REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
DESEMBER 2015
ABLASIO RETINA
Disusun Oleh :
Apriani Ermawati Waang, S.Ked
1008012041
Pembimbing :
dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :
Nama
NIM
1008012041
Judul Referat
Ablasio Retina
Universitas
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu
Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana.
Kupang,
Mengetahui,
Konsulen
BAB I
2
Desember 2015
PENDAHULUAN
Ablasio retina (retinal detachment) terjadi ketika retina terpisah dari sel
epitel pigmen retina. Antara sel fotoreseptor retina dengan koroid atau epitel
pigmen tidak terdapat suatu perlekatan struktural, sehingga merupakan titik lemah
yang potensial untuk lepas secara embriologis. Jika retina terlepas dari suplai
darah utama, fotoreseptor secara perlahan akan mengalami degenerasi dan tidak
berfungsi dengan baik lagi.(1)
Penyebab
ablasio
retina
bias
terjadi
akibat
trauma
sehingga
memungkinkan vitreous humor untuk masuk kecelah diantara retina dan epitel
pigmen retina. Gangguan miopi berat juga dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan tersebut. Selain itu peradangan atau kondisi neoplastik akan memicu
munculnya eksudasi serosa yang dapat berujung pada terjadinya ablasio retina.
Keadaan lainnya yakni membrane fibrosa atau vascular yang tumbuh secara tidak
normal atau tumor seperti melanoma malignant pada koroid dibelakang retina.(1)
Epidemiologi kejadian ablasio retina berkisar antara 1 per 10.000 orang
per tahun dan lebih sering terjadi pada laki laki. Ablasi retina atau retinal
detachment terbagi atas 3 yaitu rhegmatogenous retinal detachment, tractional
retinal detachment serta exudative and serous retinal detachment. (2)
Tanda dan gejala yang timbul berupa penurunan visus secara mendadak
tanpa disertai nyeri pada mata, adanya titik hitam pada pandangan, melihat kilatan
cahaya maupun pandangan seperti adanya tirai yang menutupi pandangan pada
mata yang terkena. Pada pemeriksaan akan didapati penurunan ketajaman
penglihatan, gambaran tobacco dust peda pemeriksaan dengan slit lamp, dan
tekanan intraokuler dapat menurun.(1)
Penanganan ablasio retina berupa pembedahan dengan fokus pada
keterlibatan makula. Jika makula terlibat maka operasi merupakan hal yang
bersifat mendesak karena pengaruhnya terhadap penglihatan. Karena gangguan ini
berkaitan dengan pusat penglihatan maka penting untuk dikenali tanda dan
gejalanya sejak awal untuk mencegah prognosis yang buruk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
membrane Bruch, koroid dan sklera. Disebagian besar tempat, retina dan
epitelium pigmen retina mudah terpisah hingga membentuk suatu ruang subretina,
seperti yang terjadi pada ablasio retina. Tetapi pada diskus optikus retina dan
epitelium pigmen retina saling melekat kuat sehingga membatasi perluasan cairan
subretina pada ablasio retina.
terutama segmen luar sel batang dan sel kerucut sangat bergantung terutama pada
difusi pembuluh darah koroid untuk nutrisinya, terutama untuk oksigen.(4)
2.3. Fisiologi Retina
Retina memiliki dua sel fotoreseptor yaitu sel batang atau rod dan sel
kerucut atau cone. Baik sel batang maupun sel kerucut mengandung bahan kimia
yang akan terurai bila terpajan cahaya dan dalam prosesnya akan merangsang
serabut saraf yang berasal dari mata. Bahan kimia tersebut adalah rodopsin dan
pigmen warna. Rodopsin adalah suatu glukulipid membran yang separuh
terbenam di lempeng membran lapis ganda pada segmen paling luar fotoreseptor.
Penyerapan cahaya puncak pada rodopsin terjadi pada panjang gelombang sekitar
500 nm, yang terletak di daerah biru-hijau spektrum cahaya. Bila sudah
mengabsorbsi energi cahaya, rodopsin segera terurai dalam waktu sepersekian
detik. Penyebabnya adalah fotoaktivasi elektron pada bagian retinal dari rodopsin
yang akhirnya menjadi metarodopsin I kemudian metarodopsin II dan akhirnya
dalam waktu yang jauh lebih lambat akan menjadi produk pecahan akhir.
Metarodopsin II yang disebut rodopsin teraktivasi, merangsang perubahan elektrik
dalam sel batang yang kemudian menghantar bayangan penglihatan ke sistem
saraf pusat dalam bentuk potensial aksi nervus optikus.
Secara singkat dijelaskan bahwa sel- sel fotoreseptor pada retina, mampu
mengubah rangsang cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh
lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan pada akhirnya ke korteks
pengelihatan oksipital. Fotoreseptor tersusun sedemikian rupa sehingga meningkat
di pusat makula, dengan kerapatan sel batang lebih tinggi di perifer. Fovea
berperan pada resolusi spasial (ketajaman penglihatan) dan pengelihatan warna
yang baik karena banyaknya jumlah sel kerucut disana. Kedua peran tersebut
memerlukan pencahayaan ruang yang terang sementara retina sisanya terutama
digunakan untuk melihat gerak, kontras, dan penglihatan malam (skotopik).
Penglihatan skotopik seluruhnya diperantara oleh fotoreseptor sel batang.
Penglihatan siang hari terutama oleh fotoreseptor kerucut, sore atau senja
diperantarai oleh kombinasi sel batang dan kerucut, dan pengelihatan malam oleh
fotoreseptor batang. Fotoreseptor dipelihara oleh epitel pigmen retina, yang
7
berperan penting dalam proses penglihatan. Epitel ini bertanggung jawab untuk
fagositosis segmen luar fotoreseptor, transportasi vitamin, mengurangi hamburan
sinar, serta membentuk sawar selektif antara koroid dan retina, Membran basalis
sel-sel epitel pigmen retina membentuk lapisan dalam membran bruch, yang juga
tersusun
atas
matriks
ekstraseluler
khusus
dan
membran
basalis
ablasio
regmatogenosa, ablasio traksi dan ablasio eksudatif dengan bentuk tersering yaitu
ablasio retina regmatogenosa atau sering dinamakan ablasio retina primer. Insiden
ablasio retina di Inggris antara 6.3 sampai 17.9 orang per 100.000 dengan 7300
kasus baru. Distribusi umur paling sering terjadi pada usia 70-74 tahun dengan
insiden 60 per 100.000 meskipun pada kondisi tertentu, golongan usia muda
beresiko tinggi khususnya pada kelompok yang memiliki miopia yang tinggi. Pria
memiliki resiko yang 1.5 kali lebih tinggi terkena ablasio retina meskipun tidak
terlalu menunjukkan perbedaan yang berarti antara laki-laki dan perempuan. (5)
Berdasarkan penelitian lainnya, kejadian ablasio retina mencapai 1 : 10000
orang dengan prevalensi sekitar 0,4% pada orang tua. Faktor penyebab yang
paling umum di seluruh dunia terkait dengan ablasi retina adalah miopia (yaitu,
rabun jauh), afakia, pseudofakia (yaitu, pengangkatan katarak dengan implan
lensa), dan trauma. Sekitar 40-50% dari semua pasien dengan ablasio retina
memiliki miopia, 30-40% telah mengalami pengangkatan katarak, dan 10-20%
mengalami trauma langsung pada mata. Ablasio traumatis lebih sering terjadi
pada orang muda, dan ablasio miopi paling sering terjadi pada orang berusia 2545 tahun.(2)
Prevalensi ablasio retina pada emetropi dan orang dengan miopia diatas
minus 10 D adalah 0,2% berbanding 7%. Berdasarkan usia, ablasio retina
biasanya terjadi pada usia 40 70 tahun. Namun, cedera paintball pada anak-anak
dan remaja menjadi penyebab semakin umum dari cedera mata, termasuk ablasio
retina traumatis.(2,6)
10
11
12
13
14
15
BAB III
PENUTUP
16
DAFTAR PUSTAKA
1
17