Ego atau aku adalah pusat kepribadian seseorang yang dibawa sejak lahir. Ketika bayi manusia lahir, ia sudah memiliki ego, tetapi belum membentuk kepribadian. Ego akan berkembang dan membentuk kepribadian manusia ditentukan oleh pengalaman-pengalaman ia semasa hidup sejak bayi. Ego yang berkembang akan menerima norma-norma yang dimasukan oleh orang-orang sekitarnya. Selanjutnya, bagaimana si bayi menyelesaikan atau mencapai semua itu dengan emosionalnya (entah senang, sedih, suka, atau tak suka), dan hal ini secara garis besar akan menentukan arah pertumbuhan kepribadiannya kelak di kemudian hari. Jadi, ego yang telah berkembang menjadi pusat kepribadian akan mengorganisasikan, mengevaluasi, dan mengarahkan berbagai tindakan terhadap semua pengalaman semasa hidupnya. Mengapa Ego dipertahankan? Seseorang akan mempertahankan egonya jika ia mengalami konflik (pertentangan batin) atau frustasi. Konflik adalah ketidak selarasan antara kebutuhan emosional seseorang dengan kondisi lingkungannya. Sedangkan frustasi adalah bentuk kekecewaan seseorang jika kebutuhan emosionalnya tidak terpenuhi. Frustasi dibagi dua tipe, yaitu frustasi pribadi dan frustasi lingkungan. Frustasi pribadi adalah frustasi akibat dari kekurangan pada diri sendiri baik aspek jasmani maupun lainnya. Frustasi lingkungan adalah frustasi akibat adanya halangan-halangan pada lingkungannya.
Seseorang tidak harus mempertahankan egonya ketika ia mengalami konflik maupun frustasi, namun justru orang biasanya akan melakukan proses penyesuaian diri. Proses penyesuaian diri dilakukan dengan sadar, sedangkan mempertahankan ego dapat dilakukan sadar maupun tak sadar. Walau orang-orang lebih sering menyesuaikan diri, tapi terkadang orang akan mempertahankan egonya pada saat-saat tertentu. Jenis-jenis mekanisme pertahanan Ego Menurut Saanin, ada 17 bentuk mekanisme pertahanan ego, diantaranya : 1. Represi (Repression), merupakan bentuk pertahanan ego dengan menyingkirkan pikiran-pikiran atau ingatan-ingatan yang tidak diinginkan. Ia akan sengaja melupakan kenangan atau pikiran yang tidak menyenangkan atau tidak sesuai dengan keinginannya. Contoh : Seorang wanita yang diputuskan secara sepihak oleh pacarnya. Karena ia tidak ingin mengingat kenangan-kenangan itu. Walaupun ia sudah sengaja melupakannya alias kejadian ini tidak berlangsung berlarut-larut, tetapi ingatan tersebut tetap membekas di pikiran bawah sadar dia dalam bentuk trauma psikis. 2. Kompensasi, yaitu dengan cara menutupi kelemahan dalam dirinya dengan menonjol- nonjolkan sifat lain, lalu dicari kepuasan secara berlebihan dalam bidang lain tersebut.
Contoh : anak yang merasa tak pandai di sekolahnya menjadi bersikap seolah-olah seperti jagoan di sekolah agar ditakuti oleh teman-temannya. 3. Konversi (Convertion), adalah mekanisme konflik emosional yang diekspresikan ke luar. Misal : Seseorang yang sedang stress menjadi marah-marah, teriak-teriak, atau berolah raga.
4. Penyangkalan atau Denial, adalah mekanisme dimana seseorang menghindari kenyataan dan secara a sadar menyangkal adanya kenyataan tersebut. Ia menyangkal realita yang dapat menimbulkan rasa sakit, malu, atau cemas. Contoh : Seorang ibu yang tidak terima bahwa anaknya terlahir dengan cacat sehingga ia menitipkan anaknya ke saudaranya yang jauh. 5. Pemindahan (Displacement), dimana emosi-emosi yang terjadi pada dirinya DILAMPIASKAN ke objek-objek atau orang lain. Contoh : Seorang anak yang habis dimarahi ibunya. Karena kesal, ia lalu memukul adiknya atau menendang kucingnya. 6. Disosiasi, dengan cara memutuskan atau mengubah beban emosi dalam dirinya. Contoh : Seseorang yang sedih ditinggal mati oleh kekasihnya, kemudian ia menghibur dirinya sendiri dengan mengatakan sudah takdirnya atau sekarang ia sudah bahagia di surga. 7. Fantasi atau Khayalan, yaitu tindakan melamun atau berkhayal untuk melakukan pelaria n dari kenyataan dengan memperoleh kesenangan atau kepuasan yang bersifat khayal atau tidak nyata. Contoh : Seseorang yang frustasi dan depresi karena menjomblo kemudian ia berkhayal sudah punya pasangan bahkan mungkin mau menikahi pasangan yang tidak real tersebut. 8. Identifikasi, dimana seseorang mempertinggi harga dirinya dengan mempolakan dirinya serupa dengan orang lain (biasanya seorang idola atau figur). Kemudian berusaha menyamakan penampilan/dandandan, cara bicara, maupun logatnya. Contoh : Seseorang yg ngefans berat dengan penyanyi Rhoma Irama, lalu berdandan persis dengannya dan meniru gaya-gaya bicaranya. 9. Introyeksi, proses dimana seseorang mengambil emosi ke dalam bentuk egonya sendiri, kemudian dianggap sebagai unsur kepribadiannya sendiri. Contoh : Seorang anak yang membenci seseorang, kemudian ia kesal tetapi ia memukul-mukul dirinya sendiri. 10. Negativisme, yaitu proses perlawanan pasif maupun aktif terhadap keharusan terhadap dirinya dengan melakukan hal yang kebalikan dengan seharusnya. Contoh : Seorang anak yang disekolahkan oleh orangtuanya di sekolahan X. Namun karena si anak tidak suka bersekolah di sekolahan tersebut entah karena gurunya, teman barunya, atau lingkungannya, maka ia kemudian sering membolos. 11. Proyeksi, yaitu seseorang yang melindungi dirinya dari tabiat-tabiat, sikap, dan karakternya sendiri, ataupun perasaannya dengan melemparkan atau menyalahkannya ke orang lain. Contoh : Seorang mahasiswa yang tidak lolos matakuliah, lalu ia mengatakan bahwa dosennya sentimen terhadap dirinya. 12. Rasionalisasi, seseorang yang mencari alasan-alasan yang dibenarkan atau dapat diterima oleh norma maupun orang lain terhadap tindakannya atau pikirannya. Contoh : Seseorang yang diajak main bulutangkis menolak dengan beralasan bahwa ia sedang sakit atau besok mau ujian, padahal karena takut kalah. Contoh lain : Seseorang yang benci terhadap Justin Beiber, lau ia mengatakan bahwa alasannya ia hanya tidak selera dengan genre lagu yang dinyanyikan oleh JB, karena ia takut dimusuhi oleh fans-fans JB. 13. Pembentukan Reaksi, proses dimana mengambil objek ke dalam struktur egonya sendiri agar tidak menuruti keinginannya yang jelek dan diambil sikap yang sebaliknya. Contoh : Seorang mahasiswa yang bersikap hormat secara berlebihan kepada dosen yang paling tidak disukai. 14. Regresi, adalah keadaan seseorang yang kembali ke tingkat awal menjadi kurang matang dan kurang adaptif. Contoh : Seorang anak yang lebih tua tiba-tiba kembali punya kebiasaan hisap jempol atau mengompol karena ia merasa cemburu terhadap ibunya yang terlalu memperhatikan adiknya. 15. Sublimasi, yaitu kehendak-kehendak atau pikiran-pikiran atau tindakan-tindakan asadar yang tidak dapat diterima oleh lingkungan atau masyarakat disalurkan menjadi aktifitas yang memiliki nilai sosial yang tinggi. Contoh : Seseorang yang suka berkelahi kemudian beralih menjadi atlet petinju. 16. Menghapuskan (Undoing), mekanisme dimana seseorang secara simbolik mengkompensasi tindakan atau pikirannya yang dianggap buruk oleh masyarakat maupun egonya sendiri. Conroh : Seorang suami yang berselingkuh, kemudian ia sering memberi macam-macam hadiah kepada istrinya agak tak ketahuan. 17. Simpatisme, yaitu berusaha untuk mendapatkan simpati dari orang lain dengan cara menceritakan berbagai kesedihan & kesukarannya. Contoh : Seorang siswi remaja menangis dan menceritakan secara terlalu dramatisir kepada teman-teman dan sahabatnya tentang peristiwa ia diputuskan secara sepihak oleh pacarnya, dan berharap teman-teman dan sahabatnya simpati padanya dan kemudian berharap mereka melabrak mantan pacarnya. =====00OOO00===== sumber : Baihaqi M.I.F., dkk.2007.Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan- Gangguan.Bandung: Refika Aditama
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Status internal manusia selalu diselimuti dengan kecemasan sebagai produk dari konflik antar struktur kepribadian yaitu Id, Ego, dan Super Ego. Kemudian termanives ke dalam perilaku kongkrit dalam mekanisme pertahanan diri atau mekanisme pertahanan ego (Ego Defense Mechanism). The Id (Das Es) adalah aspek biologis dan merupakan sistem original, suatu realitas psikis yang sesungguhnya (The true psychic reality) dunia batin atau subyektif manusia dan tidak memiliki koneksi secara langsung dengan realitas obyektif. The Id berisi hal-hal yang dibawa sejak lahir (unsur-unsur biologis), libido seksualitas, termasuk juga instink-instink organisme. The Ego (Das Ich) adalah aspek psikologis karena adanya kebutuhan sinkronisasi (gateway) antara kebutuhan Id dengan realitas dunia eksternal. Ego bertugas untuk menyelesaikan rangsangan lapar dengan kenyataan tentang objek makanan, sehingga prinsip Ego adalah realitas dunia obyektif. Super Ego (Das Ueber Ich) adalah aspek sosiologis yang merupakan nilai-nilai tradisional sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya berupa perintah-larangan, ganjaran- hukuman, baik-buruk. Prinsip Super Ego adalah internalisasi norma-norma lingkungan yang berupaya untuk menekan dorongan Id. Energi Id akan meningkat karena rangsangan (impuls) sehingga menimbulkan ketegangan atau pengalaman yang tidak enak dan menguasai Ego agar bertindak secara kongkrit dalam memenuhi rangsangan tersebut sesegera mungkin. Di sisi lain Super ego berusaha untuk menetang dan menguasai Ego agar tidak memenuhi hasrat dari Id karena tidak sesuai dengan konsepsi Ideal. Dorongan Id yang primitif tersebut bersifat laten pada alam bawah sadar sehingga tidak akan mengendor selama tidak memiliki objek pemuas. Pada taraf-taraf tertentu dorongan ini bisa menjadi distruktif dengan penyimpangan-penyimpangan perilaku. Ego berdiri di tengah-tengah kekuatan dahsyat kebutuhan biologis dan norma. Ketika terjadi konflik di antara kekuatan-kekuatan ini, ego merasa terjepit dan terancam, serta merasa seolah- olah akan lenyap dan tidak berdaya digilas kedua kekuatan tersebut. Perasaan terjepit dan terancam ini disebut kecemasan (anxiety), sebagai tanda bagi ego bahwa sedang berada dalam bahaya dan berusaha tetap bertahan. 3
Ada tiga jenis kecemasan tersebut: Pertama, kecemasan realistik, contohnya melihat seekor ular berbisa dihadapan. Kedua, kecemasan moral, ancaman datang dari dunia Super Ego yang telah terinternalisasi, contohnya rasa malu, rasa takut mendapat sanksi, rasa berdosa. Ketiga, kecemasan neurotik, perasaan takut jenis ini muncul akibat impuls-impuls id. Ego berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan id dan superego. Namun ketika kecemasan begitu menguasai, ego harus berusaha mempertahankan diri. Secara tidak sadar, seseorang akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan-dorongan atau dengan menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima konsepsi dan tidak terlalu mengancam. Cara ini disebut mekanisme pertahanan diri atau mekanisme pertahanan ego (Ego DefenseMechanism). Bentuk-bentuk Mekanisme pertahanan : 1. Represi Represi merupakan paling dasar diantara mekanisme lainnya. Suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang mengancam. Represi terjadi secara tidak disadarai. 7 Ini merupakan sarana pertahanan yang biasa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran. 2 Mekanisme represi secara tidak sadar menekan pikiran keluar pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan dirinya, dari alam sadar ke alam tak sadar. Bila seseorang bersama-sama dengan saudaranya mengalami sesuatu kecelakaan dan saudaranya kemudian meninggal maka oia merasa lupa terhadap kejadian tersebut. Dengan cara hynosis atau suntikan Phenobarbital, pengalaman yang direpresi itu dapat dipanggil (direcall) dari alam tak sadar kealam sadar. Represi mungkin tidak sempurna bila itu yang terjadi maka hal-hal yang direpresikan akan muncul ke dalam impian, angan-angan, lelucon dan keseleo lidah. Menurut Freud, represi merupakan mekanisme pertahanan yang penting dalam terjadinya neurosis. 2. Supresi Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang sengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya. 6 Rasa tidak nyaman dirasakan tetapi ditekan. 4 Perlu dibedakan dengan represi, karena pada supresi seseorang secara sadar menolak pikirannya keluar alam sadarnya dan memikirkan yang lain. Dengan demikian supresi tidak begitu berbahaya terhadap kesehatan jiwa, karena terjadinya dengan sengaja, sehingga ia mengetahui apa yang dibuatnya. 3. Penyangkalan (denial) Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitive. Penyangkalan berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara melarikan diri dari kenyataan atau kesibukan dengan hal-hal lain. Penghindaran penyangkalan aspek yang menyakitkan dari kenyataan dengan menghilangkan data sensoris. Penyangkalan dapat digunakan dalam keadaan normal maupun patologis. 4
Sebagai contoh, mereka tidak mau mengerti bahwa dirinya berpenyakit yang berbahaya, menutup mata karena tidak mau melihat sesuatu yang ngeri, tidak mau memikirkan tentang kematian, tidak mau menerima anaknya yang terbelakang dan sebagainya. 1,2
4. Proyeksi Impuls internal yang tidak dapat diterima dan yang dihasilkannya adalah dirasakan dan ditanggapi seakan-akan berasal dari luar diri. Pada tingkat psikotik, hal ini mengambil bentuk waham yang jelas tentang kenyataan eksternal, biasanya waham kejar, dan termasuk persepsi persaan diri sendiri dalam orang lain dan tindakan selanjutnya terhadap persepsi (waham paranoid psikotok). Impuls mungkin berasal dari id atau superego (tuduhan halusinasi) tetapi dapat mengalami tranformasi dalam proses. Jadi menurut analisis Freud tentang proyeksi paranoid, impuls libido, homoseksual dirubah menjadi rasa benci dan selanjutnya diproyeksikan kepada sasaran impuls homoseksual yang tidak dapat diterima. 4 Proyeksi merupakan usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai kegagalannya, kesulitannya atau keinginan yang tidak baik. Misalnya presentasi olah raga yang kurang baik dengan alasan sedang sakit flu atau tidak naik kelas karena gurunya sentiment. Mekanisme proyeksi ini digunakan oleh pasien yang menyebabkan gejala waham atau pasien paranoid. 5. Sublimasi Sublimasi merupakan dorongan kehendak atau cita-cita yang yang tak dapat diterima oleh norma-norma di masyarakat lalu disalurkan menjadi bentuk lain yang lebih dapat diterima bahkan ada yang mengagumi. 2 Orang yang mempunyai dorongan kuat untuk berkelahi disalurkan dalam olah raga keras misalnya bertinju. Dokter yang agresif disalurkan menjadi dokter ahli bedah, mengisap permen sebagai sublimasi kenikmatan menghisap ibu jari. 5
6. Reaksi Formasi Reaksi formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya. Misalnya seorang anak yang iri hati terhadap adiknya, ia memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu sangat menyayangi secara berlebihan. Contoh lain seorang yang secara fanatik melarang perjudian dan kejahatan lain dengan maksud agar dapat menekan kecendrungan dirinya sendiri ke arah itu. 7. Introyeksi Introyeksi akan terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan ke dalam penderiannya berbagai aspek keadaan yang akan mengancamnya. Hal ini dimulai sejak kecil, pada waktu seseorang anak belajar mematuhi dan menerima serta kan menjadi milikinya beberapa nilai serta peraturan masyarakat. Lalu ia dapat mengendalikan prilakunya dan dapat mencegah pelanggaran serta hukuman sebagai akibatnya. Dalam pemerintahan dan kekuasaan yang otoriter maka banyak orang mengintroyeksikan nilai-nilai kepercayaan baru sebagai perlindungan terhadap perilaku yang dapat menyusahkan mereka. 8. Pengelakan atau salah pindah (Displacement) Terjadi apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan atau dielakkan kepada orang atau obyek lain yang kurang membahayakan. Seseorang yang dimarahi oleh atasannya dielakkan atau dicurahkan kepada istri, anaknya atau pembantunya. Kritik yang distruktif dan desus-desus (gossip) sebagai pembalas dendam merupakan cara yang terselubung dalam menyatakan perasaan permusuhan. 9. Rasionalisasi Rasionalisasi merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu masuk akal (rasional) dan dapat disetujui oleh dirinya sendiri dan masyarakat. Contohnya membatalkan pertandingan olah raga dengan alasan sakit dan akan ada ujian, padahal iya takut kalah. Melakukan korupsi dengan alasan gaji tidak cukup. 10. Simbolisasi Simbolisasi merupakan suatu mekanisme apabila suatu ide atau obyek digunakan untuk mewakili ide atau obyek lain, sehingga sering dinyatakan bahwa simbolisme merupakan bahasa dari alam tak sadar. Menulis dengan tinta merah merupakan symbol dari kemarahan. Demikian pula warna pakaian, cara bicara, cara berjalan, tulisan dan sebagainya merupakan simbol-simbol yang tak disadarai oleh orang yang bersangkutan. 11. Konversi Konversi merupakan proses psikologi dengan menggunakan mekanisme represi, identifikasi, penyangkalan, pengelakan dan simbolis. Suatu konflik yang berakibat penderitaan afek akan dikonversikan menjadi terhambatannya fungsi motorik atau sensorik dalam upayanya menetralisasikan pelepasan afek. Dengan paralisis atau dengan gangguan sensorik, maka konflik dielakkan dan afek ditekan. Hambatan fungsi merupakan symbol dari keinginan yang ditekan. Seringkali konversi memiliki gejala atas dasar identifikasi. 12. Identifikasi Identifikasi merupakan upaya untuk menambah rasa percaya diri dengan menyamakan diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama. Misalnya seseorang yang meniru gaya orang yang terkenal atau mengidentifikasikan dirinya dengan jawatannya atau daerahnya yang maju. 13. Regresi Regresi merupakan upaya untuk mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah dengan respons yang kurang matang dan biasanya dengan aspirasi yang kurang. Contohnya ; anak yang sudah besar mengompol atau mengisap jarinya atau marah-marah seperti anak kecil agar keinginannya dipenuhi. 14. Kompensasi Kompensasi merupakan upaya untuk menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang diinginkan atau pemuasan secara frustasi dalam bidang lain. Kompensasi ini dirangsang oleh suatu masyarakat yang bersaing. Karena itu yang bersangkutan sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Misalnya karena kurang mampu dalam pelajaran di sekolah dikompensasiakan dalam juara olah raga atau sering berkelahi agar ditakuti. 7
15. Pelepasan (Undoing) Pelepasan merupakan upaya untuk menembus sehingga dengan demikian meniadakan keinginan atau tindakan yang tidak bermoral. Contohnya, misalnya seorang pedagang yang kurang sesuai dengan etika dalam berdagang akan memberikan sumbangan sumbangan besar untuk usaha social. 16. Penyekatan Emosional (Emotional Insulation) Penyekatan emosional akan terjadi apabila seseorang mempunyai tingkat keterlibatan emosionalnya dalam keadaan yang dapat menimbulkan kekecewaan atau yang menyakitkan. Sebagai contoh, melindungi diri terhadap kekecewaan dan penderitaan dengan cara menyerah dan menjadi orang yang menerima secara pasif apa saja yang terjadi dalam kehidupan. 17. Isolasi (Intelektualisasi dan disosiasi) Isolisasi merupakan bentuk penyekatan emosional. Misalnya bila orang yang kematian keluarganya maka kesedihan akan dikurangi dengan mengatakan sudah nasibnya atau sekarang sudah tidak menderita lagi dan sambil tersenyum. 18. Pemeranan (Acting out) Pemeran mempunyai sifat yaitu dapat mengurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh berbagai keinginan yang terlarang dengan membiarkan ekspresinya dan melakukannya. Dalam keadaan biasa, hal ini tidak dilakukan. Kecuali bila orang tersebut lemah dalam pengendalian kesusilaannya. Dengan melakukan perbuatan tersebut, maka akan dirasakan sebagai meringankan agar hal tersebut cepat selesai. 7
KESIMPULAN Mekanisme pertahanan yang terdiri dari bermacam-macam cara dan seperti diketahui manusia merupakan mahluk yang tertinggi tingkat perkembangannya sehingga suatu pendektan terhadap manusia harus menyangkut semua unsure baik organik, psikologik dan social. Hal ini dinamakan pendektan holistic. Semua mekanisme pertahanan ini bermaksud untuk mempertahankan keutuhan pribadi dan digunakan dalam berbagai tingkat dengan bermacam-macam cara. Mekanisme pertahanan dapat diangggap normal dan diperlukan atau diinginkan, kecuali bila digunakan secara sangat berlebihan sehingga mengorbankan efisiensi penyesuaian diri dan kebahagiaan individu dan kelompok. Perlu diwaspadai bahwa dengan hanya mengamati satu macam tindakan belum berarti bahwa perilaku tersebut sudah merupakan suatu jenis pembelaan ego. Sebagai contoh, bila seorang terlampau sering memberikan sumbangan sudah berarti pelepasan atau tebusan. Tindakan tersebut perlu dipertimbangan juga kepribadian orang tersebut dan memotivasinya. DAFTAR PUSTAKA 1. Maramis, W. F. : catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press; Surabaya, 1980 p 37-38, 65-84 2. Hatta Kusumawati, Dra. M.Pd SEKILAS TENTANG TEORI KEPRIBADIAN SIGMUD FREUD DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BIMBINGAN diunduh dari http://www.acehinstitute.org/opini_kusumawati_soal_simund_freud.html tanggal 9 Juli 2009 3. Mekanisme pertahanan ego diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Mekanisme_pertahanan_ego tanggal 9 Juli 2009 4. Kaplan, H.I Sadock, B.J., Grebb, J.A : Synopsis of Psychiatry, Bahavioral Sciences Clinical Psychiatry, seventh edition. Wiliiam and Willkins; England, 1994, p.369-378. 5. Mekanisme pertahanan diri diunduh dari http://rizkyp13.multiply.com/journal/item/71/Mekanisme_pertahanan_Diri_tanggal 9 Juli 2009 6. Sistem pertahanan ego http://psikologiupi.blogspot.com /2008/09/system-pertahanan-ego- yang-wajib-di.html tanggal 9 juli 2009 7. Pertahanan ego diunduh dari http://trescent .wordpress.com/2007/08/15/pertahanan-ego/ tanggal 9 Juli 2009 Filed under: kesehatan jiwa | Ditandai: ilmu kejiwaan, Jiwa, Mekanisme, Mekanisme Pertahanan, pembelaan diri, Pertahanan, psikiatri, The Mechanisms of Defense | 5 Comments