Anda di halaman 1dari 8

JOB SHEET

FM RECEIVER
Disusun Oleh :
Edy Wuryanto, S.Pd.

Nama : ……………………………………
NIS : ……………………………………
No Absen : ……………………………………
Kelas : ……………………………………

PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA


KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK AUDIO VIDEO

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2
KUDUS
Jalan Desa Rejosari, Dawe Kabupaten. Kudus 59353 Telepon (0291) 4101149
Website : www.smk2kudus.com, Surat Elektronik : smk2kudus@gmail.com
Jobsheet : FM RECEIVER
Estimasi Waktu Maksimal 3 - 4 Minggu

Di antara keuntungan FM adalah bebas dari pengaruh gangguan udara, bandwidth (lebar pita)
yang lebih besar, dan fidelitas yang tinggi. Jika dibandingkan dengan sistem AM, maka FM
memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :

Lebih tahan noise


Frekuensi yang dialokasikan untuk siaran FM berada diantara 88 – 108 MHz, dimana pada
wilayah frekuensi ini secara relatif bebas dari gangguan baik atmosfir maupun interferensi yang
tidak diharapkan. Jangkauan dari sistem modulasi ini tidak sejauh, jika dibandingkan pada sistem
modulasi AM dimana panjang gelombangnya lebih panjang. Sehingga noise yang diakibatkan
oleh penurunan daya hampir tidak berpengaruh karena dipancarkan secara LOS (Line Of Sight).

Bandwith yang Lebih Lebar


Saluran siar FM standar menduduki lebih dari sepuluh kali lebar bandwidth (lebar pita) saluran
siar AM. Hal ini disebabkan oleh struktur sideband nonlinear yang lebih kompleks dengan
adanya efek-efek (deviasi) sehingga memerlukan bandwidth yang lebih lebar dibanding
distribusi linear yang sederhana dari sideband-sideband dalam sistem AM. Band siar FM terletak
pada bagian VHF (Very High Frequency) dari spektrum frekuensi di mana tersedia bandwidth
yang lebih lebar daripada gelombang dengan panjang medium (MW) pada band siar AM.

Fidelitas Tinggi
Respon yang seragam terhadap frekuensi audio (paling tidak pada interval 50 Hz sampai 15
KHz), distorsi (harmonik dan intermodulasi) dengan amplitudo sangat rendah, tingkat noise yang
sangat rendah, dan respon transien yang bagus sangat diperlukan untuk kinerja Hi-Fi yang baik.
Pemakaian saluran FM memberikan respon yang cukup untuk frekuensi audio dan menyediakan
hubungan radio dengan noise rendah. Karakteristik yang lain hanyalah ditentukan oleh masalah
rancangan perangkatnya saja.

Transmisi Stereo
Alokasi saluran yang lebar dan kemampuan FM untuk menyatukan dengan harmonis beberapa
saluran audio pada satu gelombang pembawa, memungkinkan pengembangan sistem penyiaran
stereo yang praktis. Ini merupakan sebuah cara bagi industri penyiaran untuk memberikan
kualitas reproduksi sebaik atau bahkan lebih baik daripada yang tersedia pada rekaman atau pita
stereo. Munculnya compact disc dan perangkat audio digital lainnya akan terus mendorong
kalangan industri peralatan dan teknisi siaran lebih jauh untuk memperbaiki kinerja rantai siaran
FM secara keseluruhan.
Hak komunikasi Tambahan
Bandwidth yang lebar pada saluran siar FM juga memungkinkan untuk memuat dua saluran data
atau audio tambahan, sering disebut Subsidiary Communication Authorization (SCA), bersama
dengan transmisi stereo. Saluran SCA menyediakan sumber penerimaan yang penting bagi
kebanyakan stasiun radio dan sekaligus sebagai media penyediaan jasa digital dan audio yang
berguna untuk khalayak.

Teori Modulasi Frekuensi (FM)


Baik FM (Frekuensi Modulation) maupun PM (Phase Modulation) merupakan kasus khusus dari
modulasi sudut (angular modulation). Dalam sistem modulasi sudut frekuensi dan fasa dari
gelombang pembawa berubah terhadap waktu menurut fungsi dari sinyal yang dimodulasikan
(ditumpangkan). Misal persamaan gelombang pembawa dirumuskan sebagai berikut :

Uc = Ac sin (wc + qc)

Dalam modulasi amplitudo (AM) maka nilai ‘Ac’ akan berubah-ubah menurut fungsi dari sinyal
yang ditumpangkan. Sedangkan dalam modulasi sudut yang diubah-ubah adalah salah satu dari
komponen ‘wc + qc’. Jika yang diubah-ubah adalah komponen ‘wc’ maka disebut Frekuensi
Modulation (FM), dan jika komponen ‘qc’ yang diubah-ubah maka disebut Phase Modulation
(PM).
Jadi dalam sistem FM, sinyal modulasi (yang ditumpangkan) akan menyebabkan frekuensi dari
gelombang pembawa berubah-ubah sesuai perubahan frekuensi dari sinyal modulasi. Sedangkan
pada PM perubahan dari sinyal modulasi akan merubah fasa dari gelombang pembawa.
Hubungan antara perubahan frekuensi dari gelombang pembawa, perubahan fasa dari gelombang
pembawa, dan frekuensi sinyal modulasi dinyatakan sebagai indeks modulasi (m) dimana :

m = Perubahan frekuensi (peak to peak Hz) / frekuensi modulasi (Hz)

Dalam siaran FM, gelombang pembawa harus memiliki perubahan frekuensi yang sesuai dengan
amplituda dari sinyal modulasi, tetapi bebas frekuensi sinyal modulasi yang diatur oleh frekuensi
modulator.

Pre-Emphasis
Pre-emphasis dipakai dalam pesawat pemancar untuk mencegah pengaruh kecacatan pada sinyal
terima. Karena iru komponen pre-emphasis ditempatkan pada awal sebelum sinyal itu sempat
masuk pada modulator. Pengaruh kecacatan itu berasal dari differential gain (DG-penguatan
yang berbeda) dan differential phase (DP-fasa yang berbeda). Pre-emphasis akan menekan
amplitudo dari frekuensi sinyal FM yang lebih rendah pada input.
Dengan penggunaan alat ini ketidaklinearan (cacat) akibat sifat DG dan DP dalam transmisi
dapat dikurangi. Nantinya di ujung terima pada demodulator dipasang komponen de-emphasis
yang mempunyai fungsi kebalikan dari pre-emphasis.

Gambar 1 Blok Diagram Pemancar FM

Penjelasan fungsi masing-masing bagian:


1. Antena: Menangkap gelombang elektromagnetik dari stasiun pemancar radio.
2. Penala (Tuner): memilih sinyal dari stansiun pemancar (FRF) yang diinginkan dengan cara
membuat suatu rangkaian resonator yang frekuensi resonansinya dapat diubah-ubah (digeser).
Daerah kerja penala tergantung dari frekuensi yang akan diterima dan menurut aturan
internasional FM = 88 – 108 MHz.
3. Penguat RF (RF Amplifier) : menguatkan sinyal RF dari stasiun pemancar yang telah ditala
oleh penala (tuning).
4. Pencampur (Mixer) : mencampur sinyal yang diterima dari penala yang telah dikuatkan RF Amp.
dengan sinyal dari oscilator. Output pencampur mempunyai keluaran yang kompleks karena
terdiri dari banyak frekuensi, namun karena ditala oleh pada frekeunsi IF maka diperoleh sinyal
dengan frekuensi IF = 10,7 MHz.
5. Osilator Lokal (Local Osc.) : membangkitkan gelombang listrik kontinyu dengan frekuensi
tertentu. Fosc untuk FM berkisar dari 98,7 MHz – 118,7 MHz.
6. Penguat IF (IF Amp.) : menguatkan sinyal frekuensi antara (FIF = 10,7 MHz) hasil keluaran
dari pencampur. Penguat IF sangat penting karena kekuatan sinyal mengalamai pengurangan
selama proses pencampuran (mixing) sehingga sinyal IF perlu dikuatkan kembali untuk
mengembalikan sensitivitas dari penerima.
7. Limitter: rangkaian yang mempunyai amplitudo output yang konstan untuk semua input yang
melebihi level tertentu dengan tujuan menghilangkan noise pada penerima FM. Rangkaian
limitter bekerja dengan sistem membatasi/memotong amplitudo yang menyebabkan noise.
8. FM Detector= Discriminator: berfungsi memungut kembali informasi dari frekuensi tinggi
pembawanya. Discriminator dapat juga disebut FM detektor. Dapat juga di definisikan sebagai
rangkaian yang merubah variasi frekuensi atau variasi fasa menjadi variasi amplitudo.
9. AFC (Automatic Frequency Control): Rangkaian ini berfungsi mengontrol kestabilan frekuensi
osilator lokal. Ini dibutuhkan karena ketidak stabilan frekuensi lokal osilator menyebabkan
penyimpangan penerimaan frekuensi pembawa.
10. Decoder Stereo : rangkaian yang berfungsi untuk mendekodekan sinyal stereo multiplex (signal
stereo multiplex) yang dipancarkan oleh pemancar FM stereo. Jadi, untuk menghasilkan suatu
stereo penerima radio FM harus menerima siaran stereo serta memiliki rangkaian decoder setereo
yang dipasang setelah rangkaian FM Detector (discriminator).
11. Penguat Audio (AF Amp.) : rangkaian yang berfungsi menguatkan sinyal audio (informasi) agar
memiliki daya yang cukup kuat untuk menggerakkan beban loudspeaker. Pada penerima FM
stereo maka AF amplifier yang diterapkan juga AF Amplifier stereo untuk menguatkan sinyal
AF kiri (left) dan sinyal AF kanan (right).
12. Loudspeaker: tranduser yang berfungsi untuk mengubah sinyal-sinyal listrik audio menjadi
sinyal suara akustik yang dapat didengar. Pada radio penerima FM stereo karena AF
Amplifiernya stereo maka loudspeakernya juga diperlukan 2 unit, yaitu LS left dan LS right.
Schematic of Receiver FM

Gambar 2 Skematik Receiver FM


Suggestion of printed circuit board for assembly of the Receiver FM
Gambar 3 Tataletak Komponen Radio Penerima FM

Gambar 4 Layout PCB Radio Penerima FM ukuran 5cm x 6cm

Fungsi dari komponen-komponen berikut:


 Tuner FM : terdiri dari antenna, penguat RF, oscillator local, dan mixer sehingga keluaran dari
komponen tuner ini adalah sinyal IF FM sebesar 10,7 MHz yang akan difilter dengan CF dan
diresonansikan akan tepat 10,7 MHz dengan trafo IF. Tuner fm berfungsi menerima sinyal dari
stasiun pemancar dan serta menguatkannya dan mencampur dengan frekuensi osilator local
sehingga dihasilkan keluaran berupa sinyal IF 10,7 MHz.
 LED 1 dan LED 2. LED1 berfungsi sebagai indicator bahwa radio penerima FM tengah
menerima sinyal dari suatu stasun pemancar. LED2 berfungsi sebagai indicator bahwa sinyal FM
yang diterima dan diproses oleh radio penerima FM adalah sinyal stereo yang berasal dari stasiun
pemancar FM stereo.
 IC2 LA33361 merupakan rangkaian decoder stereo yang berfungsi untuk menghasilkan sinyal
stereo pada radio penerima FM stereo. Untuk dapat menghasilkan suata stereo maka penerima
FM harus menerima siaran stereo (signal stereo multiplex) serta memiliki rangkaian decoder
stereo yang dipasang setelah rangkaian detector FM (discriminator).
10. Langkah pengujian yang harus dilakukan untuk mengetahui hasil pekerjaan
pembuatan/perakitan radio penerima FM Stereo apakah sudah berfungsi dengan baik:
 Pastikan bahwa semua komponen dan kabel jumper telah terangkai dengan benar dan tidak
terdapat jalur yang putus.
 Hubungkan terminal antenna pada tuner dengan kabel sebagai antenna vertical agar
mendapatkan hasil penerimaan stasiun pemancar dengan baik.
 Hubungkan keluaran decoder stereo pada amplifier stereo secara benar dan berikan beban
loudspeaker pada kedua keluara audio amplifier stereo tersebut.
 Hubungkan ragkaian dengan sumber tegangan catu (adaptor) sesai dengan kebutuhan (12 VDC).
 Cek kembali semua sambungan dan pastikan semua telah benar. Nyalakan catu daya dan
perhatikan keluaran loudspeaker.
 Putar tuner dan carilah sinyal pemancar yang dapat diterima oleh rangkaian yang ditandai
dengan menyalanya LED1 meskipun masih lemah (nyala LED redup) pada saat ini loudspeaker
mengeluarkan suara, minimal suara desis angin yang menunjukkan bahwa bagian tuner sampai
dengan IF telah berfungsi.
 Jika LED 1 sudah menyala yang berarti tuner telah menangkap sara satu pemancar selanjutnya
atur dengan obeng rim trafo IF 10,7 MHz. Pengaturan ini dimaksudkan untuk menepatkan siaran
pemancar dan ditandai dengan menyala semakin terangnya LED1. Hal ini berarti bahwa tuner
telah menangkap siaran pemancar.
 Untuk memastikan bahwa siaran yang diterima tuner berasal dari pemancar stereo maka
perhatikan LED2 yang merupakan indicator sinyal stereo. Atur resistor variable dengan
menggunakan obeng trim dan LED2 akan menyala terang serta sinyal suara pada loudspeaker
akan semakin jelas memberikan efek stereo.
Form Penilaian Jobsheet 2

Nama :…………………………………………………………….
NIM :…………………………………………………………….
Kelas :…………………………………………………………….
Tanggal :……………………………………………………………

No Kegiatan Paraf
1. Pembahasan Jobsheet
Pembuatan Skematik dan Layout
2.
PCB
3. Perancangan PCB
4. Pengujian dan Laporan

Anda mungkin juga menyukai