FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
LAPORAN KASUS
JANUARI 2016
LAPORAN KASUS
PRESBIKUSIS
Oleh:
Lewis Richart Adson Nggeolima, S.Ked
1008012038
PEMBIMBING:
dr. Ni Wayan Rini, Sp.THT-KL
HALAMAN PENGESAHAN
NIM
: 1008012038
Pembimbing Klinik
Ditetapkan di
: Kupang
Tanggal
: Januari 2016
. ..
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah atau kavum timpani, dan
telinga dalam atau labirin. Telinga luar terdiri atas aurikula dan meatus akustikus
eksternus (MAE)/ liang telinga. Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam
os temporal pars petrosa yang dilapisi membran mukosa, berisi tulang-tulang
pendengaran. Telinga
dalam berisi
timpani dan osikula tidak ada, getaran suara bisa lewat foramen rotundum.
Selanjutnya dari koklea getaran diteruskan melalui membran Reissner yang
mendorong endolimfe menyebabkan gerak relatif antara membran basilaris dan
membran tektoria serta menimbulkan defleksi stereosilia sel-sel rambut sehingga
kanal ion terbuka dan terjadi pemasukan ion bermuatan listrik. Selanjutnya timbul
proses depolarisasi sel rambut yang melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis
dan akhirnya menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius yang dilanjutkan ke
nukleus auditorius sampai kortek pendengaran di lobus temporalis yaitu di area 3940. (5,6)
Proses mendengar meliputi 3 tahap yaitu: 1) Pemindahan energi fisik berupa
stimulus bunyi ke organ pendengaran; 2) Konversi atau transduksi yaitu pengubahan
energi fisik stimulasi ke organ penerima; 3) Penghantaran impuls saraf ke kortek
pendengaran. Proses pemindahan energi atau transmisi terdiri dari transmisi
aerodinamis dimana stimulus bunyi berpindah dari kanalis auditorius eksternus ke
membran timpani dan dari membran timpani ke tulang pendengaran. Sedangkan
transmisi hidrodinamis dimana stimulus bunyi berpindah dari foramen ovale ke auris
interna melalui cairan perilimfe dan endolimfe. (5,7)
2.4 Epidemiologi
Berdasarkan definisinya, prevalensi presbikusis meningkat seiring
bertambahnya usia. Secara global prevalensi presbikusis bervariasi, Presbikusis
dialami sekitar 30-35% pada populasi berusia 65-75 tahun dan 40-50% pada
populasi diatas 75 tahun. Prevalensi pada laki-laki sedikit lebih tinggi daripada
wanita. Perbedaan prevalensi presbikusis antar ras belum diketahui secara pasti.(9)
perubahan
patologik
yang
terjadi,
Schuknect
dkk
A.
B.
C.
terpengaruh. Proses ini cenderung terjadi pada orang berusia 30-60 tahun
dan berjalan secara perlahan. (1,10)
D.
1. Anamnesis
Pada anamnesis Penurunan ketajaman pendengaran pada usia lanjut,
bersifat sensorineural, simetris bilateral dan progresif lambat. Umumnya terutama
terhadap suara atau nada yang tinggi. Tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan
telinga hidung tenggorok, seringkali merupakan kelainan yang tidak disadari.
Penderita menjadi depresi dan lebih sensitif. Kadang-kadang disertai dengan
tinitus yaitu persepsi munculnya suara baik di telinga atau di kepala. Faktor risiko
presbikusis adalah: 1) Paparan bising, 2) merokok, 3) obat-obatan, 4) hipertensi,
dan 5) riwayat keluarga. Orang dengan riwayat bekerja di tempat bising, tempat
rekreasi yang bising, dan penembak (tentara) akan mengalami kehilangan
Sensori
Audiometri tutur
pada
frekuensi
(sharply slooping)
2
Neural
Gangguan diskriminasi
tutur berat
slooping)
3
Metabolik (strial)
flat
dan
progresif pelan
4
Mekanik
secara
lurus
berjalan
progresif pelan
2.8 Tatalaksana
Fungsi
bagian yang berperan menerima suara dari luar dan
mengubah sinyal suara
Receiver atau
loudspeaker
Batere
Implan Koklea
Implan koklea merupakan perangkat elektronik yang mempunyai
kemampuan menggantikan fungsi koklea untuk meningkatkan kemampuan
mendengar dan berkomunikasi pada pasien tuli saraf berat dan total bilateral.
Implan koklea sudah mulai dimanfaatkan semenjak 25 tahun yang lalu dan
berkembang pesat di negara maju. Implantasi koklea pertama kali dikerjakan di
Indonesia pada bulan Juli 2002. Selama 4 tahun terakhir telah dilakukan
implantasi koklea pada 27 anak dan 1 orang dewasa.(11)
Indikasi
-
Kontra Indikasi
sedikit
mendapat
dengan
alat
manfaat
bantu
dengar
konvensional,
-
calon
pengguna
perkembangan
mempunyai
kognitif
yang
baik.
Tabel 2.3 : Indikasi dan Kontra indikasi implant Koklea
BAB 3
LAPORAN KASUS
:Tn. Y.I
Umur
: 61 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Kristen
2.2 Anamnesis
a. Keluhan utama:
Pendengaran berkurang sejak + 1 tahun yang lalu.
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien laki-laki berumur 61 tahun datang ke poli THT RSUD S.K Lerik
dengan keluhan pendengaran pada kedua telinga yang berkurang sejak + 1
tahun yang lalu. Pasien mengaku hal ini baru pertama kali dirasakan, tidak ada
riwayat keluar cairan dari telinga sebelumnya, tidak ada riwayat trauma, tidak
ada batuk pilek, pasien juga mengaku tidak mendengar bunyi yang berdenging.
c. Riwayat Pengobatan
Sehari sebelum datang rumah sakit, pasien pergi ke tempat praktek dokter THT
dan dokter menyarankan untuk ke RSUD S.K Lerik untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
KIRI
KANAN
Edema (-)
Edema (-)
Hiperemi (-)
Hiperemi (-)
Sikatrik (-)
Sikatrik (-)
Meatus Akustikus
Edema (-)
Edema (-)
Eksternus
Sekret (-)
Sekret (-)
Serumen (-)
Serumen (-)
Darah (-)
Darah (-)
Warna keabu-abuan
Warna keabu-abuan
Edema (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Membran timpani
Retro aurikula
Telinga Kanan
Tes Rinne
Rinne (+)
Rinne (+)
Tes Weber
Memendek
Memendek
Tes Schwabach
HIDUNG
Eksternal
KIRI
KANAN
Hiperemi (-)
Hiperemi (-)
Cavum Nasi
Concha
Septum Nasi
TENGGOROK
Edema (-)
Edema (-)
Sekret (-)
Sekret (-)
Darah (-)
Darah (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Edema (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Deviasi (-)
Deviasi (-)
HASIL PEMERIKSAAN
Tonsil
Uvula
Edema (-)
Hiperemis (-)
Dinding dorsal
Edema (-)
faring
Hiperemis (-)
Palatum Molle
2.4 Diagnosis
-
Presbikusis
2.5 Tatalaksana
-
BAB 4
PEMBAHASAN
Adapun hal-hal yang perlu dibahas bersama pada pasien ini adalah sebagai
berikut :
1.
Penderita menjadi depresi dan lebih sensitif. Faktor risiko presbikusis adalah:
1) Paparan bising, 2) merokok, 3) obat-obatan, 4) hipertensi, dan 5) riwayat
keluarga. Orang dengan riwayat bekerja di tempat bising, tempat rekreasi
yang bising, dan penembak (tentara)
akan mengalami
kehilangan
Pasien pada kasus ini berjenis kelamin laki-laki dan berusia 61 tahun. Ini
hampir sesuai dengan penelitian di South Carolina USA, didapatkan usia
presbikusis terbanyak pada dekade 6 tahun keatas. Berbeda dengan penelitian
di Qatar yang menemukan prevalensi usia presbikusis terbanyak pada
kelompok middle age yaitu 50-59 tahun.(13)
Pasien pada kasus ini berjenis kelamin laki-laki. Prevalensi presbikusis
menurut jenis kelamin didapatkan bahwa laki-laki lebih banyak menderita
dibandingkan perempuan. Penelitian di Qatar mengatakan frekuensi laki-laki
lebih banyak (52,6%) dibanding perempuan (49,5%). Berdasarkan penelitian
di South Carolina USA, ditemukan frekuensi laki-laki (52,1%) lebih banyak
dari perempuan (48,4%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan, laki-laki mempunyai frekuensi lebih banyak daripada perempuan
mengingat bahwa riwayat bising dapat mempengaruhi terjadinya presbikusis
yang dihubungkan bahwa laki-laki lebih banyak bekerja dan mendapat
paparan suara bising baik didalam maupun diluar lingkungan kerja.(14,15,16)
3.
Berdasarkan
perubahan
histopatologik
dkk
Sensori
Audiometri tutur
pada
frekuensi
(sharply slooping)
2
Neural
Gangguan diskriminasi
tutur berat
slooping)
3
Metabolik (strial)
flat
dan
progresif pelan
4
Mekanik
secara
lurus
berjalan
progresif pelan
Berikut ditampilkan hasil audiometri pasien dalam kasus ini.
Hasil audiometri pada pasien ini didapatkan pasien mengalami tuli sensori
neural dan tuli konduktif pada kedua telinga. Pasien mengalami tuli sensori
neural derajat sedang berat (62,5 DB) pada kedua telinganya. Sedangkan tuli
konduktif yang terdapat pada telinga kanan pasien masuk dalam derajat berat
(90 DB) sedangkan pada telinga kiri masuk dalam derajat sangat berat (97,5
DB).
Tuli konduktif pada pasien geriatri juga bisa ditemukan oleh karena pada
telinga luar dan tengah mengalami proses degenerasi yang dapat
menyebabkan perubahan atau kelainan berupa (1) berkurangnya elastisitas
dan bertambah besarnya ukuran pinna daun telinga, (2) atrofi dan bertambah
kakunya liang telinga, (3) penumpukan serumen, (4) membran timpani
bertambah tebal dan kaku, (5) kekakuan sendi tulang-tulang pendengaran.
Pada usia lanjut kelenjar-kelenjar serumen berkurang dan menyebabkan
serumen menjadi lebih kering, sehingga sering terjadi serumen prop yang
akan mengakibatkan tuli konduktif. Membran timpani yang bertambah kaku
dan tebal juga akan menyebabkan gangguan konduksi, demikian pula halnya
dengan kekakuan yang terjadi pada persendian tulang-tulang pendengaran.(1)
Pada pasien ini, elastisitas daun telinganya berkurang seperti pada pasien
geriatri umumnya, sedangkan untuk ukuran pinna daun telinganya tidak bisa
dievaluasi dikarenakan pemeriksa tidak mengetahui ukuran pinna daun
telinga sebelumnya. Untuk liang telinga pada pasien ini tidak didapatkan
kelainan, liang telinga masih lapang, tidak ada edema, sekret maupun
serumen. Tidak adanya serumen prop pada pasien ini bisa dikaitkan dengan
sehari sebelumnya pasien pergi ke dokter THT untuk memeriksakan dirinya
dan tidak menutup kemungkinan serumen pada telinga pasien telah
dibersihkan. Untuk membran timpani juga tidak didapatkan kelainan melalui
otoskop, namun untuk kekakuan dan ketebalan membran timpani serta
kekakuan sendi-sendi tulang pendengaran tidak bisa dievaluasi melalui
pemeriksaan dengan otoskop sehingga tidak menutup kemungkinan penyebab
tuli konduksi pada pasien ini adalah hal tersebut.
Berdasarkan hasil audiometri, tipe presbikusis pada pasien ini adalah tipe
metabolik (strial presbycusis), dimana terdapat penurunan pendengaran
dengan gambaran flat dan berjalan progresif pelan. Menurut prevalensinya,
terbanyak adalah jenis metabolik (34,6%). Sedangkan prevalensi jenis lainnya
adalah neural (30,7%), mekanik (22,8%) dan sensorik (11,9%).(1)
Presbikusis tipe metabolik merupakan tipe presbikusis yang paling sering
dijumpai. Kerusakan yang terjadi pada tipe ini berupa atrofi stria vaskularis,
potensial
mikrofonik
menurun,
fungsi
sel
dan
keseimbangan
BAB 5
PENUTUP
Seorang laki-laki usia 61 tahun datang ke poliklinik THT RSUD S.K Lerik
dengan keluhan pendengaran pada kedua telinga yang berkurang sejak + 1 tahun
yang lalu. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosa
presbikusis. Pasien dirujuk ke RSUD. Prof. DR. W.Z. Johannes untuk dilakukan
tes audiometri dan direncanakan untuk menggunakan alat bantu dengar.
Presbikusis merupakan tuli sensorineural pada usia lanjut yang pada
umumnya terjadi mulai usia 65 tahun akibat proses degenerasi organ pendengaran
yang terjadi secara berangsur-angsur dan simetris di kedua sisi telinga.
Penatalaksanaan dari presbikusis itu sendiri adalah dengan menggunakan alat
bantu dengar / Hearing AID, tetapi tujuan di gunakanya ABD bukan untuk
mengobati tetapi untuk memaksimalkan sisa pendengaran pasien agar pasien bisa
tetap berkomunikasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi, E.A., Nurbaiti, dkk. 2007. Buku ajar ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok kepala & leher. 6th ed. Jakarta: Balai penerbit FK UI.
43-45
2. Murphy, M.P., Gates, G.A. 1997. Hearing Loss: Does Gender Play a Role?.
Diunduh dari URL: http://www.medscape.com/viewarticle/719262.
3. Adams, Boies, Higler. 2007. Buku ajar penyakit THT BOIES. Jakarta:
EGC. 132-133
4. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. 6th ed. Jakarta:
EGC; 2000. P: 230-240.
5. Mills, J.H., Khariwala, S.S., Weber, PC. 2006. Anatomy and Physiology of
Hearing. Dalam: Bailey BJ, penyunting. Head & Neck SurgeryOtolaryngology. Edisi ke-4. Philadelphia: W&W Lippincott. h. 1883-1903.
S.L.
2008.
Inner
Ear,
Presbycusis.
http://emedicine.medscape.com/article/855989-overview.
11. Inner ear, Presbycusis, Available from www.emedicine.com, Last update
on July 27, 2013
12. Dewi,
Afriani.
2011.
Presbikusis.
Diunduh
dari:
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/presbikusis.pdf.