Anda di halaman 1dari 6

Setelah saudara memahami proses terjadinya pembungaan dan pembuahan, khususnya pada tanaman

buah tahunan, selanjutnya pada pertemuan kali ini saudara bisa lanjut mempelajari hand out dibawah ini
yang akan menguraikan bagaimana proses kita mampu mengatur tanaman sesuai kebutuhan kita dalam
ber agribisnis buah tahunan yang umumnya berbuahnya di alam berdasar musim buah, sesuai kondisi
iklim pada masing-masing daerah. Baca dengan seksama (berulang kali), fahami maknanya (pilah-pilah
istilah baru yang ada, catat/hafalkan dan maknai artinya) dan pelajari prosesnya. Semoga bermanfaat
menambah ilmu.

PRODUKSI BUAH-BUAHAN TROPIKA DI LUAR MUSIM

1. Pengertian dan Dasar Pemikiran.

Produksi buah diluar musim (off season) merupakan pengaturan pembuahan dengan tujuan untuk
mendapatkan buah diluar musim panen atau di luar masa berbuah normal (on season) melalui
perentangan periode pembuahan, yaitu mempercepat awal musim atau memerlambat akhir musim
buah. Hal ini dilakukan dengan mengatur waktu mulainya berbunga sedemikian rupa agar tidak semua
pohon berbuah pada saat yang sama, sehingga keseimbangan penawaran dengan permintaan untuk
buah yang bersangkutan dapat terjadi dalam rentang waktu yang lebih panjang. Upaya untuk
menghasilkan satu jenis buah tertentu sepanjang tahun di satu lokasi kebun memang masih sangat
sulit dicapai. Saat ini praktik pembuahan di luar musim masih terbatas pada usaha memajukan atau
memundurkan masa berbuah dalam selang waktu tidak lebih dari sebulan sampai 3 bulan dari masa
berbuah normal. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa dengan semakin majunya teknologi
budidaya dan intensifnya penelitian tentang teknologi produksi buah diluar musim, hal tersebut pada
saatnya akan terwujud, bahkan mungkin bisa melakukan panen buah sepanjang tahun dalam satu
lokasi kebun.

Pengembangan teknologi industri diluar musim itu penting karena di Indonesia sebagian besar buah
dipanen secara musiman. Pada saat musim panen, umumnya berlangsung singkat sekitar 2-3 bulan,
ketersediaan buah melimpah. Sebaliknya pada saat tidak musim, buah tidak tersedia dipasaran.
Keadaan seperti itu menyebabkan fluktuasi harga sangat tajam. Penerapan teknologi produksi diluar
musim, yaitu mempercepat awal dan memperlambat akhir musim buah, maka perentangan periode
panen menjadi lebih panjang sehinga fluktuasi harga menjadi tidak terlalu tinggi. Permintaan pasar
dunia untuk buah tropika seperti manggis, mangga, dan yang lain sangat tinggi. Peluang tersebut
harus dimanfaatkan dengan baik karena potensi Indonesia memang sangat besar. Namun sifat
musiman merupakan kendala serius dalam memenuhi kontinuitas ketersediaan. Dalam dunia
perdagangan, kontinuitas pasokan merupakan syarat penting yang harus diperhatikan dalam rangka
memelihara dan merebut pangsa pasar. Produk segar buah-buahan tidak tahan lama (perishable).
Karena itu penen musiman dengan puncak produksi pendek merupakan kendala tersendiri dalam
agribisnis buah-buahan. Ekspor bisa saja dalam bentuk buah awetan atau bahan olahan dan beku,
tetapi teknologi untuk kebutuhan itu juga belum berkembang dengan baik di negara kita.

Penerapan teknologi produksi di luar musim dapat digunakan untuk mengatasi sifat alternate bearing
atau biannual bearing pada pohon buah-buahan. Alternate bearing adalah suatu fenomena dimana
kultivar tertentu berbuah banyak pada suatu tahun kemudian pada tahun berikutnya tidak berbuah
atau hanya berbuah sedikit. Tahun pada saat berbuah banyak disebut on year dan saat pohon tidak
berbuah disebut off year. Terjadinya alternate bearing diduga disebabkan oleh tiga faktor. Pertama,
adanya produksi hormon giberelin yang tinggi pada saat off year. Kedua, tingginya kompetisi dalam
memperoleh karbohidrat antara buah dengan tunas bunga yang menyebabkan gugurnya tunas bunga
(flower bud abscision). Ketiga ada kaitannya dengan sedikitnya pertumbuhan vegetatif setelah
tanaman berbuah lebat, dimana secara tidak langsung akan menurunkan produksi bunganya.
2. Teknik dan Praktik Budidaya untuk Mengatur Pembungaan dan Pembuahan Buah-
buahan Tropika di Luar Musim.

Titik kritis proses pembungaan terletak pada tahap induksi bunga, yaitu saat terjadi transisi dari fase
vegetatif ke fase reproduktif. Pengaturan pembungaan sangat mungkin dilakukan bilamana mengacu
pada dua teori universal tentang pembungaan seperti yang dikemukaan oleh Bernier, et al., (1985)
yaitu: inisiasi bunga pada tanaman tidak akan terjadi kecuali bila dirangsang (diinduksi),tanaman yang
berada pada kondisi yang kurang sesuai untuk pembungaan menghasilkan satu atau beberapa zat
penghambat pembungaan dan inisiasi bunga akan terjadi bila produksi zat tersebut dicegah.
Berdasarkan teori tersebut, pengaturan pembungaan pohon buah-buahan dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain dengan stress air, mengatur suhu udara dan tanah, pemberian nutrisi,
aplikasi teknik ringing/girdling dan strangulasi, dan pemberian zat pengatur tumbuh.

2.1 Strees Air. Salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pemunculan bunga
pada pohon buah-buahan tropika adalah curah hujan. Di Indonesia pada umumnya induksi bunga
pada pohon buah-buahan terjadi secara alamiah pada musim kemarau, karena mengalami stress air
dan bunga muncul menjelang musim hujan. Kondisi kering memacu pertumbuhan generatif tanaman,
sedangkan kondisi basah menyebabkan pertumbuhan lebih mengarah ke vegetatif. Agar bunga dan
buah muncul, pertumbuhan vegetatif perlu ditekan dengan mengatur pemberian air. Penelitian
berdasarkan pengaruh alami dari adanya periode kering terhadap pembungaan, dan hasil penelitian
tersebut menunjukan bahwa stres air dapat mempercepat induksi bunga. Beberapa perubahan yang
terjadi selama induksi bunga akibat stres air adalah terjadinya hidrolisis pati menjadi gula sederhana
sebagai sumber energi untuk pembentukan calon mata tunas generatif. Terjadinya hidrolisis protein
asam amino seperti prolin, triptopan dan phenilalanin yang diperkirakan berperan dalam induksi
bunga. Terjadi penurunan sintesis protein atau aktivias hormon giberelin sehingga merangsang
induksi bunga.

Pengaruh stres air tidak langsung menyebabkan tanaman berbunga, tetapi menyebabkan terjadinya
induksi bunga atau transisi dari fase vegetatif ke reproduktif. Agar primordia bunga dapat berkembang
dan tumbuh menghasilkan bunga sempurna, tanaman memerlukan lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhannya. Stres air dapat menginduksi pembungaan karena adanya perubahan perimbangan
produksi hormon giberelin, sitokinin, dan ABA serta meningkatkan nisbah karbon dan nitrogen (C/N
rasio) pada pucuk. Stres air menyebabkan produksi hormon giberelin dan sitokinin menurun,
sebaliknya kandungan ABA menigkat. Partisi asimilat pada tanaman yang diberi stress air juga
berperan penting dalam induksi pembungaan. Tanaman dalam keadaan stres air terjadi alokasi
asimilat dengan proporsi yang lebih besar untuk memulai pertumbuhan organ reproduktif. Pada jeruk
perlakuan stres air cukup untuk mendorong terjadinya induksi pembungaan. Bunga sudah terinduksi
2 mingu setelah perlakuan stres air, tetapi pertumbuhan bunga yang cepat dan pekembang tunas
bunga aksilar baru terjadi setelah pengairan kembali (re-watering)

Peluang keberhasilan panen diluar musim dengan manipulasi stes air menjadi lebih besar kalau
kondisi lingkungan mendukung perlakuan yang diberikan. Kondisi yang dimaksud adalah selama
periode manipulasi stres air berlangsung, tanaman tidak digangu oleh turunnya hujan dengan maksud
agar tanaman mendapat periode kering yang cukup sehingga meminimalisasi resiko kegagalan. Di
wilayah Indonesia bagian barat yang umumnya beriklim basah dengan curah hujan cukup banyak,
aplikasi teknik manipulasi stres air berbeda dengan wilayah Indonesia bagian timur yang curah
hujannya lebih sedikit. Didaerah iklim kering tanaman sulit tumbuh, dibutuhkan air irigasi untuk
menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pemberian air dapat diatur dengan
teknik mikroirigasi seperti sistem irigasi tetes (drip irigation) dan irigasi curah (sprinkle irrigation)
sehingga resiko gagalnya pembungaan dan pembuahan diluar musim akibat turunya hujan sangat
kecil. Didaerah basah, agar bunga dan buah muncul, pertumbuhan vegetatif dihambat. Saluran
drainase diatur dengan membuat parit-parit agar air dapat dijauhkan dari pohon. Teknik tersebut perlu
dikombinasikan dengan teknik budidaya yang lain seperti pemangkasan tunas dan pemangkasan akar
agar seluruh asimilat yang terbentuk dari proses fotosintesis dapat dialokasikan untuk menginisiasi
pembentukan bunga dan buah

Manipulasi pembungaan diluar musim dengan stres air juga bisa dilakukan dimusim hujan. Hal itu
tergambar dari hasil percobaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB pada tanaman jeruk di
Purwerejo (Poerwanto, 2003). Manipulasi stres air pada musim hujan dilakukan dengan membuat
parit drainase sekeliling tanaman dan lahan di bawah tajuk ditutup dengan mulsa plastik hitam perak.
Mulsa tersebut dibuka 2 bulan setelah perlakuan. Hasil yang diperoleh, tanaman yang mendapat
perlakuan segera berbunga sedangkan tanaman kontrol tetap tidak berbunga. Tanaman yang diberi
perlakuan tadi menghasilkan 52 tunas bunga dan 48 tunas vegetatif, sedangkan tanaman kontrol
hanya menghasilkan 0,25 tunas bunga dan 58 tunas vegetatif.

2.2 Ringing/Girdling dan Strangulasi. Ringing atau girdling adalah pembuangan kulit kayu dengan
menguliti atau membuat pelukaan melingkar pada kulit pohon atau cabang yang akan diinduksi
pembungaannya sehingga menyerupai cincin selebar 2-5mm, tergantung jenis tanaman dan besar
pohon. Strangulasi adalah melilit batang atau cabang dengan kawat. Diameter kawat yang digunakan
sesuai dengan tebal kulit pohon buah yang akan diinduksi pembungaannya. Perlakuan ringing dan
strangulasi dapat menginduksi pembungaan terkait dengan terhambatnya translokasi fotosintat dari
tajuk keakar untuk sementara waktu sehingga terjadi penumpukan karbohidrat pada bagian tajuk
tanaman. Disisi lain terhambatnya translokasi karbohidrat ke akar menyebabkan akar kekurangan
fotosintat (hungry root) dan respirasi akar menurun sehingga mengganggu aktivitas akar dalam hal
absorbsi air (tanaman mengalami stres air) dan absorbsi mineral. Berkurangnya absorsi hara
terutama nitrogen akan meningkatkan nisbah C/N pada pucuk. Disamping itu akar yang mengalami
kekurangan fotosintat mengganggu sintesa hormon, diantaranya giberelin. Stres air, penurunan
giberelin dan peningkatan C/N pada pucuk dapat menginduksi pembungaan. Kandungan giberelin
yang rendah dapat menyebabkan tanaman berbunga.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan penghambatan translokasi karbohidrat kebagian


bawah tanaman seperti ringing dan strangulasi mampu meningkatkan akumulasi karbohidrat di bagian
atas tanaman sehingga merangsang pembungaan. Secara umum dari hasil-hasil penelitian yang ada
menunjukan bahwa ringing menghambat pertumbuhan vegetatif, merangsang dan mempercepat
pembentukan tunas bunga serta meningkatkan akumulasi pati pada daun. Keberhasilan strangulasi
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain waktu/saat dilakukan strangulasi, kondisi tanaman,
prosedur dan teknik strangulasi seperti lama waktu strangulasi dibiarkan, kedalaman strangulasi,
posisi strangulasi (pada batang atau cabang), dan kondisi iklim pada saat stragulasi dilakukan.
Keberhasilan ringing, disamping dipengaruhi oleh waktu/saat dilakukan ringing, kondisi tanaman, dan
prosedur atau teknik ringing, hal terpenting yang harus dipertimbangkan adalah lebar ringing. Menurut
Goren & Monselise (1971) ringing pada jeruk hanya baik dilakukan pada tanaman sehat, karena
periode waktu yang diperlukan untuk membentuk jembatan kalus baru untuk menghubungkan kembali
daerah luka yang di-ringing cukup lama, yaitu selama setahun. Menghindari efek merusak dari
perlakuan ringing dan strangulasi, perlakuan sebaiknya dilaksanakan sebelum musim kemarau saat
kambium lateral aktif membelah dan kulit mudah dihilangkan.

2.3 Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh. Penggunaan zat pengatur tumbuh merupakan salah satu
cara yang paling memungkinkan untuk mengatur pembungaan. Terdapat banyak hasil penelitian
menunjukan bahwa pemakaian hormon eksogen ini mampu merangsang pembungaan. Jenis zat
pengatur tumbuh yang paling sering digunakan untuk memacu pembungaan pada tanaman buah-
buahan adalah paklobutrazol. Paklobutrazol merupakan zat pengahambat tumbuh (growth retardant),
bersifat menghambat biosintesis giberelin yang sudah banyak dibuktikan sangat efektif menurunkan
pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga penggunaan zat tersebut dapat merangsang terjadinya
pembungaan. Zat penghambat tumbuh adalah suatu senyawa organik yang mampu menghambat
pemanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun secara tidak langsung mempengaruhi
pembungaan, mengahambat pembelahan dan pembesaran sel pada meristem sub-apikal, tanpa
menyebabkan pertumbuhan yang abnormal. Zat penghambat tumbuh berfungsi menurunkan aktivitas
enzim proteolitik sehingga degradasi protein menjadi terhambat, menekan laju respirasi tetapi
meningkatkan RNA, protein, sukrosa, pati dan klorofil yang semuanya menunjang terjadinya
pembungaan.

Paklobutrazol dengan rumus empiris C15H20CIN3O menghambat biosintesis giberelin pada oksidasi
entkaurena untuk menjadi asam ent-kaurenoid (Sponsel, 1995). Selain paklobutrazol, ada beberapa
jenis zat penghambat tumbuh yang diketahui dapat menghambat biositesis giberelin seperti ancimidol,
uniconazol, AMO-1618 dan cyclocel. Mehouachi, et al., (1996) mendapatkan bahwa giberelin
menstimulasi pertumbuhan dan meningkatkan suplai karbon di pucuk, tetapi sebaliknya paklobutrazol
menghambat pertumbuhan dan meningkatkan jumlah gula tersimpan di pucuk. Disamping giberelin,
zat pengatur tumbuh sitokinin juga berperan penting dalam pembungaan. Periode kering merangsang
ujung akar mengalirkan sitokinin kepucuk yang terinduksi sehingga terjadi peningkatan konsentrasi
sitokinin pada tahap diferensiasi. Arteca (1996) melaporkan bahwa pada tanaman Pharbitis nil,
sitokonin berpengaruh secara tidak langsung dalam mendorong pembungaan dengan meningkatkan
translokasi asimilat dari daun ke pucuk yang terinduksi.

Paklobutrazol dapat diserap oleh tanaman melalui daun, batang, dan akar yang selanjutnya
dialokasikan secara akropetal melalui xylem kebagian tanaman yang lain. Menurut Weaver (1972),
paklobutrazol menghambat produksi giberelin pada meristem sub-apikal kemudian menyebabkan
penurunan laju pembelahan sel sehingga menghambat pertumbuhan vegetatif dan secara tidak
langsung akan mengalihkan asimilat ke pertumbuhan reproduktif yang dibutuhkan untuk membentuk
bunga, buah dan perkembangan buah. Paklobutrazol dapat diaplikasi pada tanaman melalui dua
cara, yaitu dengan penyemprotan melalui daun (foliar spray) dan melalui tanah (soil drenching).
Aplikasi lewat tanah lebih efektif dibanding lewat daun dan pengaruhnya dapat bertahan lebih lama.
Efek lain dari aplikasi paklobutrazol dapat meningkatkan kandungan karbohidrat dalam jaringan kayu,
akan tetapi secara tidak langsung dapat meningkatkan biosintesis ABA yang menyebabkan terjadinya
dormansi tunas (Lang, 1994), sehingga aplikasi paklobutrazol dengan maksud menstimulasi
pembungaan perlu dikombinasikan dengan pemberian zat pemecah dormansi. Tanaman yang
dorman tidak dapat menginisiasi bunga walaupun tunas bunganya terinduksi, untuk mengatasi hal
tersebut, tanaman yang sudah terinduksi harus diberi zat pemecah dormansi sehingga dapat
mempercepat munculnya tunas bunga.

Kalium Nitrat (KON3) juga dapat digunakan untuk merangsang produksi buah di luar musim.
Keberhasilan penggunaan kalium Nitrat dalam memproduksi buah diluar musim telah dilaporkan oleh
Efendi (1994) pada mangga. Etepon (asam 2-kloroetil fosfonat) adalah salah satu zat pengatur
tumbuh sintesis yng dikenal dengan nama dagang ethrel. Zat tersebut larut dalam air, membentuk
senyawa etilen, ion klor dan fosfat dalam larutan, juga dalam jaringan tanaman. Proses pembentukan
etilen tersebut adalah hasil degradasi atau dekomposisi etepon melalui reaksi hidrolisis pada pH netral
(Moore 1979). Etilen adalah zat pengatur tumbuh endogen atau eksogen yang dapat menimbulkan
berbagai respons fisiologis dan morfologis tanaman, antara lain mendorong pemecahan dormansi
tunas, menghambat pembentukan buah, pembentukan umbi, inisiasi akar, penuaan, mengontrol
ekspresi seks tanaman, merangsang eksudasi (pengeluran getah) dan menghambat perluasan daun
(Moore, 1979). Etilen dapat memecahkan dormansi karena dapat meningkatkan sintesis enzim
amilase, selulase, PEP karboksilase dan mengiduksi sintesis mRNA (Salisbury dan Ross, 1992).
Peningkatan sintesis enzim amilase dan selulase menyebabkan gula pentosa meningkat, sedangkan
peningkatan enzim, PEP karboksilase menyebabkan glikolisis meningkat sehingga glukosa dan RNA
juga meningkat.

2.4 Pemangkasan. Pemangkasan merupakan praktik budidaya hortikultura tradisional yang dapat
digunakan untuk merangsang pembungaan. Pemangkasan untuk merangsang pembungaan
dilakukan dengan penjarangan cabang atau ranting agar sinar matahari dapat masuk secara merata
mengenai seluruh bagian tajuk/kanopi tanaman. Daun yang ternaungi (shaded) atau tumpang tindih
(overlap) antara yang satu dengan yang lain merupakan daun “parasit” sehingga daun tersebut tidak
berfungsi sebagai penghasil fotosintat, malah mengambil fotosintat dari daun-daun yang
mendapatkan cahaya matahari. Membuang cabang atau ranting yang tidak bermanfaat akan
merangsang terjadinya transisi dari pertumbuhan vegetatif ke reproduktif, sekaligus dapat
mengendalikan pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan mendukung kontinuitas produksi. Pada
prinsipnya pemangkasan untuk merangsang pembungaan akan berhasil apabila pemangkasan yang
dilakukan dapat meningkatkan akumulasi fotosintat pada tajuk tanaman sehingga nisbah C/N
meningkat. Tinggi rendahnya hasil fotosintesis dan akumulasi fotosintat ditentukan oleh kapasitas
sumber (source strenght) dan kapasitas sink (sink strenght). Sumber pada umumnya adalah daun,
merupakan organ tanaman yang mampu mengekspor sebagian fotosintat yng dihasilkan.

Sink adalah organ tanaman yang memakai dan/atau menampung hasil fotosintat, misalnya tunas
baru, akar, bunga, buah dan daun yang ternaungi. Kapasitas sumber meliputi dua aspek yaitu: aspek
kuantitatif (source size) berkaitan dengan banyak sumber, ditunjukan oleh jumlah daun atau luas daun
aspek kualitatif (source activity), berkaitan dengan mutu sumber, yaitu kecepatan berfotosintesis per
satuan waktu per satuan luas daun. Kapasitas sink juga terdri dari dua aspek yaitu: aspek kuantitaif
(sink size) berkaitan dengan kemampuan ruang tersedia untuk menampung aspek kualitatif (sink
activity) berkaitan dengan kecepatan sink untuk menampung hasil fotosintesis per satuan waktu.
Pemangkasan cabang, ranting dan daun ternaungi di satu sisi mengurangi source size sekaligus sink
size tetapi di sisi lain menigkatkan source activity, sehingga pada akhirnya meningkatkan akumulasi
fotosintat yang terbentuk. Akumulasi fotosintat ini dapat digunakan sebagai sumber energi untuk
merangsang pembungaan.

2.5 Pemupukan. Ada tiga unsur hara esensial utama bagi tanaman yaitu nitrogen, fosfor dan kalium.
Tanaman yang kekurangan unsur hara tersebut akan mengalami hambatan pertumbuhan dan
produksi, baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitas. Pengamatan bahwa pohon yang vegetatifnya
vigor dan memproduksi bunga sedikit mendorong Kraus dan Kraybill (1918) meneliti peran nitrogen
dalam pembentukan bunga pada tomat. Ditemukan bahwa tomat berbunga berhubungan dengan
karbohidrat/nitrogen (nisbah C/N) yang tinggi. Ryugo (1988) membuat model hubungan antar
karbohidrat dan nitrogen pada pohon apel. Pohon apel termasuk kelas I jika karbohidrat kurang,
vegetatif lemah, nitrogen cukup, dan tidak terbentuk bunga; kelas II jika karbohidrat agak kurang,
vegetatif agak vigor karena pemupukan nitrogen, tidak berbunga. Kelas III jika karbohidrat cukup,
nitrogen cukup, pohon memproduksi bunga banyak dan membentuk buah; Kelas IV jika pohon
kekurangan nitrogen, memproduksi bunga sedikit dan jarang membentuk buah. Berdasarkan model
yang dikembangkan oleh Ryugo (1988) tersebut, pohon buah-buahan dapat diatur pembungaannya
dengan mengatur pemupukan nitrogen secara tepat.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Produksi Buah di Luar Musim. Dua


hal penting dalam mengatur pembungaan diluar musim. Pertama, identifikasi terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan penerapan teknik atau metode yang digunakan. Kedua,
menghindari efek buruk yang ditimbulkan oleh perlakuan pembuahan di luar musim. Kesesuaian iklim
merupakan syarat mutlak bagi optimalnya pertumbuhan dan produksi tanaman. Secara teori tanaman
dapat berhasil baik bila tanaman sudah melampaui masa juvenil serta kondisi pertumbuhannya sehat
dan vigor sehingga dapat optimal menerima perlakuan. Kondisi tanaman yang sehat dan vigor
diperoleh apabila tanaman mendapatkan linkungan tumbuh yang sesuai dan pemeliharaan kebun
dilakukan secara benar. Masalahnya, kebun buah-buahan di Indonesia merupakan kebun rakyat
yang secara umum tidak mendapat pemeliharaan secara memadai, dicampur dengan tanaman lain
di perkarangan rumah dengan jarak tanam tidak teratur yang sangat tergantung pada kondisi alam.
Kondisi tersebut dapat dipastikan pertumbuhannya kurang optimal. Syarat terpenting bagi tanaman
agar penerapan teknologi pembuahan di luar musim dapat berhasil dengan memuaskan adalah
kondisi tanaman harus sehat dan vigor sehingga secara metabolis dan fisiologis mendukung
terjadinya perubahan atau transisi dari pertumbuhan pucuk vegetatif ke pucuk reproduktif.

Anda mungkin juga menyukai