Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 1 – 9.

Kompos limbah jamur tiram

KARAKTERISTIK KOMPOS BERBAHAN DASAR LIMBAH


BAGLOG JAMUR TIRAM (KAJIAN KONSENTRASI EM4 DAN
KOTORAN KAMBING)

COMPOST CHARACTERISTIC FROM OYSTER MUSHROOMS


BAGLOG’S WASTE (STUDY OF EM4 AND GOAT MANURE
CONCENTRATION)
Nur Lailatul Rahmah1*, Novia Ayu Setyaningtyas2, Nur Hidayat1
1)
Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP UB
2)
Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP UB
*
email korespondensi: cahya_leyla@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi penambahan konsentrasi EM4 dan konsentrasi
kotoran kambing yang tepat untuk menghasilkan kompos yang baik. Kompos terdiri dari limbah baglog
jamur tiram, kotoran kambing, dan EM4 yang dicampur hingga merata. Proses pengomposan dapat
dipercepat dengan bantuan EM4 (Effective Microorganism 4). Penelitian ini mengkaji pengaruh
penambahan konsentrasi EM4 sebesar 0%, 0,1% dan 0,2% serta penambahan konsentrasi kotoran
kambing 0%, 20%, dan 40%. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan analisis ragam
(ANOVA), jika beda nyata α=0,05 maka dilanjutkan uji DMRT 5% apabila tidak beda nyata diuji dengan
BNT 5%. Pemilihan perlakuan terbaik didapatkan dengan menggunakan metode Multiple Attribut.
Perlakuan terbaik dari penelitian ini berdasarkan rasio C/N, kadar C-organik, N, P2O5, K2O terdapat pada
penambahan konsentrasi kotoran kambing 20% dan penambahan konsentrasi EM4 0% dengan
pembalikan 2x selama sebulan (28 hari). Perlakuan terbaik memiliki rasio C/N, kadar C-organik, N, P2O5,
K2O, warna, bau, dan tekstur berturut-turut 16,51, 22,95%, 1,39%, 1,31%, 1,78%, coklat kehitaman,
halus, dan sedikit bau tanah.

Kata Kunci: Baglog Jamur Tiram, EM4, Kompos, EM4, Multiple Attribut

Abstract
The aim this research are knowing combination of additional concentration of EM4 and goat manure
appropriate concentration to produce good compost. Compost consists of oyster mushrooms baglog’s
waste, goat dung, and EM4 until evenly mixed. The composting process can be accelerated with the help
of EM4 (Effective Microorganism 4). This study examines the effect of adding EM4 concentrations of
0%, 0.1% and 0.2% and the addition of goat manure concentration of 0%, 20%, and 40%. Processing of
the data in this study using analysis of variance (ANOVA), if the real difference α = 0.05 and then
continued DMRT 5% when tested with no significant difference BNT 5%. Selection of the best treatment
is obtained by using the method of Multiple Attributes. The best treatment of this research is based on the
ratio C/N, C, N, P2O5, K2O contained in K2E1W2 treatment, namely the addition of goat manure
concentration of 20% and addition of EM4 concentration of 0% with a twice reversal for a month (28
days). The best treatment known to have a C/N ratio, C-organic’s content, N, P2O5, K2O, colour, smell,
and texture consecutive 16,51, 22,95%, 1,39%, 1,31%, 1,78%, blackish brown, smooth, slight smell of
soil.

Keywords: Oyster Mushroom baglog’s waste, EM4, Compost, EM4, Multiple Attributes

PENDAHULUAN terpakai lagi akan dibuang sehingga


Media tanam jamur atau baglog jamur menimbulkan limbah. Limbah media
adalah substrat tempat tumbuh jamur. tanam jamur tiram adalah bahan yang
Baglog jamur tiram dibuat dari berasal dari media tanam jamur tiram
pencampuran serbuk kayu gergaji dengan setelah dipanen. Komposisi limbah
dedak, kapur dan gips (Susilowati dan tersebut mempunyai kandungan nutrisi
Raharjo, 2004). Baglog jamur yang tidak seperti P 0,7%, K 0,02%, N total 0,6%

1
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 1 – 9.
Kompos limbah jamur tiram

dan C-organik 49,00%, sehingga Mikroorganisme tersebut adalah bakteri


bermanfaat untuk meningkatkan fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi,
kesuburan tanah (Sulaiman, 2011). Actinomycetes, dan jamur fermentasi
Limbah ini juga dapat dijadikan kompos (Zaman, 2007). Penambahan EM4 juga
setelah dicampur dengan kotoran kambing akan berpengaruh terhadap kualitas
(Rahmah, dkk. 2014). Salah satu alternatif kompos, permasalahan yang terdapat di
pengolahan limbah yaitu dengan lapang adalah belum diketahui berapa
memanfaatkan limbah baglog menjadi penambahan konsentrasi EM4 dan
pupuk organik melalui proses konsentrasi kotoran kambing yang tepat
pengomposan (Peniwiratri, 2007). untuk mendapatkan kompos yang baik.
Kompos dapat dihasilkan melalui
dekomposisi bahan-bahan organik yang BAHAN DAN METODE
berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan Alat dan Bahan
atau manusia oleh mikroorganisme. Alat yang digunakan adalah timbangan
Kotoran ternak kambing sebanyak digital merk Sartorius, timbangan pegas,
2.879.369 ekor di wilayah kabupaten soil tester merk Showrange, timbangan
Malang (BPS, 2012) akan mencemari analitik merk AND, oven merk Heraeus,
lingkungan apabila dibiarkan tanpa sendok, keranjang bambu, trash bag
dimanfaatkan. Kotoran kambing hitam, terpal, gelas ukur, pipet, botol
mengandung nilai rasio C/N sebesar plastik, plastik, label, ember, kertas, dan
21,12% (Cahaya dan Nugroho, 2009). tali rafia.
Selain itu, kadar hara kotoran kambing Bahan-bahan yang digunakan dalam
mengandung N sebesar 1,41%, penelitian ini adalah EM4 yang dapat
kandungan P sebesar 0,54%, dan diperoleh di toko bahan kimia, baglog
kandungan K sebesar 0,75% (Hartatik, jamur tiram didapatkan di desa Asrikaton,
2006). Pengomposan membutuhkan rasio kotoran kambing yang didapatkan dari
C/N dan kadar hara untuk aktivitas peternakan milik masyarakat di desa
mikroorganisme. Kandungan pada Asrikaton.
kotoran kambing menunjukkan bahwa Rancangan Penelitian
bahan tersebut dapat digunakan sebagai Penelitian ini menggunakan rancangan
bahan pembuatan kompos. Penambahan penelitian Rancangan Acak Kelompok
kotoran kambing merupakan faktor yang (RAK) dengan 2 faktor, yaitu konsentrasi
harus diperhatikan dalam pembuatan kotoran kambing 0% b/b, 20% b/b, 40%
kompos. b/b dan konsentrasi EM4 (Effective
Selain persyaratan bahan bakudi atas, Microorganism 4) 0% v/b, 0,1% v/b,
proses pengomposan juga membutuhkan 0,2% v/b dengan jumlah ulangan
bantuan mikroorganisme untuk sebanyak 2 kali.
mendekomposisi bahan dan mempercepat Pembuatan Kompos
proses pengomposan. Mikroorganisme Prosedur pembuatan kompos
yang digunakan untuk mempercepat dilakukan sesuai prosedur sebagai berikut:
proses pengomposan adalah Effective a. Persiapan bahan penelitian
Microorganism (EM4) sebagai salah satu Persiapan bahan utama meliputi
faktor pengomposan. Effective limbah baglog jamur tiram dan kotoran
Microorganism (EM4) merupakan kambing. Limbah baglog yang
kumpulan mikroorganisme yang dibutuhkan setiap keranjang sebanyak 10
diharapkan dapat mempercepat proses kg. Jumlah kotoran kambing yang
pengomposan dan memperkaya diperlukan untuk masing-masing
keanekaragaman mikroba.

2
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 1 – 9.
Kompos limbah jamur tiram

keranjang adalah 2 kg (K2), 4 kg (K3), terpal ditutup dengan menggunakan


dan tanpa kotoran (K1). terpal. Penutupan keranjang tesebut
b. Pengecilan ukuran dimaksudkan untuk melindungi suhu dari
Pengecilan ukuran bertujuan untuk udara bebas sekitar keranjang.
mempercepat proses pengomposan dan f. Pembalikan
memudahkan pada saat pencampuran. Pembalikan dilakukan pada minggu
Pengecilan pada baglog jamur dengan ke-2 dan minggu ke-4 atau pembalikan
cara diremah sampai tidak menggumpal. dilakukan hanya dua kali selama satu
Kotoran kambing dikecilkan ukurannya bulan. Pembalikan yang terakhir
dengan cara ditumbuk. dilakukan pada saat pemanenan hasil
c. Pencampuran bahan kompos.
Pencampuran jumlah bahan baglog g. Kompos
jamur dengan kotoran kambing dilakukan Kompos yang matang diambil
sesuai kombinasi perlakuan. Jumlah sampelnya masing-masing untuk
bahan yang dicampur pada tiap keranjang dianalisis P & K serta rasio C/N.
mempunyai berat yang sama yaitu 10 kg. Pengujian Data Pupuk Kompos
Keranjang yang digunakan sebagai Pupuk kompos yang telah matang
parameter yaitu keranjang yang hanya kemudian diuji kualitasnya secara kimia
berisi 10 kg limbah baglog jamur tanpa antara lain rasio C/N, C, N, P2O5, dan
ditambah bahan lain. Pencampuran K2O (Chemists, 2002). Data yang telah
dilakukan dengan cara menambahkan 10 didapat dilanjutkan dengan uji keragaman
kg limbah baglog jamur dengan kotoran data (ANOVA). Jika beda nyata α=0,05
kambing (K1, K2, K3) sesuai kombinasi, akan dilanjutkan dengan uji DMRT 5%,
kemudian dicampur sampai merata. apabila tidak beda nyata maka akan diuji
Bahan pada masing-masing keranjang BNT 5%. Penentuan perlakuan terbaik
akan dicampur dengan EM4 (E1, E2, E3) diuji dengan multiple attribut.
sesuai kombinasi. Bahan yang tercampur
diambil sampelnya masing-masing untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
dianalisis P & K serta rasio C/N. Analisis Kimia Campuran Bahan Baku
d. Penimbangan Analisa kimia dilakukan untuk
Penimbangan dilakukan setelah proses mengetahui rasio C/N, kandungan C-
pencampuran limbah baglog jamur tiram organik, N, P2O5, dan K2O. Hasil analisis
dan kotoran kambing serta EM4 secara kimia disajikan pada Tabel 1.
merata. Penimbangan tiap keranjang Tabel 1 Hasil Analisis Kimia Campuran Bahan
sebanyak 10 kg dan sisa bahan yang telah Baku Pupuk Kompos
Kode C- N Rasio P2 O5 K2 O
dicampur akan dipisahkan atau tidak Organik (%) C/N (%) (%)
dipakai. Penimbangan bahan 10 kg tiap (%)
keranjang dimaksudkan untuk K1E1 23,90 0,75 31,87 1,21 0,90
penyeragaman perlakuan. K1E2 25,09 0,70 35,84 1,01 0,74
e. Penataan dalam media pengomposan K1E3 29,22 0,72 40,87 2,20 3,47
K2E1 24,00 1,30 18,59 0,96 0,94
Bahan yang telah ditimbang akan
K2E2 22,67 1,19 19,13 1,60 2,35
diletakkan pada keranjang dari bambu. K2E3 24,24 0,84 28,92 1,60 2,49
Kemudian bagian atas keranjang tersebut K3E1 21,23 1,24 17,20 1,21 2,47
ditutup dengan trash bag dan diikat K3E2 28,09 1,17 24,12 1,65 1,21
dengan tali raffia. Setelah masing-masing K3E3 21,07 1,51 14,02 1,15 2,68
keranjang telah ditutup, keranjang
tersebut diletakkan sesuai urutan Tabel 1. menunjukkan bahwa
kombinasi perlakuan dan semua bagian kandungan C-organik terbesar berasal dari

3
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 1 – 9.
Kompos limbah jamur tiram

bahan baku limbah baglog jamur tiram menurunkan C-organik yang terdapat
daripada kotoran kambing. Kandungan N pada bahan baku kompos dengan cara
terbesar berasal dari kotoran kambing. mendekomposisinya menjadi CH4 dan
Perbedaan kandungan C-organik dan CO2 sehingga dapat terlepas ke
Nitrogen pada bahan akan menyebabkan lingkungan. Penurunan C-organik akan
perbedaan rasio C/N. Menurut Djaja , dkk menyebabkan peningkatan kandungan
(2006), setiap bahan organik memiliki Nitrogen sehingga menyebabkan rasio
rasio C/N yang berbeda. Imbangan C/N C/N menurun.
limbah ternak umumnya lebih rendah
dibandingkan dengan C/N dari tanaman. Nitrogen (N)
Menurut Rynk (1992), rasio C/N sesuai Rerata kandungan N kompos berkisar
dengan persyaratan karakteristik bahan antara 0,75% hingga 1,66%. Berdasarkan
baku yang layak untuk proses uji ANOVA, interaksi faktor konsentrasi
pengomposan yaitu rasio C/N berkisar EM4 dan kotoran kambing berbeda nyata
antara 20%-40%. Kandungan P2O5 dan pada α=0,05. Rerata kadar nitrogen dapat
K2O melebihi kadar di dalam tanaman dilihat pada Tabel 3.
yaitu 0,1%. Menurut Etika (2007),
umumnya kadar P2O5 dan K2O di dalam Tabel 3 Rerata Kandungan N pada Kompos
Perlakuan Penambahan Konsentrasi EM4 dan
tanaman masih di bawah kadar N yaitu Konsentrasi Kotoran Kambing
minimal 0,1%. Nama Penambahan Penambahan Rerata
Rasio C/N Perlakuan Konsentrasi Konsetrasi Nilai
Rerata rasio C/N kompos berkisar Kotoran EM4 (%) N (%)
Kambing (v/b)
antara 13,71-32,92. Berdasarkan uji (%) (b/b)
ANOVA α=0,05, interaksi faktor EM4 K1E1 0 0 0,75d
dan kotoran kambing tidak berbeda nyata, K1E2 0 0,1 0,80d
namun berbeda nyata pada konsentrasi K1E3 0 0,2 0,85d
EM4. Rerata rasio C/N kompos dapat K2E1 20 0 1,39b
dilihat pada Tabel 2. K2E2 20 0,1 1,24bc
K2E3 20 0,2 1,26bc
Tabel 2 Rerata Rasio C/N pada Kompos K3E1 40 0 1,34bc
Perlakuan Penambahan Konsentrasi EM4 K3E2 40 0,1 1,66a
Penambahan Rerata rasio K3E3 40 0,2 1,14c
Konsentrasi EM4 C/N BNT Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan
(%) (v/b) berpengaruh nyata pada α=0,05
0 31,30c
0,1 18,30b 5,23 Tabel 3. menunjukkan bahwa
0,2 14,87a semakin banyak jumlah kotoran kambing
Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan
berpengaruh nyata pada α=0,05
dan EM4 yang ditambahkan, maka
semakin meningkatkan kandungan N. Hal
Tabel 2. menunjukkan bahwa semakin ini disebabkan kotoran kambing memiliki
tinggi penambahan konsentrasi EM4 kandungan Nitrogen lebih tinggi
maka rasi C/N makin rendah. Hal ini dibandingkan limbah baglog dan EM4
disebabkan dengan semakin banyak mampu melakukan pengomposan dengan
konsentrasi EM4 maka proses baik dengan seiring banyaknya EM4 yang
pengomposan dan metabolisme makin digunakan. Menurut Balitnak (2003),
cepat sehingga makin banyak Karbon feses kambing mengandung bahan kering
yang diubah menjadi CO2 ataupun H2 O. dan Nitrogen berturut-turut 40%-50% dan
Menurut Farius, dkk (2011), proses 1,2%-2,1%. Menurut Penitriwati (2007),
pengomposan dilakukan bertujuan limbah baglog juga mengandung protein

4
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 1 – 9.
Kompos limbah jamur tiram

miselium yang cukup tinggi, hal ini Tabel 5 Rerata Kandungan C-Organik pada
menjadikannya sumber Nitrogen yang Kompos Perlakuan Penambahan Konsentrasi
Kotoran Kambing
cukup besar. Diduga peningkatan Penambahan Rerata C-
kandungan Nitrogen dikarenakan C- Konsentrasi Organik (%)
organik yang terurai manjadi CO2 lepas BNT
Kotoran Kambing
di udara. Sehingga kandungan C-organik (%) (b/b)
menurun diimbangi dengan peningkatan 0 21,29c
kandungan Nitrogen. 20 23,25b 0,56
40 24,04a
Karbon (C) Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan
Rerata C-organik kompos berkisar berpengaruh nyata pada α=0,05
antara 18,18%-28,01%. Berdasarkan uji
ANOVA α=0,05, interaksi faktor EM4 Hal ini diduga karena tumpukan
dan kotoran kambing tidak berbeda nyta, kompos mempunyai pori yang rapat.
namun setiap faktornya (konsentrasi EM4 Menurut Setiawan (2010), tekstur kotoran
dan kotoran kambing) berbeda nyata, kambing berbentuk butiran yang agak
dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5. susah pecah secara fisik, bentuk ini sangat
berpengaruh pada proses dekomposisi.
Tabel 4 Rerata Kandungan C-Organik pada
Diduga sebelum proses penguraian C-
Kompos Perlakuan Penambahan Konsentrasi EM4
Penambahan Rerata C- organik, mikroorganisme terlebih dahulu
Konsentrasi EM4 organik (%) BNT melakukan pengecilan ukuran partikel
(%) (v/b) pada kotoran kambing sehingga pada saat
0 24,82c kompos dipanen kandungan C-organik
0,1 23,56b 0,56 masih tinggi seiring tingginya
0,2 20,20a penambahan kotoran kambing. Menurut
Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan
berpengaruh nyata pada α=0,05
Cahaya (2009), mikroorganisme mesofilik
hidup pada temperatur 10°C-45°C dan
Tabel 4 menunjukkan bahwa semakin bertugas memperkecil ukuran partikel
tinggi penambahan konsentrasi EM4 bahan organik sehingga luas permukaan
maka rasio C/N makin rendah. Hal ini bahan bertambah dan mempercepat proses
diduga karena peran EM4 dibutuhkan pengomposan.
untuk merombak C-organik sebagai Fosfor (P2O5)
makanan. Menurut Penitriwati (2007), Rerata kandungan P2 O5 kompos
mikroba menggunakan karbon sebagai berkisar antara 1,24%-1,90%.
nutrisi untuk perkembangan hidupnya. Berdasarkan uji ANOVA α=0,05,
Selain itu, penurunan terjadi diduga interaksi faktor EM4 dan kotoran
karena penguraian C-organik menjadi kambing serta masing-masing faktor yaitu
CO2 yang dilepaskan di udara. Menurut konsentrasi EM4 dan kotoran kambing
Farius, dkk (2011), proses pengomposan tidak berbeda nyata. Rerata kandungan
dilakukan bertujuan menurunkan C- P2 O5 dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7.
organik yang terdapat pada bahan baku
kompos dengan cara mendekomposisinya Tabel 6 Rerata Kandungan P2O5 pada Kompos
Perlakuan Penambahan Konsentrasi EM4
menjadi CH4 dan CO2 sehingga dapat Penambahan Rerata P2O5
terlepas ke lingkungan. Konsentrasi EM4 (%) BNT
Tabel 5 menunjukkan bahwa semakin (%) (v/b)
tinggi penambahan konsentrasi kotoran 0 1,31
kambing maka rasio C/N makin tinggi. 0,1 1,25 0,35
0,2 1,33
Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan
berpengaruh nyata pada α=0,05

5
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 1 – 9.
Kompos limbah jamur tiram

Tabel 6 tidak menunjukkan beda Kalium (K2O)


nyata karena tidak adanya pengaruh Rerata kandungan K2 O kompos
peningkatan atau penurunan kandungan berkisar antara 0,72%-2,87%.
P2 O5 dengan ada tidaknya penambahan Berdasarkan uji ANOVA, interaksi faktor
konsentrasi EM4 0%, 0,1%, dan 0,2%. konsentrasi EM4 dan kotoran kambing
Nitrogen yang diikat akan digunakan oleh berbeda nyata pada α=0,05. Rerata
mikroorganisme bermetabolisme sehingga kandungan K2 O dapat dilihat pada Tabel
menghasilkan asam organik. Diduga asam 8.
organik tersebut dapat melarutkan unsur P
pada bahan. Menurut Zaman (2007), asam Tabel 8 Rerata Kandungan K2O pada Kompos
organik sebagai hasil metabolisme Perlakuan PenambahanKonsentrasi EM4 dan
Konsentrasi Kotoran Kambing
mikroorganisme dapat melarutkan unsur Nama Penambahan Penambahan Rerata
C, P, K pada bahan. Selain itu, diduga Perlakuan Konsentrasi Konsentrasi Nilai
mikroorganisme yang ditambahkan tidak Kotoran EM4 (%) K2O
Kambing (%)
dapat menguraikan fosfat pada kompos, (%)
fosfat tersebut seharusnya akan digunakan K1E1 0 0 0,72i
oleh mikroorganisme sebagai K1E2 0 0,1 0,83h
pembentukan sel. K1E3 0 0,2 1,06g
K2E1 20 0 1,78f
Tabel 7 Rerata Kandungan P2O5 pada Kompos K2E2 20 0,1 2,06d
Perlakuan Penambahan Konsentrasi Kotoran K2E3 20 0,2 1,93e
Kambing K3E1 40 0 2,43b
Penambahan Rerata P2O5 K3E2 40 0,1 2,27c
Konsentrasi (%) K3E3 40 0,2 2,87a
BNT
Kotoran Kambing Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan
(%) (b/b) berpengaruh nyata pada α=0,05
0 1,24
20 1,25 0,35
40 1,39 Tabel 8 menunjukkan beda nyata pada
Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan setiap perlakuan. Hal ini diduga karena
berpengaruh nyata pada α=0,05 kandungan K2O berasal dari bahan baku,
jadi semakin banyak kotoran kambing
Tabel 7 tidak menunjukkan beda yang ditambahkan akan meningkatkan
nyata karena tidak adanya pengaruh kandungan K2O pula. Menurut Lingga
peningkatan atau penurunan kandungan (1991), kotoran kambing mengandung
P2 O5 dengan ada tidaknya penambahan K2O sebesar 0,70%. Peningkatan
konsentrasi 0%, 20%, dan 40%. Diduga kandungan K2O juga dikarenakan proses
perubahan kandungan P2 O5 hanya metabolisme mikroorganisme berjalan
dipengaruhi oleh aktivitas baik. Menurut Fitria (2008), perbedaan
mikroorganisme dengan syarat selama kandungan K2O pada kompos disebabkan
proses pengomposan berjalan baik. Bahan oleh aktivitas mikroorganisme. Diduga
baku kotoran kambing hanya sebagai proses metabolisme menghasilkan asam
penyedia kandungan P2 O5 . Menurut organik yang akan menyebabkan daya
Hartatik (2006), kotoran kambing larut unsur-unsur hara seperti Ca, P, dan
mengandung P sebesar 0,54%. Selain itu, K menjadi tinggi.
tidak beda nyata diduga karena tidak Bau, Warna, dan Tekstur Kompos
adanya pengurangan atau penambahan Kompos matang memiliki
P2 O5 pada kotoran kambing selama kenampakan fisik berwarna coklat
proses pengomposan berlangsung. kehitaman dan bentuk remah atau

6
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 1 – 9.
Kompos limbah jamur tiram

menyerupai tanah (Budihardjo, 2006). pengamatan warna, bau, dan tekstur


Hasil pengamatan warna, tekstur, dan bau kompos. Pada pengamatan tersebut,
kompos dilkukan secara organoleptik kompos yang baik adalah pada perlakuan
(Asngad dan Suparti, 2005). Warna penambahan konsentrasi kotoran kambing
kompos yang dihasilkan mulai dari coklat 40% dan penambahan konsentrasi EM4
cerah sampai hitam. Perbedaan warna 0,2% periode pembalikan 2 kali dalam
tersebut dipengaruhi oleh komposisi sebulan.
bahan yang dicampur, semakin besar Pemilihan Perlakuan Terbaik
penambahan konsentrasi kotoran kambing Multiple attribut merupakan hasil
menghasilkan warna kompos yang lebih pengujian terbaik dengan perhitungan
gelap. Kotoran kambing mempunyai nilai galat dan nilai L minimumnya
warna yang cenderung gelap hampir dengan penetapan rasio C/N, C, N, P2O5,
menyerupai tanah. Hasil pengamatan dan K2O sebagai nilai. Berdasarkan hasil
warna, tekstur, dan bau ditunjukkan pada pengujian diperoleh perlakuan terbaik
Tabel 9. yaitu penambahan konsentrasi kotoran
kambing 20% dan penambahan
Tabel 9 Warna, Tekstur, dan Bau Kompos sesuai konsentrasi EM4 0% dengan periode
Standar SNI 19-7030-2004 pembalikan 2 minggu sekali dalam
Parameter Keterangan
Pupuk Kompos Pupuk
sebulan (28 hari). Nilai λ=1/5 didapatkan
Kompos SNI sebesar 0,20 akan tetapi pada perhitungan
Warna Hitam Kehitaman Multiple attribut diperoleh nilai terendah
Tekstur Halus Halus 0,35. Hasil analisis kimia perlakuan
Bau Tanah Berbau tanah terbaik ditunjukkan pada Tabel 10.

Kompos yang dihasilkan memiliki Tabel 10 Karakteristik Pupuk Kompos pada


tekstur yang halus karena pada saat Perlakuan Terbaik
pembuatan kompos telah dilakukan Kualitas
Pupuk Pupuk
peremahan atau penghalusan bahan baku Parameter
Kompos Organik
Keterangan
terlebih dahulu agar mudah diurai oleh (SNI)
mikroorganisme. Menurut Yulipriyanto C/N 16,51 10-20 -
(2010), makin kecil ukuran partikel C (%) 22,95 9,80-32 -
bahan organik, makin luas permukaan N (%) 1,39 0,40 Minimum
P2O5(%) 1,31 0,10 Minimum
yang dapat diserang oleh K2O(%) 1,78 0,20 Minimum
mikroorganisme, tetapi ukuran yang Warna Coklat Kehitaman -
terlalu kecil akan menghambat gerakan kehitaman
air ke dalam tumpukan kompos dan Tekstur Halus Halus -
pergerakan CO2 keluar. Kompos yang Bau Sedikit Berbau -
bau tanah Tanah
dihasilkan mempunyai variasi bau mulai
dari bau baglog sampai bau tanah.
Menurut Mirwan (2013), dari segi sifat Pada perlakuan terbaik diperoleh nilai
fisik pupuk kandang memiliki nilai yang rasio C/N 16,51. Kualitas pupuk organik
lebih baik, karena sudah mengalami mensyaratkan rasio C/N pada rentan 10-
dekomposisi yang dapat terlihat dari 20. Pada rentan tersebut rasio C/N yang
warna, pH, dan tekstur pupuk kandang paling baik adalah 12. Menurut Surtinah
lebih baik daripada limbah baglog jamur (2003), kompos yang baik adalah kompos
tiram. Hal ini menunjukkan bahwa tidak yang memiliki C/N rasio 10-12. Sehingga
semua perlakuan dapat menghasilkan rasio C/N pada pemilihan perlakuan
kompos yang baik berdasarkan terbaik sudah menghasilkan kompos yang
baik. Kandungan C-organik pupuk

7
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 1 – 9.
Kompos limbah jamur tiram

kompos pada penelitian ini masih pada


rentan SNI. Kadar Nitrogen kompos Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik
matang masih di atas standar minimum Indonesia. Badan Pusat Statistik,
kualitas pupuk kompos SNI 19-7030- Jakarta.
2004. Pada perlakuan terbaik kompos
yang dihasilkan mempunyai kandungan Cahaya, T. S. A. dan Nugroho, D, A.
P2O5 dan K2O jauh di atas nilai minimum 2009. Pembuatan Kompos
SNI. Dengan Menggunakan Limbah
Padat Organik (Sampah
KESIMPULAN Sayuran Dan Ampas Tebu).
Perlakuan terbaik yaitu penambahan Fakultas Teknik. Universitas
konsentrasi kotoran kambing 20% dan Diponegoro. Semarang.
penambahan konsentrasi EM4 0% dengan
C/N, C-organik, N, P2O5, K2O, warna, Chemists, A. O. A. 2002. Official
bau, dan tekstur berturut-turut 16,51, Methods of Analysis of AOAC
22,95%, 1,39%, 1,31%, 1,78%, coklat International. Volume I. p. 2.5-
kehitaman, halus, dan sedikit bau tanah. 2.37.In Horwitz, W. (Ed).
Agricultural Chemicals,
UCAPAN TERIMA KASIH Contaminants, Drugs. AOAC
Terima kasih penulis ucapkan kepada International, Maryland.
Fakultas Teknologi Pertanian atas
dukungan biaya yang berasal dari Dana Djaja, W., Suwardi, N. K., dan Salman, L.
PNBP Fakultas Teknologi Pertanian B. 2006. Pengaruh Imbangan
Universitas Brawijaya berdasarkan Surat Kotoran Sapi Perah dan Serbuk
Perjanjian No. 1335/UN10.10/PG/2013. Gergaj Kayu Albizia terhadap
Kandungan Nitrogen, Fosfor,
DAFTAR PUSTAKA dan Kalium serta Nilai C:N
Ratio Kompos (Effect of Dairy
Balitnak. 2003. Kotoran Kambing- Cattle Manure and Albizia Saw
Domba pun Bisa Bernilai Cust Blending on Compost’s
Ekonomis. Balai Penelitian Nitrogen, Phosporous, and
Ternak. Bogor. Potassium Content and C:N
Ratio Value). Ilmu Ternak 6: 87-
Budihardjo, M. A. 2006. Studi Potensi 90.
Pengomposan Sampah Kota
sebagai Salah Satu ALternatif Etika, Y.V. 2007.Pengaruh Pemberian
Pengelolaan Sampah di TPA Kompos Kulit Kopi, Kotoran
dengan Menggunakan Aktivator Ayam dan Kombinasinya
EM4 (Effective Microorganism). Terhadap Ketersediaan Unsur
Presipitasi 1: 25-31. N, P, dan K pada Inceptisol.
Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas
Asngad, A., dan Suprapti. 2005. Model Pertanian. Universitas Brawijaya.
Pengembangan Pembuatan Malang.
Pupuk Organik dengan
Inokulan (Studi Kasus Sampah Farius, S., Salafudin, R., Lathifa dan E.
Di TPA Mojosongo Surakarta). Apriani. 2011. Pemanfaatan
Penelitian Sains &Teknologi 6: Sampah Organik Secara Padu
101-111. Menjadi Alternatif Energi:

8
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 1 – 9.
Kompos limbah jamur tiram

Biogas dan Precursor Briket. Rynk, R., Kamp, M.V.D., Wilson, G.B.,
Prosiding Seminar Nasional Richard, T.L., Kolega J.J., Gouin
Teknik Kimia “Kejuangan”. F.R., Laliberty, L., Kay, D.,
Yogyakarta. Murphy, D.W., Hoitink,
H.A.J.,dan Brinton, W.F.1992.
Fitria, Y. 2008. Pembuatan Pupuk On-farm Composting Handbook.
Organik Cair dari Limbah Cair Northeast Regional Agricultural
Industri Perikanan Engineering Service, U.S.
Menggunakan Asam Asetat dan Department of Agriculture. Ithaca.
EM4 (Effective Microorganisme
4). Institut Pertanian Bogor. Setiawan, B.S. 2010. Membuat Pupuk
Bogor. Kandang Secara Cepat. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Hartatik, W. Dan Widowati, L.R. 2006.
Pupuk Kandang, Pupuk Organik Sulaeman, D. 2011. Efek Kompos
dan Pupuk Hayati. Balai Besar Limbah Baglog Jamur Tiram
Penelitian dan Pengembangan Putih (Pleurotus ostreanus
Sumber Daya Lahan Pertanian. Jacquin) terhadap Sifat Fisik
Bogor. Tanah serta Tumbuhan Bibit
Markisa Kuning (Passiflora
Lingga, P. 1991. Jenis dan Kandungan edulis var. Flavicarpa Degner).
Hara pada Beberapa Kotoran Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ternak. Pusat Pelatihan Pertanian
dan Pedesaan Swadaya (P4S) Surtinah. 2013. Pengujian Kandungan
ANTANAN. Bogor. Unsur Hara dalam Kompos
yang Berasal dari Serasah
Mirwan, M. 2013. Optimasi Tanaman Jagung Manis (Zea
Pengomposan Sampah Kebun mays saccharata). Ilmiah
dengan Variasi Aerasi dan Pertanian 11: 16-24.
Penambahan Kotoran Sapi
sebagai Bioaktivator. Ilmiah Yulipriyanto, H. 2010. Pengomposan
Teknik Lingkungan 4: 61-66. Fase Thermofilik Limbah
Organik Kotoran Ayam pada
Peniwiratri, L. 2007. Kualitas Kompos Lingkungan Artifisial
dari Campuran Limbah Padat Menggunakan Indore Heap
Industri Jamur Tiram (Baglog) Methode. Prosiding Seminar
dan Pupuk Kandang dengan Nasional Hasil Penelitian
Inokulan P-BIO. Tanah dan Air Pertanian. Jakarta.
8: 66-71.
Zaman, S. B. 2007. Pengomposan
Rahmah, N.L., Anggarini, S., Pulungan, Limbah The Hitam dengan
M.H., Hidayat, N dan Wignyanto. Penambahan kotoran Kambing
2014. Pembuatan Kompos pada Variasi yang Berbeda
Limbah Log Jamur: Kajian dengan Menggunakan Stater
Konsentrasi Kotoran kambing EM4 (Effective Microorganism-
dan EM4 Serta Waktu 4). Teknik 28: 125-131.
Pembalikan. Jurnal Teknologi
Pertanian. 15: 59 – 66.

Anda mungkin juga menyukai