Anda di halaman 1dari 40

PENGATURAN PEMBUNGAAN

DAN PEMBUAHAN
Pengertian dan Dasar Pemikiran

 Produksi buah diluar musim (off season) merupakan


pengaturan pembuahan dengan tujuan untuk
mendapatkan buah diluar musim panen atau di luar masa
berbuah normal (on season) melalui perentangan periode
pembuahan, yaitu mempercepat awal musim atau
memerlambat akhir musim buah.
 Hal ini dilakukan dengan mengatur waktu mulainya
berbunga sedemikian rupa agar tidak semua pohon
berbuah pada saat yang sama, sehingga keseimbangan
penawaran dengan permintaan untuk buah yang
bersangkutan dapat terjadi dalam rentang waktu yang
lebih panjang.
Pengertian dan Dasar Pemikiran

 Upaya untuk menghasilkan satu jenis buah tertentu


sepanjang tahun di satu lokasi kebun memang masih
sangat sulit dicapai. Saat ini praktik pembuahan di luar
musim masih terbatas pada usaha memajukan atau
memundurkan masa berbuah dalam selang waktu tidak
lebih dari sebulan sampai 3 bulan dari masa berbuah
normal.
 Namun tidak menutup kemungkinan bahwa dengan
semakin majunya teknologi budidaya dan intensifnya
penelitian tentang teknologi produksi buah diluar
musim, hal tersebut pada saatnya akan terwujud,
bahkan mungkin bisa melakukan panen buah sepanjang
tahun dalam satu lokasi kebun.
Pengertian dan Dasar Pemikiran

 Pengembangan teknologi industri diluar musim itu


penting karena di Indonesia sebagian besar buah
dipanen secara musiman. Pada saat musim panen,
umumnya berlangsung singkat sekitar 2-3 bulan,
ketersediaan buah melimpah. Sebaliknya pada saat
tidak musim, buah tidak tersedia dipasaran.
Keadaan seperti itu menyebabkan fluktuasi harga
sangat tajam.
 Dengan penerapan teknologi produksi diluar
musim, yaitu mempercepat awal dan
memperlambat akhir musim buah, maka
perentangan periode panen menjadi lebih panjang
sehinga fluktuasi harga menjadi tidak terlalu
tinggi.
Pengertian dan Dasar Pemikiran

 Permintaan pasar dunia untuk buah tropika seperti


manggis mangga, dan yang lain sangat tinggi. Peluang
tersebut harus dimanfaatkan dengan baik karena potensi
Indonesia memang sangat besar. Namun sifat musiman
merupakan kendala serius dalam memenuhi kontinuitas
ketersediaan.
 Dalam dunia perdagangan, kontinuitas pasokan
merupakan syarat penting yang harus diperhatikan dalam
rangka memlihara dan merebut pangsa pasar. Produk
segar bebuahan tidak tahan lama (perishable). Karena itu
penen musiman dengan puncak produksi pendek
merupakan kendala tersendiri dalam agribisnis buah-
buahan.
 Ekspor bisa saja dalam bentuk buah awetan atau bahan
olahan dan beku, tetapi teknologi untuk kebutuhan itu
juga belum berkembang dengan baik di negara kita.
Pengertian dan Dasar Pemikiran

 Penerapan teknologi produksi di luar musim


dapat digunakan untuk mengatasi sifat
alternate bearing atau biannual bearing pada
pohon buah-buahan.
 Alternate bearing adalah suatu fenomena
dimana kultivar tertentu berbuah banyak
pada suatu tahun kemudian pada tahun
berikutnya tidak berbuah atau hanya berbuah
sedikit.
Pengertian dan Dasar Pemikiran

 Tahun pada saat berbuah banyak disebut on year dan


saat pohon tidak berbuah disebut off year.
Terjadinya alternate bearing diduga disebabkan oleh
tiga faktor.
❖ Pertama, adanya produksi hormon giberelin yang
tinggi pada saat off year.
❖ Kedua, tingginya kompetisi dalam memperoleh
karbohidrat antara buah dengan tunas bunga yang
menyebabkan gugurnya tunas bunga (flower bud
abscision).
❖ Ketiga ada kaitannya dengan sedikitnya
pertumbuhan vegetatif setelah tanaman berbuah
lebat, dimana secara tidak langsung akan
menurunkan produksi bunganya.
Teknik Mengatur Pembungaan dan
Pembuahan
 Titik kritis proses pembungaan terletak pada tahap
induksi bunga, yaitu saat terjadi transisi dari fase
vegetatif ke fase reproduktif.
 Pengaturan pembungaan sangat mungkin dilakukan
bilamana mengacu pada dua teori universal tentang
pembungaan seperti yang dikemukaan oleh Bernier, et
al., (1985) yaitu:
a) inisiasi bunga pada tanaman tidak akan terjadi
kecuali bila dirangsang (diinduksi),
b) tanaman yang berada pada kondisi yang kurang
sesuai untuk pembungaan menghasilkan satu atau
beberapa zat penghambat pembungaan dan inisiasi
bunga akan terjadi bila produksi zat tersebut
dicegah.
Teknik Mengatur Pembungaan dan
Pembuahan
 Berdasarkan teori tersebut, pengaturan
pembungaan pohon buah-buahan dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
dengan stress air, mengatur suhu udara dan
tanah, pemberian nutrisi, aplikasi teknik
ringing/girdling dan strangulasi, dan pemberian
zat pengatur tumbuh.
1 Strees Air

 Salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh


terhadap pemunculan bunga buah-buahan tropika
adalah curah hujan. Di Indonesia pada umumnya induksi
bunga pada pohon buah-buahan terjadi secara alamiah
pada musim kemarau, karena mengalami stress air dan
bunga muncul menjelang musim hujan.
 Kondisi kering memacu pertumbuhan generatif
tanaman, sedangkan kondisi basah menyebabkan
pertumbuhan lebih mengarah ke vegetatif. Agar bunga
dan buah muncul, pertumbuhan vegetatif perlu ditekan
dengan mengatur pemberian air.
 Dilakukan penelitian berdasarkan pengaruh alami dari
adanya periode kering terhadap pembungaan, dan hasil
penelitian tersebut menunjukan bahwa stres air dapat
mempercepat induksi bunga.
1 Strees Air
Beberapa perubahan yang terjadi selama induksi
bunga akibat stres air adalah:
a) terjadinya hidrolisis pati menjdai gula
sederhana sebagai sumber energi untuk
pembentukan calon mata tunas generatif.
b) Terjadinya hidrolisis protein asam amino
seperti prolin, triptopan dan phenilalanin yang
diperkirakan berperan dalam induksi bunga
c) Terjadi penurunan sintesis protein atau
aktivias hormon giberelin sehingga
merangsang induksi bunga.
 Pengaruh stres air tidak langsung menyebabkan
tanaman berbunga, tetapi menyebabkan
terjadinya induksi bunga atau transisi dari fase
vegetatif ke reproduktif.
 Agar primordia bunga dapat berkembang dan
tumbuh menghasilkan bunga sempurna,
tanaman memerlukan lingkungan yang sesuai
untuk pertumbuhannya. Stres air dapat
menginduksi pembungaan karena adanya
perubahan perimbangan produksi hormon
giberelin, sitokinin, dan ABA serta meningkatkan
nisbah karbon dan nitrogen pada pucuk.
 Stres air menyebabkan produksi hormon
giberelin dan sitokinin menurun, sebaliknya
kandungan ABA menigkat. Partisi asimilat pada
tanaman yang diberi stress air juga berperan
penting dalam induksi pembungaan. Dalam
keadaan stres air terjadi alokasi asimilat dengan
proporsi yang lebih besar untuk memulai
pertumbuhan organ reproduktif.
 Pada jeruk perlakuan stres air sedang cukup
untuk mendorong terjadinya induksi
pembungaan. Bunga sudah terinduksi 2 mingu
setelah perlakuan stres air, tetapi pertumbuhan
bunga yang cepat dan berembangnya bunga
aksilar baru terjadi setelah pengairan kembali
(re-watering)
 Peluang keberhasilan panen diluar musim
dengan manipulasi stes air menjadi lebih besar
kalau kondisi lingkungan mendukung perlakuan
yang diberikan. Kondisi yang dimaksud adalah
selama periode manipulasi stres air
berlangsung, tanaman tidak digangu oleh
turunnya hujan dengan maksud agar tanaman
mendapat periode kering yang cukup sehingga
meminimalisasi resiko kegagalan.
 Di wilayah Indonesia bagian barat yang
umumnya beriklim basah dengan curah hujan
cukup banyak, aplikasi teknik manipulasi stres
air berbeda dengan wilayah Indonesia bagian
timur yang curah hujannya lebih sedikit.
 Didaerah iklim kering tanaman sulit tumbuh,
dibutuhkan air irigasi untuk menghasilkan
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Pemberian air dapat diatur dengan teknik mikroirigasi
sepertio sistem irigasi tetes (drip irigation) dan irigasi
curah (sprinkle irrigation) sehingga resiko gagalnya
pembungaan dan pembuahan diluar musim akibat
turunya hujan sangat kecil.
 Didaerah basah, agar bunga dan buah muncul,
pertumbuhan vegetatif dihambat. Saluran drainase
diatur dengan membuat parit-parit agar air dapat
segera dijauhkan deri pohon. Teknik tersebut perlu
dikombinasikan dengan teknik budidaya yang lain
sperti pemangkasan tunas dan pemangkasan akar agar
seluruh asimilat yang terbentuk dari proses
fotosintesis dapat dialokasikan untuk menginisiasi
pembentukan bunga dan buah
 Manipulasi pembungaan diluar musim dengan
stres air juga bisa dilakukan dimusim hujan. Hal
itu tergambar dari hasil percobaan Pusat Kajian
Buah-buahan Tropika IPB pada tanaman jeruk di
Purwerejo (Poerwanto, 2003).
 Manipulasi stres air pada musim hujan
dilakukan dengan membuat parit drainase
sekeliling tanaman dan lahan di bawah tajuk
ditutup dengan mulsa plastik hitam perak.
Mulsa tersebut dibuka 2 bulan setelah
perlakuan.
 Hasil yang diperoleh, tanaman yang mendapat
perlakuan segera berbunga sedangkan tanaman
kontrol tetap tidak berbunga. Tanaman yang
diberi perlakuan tadi menghasilkan 52 tunas
bunga dan 48 tunas vegetatif, sedangkan
tanaman kontrol hanya menghasilkan 0,25 tunas
bunga dan 58 tunas vegetatif.
2 Ringing/Girdling dan Strangulasi
 Ringing atau girdling adalah pembuatan kulit
kayu dengan menguliti atau membuat pelukaan
melingkar pada kulit pohon atau cabang yang
akan diinduksi pembungaannya sehingga
menyerupai cincin selebar 2-5mm, tergantung
jenis tanaman dan besar pohon. Sedangkan
strangulasi adalah melilit batang atau cabang
dengan kawat. Diameter kawat yang digunakan
sesuai dengan tebal kulit pohon buah yang akan
diinduksi pembungaannya.
 Perlakuan ringing dan strangulasi dapat
menginduksi pembungaan terkait dengan
terhambatnya translokasi fotosintat dari tajuk
keakar untuk sementara waktu sehingga terjadi
penumpukan karbohidrat pada bagian tajuk
tanaman.
2 Ringing/Girdling dan Strangulasi
 Disisi lain terhambatnya translokasi karbohidrat
ke akar menyebabkan akar kekurangan
fotosintat (hungry root) dan respirasi akar
menurun sehingga mengganggu aktivitas akar
dalam hal absorbsi air (tanaman mengalami
stres air) dan absorbsi mineral.
 Berkurangnya absorsi hara terutama nitrogen
akan meningkatkan nisbah C:N pada pucuk.
Disamping itu akar yang mengalami kekurangan
fotosintat mengganggu sintesa hormon,
diantaranya giberelin. Stres air, penurunan
giberelin dan peningkatan C:N pada pucukdapat
menginduksi pembungaan. Kandungan giberelin
yang rendah dapat menyebabkan tanaman
berbunga.
 Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan
penghambatan translokasi karbohidrat kebagian
bawah tanaman sperti ringing dan strangulasi
mampu meningkatkan akumulasi karbohidrat di
bagian atas tanaman sehingga merangsang
pembungaan. Secara umum dari hasil-hasil
penelitian yang ada menunjukan bahwa ringing
mengahambat pertumbuhan vegetatif,
merangsang dan mempercepat pembentukan
tunas bunga serta meningkatkan akumulasi pati
pada daun.
 Keberhasilan strangulasi dipengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain waktu/saat dilakukan
strangulasi, kondisi tanaman, prosedur dan
teknik strangulasi seperti lama waktu
strangulasi dibiarkan, kedalaman strangulasi,
posisi strangulasi, (pada batang atau cabang),
dan kondisi iklim pada saat stragulasi dilakukan.
 Demikian juga dengan keberhasilan ringing,
disamping dipengaruhi oleh waktu/saat
dilakukan ringing, kondisi tanaman, dan
prosedur atau teknik ringing, hal terpenting
yang harus dipertimbangkan adalah lebar
ringing. Menurut Goren & Monselise (1971)
ringing pada jeruk hanya baik dilakukan pada
tanaman sehat, karena periode waktu yang
diperlukan untuk membentuk jembatan kalus
baru untuk menghubungkan kembali daerah luka
yang di-ringing cukup lama, yaitu selama
setahun.
 Untuk menghindari efek merusak dari perlakuan
ringing dan strangulasi, perlakuan sebaiknya
dilaksanakan sebelum musim kemarau saat
kambium lateral aktif membelah dan kulit
mudah dihilangkan.
3 Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh
 Penggunaan zat pengatur tumbuh merupakan
salah satu cara yang paling memungkinkan
untuk mengatur pembungaan. Terdapat banyak
hasil penelitian menunjukan bahwa pemakaian
hormon eksogen ini mampu merangsang
pembungaan. Jenis zat pengatur tumbuh yang
paling sering digunakan untuk memacu
pembungaan pada tanaman buah-buahan adalah
paklobutrazol.
 Paklobutrazol merupakan zat pengahambat
tumbuh (growth retardant), bersifat
menghambat biosintesis giberelin yang sudah
banyak dibuktikan sangat efektif menurunkan
pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga
penggunaan zat tersebut dapat merangsang
terjadinya pembungaan.
3 Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh
 Zat penghambat tumbuh adalah suatu senyawa
organik yang mampu menghambat pemanjangan
batang, meningkatkan warna hijau daun secara
tidak langsung mempengaruhi pembungaan,
mengahambat pembelahan dan pembesaran sel
pada meristem sub-apikal, tanpa menyebabkan
pertumbuhan yang abnormal.
 Zat penghambat tumbuh berfungsi menurunkan
aktivitas enzim proteolitik sehingga degradasi
protein menjadi terhambat, menekan laju
respirasi tetapi meningkatkan RNA, protein,
sukrosa, pati dan klorofil yang semuanya
menunjang terjadinya pembungaan.
 Paklobutrazol dengan rumus empiris
C15H20CIN3O menghambat biosintesis giberelin
pada oksidasi entkaurena untuk menjadi asam
ent-kaurenoid (Sponsel, 1995).
 Selain paklobutrazol, ada beberapa jenis zat
penghambat tumbuh yang diketahui dapat
menghambat biositesis giberelin seperti
ancimidol, uniconazol, AMO-1618 dan cyclocel.
Mehouachi, et al., (1996) mendapatkan bahwa
giberelin menstimulasi pertumbuhan dan
meningkatkan suplai karbon di pucuk, tetapi
sebaliknya paklobutrazol menghambat
pertumbuhan dan meningkatkan jumlah gula
tersimpan di pucuk.
 Disamping giberelin, zat pengatur tumbuh
sitokinin juga berperan penting dalam
pembungaan. Periode kering merangsang ujung
akar mengalirkan sitokinin kepucuk yang
terinduksi sehingga terjadi peningkatan
konsentrasi sitokinin pada tahap diferensiasi.
Arteca (1996) melaporkan bahwa pada tanaman
Pharbitis nil, sitokonin berpengaruh secara
tidak langsung dalam mendorong pembungaan
dengan meningkatkan translokasi asimilat dari
daun ke pucuk yang terinduksi.
 Paklobutrazol dapat diserap oleh tanaman
melalui daun, batang, dan akar yang
selanjutnya dialokasikan secara akropetal
melalui xylem kebagian tanaman yang lain.
Menurut Weaver (1972), paklobutrazol
menghambat produksi giberelin pada meristem
sub-apikal kemudian menyebabkan penurunan
laju pembelahan sel sehingga menghambat
pertumbuhan vegetatif dan secara tidak
langsung akan mengalihkan asimilat ke
pertumbuhan reproduktif yang dibutuhkan untuk
membentuk bunga, buah dan perkembangan
buah.
 Paklobutrazol dapat diaplikasi pada tanaman
melalui dua cara, yaitu dengan penyemprotan
melalui daun (foliar spray) dan melalui tanah
(soil drenching). Aplikasi lewat tanah lebih
efektif dibanding lewat daun dan pengaruhnya
dapat bertahan lebih lama.
 Efek lain dari aplikasi paklobutrazol dapat
meningkatkan kandungan karbohidrat dalam
jaringan kayu, akan tetapi secara tidak langsung
dapat meningkatkan biosintesis ABA yang
menyebabkan terjadinya dormansi tunas (Lang,
1994), sehingga aplikasi paklobutrazol dengan
maksud menstimulasi pembungaan perlu
dikombinasikan dengan pemberian zat pemecah
dormansi.
 Tanaman yang dorman tidak dapat menginisiasi
bunga walaupun tunas bunganya terinduksi.
Untuk mengatasi hal tersebut, tanaman yang
sudah terinduksi harus diberi zat pemecah
dormansi sehingga dapat mempercepat
munculnya tunas bunga.
 Kalium Nitrat (KON3) juga diloakukan dapat
digunakan untuk merangsang produksi buah di
luar musim. Keberhasilan penggunaan kalium
Nitrat dalam memproduksi buah diluar musim
telah dilaporkan oleh Efendi (1994) pada
mangga.
 Etepon (asam 2-kloroetil fosfonat) adalah salah
satu zat pengatur tumbuh sintesis yng dikenal
dengan nama dagang ethrel. Zat tersebut larut
dalam air, membentuk senyawa etilen, ion klor
dan fosfat dlam larutan, juga dalam jarngan
tanaman. Proses pembentukan etilen tersebut
adalah hasil degradasi atau dekomposisi etepon
melalui reaksi hidrolisis pada pH netral (Moore
1979).
 Etilen adalah zat pengatur tumbuh endogen
atau eksogen yang dapat menimbulkan berbagai
respons fisiologis dan morfologis tanaman,
antara lain mendorong pemecahan dormansi
tunas, menghambat pembentukan buah,
pembentukan umbi, inisiasi akar, penuaan,
mengontrol ekspresi seks tanaman, merngsang
eksudasi (pengeluran getah) dan mengahambat
perluasan daun (Moore, 1979).
 Etilen dapat memecahkan dormansi karena
dapat meningkatkan sintesis enzim amilase,
selulase, PEP karboksilase dan mengiduksi
sintesis mRNA (Salisbury dan Ross, 1992).
Peningkatan sintesis enzim amilase dan selulase
menyebabkan gula pentosa meningkat,
sedangkan peningkatan enzim, PEP karboksilase
menyebabkan glikolisis meningkat sehingga
glukosa dan RNA juga meningkat.
4 Pemangkasan
 Pemangkasan merupakan praktik budidaya
hortikultura tradisional yang dapat digunakan
untuk merangsang pembungaan. Pemangkasan
untuk merangsang pembungaan dilakukan
dengan penjarangan cabang atau ranting agar
sinar matahari dapat masuk secara merata
mengenai seluruh bagian tajuk/kanopi tanaman.
 Daun yang ternaungi n(shaded) atau tumpang
tindih (overlap) antara yang satu dengan yang
lain merupakan daun “parasit” sehingga daun
tersebut tidak berfungsi sebagai penghasil
fotosintat, malah mengambil fotosintat dari
daun-daun yang mendapatkan cahaya matahari.
4 Pemangkasan
 Membuang cabang atau ranting yang tidak bermanfaat
akan merangsang terjadinya transisi dari pertumbuhan
vegetatif ke reproduktif, sekaligus dapat
mengendalikan pertumbuhan tanaman yang
berlebihan dan mendukung kontinuitas produksi.
 Pada prinsipnya pemangkasan untuk merangsang
pembungaan akan berhasil apabila pemangkasan yng
dilakukan dapat meningkatkan akumulasi fotosintat
pada tajuk tanaman sehingga nisbah C:N meningkat.
Tinggi rendahnya hasil fotosintesis dan akumulasi
fotosintat ditentukan oleh kapasitas sumber (source
strenght) dan kapasitas sink (sink strenght). Sumber
pada umumnya adalah daun, merupakan organ
tanaman yang mampu mengekspor sebagian fotosintat
yng dihasilkan.
 Sedangkan sink adalah organ tanaman yang
memakai dan/atau menampung hasil
fotosintat, misalnya tunas baru, akar, bunga,
buah dan daun yang ternaungi.
 Kapasitas sumber meliputi dua aspek yaitu:
a) aspek kuantitatif (source size) berkaitan
dengan banyak sumber, ditunjukan oleh
jumlah daun atau luas daun
b) aspek kualitatif (source activity), berkaitan
dengan mutu sumber, yaitu kecepatan
berfotosintesis per satuan waktu per satuan
luas daun.
 juga terdri dari dua aspek yaitu:
a) aspek kuantitaif (sink size) berkaitan dengan
kemampuan ruang tersedia untuk
menampung
b) aspek kualitatif (sink activity) berkaitan
dengan kecepatan sink untuk menampung
hasil fotosintesis per satuan waktu.
 Pemangkasan cabang, ranting dan daun
ternaungi di satu sisi mengurangi source size
sekaligus sink size tetapi di sisi lain
menigkatkan source activity sehingga pada
akhirnya meningkatkan akumulasi fotosintat
yang terbentuk. Akumulasi fotosintat ini dapat
digunakan sebagai sumber energi untuk
merngsang pembungaan.
5 Pemupukan
 Ada tiga unsur hara esensial utama bagi
tanaman yaitu nitrogen fosfor dan kalium.
Tanaman yang kekurangan unsur hara tersebut
akan mengalami hambatan pertumbuhan dan
produksi, baik kuantitas, kualitas maupun
kontinuitas.
 Pengamatan bahwa pohon yang vegetatifnya
vigor dan memproduksi bunga sedikit
mendorong kraus dan kraybill (1918) meneliti
peran nitrogen dalam pembentukan bunga pada
tomat. Ditemukan bahwa tomat berbunga
berhubungan dengan karbohidrat/nitrogen
(nisbah C:N) yang tinggi.
5 Pemupukan
 Ryugo (1988) membuat model hubungan antar
karbohidrat dan nitrogen pada pohon apel.
 Pohon apel termasuk kelas I jika karbohidrat kurang,
vegetatif lemah, nitrogen cukup, dan tidak berbentuk
bunga;
 kelas II jika karbohidrat agak kurang, vegetatif agak
vigor karena pemupukan nitrogen, tidak berbunga.
 Kelas III jika karbohidrat cukup, nitrogen cukup, pohon
memproduksi bunga banyak dan membentuk buah;
 Kelas IV jika pohon kekurangan nitrogen, memproduksi
bunga sedikit yang jarang membentuk buah.
 Berdasarkan model yang dikembagnkan oleh ryugo
(1988) tersebut, pohon buah-buahan dapat diatur
pembungaannya dengan mengatur pemupukan nitrogen
secara tepat.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan Produksi Buah di Luar Musim
 Dua hal penting dalam mengatur pembungaan diluar
musim. Pertama, identifikasi terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan penerapan teknik
atau metode yang digunakan. Kedua, menghindari
efek buruk yang ditimbulkan oleh perlakuan
pebuahan di luar musim.
 Kesesuaian iklim merupakan syarat mutlak bagi
optimalnya pertumbuhan dan produksi tanaman.
Secara teori tanaman dapat berhasil baik bila
tanaman sudah melampaui masa juvenil serta
kondisi pertumbuhannya sehat dan vigor sehingga
dapat optimal menerima perlakuan. Kondisi
tanaman yang sehat dan vigor diperoleh apabila
tanaman mendapatkan linkungan tumbuh yang
sesuai dan pemeliharaan kebun dilakukan secara
benar.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan Produksi Buah di Luar Musim
 Masalahnya, kebun buah-buahan di Indonesia
merupakan kebun rakyat yang secara umum tidak
mendapat pemeliharaan secara memadai, dicampur
dengan tanaman lain di perkarangan rumah dengan
jarak tanam tidak teratur yang sangat tergantung
pada kondisi alam.
 Kondisi tersebut dapat dipastikan pertumbuhannya
kurang optimal. Syarat terpenting bagi tanaman agar
penerapan teknologi pembuahan di luar musim dapat
berhasil dengan memuaskan adalah kondisi tanaman
harus sehat dan vigor sehingga secara metabolis dan
fisiologis mendukung terjadinya perubahan atau
transisi dari pertumbuhan pucuk vegetatif ke pucuk
reproduktif.
 Semua jenis perlakuan yang bertujuan untuk
memproduksi buah diluar musim bersifat
menginduksi terjadinya stress atau
penghambatan pertumbuhan vegetatif. Stres
yang berlebihan mengakibatkan kondisi pohon
setelah diperlakukan akan memburuk.
 Tanda-tanda memburuknya pertumbuhan pohon
manggis diberi perlakuan pembuahan di luar
musim dengan paklubutrazol secara visual
terlihat dari memendeknya ruas tunas baru.
 Maka keberhasilan membuat tanaman berbuah
di luar musim perlu di tindak lanjuti dengan
upaya mempertahankan kondisi pohon agar
setalah diberi perlakuan pembungaan diluar
musim tetap vigor.
 Persyaratan teknis seperti cara, dosis, waktu
yang tepat dalam menerapkan teknik
merangsang pembungaan juga harus
diperhatikan dengan sebaik-baiknya.
Kesalahan kecil saja, disamping
mengakibatkan gagalnya program
pembungaan dan pembuahan, juga dapat
merusak pertumbuhan tanaman setelah diberi
perlakuaan.
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai