PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
2
Edema otak merupakan sebab yang paling lazim dari peningkatan tekanan
Komplikasi letal dari stroke adalah edema cerebral yang menyertai stroke
iskemik luas dan stroke hemoragik. Pada unit stroke, di mana komplikasi (emboli
paru dan abnormalitas jantung) dapat dihindari, edema serebri muncul sebagai
penyebab utama dari kematian. 3
5
sawar darah otak (SDO), disertai vasodilatasi dan eksudasi cairan sehingga timbul
edema. Edema menyebabkan peningkatan tekanan pada jaringan dan pada
akhirnya meningkatkan TIK, yang pada gilirannya akan menurunkan aliran darah
otak (ADO), iskemia, hipoksia, asidosis (penurunan pH dan peningkatan PCO2),
dan kerusakan SDO lebih lanjut. Siklus ini akan terus berlanjut hingga terjadi
kematian sel dan edema bertambah secara progresif kecuali bila dilakukan
intervensi. 1
1 | Page
BAB II
2 | Page
KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien
: Sri Sunarni
Umur
: 17 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Desa
Pekerjaan
: Pelajar
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Agama
: Islam
Tanggal Masuk RS
: 09-05-2015
Nomor
: 049970
Kuing
STATUS NEUROLOGI
A. ANAMNESA
Keluhan Utama
: Alloanamnesa
:Pasien datang dengan keluhan
demam disertai penurunan
kesadaran
: (-)
: (-)
3 | Page
c. Penyakit Jantung
d. Asma
e. Penyakit Lain
3.
4.
5.
6.
Riwayat Pribadi
Riwayat Pengobatan Lain
Riwayat Penyakit keluarga
Anamnesa Sistem
a. Sistem Serebrospinal
b. Sistem Kardiovaskular
c. Sistem Respirasi
d. Sistem Gastrointestinal
e. Sistem Muskuloskeletal
f. Sistem Integumental
g. Sistem urogenital
: (-)
: (-)
: Demam Tifoid
: (-)
: tidak jelas
: (-)
: Nyeri Kepala
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
Resume Anamnesa
Seorang perepuan bernama Sri Sunarni berusia 17 tahun dibawa oleh keluarga nya
ke RSUD.dr. H. Kumpulan Pane dengan keluhan demam sejak setengah bulan
belakangan ini.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum
b. Kesadaran
c. Glasgow Coma Scale
d. Kontak
e. Vital Sign
Tekanan Darah
Nadi
Respirasi
Suhu
f. Berat badan
g. Tinggi badan
h. Status gizi
i. Pulmo
j. Jantung
k. Hati
l. Limpa
2. Pemeriksaan Neurologi
a. Kepala
Ukuran
Wajah
: buruk
: Somnolen
: E :2 , V :2 , M :3
: Inadekuat
: mmHg
: x/i
: x/i
: C
: 38 kg
: 155 cm
: underweight
: Suara paru
: Normal
: Normal
: Normal
: Normochepali
: Simetris
4 | Page
Fontanella
Nyeri Tekan
: Tertutup
: SDN
: DBN
: DBN
: Sulit dinilai (SDN)
: SDN
: SDN
: SDN
: TDP
: TDP
: TDP
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: TDP
: TDP
d. Syaraf Otak
Nervus I ( Olfactory Nerve )
Anosmia
: (SDN)
Hiposmia
: (SDN)
Hiperosmia
: (SDN)
Parosmia
: (SDN)
Kakosmia
: (SDN)
Halusinasi Penciuman : (SDN)
Kanan
SDN
SDN
SDN
TDP
ISOKOR
TDP
TDP
Kiri
SDN
SDN
SDN
TDP
ISOKOR
TDP
TDP
5 | Page
Perdarahan
Kanan
(-)
(SDN)
(SDN)
(SDN)
(5mm)
BULAT, REGULER
ISOKOR
(-)
(-)
SIMETRIS
(-)
(-)
(-)
(-)
Kiri
(-)
(SDN)
(SDN)
(SDN)
(5mm)
BULAT, REGULER
ISOKOR
(-)
(-)
SIMETRIS
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Ptosis
Gerak Mata ke Atas
Gerak Mata keMedial
Gerak Mata kebawah
Ukuran Pupil
Bentuk Pupil
Kesamaan Pupil
Refleks cahaya langsung
Refleks cahaya konsesuil
Rima palpebral
Strabismus divergen
Diplopia
Nistagmus
Eksoftalmus
(-)
Kiri
SDN
(-)
(-)
Kanan
SDN
SDN
SDN
Kiri
SDN
SDN
SDN
(+)
TDP
TDP
TDP
(-)
(+)
TDP
TDP
TDP
(-)
6 | Page
Kanan
SDN
SDN
SDN
Kiri
SDN
SDN
SDN
Kanan
SDN
SDN
DBN
DBN
SDN
SDN
DBN
SDN
SDN
(-)
SDN
SDN
TDP
TDP
TDP
TDP
TDP
SDN
Kiri
SDN
SDN
DBN
DBN
SDN
SDN
DBN
SDN
SDN
(-)
SDN
SDN
TDP
TDP
TDP
TDP
TDP
SDN
Kanan
SDN
SDN
TDP
TDP
TDP
Kiri
SDN
SDN
TDP
TDP
TDP
SDN
TDP
TDP
TDP
7 | Page
DBN
TERABA
(-)
(-)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kanan
SDN
SDN
SDN
EUTROFI
Kiri
SDN
SDN
SDN
EUTROFI
e. Sistem Motorik
Inspeksi
Gerakan Volunter
Palpasi Otot
Perkusi Otot
Tonus Otot
Kekuatan Otot
ESD :
E:
F:
EID :
E:
F:
f. Sistem Sensorik
Sensibilitas
: DBN
: (SDN)
: DBN
: DBN
: DBN
: (SDN)
ESS :
E:
F:
EIS :
E:
F:
Tangan
Kaki
8 | Page
Nyeri
Termis
Taktil
Posisi
Vibrasi
Kanan
SDN
SDN
SDN
SDN
TDP
Kiri
SDN
SDN
SDN
SDN
TDP
Kanan
SDN
SDN
SDN
SDN
TDP
Kiri
SDN
SDN
SDN
SDN
TDP
g. Refleks Fisiologi
Refleks
Biceps reflex
Triceps reflex
Brechioradialis reflex
Knee patella reflex
Achilles reflex
Kanan
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Kiri
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
h. Refleks Patologi
Refleks
Babinski reflex
Chaddock reflex
Oppenhein reflex
Gordon reflex
Schaeffer reflex
Gonda reflex
Hoffman reflex
Tromner reflex
Kanan
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
i. Fungsi Serebellum
Cara Berjalan
: SDN
Ataksia
: SDN
Rebound fenomen
: SDN
Dismetri
Tes telunjuk hidung
Tes telunjuk telunjuk
Tes hidung telunjuk hidung
Tes romberg
Disdiadokhok nesis
: TDP
Nistagmus
: TDP
j. Fungsi Vegetatif
Kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
: TDP
: TDP
: TDP
: TDP
9 | Page
Vasomotorik
Sudomotorik
Pilo erektor
Miksi
Defekasi
Potensi libido
k. Fungsi Luhur
Kesadaran kualitatif
Daya ingat kejadian
Orientasi
- Tempat : SDN
Waktu : SDN
- Orang
: SDN
- Situasi : SDN
Intelegensi
Daya pertimbangaan
Reaksi emosi
Afasia
Agnosia
Akalkulia
: DBN
: DBN
: DBN
: DBN
: DBN
: TDP
: Buruk
: SDN
:
: SDN
: SDN
: SDN
: (-)
: (-)
: (-)
B. PEMERIKSAAN LAIN
Darah Rutin :
o Hb
Elektrolit
: 10,7 g/dl
:
o K+
: 3,0 mEq/L
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG : Head CT-Scan
D. DIAGNOSIS BANDING :
1. Edema Serebri Difus
2. Tumor otak
E. DIAGNOSIS KERJA
1. Diagnosis Klinik
2. Diagnosis Topik
3. Diagnosis Etiologik
F. TERAPI
T/h :
RL 20 gtt/I (makro)
10 | P a g e
P/o :
Sanmol
B Comp
4 x 1 (k/p)
1x1
G. PROGNOSIS
1. Death
2. Desease
3. Disability
4. Discomfort
5. Dissatisfaction
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
H. FOLLOW UP
Tabel Follow UpTandaVital
Tanggal
Sensorium
TD
HR
RR
Temperature
10-05-2015
Somnolen
140/60
72
24
37,9
Pukul 07.10
Somnolen
140/60
72
24
39,0
Pukul 13.35
11-05-2015
Somnolen
Somnolen
120/80
110/80
120
136
24
26
40,5
39,7
12-05-2015
Sopor
103/86
50
12
36,2
13-05-2015
Sopor
114/89
45
18
36,2
14-05-2015
Coma ringan
92/57
112
42
37,0
15-05-2015
Coma
84/49
45
23
36,5
16-05-2015
Coma
111/72
87
29
36,2
17-05-2015
Coma
118/92
56
25
36,2
Pukul 17.15
Os Meninggal
11 | P a g e
12 | P a g e
Tanggal
Sensorium
Refleks
Refleks
Refleks
10-05-2015
Somnolen
Demam (+),
Fisiologis
(+)/ (+)
Patologis
(-) / (-)
Kornea
(+)
Pukul 07.10
Somnolen
Pukul 13.35
11-05-2015
Somnolen
Somnolen
midriasis
Demam (+), sesak
(+)/ (+)
(-) / (-)
(+)
12-05-2015
Sopor
(-),pupil midriasis
Demam (-),sesak
(+)/ (+)
(-) / (-)
(+)
Sopor
(-),pupil midriasis
Demam (-), sesak
(+)/ (+)
(-) / (-)
(+)
14-05-2015
Coma
(-),pupil midriasis
Demam (-), sesak
(+)/ (+)
(-) / (-)
(+)
15-05-2015
Ringan
Coma
(+),pupilmidriasis
Demam (-), sesak
(+)/ (+)
(-) / (-)
(+)
16-05-2015
Coma
(-),pupil midriasis
Demam (-), sesak
(+)/ (+)
(-) / (-)
(+)
Coma
(+),pupilmidriasis
Demam (-), sesak
(+)/ (+)
(-) / (-)
(+)
13-05-2015
17-05-2015
Keadaan Umum
(-),pupil midriasis
Os
Pukul 17.15
Meninggal
13 | P a g e
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.
Definisi
Edema serebri merupakan akumulasi cairan secara abnormal di dalam
Klasifikasi
3.2.1. Berdasarkan patofisiologi :
a. Edema vasogenik.
b. Cytotoxic edema.
c. Osmotic edema
d. Interstisial edema
3.2.2. Berdasarkan Lokalisasi cairan dalam jaringan otak
a. Edema serebri ekstraseluler, bila kelebihan air terutama dalam
substansia alba.
b. Edema serebri intraseluler, bila kelebihan air terutama dalam
substansia grisea.
3.2.3. Berdasarkan CT scan
a. Edema perifokal.
b. Edema difus. 5
3.3.
Etiologi
14 | P a g e
Edema otak dapat muncul pada kondisi neurologis dan non neurologis.
a.
Kondisi Neurologis
Edema ini dapat timbul pada akibat stroke iskemik dan perdarahan
intraserebral, trauma kepala, tumor otak, dan infeksi otak.
b.
3.4.
Patofisiologi
3.4.1. Edema vasogenik
Pada Edema vasogenik, terdapat peningkatan volume cairan
ekstraseluler karena terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga air
dan komponen yang terlarut keluar dari kapiler dan masuk ke
ekstraseluler.
Vasogenik edema ini disebabkan oleh faktor tekanan hidrostatik,
terutama meningkatnya tekanan darah dan aliran darah dan oleh faktor
osmotik. Ketika protein dan makromolekul lain memasuki rongga
ekstraseluler otak karena kerusakan sawar darah otak, kadar air dan
natrium pada rongga ekstraseluler juga meningkat.Edema vasogenik ini
lebih terakumulasi pada substansia alba cerebral karena perbedaan
compliance antara substansia alba dan substansia grisea.
Edema vasogenic ini juga sering disebut edema basah karena
pada beberapa kasus, potongan permukaan otak nampak cairan edema.
Tipe edema ini terlihat sebagai respon terhadap trauma, tumor, inflamasi
fokal, stadium akhir dari iskemia cerebral, dll.3
15 | P a g e
metabolik),
intoksikasi
(dimetrofenol,
triethyl
itin,
16 | P a g e
Manifestasi Klinis
3.5.
medular.
Hal
ini
merupakan
mekanisme
untuk
17 | P a g e
18 | P a g e
3.6.
Pemeriksaan Penunjang
CT scan. Pada iskemia fokal serebri, edema dapat terlihat karena
pengurangan radiodensitas pada jaringan pada daerah infark dan karena ada
midline shift dan desakan serta distorsi ventrikular.6
CT dan MRI menunjukkan efek massa dari edema dengan kompresi dari
vertikel lateral dan pergeseran struktur unline. Seperti yang kita ketahui, kecuali
pada stroke fossa posterior, pasien dengan infark yang luas dan banyak efek massa
mempunyai prognosis yang jelek. Pada stroke yang meleibatkan serebellum,
jumlah kecil dari bengkak dapat mengkompresi batang otak, melukai struktur
vitalnya dan menyebabkan progresif yang cepat dari hicrocephalus obstruktif. CT
dapat menunjukkan perimesencephlalis, sistema sudut serebellopontan dan
displacement dari ventrikel keempat.6
3.7.
Penatalaksanaan
A. Posisi Kepala dan Leher
Posisi kepala harus netral dan kompresi vena jugularis harus
dihindari.
Fiksasi
Endotracheal
Tube
(EET)
dilakukan
dengan
19 | P a g e
kecemasan,
dan
agitasi
meningkatkan
kebutuhan
metabolism otak, aliran darah otak, dan TIK. Oleh karena itu, analgesik
dan sedasi yang tepat diperlukan untuk pasien edema otak. Pasien yang
menggunakan ventilator harus diberi sedasi supaya tidak memperberat
TIK.7
F. Penatalaksanaan Cairan
Osmolaritas serum yang rendah dapat menyebabkan edema
sitotoksik, sehingga harus dihindari. Keadaan ini dapat dicegah dengan
pembatasan ketat pemberian cairan hipotonik (keseimbangan -200 ml).10
20 | P a g e
Terapi osmotic
Terapi osmotic menggunakan manitol dan salin hipertonik
1. Manitol
Dosis awal manitol 20% 1-1,5 gr/KgBB IV bolus, diikuti dengan
0,25-0,5 gr/KgBB IV bolus tiap 4-6 jam. Efek maksimum terjadi setelah
20 menit pemberian dan durasi kerjanya 4 jam.10
Pemberian manitol ini harus disertai pemantauan kadar osmolaritas
serum. Osmolaritas darah yang terlalu tinggi akan meningkatkan resiko
gagal
ginjal.
Kadar
osmolaritas
serum
tidak
boleh
lebih
dari
320mOsmol/L.10
2. Salin hipertonik
Cairan salin hipertonik NaCl juga dapat digunakan sebagai alternative
pengganti manitol dalam terapi edema serebri. Mekanisme kerjanya
kurang lebih sama dengan manitol yaitu dehidrasi osmotic.10
G. Terapi Kortikosteroid
Glikokortikoid
Efektif untuk mengatasi edema vasogenik yang menyertai tumor,
peradangan,
dan
kelainan
lain
yang
berhubungan
peningkatan
I. Furosemid
Terkadang dikombinasikan dengan manitol, terbukti berhasil
meningkatkan efek menitol, namun harus diberikan dalam dosis tinggi
sehingga resiko terjadinya kontraksi volume melampaui manfaat yang
diharapkan.10
3.8.
Komplikasi
a. Fungsi Otak
Otak terletak dalam ronnga tengkorak yang dibatasi tulangtulang keras, dengan adanya edema serebri dapat meningkatkan
TIK, akibatnya seperti herniasi, torsi, dan lain-lain yang akan
mengganggu fungsi otak.9
b. Aliran darah ke Otak
Perfusi darah ke jaringan otak dipengaruhi oleh tekanan
arteri (tekanan sistemik), TIK dan mekanisme autoregulasi otak.
Perfusi darah ke jaringan otak hanya dapat berlangsung apabila
tekanan arteri lebih besar daripada TIK, perbedaan minimal antara
tekanan arteri dan TIK yang masih menjamin perfusi darah ialah
40 mmHg. Jika kurang dari itu perfusi akan berkurang atau terhenti
sama sekali.10
c. Kenaikan Tekanan Intra Kranial
Jika mekanisme kompensasi tidak berhasil makan terjadi
penambahan volume 2% atau 10-15 ml tiap hemisfer akan
menimbulkan TIK yang hebat.9
d. Herniasi Jaringan Otak
a. Herniasi tentorium serebelum
22 | P a g e
Akibat herniasi tentorium serebelum tekanan bangunanbangunan seperti mesensefalon, N III, arteri serebri posterior,
lobus temporalis dan unkus menjadi ukus temporalis menekan
kebawah dan menekan bangunan pada hiatus, N III yang
mengandung serabut parasimpatis untuk kontriksi pupil mata
tertekan menyebabkan dilatasi dan reflek cahaya negaif. Pada
mesensefalon dapat menimbulkan gangguan kesadaran. Pada
arteri serebri posterior menyebabkan iskemia dan infark pada
korteks oksipital.9
b. Herniasi foramen magnum
Peningkatan TIK akan mendorong tonsil serebelum kearah
foramen magnum. Herniasi bias mencapai servikal 1 dan 2 dan
akan menekan medulla oblongata akibatnya terjadi gangguan
kardiovaskular dan respirasi.9
23 | P a g e
BAB IV
PERMASALAHAN
Daftar Masalah
1. Apakah diagnosa pada kasus sudah tepat?
2. Apakah penatalaksanaan pada kasus sudah tepat?
3. Bagaimana prognosis pada kasus ini?
4.1.
4.2.
Pembahasan Masalah
1. Apakah diagnosa pada kasus sudah tepat?
Jawab: Menurut penulis diagnosa pada kasus ini sudah benar. Berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan neurologist didapati pasien datang dengan
penurunan kesadaran dan didapati pupil dilatasi dengan refleks cahaya
positif menurun. Head CT Scan merupakan salah satu. Gold Standard
untuk mendiagnosa edema serebri.
2. Apakah penatalaksanaan pada kasus sudah sesuai dengan teori?
Jawab: Penatalaksanaan awal bagi pasien ini sudah tepat. Penatalaksanaan
ini bertujuan menjaga fungsi vital otak dan saraf dan
mengurangkan
Ad vitam
: dubia ad malam
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
24 | P a g e
Saran
Dalam penyelesaian laporan kasus ini kami juga memberikan saran bagi
para pembaca dan mahasiswa yang akan melakukan pembuatan laporan kasus
berikutnya :
a. Kombinasikan metode pembuatan laporan kasus berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Price AS. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC. 2006
2. Panitia Lulusan Dokter 2002-2003 FKUI, Update In Neuroemergencies,
Balai Penerbit FKUI Jakarta, 2002. 24-26.
25 | P a g e
26 | P a g e