Anda di halaman 1dari 10

Pembuahan Diluar Musim vs.

Memperpanjang Masa Panen

Oleh: Panca Jarot Santoso & Agus Priyono

Durian merupakan tanaman tahunan yang umumnya berbuah satu kali dalam setahun. Masalah yang
hampir selalu muncul saat panen raya di setiap sentra durian adalah harga jatuh karena jumlah buah
yang banyak di waktu yang relatif singkat. Jika ada teknologi yang paling ditunggu-tunggu oleh petani
durian adalah teknologi membuahkan durian diluar musim.

Buah durian memiliki daya tarik yang sangat kuat dibandingkan buah tropis lainnya, terutama karena
memiliki cita rasa yang istimewa. Para penggemarnya sanggup membayar mahal untuk mendapatkan
buah durian yang masih segar dan prima. Para pemburu rasa durian sanggup mengeluarkan biaya tidak
sedikit dan mengorbankan waktu untuk berburu durian sampai ditempat asal pohon yang berbuah, demi
mendapatkan buah dengan rasa yang disukai. Kondisi ini memberikan nilai tambah keuntungan bagi
pekebun durian yang sanggup menyediakan buah durian sepanjang waktu. Sayangnya, tanaman durian
merupakan tanaman tahunan yang berbuah setahun sekali sesuai ritme pergantian iklim kering saat
kemarau dan basah saat hujan. Akibatnya, saat panen raya di satu sentra durian yang hanya berlangsung
3-4 minggu, harga durian menjadi jatuh (Alexander 2020), bahkan seringkali buah tidak laku dan
terpaksa petani membiarkan busuk di kebun.

Sebaliknya, pekebun yang dapat panen buah diluar musim dapat memperoleh hasil yang tinggi karena
harga buah yang melambung tinggi. Informasi dari pedagang durian Kromo Banyumas, atau yang dipasar
dikenal sebagai durian Bawor, menyebutkan bahwa saat musim besar harga jual buah per kilogram
Rp75.000,00 menjadi Rp140.000,00-150.000,00 di musim sela atau saat off season. Di tingkat petani pun
harga meningkat dari Rp50.000,00 menjadi Rp100.000,00. Di Thailand, durian Monthong kelas premium
di awal musim dihargai 80-100 bhat (setara 31.000-35.000) per kilogram di tingkat petani, sedangkan
pada puncak panen hanya laku 50-60 bhat per kilogram (Santoso 2015). Pada saat panen raya kita bisa
mendapatkan buah durian dengan harga 25-30 bath di lapak pasar tradisional.

Nilai ekonomi yang menggiurkan ini, telah mendorong banyak pekebun untuk membuahkan durian
diluar musim. Berbagai cara pembuahan telah dilakukan oleh penggiat maupun pekebun durian. Di
dalam artikel ini disajikan pijakan teoritis dan beberapa teknologi untuk membuahkan durian diluar
ritme musim normal dan beberapa efek negatif yang perlu disikapi dengan bijak oleh pekebun durian.

Pembuahan Diluar Musim: Panen Awal vs. Panen Akhir

Istilah pembuahan diluar musim atau off-season disematkan pada setiap upaya membuahkan durian
diluar waktu normal yang terjadi secara alami sehingga umumnya kita beranggapan kalau teknologi ini
dapat membuahkan tanaman pada saat berlawanan dengan musim yang rutin terjadi. Sesungguhnya
tidaklah murni demikian, karena pembuahan yang terjadi benar-benar diluar musim akan menghadapi
hambatan besar, yaitu iklim. Untuk tanaman skala luas akan sangat berat dan mahal biayanya. Lebih
tepatnya yang terjadi adalah panen lebih awal (early-season) atau lebih lambat (late-season) dari
seharusnya sehingga durasi panen buah durian jadi lebih panjang daripada kondisi normal. Secara
umum, teknologi off-season lebih banyak diterapkan untuk pembuahan lebih awal (Santoso 2015).
Dengan melakukan upaya pemacuan pembungaan secara fisiologis maupun kimiawi menyebabkan
tanaman berbunga mendahului dari waktu yang seharusnya.

Dasar dari pelaksanaan pembuahan diluar musim adalah meniru kondisi alamiah yaitu adanya tanggap
tanaman terhadap kondisi kekurangan air. Ketika di dalam tanah terjadi kekurangan air, maka
pengangkutan nitrogen yang larut dalam air oleh akar menjadi berkurang sehingga rasio karbon
terhadap nitrogen meningkat. Meningkatnya rasio C/N akan menurunkan sintesis hormon giberelin
sehingga menurunkan pertumbuhan vegetatif. Kondisi ini mendorong proses metabolisme didalam
tanaman mengarah pada pembentukan bunga (Fauzi et al. 2017; Izzah 2017). Berdasarkan mekanisme
ini, ada beberapa teknologi pembuahan diluar musim yang dapat dilakukan, yaitu:

a.Stressing air

Sudah menjadi karakteristik durian dan tanaman buah pohon seperti rambutan, mangga, dan manggis,
untuk inisiasi pembungaan diperlukan periode kering antara 2-8 minggu bergantung pada karakter
genetik tanaman. Ada tanaman yang responsif sehinga dengan masa kering 2 minggu saja sudah cukup
menginisiasi bunga, sebaliknya ada yang bandel sehingga membutuhkan 8 minggu atau lebih untuk
tanaman mampu menginisasi munculnya bunga. Tanaman yang responsif ditandai dengan seringnya
muncul bunga bahkan tumpang tindih dengan masa pembesaran buah. Secara alamiah, mekanisme
stressing ini dapat terjadi ketika kemarau. Selama periode waktu tertentu tidak ada hujan sehingga
pasokan air tanah jadi berkurang dan tanaman mengalami stress. Setelah ada hujan kembali maka
tanaman akan muncul bunga.

Terkait ritme hujan, wilayah Indonesia secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu equatorial dan
monsoonal (Kadarsah 2007). Equatorial yaitu kondisi iklim hujan di sekitar garis katulistiwa, sedangkan
monsoonal yaitu di utara dan selatan katulistiwa. Di wilayah equatorial pola ikim hujan dan kemarau ada
dua puncak yaitu hujan di bulan Maret-Mei dan Agustus-Desember serta kemarau di januari-Februari
dan Juni-Juli, sedangkan monsoonal pola iklim hujan dan kemarau hanya satu puncak, yaitu hujan di
bulan Oktober-Maret dan kemarau di bulan April-September. Dari dua pola iklim ini secara alamiah
pohon durian di wilayah equatorial berbuah 2x setahun dan di tipe iklim monssonal terjadi 1x dalam
setahun.

Aplikasi pembuahan diluar musim berdasarkan stressing air adalah dengan melakukan upaya meloloskan
air hujan segera keluar area kebun dengan membuat parit-parit yang cukup dalam, memberikan pasir
pada area perakaran dan menyungkup pohon atau menutup area perakaran dengan plastik. Dengan cara
ini air hujan tidak sempat membasahi area perakaran, sehingga walaupun ada hujan tanah tetap kering.

b. Penggunaan zat pengatur tumbuh

Cara lain untuk mempengaruhi metabolisme dalam tanaman agar terpacu pada pertumbuhan generatif
adalah dengan menggunakan hormon yang memacu pembungaan, misalnya menggunakan
paklobutrazol. Paklobutrazol dengan rumus kimia (2RS,3RS)-1-(4-chlorophenyl)-4,4-dimethyl-2-(1H-1,2.4
triazol-1-yl) pentana-3-ol atau dengan rumus empiris C15H20CIN3O merupakan zat penghambat tumbuh
(growth retardant) yang berperan dalam menghambat biosintesis giberelin sehingga menurunkan
pertumbuhan vegetatif tanaman dan sebaliknya merangsang terjadinya pembungaan.

Di Vietnam praktek off-season dilakukan berdasarkan prinsip stressing air dengan menutup seluruh
permukaan tanah menggunakan plastik. Setelah beberapa waktu tanaman mengalami stress dan
selanjutnya berbunga. Pelaksanaan stressing dilakukan di akhir musim hujan, pada saat intensitas hujan
sudah mulai berkurang. Kaidah ini sangat rentan kegagalan akibat musim hujan yang berkepanjangan.
Untuk meningkatkan keberhasilan off-season, biasa juga dilakukan kombinasi stressing dengan perlakuan
kimiawi menggunakan paklobutrazol.

Memperpanjang Masa Panen

Disamping upaya merangsang tanaman agar berbunga-berbuah lebih cepat, ada mekanisme alamiah
yang dapat digunakan untuk mengatur agar rentang panen buah terjadi lebih lama. Dengan cara ini
panen tidak terjadi penumpukan produksi di satu waktu yang pendek dan mudah mengatur
pemasarannya, yaitu:

a. Menanam berbagai tipe rentang pemasakan buah dalam satu lokasi


Buah durian dalam satu pohon akan masak dan jatuh beriringan selama 3-4 minggu. Namun berbeda
jenis atau varietas durian memiliki rentang waktu dari masa berbunga sampai masak yang berbeda juga,
ada yang cepat (90-105 hari), menengah (105-120 hari), lambat (120-135 hari), bahkan ada yang sangat
lambat (> 135 hari). Maka sejak merancang kebun sudah ditetapkan beberapa varietas yang memiliki
tipe pemasakan yang berbeda. Bila keempat tipe pemasakan buah ini ditanam dalam satu kebun, maka
kita akan panen durian lebih panjang daripada yang hanya menanam satu varietas; dari kondisi normal
3-4 minggu bisa diperpanjang sampai 7-8 minggu. Durian-durian berukuran kecil umumnya memiliki
waktu pemasakan yang pendek, sedangkan durian-durian yang berukuran besar waktu pemasakannya
lebih lama.

b. Menanam durian di lokasi-lokasi zona agroekosistem yang berbeda

Indonesia yang menempati wilayah yang membentang sepanjang 5000 km dari 95° sampai 141° BT dan
memiliki zona agrosistem yang beragam menyebabkan masa panen yang panjang sekitar 8-9 bulan
setiap tahunnya dari bulan Juli sampai maret. Bahkan dengan beberapa lokasi berpotensi untuk
menghasilkan buah pada 3-4 bulan sisanya dapat ditemui durian sepan jang tahun. Daerah-daerah
kepulauan umumnya dapat menghasilkan buah di musim-musim diluar puncak panen secara nasional
karena perbedaan tipe iklim, seperti di Sebatik Kab. Nunukan, Kepulauan Riau, dan beberapa daerah
seperti Flores, dan Papua. Menanam durian di lokasi yang berbeda akan memberikan masa penen yang
berbeda.

Di Thailand, produksi durian terbagi ke dalam tiga zona yang menyebabkan masa panen terjadi
sepanjang 5-6 bulan. Bulan April-Juni terjadi panen di wilayah timur, wilayah utara panen bulan Juni-Juli,
dan wilayah selatan panen bulan Juli sampai September.

Pembuahan Menggunakan ZPT Ala Petani Thailand

Thailand sebagai negara yang terdahulu dalam agribisnis durian telah memunculkan banyak pekebun
yang berpengalaman dalam membuahkan durian. Aplikasi teknologi dari salah satu pekebun yang telah
berhasil melaksanakan pembuahan durian diluar musim (Santoso 2015) adalah sbb.:

Tahap persiapan. Sebelum pelaksanaan pembuahan off-season diupayakan tanaman dalam kondisi
prima dengan mencukupi hara. Oleh karena itu, hal yang paling penting adalah bagaimana memberi
pupuk secara berimbang sesuai dengan fase perkembangan tanaman. Tahap persiapan dimulai dari saat
setelah panen musim sebelumnya dengan melakukan pemangkasan ranting dan tunas-tunas air.
Kemudian dilakukan pemupukan menggunakan NPK 15:15:15 atau 16:16:16 sebanyak 2-4 kg per pohon
berumur 10 tahun. Alternatif lainnya, yaitu mengkombinasikan NPK 12:6:6 dan 19:9:19 masing-masing
setengah bagian dan diberikan sebanyak 4 kg per pohon. Aplikasi pupuk ini dilaksanakan pada bulan Juni
atau Juli.

Tahap aplikasi ZPT, dilaksanakan pada bulan Agustus menggunakan paklobutrazol dosis 25% v/v dengan
cara disemprotkan merata pada seluruh permukaan daun. Pelaksanaan penyemprotan dilaksanakan saat
hari tidak ada hujan. Bila setelah penyemprotan ada hujan maka dilakukan penyemprotan ulang dengan
setengah dosis. Aplikasi paklobutrazol pada bulan Agustus dengan pertimbangan 4 bulan setelahnya,
yaitu bulan Desember akan terjadi pembungan dan pada pertengahan atau akhir bulan Maret mulai
panen.

Tahap ketiga, yaitu pemupukan untuk mempersiapkan nutrisi pembungaan, penjarangan dan
pengendalian OPT. Pemupukan menggunakan NPK 8:8:24 sebanyak 2-4 kg yang dilaksanakan pada bulan
Oktober. Dengan pemupukan ini diharapkan bunga mulai muncul pada bulan November dan mekar pada
bulan Desember. Setelah bunga muncul banyak, dilakukan penjarangan sekitar 20-50% jumlah bunga,
setelah itu dilakukan penyemprotan fungisida. Pada saat bunga mekar dilakukan penyemprotan akarisida
untuk menghindari serangan kutu pada bakal buah.

Tahap keempat adalah pemupukan untuk pengisian buah dan pengairan. Satu bulan setelah bunga
mekar dilakukan pemupukan menggunakan NPK 12:12:17 atau 13:13:21 sebanyak 4-5 kg per pohon.
Alternatif pemupukan menggunakan NPKZn 7:13:34:12.5 Pada saat pembentukan buah ini suplai air
harus diperhatikan. Tanaman berumur 10 tahun dengan diameter tajuk sekitar 8-9 meter membutuhkan
air sebanyak lebih kurang 200 liter per pohon per hari. Bila buah sudah sebesar bola takraw pengairan
mulai dikurangi sampai saat panen buah.

Tingkat Keberhasilan dan Efek Negatif

Aplikasi paklobutrazol sebagaimana diatas umumnya berhasil memajukan masa panen selama 2 minggu.
Peningkatan dosis sampai 100 g paklobutrazol per pohon dapat memajukan 16 hari masa panen. Aplikasi
dengan cara disiramkan pada perakaran dekat batang dikatakan lebih efektif untuk merangsang
pembungaan, yaitu dapat merangsang pembungaan 2 bulan setelah aplikasi, dibandingkan dengan cara
semprot yang membutuhkan waktu 4 bulan (Rai & Poerwanto 2008). Namun demikian, penggunaan
paklobutrazol harus dilakukan dengan bijak. Disamping memperhatikan dosis anjuran, pelaksanaannya
juga tidak boleh setiap tahun. Karena residunya masih ada di tanaman selama dua tahun.

Perbedaan Aplikasi di Indonesia

Untuk aplikasi teknik ini di Indonesia perlu diperhatikan dua hal. Pertama perlu disesuaikan kalender
pelaksanaannya, dimana umumnya puncak panen di Thailand adalah bulan Mei-Juni sehingga
pelaksanaan persiapan dimulai di bulan Juni-Juli. Untuk wilayah Indonesia, misalnya di Pulau Jawa yang
puncak panen terjadi pada Januari-Maret maka pelaksanaan persiapan dimulai di bulan Februari-April.
Daerah lain bisa menyesuaikan. Kedua perlu disesuaikan kandungan hara dalam pupuk. Ketersediaan
jenis pupuk yang sesuai untuk tanaman buah sebagaimana yang digunakan di teknik ini cukup sulit
ditemukan di Indonesia. Oleh karena itu perlu dicarikan alternatif atau keterampilan meramu formula
dari bahan yang tersedia.

Pembuahan Berdasar Kinerja Tanaman dan Lingkungan

Pembuahan tanaman tahunan tidak hanya berbicara tentang hasil buah satu musim, tetapi juga
bagaimana tanaman secara berkesinambungan menghasilkan buah dari waktu ke waktu yang
berlangsung sampai puluhan tahun. Oleh karena itu keberhasilan membuahkan durian pada satu musim
belum dikatakan berhasil apabila pada musim berikutnya tanaman tidak mampu berbuah dengan baik
atau tanaman justru tidak lagi mampu bertahan hidup secara optimal. Apalagi buah durian yang
memiliki unsur kualitas yang komplek tidak hanya rasa manis/tidak manis saja, menyebabkan kualitas
buah mudah berubah karena pengaruh lingkungan.

Dua faktor utama yang mendukung tanaman durian berbunga dan berbuah dengan baik adalah faktor
internal tanaman (kesehatan tanaman, fitohormon) dan eksternal atau lingkungan (suhu, cahaya,
kelembaban, hara) (Fauzi et al. 2017; Izzah 2017). Kesehatan tanaman terkait dengan kondisi kecukupan
hara untuk mendukung inisiasi bunga dilanjutkan dengan fruit set dan pengisian buah. Setiap fase
perkembangan membutuhkan hara tertentu yang dominan sehingga menghasilkan buah dengan kualitas
yang diharapkan. Juga sangat penting diperhatikan adalah bagaimana menyiapkan tanaman dengan
daun berkualitas prima agar mampu menopang proses fotosintetis secara maksimal karena daun
merupakan dapur utama dari buah yang akan dipanen.

Setelah tanaman dalam kondisi prima, perlu suatu kondisi yang mendorong perubahan proses fisiologis
tanaman dari vegetatif ke proses generatif. Kondisi ini terkait proses hormonal di dalam tanaman yang
diinisiasi oleh kondisi stress lingkungan. Stress dimulai dengan kondisi kekurangan air di dalam tanah
didukung perubahan temperatur terutama perbedaan suhu siang-malam yang cukup lebar dari kondisi
normal.

Berdasarkan kedua faktor ini, maka langkah-langkah untuk menginisiasi pembungaan durian dapat
dilakukan sbb.:

1. Pengamatan kondisi tanaman

Kondisi tanaman yang perlu diperhatikan pertama adalah ‘kinerja tanaman’ yang meliputi besar batang
utama, warna daun, tekstur daun, kerapatan tajuk (Priyono 2020). Ukuran batang menjadi standard
volume biomassa tanaman yang dihubungkan dengan jumlah dosis pupuk standard. Kadaan daun yang
meliputi warna, tekstur dan kerapatan tajuk menunjukkan kecukupan hara tanaman saat pengamatan.
Kondisi daun menjadi penentu apakah aplikasi pembuahan layak dilakukan atau tidak. Tanaman dengan
daun yang tumbuh optimal, warnanya hijau rata mengkilat, bersih dari serangan berbagai cendawan,
tekstur lentur dengan susunan tajuk sedang (tidak terlalu rapat atau terlalu jarang), menunjukkan
tanaman dalam kondisi sehat dan layak untuk dibuahkan. Daun juga digunakan sebagai indikator
defisiensi unsur tententu yang dijadikan dasar penentuan tambahan hara pada formula pupuk yang akan
dibuat.

Selanjutnya perlu diketahui data rekam tanaman musim sebelumnya, yaitu produksi, mutu buah,
serangan OPT, dan perlakuan lainnya. Data rekaman ini penting untuk menentukan formulasi pupuk yang
sesuai dengan keadaan terakhir tanaman, hara mana yang diberikan lebih tinggi atau sebaliknya
dikurangi dosisnya. Secara umum kinerja tanaman dapat dilihat dari kondisi mutu buah.

Gambar 1. Buah dengan kondisi defisiensi (komplikasi Ca, K dan B), tekstur buah lembek, rasa hambar,
sebagian daging buah dan biji menghitam

2. Pengamatan cuaca

Unsur cuaca yang berperan dalam pembungaan adalah curah hujan, kelembaban udara, kelembaban
tanah, intensitas matahari dan perbedaan suhu siang dan malam. Curah hujan dan intensitas cahaya
matahari merupakan unsur yang paling berperan karena mempengaruhi semua unsur yang lain. Oleh
karena itu, agar dapat merekayasa pembungaan, pekebun harus punya data curah hujan 5 atau 10 tahun
terakhir (curah hujan dasarian). Data curah hujan dasarian ini dapat digunakan untuk prediksi bulan-
bulan kering dan basah untuk menetapkan saat yang tepat aplikasi pemupukan.

Gambar 2. Data curah hujan dasarian di Kecamatan Loa Janan Kalimantan Timur dan data intensitas
matahari

Gambar 2 merupakan contoh yang baik untuk mempelajari fluktuasi kapasitas curah hujan di suatu area.
Dari gambar ini dapat diketahui di Kecamatan Loa Janan ada dua titik curah hujan rendah menjelang
puncak intensitas matahari di bulan Februari-Maret dan Agustus-September. Kondisi cuaca ini dapat
mendukung peluang bagi tanaman untuk berbuah 2 kali.

3. Menghitung dosis dan menyusun formula pupuk

Perhitungan dosis pupuk secara presisi pada tanaman durian yang ditanam di lahan bebas hampir
mustahil dilakukan karena dosis pupuk yang diberikan merupakan akumulasi dari kebutuhan
pertumbuhan tanaman, perkembangan fase generatif dari pembungaan sampai panen, dan
pengurangan akibat pencucian, penguapan, serta faktor lainnya yang berfungsi menambah atau
mengurangi jumlah hara yang dibutuhkan. Formula pupuk disusun berdasarkan kebutuhan komposisi
hara dominan yang dibutuhkan selama proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Secara
ringkas pemupukan dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: i) saat pertumbuhan vegetatif dibutuhkan
Nitrogen lebih tinggi didukung Calsium dan Magnesium serta semua hara makro dan mikro serta bahan
organik, ii) saat inisiasi bunga dibutuhkan Phosphor lebih tinggi, dan iii) saat perkembangan buah
dibutuhkan Kalium tinggi didukung hara mikro Boron.

4. Aplikasi pemupukan

Aplikasi pemupukan durian berbeda dosis untuk setiap umur atau besarnya tanaman. Berikut satu
contoh formula pupuk untuk pembuahan pada pohon durian lai dengan lingkar batang 112 cm atau
diameter batang 35,6 cm. Lingkar batang diukur pada ketinggian 50 cm dari permukaan tanah (Priyono
2020). Untuk pohon-pohon dengan ukuran lain dapat menyesuaikan dosisnya.

Pemupukan Pertama (P1). Pemupukan pertama dilaksanakan setelah musim panen berfungsi untuk
mengembalikan kondisi tanaman setelah energi tanaman terfokus pada pembentukan buah. Sebelum
dipupuk, dilkukan pemangkasan tunas-tunas air, perompesan sisa-sisa buah dan
pembersihan/pemotongan gulma. Formula pupuk terdiri atas 360 kg kompos, 9 kg dolomit, 2,4 kg NPK
Mutiara dan 150 g pupuk mikro Bonitro. Secara berturut-turut pupuk ditaburkan secara merata di 1/3
tajuk terluar. Sebagai pemacu pertumbuhan dapat ditambahkan 200 gr Growmore 20:20:20 dengan cara
disemprot atau dikocor setelah dilarutkan dalam air 40-100 liter. Satu minggu kemudian dikocor 1 liter
POC yang dilarutkan dalam 40-100 liter air.

Pemupukan Kedua (P2). Pemupukan kedua dilaksanakan pada 2-3 bulan setelah P1. Pemupukan kedua
berfungsi untuk memacu pembungaan. Formula pupuk terdiri atas 2,5 kg MultiKP, dan 1,25 kg Karate
plus Boroni, keduanya dikocor menggunakan air 40-100 liter. Ditambahkan 500 gr Kieserite atau Kieser-
Mag dan 50 gr Bonitro, masing-masing ditaburkan secara merata di 1/3 tajuk terluar. Kemudian
dilanjutkan mengocor dengan 300 gr Growmore 6:30:30 atau Mamigrow SuperP yang dilarutkan 40-100
liter air. Satu minggu kemudian dikocor 1 liter POC yang dilarutkan dalam 40-100 liter air.

Pemupukan Ketiga (P3). Pemupukan ketiga dilaksanakan 1-2 bulan setelah bunga mekar, dengan asumsi
2-3 bulan setelah P2 tanaman telah berbunga. Pemupukan ketiga diberikan terutama untuk
meningkatkan kualitas buah. Formulasi pupuknya terdiri atas 1,2 kg MultiKP dan 600 g Karate plus Boroni
masing-masing dilarutkan dalam 40-100 liter air dan secara berurutan dikocor merata di bawah tajuk
tanaman. Selanjutnya 300 g Kamas ditaburkan secara merata dilanjutkan mengocor dengan 300 g
Growmore 6:30:30 atau Mamigrow Super P yang di larutkan dengan 40-100 liter air. Satu minggu
kemudian dikocor 1 liter POC yang dilarutkan dalam 40-100 liter air.

Pemupukan kedua merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan pembuahan diluar musim berdasarkan
kinerja tanaman dan lingkungan. Saat yang tepat menetapkan P2 dipadu dengan kondisi lingkungan
terutama stess air memberikan pengaruh yang besar terhadap keberhasilan inisiasi bunga. Pelaksanaan
pemupukan dapat digeser lebih awal untuk mendapatkan bunga lebih awal dari musim utama. Panjang
atau pendeknya pergeseran melihat kondisi cuaca setempat.

Nama dan jenis pupuk yang digunakan merupakan pupuk yang cukup populer, namun demikian apabila
tidak ditemui disuatu lokasi dapat dimodifikasi menggunakan jenis pupuk yang lain yang memiliki
kandungan yang mirip. Kemampuan menghitung dan memahami kandungan setiap bahan menjadi
penting agar dapat memodifikasi formula, baik karena beda jenis pupuk yang akan digunakan maupun
akibat kondisi lingkungan atau tanaman yang berbeda.

KESIMPULAN

Mengatur pembuahan durian agar dapat lebih panjang dari waktu normal dapat dilakukan dengan
mengatur pola varietas, lokasi, dan pembuahan diluar musim. Teknologi pembuahan diluar musim
merupakan teknik membuahkan tanaman dengan memanfaatkan mekanisme hormonal dengan
pemacuan menggunakan ZPT atau berdasarkan kinerja tanaman dan iklim. Penggunaan ZPT yang
berlebihan dapat menyebabkan kerusakan tanaman, sehingga perlu diaplikasikan secara bijak.
Pelaksanaan pembuahan berdasarkan kinerja tanaman dan iklim diperlukan kepiawaian dalam membaca
indikator tanaman dan iklim. Syarat utama agar tanaman dapat diperlakukan untuk pembuahan diluar
musim baik berdasarkan mekanisme hormonal maupun kinerja tanaman dan iklim adalah kondisi
tanaman dalam keadaan prima, sehingga perawatan tanaman terutama kecukupan hara dan air selama
pertumbuhan harus diperhatikan.

Repost dari Majalah Iptek Hortikultura, No 16, November 2020,

Panca Jarot Santoso & Agus Priyono

Anda mungkin juga menyukai