2.1 Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat :
Jeruk merupakan salah satu buah unggulan nasional yang mempunyai prospek baik untuk
dikembangkan. Permintaan buah jeruk setiap tahun mengalami peningkatan yang didukung
oleh meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya
nilai gizi bagi kesehatan. Peningkatan permintaan yang tinggi tersebut masih belum mampu
didukung oleh ketersediaan jeruk dalam skala nasional. Oleh karena itu, diperlukan adanya
pengetahuan dan ketrampilan dalam membudidayakan tanaman jeruk agar dapat membantu
dalam pemenuhan kebutuhan jeruk dalam negeri. Pada bab ini akan dijelaskaan mengenai
sejarah singkat, jenis tanaman jeruk, manfaat tanaman, sentra penanaman jeruk, dan syarat
tumbuh jeruk. Selain itu, pada bab ini juga akan menjelaskan mengenail bagaimana pedoman
budidaya jeruk mulai dari pembibitan, pengolahan media tanam jeruk, teknik penanaman,
pemeliharaan tanaman, hama dan penyakit tanaman jeruk, panen dan pascapanen.
2. Standar Kompetensi :
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang jenis tanaman jeruk, syarat tumbuh, teknik
budidaya jeruk, pemeliharaan tanaman, hama dan penyakit jeruk, panen dan pascapanen
b. Mahasiswa juga mampu melakukan budidaya tanaman jeruk, pemeliharaan tanaman,
panen dan pascapanen dengan terampil.
4. Petunjuk Belajar :
a. Bacalah terlebih dahulu deskripsi singkat setiap Bab.
b. Pelajari dengan seksama materi kuliah dan ringkasan dari setiap Bab.
c. Kerjakan pertanyaan dan tugas yang terdapat di dalam buku kegiatan.
d. Bila menjumpai kesulitan diskusikan dengan teman dan/atau dosen pada saat kuliah.
e. Pelajari jawaban/kisi-kisi jawaban setiap pertanyaan.
2.2 Sejarah Singkat
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya
sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di
Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah
peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali.
3. Ketinggian Tempat
Tinggi tempat dimana jeruk dapat dibudidayakan bervariasi dari dataran rendah sampai tinggi
tergantung pada spesies:
a. Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1–900 m dpl.
b. Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl.
c. Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800 m dpl.
d. Jenis Siem: 1–700 m dpl.
e. Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1–700 m dpl.
f. Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl.
g. Jenis Purut: 1–400 m dpl.
Distribusi materi perbanyakan dari pohon induk bebas penyakit hingga sampai ke petani
melalui alur baku yang berlaku secara nasional, yaitu dari Blok Fondasi, Blok Penggandaan
Mata Tempel (BPMT) ke Blok Penggandaan Benih Komersial milik penangkar bibit; baru
kemudian ke petani untuk di tanam di lapang. Pohon induk di Blok Fondasi dan BPMT
dipelihara secara optimal dalam rumah kasa yang tidak bisa dimasuki oleh serangga penular.
Indeksing secara berkala dilakukan pada setiap pohon induk di BPMT harus dibongkar setiap
tiga tahun panenan dan diremajakan kembali dengan materi yan berasal dari Blok Fondasi. Bibit
jeruk yang dinyatakan lulus pemeriksaan akan di label bebas penyakit oleh Balai Pengawasan
dan Sertifikasi Benih setempat dan dapat digunakan sebagai pohon induk.
Gambar 4. Persiapan batang bawah (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika)
Gambar 5. Penyemaian benih batang bawah (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah
Subtropika)
Gambar 6. Seleksi bibit batang bawah (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika)
Gambar 7. Transplanting benih jeruk dalam single pot (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan
Buah Subtropika)
2. Penempelan (Okulasi)
a. Semua peralatan yang akan digunakan untuk transplanting harus dalam kondisi steril.
Peralatan okulasi meliputi gunting pangkas, plastik okulasi, klorox, dan pestisida.
b. Menyiapkan tali plastik dengan cara memotong-motong plastik dengan ukuran ± 1 x 5
cm.
c. Mengasah pisau okulasi agar tetap tajam.
d. Menyiapkan ranting mata temple (entris) dari BPMT dan dipilih ranting yang memiliki
mata aktif.
e. Memangkas duri dan daun semai batang bawah pada ketinggian ± 25 cm.
f. Okulasi dengan metode irisan kulit berkayu (chip budding).
g. Mengoles pisau dengan kapas yg telah dicelup dalam alkohol 70 %.
h. Mengikat dengan tali plastik yang telah disediakan dari bawah ke atas.
Gambar 8. Perlakuan mata tunas dan tahapan okulasi jeruk (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan
Buah Subtropika)
3. Pemeliharaan Tanaman
a. Menjaga tanaman yang telah diokulasi agar tidak kekeringan.
b. Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida terpilih setiap 2 minggu.
c. Membuka tali okulasi pada hari ke 21.
d. Memangkas batang 1 cm diatas bidang okulasi.
e. Membuang setiap tunas liar yang tumbuh pada batang bawah dan hanya disisakan tuns
okulasi saja.
f. Memupuk semai batang bawah setiap 2 minggu sekali dengan pupuk yang dilarutkan
dalam air dengan takaran 15 gram ZA dan 10 gram NPK (15-15-15) dalam 1 liter air,
dengan jatah ± 100-150 ml campuran pupuk per tanaman.
Gambar 9. Pemeliharaan bibit jeruk (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika)
4. Distribusi/Penyaluran benih
a. Umur 4 – 5 bulan sejak okulasi.
b. Sudah memiliki dua tahap pertunasan.
c. Tinggi tanaman minimal 60 cm dari okulasi.
d. Penyaluran benih jeruk harus menyertakan label biru yang dikaitkan pada setiap individu
tanaman.
Gambar 10. Distribusi benih jeruk (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika)
Gambar 11. Inovasi Teknologi SiTara (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika)
Lubang tanam hanya dibuat pada tanah yang belum diolah dan dibuat 2 minggu sebelum
tanah. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atas tanah (25 cm). Tanah
berasal dari lapisan atas dicampur dengan 20 kg pupuk kandang. Setelah penanaman tanah
dikembalikan lagi ke tempat asalnya. Bedengan (guludan) berukuran 1 x 1 x 1 m hanya dibuat
jika jeruk ditanam di tanah sawah.
Gambar 14. Kutu Loncat Jeruk (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika)
Gambar 16. Kutu peliang daun dan cara pengendaliannya (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan
Buah Subtropika)
Gambar 17. Tungau merah dan Tungau karat jeruk (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah
Subtropika)
5. Penggerek buah
o Bagian yang diserang adalah buah.
o Gejala: lubang yang mengeluarkan getah.
o Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi kemudian menggunakan insektisida
Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC) yang
disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.
Gambar 21. Thrips (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika)
Gambar 23. Gejala lalat buah dan cara pengendaliannya (Sumber: Balai Penelitian Jeruk
dan Buah Subtropika)
Gambar 26. Gejala Penyakit CVPD (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah
Subtropika)
2. Tristeza
o Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang jeruk
manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen.
o Gejala: lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat.
o Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yang terserang,
kemudian kendalikan vektor dengan insektisida Supracide atau
Cascade.
4. Blendok
o Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau cabang.
o Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna
kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas.
o Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau
fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.
Gambar 29. Gejala penyakit Blendok/Diplodia (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah
Subtropika)
5. Embun tepung
o Penyebab: jamur Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan tangkai
muda.
o Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda.
o Pengendalian: gunakan fungisida fungisida Siprokonozal, Propineb, Copper Hidrocide
dan Benomyl menjelang dan saat bertunas.
Gambar 30. Gejala penyakit Embun tepung (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah
Subtropika)
6. Kudis
o Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau
buah.
o Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye.
o Pengendalian: pemangkasan teratur. Kemudian gunakan Fungisida Dithiocarbamate
/Benomyl (Benlate).
Gambar 31. Gejala penyakit kudis jeruk, A-C: kudis pada permukaan atas daun jeruk
masam, D: gejala pada permukaan bawah daun, E dan F: gejala berupa
tonjolan mengerucut pada permukaan bawah daun, G dan H: gejala pada
buah, I: gejala pada buah jeruk RL, dan J: gejala pada buah tangelo.
Sumber, A-G: Citrus Diseases, H-I: Plantwise Knowledge Bank (Sumber:
peduliketahananhayatijeruk.blogspot.com)
7. Busuk buah
o Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian
yang diserang adalah buah.
o Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit.
o Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas/fungisida
benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.
Gambar 32. Gejala busuk buah jeruk (Sumber: https://8villages.com/)
Gambar 33. Gejala busuk pangkal batang (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah
Subtropika)
9. Jamur upas
o Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang.
o Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit
dikelupas.
o Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum.
Kemudian potong cabang yang terinfeksi.
10. Kanker
o Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yang diserang adalah
daun, tangkai, buah.
o Gejala: bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar
dan tampak seperti gabus pecah dengan diameter 3-5 mm.
o Pengendalian: Fungisida Cu seperti Bubur Bordeaux, Copper oxychlorida. Selain itu utk
mencegah serangan ulat peliang daun adalah dengan mencelupkan mata tempel ke
dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam.
2.10 Pascapanen
1. Pengumpulan
Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih. Pisahkan buah yang mutunya
rendah, memar dan buang buah yang rusak. Sortasi dilakukan berdasarkan diameter dan berat
buah yang biasanya terdiri atas 4 kelas. Kelas A adalah buah dengan diameter dan berat
terbesar sedangkan kelas D memiliki diameter dan berat terkecil.
2. Penyortiran dan Penggolongan
Setelah buah dipetik dan dikumpulkan, selanjutnya buah disortasi/dipisahkan dari buah yang
busuk. Kemudian buah jeruk digolongkan sesuai dengan ukuran dan jenisnya.
3. Penyimpanan
Untuk menyimpan buah jeruk, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan temperatur
ruangan 8-10 derajat C.
4. Pengemasan
Sebelum pengiriman, buah dikemas di dalam keranjang bambu/kayu tebal yang tidak terlalu
berat utk kebutuhan lokal dan kardus utk ekspor. Pengepakan jangan terlalu padat agar buah
tidak rusak. Buah disusun sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada ruang udara
bebas tetapi buah tidak dapat bergerak. Wadah utk mengemas jeruk berkapasitas 50-60 kg.
2.11 Penginduksi pembungaan dengan teknologi BujangSeta
Teknologi Bujangseta merupakan teknologi produksi buah jeruk sepanjang tahun, sesuai
dengan citarasa pasar dan memiliki kualitas prima. Teknologi ini memadukan beberapa
kombinasi perlakuan budidaya yaitu meliputi manajemen kanopi jeruk, manajemen penginduksi
pembungaan, manajemen nutrisi dan manajemen hama serta penyakit. Manajemen kanopi dalam
bujangseta berhubungan dengan pemangkasan. Fungsi pemangkasan pada tanaman jeruk adalah
untuk kesehatan, membentuk struktur tanaman, mengurangi masalah hama/penyakit tanaman
karena Kelembaban yang tinggi sepanjang tahun di daerah tropis lebih banyak, mengarahkan
pertumbuhan, untuk produksi buah, untuk mengontrol ukuran buah dan meningkatkan masuknya
sinar matahari dalam kanopi. Pemangkasan menurut Supriyanto et al. terbagi menjadi dua yaitu
pangkas bentuk untuk arsitektur pohon dengan pola 1-3-9 dan pangkas pemeliharaan. Bentuk
pemangkasan memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah-peubah pertumbuhan vegetatif
dan keragaan tanaman, misalnya pemngkasan pagar dan pangkas terbuka tengah membantu
dalam memperluas permukaan kanopi untuk menyerap cahaya matahari. Melalui kegiatan
pemangkasan pada tanaman dewasa juga diharapkan dapat meningkatkan nisbah C/N ratio pada
batang atau ranting tanaman sehingga mampu memicu hormon untuk mamcu keluarnya bud
flower (tunas bunga) dengan kombinasi pelengkungkan cabang sehingga tunas menjadi
produktif.
Manajemen penginduksi pembungaan pada tanaman jeruk jeruk berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya, dapat dilakukan secara fisik misalnya melalui
pelengkungan cabang maupun kimiawi dengan aplikasi paclobutrazol dengan didorong
manajemen pemupukan yang optimal. Tanaman jeruk keprok yang telah dilengkungkan kebawah
dapat berbunga dan berbuah dibandingakan tanpa perlakuan pelengkungan cabang. Perlakuan
pijet dilengkung (PIKUNG) yang dilakukan oleh Supriyanto dan Cahyono juga menunjukkan
adanya peran positif pelengkungan dalam mempercepat pembungaan jeruk bahkan dalam satu
tanaman dapat memiliki 6 stadia perkembangan buah yang berbeda sehingga massa panen
berbeda-beda bisa 4 - 5 kali panen dalam satu tahun/pertanaman. Kegiatan ini telah dilaksanakan
di Kebun Percobaan Banaran Butu Malang.
Aplikasi teknologi pembungaan pada tanaman jeruk perlu didukung juga dengan
manajemen nutrisi yang optimal karena kecukupan nutrisi adalah faktor utama penentu mutu dan
produksi dari buah jeruk. Dosis pemupukan yang tepat merupakan salah cara untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman yang belum berproduksi serta berperan dalam mendukung
pecahnya tunas yang dipacu oleh hormon sitokinin. Nutrisi berupa pupuk yang diberikan dapat
berupa pupuk organik maupun anorganik. Dosis pupuk yang diberikan dalam menginduksi
pembungaan menurut Supriyanto dan Cahyono (24) adalah 50 kg/tanaman pupuk kandang + 0,6
kg/tanaman NPK (16-16-16) + 2,5 gr/liter ZA + kiserit (MgS04) 2,5 gr/liter dengan internal
masing-masing 1,5 bulan.
Indikasi atau tolok ukur keberhasilan pemeliharaan tanaman jeruk di lapang dapat
ditunjukkan dengan tingkat serangan hama dan penyakit pada pertamanan jeruk. Makin intesif
pemeliharaan makin rendah tingkat serangannya dan sebaliknya. Oleh karena itu dalam
mendukung teknologi bujangseta diperlukan adanya pengelolaan manjemen pengendalian hama
dan penyakit. Kegiatan ini dimulai dari kegiatan pencegahan terlebih dahulu diantaranya adalah
pengunaan benih atau bibit bermutu. Manajemen pengendalian penyakit dilahan dapat dilakukan
dengan mengaplikasikan pestisida hayati misalya Tricoderma, aplikasi bubur california berbahan
dasar serbuk belerang dan kapur hidup yang dicampurkan di air yang direbus mendidih, serta
aplikasi pestisida kimia yang dilakukan pada awal dan akhir musim hujan. Melalui penerapan
bujangseta, diharapkan akan membantu produksi buah jeruk secara berjenjang sepanjang tahun
sehingga ketersedian jeruk dapat kontinuitas dan agribinis jeruk di Indonesia menjadi lebih
berkembang.
Gambar 36. Teknologi Pikung (Sumber: Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika)
2.12 Umpan Balik
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas.
1. Sebutkan jenis-jenis tanaman jeruk
2. Jelaskan manfaat tanaman jeruk
3. Jelaskan syarat tumbuh tanaman jeruk
4. Jelaskan bagaimana cara pembibitan tanaman jeruk
5. Jelaskan bagaimana teknik menanam bibit jeruk
6. Sebutkan macam-macam hama dan penyakit tanaman jeruk
7. Bagaimana cara melkukan panen dan penanganan pascapanen jeruk.