GANGGUAN PENDENGARAN
Disusun Oleh:
Annisa Khaira Ningrum, S.Ked 04054821719060
Nadya Ayu Saraswati, S.Ked 04054821719062
Alia Salvira M., S.Ked 04084821719233
Pembimbing:
dr.Fiona Widyasari, Sp.T.H.T.K.L, FICS
Gangguan Pendengaran
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan THT-KLFakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin
Palembang periode9 Juli – 13 Agustus 2018.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Gangguan
Pendengaran” sebagai salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di
Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang.
Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Fiona Widyasari,
Sp.T.H.T.K.L, FICS selaku pembimbing referat ini yang telah memberikan
bimbingan dan nasihat dalam penyusunan telaah ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar referat ini menjadi lebih baik. Harapan penulis semoga
referat ini bisa membawa manfaat bagi semua orang dan dapat digunakan
dengan sebaik-baiknya.
Palembang,Juli 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar 1. Anatomi Telinga.........................................................................2
2. Gambar 2. Membran Labirin........................................................................3
3. Gambar 3. Anatomi Koklea..........................................................................6
4. Gambar 4. Lebar Membran Basilaris dari Basal ke Apeks..........................6
5. Gambar 5. Sel Rambut Luar dan Dalam pada Mikroskop Elektron..........11
6. Gambar 6. Tip Link.....................................................................................11
7. Gambar 7. Organ Corti...............................................................................12
8. Gambar 8. Jalur Auditori............................................................................15
v
DAFTAR TABEL
Gambar Halaman
1. Tabel 1. Komposisi Cairan Koklea..............................................................7
2. Tabel 2. Interpretasi Pemeriksaan Penala...................................................34
3. Tabel 3. Interpretasi Audiometri Bekessy..................................................40
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Gambar 2. Membran Labirin (Drake, Vogl & Mitchell, 2009).
2.1.1.Vestibulum
Vestibulum adalah bagian pusat dari labirin tulang dan memiliki jendela
oval pada dinding lateralnya. Vestibulum berhubungan dengan koklea di bagian
anterior dan dengan kanalis semisirkularis di bagian posterosuperior.Pada
dinding lateral vestibulum terdapat foramen oval yang ditutupi foot plate stapes
beserta ligamentum anulare. Dinding medial vestibulum menghadap ke meatus
akustikus internus dan ditembus oleh saraf. Pada dinding medial ini terdapat
dua cekungan yaitu cekungan sferis untuk sakulus dan cekungan elips untuk
utrikulus.Pada dinding posterior vestibulum terdapat lima lubang kanalis
semisirkularis dan di dinding anterior vestibulum terdapat dua lubang yang
berbentuk elips ke skala vestibularis koklea (Drake, Vogl & Mitchell, 2009).
2.1.2.Kanalis Semisikularis
Terdapat tiga buah kanalis yaitu kanalis semisirkularis superior,
posterior dan lateral yang terletak di atas dan belakang vestibulum.
Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada utrikulus. Bentuk kanalis
seperti 2/3 lingkaran dengan panjangnya hampir sama yaitu ± 0,8 mm.
Pada salah satu ujung masing-masing kanalis ini melebar disebut ampula
dan mengandung sel-sel rambut krista yang berisi epitel sensori
vestibular dan terbuka ke vestibulum. Struktur reseptor ini disebut krista
ampularis terletak memanjang di ujung ampula pada tiap kanal
membranosa. Setiap krista terdiri dari sel rambut dan sel pendukung
(sustenakular) yang dikelilingi oleh bagian gelatinosa (kupula) yang
menutupi ampula. Prosesus dari sel rambut melekat pada kupula dan
basis sel rambut berhubungan dekat dengan serabut aferen dari bagian
vestibular dari kranial ke nervus VII (Barrett & Ganong, 2010).
3
2.1.3.Sakulus dan Utrikulus
Utrikulus terletak di bagian belakang lekukan dinding atas vestibulum,
sakulus bentuknya jauh lebih kecil tetapi strukturnya sama dan terletak di
dalam lekukan bagian bawah dan di depan utrikulus. Sakulus menyokong suatu
struktur makula pada dinding medialnya dalam suatu bidang vertikal yang
meluas ke dinding anterior. Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui
suatu duktus yang sempit yang juga merupakan saluran menuju sakus
endolimfatikus. Makula utrikulus terletak pada bidang tegak lurus terhadap
macula sakulus, utrikulus dan sakulus seluruhnya dikelilingi oleh perilimfe
kecuali pada tempat masuknya saraf di daerah makula (Drake, Vogl &
Mitchell, 2009).
Di dalam setiap labirin membranosa, di lantai utrikulus terdapat organ
otolit (makula). Makula yang lain terletak pada dinding sakulus di posisi
semivertikal. Makula mengandung sel pendukung dan sel rambut dikelilingi
oleh sebuah membran otolit dimana melekat pada kristal kalsium karbonat
yang disebut otolit. Otolit yang disebut juga otokonia atau debu telinga
berukuran 3-19 µm pada manusia dan lebih padat dari cairan endolimfe.
Prosesus dari sel rambut melekat pada membran. Serabut saraf dari sel rambut
bergabung dengan krista dari bagian vestibular sarafkranial ke VII.
2.1.4.Duktus Koklearis
Duktus koklearis disebut juga skala media dan merupakan bagian
labirin membran koklea sedangkan bagian labirin tulang koklea disebut
skala vestibuli dan skala timpani. Bentuk duktus koklearis ini mengikuti
bentuk labirin tulang koklea berupa dua setengah sampai dua tiga
perempat putaran spiral. Duktus koklearis meluas mulai dari basis koklea
sampai ke apek koklea kemudian akan berakhir sebagai saluran buntu
pada apeks yang disebut caecum cupulare. Skala vestibuli dan skala
timpani pada apeks koklea berhubungan satu sama lain terdapat
helikotrema (Barrett & Ganong, 2010).
4
2.1.5. Koklea& Organ Corti
Kokleamerupakansalurantulangyangmenyerupaicangkangsiputdanbergulu
ng2½putaran,denganpanjangkuranglebih35mmdenganpusatnyayangdisebutmod
iolus.
Terbentuknyasegitigadariduktuskoklearisdengansisidasarnyamembentukbatasan
taraskalamediadanskalatimpaniyaitumembranbasilarisdanlaminaspiralisparsosse
ustermasukdidalamnyasel-selClaudius,sel-
selBoettcherdanorganCorti.Ligamenspiralis,striavaskularis,prominensiaspiralisd
ansulkuseksternalsebagaisisilateralnya,sisimiringnyaadalahmembranReissnerda
nmembranbasilaris.Kokleaterbagimenjadi3ruangyaituskalavestibuli(atas),skala
media(tengah)danskalatimpani(bawah)(Moller,2006;Guyton&Hall,2006;
Gillespie& Müller, 2009).
Gambar3.AnatomiKoklea(Nagashimaetal.,2005)
5
Kokleapadatelingadalammengandungsel-
selyangberperanterhadappersepsisuara.Kokleaterdiridarilabirintulang,dimanadal
amnyaterdapatstrukturselularyangmembentuklabirinmembran.Termasukdi
dalamlabirin tulang
adalahkapsulotikyangmerupakanbatasluardarikokleadanmodiolus,tabungtulangy
angmembentuksumbupusatkokleadanmengandungseratsarafauditoridansel-
selganglionnya.Didalamkokleaada3ruangberisicairan,yaituskalavestibuli,skalati
mpanidanskalamediadandipisahkanolehmembranbasilarisdanmembranReissner.
striavaskularisdanligamentumspiralisterdapatdekatdengantulangsepanjangdindi
nglateralkoklea.OrganCorti,yangmengandungselrambut(3selrambutluardan1selr
ambutdalam)sebagaiselsensorisdanselpenyokong,berbentukspiralpadamembran
basilaris (Nagashimaetal.,2005).
Kokleaterdiridariberbagaitipeselspesialisasi,sepertiselrambutsensori,selpe
ndukung,selsulkus,SLFyangmerupakantipeselyangjumlahnyapalingbanyakdiper
ilimfe.KarenaSLFdianggapsalahsatutipeseldidalamkokleayangjumlahnyapaling
banyakdanmerekamengeluarkansitokindankemokinsetelahstimulasiproinflamasi
,makadianggapSLFadalahresponderterbesarterhadapsinyal-sinyalsitokindan
kemokin tersebut. DidalamorganCortiterdapatsel-selHensen,sel-selDeiters,sel-
selpilar,sel-selbatasdalam,sel-selrambutluardansel-
selrambutdalam,sulkusdalamdanlimbusspiralisyangberisisel-
selinterdentaldanmembran tektorial.Medialdarilamina
spiralisparsosseusterdapatkanalisRosentalyangberisiganglionspiralisdanberhubu
ngandenganmodiolus(Moller,2006;Guyton&Hall,2006; Gillespie& Müller,
2009).
Skalavestibulidanskalatimpaniadalahlabirintulangdarikokleayangberisicai
ranperilimfe.Skalavestibulidanskalatimpanisalingberhubungandihelikotremapad
aapekskoklea.Padabagian basis
kokleaskalavestibuliberakhirdiforamenovaledanskalatimpanipadaforamenrotun
dum.Skalamediayangberisikancairanendolimfeberadadiantaraskalavestibulidans
kalatimpani(Moller,2006;Guyton&Hall,2006; Gillespie& Müller, 2009). Cairan
perilimfe memiliki komposisi ion yang mirip dengan cairan cerebrospinalis
6
(CSF) dan juga mirip dengan cairan ekstraseluler, dengankonsentrasi natrium
(Na+) tinggi dan kalium (K+) rendah. Sedangkan pada endolimfe, memiliki
komposisi ion yang hampir sama dengan cairan intraseluleryaitu konsentrasi
natrium (Na+) rendah dan kalium (K+) yang tinggi (Tabel 2.1)
(Gillespie&Müller, 2009).
HCO3(mM) 31 21 21
Striavaskularisterdiridari3lapisanselyaituselmarginal,selintermedietdansel
basal.Sel-selstriavaskularismerupakansatu-
satunyaselyangberhubungandenganpembuluhdarahdikoklea.Striavaskularisberta
nggungjawabdalammenjagakonsentrasiionkaliumdalamcairanendolimfetetap
tinggidanmenjagapotensialendolimfe
skalamediapositiftetaptinggi(Gillespie&Müller, 2009).
Membranbasilarisadalahstrukturfibrosayangberlapis-
lapisdarilaminaspiralparsosseuskeligamentumspiralis.Elastisitasmembranbasilar
isbervariasidisepanjangkokleadarikekakuandankelebarannya.Membranbasilarist
ampakkakudansempitdidaerahbasiskokleadantampaklebihfleksibeldanluasdidae
rahapekskoklea(Moller,2006;Guyton&Hall,2006; Gillespie& Müller, 2009).
OrganCortimerupakanrumahdariselsensorispendengaran.
OrganCortiterletakdisepanjangmembranbasilaris,danmenonjoldari
7
basiskeapekskoklea(Despopoulos&Silbernagl,2003).UkuranorganCortibervaria
sisecarabertahapdaribasiskokleakeapekskoklea.OrganCortidibasallebihkecilseda
ngkanorganCortidiapekskoklealebihbesar(Guyton&Hall,2006).OrganCortiterda
patsel-
selyangterdiridariselsensoris(selrambutdalamdanselrambutluar),selpendukung(s
elDeiters,selPhalangealdalam),ujungsarafaferen(ganglionspiraltipe1dan2)danefe
ren(olivokoklearmedialdanlateral),selpilardalamdanluardanselHensen(Moller,20
06;Guyton&Hall,2006; Gillespie& Müller, 2009).
OrganCortimerupakanrumahdariselsensorispendengaran.
OrganCortiterletakdisepanjangmembranbasilaris,danmenonjoldari
basiskeapekskoklea(Despopoulos&Silbernagl,2003).UkuranorganCortibervaria
sisecarabertahapdaribasiskokleakeapekskoklea.OrganCortidibasallebihkecilseda
ngkanorganCortidiapekskoklealebihbesar(Guyton&Hall,2006).OrganCortiterda
patsel-
8
selyangterdiridariselsensoris(selrambutdalamdanselrambutluar),selpendukung(s
elDeiters,selPhalangealdalam),ujungsarafaferen(ganglionspiraltipe1dan2)danefe
ren(olivokoklearmedialdanlateral),selpilardalamdanluardanselHensen(Moller,20
06;Guyton&Hall,2006; Gillespie& Müller, 2009).
Selrambutmerupakanselsensorisyangmenghasilkanimpulssarafdalammena
nggapigetaranmembranbasilaris.DiorganCortiterdapat1deretselrambutdalamdan
3deretselrambutluar.Adasekitar4.000selrambutdalamdan12.000selrambutluar(G
illespie&Müller,
2009).Bentukdariselrambutdalamsepertibotoldanujungsarafnyaberbentukpialay
angmenyelubunginya,sedangkanbentukdari sel rambutluar seperti
silinderdanujungsarafnyahanyapada basis sel (Moller,2006).
Badanseldarikeduaselrambutiniberisikanbanyakvesikuladanmitokondriad
andidindinglateralnyaterdapatsemacamproteinmembranyangdikenalsebagaiprest
insebagaimotorsel.Selainitupadabahanselrambutluarterdapatreticulumendoplas
ma(ER)yangterorganisasidankhususdisepanjangdindinglateralnyayaituapicalcist
ern,Hensenbody,subsurfacecisterndansubsynapticcistern(Moller,
2006;Gillespie&Müller,2009).
Selrambutdalamdanluarinimemegangperananpentingpadaperubahanenergi
mekanikmenjadienergilistrik.Fungsiselrambutdalamsebagaimekanoreseptoruta
mayangmengirimkansinyalsarafkeneuronpendengaranganglionspiraldanpusatpe
ndengaran,sedangkanfungsiselrambutluaradalahmeningkatkanataumempertajam
puncakgelombangberjalandenganmeningkatkanaktivitasmembranbasilarispadafr
ekuensitertentu.Peningkatangerakanini
disebutcochlearamplifieryangmemberikankemampuansangatbaikpadatelingaunt
ukmenyeleksifrekuensi,telingamenjadisensitifdanmampumendeteksisuarayang
lemah(Gillespie&Müller, 2009).
Ujungdariselrambutterdapatberkasserabutaktinyangmembentukpipadanma
sukkedalamlapisankutikuler(stereosilia)(Pawlowsky et al,
2006).Stereosiliadariselrambutdalamtidakmelekatpadamembrantektorialdanberb
entukhurufUsedangkanstereosiliadariselrambutluarkuatmelekatpadamembrante
ktorialatasnyadanberbentukhurufW(Gambar2.7) (Pawlowsky et al, 2006).
9
Padabagianujungdaristereosiliaterdapatfilamenaktinyangterpilin,filamente
rsebutnantinyaakandikenalsebagaitiplink(Gillespie&Müller,
2009).Tiplinkmenghubungkanujungstereosiliadenganujungstereosiliayanglain.B
agianbasaldariselrambutdiliputiolehdendritdarineuronganglionikspiralisyangterl
etakpadabagianmodiolus(Gambar2.8adanGambar2.8b)(Gillespie&Müller,
2009).
10
rdenganselDeitersdanselpilarluarmenciptakansebuahpenghalangyangkuatantara
endolimfedanperilimfe(Gambar2.9) (Moller, 2006;Gillespie&Müller, 2009).
Gambar7.OrganCorti(Moller,2006)
Membrantektorialadalahstruktursepertigelyangterdiridarikolagen,proteindanglu
kosaminoglikan.Membrantektorialterletakdidekatpermukaanlaminaretikulerdari
organCorti.Membrantektorialkontaklangsungdenganselrambutluar.Sedangkanun
tukselrambutdalamtidakberkontaksecara langsung dengan membran tektorial
(Moller,2006).
2.1.6. SistemSarafPendengaranSentral
Daerahsentraldarisistempendengaranmeliputiseluruhstrukturpendengarany
angletaknya setelahsarafkoklearis, yaitu:
a. Kompleksnukleuskoklearis
Kompleksnukleuskoklearisterdiri dari
3inti,yaitunukleuskoklearisanteroventralis,nukleuskoklearisposteroventralis,dan
nukleuskoklearisdorsalis.Serabutafferenyangberjalanmenujukompleksnukleusko
klearisdibagimenjadiduacabang,yaitucabangascendingmenujukenukleuskokleari
santeroventralisdancabangdescendingmenujukenukleuskoklearisposteroventrali
11
sdandorsalis(Moller,2006).
Akson-
aksonyangterdapatpadanukleuskoklearisdorsalisakanmembentukstriaakustikusd
orsalis(striaMonakow)yangkemudianbergabungdenganlemniskuslateraliskontral
ateraldanberakhirpadakolikulusinferior.Akson-
aksondarinukleuskoklearisposteroventralismembentukstriaakustikusintermedius
(Rappaport&Provencal, 2002).
Aksontersebutmembentukkompleksolivarissuperiorbilateraldanmenujunu
kleuslemniskuslateralis.Beberapaaksonberjalanmenujustriaventralis(corpustrape
zoideus)danmembentukkolikulusinferiorkontralateral.Akson-
aksondarinukleuskoklearisanteroventralismembentukstriaventralisdanaksonterse
butmembentuknukleuslateralisipsilateraldarikompleksolivarissuperiordisebutjug
aolivarissuperiorlateralisdanpadaipsilateraldankontralateralterdapatnukleusmedi
aldarikompleksolivarissuperioryangdisebutdenganolivarissuperiormedialis,serta
kontralateraldarinukleuscorpustrapezoideusyangmembentukbagianipsilateraldar
i kompleksolivarissuperior(Moller,2006).
Nadafrekuensirendahpadakompleksnukleuskoklearisdihantarolehdaerahko
ntralateraldannadafrekuensitinggiolehdaerahdorsomedialis (Rappaport
&Provencal,2002).
b. Kompleksolivarissuperior
Kompleksolivarissuperiormeliputiolivarissuperiorlateralis,medialisdannuk
leuscorpustrapezoideusmedialisdannukleuspreolivarisdanperiolivarisyangmerup
akanbagiandarisistempendengarandescending.
(Rappaport&Provencal2002;Moller,2006).
c. Lemniskuslateralis
Terdiridarisel-
selaksonyangterletakpadakompleksnukleuskoklearis,kompleksolivarislateralisda
nlemniskuslateralis.Lemniskuslateralismempunyaitiganukleusyaitunukleusdorsa
lis,ventralisdanintermediusyangletaknyapadaponsrostral.Nukleusdorsaliskanand
12
ankiridipertemukanolehkomissuraProbst.Akson-
aksondarinukleusdorsalisberakhirpadakolikulusinferioripsilateralataukontralater
alviakomissuraProbst(Mills,Khariwala&Weber2006).
d. Kolikulusinferior
Terdiridaridaerahsentralataukolikulusinferiorsentralyangdikelilingiolehbel
tarea.Kolikulusinferiorsentralkanandankiridihubungkandengansuatukomissura.
Kolikulusinferiorsentralinimenerimaproyeksikontralateraldarimasing-
masingsubdivisikompleksnukleuskoklearis.Bilateraldariolivarissuperiorlateralis
dandarinukleusdorsalisdanintermediuslemniskuslateralissertapadaipsilateraldari
olivarissuperiormedius,nukleuskorpustrapezoideusmediusdannukleuslemniskusl
ateralisventralis.Beltareamenerimaproyeksidarinukleuslemniskuslateralisdorsali
sdanventralisdandarinukleuskoklearisventralisdandorsalis.Akson-
aksondarikolikulusjugamembentukkolikulusinferiorbrakialis.Padakolikulusinfer
iorsentralis,nadafrekuensirendahterletakpadadaerahdorsalisdanfrekuensitinggipa
daventrolateralis(Rappaport&Provencal2002).
e. Korpusgenikulatummedialis
Korpusgenikulatummedialismerupakanbagiandaritalamusauditoriyangme
wakilipenyampaianthalamusantarakolikulusinferiordankorteksauditori.Dibagida
lam3nukleusyaitunukleusventralis,dorsalisdanmedialis.Korpusiniakanmengirim
kansinyalkekorteksauditorius.Nadafrekuensirendahterletakpadabagianlateralisda
rinukleusventralisdanfrekuensitinggipadadaerahmedialis(Rappaport&Provencal
2002;Mills,Khariwala&Weber,2006).
f. Korteksauditorius
Terdiridaridaerahprimer(girusHeschl),yangterletakpadabagianatasgyruste
mporalisyangdikelilingiolehBeltarea.Beltareameliputitemporal,gyrustemporalis
posterosuperior(areaBroadmann22),gyrusangularis(areaBroadmann40)daninsula
.HantaransuarapadakorteksauditoriusyaitupadaareaBroadmann22.Kolikulusinfer
iorsentralis,korpusgenikulatummedialisventralisdankorteksauditoriusprimermer
13
Gambar10.JalurAuditori (Guyton & Hall, 2006).
upakanjalurpendengaranyangutama(Mills,Khariwala&Weber,2006;Moller,2006
).
14
2.2 Fisiologi Pendengaran
Getaransuaraditangkapolehdauntelingayangditransmisikankeliangtelingadanme
ngenaimembrantimpanisehinggamembrantimpanibergetar.Amplitudogetaranme
mbrantimpanisesuaidenganintensitasbunyi.Getaraniniditeruskanketulang-
tulangpendengaran(maleus,inkus,stapes)yangberhubungansatusamalain.Ketikag
elombangmencapaibasisstapes,iaakanmenggetarkanfenestraovaleyangmerupaka
nperlekatandaribasisstapeskekoklea.Lalugetarantersebutakanmendorongcairanp
erilemfepadaskalavestibuliyangadadikokleadiaurisinterna.Adanyapendesakancai
ranperilimfediskalavestibuli,akanterjadipeningkatantekanandiskalavestibuliterse
but.Tekananinikemudianakanditeruskankeskalatimpanimelaluihelikotrema.Cair
anpadaskalatimpaniikutterdesak.Halinimengakibatkantekananpadaskalatimpani
meningkat,kemudiandesakancairantimpaniakanmendorongfenestrarotundumyan
gterdapatdisebelahlateraldariskalatimpanikearahlateral.Karenasifatcompliance/k
elenturanfenestrarotundum,makasetelahterdesakkelateral,iaakankembalikeposisi
semulasehinggatekananakanterpantulkankembalikeskalatimpani,helikotrema,ke
mudiankeskalavestibuli,begituseterusnya.GetaranditeruskanmelaluimembranaR
eissneryangmendorongendolimfedanmembranabasilariskearahbawah.Puncakgel
ombangyangberjalandisepanjangmembranbasilarisyangpanjangnya35mmterseb
ut,ditentukanolehfrekuensigelombangsuara.Membranbasilarisyangterletakdekatt
elingatengahlebihpendekdankaku,akanbergetarbilaadagetarandengannadarendah
.Halinidapatdiibaratkandengansenargitaryangpendekdantegang,akanberesonansi
dengannadatinggi.Getaranyangbernadatinggipadaperilimfeskalavestibuliakanme
lintasimembranbasilarisbagianbasal.Sebaliknyanadarendahakanmenggetarkanba
gianmembranbasilarisdidaerahapex.Getaraninikemudianakanturunkeperilimfesk
alatimpani,kemudiankeluarmelaluiforamenrotundumke telinga tengah untuk
diredam.
Membranbasilarismerupakanmembranyangmembatasiskalatimpanidenganskala
media.Gerakanmembranbasilariskeatasakanmembengkokkanstereosiliakearahst
ereosiliayanglebihtinggipadafasedepolarisasimengakibatkanterjadinyapereganga
15
npadaserabuttiplinkdipuncakstereosilia.Ketikatiplinkmereganglangsungmembu
kasaluranmekanoelekriktransduksi(MET)padamembranstereosiliadanmenimbul
+
kanaliranarusK kedalamselsensoris.Alirankaliumtimbulkarenaterdapatperbedaa
npotensialendokoklea+80mVdanpotensialintraselulernegatifpadaselrambut,selra
mbutdalam-40mVdanselrambutluar-
70mV.Haltersebutmenghasilkandepolarisasiintraseluleryangmenyebabkankation
+
termasukkaliumdankalsiummengalirkedalamselrambut.MasuknyaionK akanme
ngubahpotensiallistrikdalamselrambutdanmendepolarisasisel,padaakhirnyaselra
mbutmemendekdenganmempengaruhimotorselrambutluaratauprestin(Gacek,20
09).
Membran basilaris bergerak
turun,stereosiliamembengkokkearahstereosiliayangterpendekpadafasehiperpolar
isasimengakibatkanterjadinyapengenduranpadaserabuttiplinkdipuncakstereosilia
makasaluranMETakantertutup.Bilastereosiliategaklurus,pembukaansaluranMET
takakanberpengaruh.Tiplinkini
+
sepertisaluranelastikyangbisamengendalikanbukatutupnyasaluranMET.IonK ke
luardariselrambutluarkedalamruangekstraselulerdisekitarselrambutluarkemudia
nmasukkeselpendukung.Rangsangansuaradiubahmenjadigetaranmembranbasila
ris,danmengarahkanpadapembukaandanpenutupansaluranMETpadastereosiliake
mudianmenghasilkanresponelektrokimiadanakhirnyaakanmepresentasikansuara
padasarafpendengaran(Gacek,2009).
Serabut-
serabutserabutsarafkoklearisberjalanmenujuintikoklearisdorsalisdanventralis.Se
bagianbesarserabutinti
melintasigaristengahdanberjalannaikmenujukolikulusinferiorkontralateral,namu
nsebagianserabuttetapberjalanipsilateral.Penyilanganselanjutnyapadalemniskusl
ateralisdankolikulusinferior.Darikolikulusinferiorjaraspendengaranberlanjutkek
orpusgenikulatumdankemudiankekortekspendengaranpadalobus
temporalis(Gacek2009).
2.3 Gangguan Pendengaran
16
Jenis Gangguan Pendengaran
a. Gangguan pendengaranKonduktif
Gangguan pendengaran konduktif terjadi akibat adanya
abnormalitas pada telinga luar atau telinga tengah, yang dapat mencakup
kelainan dari membran tympani. Contoh kelainan meliputi oklusi saluran
pendengaran eksternal karena cerumen atau massa, infeksi telinga tengah
dan/atau cairan, perforasi membran tympani, atau kelainan tulang
pendengaran. Abnormalitas yang terjadi dapat mengurangi intensitas
efektif dari hantaran udara menuju koklea, tetapi tidak mempengaruhi
hantaran tulang. Oleh karena itu, ambang hantaran tulang lebih baik dari
ambang hantaran udara sebesar 10 dB atau lebih dan normal (Kurtz, 2016;
Lassman, Levine, Greenfield, 2015).
17
membedakan bunyi 1 dB, sedangkan orang normal baru dapat
membedakan bunyi 5 dB.
Tuli retrokoklea, yaitu apabila terdapat gangguan pada nervus
vestibulokoklearis atau satu dari area pendengaran di lobus temporalis
otak. Pada tuli retrokoklea terjadi kelelahan (fatigue) yang merupakan
adaptasi abnormal, dimana saraf pendengaran cepat lelah bila dirangsang
terus menerus. Bila diberi istirahat, maka akan pulih kembali (Dorland,
2012;.Soetirto, Hendarmin, Bashiruddin, 2014).
Gangguan pendengaran sensorineural melibatkan kerusakan koklea
atau saraf vestibulokoklear. Salah satu penyebabnya adalah pemakaian
obat-obat ototoksik seperti streptomisin yang dapat merusak stria
vaskularis.Beberapa kelainan yang termasuk gangguan pendengaran
sensorineural adalah presbikusis, gangguan pendengaran akibat bising
(NIHL), penyakit ménière, dan lesi retrokoklear seperti schwannoma
vestibular. (Soetirto, Hendarmin, Bashiruddin, 2014; Kurtz, 2016;
Lassman, Levine, Greenfield, 2015).
18
Antibiotik
Aminogliksida: streptomisin, neomisin, kanamisin,
gentamisin, Tobramisin, Amikasin dan yang baru adalah
Netilmisin dan Sisomisin.
Golongan macrolide: Eritromisin
Antibiotik lain: kloramfenikol
Loop diuretic: Furosemid, Ethyrynic acid, dan Bumetanides
Obat anti inflamasi: salisilat seperti aspirin
Obat anti malaria: kina dan klorokuin
Obat anti tumor: bleomisin, cisplatin
Kerusakan yang ditimbulkan oleh preparat ototoksik tersebut
antara lain:
Degenerasi stria vaskularis. Kelainan patologi ini terjadi pada
penggunaan semua jenis obat ototoksik
Degenerasi sel epitel sensori. Kelainan patologi ini terjadi pada
organ korti dan labirin vestibular, akibat penggunaan
antibiotika aminoglikosida sel rambut luar lebih terpengaruh
daripada sel rambut dalam, dan perubahan degeneratif ini
terjadi dimulai dari basal koklea dan berlanjut terus hingga
akhirnya sampai ke bagian apeks
Degenerasi sel ganglion. Kelainan ini terjadi sekunder akibat
adanya degenerasi dari sel epitel sensori
3. Presbikusis
Merupakan tuli sensorineural frekuensi tinggi yang terjadi pada
orang tua, akibat mekanisme penuaan pada telinga dalam. Umumnya
terjadi mulai usia 65 tahun, simetris pada kedua telinga, dan bersifat
progresif. Pada presbikusis terjadi beberapa keadaan patologik yaitu
hilangnya sel-sel rambut dan gangguan pada neuron-neuron koklea.
Secara kilnis ditandai dengan terjadinya kesulitan untuk memahami
pembicaraan terutama pada tempat yang rebut atau bising. Presbikusis
ini terjadi akibat dari proses degenerasi yang terjadi secara bertahap
oleh karena efek kumulatif terhadap pajanan yang berulang.
Presbikusis dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama faktor
lingkungan, dan diperburuk oleh penyakit yang menyertainya. Adapun
19
faktor- faktor tersebut diantaranya adalah adanya suara bising yang
berasal dari lingkungan kerja, lalu lintas, alat-alat yang menghasilkan
bunyi, termasuk musik yang keras. Selain itu, presbikusis juga bisa
dipengaruhi oleh faktor herediter, dan penyakit-penyakit seperti
aterosklerosis, diabetes, hipertensi, obat ototoksik, dan kebiasaan
makan yang tinggi lemak. Proses degenerasi yang terjadi secara
bertahap ini akan menyebabkan perubahan struktur koklea dan n.VIII.
Pada koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi dan degenerasi sel-
sel rambut penunjang pada organ Corti. Proses atrofi disertai dengan
perubahan vascular juga terjadi pada stria vaskularis, pada dinding
lateral koklea. Selain itu terdapat pula perubahan, berupa
berkurangnya jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf. Hal yang
sama terjadi juga pada myelin akson saraf.
Walaupun penyebab pasti presbikusis masih belum diketahui
secara pasti, namun telah diterima secara umum bahwa penyebab
presbikusis adalah multifaktorial. Berikut beberapa penyebab yang
dipercaya dapat menyebabkan terjadinya presbikusis:
a. Aterosklerosis
Pada keadaan arterosklerosis, dapat terjadi berkurangnya sampai
hilangnya perfusi serta oksigenasi ke koklea. Keadaan hipoperfusi ini
menyebabkan terbentuknya metabolit berupa reactive oxygen dan juga
radikal bebas. Akibat dari penumpukan oksidan ini, menyebabkan
terjadinya kerusakan pada struktur telinga dalam serta DNA
mitokondria yang berada pada sel-sel di telinga dalam. Akibat dari
kerusakan- kerusakan inilah berkembang presbikusis (Rolland, Kutz
& Isaacson 2014).
b. Diet dan metabolisme
Diabetes diketahui dapat mempercepat proses pembentukan
aterosklerosis yang selanjutnya akan menyebabkan gangguan perfusi
serta oksigenasi dari koklea.Pada keadaan diabetes juga didapati
proliferasi dan hipertropi dari tunika intima di endotel yang juga
nantinya akan menyebabkan gangguan perfusi ke koklea.Penelitian
yang dilakukan oleh Le dan Keithley mendemonstrasikan bahwa diet
20
tinggi antioksidan seperti vitamin C dan E dapat mengurangi
progresifitas presbikusis pada tikus (Rolland, Kutz & Isaacson, 2014).
c. Paparan terhadap bising
Dari penelitian yang dilakukan menggunakan model dari tikus
yang memiliki struktur telinga menyerupai manusia, didapati bahwa
paparan terhadap bising mampu meningkatkan kejadian presbikusis.
Paparan bising menyebabkan rusaknya sel-sel di telinga termasuk di
dalamnya sel yang berasal dari spiral ligament, sel fibrosit tipe IV.
Dari penelitian sebelumnya didapati bahwa kerentanan terhadap
kerusakanfibrosit tipe IV dapat menyebabkan perubahan ambang batas
pendengaran yang bermakna. Gambaran histopatologi pada tikus yang
terpapar bising menunjukkan bahwa terjadi hilangnya sel-sel spiral
ganglion, yang merupakan badan sel dari saraf aferen di koklea, yang
bersinaps dengan sel-sel rambut dalam (inner hair cells). Intinya,
paparan bising pada usia muda dapat meningkatkan risiko terjadinya
presbikusis seiring dengan bertambahnya usia seseorang (Rolland,
Kutz & Isaacson, 2014).
d. Genetik
Disebut-sebut bahwa genetik berperan penting dalam
menentukan kerentanan seseorang terhadap faktor-faktor lingkungan
seperti bising, obat-obat ototoksik dan bahan-bahan kimia, serta stress.
Pada penelitian lain didapati bahwa terdapat beberapa gen yang
mengalami mutasi pada penderita presbikusis, yaitu gen GJB2 dan gen
SLC26A4. Selain itu, didapati bahwa orang-orang yang mengalami
dua mild mutations pada gen GJB2 akan terjadi peningkatan risiko
berkembangnya presbikusis dini (Rolland, Kutz & Isaacson, 2014).
4. Tuli mendadak
Tuli mendadak merupakan tuli sensorineural berat yang terjadi
tiba-tiba tanpa diketahui pasti penyebabnya.Tuli mendadak
didefinisikan sebagai penurunan pendengaran sensorineural 30 dB
atau lebih paling sedikit tiga frekuensi berturut-turut pada
pemeriksaan audiometri dan berlangsung dalam waktu kurang dari
tiga hari. Iskemia koklea merupakan penyebab utama tuli mendadak,
21
keadaan ini dapt disebabkan oleh karena spasme, trombosis atau
perdarahan arteri auditiva interna. Pembuluh darah ini merupakan
suatu end artery sehingga bila terjadi gangguan pada pembuluh darah
ini koklea sangat mudah mengalami kerusakan. Iskemia
mengakibatkan degenerasi luas pada sel-sel ganglion stria vaskularis
dan ligamen spiralis, kemudian diikuti dengan pembentukan jaringan
ikat dan penulangan. Kerusakan sel-sel rambut tidak luas dan
membrana basilaris jarang terkena.
5. Kongenital
Menurut Konigsmark, pada tuli kongenital atau onset-awal yang
disebabkan oleh faktor keturunan, ditemukan bahwa 60-70% bersifat
otosom resesif, 20-30% bersifat otosom dominan sedangkan 2%
bersifat X-linked. Tuli sensorineural kongenital dapat berdiri sendiri
atau sebagai salah satu gejala dari suatu sindrom, antara lain Sindrom
Usher (retinitis pigmentosa dan tuli sensorineural kongenital),
Sindrom Waardenburg (tuli sensorineural kongenital dan canthus
medial yang bergeser ke lateral, pangkal hidung yang melebar, rambut
putih bagian depan kepala dan heterokromia iridis) dan Sindrom
Alport (tuli sensorineural kongenital dan nefritis).
6. Trauma
Trauma pada telinga dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu
trauma akustik dan trauma mekanis. Trauma tertutup ataupun
langsung pada tulang temporal bisa mengakibatkan terjadinya tuli
sensorineural. Diantara semua trauma, trauma akustik merupakan
trauma paling umum penyabab tuli sensorineural.
7. Tuli akibat bising
Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu dan tidak
dikehendaki. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat
subyektif, tergantung dari masing-masing individu, waktu dan tempat
terjadinya bising. Sedangkan secara audiologi, bising adalah
campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi.
22
Bising dengan intensitas 80 dB atau lebih dapat mengakibatkan
kerusakan reseptor pendengaran corti pada telinga dalam. Hilangnya
pendengaran sementara akibat pemaparan bising biasanya sembuh
setelah istirahat beberapa jam (1–2 jam). Bising dengan intensitas
tinggi dalam waktu yang cukup lama (10–15 tahun) akan
menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ Corti sampai terjadi
destruksi total organ Corti.
b. Retrokoklea
Penyebab tuli sensorineural yang berasal dari retrokoklea terdiri dari:
1. Penyakit Meniere
Penyakit Meniere merupakan penyakit yang terdiri dari trias
atau sindrom Meniere yaitu vertigo, tinnitus dan tuli
sensorineural.
2. Neuroma Akustik
Neuroma akustik adalah tumor intrakrania yang berasal dari
selubung sel Schwann nervus vestibuler atau nervus koklearis.
Lokasi tersering berada di cerebellopontin angel.
Tuli akibat neuroma akustik ini terjadi akibat:
- trauma langsung terhadap nervus koklearis
- gangguan suplai darah ke koklea
23
kepala yang berat sekaligus mengenai telinga tengah dan telinga dalam
(Soetirto, Hendarmin, dan Bashiruddin, 2014).
24
dengan gangguan pendengaran yang telah melalui proses
berbahasa(Smith& Wolfe, 2013).
b. Postlingual
Gangguan pendengaran postlingual terjadi setelah
berkembangnya kemampuan berbahasa pada seseorang. Biasanya
terjadi setelah berusia 6 tahun. Gangguan pendengaran postlingual
jauh lebih jarang terjadi bila dibandingkan dengan gangguan
pendengaran prelingual. Biasanya gangguan pendengaran postlingual
yang terjadi secara tiba-tiba disebabkan oleh meningitis ataupun
penggunaan obat-obat ototoksik seperti gentamisin (Smith& Wolfe,
2013).
b. Faktor Didapat
Antara lain dapat disebabkan:
1. Infeksi
25
Rubela konginel, cytomegalovirus, toksoplasmosis, virus
herpes, simpleks, meningitis bakteri, otitis media kronik
purulenta, mastoiditid, endolabrintitis, kongenital sifilis.
Toksoplasma, rubela, cytomegalovirus menyebabkan gangguan
pendengaran dimana gangguan pendengaran sejak lahir akibat
infeksi cytomegalogavirus sebesar 50% dan toksoplasma
konginetal 10-15%, sedangkan untuk infeksi herpes simpleks
sebesar 10%. Gangguan pendengaran yang terjadi bersifat tuli
sensorineural. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 70%
anak yang mengalami infeksi cytomegalovirus kongenital
mengalami gangguan pendengaran sejak lahir atau selama masa
neonatus. Pada meningitis bakteri melalui laporan post-mortem
dan beberapa studi klinis menunjukkan adanya kerusakan di
koklea atau saraf pendengaran, namun proses patologi yang
terjadi tidka begitu diketahui sehingga menyebabkan gangguan
pendengaran masih belum dapat dipastikan.
2. Neonatal hiperbilirubinemia
Neonatal hiperbilirubinemia merupakan penyakit
hemolisis pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh neonatal
jaundice. Penyakit neonatal jaundice kebanyakan disebabkan
oleh jalur metabolisme bilirubin yang belum matang pada bayi
baru lahir. Neonatal hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana
kadar bilirubon total >5 mg/dl. Hiperbilirubinemia tampak
secara ikterus. Ikterus neonatum adalah keadaan klinis pada bayi
yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera
akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih.
Bilirubin tak terkonjugasi yang masuk dalam otak
terutama dalam bentuk bebas atau bilirubin anion, berikatan
dengan fosfolipid dan gangliosida pada permukaan membran
plasma neuron. Ikatan antara bilirubin anion-fosfolipid
kompleks merupakan ikatan yang tidak stabil. Bilirubin anion
mengambil ion hidrogen dan membentuk asam bilirubin yang
26
menempel kuat pada membran. Asam bilirubin tersebut akan
menyebabkan kerusakan pada membran plasma sehingga dapat
menyebabkan bilirubin anion masuk ke dalam sel neuron.
Bilirubin anion yang masuk ke dalam sel akan berikatan dengan
fosfolipid pada membran organel subseluler seperti mitokondria,
retikulum endoplasma dan nukleus. Ikatan ini akan
menyebabkan terbentuknya asam bilirubin dan kerusakan
membran di tingkat subseluler. Kerusakan tersebut
memberikandampak terhadap multisistem enzim dan
menyebabkan kerusakan sel neuron.
Salah satu bentuk neurotoksisitas bilirubin adalah
abnormalitas sistem auditori pada hiperbilirubinemia.
Berdasarkan bukti tes audiometrik didapatkan gangguan
pendengaran dominan bilateral pada frekwensi tinggi dan
simetris dengan fungsi perkembangan suara yang abnormal. Hal
tersebut berhubungan dengan lesi patologis pada nukleus
koklear. Bilirubin yang terdapat pada otak dapat merusak nuclei
audiotori sentral dan jalur vestibular, nuclei serebellar dan
ganglia basalis yang dihubungkan dengan hipereaktivitas
vestibuler. Terdapat manifestasi auditori sentral yang patologis,
melibatkastruktur auditori batang otak termasuk nuclei dorsal
koklear maupun ventral, kompleks olivarius superior, nuclei
lemniskus lateralisdan kolikuli inferior tanpa keterlibatan
thalamus maupun cortical auditory pathways.Tujuh puluh tiga
persen bayi dengan kadar bilirubin > 12mg/dl ternyata memiliki
hasil BERA abnormal (Baradaranfar et al, 2011).
3. Masalah perinatal
Masalah perinatal adalah masalah-masalah yang terjadi
pada masa perinatal. Masa perinatal adalah yakni masa antara 28
minggu dalam kandungan sampai 77 hari setelah kelahiran yang
merupakan masa dalam proses tumbuh kembang anak
27
khususnya kembang otak. Masalah perinatal meliputi
prematuritas (suatu keadaan yang belu matang, yang ditemukan
pada bayi yang lahir pada saat usia kehamilan belum mencapai
37 minggu), anoksia berat, hiperbilirubinemia, obat ototoksik
(gangguan yang terjadi pada alat pendengaran yang terjadi
karena efek samping dari konsumsi obat-obatan).
Faktor risiko terjadinya gangguan pendengaran pada
neonatus:
a. Riwayat keluarga ditemukan ketulian
b. Infeksi intrauterin
c. Abnormalitas pada kraniofasial
d. Hiperbilirubinemia yang memerlukan tranfusi tukar
e. Penggunaan obat ototoksik aminoglikosida lebih dari 5
hari atau penggunaan antibiotik tersebut dengan obat
golongan loop diuretik.
f. Meningitis bakteri
g. Apgar skor <4 pada saat menit pertama setelah
dilahirkan, atau apgar skor< 6 pada menit kelima.
h. Memerlukan penggunaan ventilasi mekanik lebih dari 5
hari.
i. Berat lahir < 1500 gram
j. Manifestasi dari suatu sindroma yang melibatkan
ketulian.
Meskipun faktor risiko yang telah disebutkan merupakan
suatu indikasi untuk dilakukan pemeriksaan untuk menentukan
adanya suatu gangguan pendengaran, akan tetapi di lapangan
ditemukan bahwa 50% neonatus dengan gangguan pendengaran
tidak mempunyai faktor risiko. Oleh karena itu
direkomendasikan suatu pemeriksaan gangguan pendengaran
pada seluruh neonatus setelah lahir atau setidaknya usia tiga
bulan (Bielecki, Horbulewicz& Wolan, 2011).
4. Obat ototoksik
Obat-obatan yang dapat menyebabkan gangguan
pendengaran adalah golongan antibiotika; erythromycin,
gentamicin, streptomycin, netilmicin, amikacin, neomycin (pada
28
pemakaian tetes telinga), kanamycin, etiomycin, vancomycin.
Glongan diuretika: furosemide.
5. Trauma
Fraktur tulang temporal, pendarahan pada telinga tengah atau
koklea, dislokasi osikular, trauma suara.
6. Neoplasma
Bilateral acoustic neurinoma (neurofibromatosis 2), cerebellopontine
tumor, tumor pada telinga tengah (contoh: rhabdomyosarcoma,
glomustumor).
29
elektroda pada kepala anak mendeteksi stimulus saluran yang dihasilkan
earphone pada salah satu telinga pada saat pemeriksaan.
Keuntunganmenggunakan metode ini yaitu lebih spesifik
menggambarkan keadaan telingga, terurama mengukur terutama
mengukur fungsi morfologi hingga batang otak. Kerugian dari metode
ini yaitu bayi atau anak harus tenang selama pemeriksaan; tidak menilai
proses akses kortikal suara.
2.6 Diagnosis
Untuk mendiagnosis suatu gangguan pendengaran dilakukan dengan
berbagai cara antara lain menanyakan riwayat kesehatan. Dapat dilakukan
pemeriksaan telinga secara menyeluruh untuk dapat menyingkirkan penyebab-
penyebab umum dari kehilangan pendengaran, seperti adanya cairan di telinga
atau penyumbatan. Pemeriksaan pendengaran meliputi pemeriksaan hantaran
melalui udara dan melalui tulang dengan menggunakan garpu tala atau
audiometri nada murni.
1. Anamnesis
Anamnesis menunjukkan gejala penurunan pendengaran, baik yang
terjadi secara mendadak maupun yang terjadi secara progresif.Gejala
klinis sesuai dengan etiologi masing-masing penyakit.
2. Pemeriksaan Fisik
Penderita tuli sensorineural cenderung berbicara lebih keras dan
mengalami gangguan pemahaman kata sehingga pemeriksa sudah dapat
menduga adanya suatu gangguan pendengaran sebelum dilakukan
pemeriksaan yang lebih lanjut. Pada pemeriksaan otoskop, liang telinga
dan membrana timpani tidak ada kelainan.
3. Pemeriksaan lain yang biasa digunakan adalah tes bisik, tes penala,
merupakan tes kualitatif dengan menggunakan garpu tala 512 Hz.
Terdapat beberapa macam tes penala, seperti tes Rinne, tes Weber dan tes
Schwabach, lalu audiometri, Brainstem Evoked Respone Audiometry
(BERA)untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi N.VIIIdan juga
otoacustic emittion/OAE (Emisi Otoakustik).
Tes Bisik
30
Tes bisik merupakan suatu tes pendengaran dengan memberikan
suara bisik berupa kata-kata kepada telinga penderita dengan jarak
tertentu. Hasil tes berupa jarak pendengaran, yaitu jarak antara
pemeriksa dan penderita di mana suara bisik masih dapat didengar
enam meter. Pada nilai normal tes berbisik ialah 5/6 – 6/6.
Pemeriksaan Garpu Tala
Pemeriksaan ini menggunakan garputala dengan frekuensi 512,
1024, dan 2048 Hz. Oleh karena secara fisiologi telinga dapat
mendengar 20-18.000 Hz dan untuk pendengaran sehari-hari yang
paling efektif antara 500-2.000 Hz. Penggunaan garputala penting
untuk pemeriksaan secara kualitatif. Biasanya yang sering
digunakan adalah pemeriksaan garputala dengan frekuensi 512 Hz
karena penggunaan garputala pada frekuensi ini tidak dipengaruhi
oleh suara bising di sekitarnya.Terdapat berbagai macam tes
garputala, seperti tes Rinne, tes Weber, tes Schwabach, tes Bing,
dan tes Stenger.
Tes Rinne
Tes rinne adalah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara
dan hantaran melalui tulang. Caranya penala digetarkan, tangkainya
diletakkan di prosesus mastoid, setelah tidak terdengar, penala
dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar
disebut Rinne positif (+), bila tidak terdengar disebut Rinne negatif
(-).
Tes Weber
Caranya adalah penala digetarkan, kemudian tangkai penala
diletakkan di garis tengah kepala (di vertex, dahi, pangkal hidung,
di tengah-tengah gigi seri atau di dagu). Apabila bunyi terdengar
lebih keras ke salah satu telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga
tersebut. Apabila tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi
terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.
Tes Schwabach
Tes untuk membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa
dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Caranya dengan
menggetarkan penala, kemudian tangkai penala diletakkan pada
31
prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian
tangkai penala segera dipindahkan ke prosesus mastoideus
pemeriksa. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut
Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar,
pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya, yaitu penala
diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa terlebih dulu. Bila
pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schawabach
memanjang. Bila pasien dan pemeriksa sama-sama mendengarnya
disebut Schwabach sama dengan pemeriksa (Soetirto, Hendarmin,
Bashiruddin; 2014).
32
Hantaran Udara dan Hantaran Tulang
Sumber bunyi ada dua, yaitu hantaran udara dan hantaran
tulang. Sumber bunyi pertama berasal dari headphone, insert
earphone, atau sound field. Masing-masing telinga diperiksa secara
bergantian dan hasilnya dicatat sebagai audiogram hantaran udara.
Ambang nada murni hantaran udara mengukur sensitivitas ketika
impuls ditransmisikan melalui telinga luar, telinga tengah, dan
telinga dalam dan kemudian melalui otak menuju korteks. Sumber
bunyi kedua adalah suatu osilator atau vibrator hantaran tulang yang
ditempelkan pada mastoid melalui suatu head band. Hasil
pemeriksaan dicatat sebagai audiogram hantaran tulang. Ambang
murni hantaran tulang menilai sensitivitas ketika impuls
ditransmisikan melalui tulang tengkorak ke koklea dan kemudian
melalui jalur pendengaran dari otak (Kurtz, 2016; Lassman, Levine,
Greenfield, 2015).
Pendengaran Silang
Pendengaran silang (crossover) atau lengkung bayangan
(shadow curve) terjadi ketika telinga pendengar yang tidak diuji
merespon terhadap uji sinyal. Pendengaran silang seringkali terjadi
lewat tulang tengkorak melalui hantaran tulang sekalipun sinyal
diberikan melalui penerima hantaran udara. Pendengaran silang
sering terjadi untuk earphone circumaural pada sekitar 40 dB di
semua frekuensi. Insert earphone dapat mengurangi pendengaran
silang dengan mengurangi bidang kontak permukaan (Kurtz, 2016;
Lassman, Levine, Greenfield, 2015).
33
Tujuan dari peredaman antar telinga adalah untuk mencegah telinga
yang tidak diuji dari mendeteksi sinyal sehingga hanya telinga yang
diuji dapat merespon. Ketika vibrator disajikan pada telinga yang
diuji, getaran akan timbul di seluruh tulang tengkorak dan
mencapai pada kedua koklea. Peredaman interaural untuk sinyal
hantaran tulang sangat rendah, mungkin serendah 0 dB, karena
tulang tengkorak sangat efisien dalam mentransmisi suara. Oleh
karena itu, peredaman antar telinga diperlukan pada tes hantaran
udara. Pada pengujian hantaran udara bila tingkat sinyal pengujian
melampaui ambang hantaran tulang telinga yang tidak diuji sebesar
45 dB atau lebih, maka harus dilakukan penyamaran (Kurtz, 2016;
Lassman, Levine, Greenfield, 2015).
34
pasien merespon dua dari tiga kali pemberian dicatat sebagai
ambang dengar.
Pada metode penyesuaian, pasien memiliki kontrol terhadap
intensitas sinyal yang diberikan dan mengaturnya pada tingkat
terendah yang masih dapat terdengar. Intensitasnya dicatat sebaagai
ambang dengar. Metode penyesuaian memerlukan waktu paling
cepat, namun paling tidak akurat (Franks, 2001; Kileny, Zwolan,
2010).
Audiometri Khusus
Untuk mempelajari audiometri khusus di perlukan pemahaman
istilah recruitment dan decay.
Recruitment ialah suatu fenomena terjadi sensitifitas pendengaran
yang berlebihan di atas abang dengar keadaan ini khas untuk tuli
koklea. Pada kelainan koklea pasien dapat membedakan bunyi 1
dB sedangkan pada orang normal baru bisa membedakan ya pada
5 dB.
Decay: (kelelahan) merupakan adaptasi abnormal merupakan
tanda khas pada tuli retrokoklea, saraf pendegaran cepat lelah bila
dirasang terus menerus. Bila dibeli istirahat akan pulih kembali.
Fenomena tersebut dapat dilacak dengan Pemeriksaan sebagai
berikut
Tes SISI (Short Sensitivity Index)
Tes ABLB (Alternate Binaural Loudness)
Test kelelahan (Tone Decay)
Audiometri tutur
Audiometri bekesay
35
Setelah itu, diberikan tambahan 5 dB, lalu diturunkan 4 dB, lalu
3, kemudian 2 dan 1 dB, bila pasien dapat membedakan maka
TEST dinyatakan positif (+).
36
Artinya nada murni pada frekuensi (500 Hz, 1000 Hz dan 2000
Hz) pada 110 dB SPL diberikan secara terus menerus selama
60 detik, terjadi kelelahan maka tes dinyatakan positif (+).
Audiometri tutur
Pada tes ini dipakai satu suku kata dan 2 suku kata,
Kata kata ini disusun dalam daftar Phonetically Balance Word
LBT (PB,UST)
Pasien disuruh mengulanngi kata kata yang di dengar melalui
kaset tape recorder
Pada tuli saraf koklea, Pasien sulit membedakan bunyi
S,R,H,C,H,CH
Sedangkan, pada tuli retrokoklea lebih sulit lagi
Dinilai dengan menggunakan speech discrimination score
90 – 100% : Pendengaran Normal
75 – 90%: Tuli Ringan
60 – 75%: Tuli sedang
50 - 60%: Kesukaran dalam mengikuti pembicaraan sehari-hari
< 50%: Tuli Berat
Audiometri Bekessy
Prinsipnya mengunakan nada yang terputus dan continyu
Bila ada suara masuk maka pasien menekan tombol
Ditemukan grafik seperti gigi gergaji
Garis yang menaik adalah priode suara yang dapat didengar
Garis yang turun ialah suara yang tidak di dengar
Pada telinga normal amplitude 10 db sedangkan pada recruitment
amplitude lebih kecil
37
Audiometri Obyektif
Terdapat 3 cara pemeriksaan, yaitu:
Audiometri Impedans
Electrokokleografi
Envoke response Audiometri
1. Audiometri impedans pada pemeriksaan kelenturan membrane
timpani dengan tekanan tertentu pada Meatus Acusticus Eksterna
a) Timpanometri yaitu untuk mengetahui keadaan dalam kavum
timpani Misalnya ada cairan, gangguan rangkaian tulang
pendegaran, kekakuan pada membrane timpani dan membrane
timpani sangat lentur.
b) Fungsi Tuba Estacius: Untuk mengetahui fungsi tuba (terbuka
atau tertutup).
c) Refleks stapedius pada telinga normal reflek stapedius
muncul pada Rangsangan 70 – 80 dB.
d) Pada lesi koklea ambang rangsang reflex stapedius menurun,
sedangkan pada lesi retrokolea ambang rangsang itu naik.
2. Elektrokokleografi
Pemeriksaan ini digunakan untuk merekam gelombang–
gelombang yang khas dari evoke electro potensial koklea. Caranya
dengan elektroda jarum, membran timpani ditusuk sampai ke
promontorium kemudian dilihat grafiknya.
38
3. Gelombang III dari kompleks olivari superior.
4. Gelombang IV berasal dari neuron ke tiga di nukleus olivarius
superior kompleks, nukleus koklearis dan lemniskus lateralis.
5. Gelombang V berasal dari kolikulus inferior.
Audiologi Anak
Untuk memeriksa ambang dengar anak dilakukan didalam ruangan
Khusus (Free Field). Cara memeriksanya dengan beberapa cara:
1) Neometer dibunyikan suara kemudian perhatikan reaksi anak
39
2) Free field test Dilakukan pada ruangan Kedap suara anak
sedang bermain kemudian diberikan rangsang bunyi, perhatikan
reaksinya.
3) Screening Untuk screening (Tapis masal) dipakai hantaran
udara saja dengan frekuensi 500 hz, 1000 hz, 2000 hz.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tuli sensorieural disesuaikan dengan penyebab
ketulian. Tuli karena pemakaian obat-obatan yang bersifat ototoksik, diatasi
dengan penghentian obat. Jika diakibatkan oleh bising, penderita sebaiknya
dipindahkan kerjanya dari lingkungan bising. Bila tidak memungkinkan dapat
menggunakan alat pelindung telinga terhadap bising, seperti sumbat telinga
(ear plug), tutup teling (ear muff) dan pelindung kepala (helmet). Apabila
gangguan pendengaran sudah mengakibatkan kesulitan berkomunikasi bisa
menggunakan alat bantu dengar.
a. Alat Bantu Dengar (ABD)
Rehabilitasi sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi pendengaran
dilakukan dengan pemasangan alat bantu dengar (hearing aid). Memasang
suatu alat bantu dengar merupakan suatu proses yang rumit yang tidak
hanya melibatkan derajat dan tipe ketulian, namun juga perbedaan antar
telinga, kecakapan diskriinasi dan psikoakustik lainnya. Selain itu
pertimbangan kosmetik, tekanan sosial dan keluarga. Peraturan dari Food
and Drug Administration mengharuskan masa uji coba selam 30 hari untuk
alat bantu dengr yang baru, suatu masa untuk mengetahui apakah alat
tersebut cocok dan efektif bagi pemakai.
Alat bantu dengar merupakan miniatur dari sistem pengeras untuk suara
umum. Alat ini memiliki mikrofon, suatu amplifier, pengeras suara dan
baterei sebagai sumber tenaga. Selanjutnya dilengkapi kontrol
penerimaan, kontrol nada dan tenaga maksimum. Akhir-akhir ini
dilengkapi pula dengan alat pemproses sinyal otomatis dalam rangka
memperbaiki rasio sinyal bising pada latar belakang. Komponen-
komponen ini dikemas agar dapat dipakai dalam telinga (DT), atau
40
dibelakang telinga (BT) dan pada tubuh. ABD dibedakan menjadi
beberapa jenis :
- Jenis saku (pocket type, body worrn type)
- Jenis belakang telinga (BTE = behind the ear)
- Jenis ITE (In The Ear)
- Jenis ITC (In The Canal)
- Jenis CIC (Completely In the Canal)
Tipe dalam telinga yang terkecil adalah alat bantu dengar ’kanalis’ dengan
beberapa komponen dipasang lebih jauh didalam kanalis dan lebih dekat
dengan membrana timpani. Alat bantu tipe kanalis ini sangat populer
karena daya tarik kosmetiknya. Alat ini dapat membantu pada gangguan
pendengaran ringan sampai sedang. Akan tetai alat ini kurang fleksibel
dalam respon frekuansi dan penerimaannya dibanding alat bantu DT dan
BT. Kanalis juga tidak cocok untuk telingan yang kecil karena ventilasi
menjadi sulit.
b. Implan Koklea
Implan koklea merupakan perangkat elektronik yang memepunyai
kemampuan menggantikan fungsi koklea untuk meningkatkan
kemampuan mendengar dan berkomunikasi pada pasien tuli sensorineural
berat dan total bilateral. Indikasi pemasangan implan koklea adalah :
- Tuli sensorineural berat bilateral atau tuli total bilateral (anak maupun
dewasa) yang tidak / sedikit mendapat manfaat dari ABD.
- Usia 12 bulan – 17 tahun
- Tidak ada kontra indikasi medis
- Calon pengguna mempunyai perkembangan kognitif yang baik
Kontra Indikasi pemasangan implan koklea antara lain :
- Tuli akibat kelainan pada jalur pusat (tuli sentral)
- Proses penulangan koklea
- Koklea tidak berkembang
41
Adapun cara kerja Implan koklea adalah, impuls suara ditangkap oleh
mikrofon dan diteruskan menuju speech processor melalui kabel
penghubung. speech processor akan melakukan seleksi informasi suara
yang sesuai dan mengubahnya menajdi kode suara yang akan disampaikan
ke transmiter. Kode suara akan dipancarkan menembus kulit menuju
stimulator. Pada bagian ini kode suara akan dirubah menjadi sinyal listrik
dan akan dikirim menuju elektrode-elektrode yang sesuai di dalam koklea
sehingga menimbulkan stimulasi serabut-serabut saraf. Pada speech
processor terdapat sirkuit khusus yang berfungsi untuk meredam bising
lingkungan.Keberhasilan implan koklea ditentukan denga menilai
kemampuan mendengar, pertambahan kosa kata dan pemahaman bahasa.
42
Periksalah telinga secara teratur, tes pendengaran dan pemeriksaan telinga
sebaiknya menjadi kegiatan kesehatan yang rutin, karena semakin cepat
gangguan diketahui maka penanganannya akan menjadi lebih mudah dan
mencegah kerusakan lebih lanjut.
43
BAB III
KESIMPULAN
44
secara menyeluruh untuk dapat menyingkirkan penyebab-penyebab umum
dari kehilangan pendengaran, seperti adanya cairan di telinga atau
penyumbatan. Pemeriksaan pendengaran meliputi pemeriksaan hantaran
melalui udara dan melalui tulang dengan menggunakan garpu tala atau
audiometri nada murni.Pada penderita tuli koklea dan retrokoklea, dapat
dibedakan dengan pemeriksaan audiometri khusus, audiometri objektif,
pemeriksaan tuli anorganik dan pemeriksaan audiometri anak. Audiometri
khusus dapat membedakan tuli koklea dan retrokoklea dengan memahami
rektrutmen yang khas pada tuli koklea, dan kelelahan (decay/fatigue) yang
khas pada tuli retrokoklea. Audiometri khusus terdiri dari tes SISI (short
increment sensitivity index), tes ABLB (alternate binaural loudness balans
test), tes kelelahan (Tone decay), audiometri tutur (speech audiometry), dan
audiometri Bekessy.
Untuk mencegah gangguan pendengaran dapat menggunakan
pelindung telinga, menghindari bising, menggunakan earphone secara bijak,
memberikan waktu telinga untuk beristirahat, dan memeriksa keadaan
telinga secara teratur karena semakin cepat diketahui maka semakin cepat
penanganan dan semakin baik prognosis kedepannya.
45
DAFTAR PUSTAKA
Alberti, Peter W. 2001. The Anatomy and Physiology of The Ear and Hearing.
Dalam: Goelzer B., Hansen CH., Sehrndt GA (Editor). Occupational
Exposure to Noise: Evaluation, Prevention and Control. World Health
Organization, Federal Institute for Occupational Safety and Health,
Dortmund, Germany, hal. 53-62.
Baradaranfar MH, Atighechi S, Dadgarnia MH, Jafari R, Karimi G, Mollasadeghi
A, Eslami Z, Baradarnfar A. 2011. Hearing status in neonatal
hyperbilirubinemia by auditory brain stem evoked response and transient
evoked otoacoustic emission. Acta Med Iran. 2011;49(2):109-12.
Bhatt, Rheena A. 2016. Ear Anatomy. Medscape.
(http://emedicine.medscape.com/article/1948907-overview#showall, Diakses
9 Agustus 2016).
Barrett, KE, Ganong, WF. 2010. Ganong's Review of Medical Physiology. 23rd.
New York: McGraw-Hill.
Bielecki I1, Horbulewicz A, Wolan T. 2011. Risk factors associated with hearing
loss in infants: an analysis of 5282 referred neonates.IntJ Pediatr
Otorhinolaryngol. Jul;75(7):925-30. doi: 10.1016/j.ijporl.2011.04.007.
Despopoulos AM, Silbernagl, SMD. 2003. Color Atlas ofPhysiology (5th ed.).
New York: Thieme.
46
Gillespie PG, Müller U. 2009. Mechanotransduction by Hair Cells: Models,
Molecules, and Mechanisms. Cell. Oct 2; 139(1): 33–44.
Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11 th ed.
Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI.
Kileny PR., Zwolan TA. 2010. Diagnostic Assessment, Diagnostic Audiology.
Dalam: Flint, Paul W., dkk (Editor). Cummings Otolaryngology Head &
Neck Surgery, Edisi V. Mosby Elsevier, Philadelphia, hal. 1887-1903.
Kurtz, Joe Walter. 2016. Audiology Pure-Tone Testing. Medscape.
(http://emedicine.medscape.com/article/1822962-overview#showall, Diakses
11 Agustus 2016).
Liston SL, Duvalu AJ. 1997. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Telinga.Dalam:
Adams, GL, Boeis, LR & Highler, PA. Boeis Buku Ajar Penyakit THT.Jakarta
: EGC. 27-45.
Lassman FM., Levine SC., Greenfield DG. 2015. Audiologi. Dalam: Adams GL.,
Boies LR., Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi VI. EGC,
Jakarta, Indonesia, hal. 50-55.
Martin, F.N. 1986. Introduction to Audiology. Edisi III. Prenctice-Hall, Inc,
Engelewood Cliffs, New Jersey.
Mills JH, Khariwala SS, Weber PC. 2006. Anatomy and Physiology of
Hearing.In: Head & Neck Surgery-Otolaryngology, 4th Edition.
LippincottWilliams & Wilkins. 1884-1903.
Moller AR. 2006.Hearing Anatomy, Physiology, and Disorders of the Auditory
System 2nd ed. Texas: Elsevier.p 41- 56.
Nagashima R1, Sugiyama C, Yoneyama M, Ogita K. 2005. Transcriptional factors
in the cochlea within the inner ear.J Pharmacol Sci. Dec;99(4):301-6.
Oghalai JS, Brownell WE. 2008. Anatomy and physiology of the ear.
Dalam:Lalwani , AK. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology-
Head and Neck Surgery. New York: McGraw-Hill Company. 577-95.
Pawlowsky KS, Kikkawa YS, Wright CG, Alagramam KN. 2006.Progression of
inner ear pathology in Ames waltzer mice and the role ofprotocadherin 15 in
hair cell development. J. Assoc. Res. Otolaryngol. 7: 83-94.
Probst R, GreversG, IroH. 2006. Basic Otorhinolaryngology: A Step-by-Step
Learning Guide, 2nd edition. New York:Thieme.
47
Rappaport JM, Provençal C. 2002. Neuro-otology for audiologists. Dalam: Katz
JBurkard RF, Medwetsky editors. Handbook of clinical audiology edisi ke-
5.Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p.9-30.
Rolland PS, Kutz Jr JW, Isaacson B. 2014. Agingand the Auditory and Vestibular
System.Dalam: Bailey BJ, penyunting. Head &Neck Surgery-
Otolaryngology. Philadelphia:Lippincott Williams and Wilkins. p 2615-23.
Smith J., Wolfe J. 2013. Testing otoacoustic emissions in children: The known
and the unknown. Hearing Journal. 66(12):20,22,23.
Snell, Richard S. 2012. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi VI.
Terjemahan oleh: Sugiharto, L. EGC, Jakarta, Indonesia, hal. 782-792.
Soetirto I., Hendarmin H., Bashiruddin J. 2014. Gangguan Pendengaran dan
Kelainan Telinga. Dalam: Soepardi, EA, dkk. (Editor). Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi VII. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, Indonesia, hal. 10-22.
48