Anda di halaman 1dari 52

Oleh:

dr. Raisa Sekar Ayu Amanda

Pembimbing:
Demam Tifoid dr. Tri Yuliani Putri, Sp.A

RSUD Siti Aisyah


Lubuk Linggau

KOMITE INTERNSIP DOKTER INDONESIA


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
2018
Pendahuluan
Laporan Kasus
IDENTITAS PASIEN
ANAMNESIS
(Alloanamnesis dengan Ibu Kandung Pasien)

Os datang dibawa oleh orang tua os ke IGD RS Siti


Aisyah dengan keluhan demam sejak ± 2 hari SMRS. Demam
yang dirasakan terus menerus tinggi, demam cenderung
meningkat pada sore hingga malam hari. Demam turun jika os
Nyeri pada sendi- sendi dan diberi obat penurun panas namun setelah itu demam meningkat
nyeri pada belakang bola mata
lagi. Os juga mengeluh BAB cair sejak ± 1 hari SMRS. Frekuensi
disangkal, mimisan disangkal,
perdarahan pada gusi disangkal, > 5x/ hari, konsistensi cair, air > ampas, berwarna kekuningan,
BAK tidak ada keluhan, frekuensi
tidak disertai darah maupun lendir. Os juga merasa mual, serta
5-6 kali per hari, warna kuning
jernih. muntah tetapi hanya 1 kali. Perut terasa kembung, nafsu makan
menurun 2 hari ini. Badan terasa lemas.
Lanjutan…

Riwayat Riwayat Riwayat


Penyakit Penyakit Sosio
Terdahulu Keluarga Lingkungan
Lanjutan..

Riwayat Makanan
Kebiasaan
Lanjutan..

Riwayat Kelahiran
- Di tolong oleh : Dukun
- Usia Kehamilan : Cukup bulan
- Jenis partus : Spontan
- Berat badan lahir :-
- Panjang badan :-
- Langsung menangis kuat segera setelah lahir
Kesan:
Tidak ada riwayat kehamilan dan kelahiran yang berhubungan dengan
penyakit yang diderita
Lanjutan..
Riwayat Imunisasi

Ibu Os mengatakan riwayat imunisasinya lengkap, namun ibu mengatakan os


mulai di imunisasi saat usia 1 bulan.

Jenis I II III IV
BCG 1 BULAN - - -
DPT 2 BULAN 3 BULAN 4 BULAN -
POLIO 1 BULAN 2 BULAN 3 BULAN 4 BULAN
CAMPAK 9 BULAN - - -
HEPATITIS B - 2 BULAN 3 BULAN

Kesan: Os mendapat imunisasi sesuai PPI (Hepatitis B, BCG, Polio, DPT, Campak). Namun
os hanya mendapatkan imunisasi Hepatitis B sebanyak 2 kali.
Lanjutan..
Lanjutan…
Status Gizi
BB : 10 kg
TB : 101 cm

Penilaian Status Gizi Anak


berdasarkan Indeks Massa Tubuh
(IMT) terhadap Umur dengan
menggunakan Z-score.

IMT = BB (kg)

TB (m) x TB (m)

= 10

1,01 x 1,01 Berdasarkan Standar IMT menurut umur, os dengan IMT 9,80
dengan usia 5 tahun 8 bulan, masuk dalam < -3 SD.
= 9,80
Lanjutan…

Berdasarkan
Klasifikasi IMT
menurut Kemenkes RI
2010
os dengan z-score <-3
SD masuk dalam
klasifikasi
“ Sangat Kurus”
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Sensorium : E4V5M6
Nadi : 110x/m, regular
Frekuensi Nafas : 24x/m, abdominotorakal
Suhu : 380C
Tinggi Badan : 101 cm
Berat Badan : 10 kg
Kesan : Underweight
Lanjutan..

Kepala :Normosefali, warna rambut hitam, lurus, tidak mudah


dicabut
Mata :Konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
bulat, isokor, diameter 3mm/3mm refleks cahaya (+/+)
Mulut :Lidah kering (-), lidah kotor (+) sianosis (-), atrofi papil (-),
stomatitis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), struma (-) deviasi trakea (-)
Thorax :Retraksi (-) sela iga, venektasi (-), barrel chest (-), angulus
costae < 90%
Lanjutan..

Cor Pulmo
Lanjutan..

Abdomen Ekstremitas
PEMERIKSAAN PENUNJANG

DARAH NILAI NORMAL IMUNOSEROLOGI WIDAL


13,3 – 17,5 g/dl
Hb 10,7 g/dl
S. parathypi AH 1/80
4400 – 11.000 / uL
Leukosit 13.500/uL
S. parathypi AO 1/320
4,3 – 5,6 x 10 /L
12

Eritrosit 3,85 x 10 /L
12

S.thypi H 1/160
150.000 – 450.000 /
Trombosit 250.000 /uL uL
S.thipy O 1/320
Hematokrit 29,8 % 38,8 – 46,6
DIAGNOSA

DIAGNOSA
BANDING DIAGNOS KERJA
Penatalaksanaan

Non
Farmakologi
Penatalaksanaan

Farmakologi
Prognosis

Quo ad vitam : Bonam


Quo ad functionam : Bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
Follow Up
Tanggal Pemeriksaan Tatalaksana

1-5-2018 S Demam (+) BAB cair (+) frek 4x, air>ampas - IVFD RL gtt XX (makro)
BB:10kg - Inj. Ceftriakson 500 mg/12 jam IV
Sens: CM, Nadi : 100 x/menit, RR: 24x/menit.
- Inj. Paracetamol 10 cc/8 jam IV
T: 38 oC
- Probiotik 1 x 1 sachet
O Mata : CA (-/-),SI(-/-), - Zinc syr 1 x 1 cth
Mulut : Sianosis (-/-), lidah kotor (+)
Hidung: Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-)
Thorak: Vesikuler(+/+), Ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen: datar, lemas, hipertimpani (+) nyeri
tekan epigastrik (-) BU (+) meningkat.
Ekstermitas : akral hangat (+) nadi kuat(+)
sianosis (-) CRT<2”
Tanggal Pemeriksaan Tatalaksana

2-5-2018 S Demam (+) BAB cair (+) frek 3x, air>ampas - IVFD RL gtt XX (makro)
BB:10kg - Inj. Ceftriakson 500 mg/12 jam IV
Sens: CM, Nadi : 105 x/menit, RR: 24x/menit.
- Inj. Paracetamol 10 cc/8 jam IV
T: 38,3 oC
- Probiotik 1 x 1 sachet
O Mata : CA (-/-),SI(-/-), - Zinc syr 1 x 1 cth
Mulut : Sianosis (-/-), lidah kotor (+)
Hidung: Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-)
Thorak: Vesikuler(+/+), Ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen: datar, lemas, hipertimpani (+) nyeri
tekan epigastrik (-) BU (+) meningkat.
Ekstermitas : akral hangat (+) nadi kuat(+)
sianosis (-) CRT<2”
Tanggal Pemeriksaan Tatalaksana

3-5-2018 S Demam (-) BAB cair (+) frek 4x, air>ampas - IVFD RL gtt XX (makro)
BB:10kg - Inj. Terfacef 700 mg/ 24 jam IV
Sens: CM, Nadi : 105 x/menit, RR: 24x/menit.
- Interlac 1 x 1
T: 37,3 oC
- Zinc syr 1 x 1 cth
O Mata : CA (-/-),SI(-/-),
Mulut : Sianosis (-/-), lidah kotor (+)
Hidung: Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-)
Thorak: Vesikuler(+/+), Ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen: datar, lemas, hipertimpani (+) nyeri
tekan epigastrik (-) BU (+) meningkat.
Ekstermitas : akral hangat (+) nadi kuat(+)
sianosis (-) CRT<2”
Tanggal Pemeriksaan Tatalaksana

4-5-2018 S Demam (-) BAB cair (+) frek 2x, ampas>air - IVFD RL gtt XX (makro)
BB:10kg - Inj. Terfacef 700 mg/ 24 jam IV
Sens: CM, Nadi : 98 x/menit, RR: 24x/menit. T:
- Interlac 1 x 1
37,1 oC
- Zinc syr 1 x 1 cth
O Mata : CA (-/-),SI(-/-),
Mulut : Sianosis (-/-), lidah kotor (+)
Hidung: Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-)
Thorak: Vesikuler(+/+), Ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen: datar, lemas, timpani (+) nyeri tekan
epigastrik (-) BU (+)
Ekstermitas : akral hangat (+) nadi kuat(+)
sianosis (-) CRT<2”
Tanggal Pemeriksaan Tatalaksana

5-5-2018 S Demam (-) BAB (+) normal - Boleh pulang


BB:10kg - Obat pulang
Sens: CM, Nadi : 100 x/menit, RR: 24x/menit.
Cefixime 2 x ½ cth
T: 37,1oC
Apialis 1 x 1 cth
O Mata : CA (-/-),SI(-/-),
Mulut : Sianosis (-/-), lidah kotor (-)
Hidung: Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-)
Thorak: Vesikuler(+/+), Ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen: datar, lemas, timpani (+) nyeri tekan
epigastrik (-) BU (+) normal
Ekstermitas : akral hangat (+) nadi kuat(+)
sianosis (-) CRT<2”
Tinjauan Pustaka
Definisi
Epidemiologi
Etiologi

Demam yang disebabkan oleh


Salmonella typhi cenderung
untuk menjadi lebih berat
daripada bentuk infeksi
salmonella yang lain.

- Antigen O (Antigen somatik),


Demam Tifoid yaitu terletak pada lapisan luar
dari tubuh kuman.
- Antigen H (Antigen Flagella),
yang terletak pada flagella,
fimbriae atau pili dari kuman.
- Antigen Vi yang terletak pada
kapsul (envelope) dari kuman
yang dapat melindungi kuman
terhadap fagositosis.
Faktor Resiko

Beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan kejadian demam tifoid antara lain
tidak mencuci tangan sebelum makan, makan/jajan di luar minimal seminggu
sekali, makan di penjaja makanan pinggir jalan, minum es batu 2 minggu
sebelumnya, kualitas air dan lingkungan tinggal Yang buruk, tidak memakai air
dari PDAM, dan selokan rumah yang tidak tertutup.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
-Napas
-Napas berbau tidak sedap.
-- Bibir kering dan pecah – pecah (ragaden).
-Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated
tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang
disertai tremor.
-perut
-perut kembung (meterorismus).
- Mual, muntah
-konstipasidan sebaliknya dapat terjadi diare.
-Hepatosplenomegali

--Delirium
Delirium
-penurunan kesadaran dari apatis hingga koma
Biasanya terjadi pada demamtifoid yang berat
Pemeriksaan Penunjang
IMUNOSEROLOGI

Lanjutan…

WIDAL
ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay)
Salmonella typhi /paratyphi lgG dan lgM.
IMUNOSEROLOGI

Lanjutan…

Metode enzyme immunoassay (EIA)


Tes Tubex DOT
Lanjutan…

PCR (Polymerase Chain Reaction)


Gall Cultur (Biakan Empedu)
Non farmakologi
Tatalaksana
Farmakologi
Lanjutan..
Lanjutan..
Komplikasi
Prognosis

Prognosis demam tifoid tergantung tepatnya terapi, usia, keadaan kesehatan


sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Munculnya komplikasi seperti perforasi
gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia,
mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Relaps dapat timbul
beberapa kali. Resiko menjadi karier pada anak – anak rendah dan meningkat
sesuai usia. Karier kronik terjadi pada 1-5% dari seluruh pasien demam tifoid.
Prognosis juga menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang
berat seperti :
- Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinu
- Kesadaran menurun sekali yaitu stupor, koma, atau delirium
- Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein)
Analisa Kasus
TEORI KASUS
Faktor resiko

Dari penelitian faktor risiko yang dilakukan, Pada kasus, berdasarkan riwayat
beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan kebiasaan didapatkan os sering bermain
kejadian demam tifoid antara lain tidak mencuci diluar bersama teman – temannya serta
tangan sebelum makan, makan/jajan di luar sering mengkonsumsi jajanan yang
minimal seminggu sekali, makan di penjaja dibeli diluar sehingga meningkatkan
makanan pinggir jalan, minum es batu 2 minggu faktor resiko terkena demam thypoid,
sebelumnya, kualitas air dan lingkungan tinggal dari segi usia juga os dalam usia yang
Yang buruk, tidak memakai air dari PDAM, dan sedang aktif dan biasanya anak – anak
selokan rumah yang tidak tertutup seusia os kurang memperhatikan
kebersihan, seperti mencuci tangan
sebelum makan, dan lain sebagainya.
Manifestasi klinis

Demam
Demam atau panas merupakan gejala utama demam tifoid. Awalnya, demam hanya Pada kasus, Os datang dibawa oleh
samar- samar saja, selanjutnya suhu tubuh turun naik yakni pada pagi hari lebih rendah orang tua os dengan keluhan demam
atau normal, sementara sore dan malam hari lebih tinggi. Demam dapat mencapai 39-40 sejak ± 2 hari SMRS. Demam yang
ºC. dirasakan terus menerus tinggi, demam
· Gangguan saluran pencernaan cenderung meningkat pada sore hingga
Sering ditemukan bau mulut yang tidak sedap karena demam yang lama. Bibir kering dan malam hari.
terkadang pecah-pecah. Lidah terlihat kotor dan ditutupi selaput kecoklatan dengan ujung
dan tepi lidah kemerahan dan tremor, pada penderita anak jarang ditemukan. Umumnya Os juga mengeluh BAB cair sejak ± 1
penderita sering mengeluh nyeri perut, terutama nyeri ulu hati, disertai mual dan muntah. hari SMRS. Frekuensi > 5x/ hari,
Penderita anak lebih sering mengalami diare, sementara dewasa cenderung mengalami konsistensi cair, air > ampas, berwarna
konstipasi. kekuningan, tidak disertai darah
maupun lendir.
· Gangguan kesadaraan
Umumnya terdapat gangguan kesadaran berupa penurunan kesadaran ringan. Sering Os juga merasa mual, serta muntah
tetapi hanya 1 kali. Perut terasa
ditemui kesadaran apatis. Bila gejala klinis berat, tak jarang penderita sampai somnolen
kembung, nafsu makan menurun 2 hari
dan koma atau dengan gejala-gejala psikosis. Pada penderita dengan toksik, gejala ini.
delirium (mengigau) lebih menonjol.
Pada kasus ditemui manifestasi berupa
· Hepatosplenomegali demam dan gangguan pencernaan
· Bradikardia relatif dan gejala lain yang berupa lidah kotor, diare, mual ,
muntah dan perut terasa kembung.
Bradikardi relatif adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti oleh peningkatan
frekuensi nadi. Bradikardi relatif tidak sering ditemukan. Gangguan kesadaran, hepato
splenomegali, bradikardi relative, dan
Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan pada demam tifoid adalah rose spot (bintik
gejala lain seperti rose spot tidak
kemerahan pada kulit) yang biasanya ditemukan di perut bagian atas dijumpai.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hematologi Pemeriksaan Hematologi

Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila Pada kasus, kadar Haemoglobin sedikit
terjadi penyulit perdarahan usus atau perforasi.
menurun, leukosit mengalami peningkatan,
Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat
pula normal atau tinggi. namun kadar eritosit dan trombosit dalam batas
Hitung jenis leukosit: sering neutropenia, aneosinofilia normal.
dengan limfositosis relatif.
Untuk pemeriksaan hitung jenis leukosit dan
LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat
Jumlah trombosit normal atau menurun LED tidak dilakukan pemeriksaan.
(trombositopenia). Pada Kasus, didapati hasil pemeriksaan
Pemeriksaan Imunoserologi
Imunoserologi Widal dengan nilai :
-Widal
Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi S. Thypi H : 1/160
adanya antibodi (didalam darah) terhadap antigen kuman S. Thypi O : 1/320
Samonella typhi / paratyphi (reagen). Dari hasil pemeriksaan ini, menunjukkan bahwa
Interpretasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut : os terkena infeksi akut.
a. Titer O yang t inggi ( ≥ 160) menunjukkan adanya
Untuk pemeriksaan imunoserologi lain seperti Tes
infeksi akut
b. Titer H yang tinggi ( ≥160) menunjukkan telah Tubex, ELISA, serta EIA DOT tidak dilakukan
mendapat imunisasi atau pernah menderita infeksi. pemeriksaan.
Pemeriksaan Imunoserologi lain :
-Tes Tubex
-ELISA
-Metode enzyme immunoassay (EIA) DOT
Penatalaksanaan

1. Non Medikamentosa Pada kasus, untuk penalatalaksanaan non


medikamentosa berupa :
a) Tirah baring
Seperti kebanyakan penyakit sistemik, istirahat sangat membantu. -Tirah baring
b) Nutrisi -Pemberian Diet bubur lunak
Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP) rendah serat adalah yang paling -Pemberian cairan parenteral (Infus RL)
membantu dalam memenuhi nutrisi penderita namun tidak memperburuk kondisi usus. Penatalaksaan medikamentosa berupa: - Terapi
c) Cairan simptomatik
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral.
Pemberian inj. Paracetamol flash 10 cc/8 jam
d) Kompres air hangat
2. Medikamentosa Pemberian anti diare: interlac 1 x 1, zink syr 1 x 1
- Simptomatik cth
Penanganan simptomatik sesuai gejala yang timbul. Pemberian antipiretik jika suhu tubuh
-Pemberian antibiotik Golongan Sefalosporin
meningkat, pemberian anti diare jika os mengalami diare, dlsb.
Gen-3, yaitu
-Pemberian antibiotic
Inj. Terfacef 700 mg/ 24 jam
Terdapat beberapa pilihan, yaitu :
1.Chloramfenicol
2.Cotrimoxazol (TMP-SMZ)
3.Amoxicilin atau Ampicilin
4.Golongan Sefalosporin Gen-3.
Prognosis

Prognosis demam tifoid tergantung tepatnya terapi, usia, Quo ad vitam : Bonam
keadaan kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya Quo ad functionam : Bonam
komplikasi. Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
Prognosis juga menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat
gejala klinis yang berat seperti : Pada Kasus, Prognosis Quo ad Vitam dan Quo ad
a. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinu Functionam yaitu Bonam karena pada kasus, suhu
b. Kesadaran menurun sekali yaitu stupor, koma, atau tubuh os menurun, keadaan membaik, tidak
delirium mengalami penurunan kesadaran serta komplikasi
c.Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein) seperti perforasi usus, dan lain sebagainya.
Dan pada prognosis Quo ad sanationam nya Dubia
ad Bonam karena os mengalami malnutrisi sehingga
dalam proses penyembuhan lebih lama, namun jika
terapi yang diberikan tepat dan adekuat, maka
prognosisnya akan baik.
Kesimpulan
Diagnosis demam thypoid di tegakkan berdasarkan anamnesis, Pemeriksaan fisik, dan
Pemeriksaan Penunjang.
Pada Anamnesis didapatkan : Demam yang dirasakan terus menerus tinggi, demam
cenderung meningkat pada sore hingga malam hari. Demam turun jika os diberi obat
penurun panas namun setelah itu demam meningkat lagi. Os juga mengeluh BAB cair sejak
± 1 hari SMRS. Frekuensi > 5x/ hari, konsistensi cair, air > ampas, berwarna kekuningan,
tidak disertai darah maupun lendir. Os juga merasa mual, serta muntah tetapi hanya 1 kali.
Perut terasa kembung, nafsu makan menurun 2 hari ini.

Pada Pemeriksaan fisik dijumpai suhu meningkat, di jumpai lidah kotor, pada abdomen di
jumpai hipertimpani dan bising usus meningkat

Pada pemeriksaan penunjang didapat hasil pemeriksaan darah rutin berupa leukositosis.
Dan pada pemeriksaan imunoserologi widal didapati kenaikan titer O dan H S.thypi ≥ 160 .

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang os di diagnosa


dengan “ Demam Thypoid ”

Anda mungkin juga menyukai