Anda di halaman 1dari 668

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjk lzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd TEKNIK BUDIDAYA AGRO-KOMPLEK fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjk lzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv M.

ABDUL FATAH, S. Pd. SETONO GG 5 NO 55 bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm KOTA PEKALONGAN qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer NO HP : 082136561161 tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxc vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw 2012 ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyu iopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc

1.Teknik Pisang

Budidaya

I. PENDAHULUAN Pisang vitamin, adalah tanaman dan buah , sumber Di

mineral

karbohidrat.

Indonesia pisang yang ditanam baik dalam

skala

rumah

tangga

ataupun

kebun

pemeliharaannya kurang intensif. Sehingga, produksi pisang Indonesia rendah, dan tidak mampu bersaing di pasar internasional.

Untuk itu PT. NATURAL NUSANTARA merasa terpanggil meningkatkan untuk membantu secara petani kuantitas,

produksi

kualitas dan kelestarian (Aspek K-3).

II. SYARAT TUMBUH 2.1. Iklim a. Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun

demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah b. Kecepatan angin tidak subtropis. terlalu tinggi.

c. Curah hujan optimal adalah 1.520 - 3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering.

2.2. Media Tanam a. Sebaiknya pisang dengan ditanam di tanah

berhumus

pemupukan.

b. Air harus selalu tersedia tetapi tidak menggenang. c. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.

2.3.Ketinggian Tempat Dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 3.1. Pembibitan - Perbanyakan dengan cara vegetatif berupa

tunas (anakan). - Tinggi anakan untuk bibit 1 - 1,5 m, lebar potongan umbi 15 - 20 cm. - Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat. - Bibit yang baik daun masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit.

3.2. Penyiapan Bibit - Tanaman untuk bibit ditanam dgn jarak tanam 2x2 m - Satu pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7- 9.

3.3.

Sanitasi

Bibit

Sebelum

Ditanam

- Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar. - Simpan bibit di tempat teduh 1 - 2 hari

sebelum tanam. - Buang daun yang lebar. - Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam larutan POC NASA (1 - 2 tutup), HORMONIK (0,5 -1 tutup), Natural GLIO (1 - 2 sendok makan) dalam setiap 10 liter air, selama 10 menit. Lalu bibit

dikeringanginkan. - Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air panas beberapa menit.

3.4. Pengolahan Media Tanam - Lakukan pembasmian gulma, rumput atau semak-semak. Gemburkan tanah yang masih padat

- Buat sengkedan terutama pada tanah miring dan buat juga saluran pengeluaran

air. Dianjurkan menanam tanaman legum

seperti lamtoro di batas sengkedan.

3.5. Teknik Penanaman - Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm pada tanah gembur.

- Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat. - Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September - Oktober). - Siapkan campuran Natural GLIO dan pupuk kandang, caranya: Campur 100 gram Natural GLIO dengan 25 - 50 kg pupuk kandang, jaga kelembaban dengan memercikan air

secukupnya, masukkan ke dalam karung, biarkan 1 - 2 minggu.

- Pisahkan tanah galian bagian atas dan bagian bawah.

- Tanah galian bagian atas dicampur Natural GLIO yang sudah dicampur pupuk kandang (0,5 - 1 kg per lubang tanam), tambahkan dolomit (0,5 - 1 kg/lubang tanam), pupuk kandang 15 20 kg/lubang tanam.

- Masukkan bibit dengan posisi tegak, tutup terlebih dulu dengan tanah bagian atas yang sudah dicampur Natural GLIO, dolomit dan pupuk kandang, diikuti tanah galian bagian bawah. Catatan : pupuk kandang diberikan jika tersedia, jika tidak dapat diganti dengan SUPERNASA. - Siram dengan larutan POC NASA (1 - 2 tutup), HORMONIK (0,5 tutup) dalam setiap 5 liter air. Untuk mendapatkan hasil lebih baik, POC NASA dapat diganti dengan POP

SUPERNASA.

Cara

penggunaan

POP

SUPERNASA: 1 (satu) botol POP SUPERNASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 5 liter air diberi 5 tutup larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon. -Penyiraman dilakukan Data 2 dan 3 bulan cara sekali.

kebutuhan

pemupukan,

adalah sebagai berikut : PUPUK JUMLAH KETERANGAN Berikan 207 UREA (kg/ha) setahun, larikan mengitari

2x

dalam yang rumpun

lalu ditutup tanah 6 bulan setelah SP-36 KCl 138 (kg/ha) 608 tanam ( 2x dalam satu tahun ) 6 bulan setelah

tanam ( 2x dalam (kg/ha) satu tahun ) Pupuk dasar, campur tanah dengan galian

Pupuk Kandang

0,8-10 (kg/ha)

bagian atas Pupuk dasar, 200 Dolomit (kg/ha) 20 POC NASA (botol/ha ) 10 SUPERNASA (botol/ha 4 bulan sekali ) 10 Dicampur POC 3 campur tanah bagian atas Disiramkan 3 bulan sekali dengan galian

HORMONIK (botol/ha NASA )

disiram

bulan sekali

3.6. Pemeliharaan Tanaman Satu rumpun hanya 3 4 batang.

- Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan).

- Setelah 5 tahun rumpun dibongkar diganti tanaman baru. - Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dengan tanah. - Penyiangan dan penggemburan jangan terlalu - Pangkas daun kering. - Pengairan harus terjaga. Dengan disiram atau mengisi parit saluran air. - Pasang mulsa berupa daun kering ataupun dalam. dapuran

basah. Tetapi mulsa tidak boleh dipasang terus 3.7. Pemeliharaan Buah - Potong jantung pisang yang telah berjarak 25 cm Setelah dari sisir sisir buah terakhir. menerus.

pisang

mengembang

sempurna, tandan pisang dibungkus kantung plastik bening polietilen tebal 0,5 mm, diberi lubang diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Usahakan kantung menutupi 15 -45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah ujung buah dari sisir terbawah. - Batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah.

3.8. Hama dan Penyakit 3.8.1. Hama

a. Ulat daun (Erienota thrax.) Menyerang daun. Gejala: daun menggulung seperti selubung dan sobek hingga tulang daun.

b. Uret kumbang (Cosmopolites sordidus) Menyerang kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang sanitasi penuh rumpun lorong. pisang,

Pengendalian:

bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan PESTONA.

c.

Nematoda

(Rotulenchus

similis, similis)

Radopholus

Menyerang akar. Gejala : tanaman kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian:

gunakan bibit yang tahan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar lempung kecil.

d.

Ulat

bunga

dan

buah

(Nacoleila

octasema.) Menyerang bunga dan buah. Gejala:

pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang.

3.8.2. Penyakit a. Penyakit darah Penyebab (bakteri). bagian : Xanthomonas jaringan jaringan celebensis tanaman menjadi berdarah. GLIO

Menyerang Gejala:

dalam.

kemerah-merahan Pengendalian:

seperti

Pemberian

Natural

sebelum membakar

tanam,

dan

membongkar yang

dan sakit.

tanaman

b. Panama Penyebab: jamur Fusarium oxysporum.

Menyerang daun. Gejala : daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu bagian dalam, pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam. Pengendalian sebelum membakar : Pemberian Natural GLIO dan sakit.

tanam,

membongkar yang

tanaman

c. Bintik daun Penyebab: jamur Cercospora musae.

Menyerang daun dengan gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian: : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

d. Layu Penyebab : bakteri Bacillus sp. menyerang akar. Gejala: tanaman layu dan mati.

Pengendalian : membongkar dan membakar tanaman yang sakit, Natural GLIO diawal tanaman

e. Daun pucuk Penyebab : virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Menyerang daun pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara Mengendalikan BVR, berkelompok. kutu duan dan sakit.

Pengendalian: dengan

Natural

membongkar yang

membakar

tanaman

3.9. Panen

- Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera. Buah 80 - 100 hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat. Buah pisang dipanen bersama-sama

dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi

terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah. - Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali. - Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3 - 10 hari sekali tergantung produktif. pengaturan jumlah tanaman

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

2.Teknik Budidaya Anggur

PENDAHULUAN Produksi anggur ( Vitis sp.) di Indonesia belum optimal. PT. Natural Nusantara

berupaya

meningkatkan

produksi

anggur

secara kuantitas, kualitas dan kelestarian lingkungan (Aspek K-3) untuk bersaing di era pasar bebas.

SYARAT TUMBUH Ketinggian 25-300 m dpl, suhu 25-310 C, kelembaban udara 75-80 %, intensitas

penyinaran 50% - 80%, 3-4 bulan kering, curah hujan 800 mm/tahun dan pH tanah 67. Tipe tanah : liat dan liat berpasir (alluvial dan grumosol).

PERSIAPAN LAHAN 1. Bersihkan lahan, cangkul/bajak sampai gembur. 2. Pengapuran pada tanah masam dosis 5 ton/ ha.

3. Buat saluran pemasukan dan pembuangan air irigasi 4. Buat lubang tanam 60x60x50 cm /

75x75x70 cm, jarak tanam 3 x 3 m / 5 x 4 m, keringanginkan + 2-4 minggu, isikan tanah lapisan bawah ke dasar lubang. 5. Campurkan tanah lapisan atas : pupuk kandang ( + 20-40) : pasir perbandingan 1:1:2 serta Natural GLIO + 5-10 gram/lubang dan isikan ke lubang bagian atas.

PENYIAPAN BIBIT Bibit siap tanam 5-10 umur cm, 1,5 2 bulan, sehat,

perakarannya

tumbuh

bertunas dua. Kebutuhan bibit jarak tanam 3 x 3 cm sebanyak 890 batang/ha, jarak tanam 5 x 4 cm sebanyak 500 batang/ha. Sebulan sebelum tanam, bibit anggur terpilih

diadaptasikan di sekitar lahan

PENANAMAN Waktu tanam di akhir musim hujan (AprilJuni). Siram bibit dng POC NASA (1-2 ttp/10 lt air) + 1 minggu sebelum tanam. Beri

naungan sementara. Semprot POC NASA 1-2 ttp/tangki/10 hari hingga usia + 3 bulan setelah tanam.

PENGAIRAN Pengairan tanaman muda 1-2 kali sehari dan dewasa 3 hari sekali. Tiga minggu sebelum dipangkas, pengairan dihentikan dan 2-3 hari setelah pemangkasan air diberikan kembali. Pengairan setelah pemupukan dan

dihentikan menjelang pemetikan buah.

PENYIANGAN DAN PENDANGIRAN Lahan dijaga kebersihannya dari gulma dan penggemburan tanah (Pendangiran)

dilakukan sebulan sekali agar bidang oleh tetap bersih dan gembur.

PEMUPUKAN Pemupukan disebar dan dicampur merata tanah secara melingkar sejauh 25 cm dari batang lalu ditutup dan diairi atau dengan cara pengocoran pupuk Pemupukan yaitu berdasarkan umur tanaman, :

a. Tanaman Muda sampai umur 6 bulan (per pohon)

No Umur Tanaman

Jenis dan Dosis

Pupuk Per pohon 1 10 hari 3 bulan, interval 10 hari sekali 2 > 3 6 bulan, interval 15 hari sekali Urea 7,5 gr atau ZA 10 gr, tiap kali pemupukan Urea 15 gr atau ZA 20 gr tiap kali pemupukan

3 Tiap 1 bulan sekali SUPER NASA 1-2 sendok makan (s.m.)/ 10 liter air

b. Tanaman Umur 6 bulan sampai 1 tahun (per pohon)

No

Umur Tanaman

Jenis dan Dosis Pupuk Per Pohon

> 6 bulan

Pukan 30 kg atau SUPER NASA 1-2 s.m. dan Urea 22,5 gr atau ZA 30 gr

9 bulan

SUPER NASA 1-2 s.m. dan Urea 33,75 gr atau ZA 45 gr

12 bulan

Pukan 60 kg atau SUPER NASA 1-2 s.m. dan Urea 50 gr atau ZA 60 gr

Catatan: Pemberian SUPERNASA dikocorkan.

- Akan lebih optimal penyemprotan POC NASA (3-4 ttp) + HORMONIK (1 tutup) per tangki .

Tanaman Produktif Berbuah (lebih dari 4 tahun) Pemupukan 3 kali setahun Dosis tiap (April, kali

Agustus,Desember).

pemupukan 600 gr Urea + 300 gr TSP + 375 gr KCl + SUPER NASA 1-2 sdm/10 lt/ pohon

PEMBUATAN RAMBATAN Perlu pembuatan rambatan dengan

model 1. Model Para-para, tiang

: para-para

dipasang sesuai jarak tanam anggur dengan dipasang ketinggian para-para 2 3,5 m dan

berupa

anyaman

kawat atau bilah bambu atau kayu, jarak mata anyaman + 40 cm. 2. Model Pagar/Kniffin, dibuat berbentuk pagar. Jarak antar tiang 3-5 m dan ketinggian 150-200 cm, hubungkan

dengan kawat yang dipasang mendatar sebanyak 2-3 jajar. Kawat pertama

dibagian bawah letaknya 60 cm dari permukaan tanah, dan kawat diatasnya berjarak 70 cm. 3. Model perdu, berupa pohon atau kayu biasa, kemudian bagian atasnya

dipasang tempat penyangga sepanjang 2

m dan lebar 2 m. Pemasangan sebelum dibentuk. rambatan dilakukan dan

tanaman

dipangkas

PEMANGKASAN DAN PEMBENTUKAN POHON 1. Waktu pemangkasan yang tepat

berumur 1 tahun. 2. Usahakan tiap pohon punya batang pokok, cabang primer , sekunder dan tersier. 3. Potong batang tanaman setinggi parapara, sehingga tumbuh tunas baru

(cabang

primer).

4. Dua minggu cabang yang tumbuh memanjang lebih kurang 1 meter segera dipangkas pada bagian ujungnya agar

tumbuh tunas baru (cabang sekunder). 5. Cabang sekunder yang panjang 1 meter dipangkas titik tumbuhnya agar tumbun tunas baru (cabang tersier). 6. Cabang tersier inilah yang buah.

menghasilkan

7. Ciri cabang siap dipangkas, ujung tunasnya mudah dipatahkan, dan apabila dipangkas meneteskan air, cabang

berwarna coklat. 8. Perhatikan ciri visual mata tunas yang dipangkas, mata tunas vegetatif

bentuknya runcing dan generatif tumpul. 9. Cara pemangkasan anggur yaitu : 10. Pangkas pendek, sisakan 1-2 mata 11. Pangkas sedang, sisakan 3-6 mata 12. Pangkas panjang, sisakan 7 atau

lebih

mata

PENGELOLAAN BUNGA DAN BUAH - Pangkas pembuahan dilakukan 2 tahap setahun yaitu bulan Maret - April dan Juli - Agustus dan dilakukan pada cabangcabang tersier yang telah berumur 1 tahun - Cabang-cabang yang tumbuh subur dipangkas dan sisakan 4-10 mata tunas, sedang cabang yang kurang subur

sisakan 1-3 mata tunas Cabang/ranting dan sisa pemangkasan merata di

dibentangkan

diatur

seluruh permukaan para-para, lalu diikat ke kanan dan kiri dengan tali. - Semprot dengan HORMONIK dosis 1-2 tutup per tangki setelah dipangkas setiap

7-10 hari sekali - Pelihara 3 malai bunga tiap tunas dan potong tunas baru yang tumbuh di atas bunga sampai terbentuk bakal buah - Jarangkan buah pada dompolan 50% 60 %, yaitu waktu ukuran buah sebesar biji asam dengan mengambil butir-butir buah yang letaknya berhimpitan, rusak

bertangkai

panjang,

abnormal,

dengan gunting kecil yang steril. - Jika musim hujan, pasang atap plastik putih pada para-para dan bungkus buah dengan semen kantong plastik atau kertas

PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT A. Hama

- Kutu Phylloxera (Phylloxera vitifoliae), mengisap cairan akar dan daun. Gejala : didaun terbentuk bisul-bisul kecil dan akar membengkak seperti kutil,

akibatnya tumbuh kerdil, layu dan buah sedikit. Pengendalian: pangkas tanaman terserang dan bakar, semprot Natural BVR atau PESTONA

Tungau

Merah

(Tetranychus

sp.),

bercak-bercak kuning pada daun dan berubah hitam, akibatnya kerdil dan

buah berkurang. Pengendalian; semprot Natural BVR atau PESTONA

Ulat

kantong

(Mahasena

corbetti),

memakan bagian atas permukaan daun, terjadi lubang-lubang kecil pada daun.

Pengendalian

Pangkas

dan

potong

tanaman terserang berat dan dibakar lalu semprot dengan PESTONA + POC NASA

- Kumbang Daun (Apogonia destructor), memakan atau merusak daun, kemudian membuat lubang-lubang kecil pada

permukaan daun. Pengendalian : pasang lampu perangkap dan musnahkan,

semprot PESTONA

Ulat

grayak daun

(Spodoptera hingga rusak

sp.), dan

menyerang berlubang. dengan

Pengendalian; Natural

Semprot VITURA

Ngengat

buah

anggur

(Paralobesia

viteana atau Grape Berry Moth), larva memakan bunga dan buah yang masih pentil normal. dan tua sehingga buah tidak buah

Pengendalian;

Buang

rontok dan bakar, semprot PESTONA paling lambat 14 hari sebelum panen Hama lain seperti rayap, tikus, burung, tupai dan kelelawar. kebun, Pengendalian :

sanitasi

bungkus

buah,

menghalau hama dan pasang perangkap

B. Penyakit - Tepung Palsu (Downy mildew), jamur Plasmopora viticola, menyerang batang muda, sulur, tangkai buah dan butir buah. Pengendalian; kurangi kelembaban kebun (dipangkas), potong dan

musnahkan tanaman terserang, pasang naungan, Natural GLIO+gula pasir.

- Cendawan Tepung (Powder mildew), jamur semua Uncinula stadium ke necator, menyerang Daun bentuk berwarna

pertumbuhan. atas dan

menggulung abnormal

ditutupi

tepung

kelabu sampai agak gelap, batang sakit coklat. Pengendalian : semprot Natural GLIO+ gula pasir.

- Bercak Daun (Cercospora viticola dan Alternaria vitis), timbul bercak-bercak coklat dan bintik-bintik hitam sehingga tunas dan daun kering Sanitasi dan rontok. kebun,

Pengendalian;

mengurangi kelembaban kebun, potong

dan musnahkan daun terserang, semprot dengan Natural GLIO

Karat

Daun,

jamur

Physopella

ampelopsidis, terdapat tepung berwarna jingga pada sisi bawah daun dan pada sisi atas daun ada bercak-bercak hijau kekuningan dan seluruh permukaan

tertutupi lapisan tepung sehingga daun kering dan rontok. Pengendalian :

Pangkas daun sakit dan semprot dengan Natural GLIO + gula pasir

Busuk

Hitam

(Black

Rot),

jamur

Guignardia bidwelli, bercak-bercak kecil berwarna matang putih dengan pada warna buah tepi hampir coklat,

kemudian busuk buah mengendap dan

mengeriput

hitam

seperti

mummi.

Pengendalian : Pangkas bagian sakit, kurangi Natural kelembaban, GLIO + bungkus gula buah, pasir

- Kudis (Scab), Jamur Elsinoe ampelina, menyerang Bercak semua bagian tanaman. coklat buah

kelabu

dengan

tepi daging

kemerahan,

kemudian

mengeras dan berkudis. Pengendalian : Pangkas bagian yang sakit, sanitasi

kebun, semprot Natural GLIO + gula pasir

- Busuk Kapang Kelabu (Gray Mould Rot), jamur Botrytis cinerea, berkembang pada saat buah anggur menjelang masak. Buah berwarna cokelat tua, keriput dan

busuk. panen

Pengendalian dan pasca

Penanganan yang baik,

panen

semprot Natural GLIO+gula pasir.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum dapat mengatasi dapat

dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan

pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO

810 dosis + 5 ml (1/2 tutup) per tangki

PANEN Panen setelah umur 1 tahun, dan buah

berikutnya kontinyu 1-2 kali setahun tergantung pangkas buah.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

3.Teknik

Budidaya

Ayam Pedaging

I. Pendahuluan Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7 minggu). Broiler mempunyai peranan yang penting sebagai sumber

protein hewani asal ternak. PT. NATURAL NUSANTARA peningkatan kualitas dan berupaya produktivitas, efisiensi usaha membantu kuantitas, peternakan

ayam broiler secara alami (non-Kimia).

II. Pemilihan Bibit Bibit yang baik mempunyai ciri : sehat dan aktif bergerak, tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat), bulu bersih dan kelihatan mengkilat, hidung bersih, mata tajam dan bersih serta lubang kotoran (anus) bersih

III. Kondisi Teknis yang Ideal a. Lokasi kandang Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, mudah dicapai sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya membujur dari timur ke barat. b.Pergantian udara dalam kandang.

Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Supaya

kebutuhan oksigen selalu terpenuhi, ventilasi

kandang harus baik. c.Suhu udara dalam kandang. Suhu ideal kandang sesuai umur adalah : Umur (hari) 01 - 07 08 - 14 15 - 21 21 - 28 29 - 35 Suhu ( 0C ) 34 - 32 29 - 27 26 - 25 24 - 23 23 - 21

d.Kemudahan mendapatkan sarana produksi Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana peternakan.

IV. Tata Laksana Pemeliharaan 4.1 Perkembangan Tipe kandang ayam Broiler ada dua, yaitu bentuk panggung dan tanpa panggung

(litter). Tipe panggung lantai kandang lebih

bersih karena kotoran langsung jatuh ke tanah, tidak memerlukan alas kandang

sehingga pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya pembuatan kandang lebih besar. Tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih murah.

Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada umur dewasa pakan yang

menyebabkan ayam

konsumsi banyak

menurun, stress, mudah

cenderung

minum, dan

pertumbuhan

terhambat

terserang

penyakit.

4.2. Pakan - Pakan merupakan 70% biaya pemeliharaan. Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian pakan dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi). - Apabila menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis pakan disesuaikan dengan

tingkat pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi 2 (dua) tahap. Tahap pertama

disebut tahap pembesaran (umur 1 sampai 20 hari), yang harus mengandung kadar protein minimal 23%. Tahap kedua disebut

penggemukan (umur diatas 20 hari), yang memakai pakan berkadar protein 20 %. Jenis pakan biasanya tertulis pada kemasannya. -Penambahan POC NASA lewat air minum dengan dosis 1 - 2 cc/liter air minum memberikan berbagai nutrisi pakan dalam jumlah cukup untuk membantu pertumbuhan dan penggemukan juga ayam broiler. Plus

Dapat

digunakan

VITERNA

sebagai suplemen khusus ternak dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari, yang

mempunyai kandungan nutrisi lebih banyak dan Efisiensi pakan dinyatakan lengkap. dalam

perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Cara menghitungnya adalah, jumlah pakan selama ayam pemeliharaan yang dibagi total bobot

dipanen.

Contoh perhitungan : Diketahui ayam yang dipanen 1000 ekor, berat rata-rata 2 kg, berat pakan selama pemeliharaan 3125 kg, maka FCR-nya adalah : Berat 1000 FCR = total x ayam 2 3125 : hasil = panen 2000 2000 = = kg 1,6

Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan, karena lebih efisien (dengan pakan sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi). Penggunaan POC NASA atau VITERNA Plus dapat menurunkan angka FCR tersebut. 4.3. Vaksinasi Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk

menimbulkan penting

kekebalan

alami.

Vaksinasi ND/tetelo.

yaitu

vaksinasi

Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum.

4.4. Teknis Pemeliharaan Minggu Pertama (hari ke-1-7).

Kutuk/DOC dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air minum hangat yang ditambah POC NASA dengan dosis + 1 2 cc/liter air minum atau VITERNA Plus dengan dosis + 1 cc/liter air minum/hari dan gula untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi. Pakan dapat diberikan dengan kebutuhan per ekor 13 gr atau 1,3 kg untuk 100 ekor ayam. Jumlah tersebut

adalah kebutuhan minimal, pada prakteknya pemberian tidak dibatasi. Pakan yang

diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran kecil (crumbles).

- Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen air minum sudah berupa air dingin dengan penambahan POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/liter air minum atau VITERNA Plus dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari (diberikan saat pemberian air minum yang pertama).

Vaksinasi yang pertama dilaksanakan pada hari - Minggu Kedua (hari ke 8 -14). Pemeliharaan memerlukan minggu pengawasan kedua seperti masih minggu ke-4.

pertama, meskipun lebih ringan. Pemanas sudah bisa dikurangi suhunya. Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah 33 gr per

ekor atau 3,3 kg untuk 100 ekor ayam. - Minggu Ketiga (hari ke 15-21). Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang hari yang terik. Kebutuhan pakan adalah 48 gr per ekor atau 4,8 kg untuk 100 ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan menggunakan melalui vaksinasi vaksin atau ND air yang strain kedua Lasotta Jika

suntikan

minum.

menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak diberi air minum untuk beberapa saat lebih dahulu, agar ayam benar-benar merasa haus sehingga akan meminum air

mengandung Perlakuan

vaksin

sebanyak-banyaknya. tersebut juga tetap

vaksin

ditambah POC NASA atau VITERNA Plus dengan dosis tetap.

- Minggu Keempat (hari ke 22-28). Pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang hari karena bulu ayam sudah lebat. Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol Pertumbuhan tingkat yang

pertumbuhan normal

ayam.

mempunyai berat badan minimal 1,25 kg. Kebutuhan pakan adalah 65 gr per ekor atau 6,5 kg untuk ayam 100 juga ekor ayam. Kontrol

terhadap

harus

ditingkatkan

karena pada umur ini ayam mulai rentan terhadap - Minggu Kelima (hari ke 29-35). Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah tatalaksana lantai kandang. Karena jumlah tinggi, kotoran perlu yang dikeluarkan sudah dan penyakit.

dilakukan

pengadukan

penambahan

alas

lantai

untuk

menjaga

lantai tetap kering. Kebutuhan pakan adalah 88 gr per ekor atau 8,8 kg untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35 hari juga dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik mencapai 1,8 - 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat dipanen. - Minggu Keenam (hari ke-36-42). Jika ingin diperpanjang untuk mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol

terhadap ayam dan lantai kandang tetap harus dilakukan. Pada umur ini dengan pertumbuhan mencapai yang bobot baik, ayam 2,25 sudah kg.

4.5. Penyakit Penyakit yang sering menyerang ayam

broiler

yaitu

- Tetelo (Newcastle Disease/ND) Disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel darah. Gejalanya ayam sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang berkumpul pada tempat yang hangat. Setelah 1 - 2 hari muncul gejala syaraf, yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan mati. ayam Ayam berputar-putar yang yang akhirnya

terserang

secepatnya

dipisah, karena mudah menularkan kepada ayam lain melalui kotoran dan pernafasan. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, maka untuk mengurangi kematian, ayam yang masih sehat divaksin ulang dan dijaga agar lantai Gumboro kandang tetap kering. Bursal

(Infectious

Disease/IBD)

Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus

golongan Reovirus. Gejala diawali dengan hilangnya nafsu makan, ayam suka bergerak tidak teratur, peradangan disekitar dubur, diare dan tubuh bergetar-getar. Sering

menyerang pada umur 36 minggu. Penularan secara langsung melalui kotoran dan tidak langsung melalui pakan, air minum dan peralatan yang tercemar. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, yang dapat dilakukan adalah pencegahan dengan vaksin Gumboro. - Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease) Merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma

gallisepticum Gejala yang nampak adalah

ayam sering bersin dan ingus keluar lewat hidung dan ngorok saat bernapas. Pada ayam muda menyebabkan tubuh lemah, sayap terkulai, mengantuk dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning keputih-

keputihan.

Penularan

melalui

pernapasan

dan lendir atau melalui perantara seperti alat-alat. dengan Pengobatan obat-obatan dapat yang dilakukan sesuai.

- Berak Kapur (Pullorum). Disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah ayam diare mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk kapur. Disebabkan pullorum. Kematian dapat terjadi pada hari ke-4 oleh bakteri Salmonella

setelah infeksi. Penularan melalui kotoran.

Pengobatan belum dapat memberikan hasil yang memuaskan, yang sebaiknya dilakukan adalah sanitasi pencegahan dengan perbaikan kandang.

Infeksi bibit penyakit mudah menimbulkan penyakit, jika ayam dalam keadaan lemah atau stres. Kedua hal tersebut banyak

disebabkan oleh kondisi lantai kandang yang kotor, serta cuaca yang jelek. Cuaca yang mudah menyebabkan ayam lemah dan stres adalah suhu yang terlalu panas, terlalu dingin atau berubah-ubah secara drastis. Penyakit, terutama yang disebabkan oleh virus sukar untuk disembuhkan. Untuk itu harus dilakukan sanitasi secara rutin dan ventilasi kandang yang baik. Pemberian POC NASA yang mengandung berbagai mineral penting untuk pertumbuhan ternak, seperti

N, P, K, Ca, Mg, Fe dan lain-lain serta dilengkapi protein dan lemak nabati, mampu meningkatkan pertumbuhan ayam,

ketahanan tubuh ayam, mengurangi kadar kolesterol kotoran. pemberian daging Untuk POC dan hasil NASA mengurangi lebih dapat bau

optimal, dicampur

dengan Hormonik dosis 1 botol POC NASA dicampur dengan 1-2 tutup botol Hormonik, atau 1 botol POC NASA dicampur dengan 2-4 kapsul Asam Amino. VITERNA suplemen Dapat Plus khusus juga yang ternak : untuk

menggunakan merupakan dengan 1.

kandungan yang penting

Mineral-mineral

pertumbuhan tulang, organ luar dan dalam, pembentukan darah dan lain-lain.

2. Asam-asam amino utama seperti Arginin,

Histidin,

Isoleucine,

Lycine,

Methionine

Phenylalanine, Threonine, Thryptophan, dan Valine sebagai penyusun protein untuk

pembentukan sel, jaringan, dan organ tubuh 3. Vitamin-vitamin lengkap, yaitu A, D, E, K, C dan B Komplek untuk kesehatan dan ketahanan tubuh.

4.6. Sanitasi/Cuci Hama Kandang Sanitasi kandang harus dilakukan setelah panen. Dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pencucian kandang dengan air hingga bersih dari kotoran limbah budidaya

sebelumnya. Tahap kedua yaitu pengapuran di dinding dan lantai kandang. Untuk sanitasi yang sempurna selanjutnya dilakukan untuk itu

penyemprotan membunuh

dengan

formalin,

bibit

penyakit.

Setelah

dibiarkan minimal selama 10 hari sebelum budidaya lagi untuk memutus siklus hidup virus dan bakteri, yang tidak mati oleh perlakuan sebelumnya.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

4.Teknik Bandeng

Budidaya

I. Pendahuluan. Ikan bandeng merupakan adalah satu jenis ikan penghasil protein hewani yang tinggi. Usaha intensifikasi budidaya perlu dilakukan karena rendahnya produktivitas bandeng

dengan budidaya tradisional. Peningkatan sistem budidaya juga harus diikuti dengan penggunaan teknologi baru. PT. NATURAL NUSANTARA memberikan

teknologi yang diperlukan dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan).

II. Sifat Biologis. Bandeng termasuk golongan ikan herbivora , yaitu bangsa ikan yang mengkonsumsi

tumbuhan. Mampu mencapai berat rata-rata 0,6 kg pada usia 5 - 6 bulan dengan pemeliharaan yang intensif.

III. Penyediaan Benih. Usaha penyediaan benih (nener) secara

kontinyu dengan mutu yang baik dilakukan dengan sistem pembenihan yang intensif pada kolam-kolam khusus, yaitu kolam

pematangan induk, pemijahan, peneneran dan kolam pembsaran. Dalam pembenihan bandeng langkah yang dilakukan adalah : 1. Pemilihan induk yang unggul . Induk yang unggul akan menurunkan sifat-sifatnya

kepada keturunannya, Ciri-cirinya :

- bentuk normal, perbandingan panjang dan berat ideal. - ukuran kepala relatif kecil, diantara satu peranakan pertumbuhannya paling cepat. - susunan sisik teratur, licin, mengkilat, tidak ada luka. gerakan umur lincah antara 4 dan 5 normal. tahun.

2.

Merangsang

pemijahan.

Kematangan

gonad dapat dipercepat dengan penggunaan hormone LHRH (Letuizing Hormon Releasing Hormon) melalui suntikan.`

3.

Memijahkan.

Pemijahan

adalah

pencampuran induk jantan dan berina yang telah matang sel sperma dan sel telurnya agar terjadi pengeluaran (ejakulasi) kedua

sel tersebut. Setelah berada di air, sel sperma akan membuahi sel telur karena sistem pembuahan ikan terjadi diluar tubuh. Pemijahan dilakukan pada kolam khusus pemijahan

4. Penetasan. Telur yang mengapung di kolam pemijahan menetas setelah 24 - 26 jam dari awal pemijahan. Telur yang telah menetas akan menjadi larva yang masih mempunyai cadangan makanan dari kuning telur induk, sehingga belum perlu diberi pakan hingga umur 2 hari.

5. Merawat benih. Setelah berumur 9 hari larva dipindahkan ke kolam pemeliharaan nener . Di kolam ini larva diberi pakan alami berupa plankton. Penumbuhan plankton

dilakukan

dengan

pemupukan

dan

pengapuran. Pemupukan yang tepat adalah dengan pupuk TON (TAMBAK ORGANIK

NUSANTARA) yang mengandung berbagai unsur mineral penting untuk pertumbuhan plankton, diantaranya N,P,K,Mg, Ca, Mg, S, Cl dan lain-lain, juga dilengkapi dengan asam humat dan vulvat yang mempu memperbaiki tekstur dan meningkatkan kesuburan tanah dasar kolam dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 pada tiap pemasukan air. Waktu peneneran 8 minggu. Pakan yang diberikan berupa

tepung dengan kadar protein 30%. Untuk menambah nutrisi pakan pencampuiran

pakan dengan NASA dengan dosis 2 - 5 /kg pakan sangat diperlukan, karena NASA

mengandung unsur-unsur mineral penting

yaitu N,P,K,Mg,Fe,Ca,S dan lain-lain, vitamin, protein dan lemak untuk meningkatkan

pertumbuhan dan kesehatan nener.

IV. Pembesaran. Setelah dipelihara di kolam peneneran

selama 8 minggu, bandeng dipindahkan ke kolam pembesaran. Teknis pembesaran

bandeng meliputi beberapa hal, yaitu : 1. Persiapan lahan. Tahap ini dilakukan sebelum pemasukan air. kegiatan yang dilakukan selama persiapan lahan adalah : Pencangkulan dan pembalikan tanah.

Bertujuan untuk membebaskan senyawa dan gas beracun sisa budidaya hasil dekomposisi bahan organik baik dari pakan maupun dari kotoran. Selain itu dengan menjadi

gemburnya

tanah,

aerasi

akan

berjalan

dengan baik sehingga kesuburan lahan akan meningkat. Pengapuran. Selama budidaya, ikan

memerlukan kondisi keasaman yang stabil yaitu pada pH 7 - 8. Untuk mengembalikan keasaman tanah pada kondisi tersebut,

dilakukan pengapuran karena penimbunan dan pembusukan bahan organik selama

budidaya sebelumnya menurunkan pH tanah. Pengapuran juga menyebabkan bakteri dan jamur pembawa penyakit mati karena sulit dapat hidup pada pH tersebut. Pengapuran dengan kapur tohor, dolomit atau zeolit dengan dosis 1 TON /ha atau 10 kg/100 m2. - Pemupukan. Fungsi utama pemupukan adalah memberikan unsur hara yang

diperlukan bagi pertumbuhan pakan alami,

memperbaiki

struktur

tanah

dan

menghambat peresapan air pada tanahtanah yang tidak kedap air (porous).

Penggunaan TON untuk pemupukan tanah dasar kolam sangat tepat, karena TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, dan asam-asam organik utama memberikan bahan-bahan peningkatan yang diperlukan lahan untuk dan

kesuburan

pertumbuhan plankton. Dosis pemupukan TON adalah 5 botol/ha atau 25 gr/100 m2. Pengelolaan air. setelah dilakukan

pemupukan dengan TON, air dimasukkan hingga setinggi 10 20 cm hari, plankton. kemudian untuk Air

dibiarkan

beberapa bibit-bibit

menumbuhkan

dimasukkan hingga setinggi 80 cm atau menyesuaikan dengan kedalaman kolam.

2.

Pemindahan

nener.

Setelah

plankton

tumbuh (warna air hijau) dan kecerahan sedalam 30 40 cm, nener ke di kolam kolam dengan

peneneran pembesaran

dipindahkan dengan

hati-hati

adaptasi terhadap lingkungan yang baru.

3. Pemberian Pakan. Sesuai dengan sifat bandeng yang termasuk hewan herbivore, maka ikan ini suka memakan tumbuh-

tumbuhan yang ada di kolam. Tumbuhan yang disukai bandeng adalah lumut,

ganggang dan klekap. Untuk mempercepat pertumbuhan, perlu pakan buatan pabrik, dengan untuk protein standar tumbuh nutrisi optimal 25 yang dibutuhkan kadar %.

dengan 28

.minimal

Sebagai hewan herbivora, unsur tumbuhan dalam pakan memang sangat penting,. Oleh karena itu, sebaiknya bahan baku unsur protein harus didominasi dari sumber

tumbuhan atau nabati dari tepung kedelai atau bungkil kacang tanah. Sebagai acuan pemberian pakan adalah : Jumlah pakan 5 7% dari berat badan. Waktu pemberian 3 - 5 kali sehari.

Penambahan merupakan

NASA pilihan

pada yang

pakan tepat

buatan untuk

meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh bandeng. NASA mengandung mineralmineral penting, protein, lemak dan vitamin akan menambah kandungan nutrisi pakan. Dosis pencampuran NASA dengan pakan

buatan adalah 2 - 5 cc/kg pakan dengan cara : 1. Timbang pakan sesuai dengan kebutuhan bandeng. 2. Basahi pakan dengan sedikit air agar pencampuran dengan NASA dapat merata. 3. Campurkan NASA sesuai jumlah pakan yang diberikan dengan dosis 2 - 5 cc/kg pakan. 4. Pakan siap pakan untuk dengan diberikan. menyebarkan

Pemberian

secara merata pada seluruh areal kolam, agar seluruh bandeng dapat pakan.

V. Pengendalian hama dan Penyakit. Penyakit penting yang sering menyerang bandeng adalah : 1. Pembusukan sirip, disebabkan oleh

bakteri. bagian

Gejalanya

sirip

membusuk

dari tepi.

2. Vibriosis. Disebabkan oleh bakteri Vibriosis sp , gejalanya nafsu makan turun,

pembusukan sirip, dan bagian perut bengkak oleh cairan.

3. Penyakit oleh Protozoa. Gejalanya nafsu makan hilang, mata buta, sisik terkelupas, insang rusak, banyak berlendir. 4. Penyakit oleh cacing renik. Sering

disebabkan oleh cacing Diploctanum yang menyerang bagian insang sehingga menjadi pucat dan berlendir. Penyakit dari bakteri, parasit dan jamur disebabkan penurunan lingkungan daya yang buruk, tubuh dan ikan.

tahan

Penurunan kualitas lingkungan disebabkan oleh tingginya timbunan bahan organik dan

pencemaran lingkungan dari aliran sungai.. Bahan organik dan kotoran akan membusuk dan manghasilkan gas-gas yang berbahaya. Ketahanan tubuh ikan ditentukan konsumsi nutrisinya. Maka cara pengendalian penyakit harus menitikberatkan pada kedua faktor tersebut. kualitas Untuk mengatasi dapat penurunan dilakukan

lingkungan

perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 yang mengandung unsur mineral dan asam-asam organik penting yang mampu menetralkan berbagai gas berbahaya hasil pembusukan kotoran dalam kolam dan unsur mineral akan menyuburkan plankton sebagai pakan alami. Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dalam jumlah yang ideal, perlu diberikan pakan dengan standar protein yang sesuai serta

dengan pada

penambahan/pencampuran pakan buatan. NASA

NASA dengan

kandungan mineral-mineral penting, vitamin, asam organic, protein dan lemak akan

menambah dan melengkapi nutrisi pakan, sehingga ketahanan tubuh untuk hidup dan berkembang selalu tercukupi.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

5.Teknik

Budidaya

Bawang Merah

Bawang merah (Allium cepa) merupakan salah sangat satu komoditas hortikultura manusia. yang Agar

dibutuhkan

oleh

sukses

budidaya

bawang

merah

kita

dihadapkan (resiko) budidaya, kekurangan menyebabkan di

dengan lapangan.

berbagai

masalah cara

Diantaranya

serangan unsur

hama

dan penyakit, dll yang

mikro,

produksi

menurun.

Memperhatikan hal tersebut, PT. NATURAL NUSANTARA berupaya membantu

penyelesaian permasalahan tersebut. Salah satunya dengan peningkatan produksi

bawang merah secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K - 3 ), sehingga petani dapat berkarya dan berkompetisi di era bebas.

perdagangan

A. PRA TANAM 1. Syarat Tumbuh Bawang merah dapat tumbuh pada tanah

sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 - 6.5, ketinggian 0-400 mdpl, kelembaban 50-70 %, suhu 25-320 C

2. Pengolahan Tanah Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis Diluku minggu) Dibuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm Diantara bedengan pertanaman dibuat 0,5-1 kemudian ton/ digaru 1000 (biarkan + m2 1

saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm. Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.

Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan. '

3. Pupuk Dasar Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas

bedengan dan diaduk rata dengan tanah. Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan.

Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis 10 botol/1000 m2 dengan cara :

- alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan. - alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 sendok peres makan Super Nasa untuk menyiram 5-10 meter bedengan.

Biarkan selama 5 - 7 hari

4. Pemilihan Bibit - Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi. - Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 23 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya) - Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos),

kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)

B. FASE TANAM 1. Jarak Tanam Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok

Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron

2. Cara Tanam Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air ) Taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam NASA Simpan selama 2 hari sebelum tanam

Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam

satu buah umbi bibit.

C. AWAL PERTUMBUHAN ( 0 - 10 HST ) 1. Pengamatan Hama Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir.

Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas.

Kelompok

telur

yang

ditemukan

pada

rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang

ekonomi kendalikan dengan VIREXI atau VITURA . Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera

exigua dengan ciri terdapat garis hitam di

perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan VIREXI.

Ulat tanah . Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada

senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisasisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan PESTONA. Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu

dibuang atau dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan GLIO.

2. Penyiangan dan Pembumbunan Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat

bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang

Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar

perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan

lumpur dari dasar saluran (di Brebes disebut melem).

3. Pemupukan pemeliharaan/susulan

Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika

kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.

Pemupukan dilakukan 2 kali ( dosis per 1000 m2 ) : - 2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl

- 4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl

Campur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman. Pada saat pemberian

jangan daun

sampai tidak

terkena terbakar

tanaman dan

supaya

terganggu

pertumbuhannya. Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur 2 minggu.

4. Pengairan Pada awal pertumbuhan dilakukan

penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih

kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman lebih tinggi kurang bawang tumbuh 90 baik telah % bagi merah

mencapai Air salinitas

pertumbuhan

Tinggi permukaan air pada saluran ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari

permukaan bedengan pertanaman

D. FASE VEGETATIF ( 11- 35 HST ) 1. Pengamatan Hama dan Penyakit Hama Ulat bawang, S. litura dan S. exigua Thrips, karena mulai menyerang di umur sekitar 30 HST

kelembaban

tanaman

relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. warnanya Daun putih bawang berkilat yang terserang perak

seperti

Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan BVR atau

PESTONA.

Penyakit disebabkan

Bercak oleh

Ungu jamur

atau Alternaria

Trotol, porii

melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik Preventif segera dengan dilakukan penebaran

penyiraman. GLIO.

Penyakit disebabkan

Antraknose oleh

atau

Otomotis, Colletotricum

jamur

gloesporiodes.

Gejala

serangan

adalah

ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomatis). Jika ada gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar dan dimusnahkan. Untuk jamur yang ada didalam tanah kendalikan dengan GLIO

Penyakit oleh virus. Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun

menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan.

Busuk umbi oleh bakteri.

- Umbi yang

terserang

jadi

busuk

dan

berbau. Biasa menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering. - Busuk umbi/ leher batang oleh jamur. - Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase). Untuk pencegahan hama-penyakit

usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman bawangan. lain (bukan golongan Kimia Bawangdigunakan

PESTISIDA

sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan 2. Pengelolaan Tanaman - Penyiangan kedua dilakukan pada umur 30-35 HST dilanjutkan dan perbaikan pendagiran, bedengan rusak. hama-penyakit.

pembumbunan yang

- Penyemprotan POC NASA dengan dosis 4-5 tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam hingga hari ke 50-55. Mulai hari ke 35 penyemprotan ditambah

HORMONIK dengan dosis 1-2 tutup/ tangki (dicampurkan dengan NASA). - Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan ada hujan siang rintik-rintik penyiraman dilakukan hari.

E. PEMBENTUKAN UMBI ( 36 - 50HST ) Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan

adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu

dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu

pagi

dan

sore

hari.

F. PEMATANGAN UMBI ( 51- 65 HST ) Pada fase ini tidak begitu banyak air

sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.

G. PANEN DAN PACA PANEN 1. Panen > 60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari, dataran tinggi umur 70 - 90 hari. > Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek > Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong)

2. Pasca Panen - Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun.

Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa

kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru disimpan ikatan di bawang gudang. merah

Penyimpanan,

digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

6.Teknik Cabai

Budidaya

A. PENDAHULUAN Cabai dapat ditanam di dataran tinggi

maupun rendah, pH 5-6. Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah

(resiko),

diantaranya, unsur,

teknis

budidaya, hama dan dll.

kekurangan penyakit,

serangan

PT. Natural Nusantara ( NASA ) berupaya membantu penyelesaian masalah tersebut, agar terjadi peningkatan produksi cabai

secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K3 ), sehingga petani dapat berkompetisi di era pasar bebas.

B. FASE PRATANAM 1. Pengolahan Lahan Tebarkan pupuk kandang dosis 0,5 -1 ton/ 1000 m2 Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu) Diberi Dolomit sebanyak 0,25 ton / 1000 m2 Dibuat bedengan lebar 100 cm dan parit

selebar 80 cm Siramkan SUPER NASA (1 bt) / NASA(1-2 bt) - Super Nasa : 1 btl dilarutkan dalam 3 liter air (jadi larutan induk). Setiap 50 lt air tambahkan 200 cc larutan induk. Atau 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 1 sendok makan peres SUPER NASA dan siramkan ke bedengan + 5-10 m. - NASA : 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 2-4 tutup NASA dan siramkan ke bedengan sepanjang + 5 - 10 meter. Campurkan GLIO 100 - 200 gr ( 1 - 2 bungkus ) dengan 50 - 100 kg pupuk kandang, biarkan 1 minggu dan sebarkan ke bedengan. Bedengan ditutup mulsa plastik dan

dilubangi, jarak tanam 60 cm x 70 cm pola zig zag ( biarkan + 1 - 2 minggu ).

2. Benih Kebutuhan per 1000 m2 1 - 1,25 sachet Natural CK -10 atau CK-11 dan Natural CS20, CB-30

Biji direndam dengan POC NASA dosis 0,5 1 tutup / liter air hangat kemudian diperam semalam.

C. FASE PERSEMAIAN ( 0-30 HARI) 1. Persiapan Persemaian Arah persemaian menghadap ke timur dengan naungan atap plastik atau rumbia. Media tumbuh dari campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos yang telah disaring, perbandingan 3 : 1. Pupuk kandang sebelum dipakai dicampur dengan GLIO 100 gr dalam 25-50 kg pupuk kandang dan

didiamkan

selama

minggu.

Media

dimasukkan polibag bibit ukuran 4 x 6 cm atau contong daun pisang.

2. Penyemaian Biji cabai diletakkan satu per satu tiap polibag, lalu ditutup selapis tanah + pupuk kandang matang yang telah disaring

Semprot POC NASA dosis 1-2 ttp/tangki umur 10, 17 HSS Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari untuk menjaga kelembaban

3. Pengamatan Hama & Penyakit a. Penyakit Rebah semai (dumping off), gejalanya tanaman terkulai karena batang busuk , disebabkan oleh cendawan Phytium sp. &

Rhizoctonia sp. Cara pengendalian: tanaman yg terserang dibuang bersama dengan dengan

tanah,

mengatur

kelembaban

mengurangi naungan dan penyiraman, jika serangan tinggi siram GLIO 1 sendok makan ( 10 gr) per 10 liter air. Embun bulu, ditandai adanya bercak

klorosis dengan permukaan berbulu pada daun atau kotil yg disebabkan cendawan Peronospora parasitica. Cara mengatasi

seperti penyakit rebah semai. Kelompok Virus, gejalanya pertumbuhan bibit terhambat dan warna daun mosaik atau pucat. Gejala timbul lebih jelas setelah

tanaman berumur lebih dari 2 minggu. Cara mengatasi; bibit terserang dicabut dan

dibakar, semprot vektor virus dengan BVR atau PESTONA.

b. H a m a Kutu Daun Persik (Aphid sp.), Perhatikan permukaan daun bagian bawah atau lipatan pucuk daun, biasanya kutu daun persik bersembunyi di bawah daun. Pijit dengan jari koloni kutu yg ditemukan, semprot dengan BVR atau PESTONA. Hama Thrip parvispinus, gejala serangan daun berkerut dan bercak klorosis karena cairan daun diisap, lapisan bawah daun berwarna tembaga. keperak-perakan Biasanya koloni atau seperti di

berkeliaran

bawah daun. Pengamatan pada pagi atau sore hari karena hama akan keluar pada waktu dengan teduh. BVR Serangan atau parah PESTONA semprot untuk

mengurangi

penyebaran.

Hama Tungau (Polyphagotarsonemus latus). Gejala serangan daun berwarna kuning

kecoklatan menggulung terpuntir ke bagian bawah sepanjang tulang daun. Pucuk

menebal dan berguguran sehingga tinggal batang dan cabang. Perhatikan daun muda, bila menggulung dan mengeras itu tandanya terserang tungau. Cara mengatasi seperti pada Aphis dan Thrip

D. FASE TANAM 1. Pemilihan Bibit Pilih bibit seragam, sehat, kuat dan tumbuh mulus Bibit memiliki 5-6 helai daun (umur 21 - 30 hari)

2. Cara Tanam

Waktu tanam pagi atau sore hari , bila panas terik ditunda. Plastik Setelah polibag selesai, dilepas tanaman

penanaman

langsung disiram /disemprot POC NASA 3-4 tutup/ tangki.

3. Pengamatan Hama Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon ), aktif malam hari untuk kopulasi, makan dan bertelur. Ulat makan tanaman muda dengan jalan

memotong batang atau tangkai daun. Siang hari sembunyi dalam tanah disekitar yang

tanaman ditemukan

terserang.

Setiap lalu

ulat

dikumpulkan

dibunuh,

serangan berat semprot dengan PESTONA atau VIREXI Ulat Grayak ( Spodoptera litura & S.

exigua

),

Ciri ulat yang baru menetas / masih kecil berwarna hijau dengan bintik hitam di kedua sisi dari perut/badan ulat, terdapat bercak segitiga pada bagian punggungnya (seperti bulan sabit). Gejala serangan, bawah daun larva dan

memakan

permukaan

daging buah dengan kerusakan berupa bintilbintil atau lubang-lubang besar. Serangan parah, daun cabai gundul sehingga tinggal ranting-rantingnya saja. Telur dikumpulkan lalu dimusnahkan, tanaman menyiangi yang rumput di

sekitar

digunakan

untuk

persembunyian. Semprot dengan VITURA, VIREXI atau PESTONA. Bekicot/siput. Memakan tanaman, terutama menyerang malam hari. Dicari di sekitar pertanaman ( kadang di bawah mulsa) dan

buang ke luar areal.

E. FASE PENGELOLAAN TANAMAN (7-70 HST) 1. Penyiraman dapat tiap dilakukan tanaman dengan atau

pengocoran

penggenangan (dilep) jika dirasa kering. 2. Pemupukan lewat pengocoran dilakukan seminggu sekali tiap lubang. Pupuk kocoran merupakan perbandingan campuran pupuk makro Urea : SP 36 : KCl : NASA = (250 : 250 : 250) gr dalam 50 liter ( 1 tong kecil) larutan. Diberikan umur 1 - 4 minggu dosis 250 cc/lubang, sedang umur 5-12 minggu dengan perbandingan pupuk makro Urea : TSP : KCl : NASA = (500 : 250 : 250) gr dalam 50 liter air, dengan dosis 500 cc/lubang. Kebutuhan total pupuk makro 1000 m2 :

5 Jenis Pupuk Urea SP-36 KCl 1 - 4 minggu (kg) 7 7 7

12

minggu (kg) 56 28 28

Catatan

- Umur 1 - 4 mg 4 kali aplikasi ( 7 tong/ aplikasi) - Umur 5-12 mg 8 kali aplikasi ( 14 tong/aplikasi) 3. Penyemprotan POC NASA ke tanaman dengan dosis 3-5 tutup / tangki pada umur 10, 20, kemudian pada umur 30, 40 dan 50 HST POC NASA + Hormonik dosis 1-2

tutup/tangki. 4. Perempelan, sisakan 2-3 cabang utama /

produksi mulai umur 15 - 30 hr. 5. Pengamatan Hama dan Penyakit

Spodoptera litura/ Ulat grayak Lihat depan. Kutu - kutuan ( Aphis, Thrips, Tungau ), lihat fase persemaian. Penyakit Layu, disebabkan beberapa jamur antara lain Fusarium, Phytium dan

Rhizoctonia. Gejala serangan tanaman layu secara tiba-tiba, mengering dan gugur daun. Tanaman layu dimusnahkan dan untuk

mengurangi penyebaran, sebarkan GLIO Penyakit Bercak Daun, Cercospora capsici. Jamur ini menyerang pada musim hujan diawali pada daun tua bagian bawah. Gejala serangan berupa bercak dalam berbagai ukuran dengan bagian tengah berwarna abuabu atau putih, kadang bagian tengah ini sobek atau berlubang. Daun menguning

sebelum waktunya dan gugur, tinggal buah dan ranting saja. Akibatnya buah menjadi rusak karena terbakar sinar matahari.

Pengamatan pada daun tua. Lalat Buah (Dacus dorsalis), Gejala

serangan buah yang telah berisi belatung akan menjadi keropos karena isinya

dimakan, buah sering gugur muda atau berubah bentuknya. Lubang buah

memungkinkan bakteri pembusuk mudah masuk sehingga buah busuk basah. Sebagai vektor Antraknose. Pengamatan ditujukan pada buah cabai busuk, kumpulkan dan musnahkan. Lalat buah dipantau dengan perangkap berbahan aktif Metil Eugenol 40 buah / ha Penyakit Busuk Buah Antraknosa gejala

(Colletotrichum

gloeosporioides),

serangan mula-mula bercak atau totol-totol pada buah yang membusuk melebar dan berkembang menjadi warna orange, abu-abu atau hitam. Bagian tengah bercak terlihat garis-garis berwarna menyebabkan mengering. melingkar hitam. seluruh penuh titik spora berat buah pada

Serangan bagian dilakukan

Pengamatan

buah merah dan hijau tua. Buah terserang dikumpulkan dan dimusnahkan pada waktu panen dipisahkan. Serangan berat sebari dengan GLIO di bawah tanaman.

F. FASE PANEN DAN PASCA PANEN 1. Pemanenan Panen pertama sekitar umur 60-75 hari Panen kedua dan seterusnya 2-3 hari dengan jumlah panen bisa mencapai 30-40

kali atau lebih tergantung ketinggian tempat dan cara budidayanya

Setelah pemetikan ke-3 disemprot dengan POC NASA + Hormonik dan dipupuk dengan perbandingan seperti diatas, dosis 500 cc/ph

2. Cara panen : Buah dipanen tidak terlalu tua (kemasakan 80-90%) Pemanenan yang baik pagi hari setelah embun kering 3. Penyortiran Simpan dilakukan ditempat Hama sejak yang & di lahan teduh Penyakit

Pengamatan

Kumpulkan dan musnahkan buah yang busuk / rusak

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

7.Teknik Cengkih

Budidaya

I. PENDAHULUAN Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian yang tinggi nilai ekonominya. Baik sebagai rempah-rempah, bahan campuran rokok kretek atau bahan dalam pembuatan minyak atsiri, namun bila faktor penanaman dan pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka produksi dan kualitasnya akan menjadi rendah. PT. NATURAL NUSANTARA berusaha

berperan dalam peningkatan produksi secara K-3 yaitu Kuantitas, Kualitas dan tetap

menjaga Kelestarian lingkungan.

II. SYARAT PERTUMBUHAN - Tanaman tumbuh optimal pada 300 - 600 dpal dengan suhu 22-30C, curah hujan yang dikehendaki gembur 1500 4500 mm/tahun solum

Tanah

dengan

dalam

minimum 2 m, tidak berpadas dengan pH optimal 5,5 6,5. Tanah merah jenis baik latosol, untuk

andosoldan dijadikan

podsolik

perkebunan

cengkih.

III. PEMBIBITAN - Buat bedengan untuk naungan dengan lebar 1- 1,2 m dan panjang sesuai kebutuhan dengan arah membujur ke utara selatan. Kanan kiri bedengan dibuat parit sedalam 20 cm dan lebar 50 cm. Diatas bedengan dibuat naungan setinggi 1,8 m dibagian timur dan 1,2 m dibagian selatan, intensitas cahaya

75%. - Benih dibenamkan pada media di polybag ukuran 15 cm x 20 cm (untuk bibit yang akan dipindahkan pada umur 1 tahun) atau ukuran 20 cm x 25 cm (untuk bibit yang akan dipindahkan pada umur 2 tahun) yang

bagian bawahnya telah dilubangi 2,5 mm dengan jarak 2 x 2 cm. Media yang

digunakan pasir halus, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1, dan berikan Natural GLIO per 20 25 kg pupuk kandang yang telah jadi dan diperam selama 2 minggu. Dan sebelum bibit ditanam siram tanah dengan POC NASA 5 ml/lt air atau 0,5 tutup per liter air. -Kemudian susun polybag disiapkan. Penyiraman dilakukan dua kali dalam pada persemaian yang telah

sehari. Penyiangan dilakukan 2-3 kali dalam sebulan disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Intensitas naungan perlahan-lahan dikurangi secara bertahap hingga tinggal 40% saat bibit dipindahkan ke lapang. - Pemupukan dengan NPK dilakukan dengan dosis 10 gr/pohon/tahun atau dengan Urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing 3,5 gr/bibit/tahun . Pupuk tersebut diberikan tiap 3 bulan sekali sedangkan untuk yang didalam bulan polibag diberikan sebanyak 1,5

sekali.

Catatan

Akan

lebih

baik

pembibitan interval 4

diselingi/ditambah

SUPERNASA

bulan sekali dengan dosis 1 botol untuk 400 bibit. 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan

induk. Kemudian setiap 1 liter diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap bibit.

IV. PENGAJIRAN Pengajiran dilakukan pada blok tanaman untuk jarak memudahkan tanam 8 x penanaman 8 m dengan pola

dengan

bujursangkar atau empatpersegi panjang.

V. PENANAMAN Cangkul tanah yang telah diberi ajir dengan ukuran lubang tanam 75 x 75 x 75 cm. Lakukan penanaman pada awal musim

hujan. Berikanlah pupuk kandang 25 - 50 kg yang telah dicampur dengan 1 pak Natural GLIO dan 1,5 - 2 kg dolomit, campur hingga rata. Masukan 5-10 kg campuran tersebut

per

lubang

tanam.

Masukkan

bibit

dan

gumpalan tanahnya kedalam lubang hingga batas leher akar. Beri peneduh buatan

setingggi 30 cm dengan intensitas 50%. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis 2-3 ml/liter air per bibit atau semprot POC NASA dosis 2 tutup/ tangki. Hasil akan lebih bagus dengan cara menggunakan : 1 botol

SUPERNASA

dengan

SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) dijadikan larutan induk. Kemudian dalam 1 liter air ditambahkan 10 ml larutan induk kemudian diberikan untuk setiap pohonnya.

VI. PEMELIHARAAN TANAMAN Pengaturan peneduh dilakukan antara 4-6 bulan sekali.

VII. PEMUPUKAN PUPUK MAKRO TSP KCl 25 35 50 75 75 125 100 150 200 400 300 600 400 800 500 1000 600 1250 700 1500 800 1750 900 2000 900 2250

UMUR 0,5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Urea 50 100 150 200 500 750 1000 1500 2200 2600 3000 3500 3500

Dolomit 50 100 150 200 400 500 750 1000 2000 2500 2900 3300 3800

Catatan

- Bila diberikan dua periode pemberian pupuk pertama dilakukan awal musim hujan (September-Oktober) dan kedua pada akhir musim hujan (Maret-April).

- Siramkan SUPERNASA atau POWER NUTRITION dosis 1 sendok makan per 10 lt air per pohon setiap 3-6 bulan sekali - Semprotkan POC NASA dosis 3 - 4 tutup + HORMONIK dosis 1-2 tutup pertangki setiap 1-2 bulan sekali hingga umur 5 tahun.

VIII.

PENGENDALIAN

HAMA

dan

PENYAKIT A. Kutu daun ( Coccus viridis ) Bagian yang diserang : ranting muda, daun muda. Gejala : Pertumbuhan yang dihisapnya akan terhenti misal ranting mengering, daun dan bunga kering dan rontok. Pencegahan gunakan PENTANA + AERO 810 atau Natural BVR

B.

Penggerek

ranting/batang

(Xyleborus sp ) Bagian yang diserang : ranting/batang. Gejala : Liang gerekan berupa lubang kecil, serangan hebat menyebabkan

ranting / batang menjadi rapuh dan mudah patah.Pengendalian : Pangkas ranting/batang pencegahan Natural BVR. yang terserang, atau

gunakan

PESTONA

C. Kepik Helopeltis ( Helopeltis sp ) Bagian yang diserang : pucuk atau daun muda. Gejala : Biasanya pucuk akan mati dan daun : muda Semprotkan

berguguran.Pencegahan

Natural BVR atau PESTONA.

D. Penyakit mati bujang ( bakteri Xylemlimited bacterium ). Bagian yang terserang : perakaran,

ranting-ranting muda. Gejala : matinya ranting pada ujung-ujung

tanaman.Gugurnya daun diikuti dengan matinya ranting : secara bersamaan. drainase tanah, NASA +

Pengendalian yang baik,

pengaturan penggemburan

pencegahan

kocorkan

POC

HORMONIK + NATURAL GLIO.

E.

Penyakit

busuk

akar

(Pytium

rhizoctonia dan Phytopthora ). Bagian yang diserang : perakaran. Gejala : pada pembibitan tanaman mati secara tiba-tiba, pada tanaman dewasa daun mengering mulai dari ranting bagian

bawah. Pengendalian : bila serangan telah ganas maka tanaman yang

terserang dibongkar dan dimusnahkan, lubang bekas tanaman berikan tepung belerang 200 gr secara merata, isolasi tanaman atau daerah yang terserang dengan membuat saluran isolasi,

perbaiki drainase, gunakan Natural GLIO pada awal penanaman untuk

pencegahan. Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan Agar pestisida kimia yang lebih

dianjurkan.

penyemprotan

merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata

Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup

botol per tangki

IX. PANEN Cengkih dapat mulai dipanen mulai umur tanaman 4,5 6,5 tahun, baik untuk bunga

memperoleh

mutu

yang

cengkih dipetik saat matang petik, yaitu saat kepala bunga kelihatan sudah

penuh tetapi belum membuka. Matang petik setiap tanaman umumnya tidak serempak dan pemetikan dapat diulangi setiap 10-14 hari selama 3-4 bulan. Bunga cengkih dipetik per tandan tepat diatas buku daun terakhir. Bunga yang telah dipetik lalu dimasukkan ke dalam keranjang/karung kecil dan dibawa ke tempat pengolahan.

X. PENANGANAN PASCA PANEN Sortasi buah. Lakukan pemisahan

bunga dari tangkainya dan tempatkan pada tempat yang Pemeraman ini berbeda. dilakukan untuk menjadi

Pemeraman. 1 hari

selama

dilakukan cengkih

memperbaiki

warna

coklat mengkilat. Pengeringan. Pengeringan dapat

dilakukan dengan mesin pengering yang menggunakan kayu bakar atau bahan bakar minyak.Dapat juga dikeringkan

dengan cara alami yaitu pengeringan dengan matahari pada lantai beton agar kadar air menjadi 12-14%, dan dapat disimpan Sortasi. dan Pada aman tahap dari ini jamur. cengkih

dipisahkan dari kotoran dengan cara

ditampi. Kemudian cengkih yang sudah bersih dijahit. dimasukan pada karung dan

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

8.Teknik Durian

Budidaya

PENDAHULUAN Saat ini, permintaan tinggi, dan harga durian

tergolong

karena

memberikan

keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah prospek usaha agribisnis yang bagus. Cara bertanam durian yang baik merupakan pintu gerbang untuk menuju sukses.

PT. Natural Nusantara membantu alternative solusi bagaimana teknis budidaya durian secara intensif, sehingga terjadi peningkatan

hasil secara K- 3, yaitu Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian lingkungan.

SYARAT PERTUMBUHAN Tanaman durian tumbuh optimal pada

ketinggian 50-600 m dpl,intensitas cahaya 40-50 %, dengan suhu 22-30 0C, curah hujan ideal 1.500 - 2.500 mm per-tahun. Tanah yang cocok, lempung berpasir subur dan banyak kandungan bahan organik, dan pH 6 7.

PEMBIBITAN Pilih bibit tanaman yang subur, segar, sehat, daun banyak, batang kokoh, bebas hama & penyakit, percabangan 2-4 arah dan ada tunas baru

PERSIAPAN LAHAN Pembukaan lahan sebaiknya pada musim kemarau. Bersihkan alang-alang dan gulma lain serta tanaman keras yang mengganggu masuknya sinar matahari. Lahan miring

sebaiknya dibuat terasering. Buat saluransaluran pembuangan air.

JARAK TANAM Jarak tanam yang umum 8 x 12 m atau 10 x 10 m

TANAMAN PELINDUNG Skala luas di tempat terbuka pelindung, mutlak misal

diperlukan

tanaman

lamtoro, turi, gamal, sengon atau pepaya. Tanaman pelindung ditanam setelah

penyiapan lahan.

LUBANG TANAM Buat lubang tanam ukuran 50 cm2. Pisahkan tanah bagian atas dengan bagian bawah dan biarkan selama + 2 minggu. Tanah bagian atas dicampur dengan pupuk kandang

matang 20 kg + 5 gr Natural GLIO + 10 kg Dolomit sampai rata sebagai media tanam, kemudian masukkan campuran tersebut ke dalam lubang tanam dan biarkan 1 minggu sebelum PENANAMAN Penanaman yang ideal pada awal musim hujan. Gali lubang tanam yang berisi bibit ditanam.

campuran media tanam sesuai ukuran bibit. Ambil bibit dan buka plastik pembungkus tanah secara hati-hati. Tanam bibit sebatas leher akar tanpa mengikutkan batangnya.

Siram air secukupnya setelah selesai tanam. Akan lebih baik ditambah pupuk organik SUPERNASA dosis 1 botol untuk 200 tanaman . 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk lalu siramkan setiap pohon atau siramkan SUPERNASA 1 sendok makan per 10 liter air per pohon.

PENGAIRAN Pengairan dilakukan sejak awal pertumbuhan sampai tanaman berproduksi. Pada waktu berbunga, penyiraman dikurangi.

Penyiraman paling baik pagi hari.

PEMANGKASAN Pangkas terhadap tunas-tunas air, cabang

atau ranting yang sudah mati dan terserang hama penyakit, serta ranting-ranting yang tidak terkena sinar matahari. Ketika tanaman mencapai ketinggian tertentu 4-5 m, pucuk tanaman dipangkas.

PEMUPUKAN Dosis dan jenis pupuk tergantung pada jenis dan kesuburan tanah atau sesuai

rekomendasi setempat, misal sebagai berikut : Umur (hari) 1-3 4-6 15 - 10


I.

Pukan (kg/ph) 30 - 50 75 - 150 200 - 300

NPK (kg/ph) 0,5 - 1,0 1,5 - 2,5 3,0 - 5,0

Frekwensi per-tahun 3-4 2-3 1-2

Pemupukan sejak awal pertumbuhan sampai tahun ke-3 dengan pupuk NPK yang kadar N tinggi.

Waktu

pemupukan

pupuk

kandang

sekali setahun pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau. Sedangkan pupuk Makro sesuai dengan umur

tanaman.

Caranya

dengan

menaburkan memutar sesuai dengan lebar pendeknya tajuk tanaman.

Siramkan pupuk organik SUPERNASA (0-3 thn) dan POWER NUTRITION

(diatas 3 thn) dengan cara sesuai di atas . Semprotkan 3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK per tangki tiap 12 bulan selama masih bisa dijangkau alat PEMBUAHAN DI LUAR MUSIM Caranya mengatur pembungaan di setiap pohon durian per blok, yaitu jika menginginkan panen durian bulan semprot.

Agustus - November, maka sekitar bulan Maret tanaman pada blok diberi pupuk 1,5-2 kg NPK + 1 sendok makan POWER NUTRITION per 10 liter air per pohon dan akan lebih bagus ditambah penyemprotan 3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK per tangki setiap 7-10 hari sekali sebanyak 3-4 kali. Selain itu kira-kira 3 bulan sebelumnya tanah areal penanaman harus dikeringkan. Jika waktu pengeringan turun hujan, tanah di sekeliling tanaman dalam radius 5-7 meter diberi mulsa dan dibuatkan saluran pembuangan air.

Setelah bunga mekar dan menjadi buah atau 2 bulan mekar, tanaman setelah bunga pupuk NPK

diberi

dosis 0,5 - 1 kg per tanaman. Setelah

terbentuk buah, usahakan tanaman tidak mengeluarkan tunas daun karena dapat menyebabkan terjadinya

perebutan unsur hara antara buah dan daun, sehingga perlu disiram POWER NUTRITION lagi (1 botol untuk 30-50 pohon).

PENYERBUKAN Tidak semua bunga bisa menjadi buah karena bunga durian mekar pada sore sampai malam hari sehingga tidak banyak serangga penyerbuk. Selain itu juga tidak semua bunga durian muncul secara bersamaan, padahal

penyerbukan berhasil jika serbuk sari dan kepala putik harus matang secara bersamaan. Oleh karena itu perlu

dilakukan caranya

penyerbukan sapukan kuas

buatan, pada

halus

bunga mekar pada malam hari. Untuk memaksimalkan kualitas dan kuantitas, sebaiknya dalam satu areal

penanaman tidak hanya satu jenis varietas tertentu, tetapi dicampur

dengan varietas yang lain.

PERAWATAN BUAH Penyeleksian buah setelah berdiameter 5 cm. Sisakan dua buah terbaik, jarak ideal buah satu dengan yang lain sekitar 30 cm. Tanaman durian yang baru pertama kali berbuah sebaiknya dipelihara satu atau dua butir buah. Untuk mencegah kerontokan buah

setelah buah berumur 10 hari sejak

terbentuk, lebih bagus jika diberikan pupuk makro NPK (0,5-1 kg/pohon) ditambah POWER NUTRION (1 botol untuk 30-50 pohon).

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT 1. Penggerek Batang (Batocera sp. , Xyleutes sp.) Menyerang lubang dengan cara membuat atau

pada

batang,

dahan,

ranting. Gejala serangan tanaman layu, daun kering dan rontok akhirnya mati. Pengendalian; sanitas kebun, potong dan musnahkan batang, dahan, atau ranting yang parah terserang, tutup bekas lubang gerekan dengan kapas yang sudah diberi PESTONA + POC NASA atau disemprotkan.

2.

Penggerek

Buah

(Tirathaha

sp.,

Dacus dorsalis ) Gejala buah menjadi busuk berulat dan akhirnya rontok. Semprotkan sejak

awal dengan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 sejak buah berumur 1 minggu, Gunakan perangkap Natural METILAT.

3. Kutu Putih ( Pseudococus sp.) Hama ini menyerang dengan mengisap cairan dan bisa sebagai pembawa dan Gejala

penyakit penyebaran

embun dibantu

jelaga semut.

serangan daun keriting dan merana, sehingga bunga dan buah bisa rontok. Semprotkan PESTONA atau PENTANA +

AERO 810 secara bergantian.

4. Ulat Daun (Papilia sp., Setora sp., Lymatria sp.) Ketiga ulat menyerang dengan cara memakan daun sehingga berlubang dan rusak. Semprotkan PESTONA atau PENTANA bergantian. + AERO 810 secara

5.

Penyakit

Kanker

Batang

(Phytophthora palmivora) Gejala serangan adanya luka yang mengeluarkan lendir warna merah

pada kulit batang bagian bawah dekat tanah. Setelah batang busuk, pucukpucuk tanaman akan mengering, daun layu dan rontok, dan akhirnya mati.

Pengendalian dengan sanitasi kebun, memperlebar jarak tanam, menekan gulma, pemangkasan, sejak awal

sebelum tanam sebarkan Natural GLIO atau oleskan pada batang yang luka kemudian tutup dengan parafin, kerok batang terserang sampai warna coklat tidak kelihatan kemudian semprot

PESTONA + POC NASA.

6.

Penyakit

Busuk

Akar

(Jamur sp.)

Fusarium

Jika dibelah, pada bagian korteks akan tampak warna coklat dan pada bagian yang berkayu akan tampak warna

merah muda dengan bercak coklat. Tanaman yang terserang dimusnahkan dan dibakar serta bekas lubang tanam

ditaburi kapur + Natural GLIO, perbaiki sistem drainase serta sejak awal pakai Natural GLIO sebagai pencegahan.

7.

Penyakit

Bercak

Daun

(Jamur

Colletotrichum sp.) Gejala kering akhirnya adanya pada bercak-bercak daun tanaman Potong besar yang daun

berlubang.

terserang, semprotkan Natural GLIO + POC NASA sebagai pencegahan aktif

gunakan tembaga.

fungisida

berbahan

8. Penyakit Jamur Upas (pink disease) Gejala munculnya cairan kuning pada bagian batang terserang dan diselimuti dengan benang-benang jamur

berwarna mengkilat berbentuk seperti laba-laba sehingga menyebabkan

kematian pada batang. Potong bagian terserang, kurangi kelembaban,

Oleskan Natural GLIO + POC NASA pada bagian terserang atau fungisida berbahan aktif tembaga

9. Penyakit Akar Putih Rigodoporus lignosus)

(Jamur

Daun kuning kemudian coklat sebelum akhirnya mengerut dan gugur. Buang semua tanaman inang dari areal

kebun, gunakan Natural GLIO sebagai pencegahan.

10.

Penyakit

Busuk

Buah

Jamur

Phytophthora sp.)

Gejala adanya bercak-bercak basah berwarna coklat kehitaman pada kulit buah, kemudian busuk dan pada

bagian terserang terbentuk miselium dan sporangia berwarna putih.

Gunakan Natural GLIO sebelum tanam sebagai tindakan pencegahan, sanitasi kebun.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida

alami belum mengatasi, sebagai alternative digunakan dianjurkan. lebih terakhir pestisida Agar dan kimia bisa yang

penyemprotan tidak mudah

merata

hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO

810

dosis

0,5

tutup

botol

per

tangki

PEMANENAN Waktu panen berbeda tergantung jenis varietas. Jenis monthong sekitar 125 135 hari setelah bunga mekar, jenis chanee sekitar 110 - 116 hari setelah bunga mekar. Buah durian mengalami tingkat kematangan sempurna 4 bulan setelah bunga mekar. Waktu petik berdasar tanda-tanda fisik, misal ujung duri coklat tua, garis-garis di antara duri lebih jelas, tangkai buah lunak dan mudah tangkai harum, dibengkokkan, buah membesar, bunyi ruas-ruas baunya dan

terdengar

kasar

bergema jika buah dipukul. Cara penen

dengan memetik atau memotong buah di pohon dengan pisau atau galah berpisau. Bagian yang dipotong adalah tangkai buah dekat pangkal batang dan usahakan buah durian tidak

sampai terjatuh karena mengurangi kualitas buah.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

9.Teknik Gingseng

Budidaya

I. PENDAHULUAN Trend 'back to nature' pada industri farmasi, kosmetika, makanan dan minuman ringan, telah memacu peningkatan permintaan

ginseng.

Tingginya

permintaan

tersebut

perlu diimbangi dengan teknologi budidaya tanaman yang memenuhi aspek K-3

(Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian) seperti yang telah diterapkan PT. NATURAL

NUSANTARA.

II. SYARAT TUMBUH Diutamakan di lahan terbuka. Tanah

gembur, kandungan bahan organik tinggi, aerasi dan drainase baik. Keasaman Curah Suhu (pH) tanah 5,5 2500 7,2.

hujan

1000

mm/th. 33C. 90%.

berkisar

20C 70%

Kelembaban

- Ketinggian tempat berkisar 0 - 1.600 dpl.

III. PENGOLAHAN TANAH

- Siapkan Natural GLIO (10 kemasan /ha) dicampur pupuk kandang matang (25-50 kg/kemasan). Simpan dalam karung terbuka selama 1-2 minggu. - Tebarkan dolomite / kapur pertanian (2-4 ton/ha) pada lahan yang masih terbuka paling lambat 2 minggu sebelum tanam. - Luku dan garu segera setelah dolomit disebarkan. Diamkan sekitar 1 minggu. - Buat bedengan membujur arah timur-barat, lebar bedengan 100-120 cm, tinggi 40-60 cm. Jarak antar bedengan 40-50 cm.

Diamkan sekitar 1 minggu. - Buat parit mengelilingi lahan lebar 40-50 cm, kedalaman 50-60 cm. - Setelah 1 minggu, gemburkan permukaan bedengan secukupnya. - Tebarkan hasil campuran Natural GLIO dan

pupuk kandang merata pada permukaan tanah. - Tambahkan pupuk kandang matang 20-40 ton/ha merata pada permukaan bedengan. Jika tidak ada pupuk kandang, penggunaan POP SUPERNASA, POC NASA dan HORMONIK dapat menggantikannya. - Siapkan larutan induk POP SUPERNASA (1 botol/3 liter air), aduk hingga larut. Dosis POP SUPERNASA 5 botol/ha jika pakai pupuk kandang sesuai dosis anjuran atau 10

botol/ha jika tidak pakai pupuk kandang. Dari larutan induk POP SUPERNASA 3000 cc atau 3 liter, diambil 200 - 300 cc dicampur dengan 0,25 kg NPK majemuk lalu dilarutkan atau diencerkan dalam 50 liter air. - Dari hasil 50 liter tersebut siramkan pada permukaan bedengan, caranya pakai gembor

10 liter / 8 m panjang bedengan. Atau 200 - 300 cc/lubang tanam. - Tebarkan hasil campuran Natural GLIO dan pupuk kandang merata di permukaan

bedengan. Atau dalam setiap lubang tanam.

IV. PEMBIBITAN DAN PENANAMAN - Diutamakan pakai bibit dari setek batang. - Gunakanlah induk tanaman sehat, tidak terindikasi gejala serangan hama dan

penyakit, umur tidak terlalu muda dan terlalu tua, segar dan tidak layu, warna

cerah/mengkilap. - Bibit hasil setek diistirahatkan/disimpan di tempat lembab selama 2 - 4 hari. - Sebelum tanam, pangkal bibit dipotong miring 45 menggunakan pisau tajam dan bersih.

- Pangkal bibit direndam 20-30 menit dalam larutan POC NASA (1-2 ttp) + HORMONIK (0,5-1 ttp) + 1-2 sendok makan Natural GLIO per 10 liter air. Bibit dikeringanginkan 1-2 jam.

- Penanaman dilakukan sore hari, jarak tanam 50 x 60 cm atau 60 x 70 cm.

V. PEMELIHARAAN TANAMAN Penyiraman Pemberian air tidak boleh berlebihan

ataupun kekurangan. Usia 0 - 21 hst (hari setelah tanam) disiram tiap hari secukupnya. Sejak usia 100 hst penyiraman dikurangi atau dihentikan.

Penyulaman Jika diperlukan, hingga 15 hst.

Pemupukan susulan: Pengocoran larutan pupuk : NPK majemuk 0,25 kg + 50 liter air. Berikan 200-300 cc/lubang tanam setiap 2 minggu sekali hingga usia 100 hst.

Penyemprotan pupuk lewat daun dilakukan 1 minggu sekali hingga 100 hst, pakai 3 - 5 tutup POC NASA + 1-2 tutup HORMONIK dalam tangki 14 atau 17 liter.

Penyiangan, pembumbunan

pendangiran

dan

Dilakukan bersamaan setiap 2 minggu sekali terutama pada usia 14 - 65 hst.

Perempelan I Pada 20 hst disisakan 2-3 batang utama.

Perempelan selanjutnya adalah perempelan tunas ketiak daun setiap 2 minggu sekali hingga usia 65 hst.

VI. HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN 4.1. Hama 4.1.1. Bekicot Biasanya aktif pada malam hari, dan perlu diwaspadai keberadaannya. Pengendalian

dengan cara dikumpulkan dan dimusnahkan.

4.1.2. Ulat Banyak jenis ulat yang menyerang pada ginseng terutama ulat grayak (Spodoptera sp.), Ulat penggulung daun (Lamprosema sp.), dan ulat jenis lainnya. Pengendalian dengan cara mematikan ulat, semprot Vitura atau Pestona dan alternative terakhir dengan

Insektisida

kimia.

4.1.3. Uret/Lundi Hama ini menyerang akar bahkan bisa ke umbi sehingga tanaman lama kelamaan bisa layu dan akhirnya mati. Pada saat tanam bisa ditaburkan insektisida granular di

sekeliling

tanaman

4.2. Penyakit 4.2.1. Penyakit Busuk Leher Batang sp. atau tanam yang

Penyebabnya Sclerotium ginseng sp.

jamur

Phytium di

Biasanya

awal

mengalami

pembusukan

disebabkan oleh kelembaban tanah yang berlebihan. batang Leher batang berwarna atau pangkal atau

tampak

kelabu

kecoklatan, lunak kebasahan dan melekuk ke

dalam. Jamur ini dapat menjalar ke bagian umbi, lama-kelamaan daun tampak layu. Pengendalian drainase, dengan tidak cara becek pengaturan dan tidak

kebun

lembab. Sejak awal sebelum tanam gunakan Natural 4.2.2. Penyakit jamur Busuk Phythopthora GLIO. Umbi sp.

Penyebabnya

Gejalanya daun yang mulanya hijau berubah menjadi kuning. Lama kelamaan menjalar hingga menyebabkan kematian. Bila

tanaman dicabut pada pangkal umbi/batang tampak bulu-bulu putih yang kemudian

berubah menjadi bulat-bulatan dan akhirnya berubah menjadi coklat tua sampai hitam. Pengendalian gunakan Natural GLIO sebelum tanam, jaga kelembaban tanah dan

alternative

terakhir

dengan

fungisida

sistemik

4.2.3. Penyakit Layu Bisa disebabkan jamur Fusarium sp. atau bakteri Pseudomonas sp. Tetapi kebanyakan disebabkan oleh jamur Fusarium. Mulanya tulang daun menguning, kemudian menjalar ke tangkai daun dan akhirnya daun menjadi layu. Pengendalian dengan cara sebarkan Natural GLIO sebelum tanam dan celupkan stek sebelum tanam ke dalam POC NASA dicampur Natural GLIO.

VII. PANEN - Tanaman Ginseng dipanen umur 4 - 5 bulan tergantung pertumbuhan dan keadaan umbi. Cirinya; batang semula hijau berubah merah, daun menguning dan mulai rontok, berbunga

dan mengeluarkan biji, umbi bila didangir sudah cukup besar (diameter diatas 1 cm). - Pemanenan pada pagi hari saat kondisi cerah, tidak hujan dan daun tidak berembun lagi, tanah kering. Umbi dipanen garpu sekaligus tanah dengan untuk

menggunakan

menggemburkan permukaan tanah. - Sebelum umbi dicabut pangkal batang tanaman dipangkas dan dipisahkan dari

batang serta daunnya. Pencabutan umbi harus dilakukan hati-hati, jangan sampai umbinya putus dan tertinggal dalam tanah. Umbi yang telah dicabut dibersihkan dan dibawa ke tempat teduh untuk penyortiran.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.

No HP KOnsultasi 082136561161

10. Teknik Budidaya Jarak

PENDAHULUAN Tanaman Jarak di Indonesia dapat tumbuh dengan baik karena kesesuaian iklim dan tanah, sehingga tumbuh bisa merata sebagai gulma. Namun karena hasil dari tanaman ini bisa diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis, maka tanaman ini kini mulai di budidayakan. PT. Natural Nusantara mencoba memberikan bantuan teknis budidaya tanaman ini

sehingga mampu berproduksi sesuai dengan harapan yang diinginkan tanpa

meninggalkan standar kuantitas, kualitas, dan kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

SYARAT PERTUMBUHAN Syarat tumbuh tanaman jarak membutuhkan air 350-500 ml air sepanjang

pertumbuhannya. Disamping faktor air, tanaman jarak ini membutuhkan syarat temperatur 20-30C sepanjang hidupnya, serta ketinggian tempat yang optimal adalah 0-800 m dpl. Keluarnya biji akan sangat berkurang atau minim jika suhu mencapai 40C atau lebih.

PERSIAPAN LAHAN Pemilihan lahan yang akan digunakan untuk

budidaya tanaman jarak ini biasanya memilih tanah yang kurang produktif ataupun kurang pengairan, dan ini biasanya di daerah

marginal / kritis, karena tanaman jarak ini tidaklah terlalu membutuhkan syarat-syarat khusus, seperti halnya tanaman perdu

lainnya. Pengolahan

tanah yang standar

adalah pembuatan lubang tanam dengan ukuran 30 cm x 30cm x 30cm dan jarak tanam antar barisan 2-4 meter dan jarak dalam barisan 1-2 meter tergantung varietas yang dipilih. Persiapan tanah yang bisa juga dilakukan adalah membersihkan dari

gangguan gulma, terutama akar-akar ilalang yang menghasilkan alelopati / senyawa

penghambat tumbuh tanaman lain.

PEMBIBITAN

Biji

jarak

dapat

ditanam

2-3

butir

biji

perlubang langsung di lahan kemudian pilih tanaman yang terbaik pertumbuhannya

untuk dibudidayakan. Pemeliharaan tanaman muda dilakukan dengan menyemprot dengan POC NASA dosis sekali 2-3 tutup per pagi tangki hari.

seminggu

pada

MACAM-MACAM JENIS JARAK Ada banyak sekali jenis jarak yang dapat tumbuh di tanah air kita antara lain : A. Jarak Kepyar/Jepang ( Ricinus communis). Jenis ini laku di pasaran dunia yang dikenal dengan nama castor oil plant. Jenis ini berbuah sekali dalam setahun (semusim), dengan ciri buah muda berwarna hijau dan berubah coklat setelah tua. Buahnya berduri lemah seperti rambutan. Bijinya

mengandung

Glycoprotein

yang

bersifat

racun dan orang sering menyebutnya Ricin.

B . Jarak Pagar/Cina (Jatropha curcas ) Jenis ini berbuah terus menerus (tahunan). Jenis jarak ini yang dianjurkan ditanam, yaitu: - Asembagus 22 : kandungan minyak 55-57% - Asembagus 60 : kandungan minyak 48-52% - Asembagus 81 : kandungan minyak 51-54% Komposisi biji jarak terdiri dari 20% kulit dan 80% biji (daging), mengandung 40-60%

minyak. Kandungan minyak mentahnya 3248% dan sisanya adalah ampas.

PEMELIHARAAN Yang penting diperhatikan adalah tanaman jarak ini mempunyai sifat kurang suka air

sehingga kelebihan air (terendam) justru akan merugikan pertumbuhan tanaman,

namun jika panas terik berlangsung hingga 3-4 bulan penyiraman untuk perlu sesekali kematian kekeringan.

dilakukan akibat

menghindari

Lakukan penyiangan gulma jika tanaman mulai terganggu baik pertumbuhan bagian atas dalam persaingan terhadap cahaya

maupun perakaran yaitu penyerapan hara.

PEMUPUKAN Untuk pertumbuhan yang baik berikan pupuk dasar yaitu pupuk kandang di samping

pupuk anorganik pada saat tanam. Jenis Pupuk Urea Dosis (kg/ha) 50 Waktu Pemupukan Saat tanam

SP-36 KCl Urea

75 50 100

Saat tanam 2 minggu setelah tanam 1 bulan setelah tanam

Catatan

tidak untuk

berlaku masing -

mutlak/bervariasi masing daerah.

Akan lebih baik ditambah SUPERNASA atau POWER NUTRITION dosis 1 botol untuk 200 tanaman . Satu botol SUPERNASA atau

POWER NUTRITION diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk.

Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman

perpohon. Penyemprotan dengan POC NASA dosis 3-4 tutup + HORMONIK dosis 1 tutup per tangki setiap 1 bulan sekali dianjurkan untuk

meningkatkan kuantitas dan kualitas.

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT Tanaman jarak sebenarnya jarang diserang hama ataupun penyakit, namun bisa jadi terserang jika saja kondisi lahan kurang bersih ataupun ada semak yang dapat

menjadi inang sementara bagi hama-hama tertentu. Pengendalian hama terpadu yaitu dengan menjaga kebersihan lahan

merupakan tindakan preventif yang paling mudah dilakukan sebelum hama menjadi tak terkendali dan merugikan. Hama yang kadang menyerang tanaman jarak adalah sejenis kutu putih. Tanaman jarak sering tumbuh liar sehingga kutu putih sering menjadikannya inang sementara.

Untuk pencegahannya gunakan PESTONA

dan

PENTANA

AERO

810

secara

bergantian. Disamping kutu putih , jarak juga mungkin diserang ulat yang menyerang daun, yang bisa dicegah dengan PESTONA dan PENTANA + AERO 810 Lakukan penyemprotan dengan PESTONA dan PENTANA + AERO 810 secara bergantian untuk pencegahan , satu minggu sekali disemprotkan merata di atas dan di bawah helai daun . Sebagai pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan jamur, sebaiknya sebelum tanam disebarkan 1 pak Natural GLIO ditambah 2530 kg pupuk kandang dan didiamkan

seminggu.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum

mengatasi, sebagai alternatif terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

MASA PANEN Masa berbunga terjadi setelah tanaman

berumur sekitar 60-70 hari dan buah mulai dapat dipanen setelah umur tanaman sekitar 100-110 hari, yang biasanya jatuh dimusim panas yaitu bulan Agustus hingga Oktober. Buah yang terlambat panen akan melenting dan panen berhamburan harus sehingga disarankan waktu.

benar-benar

tepat

Produksi yang dapat dicapai sekitar 1-3 ton/ha.

PEMANFAATAN HASIL Pada masa Jepang minyak jarak diolah

menjadi minyak pelumas persenjataan yang handal, karena sangat kental, Berat jenisnya 0,96 dan sangat sukar untuk dilarutkan, sehingga mudah dibedakan dari minyak lain. Sebagian besar produksinya dipergunakan sebagai minyak lumas untuk mesin yang berputar cepat; salah satu keuntungan dari minyak jarak ini adalah bahwa dia tidak menetes, tidak meninggalkan sisa bakar dan tidak larut dalam bensin; sifat-sifat yang besar artinya dalam keperluan penerbangan dan telah memberinya tempat yang tetap disamping minyak- minyak mineral yang telah mendesaknya yang walaupun cukup daya besar

pelumasnya

Selain itu biji Jarak ricinus kaya akan enzyme lipase yang dapat menguraikan lemak dan minyak menjadi asam-asam lemak yang bebas dan glycerin. Asam lemak tersebut dapat dipergunakan oleh pabrik lilin, dan setelah dinetralisir dengan soda atau kalium karbonat (potas), menghasilkan sabun keras atau lunak.

Di

perusahaan-perusahaan

batik,

minyak

jarak berperan juga dalam pewarnaan kain katun yang akan diberi warna dengan

mengkudu. Bahkan akhir-akhir ini dengan peningkatan harga BBM dimulai penanaman tanaman jarak besar-besaran untuk alternatif lain dari bahan bakar minyak yang

dipadukan dengan paket reboisasi lahan kritis sehingga bisa berpengaruh positif bagi

perekonomian dan juga kelestarian lahan di seluruh nusantara.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

11. Teknik Budidaya Jeruk

I. PENDAHULUAN Prospek agribisnis jeruk di Indonesia cukup bagus karena potensi lahan

produksi

yang

luas.

Melalui

program

peningkatan kualitas sumberdaya petani jeruk serta didukung dengan hasil inovasi teknologi pemupukan dan hormon alami, pengelolaan hama dan penyakit terpadu, serta sistem budidaya lainnya yang

semuanya didasarkan pada semangat ramah lingkungan akan meningkatkan Kuantitas dan Kualitas produksi jeruk dengan tetap menjaga Kelestarian

lingkungan.

II. SYARAT PERTUMBUHAN Perlu 6-9 bulan basah (musim hujan), curah hujan 1000-2000 mm/th merata sepanjang tahun, perlu air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.

Temperatur optimal antara 25-30 C dan

kelembaban optimum sekitar 70-80%. Kecepatan angin lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah.

Ketinggian optimum antara 1-1200 m dpl. Jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari. Jenis

tanah Andosol dan Latosol sangat cocok, derajat keasaman tanah (pH tanah)

adalah 5,5-6,5 . Air tanah optimal pada kedalaman 150-200 cm di bawah

permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang 10%.

mengandung

garam

sekitar

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 3.1. Pembibitan 3.1.1. Cara generatif Biji diambil dari buah dengan memeras

buah

yang

telah

dipotong.

Biji

dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya hilang. Tanah persemaian diolah sedalam 30-40 cm dan dibuat petakan berukuran 1,15-1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5-1m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m2. Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1-1,5 x 2 cm dan langsung disiram larutan POC NASA + 1-2 cc/lt air. Persemaian diberi atap. Bibit

dipindahtanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1) atau cukup dengan

menggunakan tanah biasa disiram POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per 10-15 liter air. 3.1.2. Cara Vegetatif Metode tunas tempel. dengan pucuk Untuk cara penyambungan mata perlu bawah

dan

penempelan cara ini

kedua

dipersiapkan

batang

(understam/rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran

terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan adalah Japanese citroen, Rough lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange. tunas pucuk Setelah atau

penyambungan

penempelan

mata

tempel,

segera

disemprot menggunakan POC NASA (3-4 tutup/tangki tutup/tangki ). 3.1.2.1. Pengolahan Media Tanam Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari tanaman lain atau sisa-sisa ) + HORMONIK (1

tanaman. Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk dapat dilihat pada data berikut ini: (a) Keprok dan Siem jarak tanam 5 x 5 m; (b) Manis : jarak tanam 7 x 7 m; (c) Sitrun (Citroen) : jarak tanam 6 x 7 m; (d) Nipis : jarak tanam 4 x 4 m; (e) Grape fruit : jarak tanam 8 x 8 m; (f) Besar : jarak tanam (10-12) x (10-12) m. Lubang tanam dibuat 2 minggu sebelum tanam. Tanah bagian dalam dipisahkan

dengan tanah dari lapisan atas. Tanah berasal dengan Natural dari 1-2 lapisan kg GLIO pupuk atas dicampur dan

kandang

yang

sudah

dikembangbiakkan. Pengembangbiakan Natural GLIO : 1-2 kemasan Natural GLIO dicampur 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan di tempat yang terlindung minggu dari sinar matahari + 1

dengan dan

selalu sesekali

menjaga diaduk

kelembabannya (dibalik).

3.1.2.2. Teknik Penanaman Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air untuk menyirami, tetapi sebaiknya

ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam, perlu dilakukan: (a)

Pengurangan daun dan cabang yang berlebihan; (b) Pengurangan akar; (c) Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat. Setelah bibit ditanam, siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air

secara merata dengan dosis 1 tutup POC NASA per liter air setiap pohon. Hasil akan lebih bagus jika menggunakan

SUPER NASA. Adapun cara penggunaan SUPER NASA adalah sebagai berikut: 1 (satu) botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi

disiramkan setiap pohon.

Beri mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun yang bebas penyakit di

sekitar bibit. Letakkan mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh batang untuk menghindari kebusukan batang. Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling menaungi, dapat ditanam tanaman sela baik kacang-kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum

penutup tanah yang sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi

tanaman jeruk.

IV. PEMELIHARAAN TANAMAN 4.1. Penyulaman Dilakukan tumbuh. pada tanaman yang tidak

4.2. Penyiangan Gulma dibersihkan sesuai dengan

frekuensi pertumbuhannya, pada saat pemupukan juga dilakukan penyiangan. 4.3. Pembubunan Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan apakah ada tanah di sekitar perakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu dilakukan jika pangkal akar sudah mulai terlihat. 4.4. Pemangkasan Pemangkasan membentuk menghilangkan bertujuan tajuk cabang pohon yang untuk dan sakit,

kering dan tidak produktif. Dari tunastunas awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang kelak akan membentuk tajuk pohon. Pada

pertumbuhan selanjutnya, setiap cabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya. Bekas luka pangkasan ditutup dengan fungisida penyakit. gunting atau lilin untuk mencegah dulu

Sebaiknya pangkas ke

celupkan dalam

alkohol.

Ranting yang sakit dibakar atau dikubur dalam 4.5. Pemupukan Susulan Umur (tahun ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dosis Pupuk Makro (gr/pohon) Urea TSP KCl 80 160 250 325 400 500 600 700 780 850 170 325 500 170 210 250 300 325 390 425 170 250 325 425 500 600 700 780 850 900 tanah.

>10 Sebaiknya dilakukan analisis tanah Dosis POC NASA mulai awal tanam : 0-3 2-3 tutup/diencerkan

secukupnya dan siramkan sekitar setiap pangkal 4-5 bulan batang sekali

(sesekali bisa disemprot ke daun) >3 3-4 tutup/diencerkan

secukupnya dan siramkan sekitar setiap pangkal 3-4 bulan batang sekali

(sesekali bisa disemprot ke daun)

Catatan:

Akan

Lebih

baik

pemberian NASA 1-2

diselingi/ditambah

SUPER

kali/tahun dosis 1 botol untuk + 200 pohon. Cara lihat pada Teknik Penanaman (Point 3.1.2.2.) 4.6. Penggunaan Hormonik Hormonik dapat diberikan terutama setelah tanaman berumur 2 tahun, atau diberikan sejak awal lebih bagus. Caranya melalui penyiraman atau penyemprotan bersama

dengan POC NASA (3-5 tutup POC NASA ditambah 1 tutup Hormonik).

4.7.Pengairan dan Penyiraman Penyiraman jangan berlebih. Tanaman diairi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitar tanaman digemburkan dan

ditutup mulsa. 4.8. Penjarangan Buah Pada saat pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan mampu penjarangan mendukung supaya pohon bobot

pertumbuhan,

buah serta kualitas buah. Buah yang dibuang meliputi buah sakit, tidak terkena sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di dalam satu tangkai.

Hilangkan buah di ujung kelompok buah dalam satu tangkai utama dan sisakan hanya 2-3 buah. V. Hama dan Penyakit 5.1. Hama a. Kutu loncat (Diaphorina citri.) Bagian diserang : tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala: tunas keriting, tanaman mati. Pengendalian: menggunakan

PESTONA atau Natural BVR. Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas,

buang bagian yang terserang. b. Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.) Bagian diserang : tunas muda dan bunga. Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa. Pengendalian:

menggunakan PESTONA atau Natural BVR. c. Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.) Bagian diserang : daun muda. Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan,

tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok. Pengendalian: semprotkan dengan PESTONA. Kemudian daun dipetik dan

dibenamkan dalam tanah. d. Tungau (Tenuipalsus sp. , sheldoni Tetranychus sp) Eriophyes

Bagian diserang : tangkai, daun dan buah. Gejala: bercak keperak-perakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun. Pengendalian: semprotkan

PESTONA atau Natural BVR. e. Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.) Bagian diserang : buah. Gejala: lubang

gerekan buah keluar getah. Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi, disemprot PESTONA pada buah berumur 2-5 minggu. f. Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.) Bagian diserang : tunas, daun muda dan pentil. Gejala: bercak coklat kehitaman

dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah cairan muda, buah bercak yang disertai menjadi

keluarnya nekrosis. PESTONA

Pengendalian:

semprotkan

g. Thrips (Scirtotfrips citri.) Bagian diserang : tangkai dan daun muda. Gejala: helai daun menebal, tepi daun

menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna disertai coklat nekrotis. keabu-abuan Pengendalian: kadang menjaga

agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari masuk ke bagian tajuk,

hindari memakai mulsa jerami. Kemudian gunakan PESTONA atau Natural BVR. h. Kutu dompolon (Planococcus citri.) Bagian diserang : tangkai buah. Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur. atau Pengendalian: Natural BVR. gunakan Cegah

PESTONA.

datangnya semut sebagai vektor kutu. i. Lalat buah (Dacus sp.)

Bagian diserang : buah yang hampir masak. Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah. Pengendalian: Buah. gunakan Perangkap lalat

5.2. Penyakit a. CVPD Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem)

batang. Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye. Pengendalian: gunakan bibit tanaman bebas CVPD. Lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan Pestona atau Natural BVR untuk mengendalikan vektor.

b. Blendok Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian diserang : batang atau cabang. Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang

menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas. Pengendalian: pemotongan cabang

terinfeksi. Bekas potongan diolesi POC NASA + Hormonik + Natural GLIO. POC NASA dan Hormonik bukan berfungsi mengendalikan Blendok, namun dapat meningkatkan daya tahan terhadap serangan penyakit. c. Embun tepung Penyebab: jamur Oidium tingitanium. Bagian diserang : daun dan tangkai muda. Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda. Pengendalian: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

d. Kudis Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti.

Bagian diserang : daun, tangkai atau buah. Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye. Pengendalian: pemangkasan teratur,

gunakan Natural GLIO pada awal tanam. e. Busuk buah Penyebab: citriphora, Penicillium spp. Phytophtora theobromae.

Botryodiplodia

Bagian diserang : buah. Gejala: terdapat tepung-tepung kebiruan padat berwarna permukaan hijau kulit.

pada

Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, gunakan Natural GLIO awal tanam f. Busuk akar dan pangkal batang Penyebab: jamur Phyrophthora nicotianae. Bagian diserang : akar, pangkal batang serta

daun di bagian ujung. Gejala: tunas tidak segar, tanaman dan kering. pengairan Pengendalian: yang baik,

pengolahan

sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah. gunakan Natural GLIO pada awal tanam g. Buah gugur prematur Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga. Gejala: dua-empat minggu

sebelum panen buah gugur. Pengendalian: gunakan Natural GLIO pada awal tanam h. Jamur upas Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian

diserang : batang. Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas. Pengendalian:

kulit yang terinfeksi dikelupas dan diolesi fungisida yang mengandung tembaga atau belerang, kemudian potong cabang yang terinfeksi. Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida

kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak

mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

VI. Panen Buah jeruk dipanen saat masak optimal berumur + 28-36 minggu, tergantung dengan

jenis/varietasnya.

Buah

dipetik

menggunakan gunting pangkas.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

12. Teknik Budidaya Kacang Panjang

SYARAT PERTUMBUHAN Tanaman tumbuh baik pada tanah Latosol / lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik, pH sekitar 5,5-6,5. Suhu antara 20-30 derajat Celcius, iklimnya kering, curah hujan antara 600-1.500 mm/tahun dan ketinggian optimum kurang dari 800 m dpl.

PEMBIBITAN - Benih kacang panjang yang baik dan bermutu adalah sebagai berikut: penampilan bernas/kusam, daya kecambah tinggi di atas 85%, tidak rusak/cacat, tidak mengandung wabah hama dan penyakit. Keperluan benih

untuk 1 hektar antara 15-20 kg. - Benih tidak usah disemaikan secara khusus, tetapi benih langsung tanam pada lubang tanam yang sudah disiapkan.

PENGOLAHAN MEDIA TANAM - Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar, dicangkul/dibajak gembur. - Buatlah bedengan dengan ukuran lebar 6080 cm, jarak antara bedengan 30 cm, tinggi 30 cm, panjang tergantung lahan. Untuk sistem guludan lebar dasar 30-40 cm dan lebar atas 30-50 cm, tinggi 30 cm dan jarak antara guludan 30-40 cm - Lakukan pengapuran jika pH tanah lebih rendah dari 5,5 dengan dolomit sebanyak 1-2 ton/ha dan campurkan secara merata hingga tanah menjadi

dengan tanah pada kedalaman 30 cm - Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis 1 botol (500 cc) POC NASA diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m2(10 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA, cara penggunaannya sebagai berikut: alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan. alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram 10 meter bedengan.

TEKNIK PENANAMAN

- Jarak lubang tanam untuk tipe merambat adalah 20 x 50 cm, 40 x 60 cm, 30 x 40 cm. Dan jarak tanam tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm. - Waktu tanam yang baik adalah awal musim kemarau/awal dapat saja musim sepanjang penghujan, musim tetapi air

asal

tanahnya Benih direndam selama POC 0,5 NASA lalu

memadai dosis 2

tutup/liter

jam

tiriskan

- Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 2 biji, tutup dengan tanah

tipis/dengan abu dapur.

PENYULAMAN Benih kacang panjang akan tumbuh 3-5 hari setelah tanam. Benih yang tidak tumbuh segera disulam.

PENYIANGAN Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2-3 minggu setelah tanam,

tergantung pertumbuhan rumput di kebun. Penyiangan dengan cara mencabut rumput liar/membersihkan dengan alat kored.

PEMANGKASAN / PEREMPELAN Kacang panjang yang terlalu rimbun perlu diadakan pemangkasan daun maupun ujung batang. Tanaman yang terlalu rimbun dapat menghambat pertumbuhan bunga.

PEMUPUKAN Dosis pupuk makro sebagai berikut:

Dosis Pupuk Makro Waktu Dasar


Umur 45 hari

(per ha)
Urea (kg) SP-36 (kg) KCl (kg)

TOTAL

50 50 100

75 25 100

25 75 100

Catatan setempat.

Atau

sesuai

rekomendasi

Pupuk diberikan di dalam lubang pupuk yang terletak di kiri-kanan lubang tanam. Jumlah pupuk yang diberikan untuk satu tanaman tergantung dari jarak tanam POC NASA diberikan 1-2 minggu sekali semenjak tanaman berumur 2 minggu, dengan cara disemprotkan (4-8 tutup POC NASA/tangki). Kebutuhan total POC NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 M2 (10-20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC NASA

ditambahkan HORMONIK (3-4 tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, mengganggu karena penyerbukan dapat (dapat

disiramkan dengan dosis + 2 tutup/10 liter air ).

PENGAIRAN Pada hingga fase awal pertumbuhan muda, tiap hari. benih

tanaman rutin

penyiraman Pengairan

dilakukan

berikutnya tergantung musim.

PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT a. Lalat kacang (Ophiomya phaseoli

Tryon)

Gejala: sekitar

terdapat tulang

bintik-bintik daun,

putih

pertumbuhan

tanaman yang terserang terhambat dan daun berwarna kekuningan, pangkal

batang terjadi perakaran sekunder dan membengkak. Pengendalian: dengan

cara pergiliran tanaman yang bukan dari famili kacang-kacangan dengan dan PESTONA.

penyemprotan

b. Kutu daun (Aphis cracivora Koch) Gejala: pertumbuhan terlambat karena hama mengisap cairan sel tanaman dan penurunan bergerombol berperan hasil di pucuk panen. tanaman vektor Kutu dan virus.

sebagai

Pengendalian: dengan rotasi tanaman dengan tanaman bukan famili kacang-

kacangan BVR

dan

penyemprotan

Natural

c. Ulat grayak (Spodoptera litura F.) Gejala: daun berlubang dengan ukuran tidak pasti, serangan berat di musim kemarau, juga menyerang kultur polong. teknis,

Pengendalian:

dengan

rotasi tanaman, penanaman serempak, Semprot Natural VITURA

d.

Penggerek

biji

(Callosobruchus

maculatus L) Gejala: hancur dengan biji dirusak berlubang-lubang, Pengendalian: dan

sampai

90%.

membersihkan

memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat persembunyian hama. Benih kacang

panjang diberi perlakuan minyak jagung 10 cc/kg biji.

e. Ulat bunga ( Maruca testualis) Gejala: larva menyerang bunga yang sedang membuka, kemudian memakan polong. Pengendalian: dengan rotasi

tanaman dan menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman. Disemprot PESTONA

dengan

f.

Penyakit

Antraknose

( jamur

Colletotricum lindemuthianum ) Gejala serangan dapat diamati pada bibit yang baru berkecamabah, semacam

kanker berwarna coklat pada bagian batang dan keping biji. Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perlakuan benih

sebelum ditanam dengan Natural GLIO dan POC NASA dan membuang rumputrumput dari sekitar tanaman.

g. Penyakit mozaik ( virus Cowpea Aphid Borne Virus/CAMV). Gejala: pada daun-daun muda terdapat gambaran mosaik yang warnanya tidak beraturan. vektor Penyakit daun. ditularkan oleh

kutu

Pengendalian:

gunakan benih sehat dan bebas virus, semprot vector kutu daun dan tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.

h. Penyakit sapu ( virus Cowpea Witchesbroom Virus/Cowpea Stunt Virus.) Gejala: pertumbuhan tanaman

terhambat, ruas-ruas (buku-buku) batang

sangat pendek, tunas ketiak memendek dan membentuk kutu "sapu". daun. Penyakit

ditularkan sama

Pengendalian: penyakit

dengan

pengendalian

mosaik.

i.

Layu

bakteri

Pseudomonas

solanacearum ) Gejala: tanaman mendadak layu dan serangan berat menyeabkan tanaman mati. Pengendalian: perbaikan tanaman dengan drainase yang mati rotasi dan dan

tanaman, mencabut

gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

PANEN DAN PASCA PENEN - Ciri-ciri polong siap dipanen adalah

ukuran polong telah maksimal, mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam

polong tidak menonjol - Waktu panen yang paling baik pada pagi/sore hari. Umur tanaman siap panen 3,5-4 bulan - Cara panen pada tanaman kacang panjang tipe merambat dengan

memotong tangkai buah dengan pisau tajam. - Selepas panen, polong kacang panjang dikumpulkan di tempat penampungan, lalu disortasi

- Polong kacang panjang diikat dengan bobot maksimal 1 kg dan siap

dipasarkan.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

13. Teknik Budidaya Kacang Tanah

I. PENDAHULUAN Produksi komoditi kacang tanah per

hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras

(rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon

pertumbuhan. Disamping itu juga karena faktor hama dan penyakit tanaman,

faktor iklim, serta faktor pemeliharaan lainnya. PT. NASA berusaha berperan

meningkatkan produksi secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap memelihara Kelestarian lingkungan ( Aspek K - 3 ).

II. SYARAT PERTUMBUHAN 2.1. Iklim a. Curah hujan antara 800-1.300

mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman

kacang tanah. b. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100C, pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil. c. Kelembaban udara berkisar 65-75 %. d.Penyinaran matahari penuh

dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.

2.2. Media Tanam a. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur. b. pH antara 6,0-6,5. c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati. d. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak

terlalu

becek

dan

kering

baik

bagi

pertumbuhan kacang tanah. 2.3. Ketinggian Tempat Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di bawah ketinggian 1.500 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 3.1. Pembibitan 3.1.1. Persyaratan Benih Syarat-syarat benih/bibit kacang

tanah yang baik adalah: a. Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul. b. Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat. c. Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.

d. Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain. e. Kadar air benih berkisar 9-12 %.

3.1.2. Penyiapan Benih Benih sebaiknya disimpan di tempat kering yang konstan dan tertutup rapat. Untuk menjamin kualitas benih, lebih baik membeli dari Balai Benih atau

Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.

3.2. Pengolahan Media Tanam 3.2.1. lahan Pembukaan lahan dengan pembajakan dan pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala macam gulma Persiapan dan Pembukaan

(tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman memudahkan berkembang tumbuhan penyakit. sebelumnya, perakaran dan inang bagi serta untuk

tanaman

menghilangkan hama dan

3.2.2. Pembentukan Bedengan Buat bedengan ukuran lebar 80 cm, panjang menyesuaikan, ketebalan

bedengan 20-30 cm. Diantara bedengan dibuatkan parit.

3.2.3. Pengapuran Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam dilakukan pengapuran dengan dosis + 1 - 2,5 ton/ha selambat-lambatnya 1 bulan

sebelum tanam.

3.2.4. Pemberian Natural GLIO Untuk jamur mencegah berikan terjadinya Natural serangan GLIO.

Pengembangbiakan Natural GLIO dengan cara: 1-2 sachet Natural GLIO dicampur dengan 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan di tempat yang terlindung dari sinar

matahari + 1 minggu dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik) . Pemberian Natural GLIO pada sore hari.

3.2.5. Pemberian Pupuk Makro dan SUPER NASA

Jenis dan dosis pupuk setiap hektar

adalah: a. Pupuk kandang 2 - 4 ton/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampur

pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam. b. Pupuk anorganik : SP-36 (100 kg/ha), ZA (100 kg/ha) dan KCl (50 kg/ha) atau sesuai rekomendasi setempat. c. Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas

bedengan dengan dosis 1-2 botol (5001000 cc) diencerkan dengan air

secukupnya untuk setiap 1000 m2 (10-20 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA.

Adapun cara penggunaan SUPER NASA

sbb : alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA

diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan. alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram + 10 meter bedengan.

Semua dosis pupuk makro diberikan saat tanam. Pupuk diberikan di kanan dan kiri lubang tugal sedalam 3 cm.

3.3. Teknik Penanaman 3.3.1. Penentuan Pola Tanam Pola tanam memperhatikan musim dan

curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam

larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm, 30 x 20 cm, atau 20 x 20 cm.

3.3.2.

Pembuatan

Lubang

Tanam

Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm menggunakan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di atas.

3.3.3. POC

Perendaman

Benih

dengan

NASA

Pilih benih yang baik dan agar benih dapat berkecambah dengan cepat dan serempak, benih direndam dalam larutan POC NASA (1-2 cc/liter air) selama + 0,5 1 jam.

3.3.4. Cara Penanaman Masukan benih 1 atau 2 butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II).

3.4. Pemeliharaan Tanaman 3.4.1. Penyulaman Sulam benih yang tidak tumbuh atau mati, untuk penyulaman lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh 3-7 hari setelah tanam).

3.4.2.

Penyiangan

dan

Pembumbunan

Penyiangan dilakukan 2 kali umur 1 dan 6 minggu dengan hati-hati agar tidak merusak bunga dan polong. bersamaan untuk

Pembumbunan saat

dilakukan

penyiangan,

bertujuan

menutup bagian perakaran.

3.4.3.

Pemberian

POC

NASA

dan

HORMONIK Penyemprotan POC NASA dilakukan 2 minggu sekali semenjak berumur 1-2 minggu (4-5 tutup POC NASA/tangki). Kebutuhan total POC NASA untuk

pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (1020 botol/ha). Akan POC lebih bagus jika

penggunaan

NASA

ditambahkan

HORMONIK (3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK/tangki). Pada saat

tanaman

berbunga

tidak karena

dilakukan dapat

penyemprotan, mengganggu

penyerbukan.

3.4.5.

Pengairan

dan

Penyiraman

Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban

pada musim kemarau dapat diberikan mulsa (jerami dan lain-lain). Saat

berbunga tidak dilakukan penyiraman, karena dapat mengganggu penyerbukan.

3.4.6. Pemeliharaan Lain Hal-hal faktor lain yang sangat bisa menunjang dilakukan, perambatan,

pemeliharaan

misalnya

pemangkasan,

pemeliharaan tunas dan bunga serta

sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar menunjang kesehatan tanaman).

3.5. Hama dan Penyakit 3.5.1. Hama a. Uret Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk

kandang yang sudah matang, menanam serempak, Penggunaan disiramkan penyiangan Pestona ke tanah, intensif, cara

dengan jika

tanaman

terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan. b. Gejala: Ulat daun Penggulung terlipat Daun

menguning,

akhirnya

mengering.

Pengendalian:

penyemprotan menggunakan Pestona. c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara (1) berkelompok. gulma,

Pengendalian:

bersihkan

menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan menggunakan Natural Vitura. d. Ulat Jengkal (Plusia sp) Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: menggunakan Pestona. e. Kumbang Daun Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan menggunakan penyemprotan

Pestona.

3.5.2. Penyakit a. Penyakit layu atau Omo Wedang Penyebab: solanacearum terkulai akhirnya bakteri (E.F.S.). Xanthomonas Gejala: air daun panas,

seperti

disiram

mati. Bila dipotong tampak

noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian: Pergiliran yang tanaman, gunakan varietas

tahan.

Penting

melakukan

pencegahan menggunakan Natural GLIO. b. Penyakit sapu setan Penyebab: Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis

Aphis. Gejala: bunga berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-ruas

batang dan cabang menjadi pendek, daun-daun kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut, semua (sanitasi tanaman dibuang tanaman dan inang

dimusnahkan, dibersihkan menanam

lingkungan), yang tahan,

menanggulangi vektornya menggunakan Pestona atau Natural BVR.

c. Penyakit Bercak Daun Penyebab : Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola. Gejala:

timbul bercak-bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang. Pengendalian: Natural GLIO dengan di awal

menggunakan

tanam sebagai tindakan pencegahan.

d. Penyakit Gapong Penyebab: Polong diduga Nematoda. juga bisa Gejala: busuk. dan

kosong,

Pengendalian:

tanahnya

didangir

dicari nematodanya. e. Penyakit Sclerotium Penyebab: cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala: gunakan tanaman varietas layu. yang Pengendalian: resisten, air

jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan.

Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal f. Penyakit Karat Penyebab: cendawan Puccinia arachidis Speg. Gejala: pada daun terdapat tanam

bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum

waktunya.

Pengendalian:

gunakan

varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.

Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

Catatan

Jika

pengendalian

hama

penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi pestisida kimia dapat yang

dipergunakan

dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3.6. Panen Umur panen tanaman kacang tanah

tergantung

dari

jenisnya

yaitu

umur

pendek 3-4 bulan dan umur panjang 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain: a) Batang mulai mengeras.

b) Daun menguning dan sebagian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras. c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

14. Teknik Budidaya Kakau

PENDAHULUAN Tanaman Kakao merupakan tanaman

perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan

miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan maka lainnya produksi tidak dan

diperhatikan kualitas

tingkat akan

rendah.

PT. Natural Nusantara berusaha membantu petani kakao agar mampu meningkatkan produktivitasnya agar dapat bersaing di era globalisasi produksi dengan secara program peningkatan dan kualitas,

kuantitas

berdasarkan konsep kelestarian lingkungan (Aspek K-3). 1. Persiapan Lahan - Bersihkan alang-alang dan gulma lainnya - Gunakan tanaman penutup tanah (cover crop) terutama jenis polong-polongan seperti

Peuraria javanica, Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides & C. caeraleum untuk mencegah pertumbuhan gulma

terutama jenis rumputan - Gunakan juga tanaman pelindung seperti Lamtoro, Gleresidae dan Albazia, tanaman ini ditanam setahun sebelum penanaman kakao dan pada tahun ketiga jumlah dikurangi hingga tinggal 1 pohon pelindung untuk 3 pohon kakao (1 : 3)

2. Pembibitan - Biji kakao untuk benih diambil dari buah bagian tengah yang masak dan sehat dari tanaman Sebelum yang telah cukup benih umur harus

dikecambahkan lebih dulu

dibersihkan

daging

buahnya

dengan abu gosok

Karena

biji

kakao

tidak

punya

masa

istirahat (dormancy), maka harus segera dikecambahkan - Pengecambahan dengan karung goni dalam ruangan, dilakukan penyiraman 3 kali sehari - Siapkan polibag ukuran 30 x 20 cm (tebal 0,8 cm) dan tempat pembibitan

- Campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 : 1), masukkan dalam polibag

Sebelum

kecambah

dimasukkan

tambahkan 1 gram pupuk TSP / SP-36 ke dalam tiap-tiap polibag

- Benih dapat digunakan untuk bibit jika 2-3 hari berkecambah lebih 50%

- Jarak antar polibag 20 x 20 cm lebar barisan 100 cm - Tinggi naungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga sinar masuk tidak

terlalu

banyak

- Penyiraman bibit dilakukan 1-2 kali sehari - Penyiangan gulma melihat keadaan areal pembibitan - Pemupukan dengan N P K ( 2 : 1 : 2 ) dosis sesuai dengan umur bibit, umur 1 bulan : 1 gr/bibit, 2 bulan ; 2 gr/bibit, 3 bulan : 3 gr/bibit, 4 bulan : 4 gr/bibit. Pemupukan dengan cara ditugal

- Siramkan POC NASA dengan dosis 0,5 - 1 tutup/pohon diencerkan dengan air

secukupnya atau semprotkan dengan dosis 4 tutup/tangki setiap 2-4 minggu sekali

- Penjarangan atap naungan mulai umur 3 bulan dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan - Amati hama & penyakit pada pembibitan, antara lain ; rayap, kepik daun, ulat jengkal, ulat punggung putih, dan ulat api. Jika

terserang hama tersebut semprot dengan PESTONA dosis 6-8 tutup/tangki atau Natural BVR dosis 30 gr/tangki. Jika ada serangan penyakit jamur Phytopthora dan Cortisium sebarkan Natural GLIO yang sudah dicampur pupuk kandang selama + 1 minggu pada masing-masing pohon

3. Penanaman a. Pengajiran - Ajir dibuat dari bambu tinggi 80 - 100 cm - Pasang ajir induk sebagai patokan dalam pengajiran selanjutnya Untuk meluruskan ajir gunakan tali

sehingga diperoleh jarak tanam yang sama

b. Lubang Tanam - Ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm pada

akhir musim hujan - Berikan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah (1:1) ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang

c. Tanam Bibit - Pada saat bibit kakao ditanam pohon naungan harus sudah tumbuh baik dan naungan sementara sudah berumur 1 tahun - Penanaman kakao dengan system tumpang sari tidak perlu naungan, misalnya tumpang sari dengan pohon kelapa Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai

dengan jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit umur 6 bulan, Kakao Lindak umur 4-5 bulan

- Penanaman saat hujan sudah cukup dan

persiapan naungan harus sempurna. Saat pemindahan sebaiknya bibit kakao tidak tengah membentuk daun muda (flush)

4. Pemeliharaan Tanaman a. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-5 liter/pohon

b.Dibuat lubang pupuk disekitar tanaman dengan dalam cara lubang dikoak. pupuk Pupuk dimasukkan ditutup

kemudian

kembali. Dosis pupuk lihat dalam tabel di samping ini :

Tabel Pemupukan Tanaman Coklat

Dosis pupuk Makro (per ha) UMUR (bula n)

Urea (kg)

TSP (kg)

MOP/ KCl (kg)

Kieserit e (MgSO4) (kg)

2 6 10 14

15 15 25 30

15 15 25 30

8 8 12 15

8 8 12 15

18 22 28 32 36 42

30 30 160 160 140 140

30 30 250 200 250 200

45 45 250 250 250 250

15 15 60 60 80 80

Dst Dilakukan analisa tanah Dosis tanam : 0 24 2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang POC NASA mulai awal

setiap 4 - 5 bulan sekali

> 24

3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang

setiap 3 4 bulan sekali ( sesekali bisa juga disemprotkan ke tanaman ) Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal memakai POC NASA : - Tahap 1 : Aplikasikan 3 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln, Dosis 3-4 tutup/ pohon

- Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali, Dosis 3-4 tutup/ pohon

Catatan:

Akan

lebih

baik

pemberian NASA 1-2

diselingi/ditambah

SUPER

kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan

induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

5. Pengendalian Hama & Penyakit a. Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria;

Famili : Geometridae ), menyerang pada umur 2-4 bulan. daun Serangan muda tinggal berat urat

mengakibatkan daunnya saja.

Pengendalian

dengan

PESTONA dosis 5 - 10 cc / liter.

b. Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia : Limanthriidae ), ada bulubulu gatal pada bagian dorsalnya

menyerupai bentuk bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedang ulatnya coklat atau

coklat

kehitam-hitaman.

Pengendalian

dengan musuh alami predator Apanteles mendosa PESTONA. dan Carcelia spp, semprot

c. Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat Srengenge), serangan dilakukan silih berganti karena kedua species ini agak berbeda siklus hidup maupun sehingga saling cara masa

meletakkan

kokonnya, akan

berkembangnya

bergantian.

Serangan tertinggi pada daun muda, kuncup yang merupakan pusat kehidupan dan bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada Ploneta diducta. Pengendalian

dengan PESTONA.

d.

Kutu

kutuan kutu

Pseudococcus putih. Gejala

lilacinus ), Simbiosis

berwarna semut hitam.

dengan

serangan : infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung, selanjutnya

perusakan ke bagian buah yang masih kecil, buah terhambat dan akhirnya mengering lalu mati. Pengendalian : tanaman terserang

dipangkas lalu dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam, parasit Coccophagus pseudococci Natural BVR 30 gr/ 10 liter air atau PESTONA.

e.

Helopeltis

antonii,

menusukkan

ovipositor untuk meletakkan telurnya ke dalam buah yang masih muda, jika tidak ada buah muda hama menyerang tunas dan pucuk daun muda. Serangga dewasa

berwarna hitam, sedang dadanya merah, bagian menyerupai tanduk tampak lurus. Ciri serangan, hitam kulit buah ada bercak-bercak buah

dan

kering,

pertumbuhan

terhambat, buah kaku dan sangat keras serta jelek bentuknya dan buah kecil kering lalu mati. Pengendalian dilakukan dengan PESTONA dosis 5-10 cc / lt (pada buah terserang), hari pertama semprot stadia

imago, hari ke-7 dilakukan ulangan pada telurnya dan pada hari ke-17 dilakukan terhadap nimfa yang masih hidup, sehingga pengendalian benar-benar efektif, sanitasi lahan, pembuangan buah terserang.

f.

Cacao

Mot

Ngengat

Buah

), ;

Acrocercops

cranerella Buah

(Famili

Lithocolletidae).

muda

terserang

hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah tidak dapat mengembang dan lengket.

Pengendalian : sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi buah coklat dengan kantong plastik yang bagian bawahnya tetap terbuka (kondomisasi), pelepasan musuh alami

semut hitam dan jamur antagonis Beauveria bassiana ( BVR) dengan cara disemprotkan, semprot dengan PESTONA.

g. Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora), gejala serangan dari ujung

buah atau pangkal buah nampak kecoklatan pada buah yang telah besar dan buah kecil akan langsung mati. Pengendalian :

membuang buah terserang dan dibakar, pemangkasan Natural GLIO. teratur, semprot dengan

h. Jamur Upas ( Upasia salmonicolor ), menyerang batang dan cabang.

Pengendalian : kerok dan olesi batang atau cabang terserang dengan Natural teratur,

GLIO+HORMONIK,

pemangkasan

serangan berlanjut dipotong lalu dibakar. Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida

kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak

mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

6. Pemangkasan - Pemangkasan ditujukan pada pembentukan

cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung juga dilakukan pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik.

Pemangkasan ada beberapa macam yaitu : - Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah muncul cabang primer (jorquet) atau sampai umur 2 tahun dengan meninggalkan 3 cabang primer yang baik dan letaknya simetris. Pangkas Pemeliharaan, pertumbuhan dengan cara bertujuan yang

mengurangi berlebihan

vegetatif

menghilangkan

tunas air (wiwilan) pada batang pokok atau cabangnya. - Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk tetapi tidak secara langsung sehingga bunga dapat terbentuk. Pangkas ini

tergantung keadaan dan musim, sehingga ada pangkas berat pada musim hujan dan pangkas ringan pada musim kemarau. Pangkas Restorasi, memotong bagian

tanaman yang rusak dan memelihara tunas air atau dapat dilakukan dengan side

budding.

7. Panen Saat petik persiapkan rorak-rorak dan

koordinasi pemetikan. Pemetikan dilakukan terhadap buah yang masak tetapi jangan terlalu masak. Potong tangkai buah dengan menyisakan Pemetikan merusak 1/3 sampai bantalan bagian tangkai buah buah. akan

pangkal bunga

sehingga

pembentukan bunga terganggu dan jika hal ini dilakukan terus menerus, maka produksi

buah akan menurun. Buah yang dipetik umur 5,5 - 6 bulan dari berbunga, warna kuning atau merah. Buah yang telah dipetik

dimasukkan dalam karung dan dikumpulkan dekat rorak. Pemetikan dilakukan pada pagi hari dan pemecahan siang hari. Pemecahan buah dengan memukulkan pada batu hingga pecah. Kemudian dalam dalam biji dikeluarkan sedang dan kulit

dimasukkan dimasukkan

karung, rorak

yang

tersedia.

8. Pengolahan Hasil Fermentasi, kakao. tahap awal pengolahan biji

Bertujuan

mempermudah

menghilangkan pulp, menghilangkan daya tumbuh biji, merubah warna biji dan

mendapatkan aroma dan cita rasa yang enak.

Pengeringan, difermentasi terserang

biji

kakao

yang agar sinar

telah tidak

dikeringkan dengan

jamur

matahari

langsung (7-9 hari) atau dengan kompor pemanas suhu 60-700C (60-100 jam). Kadar air yang baik kurang dari 6 %. Sortasi, untuk mendapatkan ukuran tertentu dari biji kakao sesuai permintaan. Syarat mutu biji kakao adalah tidak terfermentasi maksimal 3 %, kadar air maksimal 7%, serangan hama penyakit maksimal 3 % dan bebas kotoran.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.

No HP KOnsultasi 082136561161

15. Teknik Budidaya Karet

I. PENDAHULUAN Tujuan utama pasaran karet (hevea

brasiliensis) ndonesia adalah ekspor. Di pasaran internasional (perdagangan bebas) produk karet ketat. Indonesia PT. menghadapi Nusantara dan

persaingan berupaya

Natural

meningkatkan

Kuantitas

Kualitas produksi, dengan tetap menjaga Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

II.

SYARAT

PERTUMBUHAN

- Suhu udara 240C - 280C. - Curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun. - Penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari.

- Kelembaban tinggi - Kondisi tanah subur, dapat meneruskan air dan tidak berpadas - Tanah ber-pH 5-6 (batas toleransi 3-8). - Ketinggian lahan 200 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 3.1. Pembibitan 3.1.1. Persemaian Perkecambahan - Benih disemai di bedengan dengan lebar 11,2 m, panjang sesuai tempat. - Di atas bedengan dihamparkan pasir halus setebal 5-7 cm. - Tebarkan Natural Glio yang sudah terlebih dulu dikembangbiakkan dalam pupuk

kandang + 1 mg. Bedengan dinaungi jerami/daun-daun

setinggi 1 m di sisi timur dan 80 cm di sisi

Barat. - Benih direndam POC NASA selama 3-6 jam (1 tutup/liter air). - Benih disemaikan langsung disiram larutan POC NASA 0,5 tutup/liter air. - Jarak tanam benih 1-2 cm. - Siram benih secara teratur, dan benih yang normal akan berkecambah pada 10-14 hss dan selanjutnya dipindahkan ke tempat bibit.

persemaian

3.1.2. Persemaian Bibit - Tanah dicangkul sedalam 60-75 cm, lalu dihaluskan dan diratakan. - Buat bedengan setinggi 20 cm dan parit antar bedengan sedalam 50 cm. - Benih yang berkecambah ditanam dengan jarak 40x40x60 cm untuk okulasi coklat dan

20x20x60 untuk okulasi hijau. - Penyiraman dilakukan secara teratur - Pemupukan : PUPUK MAKRO : (diberikan 3 bulan sekali) GT 1 : 8 gr urea, 4 gr TSP, 2 gr KCl perpohon LCB 1320: 2,5 gr urea, 3 gr TSP, 2 gr KCl perpohon. POC NASA : 2-3 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali

3.1.3. Pembuatan Kebun Entres - Cara penanaman dan pemeliharaan seperti menanam bibit okulasi. - Bibit yang digunakan dapat berbentuk bibit stump atau bibit polybag. - Jarak tanam 1,0 m x 1,0 m. - Pemupukan : PUPUK MAKRO : (diberikan 3 bulan sekali) Tahun I : 10 gr urea, 10 gr TSP, 10 gr KCl

/pohon Tahun II : 15 gr urea, 15 gr TSP, 15 gr KCl /pohon

POC NASA : 2-3 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali

3.1.4. Okulasi Ada 2 macam okulasi: Okulasi coklat dan okulasi hijau. Keterangan Okulasi Coklat 9-18 Umur batang bawah + 2 cm 1 1,5 cm bulan Okulasi Hijau 3-8 bln

Diameter batang 10 cm dari tanah Kayu okulasi Dari kebun entres, warna Dari kebun entres umur 1-3 bln, warna

hijau tua masih hijau dan coklat, diameter 1,5 3 cm. atau telah terbentuk 1-2 payung.

Teknik

Okulasi

(keduanya

sama)

- Buat jendela okulasi panjang 5-7 cm, lebar

1-2 - Persiapkan mata okulasi - Pisahkan kayu dari kulit (perisai) - Masukkan perisai ke dalam jendela

cm.

- Membalut, gunakan pita plastik/rafia tebal 0,04 mm Setelah 3 minggu, balut dibuka, jika

pesriasi digores sedikit masih hijau segar, maka okulasi berhasil. Diulangi 1-2 minggu kemudian. - Bila bibit akan dipindahkan potonglah miring batang bawah + 10 cm di atas okulasi. Bibit okulasi yang dipindahkan dapat

berbentuk stum mata tidur, stum tinggi, stum mini, dan bibit polybag.

3.2. Pengolahan Media Tanam

a. Tanah dibongkar dengan cangkul / traktor, dan bersihkan dari sisa akar. b. Pembuatan teras untuk tanah dengan kemiringan > 10 derajat. Lebar teras minimal 1,5 dengan jarak antar teras tergantung dari jarak tanam. c. Pembuatan rorak (kotak kayu panjang) pada tanah landai. Rorak berguna untuk menampung tanah yang tererosi. Jika sudah penuh isi rorak dituangkan ke areal di sebelah atas rorak. e. Pembuatan saluran penguras dan saluran pinggiran jalan yang sesuai dengan

kemiringan lahan dan diperkeras.

3.3. Teknik Penanaman 3.3.1. Penentuan Pola Tanaman 0-3 th tumpangsari dengan padi gogo,

jagung, > 3 th kapulogo 3.3.2. Jarak Pembuatan tanam 7 x 3 Lubang m (476 tumpangsari dengan

kedele jahe atau

Tanam bibit/ha)

Lubang tanam : - okulasi stump mini 60 x 60 x 60 cm - okulasi stump tinggi 80 x 80 x 80 cm

3.3.3. Cara Penanaman Masukkan bibit dan plastiknya dalam

lubang tanah dan biarkan 2-3 minggu. - Buka kantong plastik, tebarkan NATURAL GLIO yang telah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 minggu dan segera timbun dengan tanah galian - Siramkan POC NASA yang telah dicampur air secara merata (1 tutup/lt air perpohon).

Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA. Caranya : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

3.4. Pemeliharaan Tanaman a. Penyulaman Dilakukan saat tanaman berumur 1-2 tahun. b. Pemupukan UMUR ( bulan ) Dosis pupuk Makro (per ha) Urea Rock MOP/ Kieserit ( kg ) Phospat / 0 3 8 0 60 60 ( kg ) 150 115 115 KCl ( kg ) 0 40 40 e (MgSO4) ( kg ) 0 40 40

12 18 24 36 48 dst

75 75 115 210 235

135 135 300 300 300

50 50 115 115 115

40 40 75 75 75

sebaiknya dilakukan analisa tanah Dosis POC NASA mulai awal tanam : 0 - 36 2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal

batang setiap 4 - 5 bulan sekali > 36 3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal

batang setiap 3 4 bulan sekali Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal

memakai POC NASA : 1. Tahap 1 : Aplikasikan 3 4 kali berturutturut dengan interval 1-2 bln. Dosis 3-4 tutup/ pohon
2.

Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4 tutup/ pohon

Catatan:

Akan

Lebih

baik

pemberian NASA 1-2

diselingi/ditambah

SUPER

kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 300 tanaman. (Point Cara lihat Teknik Penanaman 3.3.3.)

3.5. Hama dan Penyakit 3.5.1. Hama a. Kutu tanaman (Planococcus citri)

Gejala: merusak tanaman dengan mengisap cairan dari pucuk batang dan daun muda. Bagian tanaman yang diisap menjadi kuning

dan kering. Pengendalian: Menggunakan BVR atau Pestona. b. Tungau (Hemitarsonemus ,

Paratetranychus) Gejala; mengisap cairan daun muda, daun tua, pucuk, sehingga tidak normal dan kerdil, daun berguguran. Pengendalian:

Menggunakan BVR atau Pestona

3.5.2. Penyakit Penyakit yang menyerang bagian akar,

batang, daun dan bidang sadap, sebagian besar disebabkan oleh jamur. Penyakit

tersebut antara lain : a. Penyakit pada akar : Akar putih (Jamur Rigidoporus lignosus), Akar merah (Jamur Ganoderma pseudoferrum), Jamur upas

(Jamur Corticium salmonicolor),

b. Penyakit pada batang :Kanker bercak (Jamur pangkal Phytophthora batang palmivora), Busuk

(Jamur

Botrydiplodia

theobromae), c. Penyakit pada bidang sadap : Kanker garis (Jamur Phytophthora palmivora), Mouldy rot (Jamur Ceratocystis fimbriata) d. Penyakit pada Daun : Embun tepung (jamur Oidium heveae), (Jamur Penyakit Penyakit

colletorichum gloeosporoides), (Jamur

Coletotrichum Phytophthora botriosa)

Phytophthora

Pengendalian dan Pencegahan Penyakit karena jamur: - Menanam bibit sehat dan dari klon resisten - Pemupukan lengkap dan seimbang ( makro - mikro) dengan jenis pupuk, dosis dan waktu

yang tepat - Taburkan Natural Glio sebelum atau pada saat tanam sanitasi kebun Pemangkasan tanaman penutup yang lebat

terlalu

- Bagian yang terserang segera dimusnahkan - Penyadapan tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dekat tanah - Pisau sadap steril - Khusus penyakit embun tepung, daun digugurkan lebih awal dan segera dipupuk nitrogen dengan dosis dua kali lipat dan semprot POC NASA 3-5 tutup/tangki. Catatan penyakit : Jika pengendalian hama

dengan

menggunakan

pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan dianjurkan. pestisida Agar kimia yang

penyemprotan

pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. (untuk Penyemprotan agar lebih

herbisida

gulma)

efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

3.6. Panen Penyadapan pada umur + 5 tahun, dan dapat dilakukan selama 25-35 tahun. Pemakaian SUPERNASA POC NASA, HORMONIK teratur dan akan

secara

mempercepat waktu penyadapan pertama kali dan memperlama usia produksi

tanaman.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

16. Teknik Budidaya Kedelai

PENDAHULUAN Ketergantungan terhadap kedelai impor

sangat memprihatinkan, karena seharusnya kita mampu mencukupinya sendiri. Ini

karena produktivitas rendah dan semakin meningkatnya Natural kebutuhan kedelai. PT.

Nusantara

berusaha

membantu

dalam peningkatan produksi secara kuantitas , kualitas dan kelestarian lingkungan

sehingga kita bisa bersaing di era pasar bebas.

SYARAT TUMBUH Tanaman dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah cukup baik, curah hujan 100400 mm/bulan, suhu udara 230C - 300C, kelembaban 60% - 70%, pH tanah 5,8 - 7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl.

PENGOLAHAN TANAH - Tanah dibajak, digaru dan diratakan - Sisa-sisa gulma dibenamkan - Buat saluran air dengan jarak sekitar 3-4 m - Tanah dikeringanginkan tiga minggu baru ditanami - Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis 1 botol (500 cc) POC NASA

diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m (10 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA, cara penggunaannya sebagai berikut: Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA

diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan. - Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram 5-10 meter bedengan.

PENANAMAN - Rendam benih dalam POC NASA dosis 2 cc / liter selama 0,5 jam dan dicampur Legin (Rhizobium ) untuk tanah yang belum pernah ditanami kedelai

- Buat jarak tanam antar tugalan berukuran 30 x 20 cm, 25 x 25 cm atau 20 x 20 cm - Buat lubang tugal sedalam 5 cm dan masukkan biji 2-3 per lubang - Tutup benih dengan tanah gembur dan tanpa dipadatkan

- Waktu tanam yang baik akhir musim hujan

PENJARANGAN & PENYULAMAN Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari, benih yang tidak tumbuh diganti atau

disulam dengan benih baru yang akan lebih baik jika dicampur Legin. sore Penyulaman hari.

sebaiknya

PENYIANGAN Penyiangan pertama umur 2-3 minggu, ke-2 pada saat tanaman selesai berbunga (sekitar

6 minggu setelah tanam). Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2.

PEMBUBUNAN Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak

perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.

PEMUPUKAN Contoh jenis dan dosis pupuk sebagai berikut :

Waktu

Dosis Pupuk Makro (per ha)

Urea (kg)

SP-36 (kg)

KCl (kg)

2 Minggu Setelah Tanam 6 Minggu Setelah Tanam Total

50

40

20

30

20

40

80 kg

60 kg

60 kg

POC

NASA

diberikan

minggu 2

sekali minggu,

semenjak

tanaman

berumur

dengan cara disemprotkan (4 - 8 tutup POC NASA/tangki). Kebutuhan total POC NASA untuk

pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10 - 20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC NASA ditambahkan HORMONIK (3 - 4 tutup POC NASA Pada + saat 1 tutup tanaman

HORMONIK/tangki). berbunga karena akan tidak

dilakukan mengganggu aman jika

penyemprotan, penyerbukan, disiramkan.

dapat lebih

PENGAIRAN DAN PENYIRAMAN Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga

pengisian polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering.

PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT 1. Aphis glycine Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong. Gejala: layu,

pertumbuhannya terhambat. Pengendalian: (1) Jangan tanam tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau

kacang-kacangan; (2) buang bagian tanaman terserang dan bakar, (3) gunakan musuh alami (predator maupun parasit); (4) semprot Natural BVR atau PESTONA dilakukan pada permukaan daun bagian bawah.

2. Kumbang daun tembukur (Phaedonia inclusa) Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning.

Bertelur pada permukaan daun. Gejala: larva dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruh tanaman. PESTONA

Pengendalian:

penyemprotan

3. Ulat polong (Ettiela zinchenella) Gejala: pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar berubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya.

Pengendalian : (1) tanam tepat waktu.

4. Kepik polong (Riptortis lincearis) Gejala: polong bercak-bercak hitam dan

menjadi hampa.

5. Lalat kacang (Ophiomyia phaseoli) Menyerang tanaman muda yang baru

tumbuh. Pengendalian : Saat benih ditanam, tanah diberi POC NASA, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi

kecambah dilakukan penyemprotan dengan PESTONA. Penyemprotan diulangi pada

waktu kedelai berumur 1 bulan.

6. Kepik hijau (Nezara viridula) Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan. Gejala: polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit polong berbintik coklat.

7. Ulat grayak (Spodoptera litura)

Gejala : kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain. Pengendalian : (1) dengan cara sanitasi; (2) disemprotkan pada sore/malam hari (saat ulat menyerang

tanaman) beberapa Natural VITURA.

8. Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas sp.) Gejala : layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat.

Pengendalian : Varietas tahan layu, sanitasi kebun, dan pergiliran tanaman. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO

9.

Penyakit

layu

(Jamur

tanah

Sclerotium

Rolfsii)

Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3

minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek. Gejala : daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi. Pengendalian;

tanam varietas tahan dan tebarkan Natural GLIO di awal

10. Anthracnose (Colletotrichum glycine ) Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yang paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama menjadi kosong dan isi polong tua menjadi kerdil. Pengendalian : (1) perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat; (2) Pencegahan di awal dengan Natural GLIO

11.Penyakit

karat

(Cendawan

Phakospora Gejala: daun tampak bercak

phachyrizi) dan bintik

coklat. Pengendalian: (1) cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit; (2) semprotkan Natural GLIO + gula pasir

12. Busuk batang (Cendawan Phytium Sp) Gejala : batang menguning kecoklat-coklatan dan basah, kemudian membusuk dan mati. Pengendalian : (1) memperbaiki drainase lahan; (2) Tebarkan Natural GLIO di awal

PANEN DAN PASCA PANEN - Lakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena

serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi

kuning

kecoklatan

dan

retak-retak,

atau

polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. - Perlu diperhatikan, kedelai sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75 - 100 hari, sedangkan untuk benih umur 100 - 110 hari, agar kemasakan biji betul-betul sempurna dan merata.

- Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur. - Biji yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau disimpan.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

17. Teknik Budidaya Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan

tuntutan kualitas produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas

produksi. PT. Natural Nusantara berusaha berperan dalam peningkatan produksi

budidaya kelapa sawit secara Kuantitas, Kualitas dan tetap menjaga Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN 2.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C.

Ketinggian tempat yang ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. 2.2. Media Tanam Tanah yang baik mengandung banyak

lempung,

beraerasi

baik

dan

subur.

Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.

III.

PEDOMAN

TEKNIS

BUDIDAYA

3.1. Pembibitan 3.1.1. Penyemaian Kecambah dimasukkan polibag 12x23 atau 15x23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. dengan Simpan polibag 120 di cm.

bedengan

diameter

Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 45 helai bibit dipindahtanamkan.

Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40x50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup per liter air. Polibag diatur dalam posisi

segitiga sama sisi dengan jarak 90x90 cm.

3.1.2. Pemeliharaan Pembibitan Penyiraman Penyiangan dilakukan 2-3 kali dua kali sehari. atau

sebulan

disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Bibit tidak normal, kelainan berpenyakit genetis dan harus

mempunyai

dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4

dan

bulan.

Pemupukan pada saat pembibitan sebagai berikut : Pupuk Makro Minggu ke 2 & 3 (2 gram); > 15-15-6-4 minggu ke 4 & 5 (4gr); minggu ke 6 & 8 (6gr); minggu ke 10 & 12 (8gr) Mingu ke 14, 15, 16 & 20 (8 gr); Minggu ke 22, 24, 26 & 28 > 12-12-172 (12gr), minggu ke 30, 32, 34 & 36 (17gr), minggu ke 38 & 40 (20gr). Minggu minggu ke ke 19 23 & & 21 25 (4gr); (6gr);

> 12-12-172 > NASA POC

minggu ke 27, 29 & 31 (8gr) Mulai minggu ke 1 40 (1-2cc/lt air perbibit disiramkan 1-2

minggu sekali).

Catatan

Akan

Lebih SUPER

baik

pembibitan 1-3 kali

diselingi/ditambah

NASA

dengan dosis 1 botol untuk + 400 bibit. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk.

Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman

3.2. Teknik Penanaman 3.2.1. Penentuan Pola Tanaman Pola tanam dapat monokultur penutup ataupun tanah

tumpangsari.

Tanaman

(legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki biologi sifat-sifat fisika, kimia dan erosi, dan

tanah,

mencegah kelembaban tanah

mempertahankan

menekan

pertumbuhan

tanaman

pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan segera setelah sebaiknya persiapan dilaksanakan lahan selesai.

3.2.2. Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50x40 cm sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm)

dipisahkan dari tanah bawah. Jarak 9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng.

3.2.3. Cara Penanaman Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit

ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA

secara merata dengan dosis 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA. Adapun cara penggunaan SUPER NASA adalah sebagai berikut: 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

3.3. Pemeliharaan Tanaman 3.3.1. Penyulaman dan Penjarangan

Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar

matahari. 3.3.2. Penyiangan Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma. 3.3.3. Pemupukan Anjuran pemupukan sebagai berikut :

Pupuk Makro 1.Bulan ke 6, Urea 12, 18, 24,225 30 & 36 2.Bulan ke 42, 48, dst 54, 60 kg/ha

1000 kg/ha

1.Bulan ke 6, TSP 12, 18, 24,115 30 & 36 2.Bulan ke 48 & 60 1.Bulan ke 6, MOP/KC l 12, 18, 24,200 30 & 36 2.Bulan ke 42, 48, 54, 60 kg/ha kg/ha

750 kg/ha

1200 kg/ha

dst 1.Bulan ke 6, Kieserit e 12, 18, 24,75 30 & 36 2.Bulan ke 42, 48, 54, 60 kg/ha

600 kg/ha

dst 1.Bulan ke 6,

Borax

12, 18, 24,20 30 & 36 2.Bulan ke 42, 48, dst 54, 60

kg/ha

40 kg/ha

NB. : Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September -

Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (MaretApril).

POC NASA a. Dosis POC NASA mulai awal tanam : 036 2-3 tutup/ diencerkan

secukupnya dan siramkan

bln sekitar pangkal batang, setiap 4 - 5 bulan sekali >36 3-4 tutup/ diencerkan

bln secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 3 4 bulan sekali

b. Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi POC tidak dari awal NASA

memakai

Tahap 1 : Aplikasikan 3 - 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln. Dosis 3-4 tutup/ pohon Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis Catatan: 3-4 Akan Lebih tutup/ baik pohon pemberian NASA 1-2

diselingi/ditambah

SUPER

kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. (Point Cara lihat Teknik Penanaman 3.2.3.)

3.3.4. Pemangkasan Daun Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu:

a. Pemangkasan pasir Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan. b. Pemangkasan produksi Memotong daun yang tumbuhnya saling

menumpuk (songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan. c. Pemangkasan pemeliharaan Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai.

3.3.5. Kastrasi Bunga Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh pada waktu tanaman berumur

12-20 bulan.

3.3.6. Penyerbukan Buatan Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dibantu penyerbukan buatan oleh manusia atau serangga. a. Penyerbukan oleh manusia Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga betina yang sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga represif

adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan berlendir.

Cara penyerbukan: 1. Bak seludang bunga. 2. Campurkan serbuk sari dengan talk murni ( 1:2 ). Serbuk sari diambil dari pohon yang

baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium, semprotkan serbuk sari pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer. b. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Serangga penyerbuk Elaeidobius

camerunicus tertarik pada bau bunga jantan. Serangga dilepas saat bunga betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih

sempurna, produksi minyak lebih besar 15% dan produksi inti (minyak inti) meningkat sampai 30%.

3.4. Hama dan Penyakit 3.4.1. Hama a. Hama Tungau

Penyebab:

tungau

merah

(Oligonychus).

Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural BVR.

b. Ulat Setora Penyebab: Setora nitens. Bagian yang

diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.

3.4.2. Penyakit a. Root Blast Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan

Phythium Sp. Bagian diserang akar. Gejala: bibit di persemaian mati mendadak,

tanaman dewasa layu dan mati, terjadi

pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit

berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO.

b. Garis Kuning Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian

diserang daun. Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian:

inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan pengunaan

Natural GLIO semenjak awal.

c. Dry Basal Rot Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian

diserang batang. Gejala: pelepah mudah

patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian: adalah dengan diinokulasi menanam bibit yang telah

penyakit.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida

kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak

mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida

(untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

3.5. Panen 3.5.1. Umur Panen

Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat

dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya dari ada tandan 5 buah yang

lepas/jatuh

yang

beratnya

kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

18. Teknik Budidaya Kelapa

PENDAHULUAN Menurunnya minat petani komoditi secara untuk kelapa nasional,

membudidayakan sebenarnya karena

merugikan

tanaman

kelapa

mempunyai

kesesuaian syarat tumbuh hampir di seluruh wilayah Indonesia. PT. Natural Nusantara berupaya memberikan pedoman teknis

budidaya kelapa dengan aspek K- 3 yaitu kuantitas, kualitas dan kelestarian

lingkungan , sehingga mampu meningkatkan taraf penghasilan petani.

SYARAT PERTUMBUHAN - Tanah yang ideal untuk penanaman kelapa adalah tanah berpasir , berabu gunung, dan tanah berliat. dengan pH tanah 5,2 hingga 8 dan mempunyai struktur remah sehingga perakaran dapat berkembang dengan baik. - Sinar matahari banyak minimal 120 jam perbulan , jika kurang dari itu produksi buah akan rendah. - Suhu yang paling cocok adalah 27C dengan variasi rata-rata 5-7 C, suhu kurang dari 20 C tanaman kurang produktif. - Curah hujan yang baik 1300-2300 mm/th. Kekeringan panjang menyebabkan produksi berkurang 50% , sedangkan kelembapan tinggi jamur. menyebabkan serangan penyakit

- Angin yang terlalu kencang terkadang merugikan tanaman yang terlalu tinggi

terutama varietas dalam.

PENGOLAHAN LAHAN Pengolahan tanah yang diperlukan adalah pembuatan lobang tanam dengan ukuran 0,9m x 0,9m x 0,9m dengan penambahan pupuk kandang dan humus. Jarak tanam yang baik untuk jenis dalam yaitu 9 x 10 m dan jenis genjah 6 x 6 m.

PEMBIBITAN - Pilih buah yang bagus dan tua, rendam dengan larutan air + HORMONIK dengan dosis 1 tutup per l0 liter air selama 2 minggu, kemudian semaikan bibit di bedengan dan kedalaman sama dengan buah kelapa ,

timbun buah kelapa dengan letak horizontal dengan tebal timbunan 2/3 buah. Jarak antar bibit 25cm x 25 cm dan bibit akan

berkecambah setelah 12-16 minggu, jika lebih dari 5 bulan tidak berkecambah

dianggap mati/ bibit jelek. Rawat bibit di bedengan hingga umur 30 minggu atau berdaun 3 lembar. Lakukan penyiraman bila tanah kurang air.

- Bibit dipelihara dengan pemberian pupuk POC NASA hingga umur bibit kurang lebih 9 bulan dengan dosis 1-2 cc/lt air perbibit disiramkan mengabaikan 1-2 minggu tindakan sekali. Jangan preventif

perlindungan tanaman dari gangguan ternak atau dengan memasang pagar kayu.

Lakukan

pemupukan

sesuai

dengan

rekomendasi atau dengan mengacu pada tabel pemupukan berikut : Umur Kebutuhan Pupuk (gr/tanman) Bibit (bulan ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 N (Urea/ZA ) 5/10 5/10 5/10 10/15 10/15 10/15 15/20 15/20 15/20 P K Mg (TSP) (KCl/MOP) (Kies) 50 75 100 200 300 400 500 600 700 75 125 150 400 600 800 1000 1250 1500 100 150 200 400 500 750 1000 2000 2500

Pospat diberikan 2 minggu sebelum pupuk lain dan dicampur rata dengan tanah

Catatan : Akan lebih baik pembibitan diselingi /

ditambah SUPERNASA 1-2 kali selang waktu 3-4 bulan sekali dengan dosis 1 botol untuk 400 bibit. 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap bibit. PENANAMAN Umur Tanaman Saat tanam 1 bln setelah tanam 2 tahun - apl I - apl II 3 tahun - apl I - apl II 4 tahun - apl I - apl II Dosis Pupuk (gr/pokok) Urea (TSP) RP KCl Kies Borak -

100 100 100 100 100 100

200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500

5 tahun - apl I - apl II Catatan

500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 :

- Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September - Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret April) - Kocorkan atau siram SUPERNASA dosis 1 sendok makan per 10 lt air per pohon setiap 3-6 bulan sekali - Penyemprotan POC NASA 3 - 4 tutup + HORMONIK 1-2 tutup per tangki setiap 2-4 minggu sekali

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT 1. Golongan Coleoptera Hama golongan ini yang paling banyak

menyerang adalah Oryctes rhinoceros . Cara

mengendalikan jebakan berupa

dengan

membuat yang

trap/ diisi

kotak-kotak

sampah dan secara preventif dikendalikan dengan pemberian Natural BVR atau jika sudah menjadi uret dengan PESTONA, atau dengan menggunakan musuh alaminya yaitu tikus, tupai, ayam , bebek , dan burung hantu.

2. Golongan Lepidoptera Species yang sering menyerang adalah

Tiratabha rufivena yang larvarnya memakan bunga kelapa, dan Acritocera negligens yang mengebor membuka tangkai dan bunga yang belum isinya.

memakan dengan

Pengendaliannya

menggunakan

PENTANA + AERO 810 ataupun Natural BVR sifatnya yang cepat berpindah maka

pengendaliannya harus secara merata untuk pencegahan .

3. Golongan Hemiptera Jenis yang menghisap cairan daun sehingga daun mati adalah jenis homoptera (Gareng pong= Jawa). Jenis lain yang menghisap cairan buah adalah Heteroptera, sehingga buah menjadi rontok sebelum matang.

Pencegahan dengan PENTANA+AERO 810 dan PESTONA secara bergantian.

4.

Penyakit

yang

juga

mungkin adalah:

menyerang

Busuk tunas atau pucuk yang disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora dan

penyakit Lingkar merah pada daun yang disebabkan cacing / belut tanah

Rhadinaphelencus cocophilus. Kedua macam penyakit ini hanya dengan eradikasi atau pemusnahan serangan. tanaman yang terkena

Catatan Jika pengendalian hama dan

: penyakit

dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar

penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

PEMANENAN - Untuk kelapa jenis dalam, umur berbuah

setelah 8-10 tahun, dan umur bisa mencapai 60 100 tahun dengan produksi yang

diharapkan adalah kopra. Untuk kelapa jenis genjah berbuah setelah umur 3 - 4 tahun dan berbuah maksimal pada saat umur 9 - 10 tahun, dan bisa mencapai umur 30 - 40 tahun kurang bagus untuk kopra karena daging buahnya yang lunak.

- Panen buah kelapa dilakukan menurut kebutuhannya. Jika kelapa yang diinginkan dalam keadaan kelapa masih muda kira-kira umur buah 7 -8 bulan dari bunganya. Jika ingin mengambil buah tua untuk santan atau kopra dipanen di saat umur sudah mencapai 12-14 bulan dari berbunga atau jika sudah tidak lagi terdengar suara air di dalam buahnya.

PASCA PENEN Pengolahan buah kelapa yang tua pada akhir-akhir pemanfaatan virgin ini mulai mengarah kelapa murni pada atau

minyak oil

coconut

yang

mampu

meningkatkan nilai jual dari produk kelapa, ataupun masih dalam bentuk nira ( legen =Jawa) untuk keperluan industri gula kelapa, nata de coco, asam cuka, produk minuman dan substrat,serta alkohol yang juga mampu meningkatkan nilai jual dari produk kelapa. - Gula kelapa : kandungan sukrosa yang dominan di antara kandungan bahan kimia non air lainnya menjadikan nira sebagai sumber gula yang sangat potensil.

- Nata de coco :

Adalah bahan olahan nira kelapa berbentuk gel, tekstur kenyal seperti kolang kaling, yang proses fermentasinya dibantu oleh

mikrorganisme Acetobacter xylium.

- Asam cuka : dikenal sebagai penegas rasa, warna dan juga sebagai bahan pengawet karena

membatasi pertumbuhan bakteri.

- Produk minuman: Dapat dibuat minuman segar non alcohol maupun alkohol dalam kadar rendah(tuak) ataupun dalam kadar tinggi (arak).

- Substrat : Yaitu bahan nutrient yang dipergunakan untuk menumbuhkan mikroba. Substrat ini

sangat diperlukan bagi pekerjaan di lab bioteknologi.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

19. Teknik Budidaya Kentang

PENDAHULUAN Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan sumber menjadi utama komoditi karbohidrat, penting. PT. sehingga NATURAL

NUSANTARA

berupaya

meningkatkan

produksi kentang nasional secara kuantitas, kualitas dan tetap berdasarkan kelestarian lingkungan (Aspek 3K).

SYARAT PERTUMBUHAN 2.1. Iklim Curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, lama penyinaran 9-10 jam/hari, suhu optimal 1821 C, kelembaban 80-90% dan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl.

2.2. Media Tanam Struktur remah, bahan gembur, organik, banyak berdrainase

mengandung

baik dan memiliki lapisan olah yang dalam dan pH antara 5,8-7,0.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 3.1. Pembibitan - Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram, umur 150-180 hari, tidak cacat, dan varitas unggul. Pilih umbi berukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya sampai generasi keempat saja. Setelah tunas + 2 cm, siap ditanam. - Bila bibit membeli (usahakan bibit yang bersertifikat), berat antara 30-45 gram

dengan 3-5 mata tunas. Penanaman dapat

dilakukan

tanpa/dengan

pembelahan.

Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4 potong Sebelum menurut tanam mata umbi tunas yang ada. dulu

direndam

menggunakan POC NASA selama 1-3 jam (24 cc/lt air).

3.2. Pengolahan Media Tanam Lahan dibajak sedalam 30-40 cm dan biarkan selama 2 minggu sebelum dibuat bedengan dengan lebar 70 cm (1 jalur tanaman)/140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan buat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar 50 cm. Natural Glio yang sudah terlebih dahulu dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 minggu, ditebarkan merata pada bedengan (dosis : 1-2 kemasan Natural Glio dicampur

50-100 kg pupuk kandang/1000 m2).

3.3. Teknik Penanaman 3.3.1. Pemupukan Dasar a. Pupuk anorganik berupa urea (200 kg/ha), SP 36 (200 kg/ha), dan KCl (75 kg/ha). b. Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secukupnya secara merata di atas bedengan, dosis 1-2 botol/ 1000 m. Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA dengan cara : alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan. alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk

menyiram Penyiraman dilakukan kandang. c. Berikan

10 POC

meter NASA /

bedengan. SUPER NASA pupuk

sebelum

pemberian

pupuk pada

kandang tanah

5-6

ton/ha atau

(dicampur

bedengan

diberikan pada lubang tanam) satu minggu sebelum tanam,

3.3.2. Cara Penanaman Jarak tanaman tergantung varietas, 80 cm x 40 cm atau 70 x 30 cm dengan kebutuhan bibit + 1.300-1.700 kg/ha (bobot umbi 30-45 gr). Waktu tanam diakhir musim hujan (AprilJuni).

3.4. Pemeliharaan Tanaman 3.4.1. Penyulaman

Penyulaman untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh/tumbuhnya jelek dilakukan 15 hari semenjak tumbuh.

3.4.2. Penyiangan Penyiangan selama dilakukan minimal dua 2-3 kali hari

masa

penanaman dengan

sebelum/bersamaan susulan dan

pemupukan

penggemburan.

3.4.3. Pemangkasan Bunga Pada varietas kentang yang untuk berbunga mencegah

sebaiknya

dipangkas

terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara.

3.4.4. Pemupukan Susulan a. Pupuk Makro

Urea/ZA: 21 hari setelah tanam (hst) 300 kg/ha SP-36: dan 21 45 hst hst 150 250 kg/ha. kg/ha.

KCl: 21 hst 150 kg/ha dan 45 hst 75 kg/ha. Pupuk makro diberikan jarak 10 cm dari batang tanaman.

b. POC NASA: mulai umur 1 minggu s/d 10 atau 11 minggu. Alternatif I : 8-10 kali (interval 1 minggu sekali dengan dosis 4 tutup/tangki atau 1 botol (500 cc)/ drum 200 lt air. Alternatif II : 5 - 6 kali (interval 2 mingu sekali dengan dosis 6 tutup/tangki atau 1,5 botol (750 cc)/ drum 200 lt air. c. HORMONIK : penyemprotan POC NASA akan lebih optimal jika dicampur HORMONIK (dosis 1-2 tutup/tangki atau + 2-3 botol/drum 200 liter air).

3.4.5. Pengairan Pengairan 7 hari sekali secara rutin dengan di gembor, Power Sprayer atau dengan mengairi (sekitar selokan sampai 15-20 areal lembab menit).

3.5. Hama dan Penyakit 3.5.1. Hama Ulat grayak (Spodoptera litura) Gejala: ulat menyerang daun hingga habis daunnya. daun Pengendalian: telah (1) memangkas telur; (2)

yang

ditempeli

penyemprotan Natural Vitura dan sanitasi lingkungan.

Kutu daun (Aphis Sp) Gejala: kutu daun menghisap cairan dan

menginfeksi

tanaman,

juga

dapat

menularkan virus. Pengendalian: memotong dan membakar daun yang terinfeksi, serta penyemprotan Pestona atau BVR.

Orong-orong (Gryllotalpa Sp) Gejala: menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi

bakteri. Pengendalian: Pengocoran Pestona.

Hama

penggerek

umbi

(Phtorimae Zael)

poerculella Gejala: terlihat daun jalinan berwarna seperti merah benang tua

dan

berwarna

kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang terserang bila dibelah,

terlihat lubang-lubang karena sebagian umbi

telah dimakan. Pengendalian : Pengocoran Pestona.

Hama trip ( Thrips tabaci ) Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih, berubah menjadi abu-abu perak dan mengering. Serangan dimulai dari ujung-ujung daun yang masih muda.

Pengendalian: (1) memangkas bagian daun yang terserang; (2) mengunakan Pestona atau BVR.

3.5.2. Penyakit Penyakit busuk daun Penyebab: jamur Phytopthora infestans.

Gejala: timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah hingga

warnanya berubah menjadi coklat sampai

hitam dengan bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium Pengendalian: dengan dan daun

membusuk/mati. kebun.

sanitasi

Pencegahan

penggunaan

Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.

Penyakit layu bakteri Penyebab: bakteri Pseudomonas

solanacearum. Gejala: beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan daun tua, daun bagian bawah kebun, menguning. pergiliran

Pengendalian:

sanitasi

tanaman. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.

Penyakit busuk umbi Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes.

Gejala: daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk. Pengendalian: pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan penggunaan bibit yang baik. Pencegahan dengan sebelum penggunaan atau Natural awal Glio pada tanam

Penyakit fusarium Penyebab: jamur Fusarium sp. Gejala: busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga menyerang kentang di gudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-luka yang disebabkan nematoda/faktor mekanis. Pengendalian: menghindari

terjadinya luka pada saat penyiangan dan

pendangiran.

Pencegahan

dengan

penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.

Penyakit

bercak

kering

(Early

Blight)

Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman sakit dan berkembang di daerah kering. Gejala: daun berbercak kecil tersebar tidak teratur, warna coklat tua, meluas ke daun muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap tidak beraturan, kering, berkerut dan keras. Pengendalian: pergiliran tanaman. Pencegahan : Natural Glio

sebelum/awal tanam

Penyakit karena virus Virus yang menyerang adalah: (1) Potato Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan daun

menggulung;

(2)

Potato

Virus

(PVX)

menyebabkan mosaik laten pada daun; (3) Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4) Potato Virus A (PVA) menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M (PVM) menyebabkan mosaik menggulung; (6) Potato Virus S (PVS) menyebabkan serangan,

mosaik

lemas.

Gejala:

akibat

tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan umbi kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun menguning dan jaringan mati. Penyebaran virus dilakukan daun oleh Aphis

peralatan

pertanian,

kutu

spiraecola, A. gossypii dan Myzus persicae, kumbang Epilachna dan Coccinella dan

nematoda. Pengendalian: tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus, pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan menanam

bibit bebas virus, membersihkan peralatan, memangkas dan membakar tanaman sakit, mengendalikan vektor dengan Pestona atau BVR dan melakukan pergiliran tanaman.

Catatan penyakit

Jika

pengendalian

hama

dengan

menggunakan

pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan dianjurkan. pestisida Agar kimia yang

penyemprotan

pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3.6. Panen Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas

tanaman.

Secara

fisik

tanaman

kentang

sudah dapat dipanen jika daunnya telah berwarna disebabkan kekuning-kuningan serangan yang bukan batang

penyakit;

tanaman telah berwarna kekuningan (agak mengering) dan kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat

mengelupas bila digosok dengan jari.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

20. Teknik Budidaya Kobis

PENDAHULUAN Sampai saat ini, tingkat produksi tanaman kubis baik secara kuantitas maupun kualitas

masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena tanah sudah miskin unsur hara, pemupukan yang tidak berimbang, organisme pengganggu tanaman, cuaca dan iklim. Untuk itu, PT. Natural Nusantara sebagai perusahaan permasalahan lingkungan yang peduli dan terhadap kelestarian petani

pertanian

berupaya

membantu

dalam peningkatan produksi secara kuantitas dan kualitas serta memelihara kelestarian lingkungan (3 - K). Sehingga petani mampu bersaing di era pasar bebas.

FASE PRA TANAM 1. Syarat tumbuh - Tanaman dapat ditanam sepanjang tahun - Tumbuh dan berproduksi dengan baik pada

ketinggian 800 m d.pl. ke atas, curah hujan hujan cukup dan temperatur udara 15o - 20o C. - Jenis tanah yang dikehendaki gembur, bertekstur ringan atau sarang serta pH 6 6,5.

2. Pengelolaan Tanah dan Air - Bersihkan gulma dan sisa-sisa tanaman untuk menekan serangan penyakit terbawa tanah seperti akar bengkak, busuk lunak, rebah semai, dll. dengan cara dicabut dan dikumpulkan lalu dibakar atau bisa dijadikan kompos - Jangan menanam tanaman kubis-kubisan secara terus menerus dan lakukan pergiliran tanaman - Gunakan pupuk organik (SUPER NASA),

khususnya

di

musim efisiensi

kemarau

untuk air

meningkatkan

penggunaan

3. Persiapan Lahan - Lahan dicangkul dan dibajak sedalam 20-30 cm - Berikan Dolomit atau CAPTAN kira-kira 2 ton/ha jika pH <>FASE PERSEMAIAN

- Media persemaian terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang (kompos) halus dengan perbandingan 1:1 dan ditambah 100 gr (1 sachet)- - - Natural GLIO untuk 25 kg pupuk kandang

- Benih direndam dalam air hangat + POC NASA dosis 2 cc/lt air selama 0,5 - 1 jam lalu diangin-anginkan - Sebarkan benih secara merata dan teratur lalu ditutup daun pisang selama 3-4 hari

- Semprotkan POC NASA seminggu sekali dengan dosis 3 tutup/tangki - Lakukan penyiraman setiap hari dengan gembor - Persemaian dibuka setiap pagi sampai jam 10.00 dan sore mulai pukul 15.00

- Amati bibit kubis yang terserang penyakit tepung berbulu (Peronospora parasitica) atau ulat daun pada daun pertama, dipetik dan dibuang daun yang terserang

FASE TANAM 1. Jarak tanam Jarak tanam jarang 70 x 50 cm atau jarak tanam rapat 60 x 50 cm

2. Bibit Bibit yang telah berumur 3 - 4 minggu

memiliki 4 - 5 daun siap ditanam

3. Pemupukan Pupuk dasar diberikan sehari sebelum tanam dengan dosis 250 kg/ha TSP, 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha ZA dan 100 kg/ha KCl.

Pupuk dasar dicampur secara merata lalu diberikan pada lubang tanam yang telah diberi pupuk kandang, kemudian ditutup kembali dengan tanah.

4. Cara tanam - Buat lubang tanam dengan tugal sesuai jarak Pilih bibit yang segar dan tanam sehat tanam

Tanam

bibit

pada

lubang

- Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang langsung ditanam bersama

bumbungnya - Bila bibit disemai pada polybag plastik, keuarkan bibit dari polibag lalu baru ditanam - Bila disemai dalam bedengan ambil bibit beserta tanahnya sekitar 2-3 cm dari batang sedalam 5 cm dengan solet (sistem putaran) - Setelah ditanam, siram bibit dengan air sampai basah Kubis dapat ditumpangsarikan dengan

tomat dengan cara tanam : 2 baris kubis 1 baris tomat. Tomat ditanam 3 atau 4 minggu sebelum kubis

FASE PRA PEMBENTUKAN KROP (0 - 49 HARI )

- Penyiraman dilakukan tiap hari pada pagi atau sore hari - Pemupukan susulan dilakukan pada umur

28 hari dengan dosis 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha ZA dan 100 kg/ha KCl - Penyemprotan POC NASA 3 - 4 tutup/tangki ditambah HORMONIK 1-2 tutup/tangki

dilakukan setiap 1 minggu sekali. Penyiangan (penggemburan dan

pembubunan tanah) dilakukan pada umur 2 dan 4 minggu Perempelan cabang atau tunas-tunas

samping dilakukan seawal mungkin supaya pembentukan bunga optimal - Hama yang menyerang pada fase ini antara lain Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.), Ulat daun kubis (Plutella xylostella L.), Ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis Zell.), Ulat krop bergaris (Hellula undalis F.) - Lakukan pengamatan tiap minggu sekali terhadap hama-hama tersebut mulai kubis

umur 13 hari. Populasi tertinggi terjadi pada awal musim kemarau - Cara pengendalian; kumpulkan dan musnah secara mekanik, sanitasi lingkungan. - Tanaman muda yang mati karena penyakit rebah kecambah (Rhizoctonia solani Kuhn.) dicabut, kemudian disulam dengan tanaman baru yang sehat, tambahkan Natural GLIO pada lubang tanam.

FASE PEMBENTUKAN CROP ( 50 - 90 HARI ) - Penyiangan secara manual dengan tangan perlu dilakukan sampai kira-kira satu minggu sebelum panen Lakukan pengamatan lebih intensif

terhadap hama yang merusak berat pada fase ini yaitu; Ulat Daun Kubis (P. xylostella)

dan Ulat krop kubis (C. binotalis), biasanya Pebruari Maret

- Serangan hama menjelang panen tidak perlu dikendalikan (secara kimia)

PANEN DAN PASCA PANEN - Kubis dipanen setelah berumur 81- 105 hari - Ciri-ciri kubis siap panen bila tepi daun krop terluar pada bagian atas krop sudah

melengkung ke luar dan berwarna agak ungu, krop bagian dalam sudah padat.

- Pada saat panen diikursertakan dua helai daun hijau untuk melindungi krop - Jangan sampai terjadi memar atau luka Amati penyakit Busuk Lunak (Erwinia

carotovora) dan Busuk Hitam (Xanthomonas camprestris)

- Daun-daun kubis yang terinfeksi harus dibuang.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

21. Teknik Budidaya Kopi

I. PENDAHULUAN Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan di pekarangan Jika

penduduk

pedesaan

Indonesia.

potensi dahsyat ini bisa kita manfaatkan tidaklah sulit untuk menjadikan komoditi ini menjadi Hanya budidaya andalan butuh di sektor perkebunan. teknis yang

sedikit

sentuhan

tepat, niscaya harapan kita optimis menjadi kenyataan.

PT. Natural Nusantara berusaha mewujudkan

harapan bersama tersebut dengan paket panduan teknis dan produk tanpa melupakan Aspek K-3 yaitu kuantitas, kualitas dan

kelestarian yang kini menjadi salah satu syarat persaingan di era globalisasi.

II. PERSIAPAN LAHAN - Untuk tanah pegunungan/miring buat teras. - Kurangi/tambah pohon pelindung yang

cepat tumbuh kira-kira 1:4 hingga 1: 8 dari jumlah tanaman kopi. - Siapkan pupuk kandang matang sebanyak 25-50 kg, sebarkan Natural GLIO, diamkan satu minggu dan buat lobang tanam 60 x 60, atau 75 x 75 cm dengan jarak tanam 2,5x2,5 hingga 2,75 x 2,75 m minimal 2 bulan sebelum tanam

III. PEMBIBITAN - Siapkan biji yang berkualitas dari pohon yang telah diketahui produksinya biasanya dari penangkar benih terpercaya. - Buat kotak atau bumbunan tanah untuk persemaian sekitar 5 cm. Buat pelindung dengan pelepah atau dengan tebal lapisan pasir

paranet dengan pengurangan bertahap jika bibit telah tumbuh

- Siram bibitan dengan rutin dengan melihat kebasahan tanah - Bibit akan berkecambah kurang lebih 1 bulan, pilih bibit yang sehat dan lakukan pemindahan ke polibag dengan hati2 agar akar tidak putus pada umur bibit 2 -3 bulan sejak awal pembibitan

- Tambahkan pupuk NPK sebagai pupuk

dasar (lihat tabel) hingga umur 12 bulan Siramkan SUPERNASA dosis 1 sendok

makan per 10 liter air, ambil 250 ml per pohon dari larutan tersebut - Setelah bibit umur 4 bulan semprotkan 2 tutup POC NASA per tangki sebulan sekali hingga umur bibit 7-9 bulan dan siap tanam

Tabel Dosis Pupuk Untuk Bibit Kopi Umur (bln) 3 5 7 9 12 Urea 10 20 30 40 50 gr/m2 SP-36 5 10 15 20 25 KCl 5 10 15 20 25

Catatan : Jenis dan dosis pupuk bisa sesuai dengan anjuran dinas pertanian setempat.

Perhatikan

kelembapan

tanah

agar

bibit

tidak terkena serangan karat daun.

IV. PENANAMAN Masukkan pupuk kandang atas dengan saat bibit.

campuran penanaman

tanah

bagian

- Usahakan saat tanam sudah memasuki musim hujan.

- Lakukan penyiraman tanah setelah tanam - Hindarkan resiko kematian tanaman baru dari gangguan ternak.

V. PENYULAMAN - Lakukan penyulaman segera jika tanaman mati atau gejala pertumbuhannya tidak

normal. - Penyulaman dilakukan awal musim hujan

VI. PENYIRAMAN Lakukan penyiraman jika tanah kering atau musim kemarau

VII. PEMUPUKAN - Pemupukan NPK diberikan dua kali setahun, yaitu awal dan akhir musim hujan.

- Setelah pemupukan sebaiknya disiram.

Jenis dan Dosis Pupuk Makro sesuai table. Tahu n 1 2 3 4 5 - 10 > 10 Urea 2 x 25 2 x 50 2 x 75 2 x 100 2 x 150 2 x 200 gr/pohon/tahun SP-36 2 x 25 2 x 50 2 x 70 2 x 90 2 x 130 2 x 175 2 2 2 2 2 2 KCl x x x x x x 20 40 40 40 60 80

Catatan : Jenis dan Dosis pupuk sesuai dengan jenis tanah atau rekomendasi dinas pertaniam setempat

Cara

pemupukan

dibuat

lubang

kecil

mengelilingi tanaman sejauh lebar tajuk, pupuk dimasukan dan ditutup tanah. Akan lebih baik ditambah pupuk organik SUPERNASA dosis 1 botol untuk 200 tanaman . 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon atau siram atau kocorkan SUPERNASA 1 sendok makan per 10 liter air setiap Semprotkan 3-6 POC bulan NASA 3-4 sekali. tutup +

HORMONIK 1-2 tutup per tangki setiap 1 bulan sekali

VIII. PEMANGKASAN Lakukan pemangkasan rutin setelah

berakhirnya masa panen (pangkas berat) untuk mengatur cabang bentuk tunas pertumbuhan, air (wiwilan),

mengurangi

mengurangi penguapan dan bertujuan agar terbentuk bunga, serta perbaikan bagian tanaman yang rusak.

Pemangkasan pada awal atau akhir musim hujan setelah pemupukan

IX.

PENGENDALIAN

HAMA

DAN

PENYAKIT

A. H A M A

1. Bubuk buah kopi (Stephanoderes hampei) serangan di penyimpanan buah maupun saat masih di kebun atau . BVR cabang Pencegahan secara coklat dan dengan

PESTONA 2.

bergantian dan hitam )

Penggerek

(Cylobarus

morigerus

Compactus

menyerang ranting dan cabang. Pencegahan dengan PESTONA. 3. Kutu dompolan kuncup daun (Pseudococcus bunga, muda, buah citri) muda,

menyerang ranting

dan

pencegahan

gunakan PESTONA, BVR atau PENTANA.+ AERO 810 secara bergantian

B. PENYAKIT 1. Penyakit karat daun disebabkan oleh Hemileia vastatrix , preventif semprotkan Natural GLIO

2. Penyakit Jamur Upas disebabkan oleh Corticium salmonicolor : Kurangi kelembaban , kerok dan preventif oleskan batang/ranting dengan Natural GLIO + POC NASA

3. Penyakit akar hitam penyebab Rosellina bunodes dan R. arcuata. Ditandai dengan daun kuning, layu, menggantung dan gugur. preventif dengan Natural GLIO

4. Penyakit akar coklat penyebabnya : Fomes lamaoensis atau Phellinus lamaoensis

preventif dengan Natural GLIO 5. Penyakit bercak coklat pada daun oleh Cercospora pencegahan 6. Penyakit cafeicola dengan mati Berk et Cooke GLIO pada

Natural ujung

ranting.Penyebabnya Rhizoctonia .Preventif gunakan Natural GLIO.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum

mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

X. P A N E N Kopi akan berproduksi mulai umur 2,5 tahun jika dirawat dengan baik dan buah telah menunjukkan warna merah yang meliputi sebagian besar tanaman, dan dilakukan

bertahap sesuai dengan masa kemasakan buah.

XI. PENGOLAHAN HASIL

Agar dipersiapkan terlebih dahulu tempat penjemuran, pengupasan kulit dan juga

penyimpanan hasil panen agar tidak rusak akibat hama pasca panen. Buah panenan harus segera diproses maksimal 20 jam setelah petik untuk mendapatkan hasil yang baik.

Penyebab

Kerusakan

Kopi

Beras

1. Biji keriput : asal buah masih muda 2. 3. Biji Biji berlubang :kopi : terserang Kurang bubuk bersih

kemerahan

mencucinya 4. Biji pecah : mesin pengupas kurang sempurna, berasal dari buah yang terserang bubuk, pada saat pengupasan dengan mesin kopi terlalu kering. 5. Biji pecah diikuti oleh perubahan warna:

mesin penguap dan pemisah kulit dengan biji kurang sempurna, basah fermentasi kurang pada

pengolahan

sempurna.

6. Biji belang : pengeringan tidak sempurna, terlalu lama disimpan , suhu penyimpanan terlalu lembab. 7. Biji Pucat : terlalu lama disimpan di tempat lembab 8. Biji berkulit atau ari : Pengeringan lama, awal tidak pada terlalu

sempurna pengeringan rendah. 9. Biji

terlalu suhu

buatan

berwarna

kelabu

hitam

pada

pengeringan buatan suhunya terlalu tinggi. 10. Noda-noda cokelat hitam tidak : pada sering

pengeringan

buatan,

kopi

diaduk/dibolak-balik.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

22. Teknik Budidaya Lada

I. PENDAHULUAN Tanaman lada termasuk tanaman rempah yang banyak dikembangkan di Indonesia. PT. Natural Nusantara berupaya membantu secara

meningkatkan

produksi

tersebut

kuantitas, kualitas dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan(Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN 2.1. Iklim Curah hujan 2.000-3.000 mm/th.

- Cukup sinar matahari (10 jam sehari). Suhu udara 200C 34 0C.

- Kelembaban udara 50% - 100% lengas nisbi dan optimal antara 60% 80% RH.

- Terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang.

2.2. Media Tanam - Subur dan kaya bahan organik - Tidak tergenang atau terlalu kering - pH tanah 5,5-7,0 - Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic, Latosol dan Utisol. - Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m. - Kelerengan/kemiringan lahan maksimal

300. - Ketinggian tempat 300-1.100 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 3.1. Pembibitan Terjamin kemurnian jenis bibitnya

- Berasal dari pohon induk yang sehat Bebas dari hama dan penyakit

- Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun (Kebutuhan bibit 2.000 bibit tanaman perhektar)

3.2. Pengolahan Media Tanam a. Cangkul 1, pembalikan tanah sedalam 2030 cm.

b. Taburkan kapur pertanian dan diamkan 34 minggu.

Dosis kapur pertanian :

- Pasir dan Lempung berpasir: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha. - Lempung: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 1,7 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha. - Lempung Berdebu: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 2,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 3,2 ton/ha. - Lempung Liat: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 3,4 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 4,2 ton/ha. c. Cangkul 2, haluskan dan ratakan tanah

3.3. Teknik Penanaman Sistem penanaman adalah monokultur

(jarak tanam 2m x 2m). Tetapi juga bisa ditanam dengan tanaman lain.

- Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm, bawah 40 cm x 15 cm dan kedalaman 50 cm. - Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah bibit Waktu penanaman atau sebaiknya dari ditanam. musim musim

penghujan

peralihan

kemarau kemusim hujan, pukul 6.30 pagi atau 16.30-18.00 sore. - Cara penanaman : menghadapkan bagian yang ditumbuhi bagian akar lekat kebawah, tidak

sedangkan

belakang

(yang

ditumbuhi akar lekat) menghadap keatas. Taburkan pupuk yang kandang sudah 0,75-100 dicampur GLIO.

gram/tanaman NATURAL

- Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian atas yang sudah dicampur pupuk

dasar - NPK 20 gram/tanaman

- Untuk tanah kurang subur ditambahkan 10 gram urea, 7 gram SP 36 dan 5 gram KCl per tanaman. - Segera setelah ditutup, disiram SUPERNASA : - Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman. Alternatif 2 : 1 botol SUPER NASA

diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 20 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

- Pemberian SUPERNASA selanjutnya dapat diberikan setiap 3 - 4 bulan sekali.

3.4. Pemeliharaan Tanaman

3.4.1. Pengikatan Sulur Panjat Panjatkan pada tiang panjat menggunakan tali. Ikatkan dengan dipilin dan dilipat hingga mudah lepas bila sulur tumbuh besar dan akar lekatnya sudah melekat pada tiang panjat.

3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan Penyiangan setiap 2-3 bulan sekali.

Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.

3.4.4. Perempalan Perempalan atau pemangkasan dilakukan pada: Batang, dahan, ranting yang tidak produktif, atau terserang hama dan penyakit.

Pucuk/batang, karena tidak memiliki dahan

yang produktif Batang yang sudah tua agar meremajakan tanaman menjadi muda kembali. 3.4.5. Pemupukan Susulan Penyemprotan POC NASA (4-5 tutup) atau POC NASA (3- 4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap 3 - 4 minggu sekali. Pupuk makro diberikan sebagai berikut : Umur (bln) Urea 3-4 4-5 35 35 15 20 SP 36 20 25 KCl Pupuk makro (gram/pohon)

5-6

35

25

30

6-17

35

30

35

3.4.6. Pengairan dan Penyiraman Pada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore hari. Pada musim hujan tidak boleh tergenang.

3.4.7. Pemberian Mulsa Usia 3-5 bulan, beri mulsa alami berupa dedaunan tanaman tahunan ataupun alangalang.

3.4.8. Penggunaan Tajar ( Ajir) Sebaiknya gunakan tajar mati dari bahan kayu. Pangkal tajar diruncingkan, bagian ujung dibuat cabang untuk menempatkan batang lada yang panjangnya telah melebihi tinggi tajar. Panjang tajar 2,5-3 m..

3.5. Hama dan Penyakit 3.5.1. Hama a. Hama Penggerek Batang (Laphobaris

Piperis) Ciri: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm.

Serangga dewasa lebih suka menyerang bunga, pucuk daun dan cabang-cabang

muda. Akibat lain bila Nimfanya (serangga muda) berupa ulat akan menggerek batang dan cabang tanaman. Pengendalian:

memotong cabang batang; penyemprotan PESTONA. b. Hama bunga Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam,

sayap seperti jala, terdapat tonjolan pada punggungnya, ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar 3 mm. Gejala: serangga bunga

dewasa/nimfanya

menyerang

berakibat bunga rusak dan menimbulkan kegagalan pembuahan, siklus hidupnya

sekitar 1 bulan. Pengendalian: penyemprotan PESTONA, pemotongan serta dapat juga tandan dilakukan bunga.

pada

c. Hama buah Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap, berwarna bening dan empat kali ganti kulit. Serangga dewasa atau nimfanya menyerang buah sehingga isi buah kosong. Telurnya biasa diletakkan pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus hidupnya sekitar 6 bulan.

Pengendalian: musnahkan telur dipermukaan daun, cabang, dan yang ada pada tandan buah. Gunakan PESTONA.

3.5.2. Penyakit a. Penyakit busuk pangkal batang (BPP) Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Gejala: awal serangan sulit diketahui. Bagian yang mulai terserang pada pangkal batang memperlihatkan garis-garis coklat kehitaman berubah dibawah kulit batang. layu Daun

warna

menjadi

(berwarna

kuning). Pencegahan : penanaman jenis lada tahan penyakit BPB. Pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.

b. Penyakit kuning Penyebab: persyaratan tidak terpenuhinya serta berbagai serangan

agronomis

cacing halus (Nematoda) Radhophalus similis yang mungkin berasosiasi dengan nematoda lain seperti Heterodera SP, M incognita dan

Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman lada, ditandai menguningnya daun lada, akar rambut mati, membusuk dan berwarna hitam. Cepat lambatnya gejala daun menguning tergantung berat ringannya infeksi dan kesuburan tanaman.

Pengendalian: Pemberian pupuk kandang, pengapuran, pemupukan tepat dan

seimbang, pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida

kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak

mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2

tutup)/tangki.

Penyemprotan

herbisida

(untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3.6. Panen 3.6.1. Ciri dan Umur Panen Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya berubah agak kuning dan sudah ada buah yang masak (berwarna kuning atau merah). 3.6.2. Cara Panen Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan mematahkan

persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan. 3.6.3. Periode Panen Periode panen sesuai iklim setempat, jenis

lada

yang

ditanam

dan

intensitas

pemeliharaan.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

23. Teknik Budidaya Lele

I. Pendahuluan. Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan rasa yang lezat, daging empuk, duri teratur dan dapat disajikan dalam berbagai macam menu masakan. PT. NATURAL NUSANTARA dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan)

membantu petani lele dengan paket produk dan teknologi.

II. Pembenihan Lele.

Adalah budidaya lele untuk menghasilkan benih sampai berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam-kolam khusus pemijahan.

Pembenihan lele mempunyai prospek yang bagus dengan tingginya konsumsi lele serta banyaknya usaha pembesaran lele.

III. Sistem Budidaya. Terdapat 3 sistem pembenihan yang dikenal, yaitu : 1. Sistem Massal. Dilakukan dengan

menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan

mencari pasangannya. 2. Sistem Pasangan. Dilakukan dengan

menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam oleh khusus. Keberhasilannya menentukan

ditentukan

ketepatan

pasangan yang cocok antara kedua induk. 3. Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi). Dilakukan dengan merangsang lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan

suntikan ekstrak kelenjar Hyphofise, yang terdapat di sebelah bawah otak besar. Untuk keperluan ini harus ada ikan sebagai donor kelenjar Hyphofise yang juga harus dari jenis lele. IV. Tahap Proses Budidaya. A. Pembuatan Kolam. Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan tipe

kolam

tersebut

sebaiknya

disesuaikan

dengan lahan yang tersedia. Secara teknis baik pada tipe bak maupun tipe galian, pembenihan lele harus mempunyai : Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari luar/sumber air. Berfungsi

untuk pengendapan lumpur, persediaan air, dan penumbuhan plankton. Kolam tandon ini merupakan sumber air untuk kolam yang lain. Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina selama pada masa kolam pematangan tersendiri telur yang

dipelihara

sekaligus sebagai tempat pematangan sel telur dan sel sperma. Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam ini harus tersedia sarang pemijahan dari ijuk, batu

bata, bambu dan lain-lain sebagai tempat hubungan induk jantan dan betina. Kolam Pendederan. Berfungsi untuk

membesarkan anakan yang telah menetas dan telah berumur 3-4 hari. Pemindahan dilakukan pada umur tersebut karena anakan mulai memerlukan pakan, yang sebelumnya masih menggunakan cadangan kuning telur induk dalam saluran pencernaannya.

B. Pemilihan Induk Induk jantan mempunyai tanda : - tulang kepala berbentuk pipih - warna lebih gelap - gerakannya lebih lincah - perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada punggung alat kelaminnya berbentuk runcing.

Induk betina bertanda : - tulang kepala berbentuk cembung - warna badan lebih cerah - gerakan lamban - perut mengembang lebih besar daripada punggung alat kelamin berbentuk bulat.

C. Persiapan Lahan. Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi : - Pengeringan. Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit. Pengapuran. Dilakukan dengan kapur

Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman tanah dan

mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh Perlakuan TON pengeringan. (Tambak Organik

Nusantara).

untuk

menetralkan

berbagai

racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk

menambah kesuburan lahan. - Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan

plankton sebagai pakan alami lele. Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah : Pembersihan bak dari kotoran/sisa

pembenihan sebelumnya. - Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air fapat langsung penuh dan segera diberi perlakuan TON

dengan dosis sama

D. Pemijahan. Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya belum sel telur

berwarna

kuning

(jika

matang

berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele.

E. Pemindahan. Cara pemindahan : - kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm. siapkan tempat penampungan dengan

baskom atau ember yang diisi dengan air di sarang. - samakan suhu pada kedua kolam - pindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau piring. - pindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan dengan hati-hati pada malam hari, karena masih rentan terhadap tingginya suhu air.

F. Pendederan. Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 - 7 cm, 7 - 9 cm dan 9 - 12 cm dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa

enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian

pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini.

V. Manajemen Pakan. Pakan anakan lele berupa : - pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik)

dikonsumsi pada umur di bawah 3 - 4 hari. - Pakan buatan untuk umur diatas 3 - 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya. - Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur dengan POC NASA dengan dosis 1 - 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), untuk

meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam

jumlah yang optimal.

VI. Manajemen Air. Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik : - air harus bersih - berwarna hijau cerah - kecerahan/transparansi sedang (30 - 40 cm).

Ukuran

kualitas

air

secara

kimia

- bebas senyawa beracun seperti amoniak - mempunyai suhu optimal (22 - 26 0C).

Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian pupuk TON sangat diperlukan. TON yang

mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat

mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa

beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari

sekali. Dosis pemakaian TON adalah 25 g/100m2.

VI. Manajemen Kesehatan. Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi

lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang

jelek

sangat

mendorong

tumbuhnya

berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal itulah, peranan TON dan POC NASA sangat besar. Namun apabila penyakit, anakan lele terlanjur untuk terserang melakukan

dianjurkan

pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa,

bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat

tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan juga harus sesuai.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

24. Teknik Budidaya Mangga

PENDAHULUAN Produksi mampu mangga pada saat ini belum pasar,

memenuhi

permintaan

khususnya

pasar ini

luar bukan

negeri. hanya

Ketidakmampuan

disebabkan produktivitas rendah tetapi juga kualitasnya disebabkan masih oleh kurang. penerapan Kondisi ini

teknologi

budidaya yang belum optimal. Memperhatikan hal tersebut PT. NATURAL NUSANTARA membantu peningkatan

produksi secara kuantitas , kualitas dan kelestarian (Aspek K-3). sehingga petani mampu bersaing di era pasar bebas. AGROEKOLOGI Tanaman mangga tumbuh baik pada

ketinggian 50-300 m dpl pada lapisan tanah tebal dan struktur tanah remah dan berbutirbutir. VARIETAS Varietas yang bernilai jual tinggi antara lain

Gadung 21 atau Arumanis 143. Varietas lainnya adalah Manalagi 69, Lalijiwo,

Chokanan dan Golek 31. PERSIAPAN LAHAN Lubang tanam dibuat 1-2 bulan sebelum tanam,ukuran 1 m x 1m x 1 m dan jarak tanam 6 m x 8 m. Dua minggu sebelum pelaksanaan tanam, tanah galian

dimasukkan kembali ke dalam lubang tanam dengan campur pupuk kandang dengan

perbandingan 1 : 1. Akan lebih optimal siram SUPERNASA (0,5 sdm / + 5 lt air/pohon). PENANAMAN Penanaman di awal musim hujan. Sebelum bibit ditanam kantong plastik dilepas.

Kedalaman tanam + 15-20 cm diatas leher akar dan tanah disekitar tanaman ditekan ke arah tanaman agar tidak roboh. Tanaman

diberi naungan dengan posisi miring ke barat dan selanjutnya dikurangi sedikit demi

sedikit. PEMUPUKAN ~ Pupuk Kandang (PK) diberikan 1 kali pada awal musim hujan. Caranya dibenamkan disekitar pohon selebar tajuk tanaman atau menggali lubang pada sisi tanaman. Mangga umur 1 - 5 tahun diberi 30 kg PK, umur 6 - 15 tahun diberi 60 kg PK. Akan lebih optimal jika ditambahkan ~ ~ SUPERNASA atau jika pupuk kandang sulit dapat digunakan

SUPERNASA dengan dosis : - Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman. - Alternatif 2 : 1 botol SUPER NASA encerkan dalam 2 lt (2000 ml) air jadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 lt air diberi 20 ml

larutan pohon.

induk

tadi

untuk

menyiram

per

~ Pemberian SUPERNASA selanjutnya dapat diberikan setiap 3 - 4 bulan sekali. ~ Penyemprotan POC NASA (4-5 ttp/tangki) atau lebih optimal POC NASA (3-4 ttp) + HORMONIK (1 ttp ) per tangki setiap 1 - 3 bulan ~ Pupuk NPK 2 kali setahun di sekali. awal

(Nopember - Desember), akhir musim hujan (April - Mei) dosis sbb: Umu r (th) 13 4-6 7 10 > 10 PK (kg) 20 30 50 50 Dosis Pupuk Makro (KG/Pohon) ZA TSP KCl 30 0.5 1 0.25-0.5 0.25-0.5 40 1 2 0.5 1 0.5 1 60 2 3 1 1.5 1 1.5 60 3 4 1.5 2 1.5 2

PEMANGKASAN Pangkas Bentuk (3 tahap) : Tahap I : umur 1 tahun setelah tanam pada musim hujan dengan memotong batang

setinggi 50 - 60 cm dari permukaan tanah dan pemotongan di atas bidang sambungan. Dari cabang yang tumbuh dipelihara 3

cabang yang arahnya menyebar. Tahap II : pemangkasan dilakukan pada ketiga cabang yang tumbuh tersebut setelah berumur 2 tahun, caranya menyisakan 1 - 2 ruas/pupus. Tunas yang tumbuh pada

masing-masing cabang dipelihara 3 tunas. Jika lebih dibuang. Tahapan pemangkasan tersebut rumus akan diperoleh 1pohon 3 dengan 9.

cabang

Tahap III : umur 3 tahun, cara sama seperti tahap II, tetapi tunas yang tumbuh dipelihara

semua untuk produksi. PANGKAS PRODUKSI Pemangkasan ini untuk memelihara tanaman dengan memotong cabang mati / kering, cabang yang tumbuh ke dalam dan ke bawah serta cabang air yaitu cabang muda yang tidak akan menghasilkan buah.

Pemangkasan produksi dilaksanakan segera setelah PENDANGIRAN Dilakukan 2 kali dalam setahun pada awal dan akhir musim hujan, dengan membalik tanah (pembumbunan) di sekitar kaca panen.

tanaman agar patogen yang ada dalam tanah MULCHING (MULSA) Pemberian mulsa di akhir musim hujan, menggunakan jerami / sisa-sisa bekas mati.

pangkasan / tanaman sela. PENGENDALIAN GULMA Pengendalian gulma dilakukan minimal 3 kali setahun. INDUKSI BUNGA Untuk merangsang pembungaan digunakan Pupuk Organik Padat SUPER NASA dengan dosis 1-2 sendok/pohon dicampur 10 liter air disiramkan secara merata di bawah kanopi pohon setelah pupus kedua ( Februari-Maret) dan disemprot POC NASA (3-4 ttp/tangki) + HORMONIK (1 ttp) per tangki. PENGELOLAAN BUNGA DAN BUAH

Pengelolaan bunga dan buah dilakukan 4 kali, pada saat bud break, bud elongation, mango size (kacang hijau) dan marble size (jagung). Pupuk yang digunakan : 1. Monokalsium Phospat ( MKP ) diberikan

sebelum muncul tunas baru atau bud break dan pada saat bud break atau bud elongation (dosis 2,5 gr/liter). 2. POC NASA diberikan saat bud break, bud elongation, (dosis 4-5 tutup/tangki).

3. POC NASA (3-4 ttp) + HORMONIK (1 ttp) per tangki diberikan pada saat mango size dan marble size. HAMA DAN PENYAKIT a. Tip Borer, Clumetia transversa Ulat ini menggerek pucuk yang masih muda (flush) dan malai bunga tunas atau dengan malai

mengebor/menggerek

menuju ke bawah. Tunas daun atau malai bunga menjadi layu, kering akibatnya rusak dan transportasi unsur hara terhenti

kemudian mati. Pengendalian; cabang tunas terinfeksi dipotong lalu dibakar, pendangiran

untuk dengan

mematikan

pupa,

penyemprotan PESTONA.

b. Thrips ( Scirtothrips dorsalis ) Hama ini sering disebut thrips bergaris

merah karena pada segment perut yang pertama terdapat suatu garis merah. Hama ini selain menyerang daun muda juga bunga dengan menusuk dan menghisap cairan dari epidermis daun dan buah. Tempat tusukan bisa menjadi sumber penyakit. Daun

kelihatan seperti terbakar, warna coklat dan menggelinting. Apabila bunga diketok-ketok dengan tangan dan dibawahnya ditaruh alas dengan kertas putih akan terlihat banyak thrips yang jatuh. Pengendalian : tunas muda terserang dipotong lalu dibakar, tangkap dengan perangkap warna kuning,

pemangkasan teratur, penyemprotan dengan

BVR atau PESTONA c. Ulat Phylotroctis sp. Warna sedikit coklat (beda dengan Clumetia sp. yang warnanya hijau) sering menggerek pangkal calon sp. malai menetas bunga. dan Telur dewasa

Phyloctroctis

menyerang tangkai buah muda (pentil). Buah muda gugur karena lapisan absisi pada tangkai pada buah bernanah hari. kehitaman. Aktif

malam

Pengendalian

dengan

PESTONA. d. Seed Borer, Noorda albizonalis

Hama ini menggerek buah pada bagian ujung atau tengah bekas dan umumnya dan sering

meninggalkan

kotoran

menyebabkan buah pecah. Ulat ini langsung menggerek biji buah akibatnya buah busuk dan jatuh. Berbeda dengan Black Borer yang

menggerek buah pada bagian pangkal buah. Lubang penyakit. buah, dibakar, gerekan dapat : sebagai sumber

Pengendalian buah

pembungkusan terserang lalu

kumpulkan semprot

dengan

PESTONA.

e. Wereng mangga ( Idiocerus sp.) Serangan terjadi saat malai bunga stadia bud elongation. menyerang Nimfa secara dan wereng dewasa dengan

bersamaan

menghisap cairan pada bunga, sehingga kering, penyerbukan dan pembentukan buah terganggu kemudian mati. Serangan parah terjadi jika didukung cuaca panas yang lembab. tumbuh embun Hama dan jelaga ini dapat mengundang penyakit dengan

berkembangnya (sooty mold)

dikeluarkan embun madu dari wereng yang

dapat menyebabkan phytotoxic pada tunas, daun dan bunga. Pengendalian :

pengasapan,

penyemprotan

BVR/PESTONA

sebelum bunga mekar/pada sore hari.

f. Lalat Buah ( Bractocera dorsalis ) Buah yang terserang mula-mula tampak titik hitam, di sekitar titik menjadi kuning, buah busuk serta terjadi perkembangan larva. Bersifat agravator yaitu memungkinkan

serangan hama sekunder (Drosophilla sp.), jamur dan bakteri. buah Pengendalian , :

pembungkusan

pemasangan

perangkap lalat buah.

g. Penyakit Antraknose (Colletotrichum sp.) Terjadi bintik-bintik hitam pada flush, daun, malai dan buah. Serangan menghebat jika

terlalu lembab, banyak awan, hujan waktu masa berbunga dan waktu malam hari timbul embun yang banyak. Apabila bunganya

terserang maka seluruh panenan akan gagal karena bunga menjadi rontok. Pengendalian : pemangkasan, rapat, penanaman jangan terlalu

bagian

tanaman

terserang

dikumpulkan dan dibakar.

h.

Penyakit

Recife,

Diplodia

recifensis

Penyakit ini disebut juga Blendok, vektor penyakit ini adalah kumbang Xyleborus

affinis. Kumbang ini membuat terowongan di batang/cabang kemudian dan cendawan

Diplodia masuk ke dalam terowongan. Di luar tempat kumbang menggerek akan keluar blendok (getah). Penyakit mangga lainnya seperti embun jelaga (jamur Meliola

mangiferae),

kudis/scab

(Elsinoe

mangiferae), bercak karat merah (ganggang Cephaleuros sp.)

Catatan : Jika Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar

penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810 dosis + 5 ml (0,5 tutup)per tangki. Penyemprotan agar lebih

herbisida

(untuk

gulma)

efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki

PANEN DAN PASCA PANEN

Panen dilakukan pada umur + 97 hari setelah bunga mekar, buah berbedak, dan pada jam 09.00 16.00 WIB dengan

menyisakan tangkai buah sekitar 0,5 - 1 cm.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

25. Teknik Budidaya Melon

I. PENDAHULUAN Agribisnis melon menunjukkan prospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras, miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman serta faktor pemeliharaan tidak diperhatikan maka keuntungan PT. Natural akan Nusantara menurun. berusaha

membantu meningkatkan produktivitas

melon secara Kuantitas, Kualitas, dan Kelestarian lingkungan ( Aspek K-3 ).

II. SYARAT PERTUMBUHAN 2.1. Iklim Perlu penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya. yang tinggi Pada kelembaban melon mudah

tanaman

diserang penyakit. Suhu optimal antara 25-300C. Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon.

Hujan terus menerus akan merugikan tanaman melon. Tumbuh baik pada

ketinggian 300-900 m dpl.

2.2. Media Tanam Tanah yang baik ialah tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik

seperti andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan kekurangan dari sifatsifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan. Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah, pH tanah 5,8-7,2.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 3.1. Pembibitan 3.1.1. Pembuatan Media Semai Siapkan Natural GLIO : 1-2 kemasan Natural GLIO dicampur dengan 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan + 1 minggu di tempat yang teduh dengan selalu

menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik).

Campurkan

tanah

halus

(diayak)

bagian/2 ember (volume 10 lt), pupuk kandang matang yang telah diayak halus sebanyak 1 bagian/1 ember, TSP ( 50 gr) yang dilarutkan dalam 2 tutup POC NASA, dan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk

kandang 1-2 kg . Masukkan media semai ke dalam polybag ukuran 8x10 cm

sampai terisi hingga 90%.

3.1.2.

Teknik

Penyemaian

dan

pemeliharaan Bibit Rendam benih dalam 1 liter air hangat suhu 20-250C + 1 tutup POC NASA selama 8-12 jam lalu diperam + 48 jam. Selanjutnya disemai dalam polybag,

sedalam 1-1,5 cm. Benih disemaikan

dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke bawah. Benih ditutup dengan campuran abu sekam dan tanah dengan perbandingan 2:1. Kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar matahari penuh sejak terbit hingga tenggelam. transparan Diberi yang

perlindungan salah satu

plastik

ujungnya

terbuka.

Semprotkan POC NASA untuk memacu perkembangan bibit, pada umur bibit 7-9 hari dengan dosis 1,0-1,5 cc/liter.

Penyiraman dilakukan dengan hati-hati secara rutin setiap pagi. Bibit melon yang sudah berdaun 4-5 helai atau tanaman melon telah berusia 10-12 hari dapat dipindahtanamkan

dengan cara kantong plastik polibag

dibuka

hati-hati

lalu

bibit

berikut

tanahnya ditanam pada bedengan yang sudah dilubangi sebelumnya, bedengan jangan sampai kekurangan air.

3.2. Pengolahan Media Tanam 3.2.1. Pembukaan Lahan Sebelum dibajak digenangi air lebih

dahulu semalam, kemudian keesokan harinya dilakukan pembajakan dengan kedalaman sekitar 30 cm. Setelah itu dilakukan pengeringan, baru dihaluskan.

3.2.2. Pembentukan Bedengan Panjang bedengan maksimum 12-15 m; tinggi bedengan 30-50 cm; lebar

bedengan 100-110 cm; dan lebar parit

55-65

cm.

3.2.3. Pengapuran Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg

dolomit , untuk antara pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6 dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.

3.2.4. Pemupukan Dasar Pupuk Kandan g (ton/ ha) 4-5 Dosis Pupuk Makro ( gram/ pohon ) Ure SP3 KCl a 12 6 20 8 30-60 tutup /1000 m2 + air secukupnya Dosis POC NASA

(siramkan)

Hasil akan lebih baik jika pada pemupukan dasar, POC NASA diganti SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis 1-2 botol/1000 m2 dengan cara : Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA

diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan. Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan.

3.2.5. Pemberian Natural GLIO Untuk mencegah serangan penyakit karena

jamur terutama penyakit layu, sebaiknya tebarkan Natural GLIO yang sudah disiapkan sebelum persemaian. Dosis 1-2 kemasan per 1000 m2

3.2.6. Perak

Pemasangan

Mulsa

Plastik

Hitam(PHP)

Pemasangan mulsa sebaiknya saat matahari terik agar mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan dengan tepat. Biarkan bedengan tertutup mulsa 3-5 hari sebelum dibuat lubang tanam.

3.3. Teknik Penanaman 3.3.1. Pembuatan Lubang Tanam Diameter lubang + 10 cm, jarak lubang 6080 cm. Model penanaman dapat berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk

segiempat

atau

segitiga.

3.3.2. Cara Penanaman Bibit siap tanam dipindahkan beserta

medianya. Usahakan akar tanaman tidak sampai rusak saat menyobek polibag.

3.4. Pemeliharaan Tanaman 3.4.1. Penyulaman Penyulaman dilakukan 3-5 hari setelah

tanam. Setelah selesai penyulaman tanaman baru harus disiram air. Sebaiknya

penyulaman dilakukan sore hari 3.4.2. Penyiangan Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma/ rumput liar. 3.4.3. Perempelan> Perempelan dilakukan terhadap

tunas/cabang air yang bukan merupakan cabang 3.4.4. Pemupukan Waktu Dosis Pupuk Makro ( gram/ pohon ) Urea 12 Umur 10 hari 12 Umur 20 hari 12 Umur 30 hari 12 Umur 40 hari POC NASA : POC NASA disemprotkan ke 8 20 8 12 12 10 SP-36 12 KCl 10 utama.

( per ha ) Mulai umur 1 minggu 6 atau 7 minggu


tanaman : Alternatif 1 : 6-7 kali

( interval 1 minggu sekali) dgn dosis 4 tutup botol/ tangki Alternatif 2 : 4 kali (interval 2 minggu sekali ) dgn dosis 6 tutup botol/ tangki

3.4.5. Penggunaan Hormonik Dosis HORMONIK : 1-2 cc/lt air atau 1-2 tutup HORMONIK + 3-5 tutup POC NASA setiap tangki semprot. Penyemprotan HORMONIK mulai usia 3-11 minggu, interval 7 hari sekali.

3.4.6. Penyiraman Penyiraman sejak masa pertumbuhan

tanaman,

sampai

akan

dipetik

buahnya

kecuali hujan. Saat menyiram jangan sampai air siraman membasahi daun dan air dari tanah jangan terkena daun dan buahnya. Penyiraman dilakukan pagi-pagi sekali.

3.4.7. Pemeliharaan Lain a. Pemasangan Ajir Ajir dipasang sesudah bibit mengeluarkan sulur-sulurnya. Tinggi ajir + 150 - 200 cm. Ajir terbuat dari bahan yang kuat sehingga mampu menahan beban buah + 2-3 kg. Tempat ditancapkannya ajir + 25 cm dari pinggir guludan baik kanan maupun kiri. Supaya ajir lebih kokoh bisa menambahkan bambu panjang yang diletakkan di bagian pucuk segitiga antara bambu atau kayu yang menyilang, mengikuti barisan ajir-ajir di

belakangnya. b. Pemangkasan Pemangkasan dilakukan pada tanaman

melon bertujuan untuk memelihara cabang sesuai dengan yang dikehendaki. Tinggi

tanaman dibuat rata-rata antara titik ke-20 sampai ke-25 (bagian ruas, cabang atau buku dari tanaman tersebut). Pemangkasan dilakukan kalau udara cerah dan kering, supaya bekas luka tidak diserang jamur. Waktu pemangkasan dilakukan setiap 10 hari sekali, yang paling awal dipangkas adalah cabang yang dekat dengan tanah dan

sisakan dua helai daun, kemudian cabangcabang yang tumbuh dipangkas daun. dengan

menyisakan dihentikan,

2 helai jika

Pemangkasan tanamannya

ketinggian

sudah mencapai pada cabang ke-20 atau 25.

3.5. Hama dan Penyakit 3.5.1. Hama a. Kutu Aphis (Aphis gossypii Glover ) Ciri: mempunyai getah cairan yang

mengandung madu dan di lihat dari kejauhan mengkilap. Aphis muda berwarna kuning, sedangkan yang dewasa mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman. Gejala: daun tanaman menggulung, pucuk tanaman

menjadi kering akibat cairan daun dihisap hama. Pengendalian: (1) gulma selalu

dibersihkan agar tidak menjadi inang hama; (2) semprot Pestona atau Natural BVR.

b. Thrips (Thrips parvispinus Karny) Ciri: menyerang saat fase pembibitan sampai

tanaman dewasa. Nimfa berwarna kekuningkuningan dan dewasa berwarna coklat

kehitaman. Serangan dilakukan di musim kemarau. Gejala: daun muda atau tunas baru menjadi keriting, dan bercak kekuningan; tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buah secara normal. Gejala ini harus diwaspadai karena telah tertular virus yang dibawa hama thrips. Pengendalian: menyemprot dengan Pestona atau Natural BVR.

3.5.2. Penyakit a. Layu Bakteri Penyebab: E.F.Sm. bakteri ini Erwina dapat tracheiphila disebarkan

Penyakit

dengan perantara kumbang daun otengoteng (Aulacophora femoralis Motschulsky).

Gejala:

daun

dan pada

cabang daun,

layu, warna

terjadi daun

pengerutan

menguning, mengering dan akhirnya mati; daun tanaman layu satu per satu, meskipun warnanya tanaman tetap yang hijau. dipotong lendir Apabila batang akan dan

melintang kental

mengeluarkan

putih

lengket bahkan dapat ditarik seperti benang. Pengendalian: sebelum tanam. penggunaan Natural GLIO

b. Penyakit Busuk Pangkal Batang (gummy stem bligt) Penyebab: Cendawan Mycophaerekka

melonis (Passerini) Chiu et Walker. Gejala: pangkal kemudian batang keluar seperti lendir tercelup berwarna minyak merah

coklat dan kemudian tanaman layu dan mati;

daun

yang

terserang

akan

mengering.

Pengendalian: (1) penggunaan mulsa PHP untuk mencegah batang kelembaban dan di sekitar luka di

pangkal

mencegah

perakaran maupun pangkal batang karena penyiangan; dibersihkan. sebelum (2) (3) daun yang terserang GLIO

gunakan sebagai

Natural

tanam

pencegahan.

Catatan: penyakit

Jika

pengendalian

hama

dengan

menggunakan

pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan dianjurkan. pestisida Agar kimia yang

penyemprotan

pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3.5.3. Gulma Gulma (tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman, karena bersaing zat hara, tempat tumbuh dan cahaya. Pencabutan gulma

harus dilakukan sejak tumbuhan masih kecil, karena jika sudah besar akan merusak

perakaran tanaman melon.

3.6. Panen 3.6.1. Ciri dan Umur Panen a. Tanda/Ciri Penampilan Tanaman Siap

Panen 1. Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal 2. Jala/Net pada kulit buah sangat

nyata/kasar 3. Warna kulit hijau kekuningan. b. Umur Panen + 3 bulan setelah tanam.

c. Waktu Pemanenan yang baik adalah pada pagi hari.

3.6.2. Cara Panen a. Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan minimal 2,0 cm untuk

memperpanjang masa simpan buah. b. Tangkai dipotong berbentuk huruf "T" , maksudnya agar tangkai buah utuh. c. Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benarbenar telah siap dipanen. d. Buah yang telah dipanen disortir.

Kerusakan buah akibat terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya dihindari karena akan mengurangi harga jual.

3.6.3. Penyimpanan

Buah melon tidak boleh ditumpuk, yang belum terangkut disimpan dalam gudang. Buah ditata rapi dengan dilapisi jerami

kering. Tempat penyimpanan harus bersih dan kering.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

26. Teknik Budidaya Mentimun

I.

PENDAHULUAN Produksi mentimun di Indonesia masih sangat rendah masih padahal bisa

potensinya

ditingkatkan. Untuk itu PT. Natural Nusantara berupaya turut

membantu meningkatkan produksi secara Kualitas, Kuantitas dan

Kelestarian (K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN 2.1. Iklim Adaptasi mentimun pada berbagai iklim cukup tinggi, namun

pertumbuhan optimum pada iklim kering. Cukup mendapat sinar -

matahari,

temperatur

(21,1

26,7)C dan tidak banyak hujan. Ketinggian optimum 1.000 - 1.200 mdpl.

2.2. Media Tanam Tanah gembur, banyak

mengandung humus, tata air baik, tanah mudah meresapkan air, pH tanah 6-7.

III.

PEDOMAN

TEKNIS

BUDIDAYA 3.1. Pembibitan a. Siapkan Natural GLIO dan

campurkan dengan pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu.

b. Siapkan tanah halus dan pukan

dapat diganti SUPERNASA / POC NASA yang telah dicampur Natural GLIO (tanah : pukan = 7:3) dan masukkan polybag. c. Rendam benih dalam larutan POC NASA dan air hangat (2cc/l) selama 30 menit.

d. Peram selama 12 jam. Setiap benih yang berkecambah

dipindahkan ke polibag sedalam 0,5-1 cm. e. Polybag dinaungi plastik bening dan bibit disiram dua kali sehari. f. Semprotkan POC NASA (2cc/l air) pada 7 hss.

g. Setelah berumur 12 hari atau berdaun 3-4 helai, bibit

dipindahkan ke kebun.

3.2.

Pengolahan

Media

Tanam

a. Bersihkan lahan dari gulma, rumput, diperlukan. b. Berikan kalsit/dolomit (pH tanah <6 : 1-2 ton/ha) c. Tanah pohon yang tidak

dibajak/dicangkul 30-35cm sambil membalikkan tanah dan biarkan 2 minggu. d. Olah kembali tanah sambil membuat bedengan lebar 120 cm, tinggi 30-40 cm dan jarak antar bedengan 30 cm. e.

Tambahkan pupuk kandang 20-30 ton/ha atau 0,5 kg pupuk kandang ke setiap lubang tanam 40 x 40 x 40 cm. f. Berikan pupuk NPK 100 kg/ha (1/3 dari dosis keseluruhan). g. Siramkan POP SUPERNASA yang

telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis 1 botol/1000 Alternatif m 1 : dengan 1 cara :

botol

POP

SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan. Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan POP

SUPERNASA untuk menyiram 5-10 meter bedengan. h. Pasang mulsa. Dan 1 minggu kemudian buat

lubang tanam. i. Taburkan Natural GLIO yang sudah

dikembangbiakkan dengan pukan pada setiap lubang tanam (1

kemasan

25-50

kg

pukan

matang untuk 1000 m2). 3.3. Penanaman - Siram bibit dalam polibag dengan air - Keluarkan bibit bersama medianya dari polibag. - Tanamkan bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar

batang.

3.4. Pemeliharaan Tanaman - Tanaman yang rusak atau mati dicabut dan segera disulam dengan tanaman yang baik. - Bersihkan gulma (bisa bersama waktu pemupukan).

- Pasang ajir pada 5 hst ( hari setelah tanam tanaman. - Daun yang terlalu lebat dipangkas, dilakukan 3 minggu setelah tanam pada pagi atau sore hari. - Pengairan dan Penyiraman rutin dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan cara di siram atau ) untuk merambatkan

menggenangi lahan selama 15-30 menit. -Selanjutnya pengairan hanya dilakukan diintensifkan jika diperlukan pada dan masa

kembali

pembungaan dan pembuahan.

3.5. Pemupukan:

Waktu

Pupuk (kg) TSP Urea KCL Puka n

Pupuk Dasar 150 3-5 hst 100

150 150

150 100

20.000

10 hst Setelah berbunga

250

300 250

100 250

Setelah Panen I

100

100

Disemprotkan ke daun :

Alternatif 1: 8 kali

POC NASA + Hormonik

( interval 1 minggu sekali) dgn dosis 3 4 tutup POC NASA + 1 tutup

(Mulai umur 210 minggu)

Hormonik per tangki Alternatif 2: 4 kali

(interval 2 minggu sekali ) dgn dosis 6 - 8 tutup POC NASA + 1 tutup Hormonik per tangki

3.6. Hama dan Penyakit 3.6.1. Hama a. Oteng-oteng atau Kutu Kuya (Aulocophora

similis Oliver). Kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap kuning polos. Gejala : merusak dan memakan daging daun sehingga daun

bolong; pada serangan berat, daun tinggal tulangnya. Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA.

b. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon) Ulat ini berwarna hitam dan menyerang tanaman terutama yang masih muda. Gejala: Batang tanaman dipotong disekitar leher akar.

c. Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.) Lalat dewasa berukuran 1-2 mm. Lalat

menyerang mentimun muda untuk bertelur, Gejala: memakan daging buah sehingga

buah

abnormal

dan

membusuk.

Pengendalian : Natural METILAT.

d. Kutu daun (Aphis gossypii Clover) Kutu berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning kemerahan atau hijau gelap sampai hitam. Gejala: menyerang pucuk tanaman sehingga daun keriput, kerititing dan menggulung. Kutu ini juga penyebar virus. Pengendalian : Natural BVR atau

PESTONA

3.6.2. Penyakit a. Busuk daun (Downy mildew) Penyebab : Pseudoperonospora cubensis

Berk et Curt. Menginfeksi kulit daun pada kelembaban udara tinggi, temperatur 16 -

22C dan berembun atau berkabut. Gejala : daun berbercak kuning dan berjamur, warna daun akan menjadi : coklat dan Natural busuk. GLIO

Pengendalian sebelum

Pemberian

tanam.

b. Penyakit tepung (Powdery mildew ) Penyebab : Erysiphe cichoracearum.

Berkembang jika tanah kering di musim kemarau dengan kelemaban tinggi. Gejala : permukaan daun dan batang muda ditutupi tepung putih, kemudian berubah menjadi kuning dan mengering. Pengendalian :

Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

c. Antraknose Penyebab lagenarium : cendawan Pass. Gejala: Colletotrichum bercak-bercak

coklat pada daun. Bentuk bercak agak bulat atau bersudut-sudut dan menyebabkan daun mati; gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara lembab, di tengah berwarna bercak merah terbentuk jambu. massa spora :

Pengendalian

Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

d. Bercak daun bersudut Penyebab : cendawan Pseudomonas

lachrymans. Menyebar pada saat musim hujan. Gejala : daun berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan berat seluruh daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering dan berlubang. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO

sebelum tanam.

e. Virus Penyebab : Cucumber Mosaic Virus, CMV, Potato virus mosaic, PVM; Tobacco Etch Virus, TEV; otato Bushy Stunt Virus (TBSV); Serangga vektor adalah kutu daun Myzus persicae Sulz dan Aphis gossypii Glov. Gejala : daun menjadi belang hijau tua dan hijau muda, daun berkerut, tepi daun menggulung, tanaman kerdil. Pengendalian: vektor dengan dengan

mengendalikan

serangga

Natural BVR atau PESTONA, mengurangi kerusakan mekanis, mencabut tanaman sakit dan rotasi dengan famili bukan

Cucurbitaceae.

f. Kudis (Scab) Penyebab : cendawan Cladosporium

cucumerinum Ell.et Arth. Terjadi pada buah

mentimun muda. Gejala : ada bercak basah yang mengeluarkan akan cairam seperti yang karet; jika bila

mengering

menyerang buah tua, terbentuk kudis yang bergabus. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

g. Busuk buah Penyebab : cendawan (Edson) (1) Phytium (2)

aphinadermatum

Fizt.;

Phytopthora sp., Fusarium sp.; (3) Rhizophus sp., (4) Erwinia carotovora pv. Carotovora. Infeksi terjadi di kebun atau di tempat penyimpanan. Gejala : (1) Phytium

aphinadermatum: buah busuk basah dan jika ditekan, buah pecah; (2) Phytopthora: bercak agak basah yang akan menjadi lunak dan berwarna coklat dan berkerut; (3) Rhizophus:

bercak

agak

besah,

kulit

buah

lunak

ditumbuhi jamur, buah mudah pecah; (4) Erwinia carotovora: buah membusuk, hancur dan berbau busuk. Pengendalian: dengan menghindari luka mekanis, penanganan

pasca panen yang hati-hati, penyimpanan dalam wadah bersih dengan suhu antara 5 7 derajat C. Dan pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

3.7. Panen 3.7.1. Ciri dan Umur Panen Buah mentimun muda lokal untuk sayuran, asinan atau acar umumnya dipetik 2-3 bulan setelah tanam, mentimun hibrida dipanen 42 hari setelah tanam Mentimun Suri dipanen setelah matang.

3.7.2. Cara Panen Buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara memotong tangkai buah

dengan pisau tajam.

3.7.3.Periode Panen Mentimun sayur dipanen 5 - 10 hari sekali tergantung dari varitas dan ukuran/umur buah yang dikehendaki.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

2.Teknik Nilam

Budidaya

A. PENDAHULUAN Minyak nilam memberikan sumbangan cukup besar dalam penghasil devisa Negara di antara minyak atsiri lainnya. Namun produksi minyak nilam di Indonesia masih terbatas dan produksinya belum optimal. PT Natural Nusantara berusaha meningkatkan produksi minyak nilam secara kuantitas, kualitas dan kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

B. EKOLOGI

Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi dengan ketinggian optimal 10-400 mdpl, curah hujan antara 2500 - 3500 mm/th dan merata sepanjang tahun, suhu 24 - 280C, kelembaban lebih dari 75%, intensitas penyinaran matahari cukup, tanah subur dan gembur kaya akan humus.

C. PEMBIBITAN - Stek diambil dari batang atau cabang yang sudah mengayu dari bagian tengah,

berdiameter 0,8-1,0 cm, + 15-23 cm dan paling sedikit 3-5 mata tunas - Siapkan bedengan persemaian, ukuran lebar 1,5 m, tinggi 30 cm dan panjang tergantung kebutuhan, parit selebar 30-40 cm dan dalamnya + 50 cm

- Tanah bedengan diolah sampai gembur dicampur pasir dengan perbandingan 2:1 dan selanjutnya diberi pupuk kandang

matang yang telah dicampur Natural GLIO (1 sachet Natural GLIO + 25-50 kg Pupuk Kandang) - Buat naungan menghadap ke timur dengan ketinggian 180 cm timur dan 120 cm barat, letakkan daun kelapa atau alang-alang di atas para-para.

- Stek ditanam posisi miring, bersudut 450 sedalam 10 cm dan jarak tanam 10 x 10 cm - Siram dengan POC NASA (2-3 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per 10 - 15 liter air. - Setelah umur 3-4 minggu bibit sudah siap dipindahkan ke lapangan (2-4 hari) sebelum bibit dipindah semprot POC NASA (3-4

tutup/tangki).

D. PENGOLAHAN LAHAN Lahan dibersihkan dari jenis rumput-

rumputan, kayu-kayuan dan semak belukar. - Tanah dicangkul atau dibajak serta digaru - Buat parit-parit pembuangan air lebar 3040 cm dan dalamnya 50 cm

E. JARAK TANAM - Dataran rendah yang tanahnya subur 100 x 100 cm, tanah yang kandungan liatnya tinggi 50 x 100 cm - Pada tanah lipatit, 75 x 75 cm - Tanah berbukit dengan mengikuti garis contour 50 x 100 cm atau 30 x 100 cm

F. PENANAMAN ~ Secara tidak Langsung

- Bibit stek dicabut dari persemaian umur 3-4 minggu, bila akar terlalu panjang sebaiknya dipotong supaya tidak mudah terserang

busuk akar. - - - Setiap lubang tanam ditanami 1-2 bibit stek ~Secara Langsung - Tanam stek secara langsung di lahan 2-3 stek per lubang tanam Catatan : Akan lebih baik pada penanaman secara langsung, sebelum di tanam stek direndam dulu dalam POC NASA (1-2 tutup) + HORMONIK ( 1 tutup ) per 5 -10 liter.>

G. PEMUPUKAN Pemupukan dengan cara melingkar di

sekililing pangkal tanaman Dosis pupuk makro yang digunakan + adalah

: ( lihat tabel disamping )

Aplikasi Urea DS/TSP KCl

NASA

HRN btl/ha

kg/h kg/ha Kg/ha btl/ha a Saat Tanam 1 bulan 37,5 20 25 - 50 3-5 kocor 2-5 sempro t 1 mgg setelah 56,2 panen I 5 30 2,5 5

5 10

sempro semprot t

1 mgg Setelah 56,2 Panen II TOTAL 150 25 - 50 80 5 30 2,5 5 5 10

sempro semprot t 10-20 10 - 20

Siramkan SUPER NASA yang telah dicampur air, merata di atas bedengan, dosis 1 botol/1000 m2 dengan cara : alternatif 1 ; 1 botol SUPER NASA

diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan. - alternatif 2 ; setiap 1 gembor (10 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram 5-10 meter bedengan.

POC NASA disemprotkan umur 20, 30, 50 dan 60 hari setelah tanam dengan dosis 4 - 5 tutup/tangki atau POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1 tutup)/tangki.

H. PENYULAMAN Penyulaman dilakukan satu bulan setelah tanam untuk mengganti tanaman yang mati atau kurang normal

I. PENYIANGAN Dilakukan 2 bulan setelah tanam atau saat tanaman mencapai tinggi 20-30 cm dan cabang bertingkat dengan radius 20 cm. Selanjutnya setiap 3 bulan sekali

J. PEMANGKASAN - Penjarangan dan pemangkasan dilakukan

pada

umur

bulan

setelah

tanam. tanaman

Penjarangan

dengan

mencabut

yang jaraknya terlalu rapat. - Pemangkasan pada tanaman yang terlalu rimbun dan menutupi cabang lainnya, yaitu pada cabang dari tingkat tiga ke atas. Untuk mempercepat tumbuhnya tunas baru, sebaiknya dalam tiap rumpun dibiarkan satu cabang saja yang tumbuh dan semprot dengan POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1-2 tutup) setelah pemangkasan.

K. PEMBUMBUNAN Dilakukan yang setelah panen, setelah cabang-cabang panen dan

ditinggalkan

letaknya dekat dengan tanah ditimbun di dekat ujungnya setinggi 10-15 cm. Sedang cabang-cabang yang letaknya jauh dari

tanah dipatahkan di bagian ujungnya, tetapi tidak terputus dari batangnya, sesudah itu bagian yang patah ditimbun dengan tanah.

L. PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT 1. H a m a a. Ulat Penggulung Daun (Pachyzaneba

stutalis) Ulat hidup dalam gulungan daun muda, sambil memakan daun yang tumbuh,

serangan berat hanya tinggal tulang-tulang daun saja. Pengendalian : kumpulkan dan musnahkan .

b. Belalang ( Orthoptera ) Hama ini memakan daun, sehingga tanaman menjadi gundul. Serangan berat batang

dimakan sanitasi c. Criket

akhirnya

mati.

Pengendalian

: .

lingkungan Pemakan daun muda dan Daun

(Gryllidae) daun turun.

Memakan

sehingga produksi

berlubang-lubang

Pengendalian : sanitasi lingkungan.

2. Penyakit a. Budok (hoprosep) Penyebabnya keriting, terbentuk adalah virus, gejala dan pada daun rontok, batang

berwarna

abu-abu

benjolan-benjolan

sampai akar bila dipijit baunya tidak enak. Penyakit ini tumbuh setelah musim kemarau dan disebabkan oleh pemangkasan yang terlalu berat saat panen. Pengendalian : sanitas kebun, Alat-alat kerja steril.

b. Penyakit Busuk Batang Penyebabnya jamur Fusarium sp. dan

menyerang pada akar atau batang. Batang terserang akan mengerut, warna berubah coklat lalu menghitam disekeliling batang dan akhirnya mati. Pengendalian : kurangi kelembaban dengan cara dipangkas, hindari luka, gunakan Natural GLIO + SUPERNASA. Catatan penyakit : Jika dengan pengendalian pestisida hama dan

alami

belum

mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml ( tutup) pertangki

M. PANEN DAN PASCA PANEN

- Panen dapat dilakukan pada umur 6 - 8 bulan setelah tanam - Semua bagian tanaman nilam, yaitu akar, batang, minyak cabang dan daun mengandung atsiri

- Alat yang digunakan sabit, gunting, atau parang yang tajam dan bersih Panen pertama, adalah bagian yang boleh dari

dipangkas

cabang-cabang

tingkat dua ke atas, sedang cabang-cabang tingkat pertama ditinggalkan

- Selesai panen pertama, bila cabang-cabang pertama jauh dari tanah dirundukkan tetapi tidak putus kemudian ditimbun tanah pada setiap tunasnya - Setelah tanaman umur 9 bulan, tanaman dapat dipanen kedua kalinya dengan cara seperti panen pertama, sehingga akan

diperoleh cabang-cabang baru dan anakan baru. Demikian selanjutnya sampai panenan

pada bulan ke-12, 15, 18, 21, 24 , dst - Panenan daun nilam dipotong-potong + 3-5 cm kemudian dijemur di bawah sinar

matahari sampai kadar air 15 % kemudian di suling.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

3.Teknik Padi

Budidaya

Produksi gabah padi di Indonesia rata-rata 4 5 ton/ha. PT. NATURAL NUSANTARA

berupaya membantu tercapainya ketahanan pangan nasional melalui peningkatan

produksi padi berdasarkan asas kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K-3 ).

SYARAT TUMBUH Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur 19-270C , memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur

dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 7.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

A.Benih Dengan jarak tanam 25 x 25 cm per 1000 m2 sawah membutuhkan 1,5-3 kg. Jumlah ideal benih yang disebarkan sekitar 50-60 gr/m2. Perbandingan luas tanah untuk pembenihan dengan lahan tanam adalah 3 : 100, atau 1000 m2 sawah : 3,5 m2 pembibitan B.Perendaman Benih Benih direndam POC NASA dan air, dosis 2 cc/lt air selama 6-12 jam. tiriskan dan masukkan karung goni, benih padi yang mengambang dibuang. Selanjutnya diperam menggunakan daun pisang atau dipendam di dalam tanah selama 1 - 2 malam hingga benih berkecambah serentak. C.Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian Persemaian diairi dengan berangsur sampai

setinggi 3 - 5 cm. Setelah bibit berumur 7-10 hari dan 14-18 hari, dilakukan penyemprotan POC NASA dengan dosis 2 tutup/tangki. D. Pemindahan benih Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 21-40 hari, berdaun 5-7 helai,

batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, penyakit. F. Pemupukan Pemupukan seperti pada tabel berikut, dosis pupuk sesuai dengan hasil panen yang tidak terserang hama dan

diinginkan. Semua pupuk makro dicampur dan disebarkan merata ke lahan sesuai dosis. Khusus penggunaan Hormonik bisa

dicampurkan dengan POC NASA kemudian disemprotkan ( 3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK /tangki ). Hasil akan

bervariasi tergantung jenis varietas, kondisi dan jenis tanah, serangan hama dan serta

penyakit

TABEL

PENGGUNAAN

POC

NASA

DAN

SUPERNASA Waktu Aplikasi Olah 30 45 60 Jenis 14 hari ( Tanah hari hari hari Pupuk kg ) (kg) ( kg ) ( kg ) ( kg ) Urea 36,5 9 9 9 9 ZA 3,5 1 1 1 1 SP-36 6,5 1,5 1,5 1,5 1,5 KCl 20 5 5 5 5 Dolomit 13 3 3 3 3 SPR 2 botol 2 botol ( NASA ( siram) siram) Catatan : Dosis produksi padi 1,2 1,7 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen

Waktu Aplikasi Jenis Pupuk Olah Tanah 1014 2528 4245 hari ( kg ) 6 8 5 4-5 ttp/tgk (semprot)

hari ( kg ) hari ( kg ) 6 50 5 4-5 6 7 5 4-5 ttp/tgk

(kg) Urea 12 SP-36 10 KCl SPR 1 botol NASA (siram) POC NASA -

ttp/tgk

(semprot) (semprot)

Catatan : Dosis produksi padi 0,8 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen Waktu Aplikasi Olah 1014 2528 Jenis Pupuk Urea SP-36 KCL POC NASA Tanah (kg) 10 11,5 20-40 ttp hari ( kg ) 4,5 4-8 ttp/tgk hari ( kg ) 4 5 4-8 ttp/tgk 4245 hari ( kg ) 4 6,5 4-8 ttp/tgk

(siram (semprot (semprot ) HORMON IK ) ) 1 ttp/tgk 1 ttp/tgk campur campur NASA NASA (semprot)

Catatan : Dosis produksi padi 0,8 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen

Cara Penggunaan SUPER NASA & POC NASA 1. Pemberian SUPER NASA dengan cara dilarutkan dalam air secukupnya kemudian disiramkan ( hanya disiramkan) 2. Jika dengan POC NASA dicampur air secukupnya disemprotkan. bisa disiramkan atau

3. Khusus SP-36 bisa dilarutkan SUPER NASA atau POC NASA, sedang pupuk

makro lainnya disebar secara merata. G. PENGOLAHAN LAHAN RINGAN

Dilakukan pada umur 20 HST, bertujuan untuk sirkulasi udara dalam tanah, yaitu membuang oksigen. H.PENYIANGAN Penyiangan rumput-rumput liar seperti gas beracun dan menyerap

jajagoan, sunduk gangsir, teki dan eceng gondok dilakukan 3 kali umur 4 minggu, 35 dan I. PENGAIRAN Penggenangan air dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan, 55.

pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada fase

sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk menyeragamkan pemasakan dan biji.

mempercepat

J. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT Hama putih (Nymphula depunctalis)

Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi. Pengendalian: (1) pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun; (2)

menggunakan BVR atau Pestona Padi Thrips (Thrips oryzae) Gejala: kuning bibit daun menggulung kemerahan, pada dan berwarna

sampai

pertumbuhan dewasa

terhambat,

tanaman

gabah tidak berisi. Pengendalian: BVR atau

Pestona. Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep). Merusak dengan cara mengisap cairan

batang padi dan dapat menularkan virus. Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti

terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo melepas kepinding dsb, membersihkan alami seperti lingkungan, laba-laba, (2) BVR

musuh dan

kumbang

lebah;

penyemprotan

Walang

sangit

(Leptocoriza

acuta)

Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam. Pengendalian: (1) bertanam serempak,

peningkatankebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba; (2) penyemprotan BVR atau PESTONA Kepik hijau (Nezara viridula)

Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas

tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan Pengendalian: telur-

tanaman

terganggu. dan

mengumpulkan

memusnahkan

telurnya, PESTONA

penyemprotan

BVR

atau

Penggerek

batang

padi

terdiri

atas:

penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu

(Sesamia inferens). Menyerang batang dan pelepah daun. Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah

dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda

disebut hama "sundep" dan pada tanaman bunting (pengisian (1) biji) disebut "beluk". varitas

Pengendalian:

menggunakan

tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami; (2) menggunakan BVR atau

PESTONA Hama tikus (Rattus argentiventer) Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman. Pengendalian: serempak, pergiliran tanaman, tanam melepas

sanitasi,

gropyokan,

musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan Burung Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan. Pengendalian: NAT (Natural Aromatic).

mengusir dengan bunyi-bunyian atau orangorangan. Penyakit Bercak daun coklat Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae. Gejala: menyerang pelepah, malai, buah

yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk

kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati. Pengendalian: (1) merendam benih di air hangat + POC NASA, pemupukan

berimbang, tanam padi tahan penyakit ini. Penyakit Blast Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1)

membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat

pertengahan

fase

vegetatif

dan

fase

pembentukan bulir; (2) pemberian GLIO di awal Busuk jamur pelepah Rhizoctonia daun sp. Gejala: tanam

Penyebab:

menyerang daun dan pelepah daun pada tanaman yang telah membentuk anakan. Menyebabkan jumlah dan mutu gabah

menurun. Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit (2) pemberian GLIO pada saat pembentukan anakan Penyakit Fusarium Penyebab: jamur Fusarium moniliforme.

Gejala: menyerang malai dan biji muda menjadi kecoklatan, daun terkulai, akar

membusuk. Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih + POC NASA dan disebari GLIO di lahan

Penyakit kresek/hawar daun Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae) Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara

tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati. Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis,

sanitasi lingkungan; (2) pengendalian diawal dengan GLIO Penyakit kerdil Penyebab: virus ditularkan oleh wereng

coklat Nilaparvata lugens. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, daun menjadi

pendek, sempit, berwarna hijau kekuningkuningan, pendek, batang anakan pendek, banyak buku-buku kecil.

tetapi

Pengendalian:

sulit

dilakukan,

usaha

pencegahan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada mengendalikan vector dengan BVR atau PESTONA

Penyakit tungro Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix semua impicticeps. bagian Gejala: tanaman,

menyerang

pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, kecil dan pembungaan tidak berisi. tertunda, malai

Pengendalian:

menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42 dan mengendalikan vektor virus dengan BVR.

K. PANEN DAN PASCA PANEN Panen dilakukan jika butir gabah 80 %

menguning

dan

tangkainya

menunduk

Alat yang digunakan ketam atau sabit Setelah panen segera dirontokkan malainya dengan perontok mesin atau tenaga manusia Usahakan kehilangan hasil panen seminimal mungkin Setelah dirontokkan diayaki (Jawa : ditapeni) Dilakukan pengeringan dengan sinar

matahari 2-3 hari Setelah kering lalu digiling yaitu pemisahan gabah dari kulit bijinya. Beras siap dikonsumsi.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.

No HP KOnsultasi 082136561161

4.Teknik Panili

Budidaya

PENDAHULUAN Tanaman merupakan panili atau si yang Emas Hijau

komoditi

menjanjikan.

Namun tidak semua panili berharga emas, hanya kualitas terbaiklah yang diberikan harga istimewa. PT. Natural Nusantara

berupaya meningkatan produksi panili secara Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian (aspek K3).

SYARAT PERTUMBUHAN Panili dapat hidup di iklim tropis, curah hujan 1000-3000 mm/tahun, cahaya matahari + 30%-50%, suhu udara optimal 200C-250C, kelembaban udara sekitar 60%-80%,

ketinggian tempat 300-800 m dpl. Tanah gembur, ringan yaitu tipe tanah lempung berpasir (sandy loam) dan lempung berpasir kerikil (gravelly sandy loam), mudah

menyerap air, pH tanah + 5,7 7

PEMBIBITAN 1. Seleksi Bibit - Jenis panili bernilai ekonomi yaitu Vanilla planifolia Andrews, Vanilla tahitensis JW. Moore, Vanilla pompana - Syarat bibit generatif : tulen, punya sifat yang hampir sama dengan induknya; murni, biji tidak tercampur dengan yang berkualitas jelek; biji dalam kondisi segar dan sehat; bibit vegetatif : tanaman induk sehat dan cukup umur, sudah mengeluarkan sulur

dahan yang kuat, tanaman induk belum atau jangan sampai berbuah.

2. Penyiapan Bibit - Bibit generatif berasal dari biji yang unggul - Bibit Vegetatif dengan stek, mempercepat perakaran stek dapat direndam HORMONIK

(1-2 cc/liter) kemudian dibiarkan agak layu baru ditanam dan disiram POC NASA (2-3 ttp) + HORMONIK ( 1 ttp) per 10 liter air. - Kulture Jaringan

3. Teknik Penyemaian Benih Bibit disemai dalam tanah berpasir supaya akar mudah tumbuh. Tempat penyemaian harus teduh.

4. Pembibitan/Penyemaian

Pemeliharaan

Penyiraman setiap hari, tidak boleh terlalu basah. Bibit yang jelek disingkirkan. Setiap seminggu sekali semprot dengan POC NASA (2-3 tutup) + HORMONIK ( 1 tutup) per tangki (14-17 liter).

5. Pemindahan Bibit Pemindahan bibit ke lapangan tergantung asal bibit, yaitu bibit stek sekitar umur 1-2 bulan, bibit biji waktunya lama. PENGOLAHAN MEDIA TANAM Pengolahan lahan dikerjakan pada

pertengahan musim kemarau supaya pohon pelindung dapat ditanam, cek kondisi tanah - Bersihkan lahan dari gulma dan dibajak. - Buat jalur bedengan, lebar 80-120 cm dan lebar parit 30-50 cm. - Lakukan pengapuran bila kondisi tanah terlalu asam.

PENANAMAN - Penanaman di tengah bedengan, pola tanam monokultur

- Buat lubang tanam dekat tanaman penegak

berukuran panjang, lebar dan dalam antara 20x15x10 cm, 25x20x12 cm dan 30x25x15 cm. - Tanam stek dengan cara memasukkan 3 ruas seluruhnya ke dalam lubang secara mendatar sempurna - Tutup dengan tanah galian yang dicampur dengan pupuk kandang - Stek bibit bagian atas yang tidak terbenam dalam tanah diikat pada pohon panjatan dengan ikatan longgar. - Waktu tanam stek bibit yang baik pada awal musim hujan. Sedangkan stek yang akan ditanam sebaiknya dibiarkan / agar akar tumbuh cepat dan

dilayukan terlebih dahulu selama 4 - 7 hari dan pangkal stek bibit direndam dalam POC NASA / HORMONIK (1-2 cc/liter) + Natural

GLIO untuk menghindari pembusukan.

PEMELIHARAAN TANAMAN 1. Penyulaman Lakukan pengecekan setelah umur 2-3

minggu setelah tanam, apabila ada stek yang tumbuh kurang baik, segera disulam. 2. Penyiangan dan Pembubunan

Penyiangan dilakukan sebulan sekali sesudah penanaman sampai pertumbuhan panili tidak kerdil dan terlambat. dengan Pembubunan untuk

bersamaan

penyiangan

menjaga bedengan tetap rapi dan tanah tetap gembur agar air mudah terserap. 3. Perempelan - Perempelan bentuk, memotong 15 cm dari tanaman yang dilengkungkan dan sisakan 3 cabang terbaik untuk dipelihara agar

terbentuk seimbang

kerangka

tanaman

kuat

dan

- Perempelan produksi, memotong pucuk sepanjang berbunga merangsang 10-15 dan cm saat menjelang berbuah musim untuk generatif

pertumbuhan

terutama pertumbuhan bunga dan buah Perempelan peremajaan, memotong

cabang-cabang yang sudah pernah berbuah dan cabang-cabang yang sakit. 4. Pemupukan - Tebar pupuk makro di sekitar pohon dan timbun dengan tanah karena sistem

perakaran panili cukup dangkal. Kebutuhan pupuk makro per ha per tahun adalah Urea 8 kg, TSP 4 kg, KCl 14 kg, CaCO3 5 - 10 kg, MgSO4 H2O 2,5 - 5 kg/ha/tahun dan pupuk kandang 10-20 kg/pohon/tahun.

- Pemupukan diberikan setahun sekali. Akan lebih baik jika dikocor dengan SUPER NASA dosis + 0,5 sdm / 5 lt air per pohon setiap 3 bulan sekali dan penyemprotan POC NASA dosis 4-5 tutup/tangki setiap 2 - 4 minggu sekali atau POC NASA (3-4 tutup) +

HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap 2-4 minggu 5. Pengairan dan Penyiraman Tanaman panili tidak tahan terhadap sekali.

kekeringan sehingga pada musim kemarau perlu disiram secukupnya untuk merangsang pertumbuhan tanaman, perkembangan

bunga serta buah. 6. Pemberian Mulsa & dapat Pendangiran dilakukan dan hasil

Pemberian bersamaan pendangiran.

mulsa dengan Bahan

penyiangan mulsa dari

pemangkasan pohon pelindung, tetapi bisa juga serbuk gergaji yang diletakkan di atas permukaan tanah dekat pohon panili. 7. Perambatan Sistem pagar sulur-sulur, tanaman panili dibiarkan menjalar pada pagar yang telah dipasang secara horisontal. Pagar tempat menjalarnya panili dapat dibuat dari bambu yang diikatkan pada pohon yang satu

dengan pohon yang lain. Sistem perambatan penunjang tunggal,

tanaman panili dirambatkan lurus ke atas pada naungannya.

8. Pemangkasan Pohon Pelindung Pohon pelindung dapat digunakan Glyricidia maculate, lamtoro dan dadap. Pemangkasan cabang dilakukan untuk mempertahankan agar tetap teduh, mempermudah sistem

sirkulasi matahari.

dan

mengatur

intensitas

sinar

9. Pembungaan dan Penyerbukan Panili berbunga setelah berumur 1,5-3 tahun, bunga yang muncul berupa dompolan dan akan mekar satu bunga secara bergantian. Mekarnya bunga hanya berlangsung 12 jam, yaitu mulai pukul 24:00 sampai menjelang tengah hari, sesudah itu bunga mulai layu dan mati. Oleh karena itu penyerbukan bunga dilakukan sekitar pukul 08:00 sampai 10:00. Penyerbukan buatan pada prinsipnya adalah mengangkat/memotong bibir yang membatasi kepala sari dan kepala putik, kemudian benang sari ditekan ke kepala putik untuk dilakukan penyerbukan. semprot

Seminggu

setelah

penyerbukan

dengan dosis POC NASA (3-4 tutup) dan

HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap 2-3 minggu sekali.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT a. Hama 1. Bekicot Menyerang dan merusak batang, bunga dan buah. Aktifitasnya dilakukan pada malam hari. Pengendalian: secara manual dengan mengambil dan mengumpulkan bekicot satu persatu kemudian dibakar sekaligus dalam satu lubang. 2. Belalang pedang Merusak/memakan daun muda dan batang panili. Pengendalian: menyemprotkan

PESTONA atau Natural BVR 3. Penggerek batang Larva hama ini merusak/menggerek batang

tanaman panili yang menyebabkan tanaman panili lambat laun layu dan mati.

Pengendalian penyemprotan PESTONA 4. Ulat bulu jambul dan ulat geni

Merusak bagian pucuk, daun, batang dan bunga. PESTONA Pengendalian: penyemprotan

b. Penyakit 1. Busuk akar Gejala: akar hitam, dan tanaman akhirnya menjadi mati;

kecoklat-coklatan

biasanya terjadi pada saat produksi tertinggi pertama menjaga kali tercapai. Pengendalian: tanah dengan

kesuburan

pemupukan, pemberian kapur secukupnya, dan mengatur kelembaban , pencegahan diawal dengan Natural GLIO.

2. Busuk batang Penyebab: jamur Fusarium batatatis. Gejala: pada batang terjadi bercak-bercak berwarna hitam yang akan meluas dan melingkar dengan cepat. Batang terserang akan

keriput, berwarna coklat dan akhirnya kering. Pengendalian: mengurangi kelembaban dan drainase yang baik, saat stek akan ditanam dicelup dalam POC NASA + Natural GLIO. 3. Busuk buah Ditemukan pada buah panili muda. Gejala: muncul bila menyerang pangkal buah muda sehingga banyak buah yang berguguran dan bila menyerang tengah buah akan hitam, kering selanjutnya mati. Pengendalian:

penyemprotan Natural GLIO + gula pasir dosis 1-2 sendok teh per 10 liter air. 4. Busuk pangkal batang

Penyebab:

Jamur

Sclerotium

sp.

Gejala:

pangkal batang tampak berwarna coklat dan kebasah-basahan, diserang dan bagian tanah tanaman sekitar yang

terdapat

misellium jamur berwarna putih seperti bulu dengan banyak sclerotium warna coklat. Pengendalian: gunakan bibit bebas busuk pangkal batang, penyemprotan Natural GLIO + gula pasir. 5. Bercak coklat pada buah Penyebab: oleh cendawan Phytophthora sp. dan menyerang buah panili yang hampir masak. Gejala: bercak-bercak coklat tua dan akhirnya busuk. Pengendalian: (1) segera petik buah terserang kemudian

membakarnya; (2) penyemprotan dengan Natural GLIO dosis 1-2 sendok/10 liter air. 6. Bercak coklat pada batang

Penyebab: cendawan Nectria vanilla, zimm. Gejala: batang tampak bercak coklat yang lama-kelamaan menghitam dan melingkar ruas dan mati. Pengendalian: potong dan bakar batang yang terserang. 7. Antraknosa Penyebab: jamur Calospora vanillae, Mass. Gejala: batang, daun, buah berwarna coklat muda kekuningan tampak licin dan terlihat jelas bagian terserang Potong dan dan bakar tidak. bagian

Pengendalian:

terserang, atur kelembaban dan drainase. 8. Karat merah Penyebab: Ganggang Cephaleuros heningsii, Schm. Gejala: bercak pada daun dan terus meluas hingga daun kering selanjutnya mati. Pengendalian: Singkirkan bagian terserang dan atur kelembaban kebun dengan

pemangkasan pohon pelindung. 9. Penyakit pascapanen Penyebab penyakit yang menyerang panili setelah dipanen : jamur Aspergillus,

Penicillium, Rhizopus, sp dan Sclerotium, sp. Pengendalian: yang Catatan : Jika Pengendalian hama penanganan pasca panen baik. dan

penyakit dengan pestisida alami belum dapat mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan

pestisida kimia lebih merata dn tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810 dosis 1-2 tutup/tangki.

E. PANEN DAN PASCA PANEN - Pemetikan pada umur 240 hari (8 bulan) akan menghasilkan panili kering dengan

kadar

vanillin

yang

tinggi,

kadar

abu

terendah, rendemen tertinggi dan kadar air yang aman

- Ciri-ciri panili siap dipanen yaitu warna berubah dari hijau tua mengkilap menjadi hijau muda suram dengan garis-garis kecil warna kuning yang lambat laun melebar sampai ujung buah

- Musim panen antara bulan Mei sampai Juli, sekitar 2 - 3 bulan - Cara panen yang terbaik adalah memetik satu-persatu buah masak tanpa mengganggu buah lain dalam satu tandan yang masih mentah untuk menjaga mutu panili.

- Buah dikumpulkan dalam keranjang bambu dan dijaga agar buah tidak terluka atau cacat dan sortir berdasar ukuran, bentuk, tingkat kemasakan dan buah yang cacat >20 cm

- Lakukan pelayuan untuk menghentikan proses respirasi yang terjadi dalam buah, mematikan sel-sel buah panili tanpa

mengurangi aktifitas dan kadar enzim dalam buah. Proses pelayuan dengan menggunakan alat perebus yang diisi air bagian dengan suhu antara 65-950 C - Lakukan pemeraman dalam kotak khusus yang lengkap dengan tutup dan karung goni sebagai alasnya, utuk pembentukan aroma selama + 48 jam - Lakukan pengeringan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari, dioven dan dianginanginkan untuk mengurangi kadar air hingga 25-30 % - Tempatkan buah panili kering dalam kotak yang dalamnya telah dilapisi kertas

koran/karung plastik tipis dan simpan pada suhu kamar, siap dikirim dan dijual.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

5.Teknik Pepaya

Budidaya

SYARAT PERTUMBUHAN Tanaman dapat tumbuh pada dataran

rendah dan tinggi 700 - 1000 mdpl, curah hujan 1000 - 2000 mm/tahun, suhu udara optimum 22 - 26 derajat C dan kelembaban udara sekitar 40% dan angin yang tidak

terlalu

kencang

sangat

baik

untuk gembur, banyak

penyerbukan. mengandung

Tanah humus

subur, dan harus

menahan air, pH tanah yang ideal adalah netral dengan pH 6 -7.

PEMBIBITAN 1. Persyaratan Bibit/Benih Biji-biji yang digunakan sebagai bibit

diambil dari buah-buah yang telah masak benar dan berasal dari pohon pilihan. Buah pilihan tersebut di belah dua untuk diambil biji-bijinya. Biji yang dikeluarkan kemudian dicuci bersih hingga kulit yang menyelubungi biji terbuang lalu dikeringkan ditempat yang teduh. - Biji yang segar digunakan sebagai bibit. Bibit jangan diambil dari buah yang sudah

terlalu masak/tua dan jangan dari pohon yang sudah tua.

2. Penyiapan Benih Kebutuhan benih perhektar 60 gram ( 2000 tanaman). Benih direndam dalam larutan POC NASA 2 dan cc/liter selama 1-2 jam, GLIO

ditiriskan

ditebari

Natural

kemudian disemai dalam polybag ukuran 20 x 15 cm. Media yang digunakan merupakan campuran 2 ember tanah yang di ayak ditambah 1 ember pupuk kandang yang sudah matang dan diayak ditambah 50 gram TSP dihaluskan ditambah 30 gram Natural GLIO.

3. Teknik Penyemaian Benih - Benih dimasukan pada kedalaman 1 cm

kemudian setiap

tutup

dengan

tanah.

Disiram muncul

hari.

Benih

berkecambah

setelah 12-15 hari. Pada saat ketinggiannya 15-20 cm atau 45-60 hari bibit siap ditanam. Biji-biji tersebut bisa langsung

ditanam/disemai lebih dahulu. Penyemaian dilakukan 2 atau 3 bulan sebelum bibit persemaian itu dipindahkan ke kebun.

4. Pembibitan/Penyemaian

Pemeliharaan

Pada persemaian biji-biji ditaburkan dalam larikan (barisan ) dengan jarak 5 - 10 cm. Biji tidak boleh dibenam dalam-dalam, cukup sedalam biji, yakni yang 3 1 baik, cm. Dengan akan

pemeliharaan tumbuh

biji-biji

sesudah

minggu

ditanam.

Semprotkan POC NASA seminggu sekali dosis 2 tutup/tangki

5. Pemindahan Bibit Bibit-bibit yang sudah dewasa, sekitar umur 2 3 bulan dapat dipindahkan pada

permulaan musim hujan.

PENGOLAHAN MEDIA TANAM 1. Persiapan Lahan dibersihkan dari rumput, semak dan kotoran lain, kemudian dicangkul/dibajak dan digemburkan.

2. Pembentukan Bedengan - Bentuk bedengan berukuran lebar 200 250 cm, tinggi 20 30 cm, panjang

secukupnya, jarak antar bedengan 60 cm.

- Buat lubang ukuran 50 x 50 x 40 cm di atas bedengan, dengan jarak tanam 2 x 2,5 m.

3. Pengapuran Apabila tanah yang akan ditanami pepaya bersifat asam (pH kurang dari 5), setelah diberi pupuk yang matang, perlu ditambah 1 kg Dolomit dan biarkan 1-2 minggu.

4. Pemupukan Sebelum diberi pupuk, tanah yang akan ditanami pepaya harus dikeringkan satu

minggu, setelah itu tutup dengan tanah campuran 3 blek pupuk kandang yang telah matang atau dengan SUPERNASA.

TEKNIK PENANAMAN 1. Pembuatan Lubang Tanam

- Lubang tanam berukuran 60 x 60 x 40 cm, yang digali secara berbaris. Biarkan lubanglubang kosong agar memperoleh cukup sinar matahari. - - Setelah itu lubang-lubang diisi dengan tanah yang telah dicampuri dengan pupuk kandang 2 - 3 blek. Jika pupuk kandang tidak tersedia dapat dipakai

SUPERNASA

dengan

cara

disiramkan

kelubang tanam dosis 1 sendok makan/10 lt air sebelum tanam. Lubang - lubang yang ditutupi gundukan tanah yang cembung

dibiarkan 2-3 hari hingga tanah mengendap. Setelah itu baru lubang-lubang siap ditanami. Lubang-lubang tersebut diatas dibuat 1-2 bulan penanaman.

- Apabila biji ditanam langsung ke kebun, maka lubang - lubang pertanaman harus digali terlebih dahulu. Lubang-lubang

pertanaman untuk biji-biji harus selesai 5 bulan sebelum musim hujan.

2. Cara Penanaman Tiap-tiap lubang diisi dengan 3-4 buah biji. Beberapa bulan kemudian akan dapat dilihat tanaman yang jantan dan betina atau

berkelamin dua.

PEMELIHARAAN TANAMAN 1. Penjarangan dan Penyulaman Penjarangan memperoleh beberapa dilakukan berbunga. tanaman tanaman dilakukan betina untuk

disamping Hal ini

batang pada

pohon waktu

jantan. tanaman

mulai

2. Penyiangan

Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya, memerlukan

penyiangan (pembuangan rumput). Kapan dan berapa kali kebun tersebut harus

disiangi tak dapat dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan.

3. Pembubunan Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya, memerlukan

pendangiran tanah. Kapan dan berapa kali kebun tersebut harus didangiri tak dapat dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan.

4. Pemupukan Pohon banyak, pepaya memerlukan pupuk yang

khususnya

pupuk

organik,

memberikan

zat-zat

makanan

yang

diperlukan dan dapat menjaga kelembaban tanah. Cara pemberian pupuk: - Tiap minggu setelah tanam beri pupuk kimia, 50 gram ZA, 25 gram Urea, 50 gram TSP dan 25 gram KCl, dicampur dan ditanam melingkar. - Satu bulan kemudian lakukan pemupukan kedua dengan komposisi 75 gram ZA, 35 gram Urea, 75 gram TSP, dan 40 gram KCl - Saat umur 3-5 bulan lakukan pemupukan ketiga dengan komposisi 75 gram ZA, 50 gram Urea, 75 gramTSP, 50 gram KCl - Umur 6 bulan dan seterusnya 1 bulan sekali diberi pupuk dengan 100 gram ZA, 60 gram Urea, 75 gramTSP, dan 75 gram KCl - Siramkan SUPERNASA ke lubang tanam

dengan dosis 1 sendok makan/10 liter air setiap 1-2 bulan sekali - Lakukan penyemprotan POC NASA dosis 3 tutup / tangki setiap 1-2 minggu sekali setelah tanam sampai umur 2-3 bulan - Setelah umur 3 bulan semprot dengan POC NASA 3 - 4 tutup ditambah HORMONIK dosis 1 - 2 tutup / tangki. Penyemprotan hati hati pada saat

berbunga agar tidak kena bunga yang mekar atau lebih aman bisa disiramkan.

5. Pengairan dan Penyiraman Tanaman pepaya memerlukan cukup air tetapi tidak tahan air yang tergenang. Maka pengairan dan pembuangan air harus diatur dengan seksama. Apalagi di daerah yang banyak turun hujan dan bertanah liat, maka

harus

dibuatkan

parit-parit. pepaya

Pada musim harus sering

kemarau, disirami.

tanaman

HAMA DAN PENYAKIT Kutu tanaman (Aphid sp., Tungau). Badan halus panjang 2 - 3 mm berwarna hijau, kuning atau hitam. Memiliki sepasang

tonjolan tabung pada bagian belakang perut, bersungut dan kaki panjang. Kutu dewasa, ada yang bersayap dan tidak. Merusak

tanaman dengan cara menghisap cairan dengan pencucuk penghisap yang panjang di bagian mulut. Pengendalian : semprot dengan Natural BVR atau PESTONA secara bergantian

Penyakit yang sering merugikan tanaman pepaya adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur, virus mosaik, rebah semai, busuk

buah,

leher

akar,

pangkal

batang

dan

nematoda. Penyakit mati bujang diisebabkan oleh jamur Phytophthora parasitica, P. palmivora dan Pythium aphanidermatum. Menyerang buah dan batang pepaya. kebun Cara pencegahan: menjaga

perawatan

yang

baik,

kebersihan, dan drainase serta sebarkan Natural GLIO ke lubang tanam, sedangkan penyakit busuk akar disebabkan oleh jamur Meloidogyne incognita. Nematoda. Apabila lahan telah ditanami

pepaya, disarankan agar tidak menanam pepaya kembali, untuk mencegah timbulnya serangan nematoda. Tanaman yang

terinfeksi oleh nematoda menyebabkan daun menguning, layu dan mati. Pengendalian : Siramkan PESTONA ke lubang tanam

PANEN DAN PASCA PANEN 1. Ciri dan Umur Panen Tanaman pepaya dapat dipanen setelah

berumur 9-12 bulan. Buah pepaya dipetik harus pada waktu buah itu memberikan tanda-tanda kematangan: warna kulit buah mulai menguning. Tetapi masih banyak

petani yang memetiknya pada waktu buah belum terlalu matang.

2. Cara Panen Panen dilakukan dengan berbagai macam cara, pada umumnya panen/pemetikan

dilakukan dengan menggunakan "songgo" (berupa bambu yang pada ujungnya

berbentuk setengah kerucut yang berguna untuk menjaga agar buah tersebut tidak

jatuh

pada

saat

dipetik).

3. Periode Panen Panen dilakukan setiap 10 hari sekali.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

6.Teknik

Budidaya

Rumput Laut

A. Latar Belakang Rumput laut (sea weeds) yang dalam dunia ilmu pengetahuan dikenal sebagai Algae

sangat populer dalam dunia perdagangan akhir - akhir ini. Rumput laut dikenal pertama kali oleh

bangsa Cina kira - kira tahun 2700 SM. Pada saat itu rumput laut banyak digunakan untuk sayuran dan obat - obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi baku memanfaatkannya kosmetik. Namun

sebagai

bahan

dengan perkembangan waktu, pengetahuan tentang rumput lautpun semakin

berkembang. Spanyol, Perancis, dan Inggris menjadikan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas. Kapan pemanfaatan rumput laut di Indonesia tidak diketahui. Hanya pada waktu bangsa Portugis datang ke Indonesia sekitar tahun 1292, rumput laut telah dimanfaatkan

sebagai sayuran. Baru pada masa sebelum

perang

dunia

ke

2,

tercatat

bahwa

Indonesia telah mengekspor rumput laut ke Amerika Serikat, Denmark, dan Perancis.

Sekarang ini rumput laut di Indonesia banyak dikembangkan di pesisir pantai Bali dan Nusa Tenggara. Mengingat panjangnya garis

pantai Indonesia (81.000 km), maka peluang budidaya rumput laut sangat menjanjikan. Jika menilik permintaan pasar dunia ke

Indonesia yang setiap tahunnya mencapai rata - rata 21,8 % dari kebutuhan dunia, sekarang ini pemenuhan untuk memasok permintaan tersebut masih sangat kurang, yaitu hanya berkisar 13,1%. Rendahnya

pasokan dari Indonesia disebabkan karena kegiatan budidaya yang kurang baik dan kurangnya informasi tentang potensi rumput

laut

kepada

para

petani.

B. Kandungan Rumput adalah laut dari yang jenis banyak dimanfaatkan merah

ganggang

(Rhodophyceae) karena mengandung agar agar, keraginan, porpiran, furcelaran maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) makanan karbohidrat. memanfaatkan yang yang merupakan mengandung ada juga cadangan banyak yang coklat

Tetapi jenis

ganggang

(Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak mengandung pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid, dan lembaran fotosintesa (filakoid). Selain itu ganggang cadangan coklat makanan juga berupa mengandung laminarin,

selulose, dan algin. Selain bahan - bahan tadi, ganggang merah dan coklat banyak mengandung jodium.

C. 1. Agar -

Manfaat agar

Masyarakat pada umumnya mengenal agar agar dalam bentuk tepung yang biasa

digunakan untuk pembuatan puding. Akan tetapi orang tidak tahu secara pasti apa agar - agar itu. Agar - agar merupakan asam sulfanik yang meruapakan ester dari galakto linier dan diperoleh dengan mengekstraksi ganggang jenis Agarophytae. Agar - agar ini sifatnya larut dalam air panas dan tidak larut dalam air dingin.

Sekarang

ini

penggunaan

agar

agar

semakin berkembang, yang dulunya hanya untuk makanan saja sekarang ini telah

digunakan dalam industri tekstil, kosmetik, dan lain - lain. Fungsi utamanya adalah sebagai bahan pemantap, dan pembuat

emulsi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel. Dalam industri, agar agar banyak digunakan dalam industri

makanan seperti untuk pembuatan roti, sup, saus, es krim, jelly, permen, serbat, keju, puding, selai, bir, anggur, kopi, dan cokelat. Dalam industri farmasi bermanfaat sebagai obat pencahar atau peluntur, pembungkus kapsul, dan bahan campuran pencetak

contoh gigi. Dalam industri tekstil dapat digunakan untuk melindungi kemilau sutera. Dalam industri kosmetik, agar agar

bermanfaat dalam pembuatan salep, krem,

lotion, lipstik, dan sabun. Selain itu masih banyak manfaat lain dari agar - agar, seperti untuk pembuatan pelat film, pasta gigi, semir sepatu, kertas, dan pengalengan ikan dan daging.

2. Keraginan Keraginan merupakan senyawa polisakarida yang tersusun dari unit D-galaktosa dan Lgalaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang

dihubungkan oleh ikatan 1 - 4 glikosilik. Ciri kas dari keraginan adalah setiap unit sulfat,

galaktosanya

mengikat

gugusan

jumlah sulfatnya lebih kurang 35,1%. Kegunaan keraginan hampir sama dengan agar - agar, antara lain sebagai pengatur keseimbangan, pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi. Keraginan banyak

digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan kue, roti, makroni, jam, jelly, sari buah, bir, es krim, dan gel pelapis produk daging. Dalam industri farmasi banyak

dimanfaatkan untuk pasta gigi dan obat obatan. Selain itu juga dapat dimanfaatkan dalam industri tekstil, kosmetik dan cat.

3. Algin (Alginat) Algin ini didapatkan dari rumput laut jenis algae coklat. Algin ini merupakan polimer dari asam uronat yang tersusun dalam

bentuk rantai linier panjang. Bentuk algin di pasaran tepung alginat banyak natrium, yang dijumpai kalium larut dalam atau bentuk

amonium air.

dalam

Kegunaan algin dalam industri ialah sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan,

pengemulsi, dan pembentuk lapisan tipis yang tahan terhadap minyak. Algin dalam industri banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai, sirup, dan puding. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk tablet, salep, kapsul, plester, dan filter. Industri kosmetik untuk cream, lotion,

sampo, cat rambut,. Dan dalam industri lain seperti tekstil, kertas, fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan pengawet kayu.

D. Fungsi TON dalam Ekologi Rumput Laut Rumput laut pertama kali ditemukan hidup secara alami bukan hasil budidaya. Mereka tersebar lingkungan di perairan sesuai dengan Rumput

yang

dibutuhkannya.

laut memerlukan tempat menempel untuk menunjang kehidupannya. Di alam tempat menempel ini bisa berupa karang mati, cangkang moluska, dan bisa juga berupa pasir dan lumpur.

Selain itu rumput laut sangat membutuhkan sinar matahari untuk melangsungkan proses fotosintesa. Banyaknya sinar matahari ini sangat dipengaruhi oleh kecerahan air laut. Supaya kebutuhan sinar matahari tersedia dalam jumlah yang optimal maka harus diatur kedalaman dalam

membudidayakannya. Kedalaman idealnya adalah berada 30 - 50 cm dari permukaan air.

Proses fotosintesa rumput laut tidak hanya

dipengaruhi oleh sinar matahari saja, tetapi juga membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang cukup baik makro maupun mikro. Unsur hara ini banyak didapatkan dari lingkungan air yang diserap langsung oleh seluruh

bagian tanaman. Untuk mensuplai unsur hara ini biasanya budidaya. dilakukan Untuk pemupukan membantu

selama

menyediakan unsur hara dalam jumlah yang optimal dan supaya cepat diserap oleh

rumput laut ini, maka harus disediakan unsur hara yang sudah dalam keadaan siap pakai (ionik). Unsur hara ini banyak dikandung dalam TON (Tambak Organik Nusantara).

TON

(Tambak

Organik

Nusantara), yang

mengandung

segala

bahan-bahan

dibutuhkan dalam pertumbuhan rumput laut.

Baik menyediakan unsur hara mikro lengkap, juga menyediakan unsur makro. Selain itu TON juga akan meningkatkan akan kualitas

rumput

laut,

karena

menurunkan

tingkat pencemaran logam berat yang juga akan terserap oleh rumput laut. Jika logam berat ini tidak ada yang mengikat, maka akan ikut terserap dalam proses absorbsi unsur hara dari rumput laut, sehingga sangat berbahaya bagi konsumen. Dengan adanya TON, logam berat ini akan terikat dalam bentuk senyawa dan akan mengendap atau sulit terserap oleh proses absorbsi.

Pertumbuhan rumput laut juga dipengaruhi oleh jumlah oksigen terlarut (DO), salinitas (kadar garam) dan temperatur. Kandungan Oksigen selain dipengaruhi oleh gerakan air

juga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara. Sehingga TON juga sangat penting untuk menunjang ketersediaan oksigen di perairan. Temperatur ideal bagi

pertumbuhan rumput laut adalah berkisar 200 - 280 C

Dengan

tersedianya

unsur

hara

dalam

jumlah yang optimal dan kondisi lingkungan yang seimbang karena pengaruh TON, maka kualitas dan kuantitas bahan - bahan yang dikandung meningkat. oleh rumput laut juga akan

Selain itu, pemakaian TON untuk budidaya rumput laut juga akan membantu mengikat senyawa - senyawa dan unsur - unsur berbahaya dalam perairan. Senyawa -

senyawa dan unsur-unsur ini jika teradsorbsi dalam sistem metabolisme rumput laut, akan mengganggu pertumbuhan rumput laut dan juga akan menurunkan kualitas hasilnya. Selain itu jika rumput laut ini akan digunakan untuk bahan bagi makanan, yang akan sangat

berbahaya

menkonsumsinya.

Kandungan senyawa karbon aktif dari TON akan sangat membantu untuk mereduksi senyawa-senyawa berbahaya tersebut. dan unsur unsur

E.

Budidaya

Rumput

Laut

dan

Cara

Pemakaian TON (Tambak Organik Nusantara) Dalam menjalankan budidaya rumput laut, pertama yang harus diperhatikan adalah pemilihan lokasi budidaya. Sebaiknya lokasi budidaya diusahakan di perairan yang tidak

mengalami fluktuasi salinitas (kadar garam) yang besar dan bebas dari pencemaran industri maupun rumah tangga. Selain itu pemilihan lokasi aspek juga ekonomis harus dan

mempertimbangkan tenaga kerja.

Budidaya rumput laut dapat dilakukan di areal pantai lepas maupun di tambak. Dalam pembahasan sekarang ini kita akan

menekankan pada budidaya di tambak. Hal ini mengingat peran TON yang tidak efektif jika diperairan lepas (pantai). Untuk

budidaya perairan lepas dibedakan dalam beberapa metode, yaitu : 1. Metode Lepas Dasar Dimana cara ini dikerjakan dengan

mengikatkan bibit rumput laut pada tali - tali

yang dipatok secara berjajar - jajar di daerah perairan laut dengan kedalaman antara 30 60 cm. Rumput laut ditanam di dasar

perairan.

2. Metode Rakit Cara ini dikerjakan di perairan yang

kedalamannya lebih dari 60 cm. Dikerjakan dengan mengikat bibit rumput di tali - tali yang diikatkan di patok - patok dalam posisi seperti melayang di tengah tengah perairan.

kedalaman 3. Metode Tali Gantung

Jika dua metode di atas posisi bibit - bibit rumput laut dalam posisi horizontal

(mendatar), maka metode tali gantung ini dilakukan dengan mengikatkan bibit - bibit rumput laut dalam posisi vertikal (tegak

lurus) pada tali - tali yang disusun berjajar.

Pemakaian TON dengan 3 cara di atas hanya dapat dilakukan dengan sistem perendaman bibit. Karena jika TON diaplikasikan di

perairan akan tidak efektif dan akan banyak yang hilang oleh arus laut. Metode

perendaman bibit dilakukan dengan cara : 1. Larutkan TON dalam air laut yang

ditempatkan dalam wadah . 2. Untuk 1 liter air laut diberikan seperempat sendok makan (5 10 gr) TON dan

tambahkan 1 - 2 cc Hormonik. 3. Rendam selama 4 - 5 jam, dan bibit siap ditanam.

Pemakaian TON akan sangat efektif jika diaplikasikan dalam budidaya rumput laut di

tambak. Cara budidaya di tambak ini dapat dilakukan dengan metode tebar. Caranya adalah sebagai berikut : 1. Tambak harus dilengkapi saluran

pemasukan dan pengeluaran. 2. Tambak dikeringkan dahulu. 3. Taburkan kapur agar pH-nya netral ( 0,5 2 ton per-hektar tergantung kondisi lahan).

keasaman 4. Diamkan selama 1 minggu.

5. Aplikasikan TON, dengan dosis 1 - 5 botol per-hektar (untuk daerah - daerah yang tingkat pencemarannya tinggi, dosisnya

ditinggikan), dengan cara dilarutkan dengan air dahulu, kemudian disebar secara merata di dasar tambak.

6. Diamkan 1 hari 7. Masukkan air sampai ketinggian 70 cm.

8. Tebarkan bibit rumput laut yang sudah direndam dengan TON dan hormonik seperti cara perendaman di atas. Dengan kepadatan 80 - 100 gram/m2. 9. Bila dasar tambak cukup keras, bibit dapat ditancapkan seperti penanaman padi.

10. Tidak perlu ditambah pupuk makro.

F. Pemeliharaan dan aplikasi TON (Tambak Organik Selama Nusantara) budidaya, harus susulan. dilakukan

pengawasan secara kontinyu. Khusus untuk budidaya di tambak harus dilakukaan

minimal 1 - 2 minggu setelah penebaran bibit, hal ini untuk mengontrol posisi rumput laut yang ditebar. Biasanya karena pengaruh angin, bibit akan mengumpul di areal

tertentu, jika demikian harus dipisahkan dan

ditebar merata lagi di areal tambak.

Kotoran dalam bentuk debu air (lumpur terlarut/ suspended solid) sering melekat pada tanaman, apalagi pada perairan yang tenang seperti tambak. Pada saat itu, maka tanaman harus digoyang - goyangkan di dalam air agar tanaman selalu bersih dari kotoran yang melekat. Kotoran ini akan mengganggu Beberapa metabolisme laut rumput seperti laut. Ulva,

tumbuhan

Hypea, Chaetomorpha, dan Enteromorpha sering membelit tanaman. Tumbuhan -

tumbuhan tersebut harus segera disingkirkan dan dipisahkan dari rumput laut agar tidak menurunkan kualitas hasil. Caranya dengan mengumpulkannya di darat. Bulu babi, ikan dan penyu merupakan hewan herbivora yang

harus dicegah agar tidak memangsa rumput laut. Untuk menghindari itu biasanya

dipasang jaring disekeliling daerah budidaya. Untuk budidaya di tambak di lakukan dengan memasang jaring di saluran pemasukan dan pengeluaran.

G. Pemanenan Pada tahap pemanenan ini harus

diperhatikan cara dan waktu yang tepat agar diperoleh permintaan kuantitas. hasil pasar yang sesuai dengan dan

secara

kualitas

Tanaman dapat dipanen setelah umur 6 - 8 minggu setelah tanam. Cara memanen

adalah dengan mengangkat seluruh tanaman rumput laut ke darat. Rumput laut yang

dibudidayakan di tambak dipanen dengan cara rumpun tanaman diangkat dan

disisakan sedikit untuk dikembangbiakkan lebih lanjut. Atau bisa juga dilakukan dengan cara petik dengan memisahkan cabang cabang dari tanaman induknya, tetapi cara ini akan berakibat didapatkannya sedikit keraginan dan pertumbuhan tanaman induk untuk budidaya selanjutnya akan menurun.

Jika rumput laut dipanen pada usia sekitar satu bulan, biasanya akan diperoleh

perbandingan berat basah dan berat kering 8 : 1, dan jika dipanen pada usia dua bulan biasanya akan didapat perbandingan 6 : 1. Untuk jenis gracilaria biasanya diperoleh hasil panen sekitar 1500 - 2000 kg rumput laut kering perhektarnya. Diharapkan

dengan penggunaan TON (Tambak Organik Nusantara) akan meningkat sekitar 30 - 100 %.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

7.Teknik

Budidaya

Sapi Potong

I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh

besarnya

investasi

jika dilakukan

secara

besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan

yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya modern. PT. NATURAL NUSANTARA dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu budidaya

penggemukan sapi potong baik untuk skala usaha besar maupun kecil.

II. Penggemukan Penggemukan sapi potong adalah

pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan). Beberapa hal yang berkaitan dengan usaha penggemukan sapi potong adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

A. Sapi Bali. Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.

B. Sapi Ongole. Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis

ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole

(PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.

C. Sapi Brahman. Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga

menjadi primadona sapi potong di Indonesia.

D. Sapi Madura. Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat

warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya

pertambahan berat badan rendah.

E. Sapi Limousin. Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan terdapat kepalanya, warna warna tubuh merah putih bata pada dan putih,

moncong besar dan

berukuran

mempunyai tingkat produksi yang baik

2. Pemilihan Bakalan. Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Ciri-ciri bakalan yang baik adalah : - Berumur di atas 2,5 tahun. - Jenis kelamin jantan. - Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi pundak

minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm. - Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan, bukan karena sakit). - Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus. - Kotoran normal

III. Tatalaksana Pemeliharaan. 3.1. Perkandangan. Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan

digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.

3.2. Pakan. Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan

ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva),

secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara

enzimatis setelah melewati rumen. Penelitian menunjukkan bahwa

penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan

kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen,

sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif

mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam

berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alangalang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi. Penentuan kualitas pakan tersebut

berdasarkan tinggi rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan hijauan yang berkualitas rendah

mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan.

Oleh karena itu PT. NATURAL NUSANTARA juga mengeluarkan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus. Produk ini menggunakan

teknologi

asam

amino

yang

diciptakan

dengan pendekatan fisiologis tubuh sapi, yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak.

VITERNA Plus mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu : - Mineral-mineral sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim, yaitu N, P, Ca, Mg, Cl dan lain-lain. - Asam-asam amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai K,

penyusun protein, pembentuk sel dan organ tubuh. - Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh

sapi dari serangan penyakit. - Asam - asam organik essensial, diantaranya asam propionat, asam asetat dan asam butirat. Cara penggunaannya dalam adalah air minum dengan atau

dicampurkan

komboran dengan dosis : 5 cc/ekor perhari untuk sapi, kerbau dan kuda 4 cc/ekor perhari untuk kambing dan domba. Penambahan VITERNA Plus tersebut

dilakukan pada pemberian air minum atau komboran yang pertama.

3.3. Pengendalian Penyakit. Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama penyakit dilakukan daripada adalah pencegahan karena

pengobatan,

penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha

pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah :

a. Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang

baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan

penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi

akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu

mengkarantina

sapi adalah

satu minggu

untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.

b. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah

berkembangnya bakteri dan virus penyebab

penyakit.

c. Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi

berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax. Beberapa meyerang jenis sapi penyakit potong yang dapat

adalah

cacingan,

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.

IV. Produksi Daging. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah 1. Pakan. Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik

terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan

dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama rendah terhadap pakan yang

berkualitas

sedangkan

pemberian

VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.

2. Faktor Genetik. Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.

3. Jenis Kelamin. Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.

4. Manajemen. Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

8.Teknik Semangka

Budidaya

I. PENDAHULUAN Tingkat dan kualitas produksi semangka di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena tanah yang keras, miskin unsur hara dan hormon,

pemupukan yang tidak berimbang, serangan hama dan penyakit tanaman, pengaruh

cuaca /iklim, serta teknis budidaya petani. PT. Natural Nusantara berupaya membantu petani dalam peningkatan produksi secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap

memelihara Kelestarian lingkungan (Aspek K3). II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim Curah hujan ideal 40-50 mm/bulan. Seluruh areal pertanaman perlu sinar matahari sejak terbit sampai tenggelam. Suhu optimal 250 C. Semangka cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl.

2.2. Media Tanam Kondisi tanah cukup gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah

kebun/persawahan yang telah dikeringkan. Cocok pada jenis tanah geluh berpasir.

Keasaman tanah (pH) 6 - 6,7. III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 3.1. Pembibitan 3.1.1. Penyiapan Media Semai - Siapkan Natural GLIO : 1-2 kemasan Natural GLIO dicampur dengan 25-50 kg pupuk

kandang untuk lahan 1000 m2. Diamkan + 1 minggu di tempat teduh dengan selalu

menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik). - Campurkan tanah halus (telah diayak) 2 bagian atau 2 ember (volume 10 lt), pupuk kandang matang yang telah diayak halus sebanyak 1 bagian atau 1 ember, TSP ( 50 gr) yang dilarutkan dalam 2 tutup POC NASA, dan Natural GLIO yang sudah

dikembangbiakkan dalam pupuk kandang (13 kg) .Masukkan media semai ke dalam polybag kecil 8x10 cm sampai terisi hingga 90%.

3.1.2. Teknik Perkecambahan Benih Benih dimasukkan ke dalam kain lalu diikat, kemudian direndam dalam ramuan : 1 liter

air hangat suhu 20-250C + 1 sendok POC NASA (direndam 8-12 jam). Benih dalam ikatan diambil, dibungkus koran kemudian diperam 1-2 hari. Jika ada yang berkecambah diambil untuk disemaikan dan jika kering tambah air dan dibungkus kain kemudian dimasukkan koran lagi.

3.1.3. Semai Benih dan Pemeliharaan Bibit - Media semai disiram air bersih secukupnya. Benih terpilih yang calon akarnya sudah sepanjang 2-3 mm, langsung disemai dalam polybag sedalam 1-1,5 cm. - Kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena sinar matahari penuh. Diberi perlindungan plastik transparan, salah satu ujung/pinggirnya terbuka. - Semprotkan POC NASA untuk memacu

perkembangan bibit, dilakukan rutin setiap 3 - 4 hari sekali. Penyiraman 1-2 kali sehari. Pada umur 12-14 hari bibit siap ditanam.

3.2. Pengolahan Media Tanam 3.2.1. Pembukaan Lahan Pembajakan sedalam + 30 cm, dihaluskan dan diratakan. Bersihkan lahan dari sisa-sisa perakaran dan batu.

3.2.2. Pembentukan Bedengan Lebar bedengan 6-8 m, tinggi bedengan minimum 20 cm.

3.2.3. Pengapuran Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5 diperlukan 150-200 kg dolomit , pH 5-6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6

dibutuhkan

dolomit

sebanyak

50

kg.

3.2.4. Pemupukan Dasar a. Pupuk kandang 600 kg/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam. b. Pupuk anorganik berupa TSP (200 kg/ha), ZA (140 kg/ha) dan KCl (130 kg/ha).

c. Siramkan POC NASA yang telah dicampur air secukupnya diatas bedengan dengan dosis + 1-2 botol/1000 m2. Hasil akan lebih bagus jika POC NASA digantikan SUPER NASA, dosis 1-2 botol/1000 m2 dengan cara : Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan. Alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan.

3.2.5. Lain-lain Bedengan perlu disiangi, disiram dan diberi plastik mulsa dengan lebar 110-150 cm agar menghambat penguapan air dan tumbuhnya tanaman liar. Di atas mulsa dilapisi jerami kering setebal 2-3 cm untuk perambatan semangka dan peletakan buah.

3.3. Teknik Penanaman 3.3.1. Pembuatan Lubang Tanaman Dilakukan Satu minggu sebelum penanaman dengan kedalaman 8-10 cm. Berjarak 20-30 cm dari tepi bedengan dengan jarak antara

lubang sekitar 90-100 cm.

3.3.2. Waktu Penanaman Penanaman sebaiknya pagi atau sore hari kemudian bibit disiram hingga cukup basah.

3.4. Pemeliharaan Tanaman 3.4.1. Penyulaman Sebaiknya dilakukan 3 - 5 hari setelah tanam.

3.4.2. Penyiangan Tanaman semangka cukup mempunyai dua buah saja, dengan pengaturan cabang

primer yang cenderung banyak. Dipelihara 23 cabang tanpa memotong ranting sekunder. Perlu penyiangan pada ranting yang tidak berguna, ujung cabang sekunder dipangkas

dan disisakan 2 helai daun. Cabang sekunder yang tumbuh pada ruas yang ada buah dipotong karena mengganggu pertumbuhan buah.

3.4.3. Perempelan Dilakukan perempelan tunas-tunas muda

yang tidak berguna karena mempengaruhi pertumbuhan pohon/buah semangka yang sedang berkembang.

3.4.4. Pengairan dan Penyiraman Pengairan melalui saluran diantara bedengan atau digembor dengan interval 4-6 hari. Volume pengairan tidak boleh berlebihan.

3.4.5. Pemupukan

Waktu

Dosis Pupuk Makro (kg/ ZA 40 ha) TSP KCl 40 85 80

Susulan I

(3 hari) Susulan II 120 Daun 46 helai Susulan III 170 Batang 4555 cm Susulan IV 130 Tanama n bunga Susulan V Buah masih 80

30

30

30

pentil POC NASA ( per ha ) POC NASA

Mulai umur disemprotkan ke 1 minggu 6 atau 7 minggu tanaman alternatif 1: 6-7 kali ( interval 1 minggu sekali) dgn dosis 4 tutup botol/ tangki alternatif 2: 4 kali (interval 2 minggu sekali ) dgn dosis 6 tutup botol/ tangki 3.4.6. Waktu Penyemprotan HORMONIK

Semprotkan HORMONIK sejenis ZPT/hormon alami. Dosis HORMONIK : 1-2 cc/lt air atau 1-

2 tutup HORMONIK + 3-4 tutup POC NASA setiap tangki semprot. Penyemprotan pada umur 21 - 70 hari, interval 7 hari sekali.

3.4.7. Pemeliharaan Lain Pilih buah yang cukup besar, terletak antara 1,0-1,5 m dari perakaran tanaman, bentuk baik dan tidak cacat. Setiap tanaman

diperlukan calon buah 1-2 buah, sisanya di pangkas. Semenjak calon buah 2 kg sering dibalik guna menghindari warna yang kurang baik akibat ketidakmerataan terkena sinar matahari.

3.5. Hama dan Penyakit 3.5.1 Hama a. Thrips Berukuran kecil ramping, warna kuning pucat

kehitaman, beruas-ruas.

mempunyai Cara

sungut

badan secara

penularan

mengembara dimalam hari, menetap dan berkembang biak. Pengendalian: semprotkan Natural BVR atau Pestona.

b. Ulat Perusak Daun Berwarna hijau dengan garis hitam/berwarna hijau bergaris kuning, gejala : daun dimakan sampai tinggal lapisan lilinnya dan terlihat dari jauh seperti berlubang. Pengendalian: dilakukan penyemprotan Natural Vitura atau Pestona.

c. Tungau Binatang kecil berwarna merah agak kecil

kekuningan/kehijauan mengisap cairan

berukuran tanaman.

Tandanya,

tampak jaring-jaring sarang binatang ini di bawah permukaan daun, warna dedaunan akan pucat. Pengendalian: semprot Natural BVR atau Pestona.

d. Ulat Tanah Berwarna hitam berbintik-bintik/bergaris-

garis, panjang tubuh 2-5 cm, aktif merusak dan bergerak pada malam hari. Menyerang daun, dewasa terutama tunas-tunas pangkal penanaman muda, ulat

memangsa (1)

tanaman. secara

Pengendalian:

serempak pada daerah yang berdekatan untuk memutus siklus hidup hama dan

pemberantasan sarang ngengat disekitarnya; (2) pengendalian dengan penyemprotan Pestona.

Natural

Vitura/Virexi

atau

e. Lalat Buah Ciri-ciri mempunyai sayap yang transparan berwarna kuning dengan bercak-bercak dan mempunyai belalai. Tanda-tanda serangan : terdapat bekas luka pada kulit buah (seperti tusukan sedikit belalai), masam daging dan buah terlihat beraroma memar.

Pengendalian : membersihkan lingkungan, tanah bekas hama dibalikan dengan

dibajak/dicangkul,

pemasangan

perangkap

lalat buah dan semprot Pestona.

3.5.2. Penyakit a. Layu Fusarium Penyebab: lingkungan/situasi yang

memungkinkan tumbuh jamur (hawa yang terlalu lembab). Gejala: timbul kebusukan pada tanaman yang tadinya lebat dan subur.

Pengendalian: (1) dengan pergiliran masa tanam dan menjaga areal kondisi baru lingkungan, yang Natural belum GLIO

menanam ditanami,

pada (2)

pemberian

sebelum atau pada saat tanam.

b. Bercak Daun Penyebab: spora bibit penyakit terbawa

angin dari tanaman lain yang terserang. Gejala: permukaan daun terdapat bercakbercak kuning dan selanjutnya menjadi

coklat akhirnya mengering dan mati, atau terdapat rumbai-rumbai halus berwarna abuabu/ungu. penyakit Pengendalian: layu seperti pada

fusarium.

c. Antraknosa Penyebab: seperti penyakit layu fusarium.

Gejala: daun terlihat bercak-bercak coklat yang akhirnya berubah warna kemerahan dan akhirnya daun mati. Bila menyerang buah, tampak bulatan berwarna merah

jambu yang lama kelamaan semakin meluas. Pengendalian: seperti pengendalian penyakit layu fusarium.

d. Busuk Semai Menyerang pada benih yang sedang

disemaikan. Gejala: batang bibit berwarna coklat, merambat dan rebah kemudian mati. Pengendalian: sebelum pemberian di Natural media GLIO semai.

penyemaian

e. Busuk Buah Penyebab: jamur/bakteri patogen yang

menginfeksi buah menjelang masak dan aktif

setelah buah mulai dipetik. Pengendalian: hindari dan cegah terjadinya kerusakan kulit buah, baik selama pengangkutan maupun penyimpanan, pemetikan buah dilakukan

pada waktu siang hari tidak berawan/hujan.

f. Karat Daun Penyebab: virus yang terbawa oleh hama tanaman yang berkembang pada daun

tanaman. Gejala: daun melepuh, belangbelang, cenderung berubah bentuk, tanaman kerdil dan timbul rekahan membujur pada batang. Pengendalian: sama seperti penyakit layu fusarium. Catatan : Jika pengendalian hama penyakit menggunakan mengatasi pestisida alami belum pestisida

dapat

dipergunakan

kimia. Agar penyemprotan pestisida kimia

dapat merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810 dengan dosis + 5 ml ( 1/2 tutup)/tangki.

3.6. Panen 3.6.1.Ciri dan Umur Panen Umur panen setelah 70-100 hari setelah penanaman. Ciri-cirinya: terjadi perubahan warna buah, dan batang buah mulai

mengecil maka buah tersebut bisa dipetik (dipanen).

3.6.2.Cara Panen Pemetikan buah sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah sehingga buah dalam kondisi tahan kering selama permukaan dalam kulitnya, dan

penyimpananan

ataupun ditangan para pengecer. Sebaiknya pemotongan buah semangka dilakukan

beserta tangkainya.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

9.Teknik

Budidaya

Strowberry

PENDAHULUAN

Prospek agribisnis strowberry di Indonesia cukup cerah dilihat dari daya serap pasar

dan permintaan dunia dari tahun ke tahun meningkat. Dengan semangat ramah lingkungan PT. Natural Nusantara berperan Kualitas dalam dan pada

meningkatkan Kelestarian

Kuantitas, terhadap

lingkungan

budidaya strowberi ini.

SYARAT PERTUMBUHAN Lama penyinaran matahari 8 - 10 jam hari. Curah hujan berkisar 600 700 mm pertahun. Suhu udara optimum antara 17C - 20C dan suhu udara minimum antara 4C - 5C dengan kelembaban udara 80% -

90%.Ketinggian tempat yang ideal antara 1000-2000 m dpl

PENGOLAHAN LAHAN

Sebelum lahan dibajak digenangi air lebih dahulu semalam. Keesokan harinya

dilakukan pembajakan sedalam sekitar 30 cm, setelah itu tanah dilakukan pengeringan baru dihaluskan.

PEMBENTUKAN BEDENGAN Bentuk bedengan dengan ukuran lebar 80120 cm, tinggi 30 - 40 cm, jarak antar bedengan 60 cm, panjang menyesuaikan keadaan lahan.

PENGAPURAN Berikan dolomit sekitar 100-200 kg per 1000 m2 sesuai kondisi lahan.

PEMUPUKAN DASAR Taburkan pupuk UREA 20 kg + TSP 25 kg +

KCl 10 kg dan Pupuk kandang 2-3 ton dalam 1000 m2. POC NASA disiramkan 30-60

tutup/1000 m2 ditambahkan air secukupnya. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, POC NASA diganti SUPERNASA caranya yaitu 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter sebagai larutan induk, kemudian ambil 50 liter air dan tambahkan 200 cc larutan induk tadi.Setelah itu siramkan ke bedengan

secara merata. 1 botol SUPERNASA bisa untuk 1000-2000 m2

PEMBERIAN NATURAL GLIO Untuk mencegah serangan penyakit karena jamur utamanya penyakit layu tebarkan

Natural GLIO yang telah dicampur dengan pupuk kandang dan didiamkan selama

seminggu. 1 kemasan Natural GLIO dicampur

dengan 25-30 kg pupuk kandang untuk luasan sekitar 1000 m2.

PEMASANGAN MULSA Pemasangan mulsa plastik pada saat

matahari terik agar mulsa dapat memuai sehingga dapat tepat menutup bedengan dengan tepat.

PEMBUATAN LUBANG TANAM Diameter lubang 10 cm, dengan jarak lubang 30 - 50 cm. Model penanaman dapat berupa dua baris berhadap-hadapan segi empat.

membentuk

CARA PENANAMAN Pindahkan bibit beserta medianya, sebaiknya bibit dikondisikan selama sebulan sebelum

tanam

di

kebun,dan perakaran

saat tidak

penanaman rusak saat

usahakan membuka

polibag.

PENYULAMAN Penyulaman paling lambat 15-30 hari setelah tanam, pada sore hari dan segera disiram.

PENYIANGAN Penyiangan dilakukan pada gulma/ rumput liar yang menyaingi kehidupan tanaman

PEMANGKASAN Dilakukan pada sulur yang kurang produktif, rimbun, serta pada bunga pertama untuk memperoleh buah yang prima.

PEMUPUKAN SUSULAN

Pupuk diberikan pada umur 1,5 - 2 bulan setelah tanam dengan NPK (16-16-16)

sebanyak 5 kg yang dilarutkan dalam 200 liter air, kemudian dikocorkan sebanyak 350500 cc/ tanaman.

PENGGUNAAN POC NASA + HORMONIK Semprotkan (3-4 tutup POC NASA) + (1-2 tutup HORMONIK) per-tangki 14 liter setelah 2 bulan dengan interval 7-10 hari sekali.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT HAMA a. Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii)

Bagian yang diserang : permukaan daun bagian bawah, kuncup bunga, pucuk atau batang muda. Gejala : pucuk atau daun keriput, keriting, kadang-kadang

pembentukan daun atau buah terhambat. Pencegahan gunakan PENTANA + AERO 810 atau Natural BVR.

b. TUNGAU (Tetranychus sp -Tarsonemus sp) Bagian yang diserang: daun,tangkai, dan buah. Gejala :daun bercak kuning, coklat, keriting akhirnya daun rontok. Pencegahan PENTANA + AERO 810 atau NATURAL BVR.

c. Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek akar kumbang

(Othiorhychus

rugosostriatus),

penggerek batang (O. Sulcatus) Gejala serangan : adanya bubuk berupa tepung pada bagian yang digereknya. atau

Pencegahan

semprotkan

PESTONA

PENTANA + AERO 810 secara bergantian.

PENYAKIT a. Layu verticillium (Verticillium dahliae) Bagian yang diserang: mulai dari akar, daun, hingga tanaman. Gejala : daun yang

terinfeksi mula-mula berwarna kuning hingga kecoklatan, mengakibatkan serangan kematian berat pada akan tanaman.

Pengendalian : perbaikan drainase, sanitasi kebun, gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

b.

Busuk

buah

matang/Ripe fragariae

Fruit

Rot

(Colletotrichum

Brook)

Busuk

Rhizopus/ Rhizopus spot ( Rhizopus stolonifer ) Bagian yang diserang : buah. Gejala : RFR yang khas hanya pada buah yang masak saja

dengan buah busuk disertai massa spora berwarna merah jambu. Pada RS, buah busuk lunak, berair, bila dipijit keluar cairan keruh. Pengendalian terinfeksi, : musnahkan buah yang kebun,

perbaiki

drainase

pemulsaan, rotasi tanaman, gunakan Natural GLIO pada awal penanaman yang dicampur dengan pupuk kandang yang telah jadi. c. Busuk akar ( Idriella lunata, Pythium ulmatum, Rhizoctonia solani)

Bagian yang diserang : akar tanaman. Gejala : Idriella menyebabkan ujung-ujung akar tanaman berwarna hitam dan busuk, batang busuk

sedangkanPhytium batas akar di

mengakibatkan tanah

permukaan

berwarna coklat hingga hitam. Sementara jamur Rhizoctonia mengakibatkan sistem

perakaran Pengendalian

busuk : cabut

kebasah-basahan. dan musnahkan

tanaman yang terserang berat, tambahkan kapur untuk tanah, lakukan rotasi tanaman, perbaikan drainase tanaman, berikan Natural GLIO pada awal penanaman.

d. Empulur merah (Phytophtora fragrariae) Bagian yang diserang : perakaran tanaman. Gejala : tanaman kerdil, daun tudak segar bahkan dapat layu, bila diamati akar dan pangkal batang yang terinfeksi pada

empulurnya

akan

tampak

berwarna

merah.Penyakit ini mengakibatkan serangan hebat pada kondisi drainase jelek dan

masam/pH rendah. Pengendalian : perbaiki drainase,

pengapuran tanah, rotasi tanaman, gunakan

bibit yang sehat dan hindari luka mekanis pada pemeliharaan, musnahkan tanaman yang terinfeksi berat, campurkan Natural GLIO pada awal penanaman. Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum

mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

PANEN Tanaman stroberi mulai berbunga pada umur 2 bulan setelah tanam. Namun pembuahan atau pembungaan pertama sebaiknya

dibuang atau dipangkas karena belum bisa

berproduksi

secara

optimum.

Setelah

tanaman berumur 4 bulan mulai diarahkan untuk lebih produktif dilakukan berbunga dengan dan dipetik

berbuah.Panen

atau digunting bagian tangkai buah beserta kelopaknya, dan dilakukan secara periodik dua kali seminggu.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

10. Teknik Budidaya Tebu

PENDAHULUAN Saat ini pemerintah sedang menggalakkan penanaman tebu untuk mengatasi

rendahnya produksi gula di Indonesia. Usaha pemerintah sangatlah wajar dan tidak

berlebihan mengingat dulu Indonesia pernah mengalami masa kejayaan sebagai

pengekspor gula sebelum perang. Bisakah masa keemasan ini terulang kembali? Untuk itu PT. Natural Nusantara berusaha ikut serta mengembalikan masa kejayaan melalui peningkatan produksi tebu baik

secara kuantitas, kualitas dan kelestarian (aspek K-3).

SYARAT TUMBUH Tanah yang cocok adalah bersifat keringkering basah, yaitu curah hujan kurang dari 2000 mm per tahun. Tanah tidak terlalu masam, pH diatas 6,4. Ketinggian kurang dari 500 m dpl.

JENIS - JENIS TEBU Jenis tebu yang sering ditanam POY 3016, P.S. 30, P.S. 41, P.S. 38, P.S. 36, P.S. 8, B.Z. 132, B.Z. 62, dll.

PEMBUKAAN KEBUN Sebaiknya pembukaan dan penanaman

dimulai dari petak yang paling jauh dari jalan

utama atau lori pabrik Ukuran got standar ; Got keliling/mujur lebar 60 cm; dalam 70 cm, Got malang/palang lebar 50 cm; dalam 60 cm. Buangan tanah got diletakkan di sebelah kiri got. Apabila got diperdalam lagi setelah tanam, maka tanah buangannya diletakkan di sebelah kanan got supaya tanaman. Juringan/cemplongan (lubang tanam) baru dapat dibuat setelah got - got malang mencapai kedalaman 60 cm dan tanah galian got sudah diratakan. Ukuran standar juringan adalah lebar 50 cm dan dalam 30 cm untuk tanah basah, 25 cm untuk tanah kering. Pembuatan juringan harus dilakukan dua kali, yaitu stek pertama dan stek kedua serta rapi. masih ada jalan mengontrol

Jalan kontrol dibuat sepanjang got mujur dengan lebar + 1 m. Setiap 5 bak dibuat jalan kontrol sepanjang got malang dengan lebar + 80 cm. Pada juring nomor 28, guludan diratakan untuk jalan kontrol (jalan tikus)

TURUN TANAH/KEBRUK Yaitu mengembalikan tanah stek kedua ke dalam juringan untuk tanah. membuat Tebalnya

kasuran/bantalan/dasar

tergantung keadaan, bila tanahnya masih basah + 10 cm. di musim kemarau terik tebal + 15 - 20 cm.

PERSIAPAN TANAM Lakukan seleksi bibit di luar kebun

- Bibit stek harus ditanam berhimpitan agar

mendapatkan jumlah anakan semaksimal mungkin. Bibit stek + 70.000 per ha.

- Sebelum ditanam, permukaan potongan direndam dahulu dengan POC NASA dosis 2 tutup + Natural GLIO dosis 5 gr per 10 liter air. - Sebelum tanam, juringan harus diari untuk membasahi kasuran, sehingga kasuran

hancur dan halus.

CARA TANAM 1. Bibit Bagal/debbeltop/generasi Tanah kasuran harus diratakan dahulu,

kemudian tanah digaris dengan alat yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm. Bibit dimasukkan ke dalam bekas garisan dengan mata bibit menghadap ke samping.

Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah.

2. Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit), jika bermata (tunas) satu: batang bibit terpendam dan tunasnya menghadap ke samping dan sedikit miring, + 45 derajat. Jika bibit rayungan bermata dua; batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan

kedalaman + 1 cm.

3. Sebaiknya, bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam petakpetak tanaman tersendiri supaya pertumbuhan merata.

WAKTU TANAM Berkaitan dengan masaknya tebu dengan rendemen tinggi tepat dengan timing masa

giling di pabrik gula. Waktu yang tepat pada bulan Mei, Juni dan Juli.

PENYIRAMAN Penyiraman tidak boleh berlebihan supaya tidak merusak struktur tanah. Setelah satu hari tidak ada hujan, harus segera dilakukan penyiraman.

PENYULAMAN 1. Sulam sisipan, dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam, bermata yaitu untuk tanaman rayungan satu.

2. Sulaman ke - 1, dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai. Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan. 3. Penyulaman yang berasal dari

ros/pucukan tebu dilakukan ketika tanaman

berumur

bulan

4. Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan, bersama sama dengan

pemberian air ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 1,5 bulan 5. Penyulaman ekstra bila perlu, yaitu

sebelum bumbun ke 2

PEMBUMBUNAN TANAH > Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu, yaitu berdaun 3 - 4 helai. Pembumbunan dilakukan dengan cara

membersihkan rumput-rumputan, membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah. > Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup besar

+ 20 cm, sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu ditimbun tanah atau + 2 bulan. > Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan, semua got harus

diperdalam ; got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm.

GARPU MUKA GULUD Penggarpuan harus dikerjakan sampai ke pinggir got, sehingga air dapat mengalir. Biasanya dikerjakan pada bulan

Oktober/November ketika tebu mengalami kekeringan.

KLENTEK Yaitu melepaskan daun kering, harus

dilakukan 3 kali, yaitu sebelum gulud akhir,

umur 7 bulan dan 4 minggu sebelum tebang.

TEBU ROBOH Batang tebu yang roboh atau miring perlu diikat, baik silang dua maupun silang empat. Ros - ros tebu, yang terdiri dari satu deretan tanaman, disatukan dengan rumpun -

rumpun dari deretan tanaman di sisinya, sehingga berbentuk menyilang.

PEMUPUKAN 1. Sebelum tanam diberi TSP 1 kuintal/ha 2. Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas juringan dosis 1 - 2 botol/1000 m dengan cara : Alternatif 1 : 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc

larutan induk tadi untuk menyiram juringan. Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPERNASA untuk menyiram 5 10 meter juringan.

3. Saat umur 25 hari setelah tanam berikan pupuk ZA sebanyak 0,5-1 kw/ha. Pemupukan ditaburkan di samping kanan rumpun tebu 4. Umur 1,5 bulan setelah tanam berikan pupuk ZA sebanyak 0,5 - 1 kw/ha dan KCl sebanyak 1-2 kw/ha. Pemupukan ditaburkan di sebelah kiri rumpun tebu. 5. Untuk mendapatkan rendemen dan

produksi tebu tinggi, semprot POC NASA dosis 4 - 6 tutup dicampur HORMONIK 1 - 2 tutup per-tangki pada umur 1 dan 3 bulan

HAMA DAN PENYAKIT 1. Hama Penggerek Pucuk dan batang

Biasanya menyerang mulai umur 3 - 5 bulan. Kendalikan dengan musuh alami

Tricogramma sp dan lalat Jatiroto, semprot PESTONA / Natural BVR

2. Hama Tikus Kendalikan dengan gropyokan, musuh alami yaitu : ular, anjing atau burung hantu

3. Penyakit Fusarium Pokkahbung Penyebab jamur Gibbrella moniliformis.

Tandanya daun klorosis, pelepah daun tidak sempurna dan pertumbuhan terhambat,

ruas-ruas bengkok dan sedikit gepeng serta terjadi pembusukan dari daun ke batang. Penyemprotan dengan 2 sendok makan

Natural GLIO + 2 sendok makan gula pasir dalam tangki semprot 14 atau 17 liter pada

daun-daun

muda

setiap

minggu,

pengembusan tepung kapur tembaga ( 1 : 4 : 5)

4. Penyakit Dongkelan Penyebab jamur Marasnius sacchari, yang bias mempengaruhi berat dan rendemen tebu. Gejala, tanaman tua sakit tiba-tiba, daun mengering dari luar ke dalam.

Pengendalian dengan cara penjemuran dan pengeringan tanah, harus dijaga, sebarkan Natural GLIO sejak awal.

5. Penyakit Nanas Disebabkan jamur Ceratocytis paradoxa.

Menyerang bibit yang telah dipotong. Pada tapak (potongan) pangkas, terdapat warna merah yang bercampur dengan warna hitam

dan menyebarkan bau seperti nanas. Bibit tebu direndam dengan POC NASA dan GLIO.

Natural

6. Penyakit Blendok Disebabkan oleh Bakteri Xanthomonas

albilincans Mula-mula muncul pada umur 1,5 - 2 bulan setelah tanam. Daun-daun klorotis akan mengering, biasanya pada pucuk daun dan umumnya daun-daun akan Jika melipat daun

sepanjang

garis-garis

tadi.

terserang hebat, seluruh daun bergaris-garis hijau dan putih. Rendam bibit dengan air panas dan POC NASA selama 50 menit kemudian dijemur sinar matahari. Gunakan Natural GLIO sejak awal sebelum tanam untuk melokalisir serangan.

RENDEMEN TEBU Proses kemasakan tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke ruas yang tingkat kemasakannya tergantung pada ruas yang yang bersangkutan. Tebu yang sudah

mencapai umur masak, keadaan kadar gula di sepanjang batang seragam, kecuali

beberapa ruas di bagian pucuk dan pangkal batang. Usahakan agar tebu ditebang saat rendemen pada posisi optimal yaitu sekitar bulan

Agustus atau tergantung jenis tebu. Tebu yang berumur 10 bulan akan mengandung saccharose 10 %, sedang yang berumur 12 bulan bisa mencapai 13 %.

TEBU KEPRASAN - Yaitu menumbuhkan kembali bekas tebu

yang telah ditebang, baik bekas tebu giling atau tebu bibitan (KBD). Kebun yang akan dikepras harus

dibersihkan dari kotoran bekas tebangan yang lalu. Sebelum mengepras , sebaiknya tanah yang terlalu kering di airi dulu. Kepras petak - petak tebu secara berurutan. Setelah dikepras siramkan SUPER NASA (dosis sama seperti di atas). Lima hari atau seminggu setelah dikepras, tanaman diairi dan

dilakukan penggarapan (jugaran) sebagai bumbun ke-1 dan pembersihan rumput rumput. - Lakukan penyemprotan POC NASA dan HORMONIK pada umur 1,2 dan 3 bulan dengan dosis seperti di atas.Pemeliharaan selanjutnya pertama. sama dengan tanam tebu

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

11. Teknik Budidaya Tembakau

PENDAHULUAN Tembakau banyak adalah komoditi yang cukup Untuk

dibudidayakan

petani.

mendapatkan hasil panen yang optimal PT. Natural Nusantara berusaha secara membantu kuantitas,

meningkatkan

produksi

kualitas dan kelestarian ( Aspek K-3 ).

SYARAT PERTUMBUHAN Tanaman tembakau, curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, Suhu udara yang cocok antara 21-32 derajat C, pH antara 5-6. Tanah gembur, memiliki sehingga remah, tata air mudah dan mengikat yang air, baik

udara

dapat

meningkatkan

drainase,

ketinggian antara 200-3.000 m dpl.

PEMBIBITAN - Jumlah benih + 8-10 gram/ha, tergantung jarak tanam .

- Biji utuh, tidak terserang penyakit dan tidak keriput - Media semai = campuran tanah (50%) + pupuk kandang matang yang telah dicampur dengan Natural GLIO (50%). Dosis pupuk untuk setiap meter persegi media semai adalah 70 gram DS dan 35 gram ZA dan isikan pada polybag

- Bedeng persemaian diberi naungan berupa daun-daunan, tinggi atap 1 m sisi Timur dan 60 cm sisi Barat. - Benih direndam dalam POC NASA 5 cc per gelas air hangat selama 1-2 jam lalu

dikeringanginkan.

Kecambahkan

pada

baki/tampah

yang

diberi alas kertas merang atau kain yang dibasahi hingga agak lembab. Tiga hari kemudian benih sudah menampakkan

akarnya yang ditandai dengan bintik putih. Pada stadium ini benih baru dapat

disemaikan. Siram media semai sampai agak

basah/lembab, masukan benih pada lubang sedalam 0,5 cm dan tutup tanah tipis-tipis. - Semprot POC NASA (2-3 tutup/tangki) selama pembibitan berumur 30 dan 45 hari. - Bibit sudah dapat dipindahtanamkan ke kebun apabila berumur 35-55 hari setelah semai.

PENGOLAHAN MEDIA TANAM - Lahan disebari pupuk kandang dosis 10-20

ton/ha lalu dibajak dan dibiarkan + 1 minggu - Buat bedengan lebar 40 cm dan tinggi 40 cm. Jarak antar bedeng 90-100 cm dengan arah membujur antara timur dan barat. - Lakukan pengapuran jika tanah masam - Siram SUPERNASA dengan dosis : 10 - 15 botol/ha Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA

diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan. Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan.

Sebarkan Natural GLIO 1-2 sachet dicampur pupuk kandang matang 25-50 kg secara merata ke bedengan

PEMBUATAN LUBANG TANAM Apabila diinginkan daun yang tipis dan halus maka jarak tanam harus rapat, sekitar 90 x 70 cm. Tembakau Madura ditanam dengan jarak 60 x 50 cm yang penanamannya dilakukan dalam dua baris tanaman setiap gulud. Jenis tembakau rakyat/rajangan

umumnya ditanam dengan jarak tanam 90 x 90 cm dan penanamannya dilakukan satu baris tanaman setiap gulud, dan jarak antar gulud 90 cm atau 120 x 50 cm.

CARA PENANAMAN Basahi dan sobek polibag lalu benamkan bibit sedalam leher akar Waktu tanam pada pagi hari atau sore hari.

PENYULAMAN Penyulaman dilakukan 1- 3 minggu setelah tanam, bibit kurang baik dicabut dan diganti dengan bibit baru yang berumur sama.

PENYIANGAN Penyiangan dapat dilakukan bersamaan

dengan pembumbunan yaitu setiap 3 minggu sekali.

PEMUPUKAN Dosis tergantung jenis tanah dan varietas

Dosis Pupuk Makro Waktu Pemupuk an Urea/ZA SP 36 KCl (kg/ha)

Saat Tanam Umur 7 HST Umur 28 HST TOTAL

300

300

150

300

150

600

300

300

Ket : HST = hari setelah tanam

Penyemprotan POC NASA dosis 4-5 tutup / tangki atau lebih bagus POC NASA (3-4 tutup) dicampur HORMONIK (1-2 tutup) per tangki setiap 1- 2 minggu sekali.

PENGAIRAN DAN PENYIRAMAN Pengairan diberikan umur 7 HST = 1-2 = lt 3-4

air/tanaman,

7-25

HST

lt/tanaman, umur 25-30 HST = 4 lt/tanaman. Pada umur 45 HST = 5 lt/tanaman setiap 3 hari. Pada umur 65 HST penyiraman

dihentikan, kecuali bila cuaca sangat kering.

PEMANGKASAN Pangkas tunas ketiak daun dan bunga setiap 3 hari sekali Pangkas pucuk tanaman saat bunga mekar dengan 3-4 lembar daun di bawah bunga PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

HAMA a. Ulat Grayak ( Spodoptera litura ) Gejala :

berupa lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan. Pengendalian: Pangkas dan bakar sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada pagi/sore hari , semprot Natural VITURA

b. Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon ) Gejala : daun terserang berlubang-lubang terutama daun muda sehingga tangkai pangkas daun daun rebah. sarang

Pengendalian:

telur/ulat, penggenangan sesaat, semprot PESTONA.

c. Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. ) Gejala: daun pucuk tanaman terserang

berlubang-lubang dan habis. Pengendalian: kumpulkan dan musnah telur / ulat, sanitasi kebun, semprot PESTONA.

d. Nematoda ( Meloydogyne sp. ) Gejala : bagian akar tanaman tampak bisul-bisul

bulat, tanaman kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya mati. Pengendalian: sanitasi kebun, pemberian GLIO diawal tanam,

PESTONA

e. Kutu - kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.) pembawa penyakit yang

disebabkan Koksinelid,

virus.

Pengendalian: Natural

predator BVR.

f. Hama lainnya Gangsir (Gryllus mitratus ), jangkrik (Brachytrypes portentosus), orongorong (Gryllotalpa africana), semut geni banci

(Solenopsis

geminata),

belalang

(Engytarus tenuis).

Penyakit

a. Hangus batang ( damping off ) Penyebab : jamur Rhizoctonia solani. Gejala: batang

tanaman yang terinfeksi akan mengering dan berwarna terbakar. coklat sampai hitam seperti

Pengendalian : cabut tanaman

yang terserang dan bakar, pencegahan awal dengan Natural GLIO.

b. Lanas Penyebab : Phytophora parasitica var. nicotinae. Gejala: timbul bercak-bercak pada daun berwarna kelabu yang akan

meluas, pada batang, terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan mati. yang

Pengendalian:

cabut

tanaman

terserang dan bakar, semprotkan Natural

GLIO.

c. Patik daun Penyebab : jamur Cercospora nicotianae. Gejala: di atas daun terdapat bercak bulat putih hingga coklat, bagian daun yang terserang menjadi rapuh dan mudah robek. Pengendalian: desinfeksi bibit, renggangkan jarak tanam, olah tanah

intensif, gunakan air bersih, bongkar dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.

d. Bercak coklat Penyebab : jamur Alternaria longipes. Gejala: timbul bercak-bercak

coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang mencabut batang dan dan biji.

Pengendalian:

membakar

tanaman

yang

terserang.

e. Busuk daun Penyebab : bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala: mirip dengan lanas namun daun membusuk, oleh akarnya massa bila diteliti

diselubungi

cendawan.

Pengendalian: cabut dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.

f. Penyakit Virus Penyebab: virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic, (TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, (Cucumber pertumbuhan Pengendalian: tanaman dibakar. yang Marmer, Mozaic tanaman menjaga terinfeksi Mozaik Virus). menjadi sanitasi di ketimu Gejala: lambat. kebun, dan

cabut

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. kimia Agar lebih

penyemprotan

pestisida

merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml ( tutup) pertangki

PANEN DAN PASCA PENEN Pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika daun-daunnya telah cukup umur dan telah berwarna hijau kekuning-

kuningan.Untuk golongan tembakau cerutu maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat masak/hampir masak hal

tersebut di tandai dengan warna keabuabuan. Sedangkan untuk golongan sigaret

pada tingkat kemasakan tepat masak/masak sekali, apabila pasar menginginkan krosok yang halus maka pemetikan dilakukan tepat masak. Sedangkan bila menginginkan krosok yang kasar pemetikan diperpanjang 5-10 hari dari tingkat kemasakan tepat masak. Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas. Waktu yang baik untuk pemetikan adalah pada sore/pagi hari pada saat hari cerah. Pemetikan dapat dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat dilakukan pemetikan

sebanyak 5 kali.

Sortir daun berdasarkan kualitas warna daun yaitu: a) Trash (apkiran): warna daun hitam

b) Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda c) Less slick (kurang liciin): warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon) d) More grany side ( sedikit kasar ) : warna daun antara kuning-oranye..

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

12. Teknik Budidaya Terong

PENDAHULUAN Prospek budidaya tanaman terong makin baik untuk dikelola secara intensif dan

komersial dalam skala agribisnis, namun hasil rata-ratanya masih rendah. Hal ini disebabkan bentuk kultur budidaya yang masih sampingan, belum memadainya

informasi teknik budidaya di tingkat petani. PT. Natural Nusantara berusaha memberi alternatife solusi bagaimana teknik budidaya terong sehingga tercapai peningkatan

produksi secara K-3, yaitu Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian lingkungan.

SYARAT TUMBUH - Dapat tumbuh di dataran rendah tinggi - Suhu udara 22 - 30o C - Jenis tanah yang paling baik, jenis lempung berpasir, subur, kaya bahan organik, aerasi dan drainase baik dan pH antara 6,8-7,3 - Sinar matahari harus cukup - Cocok ditanam musim kemarau PEMBIBITAN - Rendamlah benih dalam air hangat kuku + POC NASA dosis 2 cc per liter selama 10 -15 menit - Bungkuslah benih dalam gulungan kain basah untuk diperam selama + 24 jam hingga nampak mulai berkecambah

Sebarkan

benih

di

atas

bedengan

persemaian menurut barisan, jarak antar barisan 10-15 cm

- Campurkan 1 pak Natural GLIO + 25-30 kg pupuk kandang halus diamkan seminggu, kemudian masukkan benih satu persatu ke polibag yang telah berisi campuran tanah dan pupuk kandang Natural halus yang tadi : telah

dicampur

GLIO 2

dengan 1

perbandingan

- Tutup benih tersebut dengan tanah tipis - Permukaan bedengan yang telah disemai benih ditutup benih dengan tampak daun pisang

Setelah

berkecambah

muncul, buka penutupnya - Siram persemaian pagi dan sore hari - Semprot POC NASA dosis 2-3 tutup per tangki setiap 7-10 hari sekali

- Perhatikan serangan hama dan penyakit sejak di pembibitan - Bibit berumur 1-1,5 bulan atau berdaun empat helai siap dipindahtanamkan

PENGOLAHAN LAHAN - Bersihkan rumput liar (gulma) dari sekitar kebun - Olah tanah dengan cangkul ataupun bajak sedalam 30-40 cm hingga gembur

- Buat bedengan selebar 100-120 cm, jarak antar bedengan 40-60 cm, ratakan bedengan

permukaan

- Jika pH tanah rendah, tambahkan Dolomit - Sebarkan pupuk kandang 15-20 ton / ha, campurkan merata dengan tanah. Akan lebih optimal jika ditambah SUPERNASA atau jika tidak ada pupuk kandang dapat diganti

SUPERNASA 10-20 botol / ha dengan cara : Alternatif 1 : satu botol SUPERNASA

diencerkan dalam 3 lt air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk untuk menyiram bedengan Alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 liter air diberi 1 sendok peres makan SUPERNASA untuk menyiram + 10 m bedengan

- Sebarkan pupuk dasar dengan campuran ZA atau Urea 150 kg + TSP 250 kg per ha dicampur dengan tanah secara merata atau sekitar 10 gr campuran pupuk per lubang tanam - Sebarkan Natural GLIO 1-2 sachet yang telah dicampur pupuk kandang 25-50 kg merata ke bedengan atau ke lubang tanam - Jika pakai Mulsa plastic, tutup bedengan

pada siang hari - Biarkan selama seminggu sebelum tanam - Buat lubang tanam dengan jarak 60x70 cm / 70x70 cm

PENANAMAN - Waktu tanam yang baik musim kering - Pilih bibit yang tumbuh subur dan normal - Tanam bibit di lubang tanam secara tegak lalu tanah di sekitar batang dipadatkan - Siram lubang tanam yang telah ditanami hingga cukup basah (lembab)

PENGAIRAN Dilakukan rutin tiap hari, terutama pada fase awal pertumbuhan dan cuaca kering, dapat di-leb atau disiram dengan gembor

PENYULAMAN - Sulam tanaman yang pertumbuhannya tidak normal, mati atau terserang hama penyakit - Penyulaman maksimal umur 15 hari

PEMASANGAN AJIR (TURUS) Lakukan seawal mungkin agar tidak

mengganggu (merusak) sistem perakaran - Turus terbuat dari bilah bambu setinggi 80100 cm dan lebar 2-4 cm - Tancapkan secara individu dekat batang - Ikat batang atau cabang terong pada turus

PENYIANGAN - Rumput liar atau gulma di sekitar tanaman disiangi atau dicabut - Penyiangan dilakukan pada umur 15 hari

dan 60-75 hari setelah tanam

PEMUPUKAN Jenis dan Dosis Pupuk Makro disesuaikan dengan jenis tanah, varietas dan kondisi daerah menurut acuan dinas pertanian

setempat. Berikut salah satu alternatif : Pemupukan Susulan (kg/ha) Umur Jenis Umur Umur 35 25 Umur 45 hari Pupuk 15 hari hari hari Urea 75 75 75 75 SP-36 50 KCl 75 100 75

Pemupukan diletakan sejauh 20 cm dari batang tanaman sebanyak 10 gram

campuran pupuk per tanaman secara tugal atau larikan ditutup tanah dan disiram atau

pupuk dikocorkan sebanyak 3,5 gram per liter air, kocorkan larutan pupuk sebanyak 250 cc per tanaman

Semprotkan 3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK per tangki setiap 1-2 minggu sekali

PEMANGKASAN ( PEREMPELAN ) Pangkas tunas-tunas liar yang tumbuh mulai dari ketiak daun pertama hingga bunga pertama juga dirempel untuk merangsang agar tunas-tunas baru dan bunga yang lebih produktif segera tumbuh

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT

HAMA 1. Kumbang Daun (Epilachna spp.)

Gejala serangan adanya bekas gigitan pada permukaan daun sebelah bawah

Bila serangan berat dapat merusak semua jaringan daun dan tinggal tulang-tulang daun saja Cara pengendalian; kumpulkan dan

musnahkan kumbang, atur waktu tanam, pencegahan dengan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 setiap 1-2 minggu sekali.

2. Kutu Daun (Aphis spp.) Menyerang dengan cara mengisap cairan sel, terutama pada bagian pucuk atau daun-daun masih muda Daun tidak normal, keriput atau keriting atau menggulung Sebagai vektor atau perantara virus

Cara pengendalian; mengatur waktu tanam

dan

pergiliran

tanaman,

pencegahan

semprot PENTANA + AERO 810 atau Natural BVR setiap 1-2 minggu sekali.

3.Tungau ( Tetranynichus spp.) Serangan hebat musim kemarau.

Menyerang dengan cara mengisap cairan sel tanaman, sehingga menimbulkan gejala

bintik-bintik merah sampai kecoklat-coklatan atau hitam pada permukaan daun sebelah atas ataupun bawah. Cara pengendalian sama seperti pada

pengen dalian kutu daun.

4. Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon Hufn.) Bersifat polifag, aktif senja atau malam hari Menyerang tumbuh dengan cara yang memotong masih titik

tanaman

muda,

sehingga terkulai dan roboh Cara pengendalian; kumpulkan dan

musnahkan ulat, pencegahan siram atau semprotkan PESTONA atau PENTANA + AERO 810.

5.Ulat Grayak (Spodoptera litura, F.) Bersifat polifag. Menyerang dengan cara merusak (memakan) daun hingga berlubang-lubang.

Cara pengendalian; mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, semprot dengan Natural VITURA. 6.Ulat Buah ( Helicoverpa armigera Hubn.) Bersifat polifag, menyerang buah dengan cara menggigit dan melubanginya, sehingga bentuk buah tidak normal, dan mudah

terserang penyakit busuk buah.

Cara

pengendalian; buah

kumpulkan terserang,

dan

musnahkan

lakukan

pergiliran tanaman dan waktu tanam sanitasi kebun, pencegahan semprotkan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 setiap 1-2 minggu sekali

PENYAKIT 1. Layu Bakteri Penyebab solanacearum Bisa hidup hebat lama pada dalam temperatur tanah cukup : bakteri Pseudomonas

Serangan tinggi

Gejala serangan terjadi kelayuan seluruh tanaman secara mendadak

2. Busuk Buah

Penyebab

jamur

Phytophthora

sp.,

Phomopsis vexans, Phytium sp. Gejala serangan adanya bercak-bercak

coklat kebasahan pada buah sehingga buah busuk.

3. Bercak Daun Penyebab : jamur Cercospora sp, Alternaria solani, Botrytis cinerea Gejala bercak-bercak kelabu-kecoklatan atau hitam pada daun.

4. Antraknose Penyebab : jamur Gloesporium melongena Gejala bercak-bercak melekuk dan bulat pada buah lalu membesar berwarna coklat dengan titik-titik hitam

5.Busuk Leher akar Penyebab ; Sclerotium rolfsii

Gejala pangkal batang membusuk berwarna coklat

6.Rebah Semai Penyebab : Jamur Rhizoctonia solani dan Pythium spp. Gejala batang bibit muda kebasah-basahan, mengkerut dan akhirnya roboh dan mati Cara pengendalian Penyakit:

Tanam varietas tahan, atur jarak tanam dan pergiliran tanaman, perbaikan drainase, atur kelembaban dengan jarak tanam agak lebar, cabut dan buang tanaman sakit Rendam benih dengan POC NASA dosis 2 cc / lt + Natural GLIO dosis 1 gr/lt, Pencegahan

sebarkan Natural GLIO yang telah dicampur

pupuk kandang sebelum tanam ke lubang tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata

Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

PEMANENAN - Buah pertama dapat dipetik setelah umur 3-4 bulan tergantung dari jenis varietas - Ciri-ciri buah siap panen adalah ukurannya telah maksimum dan masih muda.

- Waktu yang paling tepat pagi atau sore hari. Cara panen buah dipetik bersama

tangkainya dengan tangan atau alat yang tajam. - Pemetikan buah berikutnya dilakukan rutin tiap 3-7 hari sekali dengan cara memilih buah yang sudah siap dipetik.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

13. Teknik Budidaya Tomat

Tomat adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksinya baik kuantitas dan kualitas masih rendah. Hal ini

disebabkan antara lain tanah yang keras, miskin unsur hara tidak mikro serta hormon, serangan

pemupukan

berimbang,

hama dan penyakit, pengaruh cuaca dan iklim, serta teknis budidaya petani PT. Natural Nusantara berupaya membantu petani dalam peningkatan produksi secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap

memelihara Kelestarian lingkungan (Aspek K3), agar petani dapat berkompetisi di era perdagangan bebas.

A. FASE PRA TANAM 1. Syarat Tumbuh> Tomat dapat ditanam di dataran

rendah/dataran tinggi - Tanahnya gembur, porus dan subur, tanah liat yang sedikit mengandung pasir dan pH antara 5 6 - Curah hujan 750-1250 mm/tahun, curah hujan yang tinggi dapat menghambat

persarian. - Kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25% akan merangsang pertumbuhan tanaman

yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak, tetapi juga akan merangsang mikroorganisme pengganggu

tanaman dan ini berbahaya bagi tanaman

2. Pola Tanam - Tanaman yang dianjurkan adalah jagung, padi, sorghum, kubis dan kacang-kacangan

- Dianjurkan tanam sistem tumpang sari atau tanaman sela untuk memberikan keadaan yang kurang disukai oleh organisme jasad pengganggu 3. Penyiapan Lahan Pilih lahan gembur dan subur yang

sebelumnya tidak ditanami tomat, cabai, terong, tembakau dan kentang . - Untuk mengurangi nematoda dalam tanah genangilah tanah dengan air selama dua minggu - Bila pH rendah berikanlah kapur dolomite 150 kg/1000 m2 dan disebar serta diaduk rata pada umur 2-3 minggu sebelum tanam - Buatlah bedengan selebar 120-160 cm untuk barisan ganda dan 40-50 cm untuk barisan tunggal

- Buatlah parit selebar 20-30 cm diantara bedengan dengan kedalaman 30 cm untuk pembuangan air. - Berikan pupuk dasar 4 kg Urea /ZA + 7,5 kg TSP + 4 kg KCl per 1000 m2 diatas bedengan, aduk dan ratakan dengan tanah - Atau jika pakai Pupuk Majemuk NPK (15-1515) dosis 20 kg / 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di atas bedengan.

- Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata diatas bedengan dosis 1-2 botol/1000 m2. Hasil akan lebih bagus jika diganti SUPER NASA (dosis 1-2 botol/1000 alternatif m2 1 : ) 1 dengan botol cara :

SUPER

NASA

diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan. - alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan - Sebarkan Natural GLIO 1-2 sachet yang telah dicampur pupuk kandang (+ 1 minggu) merata di atas bedengan pada sore hari - Jika pakai Mulsa plastik, tutup bedengan pada siang hari - Biarkan selama 5-7 hari sebelum tanam - Buat lubang tanam dengan jarak 60 x 80 cm atau 60 x 50 cm di atas bedengan, diameter 7-8 cm sedalam 15 cm

4. Pemilihan Bibit - Pilih varietas tahan dan jenis Hybryda ( F1 Hybryd ) Bibit berdaun 5-6 helai daun (25-30

HSS=hari lapangan Untuk

setelah

semai)

pindahkan

ke

mengurangi

stress

awal

pertumbuhan perlu disiram dulu pada sore sehari sebelum tanam atau pagi harinya (agar lembab)

B. FASE PERSEMAIAN (0-30 HSS) - Siapkan media tanam yang merupakan campuran tanah dan pupuk kandang 25 - 30 kg + Natural GLIO (1:1) Masukkan dalam daun benih polibag pisang secara plastik atau merata atau

contongan Sebarlah

kelapa atau

masukkan satu per satu dalam polibag - Setelah benih berumur 8-10 hari , pilih bibit yang baik, tegar dan sehat dipindahkan dalam bumbunan daun pisang atau dikepeli

yang berisi campuran media tanam - Penyiraman dilakukan setiap hari (lihat kondisi tanah) - Penyemprotan POC NASA pada umur 10 dan 17 hari dengan dosis 2 tutup/tangki

C. FASE TANAM ( 0-15 HST=Hari Setelah Tanam ) - Bedengan sehari sebelumnya diairi ( dilep ) dahulu - Bibit siap tanam umur 3 - 4 minggu, berdaun - Penanaman sore hari - Buka polibag plastik - Benamkan bibit secara dangkal pada batas pangkal batang dan ditimbun dengan tanah di Selesai penanaman sekitarnya langsung disiram 5-6

dengan POC NASA dengan dosis 2-3 tutup per + 15 liter air

- Sulam tanaman yang mati sampai berumur 2 minggu, caranya tanaman yang telah mati, rusak, layu atau pertumbuhannya tidak

normal dicabut, kemudian dibuat lubang tanam baru, dibersihkan dan diberi Natural GLIO lalu bibit ditanam

- Pengairan dilakukan tiap hari sampai tomat tumbuh normal (Jawa : lilir), hati-hati jangan sampai berlebihan karena tanaman bisa

tumbuh memanjang, tidak mampu menyerap unsur-unsur penyakit - Amati hama seperti ulat tanah dan ulat grayak. Jika ada serangan semprot dengan Natural VITURA Amati penyakit seperti penyakit layu hara dan mudah terserang

Fusarium atau bakteri dan busuk daun , kendalikan dengan menyemprot Natural

GLIO dicampur gula pasir perbandingan 1:1. Untuk penyakit Virus, kendalikan vektornya seperti Thrips, kutu kebul (Bemissia tabaci), banci ( Aphis sp.), Kutu persik (Myzus sp.) dan tungau (Tetranichus Natural BVR sp.) atau dengan Pestona

menyemprot secara

bergantian

- Pasang ajir sedini mungkin supaya akar tidak rusak tertusuk ajir dengan jarak 10-20 cm dari batang tomat

D. FASE VEGETATIF ( 15-30 HST) Jika tanpa mulsa, penyiangan dan

pembubunan pada umur 28 HST bersamaan penggemburan dan pemberian pupuk

susulan diikuti pengguludan tanaman

- Setelah tanaman hidup sekitar 1 minggu semenjak tanam, diberi pupuk Urea dan KCl dengan perbandingan 1:1 untuk setiap

tanaman (1-2 gram), berikan di sekeliling tanaman pada jarak 3 cm dari batang tanaman tomat kemudian ditutup tanah dan siram dengan air - Pemupukan kedua dilakukan umur 2-3 minggu sesudah tanam berupa campuran Urea dan KCl ( 5 gr), berikan di sekeliling batang tanaman sejauh 5 cm dan sedalam 1 cm kemudian ditutup tanah dan siram dengan Bila umur 4 minggu tanaman air. masih

kelihatan belum subur dapat dipupuk Urea dan KCl lagi (7 gram). Jarak pemupukan dari batang dibuat makin jauh ( 7 cm). - Jika pakai Mulsa tidak perlu penyiangan dan

pembubunan serta pupuk susulan diberikan dengan cara dikocorkan - Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari - Amati hama dan penyakit seperti ulat, kutukutuan, penyakit layu dan virus, jika terjadi serangan tanam - Semprotkan POC NASA (4-5 tutup) per tangki atau POC NASA (3-4 tutup) + kendalikan seperti pada fase

HORMONIK (1 tutup) setiap 7 hari sekali. - Tanaman yang telah mencapai ketinggian 10-15 cm harus segera diikat pada ajir dan setiap bertambah tinggi + 20 cm harus diikat lagi agar batang tomat berdiri tegak. - Pengikatan jangan terlalu erat dengan model angka 8, sehingga tidak terjadi

gesekan antara batang dengan ajir yang

dapat

menimbulkan

luka.

E. FASE GENERATIF (30 - 80 HST) 1. Pengelolaan Tanaman Jika tanpa mulsa penyiangan dan

pembubunan kedua dilakukan umur 45-50 hari - Untuk merangsang pembungaan pada umur 32 HST lakukan perempelan tunas-tunas tidak produktif tinggal setiap 1-3 5-7 hari sekali, /

sehingga tanaman

cabang

utama

- Perempelan sebaiknya pagi hari agar luka bekas rempelan cepat kering dengan cara; ujung tunas dipegang dengan tangan bersih lalu digerakkan ke kanan-kiri sampai tunas putus. Tunas yang terlanjur menjadi cabang besar harus dipotong dengan pisau atau

gunting, sedangkan tanaman yang tingginya terbatas perempelan harus hati-hati agar tunas terakhir tidak ikut dirempel sehingga tanaman tidak terlalu pendek - Ketinggian tanaman dapat dibatasi dengan memotong ujung tanaman apabila jumlah dompolan buah mencapai 5-7 buah

- Semprotkan POC NASA dan HORMONIK setiap 7-10 hari sekali dengan dosis 3-4 tutup POC NASA dan 1-2 tutup

HORMONIK/tangki. - Agar tidak mudah hilang oleh air hujan dan merata tambahkan

Perekat Perata AERO 810 dengan dosis 5 ml ( 1/2 2. Pengamatan Ulat buah Hama tutup)/tangki. dan Penyakit dan

(Helicoperva

armigera

Heliothis sp.). Gejala buah berlubang dan kotoran menumpuk dalam buah yang

terserang.

Lakukan

pengumpulan

dan

pemusnahan buah tomat terserang, semprot dengan PESTONA Lalat buah (Brachtocera atau Dacus

sp.).Gejala buah busuk karena terserang jamur dan bila buah dibelah akan kelihatan larva berwarna putih. - - Bersifat agravator, yaitu sebagai vektornya penyakit jamur, bakteri dan Drosophilla sp. Kumpulkan dan bakar buah terserang, gunakan perangkap lalat buah jantan (dapat dicampur

insektisida) - Busuk daun (Phytopthora infestans), bercak daun dan buah (Alternaria solani) serta busuk buah antraknose ada (Colletotrichum semprot GLIO

coccodes). dengan

Jika

serangan

Natural

- Jika pengendalian hama penyakit dengan

menggunakan GLIO, VITURA)

pestisida belum pestisida

alami

(PESTONA, dapat yang pestisida

mengatasi kimia

dipergunakan dianjurkan. Agar

penyemprotan

kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. - Busuk ujung buah. Ujung buah tampak lingkaran hitam dan busuk. Ini gejala

kekurangan Ca ( Calsium). Berikan Dolomit.

F. FASE PANEN & PASCA PANEN (80 130 HST)

- Panen pada umur 90-100 HST dengan ciri; kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun tua mengering, batang menguning, pada pagi atau sore hari disaat cuaca cerah. Buah

dipuntir

hingga

tangkai

buah

terputus.

Pemuntiran buah dilakukan satu-persatu dan dipilih buah yang siap petik. Masukkan

keranjang dan letakkan di tempat yang teduh Interval pemetikan 2-3 hari sekali.

- Supaya tahan lama, tidak cepat busuk dan tidak mudah memar, buah tomat yang akan dikonsumsi segar dipanen setengah matang - Wadah yang baik untuk pengangkutan adalah peti-peti kayu dengan papan bercelah dan jangan dibanting - Waspadai penyakit busuk buah Antraknose, kumpulkan dan musnahkan - Buah tomat yang telah dipetik, dibersihkan, disortasi dan di packing lalu diangkut siap untuk konsumsi.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

14. Teknik Budidaya Udang

I.

Pendahuluan Budidaya udang windu di Indonesia dimulai pada awal tahun 1980-an, dan mencapai puncak produksi pada tahun 1985-1995. waktu Sehingga pada kurun windu

tersebut

udang

merupakan penghasil devisa terbesar

pada produk perikanan. Selepas tahun 1995 produksi udang windu Hal mulai itu mutu

mengalami disebabkan lingkungan

penurunan. oleh dan

penurunan serangan

penyakit.

Melihat kondisi tersebut, PT. NATURAL NUSANTARA merasa terpanggil untuk membantu mengatasi permasalahan

tersebut dengan produk-produk yang berprinsip kepada Kualitas, Kuantitas dan Kelestarian (K-3).

II. Teknis Budidaya Budidaya udang windu meliputi

beberapa faktor, yaitu : 2.1. Syarat Teknis - Lokasi yang cocok untuk tambak udang yaitu pada daerah pantai yang

mempunyai tanah bertekstur liat atau liat berpasir yang mudah dipadatkan sehingga mampu menahan air dan tidak mudah pecah. - Air yang baik yaitu air payau dengan salinitas 0-33 ppt dengan suhu optimal 26 - 300C dan bebas dari pencemaran bahan kimia berbahaya. - Mempunyai saluran air masuk/inlet dan saluran air keluar/outlet yang

terpisah. - Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur, pakan, pupuk , obatobatan dan lain-lain. - Pada tambak yang intensif harus tersedia aliran listrik dari PLN atau mempunyai Generator sendiri.

2.2. Tipe Budidaya. Berdasarkan letak, biaya dan operasi pelaksanaannya, dibedakan tipe menjadi budidaya :

- Tambak Ekstensif atau tradisional. Petakan tambak biasanya di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa bakau. Ukuran dan bentuk belum

petakan

tidak

teratur,

meggunakan pupuk dan obat-obatan dan program pakan tidak teratur. Tambak Semi Intensif.

Lokasi tambak sudah pada daerah terbuka, bentuk petakan teratur tetapi masih berupa petakan yang luas (1-3 ha/petakan), padat penebaran masih rendah, penggunaan pakan buatan

masih sedikit.

- Tambak Intensif. Lokasi di daerah yang khusus untuk tambak ukuran efisiensi dalam petakan wilayah dibuat yang kecil air luas, untuk dan

pengelolaan

pengawasan udang, padat tebar tinggi, sudah program menggunakan pakan kincir, yang serta baik.

2.3. Benur . Benur yang baik mempunyai tingkat kehidupan tinggi, (Survival Rate/SR) yang

daya

adaptasi

terhadap tinggi,

perubahan

lingkungan

yang

berwarna tegas/tidak pucat baik hitam maupun merah, aktif bergerak, sehat dan mempunyai Uji alat tubuh benur yang dapat

lengkap.

kualitas

dilakukan

secara

sederhana,

yaitu

letakkan sejumlah benur dalam wadah panci atau baskom yang diberi air, aduk air dengan cukup kencang

selama 1-3 menit. Benur yang baik dan sehat akan tahan terhadap adukan tersebut dengan berenang melawan arus putaran air, dan setelah arus berhenti, benur tetap aktif bergerak.

2.4. Pengolahan Lahan Pengolahan lahan, meliputi : Pengangkatan pasti lumpur. meninggalkan Setiap sisa

budidaya

budidaya yang berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati. Kotoran tersebut harus dikeluarkan karena bersifat

racun

yang

membahayakan

udang.

Pengeluaran lumpur dapat dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul pompa atau penyedotan dengan air/alkon.

- Pembalikan Tanah. Tanah di dasar tambak dibajak perlu atau dibalik dengan cara untuk

dicangkul

membebaskan gas-gas beracun (H2S dan Amoniak) yang terikat pada

pertikel tanah, untuk menggemburkan tanah dan membunuh bibit panyakit karena violet. Pengapuran. Bertujuan tanah untuk dan terkena sinar matahari/ultra

menetralkan membunuh

keasaman bibit-bibit

penyakit.

Dilakukan dengan kapur Zeolit dan

Dolomit dengan dosis masing-masing 1 ton/ha. - Pengeringan. Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah menjadi kering dan pecah-pecah, untuk membunuh bibit - Perlakuan Organik penyakit. pupuk TON ( Tambak Nusantara ). Untuk

mengembalikan kesuburan lahan serta mempercepat alami/plankton pertumbuhan dan pakan

menetralkan

senyawa beracun, lahan perlu diberi perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha untuk tambak yang masih baik atau masih baru dan 10 botol TON untuk areal tambak yang sudah rusak.

Caranya masukkan sejumlah TON ke dalam air, kemudian aduk hingga larut.

Siramkan secara merata ke seluruh areal lahan tambak.

2.5. Pemasukan Air Setelah dibiarkan 3 hari, air

dimasukkan ke tambak. Pemasukan air yang pertama setinggi 10-25 cm dan biarkan beberapa hari, untuk memberi kesempatan bibit-bibit plankton

tumbuh setelah dipupuk dengan TON. Setelah itu air dimasukkan hingga

minimal 80 cm. Perlakuan Saponen bisa dilakukan untuk membunuh ikan yang masuk ke tambak. Untuk

menyuburkan plankton sebelum benur ditebar, air dikapur dengan Dolomit atau Zeolit dengan dosis 600 kg/ha.

2.6. Penebaran Benur. Tebar benur dilakukan setelah air jadi, yaitu setelah plankton tumbuh yang ditandai dengan kecerahan air kurang lebih 30-40 cm. Penebaran hati-hati, benur karena

dilakukan

dengan

benur masih lemah dan mudah stress pada lingkungan yang baru. Tahap penebaran benur adalah : - Adaptasi suhu. Plastik wadah benur direndam selama 15 30 menit, agar terjadi penyesuaian suhu antara air di kolam dan di dalam plastik.

- Adaptasi udara. Plastik dibuka dan dilipat pada bagian ujungnya. Biarkan terbuka dan terapung selama 15 30 menit agar terjadi pertukaran udara dari udara bebas dengan udara dalam

air Adaptasi

di kadar

plastik. garam/salinitas.

Dilakukan dengan cara memercikkan air tambak ke dalam plastik selama 10 menit. Tujuannya air agar yang terjadi berbeda dapat air

percampuran salinitasnya, menyesuaikan tambak.

sehingga dengan

benur

salinitas

- Pengeluaran benur. Dilakukan dengan memasukkan sebagian ujung plastik ke air tambak. Biarkan benur keluar

sendiri ke air tambak. Sisa benur yang tidak keluar sendiri, dapat dimasukkan ke tambak dengan hati-hati/perlahan.

2.7. Pemeliharaan. Pada awal budidaya, sebaiknya di

daerah dengan

penebaran waring atau

benur hapa,

disekat untuk

memudahkan pemberian pakan. Sekat tersebut dapat diperluas sesuai dengan perkembangan udang, setelah 1

minggu sekat dapat dibuka. Pada bulan pertama yang diperhatikan kualitas air harus selalu stabil. Penambahan atau pergantian air dilakukan dengan hatihati karena udang masih rentan

terhadap perubahan kondisi air yang drastis. Untuk menjaga kestabilan air, setiap penambahan air baru diberi perlakuan TON dengan dosis 1 - 2 botol TON/ha untuk menumbuhkan plankton dan serta

menyuburkan

menetralkan bahan-bahan beracun dari luar tambak.

Mulai umur 30 hari dilakukan sampling untuk udang mengetahui melalui pekembanghan berat

pertambahan

udang. Udang yang normal pada umur 30 hari sudah mencapai size (jumlah udang/kg) 250-300. Untuk selanjutnya sampling dilakukan tiap 7-10 hari

sekali. Produksi bahan organik terlarut yang berasa dari kotoran dan sisa pakan sudah cukup tinggi, oleh karena itu sebaiknya air diberi perlakuan

kapur Zeolit setiap beberapa hari sekali dengan dosis 400 kg/ha. Pada setiap pergantian atau penambahan air baru tetap diberi perlakuan TON. Mulai umur 60 hari ke atas, yang harus diperhatikan kualitas air adalah dan manajemen terhadap

kontrol

kondisi udang. Setiap menunjukkkan kondisi air yang jelek (ditandai dengan warna keruh, kecerahan rendah)

secepatnya dilakukan pergantian air dan perlakuan TON 1-2 botol/ha. Jika konsentrasi tambak bahan yang organik semakin dalam tinggi,

menyebabkan kualitas air/lingkungan hidup udang juga semakin menurun, akibatnya udang mudah mengalami stres, yang ditandai dengan tidak mau makan, kotor dan diam di sudut-sudut tambak, terjadinya yang dapat menyebabkan kanibalisme.

2.8. Panen. Udang dipanen disebabkan panen karena (panen

tercapainya

bobot

normal) dan karena terserang penyakit (panen emergency). Panen normal

biasanya dilakukan pada umur kurang lebih 120 hari, dengan size normal rata-rata 40 50. Sedang jika panen udang

emergency

dilakukan

terserang penyakit yang ganas dalam skala putih). dipanen, luas (misalnya jika SEMBV/bintik tidak segera

Karena udang

akan

habis/mati.

Udang yang dipanen dengan syarat mutu yang baik adalah yang berukuran besar, kulit keras, bersih, licin,

bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup dan segar. Penangkapan udang pada saat panen dapat dilakukan

dengan jala tebar atau jala tarik dan diambil dengan tangan. Saat panen

yang baik yaitu malam atau dini hari, agar udang tidak terkena panas sinar matahari sehingga udang yang sudah mati tidak cepat menjadi merah/rusak.

III. Pakan Udang. Pakan udang ada dua macam, yaitu pakan alami yang terdiri dari plankton, siput-siput kecil, cacing kecil, anak serangga dan detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk). Pakan

yang lain adalah pakan buatan berupa pelet. Pada budidaya yang semi

intensif apalagi intensif, pakan buatan sangat diperlukan. Karena dengan

padat penebaran yang tinggi, pakan alami yang ada tidak akan cukup yang mengakibatkan pertumbuhan udang

terhambat

dan

akan

timbul

sifat

kanibalisme udang. Pelet udang dibedakan berbeda udang dengan sesuai yang

penomoran dengan normal.

yang

pertumbuhan

a. Umur 1-10 hari pakan 01 b. Umur 11-15 hari campuran 01 02

dengan c. Umur 16-30 hari pakan 02

d. Umur 30-35 campuran 02 dengan 03 e. Umur 36-50 hari pakan 03 f. Umur 51-55 campuran 03 dengan 04 atau 04S (jika memakai 04S, diberikan hingga umur 70 hari). g. Umur 55 hingga panen pakan 04,

jika pada umur 85 hari size rata-rata mencapai 50, digunakan pakan 05 hingga panen. Kebutuhan pakan awal untuk setiap 100.000 ekor adalah 1 kg, selanjutnya tiap 7 hari sekali ditambah 1 kg hingga umur 30 hari. Mulai umur tersebut dilakukan cek ancho dengan jumlah pakan di ancho 10% dari pakan yang diberikan. Waktu angkat ancho untuk size 1000-166 adalah 3 jam, size 16666 adalah 2,5 jam, size 66-40 adalah 2,5 jam dan kurang dari 40 adalah 1,5 jam Untuk udang, dari meningkatkan perlu pemberian. pertumbuhan nutrisi

penambahan

lengkap dalam pakan. Untuk itu, pakan harus dicampur dengan POC NASA

yang

mengandung

mineral-mineral

penting, protein, lemak dan vitamin dengan dosis 5 cc/kg pakan untuk umur dibwah 60 hari dan setelah itu 10 cc/kg pakan hingga panen.

IV. Penyakit. Beberapa penyakit yang sering

menyerang udang adalah ; 1. Bintik Putih. Penyakit inilah yang menjadi kegagalan penyebab sebagian besar udang.

budidaya

Disebabkan oleh infeksi virus SEMBV (Systemic Baculo cepat, Ectodermal Mesodermal sangat saja

Virus). dalam

Serangannya beberapa

jam

seluruh populasi udang dalam satu kolam dapat mati. Gejalanya : jika

udang masih hidup, berenang tidak teratur di permukaan tanggul dan jika mati,

menabrak adanya

langsung di peka

bintik

putih

cangkang terhadap dapat

(Carapace), perubahan

sangat

lingkungan.

Virus

berkembang biak dan menyebar lewat inang, yaitu kepiting dan udang liar, terutama udang putih. Belum ada obat untuk penyakit ini, cara mengatasinya adalah dengan diusahakan agar tidak ada kepiting dan udang-udang liar masuk ke kolam budidaya. Kestabilan ekosistem tambak juga harus dijaga agar udang tidak stress dan daya tahan tinggi. Sehingga walaupun telah terinfeksi virus, udang tetap mampu hidup sampai cukup besar untuk

dipanen. ekosistem perlu

Untuk

menjaga

kestabilan tambak TON.

tambak

tersebut dengan

dipupuk

2. Bintik Hitam/Black Spot. Disebabkan oleh (MBV). terdapat virus Monodon yang Baculo nampak hitam Virus yaitu di

Tanda

bintik-bintik

cangkang dan biasanya diikuti dengan infeksi bakteri, sehingga gejala lain yang tampak yaitu adanya kerusakan alat tubuh udang. Cara mencegah : dengan selalu menjaga kualitas air dan kebersihan dasar tambak.

3. Kotoran Putih/mencret. Disebabkan oleh tingginya konsentrasi kotoran dan gas amoniak dalam tambak. Gejala :

mudah dilihat, yaitu adanya kotoran putih di daerah pojok tambak (sesuai arah angin), juga diikuti makan dengan sehingga dapat Cara air dan

penurunan dalam

nafsu

waktu

yang

lama

menyebabkan mencegah : jaga

kematian. kualitas

dilakukan pengeluaran kotoran dasar tambak/siphon secara rutin.

4.

Insang

Merah.

Ditandai merah

dengan pada

terbentuknya insang.

warna

Disebabkan

tingginya

keasaman air tambak, sehingga cara mengatasinya kapur pada dengan kolam lahan penebaran budidaya. juga harus

Pengolahan

ditingkatkan kualitasnya.

5. Nekrosis. Disebabkan oleh tingginya konsentrasi bakteri dalam air tambak. Gejala yang nampak yaitu adanya

kerusakan/luka yang berwarna hitam pada alat tubuh, terutama pada ekor. Cara mengatasinya adalah dengan

penggantian air sebanyak-banyaknya ditambah perlakuan TON 1-2 botol/ha, sedangkan pada udang dirangsang

untuk segera melakukan ganti kulit (Molting) dengan pemberian saponen atau dengan pengapuran. Penyakit pada udang sebagian besar disebabkan oleh penurunan kualitas kolam budidaya. Oleh karena itu

perlakuan TON sangat diperlukan baik

pada saat pengolahan lahan maupun saat pemasukan air baru.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd. No HP KOnsultasi 082136561161

Anda mungkin juga menyukai