yang berkurang. Pemeriksaan tambahan tes penala Uji rinne
positif Hantaran Udara Hantaran Tulang, Uji Weber, Uji Schwabach memendek.5
Audiometri murni pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan.
Pemeriksaan audiometri nada murni menunjukkan suatu tuli sensorineural nada tinggi
bilateral dan simetris. Pemeriksaan audiometri nada murni ditemukan perurunan
ambang dengar nada murni yang menunjukkan gambaran tuli sensorineural. Pada tahap
awal terdapat penurunan yang tajam (sloping) setelah frekuensi 1000 Hz. Gambaran ini
khas pada gangguan pendengaran jenis sensorik dan neural. Kedua jenis ini paling
sering ditemukan.5,7
Garis ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih
mendatar, kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi penurunan. Semua
jenis presbikusis tahap lanjut juga terjadi penurunan pada frekuensi yang lebih rendah.5
Audiometri tutur Menunjukkan adanya gangguan diskriminasi wicara (speech
discriminatin) dan biasanya keadaan ini jelas terlihat pada presbikusis jenis neural dan
koklear. Pada pemeriksaan audiometri tutur pasien diminta untuk mengulang kata yang
didengar melalui kasettape recorder. Pada tuli persepti koklea, pasien sulit untuk
membedakan bunyi R, S, C, H, CH, N. Sedangkan pada tuli retrokoklea lebih sulit lagi
umtuk membedakan kata tersebut. Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai
kemampuan pasien dalam pembicaraan sehari-hari, dan untuk menilai pemberian alat
bantu dengar.5

Gambar 2 : audiogram presbikusis

2. 9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien ini bertujuan untuk memperbaiki efektifitas pasien
dalam berkomunikasi dan memaksimalkan pendengaran pasien, atau yang biasa disebut
dengan rehabilitasi. 5,7,9
Definisi Hearing Aid
Alat bantu dengar (Hearung Aid) merupakan suatu alat elektronik yang
dioperasikan dengan baterai, yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga
komunikasi bisa berjalan dengan lancar. Alat bantu dengar terdiri dari:9
Komponen Fungsi
Microphone bagian yang berperan menerima suara dari luar dan mengubah
sinyal suara menjadi energi listrik, kemudian
meneruskannya ke amplifier.
Amplifier berfungsi memperkeras suara dengan cara memperbesar
energi listrik yang selanjutnya mengirimkannya ke receiver.
Receiver atau mengubah energi listrik yang telah diperbesar amplifier
loudspeaker menjadi energi bunyi kembali dan meneruskannya ke liang
telinga
Baterai sebagai sumber tenaga.
Tabel 1 : komponen ABD

Gambar 3 : komponen ABD


Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologis bisa menentukan
apakah penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum (audiologis adalah
seorang profesional kesehatan yang ahli dalam mengenali dan menentukan beratnya
gangguan fungsi pendengaran). 10
Alat bantu dengar sangat membantu proses pendengaran dan pemahaman
percakapan pada penderita penurunan fungsi pendengaran sensorineural. Dalam
menentukan suatu alat bantu dengar, seorang audiologis biasanya akan
mempertimbangkan kemampuan mendengar penderita, aktivitas di rumah maupun di
tempat bekerja, keterbatasan fisik, keadaan medis, penampilan, harga.10

Pemrosesan Suara Pada Alat Bantu Dengar


Saat ini sebagian besar alat bantu dengar sudah memakai teknologi digital,
artinya sinyal suara yang ditangkap oleh mikrofon dirubah (konversi) menjadi kode-
kode digital, yang kemudian diproses menggunakan perhitungan matematis.5,9
Pemrosesan suara secara digital memungkinkan untuk melakukan teknik
memanipulasi sinyal contohnya : memisahkan sinyal suara percakapan dengan sinyal
bising. Sebagian besar alat bantu dengar saat ini memiliki kemampuan (dalam
memproses) lebih baik dibanding komputer desktop, tidak seperti alat bantu dengar
yang ada di beberapa tahun lalu yang tidak lebih dari sekedar amplifier.10
Algoritma yang kompleks dapat memisahkan suara/bunyi ke beberapa frekuensi
dan mengamplifikasi tergantung dari settingan/program yang diberlakukan pada alat
bantu dengar yang sesuai dengan kondisi gangguan pendengaran klien. Dengan metode
algoritma juga memungkinkan untuk membedakan jumlah amplifikasi antara suara
yang pelan,sedang dan keras. Dengan cara tersebut diharapkan suara yang pelan dapat
terdengar, namun suara yang keras tidak terasa menyakitkan telinga (over amplifikasi).
Dan pemrosesan digital memastikan replika sinyal asal secara presisi dengan distorsi
yang minimal agar menghasilkam kualitas suara yang bagus.9,10
Gambar 4 : Mekanisme Kerja ABD

KLASIFIKASI
Menurut sistim kerjanya
Secara umum sistim kerja ABD dibedakan menjadi:

Analog Prinsip sistem analog adalah memperkeras suara yang masuk


telinga melalui komponen mekanik dasar yang sederhana. Sirkuit ABD
ini telah diatur dari pabrik sehingga kemampuan pengaturan yang lebih
individual sangat terbatas atau kurang fleksibel. Sistim ini mudah
mengalami distorsi, terjadi noise (bising) pada rangkaian komponen dan
rentan terhadap bising di sekitarnya.
Digital Sistem analog merupakan ABD yang menggunakan chip
komputer yang menganalisa suara yang masuk. Setelah suara
diamplifikasi, teknologi digital akan memilih suara yang perlu diteruskan
ke dalam telinga dan menyingkirkan suara yang tidak diharapkan (noise).
ABD Sistim digital bisa menerima program komputer tertentu yang dapat
memilih frekuensi syang spesifik sesuai dengan kebutuhan. ABD Sistim
digital menjadi sangat fleksibel karena secara otomatis dapat beradaptasi
dengan suara yang keras atau halus, sehingga tidak terjadi perkerasan
yang berlebihan.
Tabel 2 : Mekanisme Kerja

Menurut bentuknya
Setiap bentuk ABD memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing.
Berikut adalah pembahasan beberapa jenis ABD yang ada saat ini:8,9
Jenis alat bantu
Keuntungan Kerugian
pendengaran
Harga murah Bentuk besar
Baterai tahan lama dan mudah Ada kabel
didapat Bunyi gesekan dengan kain
Body Worn Feedback tidak ada Selit menangkap suara dari
Type Amplifikasi lebih kuat belakang
Pengaturan manual mudah Dapat rusak oleh sekret telinga
pasien

Amplifikasi kuat Membutuhkan ear mould


Behind-the-ear Feedback minimal Memberikan efek oklusi
type Pengaturan manual relatif Dapat rusak oleh sekresi telinga
pasien
Sulit terlihat Amplifikasi terbatas
In-the-ear type Membutuhkan ear mould
Sulit terlihat Rentan terhadap feedback
In-the-canal Amplifikasi cukup baik karena Pengaturan manual sulit
type terpasang dalam

Tidak terlihat kecuali melihat Pengaturan manual sulit


Completely-in- langsung ke liang telinga Rentan feedback
canal pemakai Fitur tertentu tidak dapat
digunakan
Secara kosmetik lebih dapat Letak receiver menjadi relatif
Spectacle aid diterima tidak stabil

Open-fit mini Baterai relatif lebih tahan Harga mahal


BTE Amplifikasi kuat Ketersediaan masih terbatas
Feedback minimal karena merupakan teknologi baru
Pengaturan mudah
Sulit terlihat
Tidak perlu ear mould
Tidak menimbulkan efek oklusi
Memungkinkan keluarnya sekret
telinga pasien
Tabel 3 : macam-macam ABD

Kandidat pemakai alat bantu dengar


Setiap orang dengan kesulitan mendengar atau memahami pembicaraan harus
mempertimbangkan penggunaan alat amplifikasi pendengaran. Hal ini terutama sangat
dianjurkan untuk anak-anak dengan gangguan pendengaran, dimana intervensi harus
dianjurkan sedini mungkin. Gangguan pendengaran dapat secara umum dikelompokkan
menjadi Mild Hearing Loss (20-40 dB), Moderate Hearing Loss (45-65 dB), Severe
Hearing Loss (70-85 dB), Profound Hearing Loss (>85 dB).8,9
Selain tipe dan derajat ketulian, ada beberapa faktor lainnya yang perlu
diperhitungkan mengenai apakah seorang pasien membutuhkan alat bantu dengar,
antara lain umur dan kondisi kesehatan mental dan fisik pasien secara umum, motivasi
pasien (Bukan keluarga atau pihak lain), kondisi keuangan pasien, pertimbangan
kosmetis, kebutuhan pasien akan komunikasi, terutama dalam kehidupan dan
pekerjaan.9

Implan Koklea
Implan koklea merupakan perangkat elektronik yang mempunyai kemampuan
menggantikan fungsi koklea untuk meningkatkan kemampuan mendengar dan
berkomunikasi pada pasien tuli saraf berat dan total bilateral. Implan koklea sudah
mulai dimanfaatkan semenjak 25 tahun yang lalu dan berkembang pesat di negara maju.
Implantasi koklea pertama kali dikerjakan di Indonesia pada bulan Juli 2002. Selama 4
tahun terakhir telah dilakukan implantasi koklea pada 27 anak dan 1 orang dewasa.8
IMPLAN KOKLEA
Indikasi Kontra Indikasi
- keadaan tuli saraf berat bilateral - tuli akibat kelainan pada jalur saraf
atau tuli total bilateral (anak pusat (tuli sentral),
maupun dewasa) yang tidak / - proses penulangan koklea
sedikit mendapat manfaat dengan - koklea tidak berkembang
alat bantu dengar konvensional,
- usia 12 bulan sampai 17 tahun,
tidak ada kontraindikasi medis
- calon pengguna mempunyai
perkembangan kognitif yang baik.
Tabel 4 : Indikasi dan Kontra indikasi implant Koklea

Cara Kerja Implan Koklea


Perangkat implan koklea terdiri dari Komponen luar (Mikrofon, Speech
processor, kabel pengubung), komponen dalam (Receiver dan Multi-channel electrode).
Prinsip kerja dari cochlear implant pertama kali gelombang suara masuk pada mikrofon
yang ditempatkan pada headpiece, suara dikirim ke speech processor melalui sebuah
kabel tipis yang menghubungkan headpiece ke speech processor, the speech processor
mengubah suara tersebut menjadi sebuah sinyal khusus yang dapat ditafsirkan oleh otak.
Perubahan ini diselesaikan dengan suatu program yang disebut speech processing
strategies, sinyal khusus tersebut dikirim kembali melalui kabel yang sama ke
headpiece dan dikirim melewati kulit melalui gelombang radio ke alat yang ditanam
tersebut, sinyal tersebut berjalan melalui barisan elektroda di dalam pusat telinga dan
merangsang saraf pendengaran.9,10
Saraf pendengaran kemudian mengirim sinyal sinyal listrik ke otak dimana siyal
sinyal listrik tersebut ditafsirkan sebagai suara.

Gambar 5 : Implant koklea

VERIFIKASI PEMASANGAN
Peraturan dari FDA (Foods and Drugs Administration) mengharuskan masa uji
coba selama 30 hari untuk alat bantu dengar yang baru, suatu masa untuk mengetahui
apakah alat tersebut cocok dan efektif bagi pemakai. Prosedur verifikasi pemasangan
ABD pada pasien tersebut antara lain:
Assessment of Word klinisi harus melakukan penilaian
Recognition & Sound Quality peningkatan kemampuan pengenalan kata penderita
dan kualitas suara ABD baik dalam kondisi yang
ramai dan dalam kondisi yang tenang.

Probe Tube Measure Pengukuran dengan probe tube merupakan


tindakan noninfasif yang secara cepat menilai
kekuatan suara yang diterima pada jarak 5mm dari
membran timpani. Yang akan dinilai melalui
pemeriksaan ini adalah Dynamic Range dari
penderita, yaitu rentang antara Threshold Level dan
Loudness Discomfort Level dari penderita. Bila alat
pemeriksaan ini tidak ada, dapat juga dilakukan
pemeriksaan Functional Gain, yakni selisih dari
Threshold penderita tanpa dan dengan ABD.

Subjective Scaling penilaian subyektif kepuasan pengguna, baik


dengan metode menjawab pertanyaan yang sudah
disediakan, atau menggambarkan sendiri kondisi dan
apa yang dirasakan pengguna setelah pemakaian
ABD.

Tabel 5 : Evaluasi ABD


BAB III
PENUTUP

3. 1. RESUME
Presbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut mulai usia 65th akibat
proses degenerasi organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang
terjadi secara progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta
tidak ada kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum. Banyak beberapa
faktor yang mempunyau hub dengan presbikusis seperti herediter, metabolisme,
aterosklerosis, bising, gaya hidup atau bersifat multifactor. Presbikusis dapat dijelaskan
dari beberapa kemungkinan patogenesis, yaitu degenerasi koklea, degenerasi sentral,
dan beberapa mekanisme mokuler, seperti faktor gen, stress oksidatif, dan gangguan
transduksi sinyal.Klasifikasi presbikusis menjadi 4 jenis: Sensori (outer hair-cell),
neural (ganglion-cell), metabolik (strial atrophy), dan koklea konduktif (stiffness of the
basilar membrane). Diagnose ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Presbiakusis tidak dapat disembuhkan dan tujuan
penatalaksanaanya adalah untuk memperbaiki kemampuan pendengarannya dengan
menggunakan alat bantu dengar.
Alat Bantu Dengar (ABD) adalah Alat suatu perangkat elektronik yang berguna
untuk memperkeras (mengamplifikasi) suara yang masuk ke dalam telinga, sehingga si
pemakai dapat mendengar lebih jelas suara yang ada di sekitarnya. mekanisme kerja
ABD berupa: masuknya suara melalui mikrofon, pengerasan suara oleh amplifier, dan
penyampaian ulang suara oleh receiver / loudspeaker yang mana keseluruhan sistemnya
diperdayai oleh suatu komponen baterai. Terdapat berbagai macam jenis ABD: Menurut
sistem kerjanya, Menurut jenis hantarannya, dan Menurut bentuknya yang memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Setelah Pemakaian ABD, perlu
dilakukan penilaian ulang untuk menentukan keberhasilan pemakaian ABD dengan
beberapa tes, seperti Assessment of Word Recognition & Sound Quality, Probe Tube
Measure, dan Subjective Scaling.
3. 2. KESIMPULAN
Presbikusis merupakan tuli sensorineural pada usia lanjut yang pada umumnya
terjadi mulai usia 65 tahun akibat proses degenerasi organ pendengaran yang terjadi
secara berangsur-angsur dan simetris di kedua sisi telinga. Penatalaksanaan dari
presbikusis itu sendiri adalah ddengan menggunakan alat bantu dengar / Hearing AID,
tetapi tujuan di gunakanya ABD bukan untuk mengobati tetapi untuk memaksimalkan
sisa pendengaran pasien agar pasien bisa tetap berkomunikasi dengan baik. ABD
mempunyai berbagai macam bentuk mulai dari yang besar terlihat, kecil tidak terlihat
dan hingga tersamarkan dengan kaca mata. Pemilihan ABD tergantung dari derajat
ketulian pasien hingga kosmetik, pasien dianjurkan berkonsultasi dengan audiologist.
Setelah ada yang cocok pasien di lakukan uji coba selama 90 hari apakah alatnya benar-
benar cocok dan efektif. Jadi, pemakaian ABD pada presbikusis sangat membantu
pasien dalam berkomunikasi dan meningkatkan kualitas hidup psien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. 6th ed. Jakarta: EGC;
2000. P: 230-240.
2. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. 2nd ed. Stuttgart: Georg
Thieme Verlag; 2006. P: 357-483.
3. Junqueira LC. Carneiro J. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. 10th ed. Jakarta: EGC;
2004. P: 30-40.
4. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC; 1996. P:
135-278.
5. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. P: 1. 43-45.
6. Muyassaroh, M. 2013. Faktor Risiko Presbikusis - Health Science Journals.
Diunduh dari: indonesia.digitaljournals.org/index.php/.../1187. [Diakses pada 11
Juni 2014]
7. Dewi, Afriani. 2011. Presbiakusis. Diunduh dari: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/05/presbiakusis.pdf. [Diakses pada 18 Juni 2014]
8. Inner ear, Presbycusis, Available from www.emedicine.com, Last update on July 27,
2013. [Diakses pada 11 Juni 2014]
9. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. P: 93-97.
10. http://medicastore.com/penyakit/357/Berkurangnya_Pendengaran_&_Tuli.html
[Diakses pada 11Juni 2014]

Anda mungkin juga menyukai