Anda di halaman 1dari 31

BUDIDAYA TANAMAN JERUK

2.1 Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat :
Jeruk merupakan salah satu buah unggulan nasional yang mempunyai prospek baik untuk
dikembangkan. Permintaan buah jeruk setiap tahun mengalami peningkatan yang didukung
oleh meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya
nilai gizi bagi kesehatan. Peningkatan permintaan yang tinggi tersebut masih belum mampu
didukung oleh ketersediaan jeruk dalam skala nasional. Oleh karena itu, diperlukan adanya
pengetahuan dan ketrampilan dalam membudidayakan tanaman jeruk agar dapat membantu
dalam pemenuhan kebutuhan jeruk dalam negeri. Pada bab ini akan dijelaskaan mengenai
sejarah singkat, jenis tanaman jeruk, manfaat tanaman, sentra penanaman jeruk, dan syarat
tumbuh jeruk. Selain itu, pada bab ini juga akan menjelaskan mengenail bagaimana pedoman
budidaya jeruk mulai dari pembibitan, pengolahan media tanam jeruk, teknik penanaman,
pemeliharaan tanaman, hama dan penyakit tanaman jeruk, panen dan pascapanen.

2. Standar Kompetensi :
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang jenis tanaman jeruk, syarat tumbuh, teknik
budidaya jeruk, pemeliharaan tanaman, hama dan penyakit jeruk, panen dan pascapanen
b. Mahasiswa juga mampu melakukan budidaya tanaman jeruk, pemeliharaan tanaman,
panen dan pascapanen dengan terampil.

3. Kompetensi Dasar/Indikator Performance :


Mempelajari tentang jenis tanaman jeruk, syarat tumbuh jeruk, teknik budidaya jeruk,
pemeliharaan tanaman, hama dan penyakit jeruk, panen dan pascapanen jeruk.

4. Petunjuk Belajar :
a. Bacalah terlebih dahulu deskripsi singkat setiap Bab.
b. Pelajari dengan seksama materi kuliah dan ringkasan dari setiap Bab.
c. Kerjakan pertanyaan dan tugas yang terdapat di dalam buku kegiatan.
d. Bila menjumpai kesulitan diskusikan dengan teman dan/atau dosen pada saat kuliah.
e. Pelajari jawaban/kisi-kisi jawaban setiap pertanyaan.
2.2 Sejarah Singkat
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya
sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di
Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah
peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali.

2.3 Jenis Tanaman jeruk


Klasifikasi botani tanaman jeruk adalah sebagai berikut:
● Divisi : Spermatophyta
● Sub divisi : Angiospermae
● Kelas : Dicotyledonae
● Ordo : Rutales
● Keluarga : Rutaceae
● Genus : Citrus
● Spesies : Citrus sp.
Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Keprok (Citrus
reticulata/nobilis L.), jeruk Siem (C. microcarpa L. dan C. sinensis. L) yang terdiri atas Siem
Pontianak, Siem Garut, Siem Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. dan C. sinensis L.), jeruk
sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C. maxima Herr.) yang terdiri atas jeruk Nambangan-
Madium dan Bali. Jeruk utk bumbu masakan yang terdiri atas jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk
Purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C. hystix ABC). Jeruk varietas introduksi yang banyak
ditanam adalah varitas Lemon dan Grapefruit. Sedangkan varitas lokal adalah jeruk siem, jeruk
baby, keprok medan, bali, nipis dan purut.

Gambar 1. Macam-macam jenis jeruk (Sumber: https://www.faunadanflora.com)


Gambar 2. Jenis-jenis buah jeruk Dunia (Sumber: https://themastercleanse.org/)
2.4 Manfaat Tanaman
a. Manfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan, dimana
kandungan vitamin C yang tinggi.
b. Di Beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol
dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai utk membuat
minyak wangi, sabun wangi, esens minuman dan utk campuran kue.
c. Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional penurun
panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan penyembuh radang mata.

2.5 Sentra Penanaman Jeruk


Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi: Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa
Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan
Barat) dan Medan (Sumatera Utara). Karena adanya serangan virus CVPD (Citrus Vein Phloen
Degeneration), beberapa sentra penanaman mengalami penurunan produksi yang diperparah lagi
oleh sistem monopoli tata niaga jeruk yang saat ini tidak berlaku lagi.

2.6 Syarat Tumbuh Jeruk


1. Iklim
a. Kecepatan angin yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. utk daerah
yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan angin lebih baik ditanam
berderet tegak lurus dengan arah angin.
b. Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah (musim
hujan). Bulan basah ini diperlukan utk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya
tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di
bulan Juli-Agustus.
c. Temperatur optimal antara 25-30°C namun ada yang masih dapat tumbuh normal pada
38°C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20°C.
d. Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari.
e. Kelembaban optimum utk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.
2. Media Tanam
a. Tanah yang baik utk budidaya jeruk adalah lempung sampai lempung berpasir dengan
fraksi liat 7- 27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.
b. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok utk budidaya jeruk.
c. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok utk budidaya jeruk adalah 5,5–6,5 dengan
pH optimum 6.
d. Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan tanah.
Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air
yang mengandung garam sekitar 10%.
e. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar
30°

3. Ketinggian Tempat
Tinggi tempat dimana jeruk dapat dibudidayakan bervariasi dari dataran rendah sampai tinggi
tergantung pada spesies:
a. Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1–900 m dpl.
b. Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl.
c. Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800 m dpl.
d. Jenis Siem: 1–700 m dpl.
e. Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1–700 m dpl.
f. Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl.
g. Jenis Purut: 1–400 m dpl.

2.7 Pedoman Budidaya Jeruk


2.7.1. Pembibitan
Agribisnis jeruk diawali mulai dari pembibitan. Oleh karena itu, keberhasilan
pembangunan Agribisnis Jeruk di Indonesia menuntut dukungan industri bibit yang tangguh.
Petani maju kini menyadari sepenuhnya bahwa menanam bibit jeruk yang bermutu akan
menghasilkan pohon-pohon jeruk yang tegar dan seragam, pemeliharaan jeruk menjadi lebih
efisien, produktivitas dan mutu buah terjamin serta massa berproduksi akan lebih lama.
Benih jeruk bermutu merupakan bibit yang bebas dari 7 macam patogen sistemik seperti
CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration), CTV (Citrus Tristeza Virus), CVEV (Citrus Vein
Enation Virus) yang tular vektor dan yang non tular vektor CEV (Citrus Exocortis Viroid) ,CPsV
(Citrus Psorosis Virus), CcaV dan CTLV. Selain itu, bibit bermutu dijamin kemurnian varietas
batang atas dan batang bawahnya. Dalam praktek, bibit jeruk bermutu adalah bibit jeruk berlabel
bebas penyakit yang tahapan proses produksinya berdasarkan program pengawasan dan
sertifikasi bibit yang berlaku.
Penyakit CPVD (Citrus Vein Phloem Degeneration) yang disebabkan oleh Liberobacter
asiaticum, dapat ditularkan lewat bibit yang telah terinfeksi dan oleh serangga penular
Diaphorina citri. Pada pertengahan tahun 80-an, penyakit ganas ini telah menghancurkan
pertanaman jeruk di sebagian besar sentra produksi di Indonesia.
Bibit jeruk berlabel bebas penyakit tidak berarti tahan terhadap penyakit tersebut di atas,
tetapi setelah ditanam di lapang masih bisa terinfeksi lagi oleh penyakit yang berbahaya ini,
maka strategi pengendalian penyakit CPVD yang berupa paket teknologi Pengendalian Terpadu
Kebu Jeruk Sehat (PTKJS) harus diterapkan secara utuh, yaitu meliputi (1) menggunakan bibit
jeruk berlabel bebas penyakit, (2) mengendalikan serangga penular CPVD D. citri secara cermat,
(3) melakukan sanitasi kebun secara cermat, (4) memelihara tanaman secara optimal, (5)
konsolidasi pengelolaan kebun di suatu wilayah target pengembangan. Penerapan (PTKJS)
secara utuh dan benar diharapkan dapat mewujudkan agribisnis jeruk yang tangguh di Indonesia.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian telah
menghasilkan pohon induk jeruk bebas penyakit melalui beberapa tahapan kegiatan sebagai
berikut. Calon pohon induk yang telah di tentukan, di bersihkan dari 7 patogen sistemik tersebut
di atas melalui penyambungan tunas pucuk (“Shoot-tip graffting”) yang dilaksanakan di
laboratorium kultur jaringan milik Balai Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. Biji batang bawah
ditumbuhkan dalam media-agar yang mengandung mineral dan vitamin. Penyambungan
dilakukan dengan bantuan mikroskop menggabungkan pucuk tunas berukuran 0.15 mm dengan
semaian batang bawah sambungan, kemudian ditumbuhkan dalam media cair yang diperkaya
dengan mineral dan vitamin, dan setelah tumbuh kemudian diindeksing untuk memastikan
apakah tanaman tersebut benar-benar telah terbebas dari 7 patogen sistemik. Tanaman yang telah
dinyatakan bebas penyakit, kemudian di pelihara dalam rumah kasa sebagai pohon induk sumber
mata tempel bagi Blok Fondasi yang tersebar di beberapa propinsi di Indonesia.
Gambar 3. Alur Proses produksi pohon induk dan sistribusi benih jeruk bermutu (Sumber: Balai
Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika)

Distribusi materi perbanyakan dari pohon induk bebas penyakit hingga sampai ke petani
melalui alur baku yang berlaku secara nasional, yaitu dari Blok Fondasi, Blok Penggandaan
Mata Tempel (BPMT) ke Blok Penggandaan Benih Komersial milik penangkar bibit; baru
kemudian ke petani untuk di tanam di lapang. Pohon induk di Blok Fondasi dan BPMT
dipelihara secara optimal dalam rumah kasa yang tidak bisa dimasuki oleh serangga penular.
Indeksing secara berkala dilakukan pada setiap pohon induk di BPMT harus dibongkar setiap
tiga tahun panenan dan diremajakan kembali dengan materi yan berasal dari Blok Fondasi. Bibit
jeruk yang dinyatakan lulus pemeriksaan akan di label bebas penyakit oleh Balai Pengawasan
dan Sertifikasi Benih setempat dan dapat digunakan sebagai pohon induk.

Produksi Benih Jeruk Bermutu terdiri dari 5 kegiatan,


1. Penyediaan Semai Batang Bawah
Pemelihan jeruk baranag bawah dipilih berdasarkan pada varietas yang
kompatibel/sesuai. Eran batang bawah sebagai pendukung batang aas yaitu berpengaruh
terhadapa cekaman lingkungan, produktivitas, mutu buah, awal panen dan umur panen. Jenis
batang bawanag yang banyak digunakan adalah jenis JC (Japansche citroen), Rough Lemon
(RL), Volkameriana, Kunci-01, Poncitrus trifollata, carizo citrange dan troyer citrange karena
memiliki sifat-sifat yang baik untuk batang bawah. Tahapan dalam persiapan batang bawah
adalah sebagai berikut:
a. Buah di panen dalam kondisi masak (fisiologi - optimum) dan jangan memanen buah
yang jatuh
b. Biji dipisahkan dari daging buah kemudian dihilangkan lendirnya dan dicuci dengan abu
dan air.
c. Biji direndam dengan air hangat pada suhu 520C selama 10 menit atau dalam Benomyl
5% selama 5 menit.
d. Penyemaian benih batang bawah dilakukan dalam polybag atau rak semai dengan
menggunakan media pasir sungai/tanah sedimen. Jarak tanam yang digunakan adalah 1-2
cm X 5 cm.
e. Pemeliharaan yang dilakukan antara lain yaitu penyiraman, pengendalian OPT dan
pemberian sungkup plastik.
f. Transplanting benih dalam sigle pot menggunakan polybag ukuran 30 X 15 cm dengan
media tumbuh campuran pupuk organik dan tanah. Selama proses transplanting juga
dilakukan seleksi bibit.

Gambar 4. Persiapan batang bawah (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika)
Gambar 5. Penyemaian benih batang bawah (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah
Subtropika)

Gambar 6. Seleksi bibit batang bawah (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika)
Gambar 7. Transplanting benih jeruk dalam single pot (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan
Buah Subtropika)
2. Penempelan (Okulasi)
a. Semua peralatan yang akan digunakan untuk transplanting harus dalam kondisi steril.
Peralatan okulasi meliputi gunting pangkas, plastik okulasi, klorox, dan pestisida.
b. Menyiapkan tali plastik dengan cara memotong-motong plastik dengan ukuran ± 1 x 5
cm.
c. Mengasah pisau okulasi agar tetap tajam.
d. Menyiapkan ranting mata temple (entris) dari BPMT dan dipilih ranting yang memiliki
mata aktif.
e. Memangkas duri dan daun semai batang bawah pada ketinggian ± 25 cm.
f. Okulasi dengan metode irisan kulit berkayu (chip budding).
g. Mengoles pisau dengan kapas yg telah dicelup dalam alkohol 70 %.
h. Mengikat dengan tali plastik yang telah disediakan dari bawah ke atas.

Gambar 8. Perlakuan mata tunas dan tahapan okulasi jeruk (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan
Buah Subtropika)
3. Pemeliharaan Tanaman
a. Menjaga tanaman yang telah diokulasi agar tidak kekeringan.
b. Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida terpilih setiap 2 minggu.
c. Membuka tali okulasi pada hari ke 21.
d. Memangkas batang 1 cm diatas bidang okulasi.
e. Membuang setiap tunas liar yang tumbuh pada batang bawah dan hanya disisakan tuns
okulasi saja.
f. Memupuk semai batang bawah setiap 2 minggu sekali dengan pupuk yang dilarutkan
dalam air dengan takaran 15 gram ZA dan 10 gram NPK (15-15-15) dalam 1 liter air,
dengan jatah ± 100-150 ml campuran pupuk per tanaman.

Gambar 9. Pemeliharaan bibit jeruk (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika)

4. Distribusi/Penyaluran benih
a. Umur 4 – 5 bulan sejak okulasi.
b. Sudah memiliki dua tahap pertunasan.
c. Tinggi tanaman minimal 60 cm dari okulasi.
d. Penyaluran benih jeruk harus menyertakan label biru yang dikaitkan pada setiap individu
tanaman.
Gambar 10. Distribusi benih jeruk (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika)

2.7.2. Pengolahan Media Tanam Jeruk


Pengolahan media tanam di lahan dimulai dari kegiatan sanitasi kebun. Sanitasi kebun
adalah adalah upaya membuang bagian tanaman atau membongkar pohon yang terserang CPVD.
Gejala awal dapat dikenali dengan adanya „blotching/motling‟, yaitu warna kuning pada daun
yang tidak dibatasi oleh tulang daun dan tidak simetris, pertumbuhan daun terhambat, daun
mengecil, relatif kaku, runcing dan menghadap ke atas. Pemangkasan ranting terinfeksi CPVD
(sektoral) dapat dilakukan dengan memotong ranting dua periode tunas sebelumnya. Pohon jeruk
yang telah terinfeksi CPVD secara menyeluruh harus di bongkar sampai ke seluruh bagian akar
tanaman.
Tanaman jeruk ditanam di tegalan tanah sawah/di lahan berlereng. Jika ditanam di suatu
bukit perlu dibuat sengkedan/teras. Lahan yang akan ditamani dibersihkan dari tanaman lain atau
sisa-sisa tanaman. Jarak tanam bervariasi utk setiap jenis jeruk dapat dilihat pada data berikut ini:
o Keprok dan Siem : jarak tanam 5 x 5 m
o Manis : jarak tanam 7 x 7 m
o Sitrun (Citroen) : jarak tanam 6 x 7 m
o Nipis : jarak tanam 4 x 4 m
o Grape fruit : jarak tanam 8 x 8 m
o Besar : jarak tanam (10-12) x (10-12) m
Inovasi teknologi Sitara merupakan teknologi baru yang sedang dikembangkan di
Balitjestro. Teknologi ini merupakan teknologi sistem tanam rapat pada budidaya jeruk sehingga
jumlah populasi jeruk semakin meningkat dengan jumlah lahan yang sama. Inovasi ini juga
menjadi solusi bagi petani yang ingin meningkatkan produksi jeruk namun memiliki jumlah
lahan yang terbatas.

Gambar 11. Inovasi Teknologi SiTara (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika)

Lubang tanam hanya dibuat pada tanah yang belum diolah dan dibuat 2 minggu sebelum
tanah. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atas tanah (25 cm). Tanah
berasal dari lapisan atas dicampur dengan 20 kg pupuk kandang. Setelah penanaman tanah
dikembalikan lagi ke tempat asalnya. Bedengan (guludan) berukuran 1 x 1 x 1 m hanya dibuat
jika jeruk ditanam di tanah sawah.

2.7.3. Teknik Penanaman


Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air utk
menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam, perlu dilakukan:
o Pengurangan daun dan cabang yang berlebihan.
o Pengurangan akar.
o Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat.
o Setelah bibit ditaman, siram secukupnya dan diberi mulsa jerami, daun kelapa atau daun-
daun yang bebas penyakit di sekitarnya. Letakkan mulsa sedemikian rupa agar tidak
menyentuh batang utk menghindari kebusukan batang. Sebelum tanaman berproduksi dan
tajuknya saling menaungi, dapat ditanam tanaman sela baik kacang-kacangan/sayuran.
Setelah tajuk saling menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup
tanah yang sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.
Gambar 12. Cara tanam jeruk (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika)

2.7.4. Pemeliharaan Tanaman


1. Penyulaman : Dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.
2. Penyiangan : Gulma dibersihkan sesuai dengan frekuensi pertumbuhannya, pada saat
pemupukan juga dilakukan penyiangan.
3. Pembubunan : Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan apakah ada tanah di
sekitar perakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu dilakukan jika pangkal akar
sudah mulai terlihat.
4. Pemangkasan : Pemangkasan bertujuan utk membentuk tajuk pohon dan menghilangkan
cabang yang sakit, kering dan tidak produktif/tidak diinginkan. Dari tunas-tunas awal
yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang kelak akan membentuk tajuk
pohon. Pada pertumbuhan selanjutnya, setiap cabang memiliki 3-4 ranting atau
kelipatannya. Bekas luka pangkasan ditutup dengan fungisida atau lilin utk mencegah
penyakit. Sebaiknya celupkan dulu gunting pangkas ke dalam Klorox/alkohol. Ranting
yang sakit dibakar atau dikubur dalam tanah.
5. Pemupukan : Pemberian jenis pupuk dan dosis (gram/tanaman) setelah penanaman adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Dosis Pemupukkan Tanaman Jeruk
No. Umur Dosis Pupuk
1 1 Bulan Urea=100; ZA=200; TSP=25; ZK=100; Dolomit=20; Pupuk
kandang=20 kg/tan.
2 2 Bulan Urea=200; ZA=400; TSP=50; ZK=200; Dolomit=40; Pupuk
kandang=40 kg/tan.
3 3 Bulan Urea=300; ZA=600; TSP=75; ZK=300; Dolomit=60; Pupuk
kandang=60 kg/tan.
4 4 Bulan Urea=400; ZA=800; TSP=100; ZK=400; Dolomit=80; Pupuk
kandang=80 kg/tan.
5 5 Bulan Urea=500; ZA=1000; TSP=125; ZK=500; Dolomit=100; Pupuk
kandang=100 kg/tan.
6 6 Bulan Urea=600; ZA=1200; TSP=150; ZK=600; Dolomit=120; Pupuk
kandang=120 kg/tan.
7 7 Bulan Urea=700; ZA=1400; TSP=175; ZK=700; Dolomit=140; Pupuk
kandang=140 kg/tan.
8 8 Bulan Urea=800; ZA=1600; TSP=200; ZK=800; Dolomit=160; Pupuk
kandang=160 kg/tan.
9 >8 bulan Urea >1000; ZA=2000; TSP=200; ZK=800; Dolomit=200; Pupuk
kandang=200 kg/tan.
6. Pengairan dan Penyiraman : Penyiraman jangan menggenangi batang akar. Tanaman
diairi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia,
tanah di sekitar tanaman digemburkan dan ditutup mulsa.
7. Penjarangan Buah jeruk : Pada tahun di mana pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan
penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan dan bobot buah serta
kualitas buah terjaga. Buah yang dibuang meliputi buah yang sakit, yang tidak terkena
sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di dalam satu tangkai.
Hilangkan buah di ujung kelompok buah dalam satu tangkai utama dan sisakan 2-3 buah.

Gambar 13. Pemeliharaan tanaman jeruk (Sumber: Dokumentasi Pribadi)


2.8 Hama dan Penyakit
2.8.1. Hama Tanaman Jeruk
1. Kutu loncat (Diaphorina citri.)
o Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda.
o Gejala: tunas keriting, pertumbuhan terhambat dan tanaman mati.
o Pengendalian: ambang kendali 1 ekor kalau ada tanaman sakit, menggunakan
insektisida bahan aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), Monocrotophos
(Azodrin 60 WSC) dan endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC).
Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, Selain itu buang bagian yang
terserang.

Gambar 14. Kutu Loncat Jeruk (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika)

2. Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii)


o Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga.
o Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa.
o Pengendalian: fase kritis pada tunas muda dengan ambang pengendalian 20 ekor/tunas,
menggunakan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC),
Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cyangon), Diazinon (Basudin 60 EC),
Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC).
Gambar 15. Kutu daun hitam dan Kutu daun coklat (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah
Subtropika)

3. Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella)


o Bagian yang diserang adalah daun muda.
o Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut,
menggulung, rontok.
o Pengendalian: semprotkan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40
EC, Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50 EC, 50 WP)< Diazinon (Basazinon
45/30 EC). Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.

Gambar 16. Kutu peliang daun dan cara pengendaliannya (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan
Buah Subtropika)

4. Tungau (Tenuipalsus sp., Eriophyes sheldoni, Tetranychus sp)


o Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah.
o Gejala: bercak keperak-perakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat
pada daun.
o Pengendalian: semprotkan insektisida Propargite (Omite), Cyhexation (Plictran),
Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25 WP, Dicarbam 50 WP). Penggunaan
sulfur pada saat buah muda dapat mencegah peningkatan populasi TKJ/tungau merah.
Secara alami hama ini dikendalikan oleh predator Crysophida, Coccinellidae, dan
entomopatogen Hirsutella sp.

Gambar 17. Tungau merah dan Tungau karat jeruk (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah
Subtropika)

5. Penggerek buah
o Bagian yang diserang adalah buah.
o Gejala: lubang yang mengeluarkan getah.
o Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi kemudian menggunakan insektisida
Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC) yang
disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.

Gambar 18. Penggerek buah jeruk (Sumber: https://cvcempakamulya.wordpress.com)


6. Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)
o Bagian yang diserang Helopeltis antonii.
o Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan
buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis.
o Pengendalian: semprotkan insektisida Fenitrotionmothion (Sumicidine 50 EC),
Fenithion (Lebaycid), Metamidofos (Tamaron), Methomil (Lannate 25 WP).

Gambar 19. Kutu penghisap daun (Sumber: https://cvcempakamulya.wordpress.com)

7. Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.)


o Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes.
o Gejala: bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah
muda gugur sebelum tua.
o Pengendalian: gunakan insektisida dengan bahan aktif Methomyl (Lannate 25 WP) dan
Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian buang bagian yang diserang.

Gambar 20. Ulat penggerek buah jeruk (Sumber: https://cvcempakamulya.wordpress.com)


8. Thrips (Scirtotfrips citri.)
o Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda.
o Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi
hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang
disertai nekrotis.
o Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari measuk
ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Kemudian gunakan insektisida
berbahan aktif Difocol (Kelthane) atau Z-Propargite (Omite) pada masa bertunas.

Gambar 21. Thrips (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika)

9. Kutu dompolon (Planococcus citri.)


o Bagian yang diserang adalah tangkai buah.
o Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur.
o Pengendalian: gunakan insektisda Methomyl (Lannate 25 WP), Triazophos (Fostathion
40 EC), Carbaryl (Sevin 85 S), Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian cegah
datangnya semut yang dapat memindahkan kutu.

Gambar 22. Kutu Dompolan (Sumber: https://cvcempakamulya.wordpress.com)


10. Lalat buah (Dacus sp.)
o Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak.
o Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah.
o Pengendalian: gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid 550 EC), Dimethoathe (Roxion
40 EC, Rogor 40 EC) dicampur dengan Feromon Methyl-Eugenol atau protein
Hydrolisate.

Gambar 23. Gejala lalat buah dan cara pengendaliannya (Sumber: Balai Penelitian Jeruk
dan Buah Subtropika)

11. Kutu sisik (Lepidosaphes beckii, Unaspis citri.)


o Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai.
o Gejala: daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan
berat terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur.
o Pengendalian: gunakan pestisida Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G, Basazinon 45/30 EC),
Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Dichlorophos (Nogos 50 EC), Methidhation
(Supracide 40 EC).

Gambar 24. Kutu Sisik (Sumber: https://cvcempakamulya.wordpress.com)


12. Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes.)
o Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah.
o Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati.
o Pengendalian: perbaiki sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian
gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G).

Gambar 25. Kumbang belalai (Sumber: https://cvcempakamulya.wordpress.com)

2.8.2. Penyakit Tanaman Jeruk


1. CVPD
o Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian
yang diserang: silinder pusat (phloem) batang.
o Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye.
o Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi
kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida utk
vektor dan perhatikan sanitasi kebun yang baik.

Gambar 26. Gejala Penyakit CVPD (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah
Subtropika)
2. Tristeza
o Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang jeruk
manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen.
o Gejala: lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat.
o Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yang terserang,
kemudian kendalikan vektor dengan insektisida Supracide atau
Cascade.

Gambar 27. Gejala penyakit Citrus tristeza (Sumber: http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/)

3. Woody gall (Vein Enation)


o Penyebab: virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera citridus, Aphis gossypii.
Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour Orange.
o Gejala: Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di permukaan daun.
o Pengendalian: gunaan mata tempel bebas virus dan perhatikan sanitasi lingkungan.

Gambar 28. Gejala penyakit Vein Enation (Sumber: http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/)

4. Blendok
o Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau cabang.
o Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna
kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas.
o Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau
fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.

Gambar 29. Gejala penyakit Blendok/Diplodia (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah
Subtropika)

5. Embun tepung
o Penyebab: jamur Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan tangkai
muda.
o Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda.
o Pengendalian: gunakan fungisida fungisida Siprokonozal, Propineb, Copper Hidrocide
dan Benomyl menjelang dan saat bertunas.

Gambar 30. Gejala penyakit Embun tepung (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah
Subtropika)

6. Kudis
o Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau
buah.
o Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye.
o Pengendalian: pemangkasan teratur. Kemudian gunakan Fungisida Dithiocarbamate
/Benomyl (Benlate).

Gambar 31. Gejala penyakit kudis jeruk, A-C: kudis pada permukaan atas daun jeruk
masam, D: gejala pada permukaan bawah daun, E dan F: gejala berupa
tonjolan mengerucut pada permukaan bawah daun, G dan H: gejala pada
buah, I: gejala pada buah jeruk RL, dan J: gejala pada buah tangelo.
Sumber, A-G: Citrus Diseases, H-I: Plantwise Knowledge Bank (Sumber:
peduliketahananhayatijeruk.blogspot.com)

7. Busuk buah
o Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian
yang diserang adalah buah.
o Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit.
o Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas/fungisida
benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.
Gambar 32. Gejala busuk buah jeruk (Sumber: https://8villages.com/)

8. Busuk akar dan pangkal batang


o Penyebab: jamur Phyrophthoranicotianae. Bagian yang diserang adalah akar dan
pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna kuning.
o Gejala: tunas tidak segar, tanaman kering.
o Pengendalian: pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu
penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah.

Gambar 33. Gejala busuk pangkal batang (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah
Subtropika)
9. Jamur upas
o Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang.
o Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit
dikelupas.
o Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum.
Kemudian potong cabang yang terinfeksi.

Gambar 34. Gejala penyakit upas (Sumber: http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id/)

10. Kanker
o Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yang diserang adalah
daun, tangkai, buah.
o Gejala: bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar
dan tampak seperti gabus pecah dengan diameter 3-5 mm.
o Pengendalian: Fungisida Cu seperti Bubur Bordeaux, Copper oxychlorida. Selain itu utk
mencegah serangan ulat peliang daun adalah dengan mencelupkan mata tempel ke
dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam.

Gambar 35. Gejala penyakit kangker (Sumber: http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/)


2.9 Panen Jeruk
1. Ciri dan Umur Panen
Buah jeruk dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 28–36 minggu,
tergantung jenis/varietasnya.
2. Cara Panen
Buah dipetik dengan menggunakan gunting pangkas.
3. Perkiraan Produksi
Rata-rata tiap pohon dapat menghasilkan 300-400 buah per tahun, kadang-kadang sampai 500
buah per tahun. Produksi jeruk di Indonesia sekitar 5,1 ton/ha masih di bawah produksi di
negara subtropis yang dapat mencapai 40 ton/ha.

2.10 Pascapanen
1. Pengumpulan
Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih. Pisahkan buah yang mutunya
rendah, memar dan buang buah yang rusak. Sortasi dilakukan berdasarkan diameter dan berat
buah yang biasanya terdiri atas 4 kelas. Kelas A adalah buah dengan diameter dan berat
terbesar sedangkan kelas D memiliki diameter dan berat terkecil.
2. Penyortiran dan Penggolongan
Setelah buah dipetik dan dikumpulkan, selanjutnya buah disortasi/dipisahkan dari buah yang
busuk. Kemudian buah jeruk digolongkan sesuai dengan ukuran dan jenisnya.
3. Penyimpanan
Untuk menyimpan buah jeruk, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan temperatur
ruangan 8-10 derajat C.
4. Pengemasan
Sebelum pengiriman, buah dikemas di dalam keranjang bambu/kayu tebal yang tidak terlalu
berat utk kebutuhan lokal dan kardus utk ekspor. Pengepakan jangan terlalu padat agar buah
tidak rusak. Buah disusun sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada ruang udara
bebas tetapi buah tidak dapat bergerak. Wadah utk mengemas jeruk berkapasitas 50-60 kg.
2.11 Penginduksi pembungaan dengan teknologi BujangSeta
Teknologi Bujangseta merupakan teknologi produksi buah jeruk sepanjang tahun, sesuai
dengan citarasa pasar dan memiliki kualitas prima. Teknologi ini memadukan beberapa
kombinasi perlakuan budidaya yaitu meliputi manajemen kanopi jeruk, manajemen penginduksi
pembungaan, manajemen nutrisi dan manajemen hama serta penyakit. Manajemen kanopi dalam
bujangseta berhubungan dengan pemangkasan. Fungsi pemangkasan pada tanaman jeruk adalah
untuk kesehatan, membentuk struktur tanaman, mengurangi masalah hama/penyakit tanaman
karena Kelembaban yang tinggi sepanjang tahun di daerah tropis lebih banyak, mengarahkan
pertumbuhan, untuk produksi buah, untuk mengontrol ukuran buah dan meningkatkan masuknya
sinar matahari dalam kanopi. Pemangkasan menurut Supriyanto et al. terbagi menjadi dua yaitu
pangkas bentuk untuk arsitektur pohon dengan pola 1-3-9 dan pangkas pemeliharaan. Bentuk
pemangkasan memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah-peubah pertumbuhan vegetatif
dan keragaan tanaman, misalnya pemngkasan pagar dan pangkas terbuka tengah membantu
dalam memperluas permukaan kanopi untuk menyerap cahaya matahari. Melalui kegiatan
pemangkasan pada tanaman dewasa juga diharapkan dapat meningkatkan nisbah C/N ratio pada
batang atau ranting tanaman sehingga mampu memicu hormon untuk mamcu keluarnya bud
flower (tunas bunga) dengan kombinasi pelengkungkan cabang sehingga tunas menjadi
produktif.
Manajemen penginduksi pembungaan pada tanaman jeruk jeruk berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya, dapat dilakukan secara fisik misalnya melalui
pelengkungan cabang maupun kimiawi dengan aplikasi paclobutrazol dengan didorong
manajemen pemupukan yang optimal. Tanaman jeruk keprok yang telah dilengkungkan kebawah
dapat berbunga dan berbuah dibandingakan tanpa perlakuan pelengkungan cabang. Perlakuan
pijet dilengkung (PIKUNG) yang dilakukan oleh Supriyanto dan Cahyono juga menunjukkan
adanya peran positif pelengkungan dalam mempercepat pembungaan jeruk bahkan dalam satu
tanaman dapat memiliki 6 stadia perkembangan buah yang berbeda sehingga massa panen
berbeda-beda bisa 4 - 5 kali panen dalam satu tahun/pertanaman. Kegiatan ini telah dilaksanakan
di Kebun Percobaan Banaran Butu Malang.
Aplikasi teknologi pembungaan pada tanaman jeruk perlu didukung juga dengan
manajemen nutrisi yang optimal karena kecukupan nutrisi adalah faktor utama penentu mutu dan
produksi dari buah jeruk. Dosis pemupukan yang tepat merupakan salah cara untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman yang belum berproduksi serta berperan dalam mendukung
pecahnya tunas yang dipacu oleh hormon sitokinin. Nutrisi berupa pupuk yang diberikan dapat
berupa pupuk organik maupun anorganik. Dosis pupuk yang diberikan dalam menginduksi
pembungaan menurut Supriyanto dan Cahyono (24) adalah 50 kg/tanaman pupuk kandang + 0,6
kg/tanaman NPK (16-16-16) + 2,5 gr/liter ZA + kiserit (MgS04) 2,5 gr/liter dengan internal
masing-masing 1,5 bulan.
Indikasi atau tolok ukur keberhasilan pemeliharaan tanaman jeruk di lapang dapat
ditunjukkan dengan tingkat serangan hama dan penyakit pada pertamanan jeruk. Makin intesif
pemeliharaan makin rendah tingkat serangannya dan sebaliknya. Oleh karena itu dalam
mendukung teknologi bujangseta diperlukan adanya pengelolaan manjemen pengendalian hama
dan penyakit. Kegiatan ini dimulai dari kegiatan pencegahan terlebih dahulu diantaranya adalah
pengunaan benih atau bibit bermutu. Manajemen pengendalian penyakit dilahan dapat dilakukan
dengan mengaplikasikan pestisida hayati misalya Tricoderma, aplikasi bubur california berbahan
dasar serbuk belerang dan kapur hidup yang dicampurkan di air yang direbus mendidih, serta
aplikasi pestisida kimia yang dilakukan pada awal dan akhir musim hujan. Melalui penerapan
bujangseta, diharapkan akan membantu produksi buah jeruk secara berjenjang sepanjang tahun
sehingga ketersedian jeruk dapat kontinuitas dan agribinis jeruk di Indonesia menjadi lebih
berkembang.

Gambar 36. Teknologi Pikung (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika)
2.12 Umpan Balik
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas.
1. Sebutkan jenis-jenis tanaman jeruk
2. Jelaskan manfaat tanaman jeruk
3. Jelaskan syarat tumbuh tanaman jeruk
4. Jelaskan bagaimana cara pembibitan tanaman jeruk
5. Jelaskan bagaimana teknik menanam bibit jeruk
6. Sebutkan macam-macam hama dan penyakit tanaman jeruk
7. Bagaimana cara melkukan panen dan penanganan pascapanen jeruk.

Anda mungkin juga menyukai