Kata Kunci: Baglog Jamur Tiram, EM4, Kompos, EM4, Multiple Attribut
Abstract
The aim this research are knowing combination of additional concentration of EM4 and goat manure
appropriate concentration to produce good compost. Compost consists of oyster mushrooms baglog’s
waste, goat dung, and EM4 until evenly mixed. The composting process can be accelerated with the help
of EM4 (Effective Microorganism 4). This study examines the effect of adding EM4 concentrations of
0%, 0.1% and 0.2% and the addition of goat manure concentration of 0%, 20%, and 40%. Processing of
the data in this study using analysis of variance (ANOVA), if the real difference α = 0.05 and then
continued DMRT 5% when tested with no significant difference BNT 5%. Selection of the best treatment
is obtained by using the method of Multiple Attributes. The best treatment of this research is based on the
ratio C/N, C, N, P2O5, K2O contained in K2E1W2 treatment, namely the addition of goat manure
concentration of 20% and addition of EM4 concentration of 0% with a twice reversal for a month (28
days). The best treatment known to have a C/N ratio, C-organic’s content, N, P2O5, K2O, colour, smell,
and texture consecutive 16,51, 22,95%, 1,39%, 1,31%, 1,78%, blackish brown, smooth, slight smell of
soil.
Keywords: Oyster Mushroom baglog’s waste, EM4, Compost, EM4, Multiple Attributes
1
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 1 – 9.
Kompos limbah jamur tiram
2
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 1 – 9.
Kompos limbah jamur tiram
3
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 1 – 9.
Kompos limbah jamur tiram
bahan baku limbah baglog jamur tiram menurunkan C-organik yang terdapat
daripada kotoran kambing. Kandungan N pada bahan baku kompos dengan cara
terbesar berasal dari kotoran kambing. mendekomposisinya menjadi CH4 dan
Perbedaan kandungan C-organik dan CO2 sehingga dapat terlepas ke
Nitrogen pada bahan akan menyebabkan lingkungan. Penurunan C-organik akan
perbedaan rasio C/N. Menurut Djaja , dkk menyebabkan peningkatan kandungan
(2006), setiap bahan organik memiliki Nitrogen sehingga menyebabkan rasio
rasio C/N yang berbeda. Imbangan C/N C/N menurun.
limbah ternak umumnya lebih rendah
dibandingkan dengan C/N dari tanaman. Nitrogen (N)
Menurut Rynk (1992), rasio C/N sesuai Rerata kandungan N kompos berkisar
dengan persyaratan karakteristik bahan antara 0,75% hingga 1,66%. Berdasarkan
baku yang layak untuk proses uji ANOVA, interaksi faktor konsentrasi
pengomposan yaitu rasio C/N berkisar EM4 dan kotoran kambing berbeda nyata
antara 20%-40%. Kandungan P2O5 dan pada α=0,05. Rerata kadar nitrogen dapat
K2O melebihi kadar di dalam tanaman dilihat pada Tabel 3.
yaitu 0,1%. Menurut Etika (2007),
umumnya kadar P2O5 dan K2O di dalam Tabel 3 Rerata Kandungan N pada Kompos
Perlakuan Penambahan Konsentrasi EM4 dan
tanaman masih di bawah kadar N yaitu Konsentrasi Kotoran Kambing
minimal 0,1%. Nama Penambahan Penambahan Rerata
Rasio C/N Perlakuan Konsentrasi Konsetrasi Nilai
Rerata rasio C/N kompos berkisar Kotoran EM4 (%) N (%)
Kambing (v/b)
antara 13,71-32,92. Berdasarkan uji (%) (b/b)
ANOVA α=0,05, interaksi faktor EM4 K1E1 0 0 0,75d
dan kotoran kambing tidak berbeda nyata, K1E2 0 0,1 0,80d
namun berbeda nyata pada konsentrasi K1E3 0 0,2 0,85d
EM4. Rerata rasio C/N kompos dapat K2E1 20 0 1,39b
dilihat pada Tabel 2. K2E2 20 0,1 1,24bc
K2E3 20 0,2 1,26bc
Tabel 2 Rerata Rasio C/N pada Kompos K3E1 40 0 1,34bc
Perlakuan Penambahan Konsentrasi EM4 K3E2 40 0,1 1,66a
Penambahan Rerata rasio K3E3 40 0,2 1,14c
Konsentrasi EM4 C/N BNT Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan
(%) (v/b) berpengaruh nyata pada α=0,05
0 31,30c
0,1 18,30b 5,23 Tabel 3. menunjukkan bahwa
0,2 14,87a semakin banyak jumlah kotoran kambing
Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan
berpengaruh nyata pada α=0,05
dan EM4 yang ditambahkan, maka
semakin meningkatkan kandungan N. Hal
Tabel 2. menunjukkan bahwa semakin ini disebabkan kotoran kambing memiliki
tinggi penambahan konsentrasi EM4 kandungan Nitrogen lebih tinggi
maka rasi C/N makin rendah. Hal ini dibandingkan limbah baglog dan EM4
disebabkan dengan semakin banyak mampu melakukan pengomposan dengan
konsentrasi EM4 maka proses baik dengan seiring banyaknya EM4 yang
pengomposan dan metabolisme makin digunakan. Menurut Balitnak (2003),
cepat sehingga makin banyak Karbon feses kambing mengandung bahan kering
yang diubah menjadi CO2 ataupun H2 O. dan Nitrogen berturut-turut 40%-50% dan
Menurut Farius, dkk (2011), proses 1,2%-2,1%. Menurut Penitriwati (2007),
pengomposan dilakukan bertujuan limbah baglog juga mengandung protein
4
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 1 – 9.
Kompos limbah jamur tiram
miselium yang cukup tinggi, hal ini Tabel 5 Rerata Kandungan C-Organik pada
menjadikannya sumber Nitrogen yang Kompos Perlakuan Penambahan Konsentrasi
Kotoran Kambing
cukup besar. Diduga peningkatan Penambahan Rerata C-
kandungan Nitrogen dikarenakan C- Konsentrasi Organik (%)
organik yang terurai manjadi CO2 lepas BNT
Kotoran Kambing
di udara. Sehingga kandungan C-organik (%) (b/b)
menurun diimbangi dengan peningkatan 0 21,29c
kandungan Nitrogen. 20 23,25b 0,56
40 24,04a
Karbon (C) Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan
Rerata C-organik kompos berkisar berpengaruh nyata pada α=0,05
antara 18,18%-28,01%. Berdasarkan uji
ANOVA α=0,05, interaksi faktor EM4 Hal ini diduga karena tumpukan
dan kotoran kambing tidak berbeda nyta, kompos mempunyai pori yang rapat.
namun setiap faktornya (konsentrasi EM4 Menurut Setiawan (2010), tekstur kotoran
dan kotoran kambing) berbeda nyata, kambing berbentuk butiran yang agak
dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5. susah pecah secara fisik, bentuk ini sangat
berpengaruh pada proses dekomposisi.
Tabel 4 Rerata Kandungan C-Organik pada
Diduga sebelum proses penguraian C-
Kompos Perlakuan Penambahan Konsentrasi EM4
Penambahan Rerata C- organik, mikroorganisme terlebih dahulu
Konsentrasi EM4 organik (%) BNT melakukan pengecilan ukuran partikel
(%) (v/b) pada kotoran kambing sehingga pada saat
0 24,82c kompos dipanen kandungan C-organik
0,1 23,56b 0,56 masih tinggi seiring tingginya
0,2 20,20a penambahan kotoran kambing. Menurut
Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan
berpengaruh nyata pada α=0,05
Cahaya (2009), mikroorganisme mesofilik
hidup pada temperatur 10°C-45°C dan
Tabel 4 menunjukkan bahwa semakin bertugas memperkecil ukuran partikel
tinggi penambahan konsentrasi EM4 bahan organik sehingga luas permukaan
maka rasio C/N makin rendah. Hal ini bahan bertambah dan mempercepat proses
diduga karena peran EM4 dibutuhkan pengomposan.
untuk merombak C-organik sebagai Fosfor (P2O5)
makanan. Menurut Penitriwati (2007), Rerata kandungan P2 O5 kompos
mikroba menggunakan karbon sebagai berkisar antara 1,24%-1,90%.
nutrisi untuk perkembangan hidupnya. Berdasarkan uji ANOVA α=0,05,
Selain itu, penurunan terjadi diduga interaksi faktor EM4 dan kotoran
karena penguraian C-organik menjadi kambing serta masing-masing faktor yaitu
CO2 yang dilepaskan di udara. Menurut konsentrasi EM4 dan kotoran kambing
Farius, dkk (2011), proses pengomposan tidak berbeda nyata. Rerata kandungan
dilakukan bertujuan menurunkan C- P2 O5 dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7.
organik yang terdapat pada bahan baku
kompos dengan cara mendekomposisinya Tabel 6 Rerata Kandungan P2O5 pada Kompos
Perlakuan Penambahan Konsentrasi EM4
menjadi CH4 dan CO2 sehingga dapat Penambahan Rerata P2O5
terlepas ke lingkungan. Konsentrasi EM4 (%) BNT
Tabel 5 menunjukkan bahwa semakin (%) (v/b)
tinggi penambahan konsentrasi kotoran 0 1,31
kambing maka rasio C/N makin tinggi. 0,1 1,25 0,35
0,2 1,33
Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan
berpengaruh nyata pada α=0,05
5
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 1 – 9.
Kompos limbah jamur tiram
6
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 1 – 9.
Kompos limbah jamur tiram
7
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 1 – 9.
Kompos limbah jamur tiram
8
Jurnal Industria Vol 4 No 1 Hal 1 – 9.
Kompos limbah jamur tiram
Biogas dan Precursor Briket. Rynk, R., Kamp, M.V.D., Wilson, G.B.,
Prosiding Seminar Nasional Richard, T.L., Kolega J.J., Gouin
Teknik Kimia “Kejuangan”. F.R., Laliberty, L., Kay, D.,
Yogyakarta. Murphy, D.W., Hoitink,
H.A.J.,dan Brinton, W.F.1992.
Fitria, Y. 2008. Pembuatan Pupuk On-farm Composting Handbook.
Organik Cair dari Limbah Cair Northeast Regional Agricultural
Industri Perikanan Engineering Service, U.S.
Menggunakan Asam Asetat dan Department of Agriculture. Ithaca.
EM4 (Effective Microorganisme
4). Institut Pertanian Bogor. Setiawan, B.S. 2010. Membuat Pupuk
Bogor. Kandang Secara Cepat. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Hartatik, W. Dan Widowati, L.R. 2006.
Pupuk Kandang, Pupuk Organik Sulaeman, D. 2011. Efek Kompos
dan Pupuk Hayati. Balai Besar Limbah Baglog Jamur Tiram
Penelitian dan Pengembangan Putih (Pleurotus ostreanus
Sumber Daya Lahan Pertanian. Jacquin) terhadap Sifat Fisik
Bogor. Tanah serta Tumbuhan Bibit
Markisa Kuning (Passiflora
Lingga, P. 1991. Jenis dan Kandungan edulis var. Flavicarpa Degner).
Hara pada Beberapa Kotoran Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ternak. Pusat Pelatihan Pertanian
dan Pedesaan Swadaya (P4S) Surtinah. 2013. Pengujian Kandungan
ANTANAN. Bogor. Unsur Hara dalam Kompos
yang Berasal dari Serasah
Mirwan, M. 2013. Optimasi Tanaman Jagung Manis (Zea
Pengomposan Sampah Kebun mays saccharata). Ilmiah
dengan Variasi Aerasi dan Pertanian 11: 16-24.
Penambahan Kotoran Sapi
sebagai Bioaktivator. Ilmiah Yulipriyanto, H. 2010. Pengomposan
Teknik Lingkungan 4: 61-66. Fase Thermofilik Limbah
Organik Kotoran Ayam pada
Peniwiratri, L. 2007. Kualitas Kompos Lingkungan Artifisial
dari Campuran Limbah Padat Menggunakan Indore Heap
Industri Jamur Tiram (Baglog) Methode. Prosiding Seminar
dan Pupuk Kandang dengan Nasional Hasil Penelitian
Inokulan P-BIO. Tanah dan Air Pertanian. Jakarta.
8: 66-71.
Zaman, S. B. 2007. Pengomposan
Rahmah, N.L., Anggarini, S., Pulungan, Limbah The Hitam dengan
M.H., Hidayat, N dan Wignyanto. Penambahan kotoran Kambing
2014. Pembuatan Kompos pada Variasi yang Berbeda
Limbah Log Jamur: Kajian dengan Menggunakan Stater
Konsentrasi Kotoran kambing EM4 (Effective Microorganism-
dan EM4 Serta Waktu 4). Teknik 28: 125-131.
Pembalikan. Jurnal Teknologi
Pertanian. 15: 59 – 66.