PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1.1. Telinga Bagian Luar
Telinga luar berfungsi menangkap rangsang getaran bunyi atau bunyi dari
luar. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna auricularis), saluran telinga (canalis
auditorius externus) yang mengandung rambut-rambut halus dan kelenjar sebasea
sampai di membran timpani.1,2
Daun telinga terdiri atas tulang rawan elastin dan kulit. Bagian-bagian daun
telinga lobula, heliks, anti heliks, tragus, dan antitragus. Liang telinga atau saluran
telinga merupakan saluran yang berbentuk seperti huruf S. Pada 1/3 proksimal
proksimal memiliki memiliki kerangka kerangka tulang rawan dan 2/3 distal
memiliki memiliki kerangka kerangka tulang sejati. Saluran telinga mengandung
rambut-rambut halus dan kelenjar lilin. Rambut-rambut alus berfungsi untuk
melindungi lorong telinga dari kotoran, debu dari kotoran, debu dan serangga,
sementara kelenjar sebasea berfungsi menghasilkan serumen. Serumen adalah hasil
produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel
debu. Kelenjar sebasea terdapat pada kulit liang telinga.1,2
3
maleus, inkus dan stapes. stapes. Tulang-tulang Tulang-tulang pendengaran
pendengaran akan meneruskan gelombang bunyi tersebut ke telinga bagian dalam.1,2
b. Tulang-tulang pendengaran
Tulang-tulang pendengaran yang terdiri atas maleus (tulang martil), incus
(tulang landasan) dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiga tulang tersebut
membentuk rangkaian tulang yang melintang pada telinga tengah dan menyatu
dengan membran timpani. Susunan tulang telinga ditampilkan pada gambar 2. 1,2
c. Tuba auditiva eustachius
Tuba auditiva eustachius atau saluran eustachius adalah saluran penghubung
antara ruang telinga tengah dengan rongga faring. Adanya saluran eustachius,
memungkinkan keseimbangan tekanan udara rongga telinga telinga tengah
dengan udara luar. 1,2
4
2.1.3. Telinga bagian dalam
Telinga dalam berfungsi menerima getaran bunyi yang dihantarkan oleh
telinga tengah. Telinga dalam atau labirin terdiri atas dua bagian yaitu labirin tulang
dan labirin selaput. Dalam labirin tulang terdapat vestibulum, kanalis semisirkularis
dan koklea. Di dalam koklea inilah terdapat organ Corti yang berfungsi untuk
mengubah getaran mekanik gelombang bunyi menjadi impuls listrik yang akan
dihantarkan ke pusat pendengaran. Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput)
yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis
semi-sirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan
skala timpani dengan skala vestibuli.1,2
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Koklea atau rumah siput merupakan
saluran spiral dua setengah lingkaran yang menyerupai rumah siput . 1,2 Koklea terbagi
atas tiga bagian yaitu:
a). Skala vestibuli terletak di bagian dorsal
b). Skala media terletak di bagian tengah,
c). Skala timpani terletak di bagian ventral.
Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe, sedangkan skala media
berisi endolimfe. Ion dan garam yang terdapat di perilimfe berbeda dengan
endolimfe. Hal ini penting untuk proses pendengaran. 1,2
Antara skala satu dengan skala yang lain dipisahkan oleh suatu membran. Ada tiga
membran yaitu: a). Membran vestibuli, memisahkan skala vestibuli dan skala media,
b). Membran tektoria, memisahkan skala media dan skala timpani, c). Membran
basilaris, memisahkan skala timpani dan skala vestibuli. Pada membrane membran
basalis ini terletak organ Corti dan pada membran Pada membrane membran basalis
ini terletak organ Corti dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari
sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.1,2
5
2.2. Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dihantarkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani dan diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan memperkuat getaran melalui
daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani
dan foramen ovale. Energi getar yang telah diperkuat ini akan diteruskan ke stapes
yang menggerakkan foramen ovale sehingga cairan perilimfe pada skala vestibuli
bergerak.2
Getaran akibat getaran perilimfe diteruskan melalui membran Reissner yang
akan mendorong endolimfe, sehingga akan terjadi gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter
ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu
dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39 - 40) di
lobus tempo pendengaran (area 39 - 40) di lobus temporalis.2
6
konsekuensi yang timbul dari anatomi lokal yang unik. Kanalis auditorius adalah
satu-satunya cul-de-sac dari stratum korneum dalam tubuh. Oleh karena itu, erosi
fisik tidak dapat secara rutin menghapus stratum korneum dalam saluran
pendengaran. Ada dua jenis serumen yaitu jenis kering berwarna kekuning-kuningan
atau abu-abu, rapuh atau keras dan jenis basah berwarna coklat, licin, lengket dan
dapat cepat berubah warna menjadi gelap bila terpapar udara bebas.2
Bila tidak dibersihkan dan menumpuk maka akan menimbulkan sumbatan
pada kanalis akustikus eksternus. Keadaan ini disebut serumen obsturans (serumen
yang menutupi menutupi kanalis). Sumbatan serumen kemudian menimbulkan gejala
berupa penurunan fungsi pendengaran, menyebabkan Rasa tertekan/ penuh pada
telinga, vertigo, dan tinitus.3
Sumbatan serumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dermatitis kronik,
kronik, liang telinga sempit, produksi serumen yang banyak dan kental, adanya benda
asing, serumen terdorong masuk kedalam liang telinga yang lebih dalam saat
mencoba membersihkan telinga.
7
bakterisidal serumen berasal dari komponen asam lemak, lisozim dan
immunoglobulin. lobulin.4,5
Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe basah lebih
dominan dibandingkan tipe kering. Tipe basah biasanya terbagi dua yaitu serumen
putih (White/Flaky Cerumen) yang sifatnya mudah larut bila diirigasi dan serumen
coklat (light-brown) yang sifatnya seperti jeli dan lengket.4,5
Serumen tipe kering dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.
Selain dari bentuknya, beberapa faktor dapat membedakan serumen tipe lunak dan
serumen tipe kering.4,5
Tipe lunak lebih sering terdapat pada anak-anak, dan tipe keras lebih sering
pada orang dewasa.
Tipe lunak basah dan lengket, sedangkan tipe keras lebih kering dan bersisik.
Korneosit (sel kulit mati dari stratum korneum) banyak terdapat dalam
serumen lunak namun sedikit pada serumen tipe keras.
Tipe keras lebih sering menyebabkan sumbatan, dan tipe ini paling sering kita
temukan di tempat praktek.4,5
Adapun fungsi serumen adalah sebagai berikut: 5
a. Membersihkan
Pembersihan kanalis akustikus eksternus terjadi sebagai hasil dari proses yang
disebut convey or belt process, hasil dari migrasi epitel ditambah dengan gerakan
rahang seperti mengunyah ( jaw movement ) . Sel-sel terbentuk ditengah
membran timpani yang bermigrasi kearah luar dari umbo ke dinding kanalis
akustikus eksternus dan bergerak keluar. Serumen pada kanalis akustikus
eksternus juga membawa kotoran, debu, dan partikel-pertikel yang dapat ikut
keluar. Jaw movement membantu proseS ini dengan memampatkan kotoran yang
menempel pada dinding kanalis akustikus eksternus dan meningkatkan
pengeluaran kotoran.
8
b. Lubrikasi
Lubrikasi mencegah terjadinya desikasi, gatal, dan terbakarnya kulit kanalis
akustikus eksternus yang disebut asteatosis. Zat lubrikasi diperoleh dari
kandungan lipid yang tinggi dari produksi sebum oleh kelenjar sebasea. Pada
serumen tipe basah, lipid ini juga mengandung kolesterol, skualan, dan asam
lemak rantai panjang dalam jumlah yang banyak, dan alkohol.
2.5. Patofisiologi
Serumen yang menumpuk dapat menyebabkan impaksi. Impaksi serumen
terbentuk oleh karena gangguan dari mekanisme pembersihan serumen atau produksi
serumen yang berlebih. Sumbatan serumen umumnya terdiri dari sekresi dari kelenjar
serumen yang bercampur dengan sebum, debris eksfoliatif, dan kontaminan.
Pembersihan liang telinga yang tidak tepat (khususnya dengan kapas telinga) dapat
mengganggu mekanisme pembersihan serumen normal dan mendorong serumen ke
arah membran timpani.2,4
9
Obstruksi serumen pada liang telinga disebabkan oleh impaksi atau
pembengkakan sumbatan serumen. Keadaan ini sering terjadi setelah serumen kontak
dengan air. Dengan bertambahnya umur, kulit meatus yang semakin kering dan
perubahan dari secret dapat menyebabkan serumen menjadi keras dan sulit
dikeluarkan. 2,4
2.6. Diagnosis
Gejala paling umum terkait dengan impaksi/gumpalan serumen yang
menumpuk di liang telinga adalah gangguan pendengaran yang ringan, atau telinga
terasa penuh. Hal ini biasanya terjadi jika kanal sepenuhnya terblokir oleh serumen.
Serumen biasanya tidak menyakitkan, kecuali jika menyentuh gendang telinga.
Upaya untuk mengeluarkan kotoran telinga yang keras dapat menyebabkan abrasi dan
nyeri pada kulit kanal telinga yang peka.2,4
Gejala lainnya yang terkait dengan kotoran telinga impaksi di dalam telinga
termasuk: telinga gatal, telinga berdenging, pusing, dan batuk yang timbul oleh
karena rangsangan nervus vagus melalui cabang aurikuler.2,4
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis, pasien biasanya datang dengan keluhan pendengaran berupa tuli
konduktif disertai rasa penuh pada telinga terutama bila telinga masuk air yaitu
sewaktu mandi atau berenang yang bisa menyebabkan serumen mengembang
sehingga menimbulkkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran semakin dirasakan
sangat mengganggu. Beberapa pasien juga mengeluhkan adanya vertigo atau
tinnitus.5,6
Pada pemeriksaan fisik menggunakan otoskop dapat terlihat adanya obstruksi
liang telinga oleh material berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman atau berwarna
putih. Konsistensi dari serumen dapat bervariasi. Selain itu, harus dievaluasi lagi
untuk melihat ada atau tidak perforasi membran timpani dan riwayat fraktur tulang
temporal atau pembedahan telinga. 5,6
10
Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan ialah pemeriksaan gangguan
pendengaran seperti garpu tala dan audiometri. Tes garputala merupakan tes
kualitatif. Garputala 512 Hz tidak terlalu dipengaruhi suara bising disekitarnya. Pada
kasus ini, tidak ada pemeriksaan penunjang yang khas yang bisa dilakukan untuk
menegakkan diagnosis kerja. 5,6
11
Kolesteatoma mengerosi tulang yang terkena baik akibat efek penekanan oleh
penumpukan debris keratin maupun akibat aktifitas mediasi enzim osteoklas. 2,4
Kolesteatoma pada liang telinga biasanya unilateral. Pasien mengeluhkan nyeri
tumpul sampai nyeri hebat akibat peradangan setempat dan otorea intermitten akibat
erosi tulang dan infeksi sekunder. Kolesteatoma diduga sebagai akibat migrasi epitel
yang salah & periostitis sirkumskripta. Erosi bagian tulang liang telinga dapat sangat
progresif memasuki rongga mastoid dan kavum timpani.2,4
2.8. Penatalaksanaan
Adanya serumen pada liang telinga adalah suatu keadaan normal. Serumen
dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang lembek,
dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen yang keras
dikeluarkan dengan pengair atau kuret. Apabila dengan cara ini serumen tidak dapat
dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan lebih dahulu dengan tetes karbogliserin
10% selama 3 hari. Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga
sehingga dikuatirkan menimbulkan trauma pada membran timpani sewaktu
mengeluarkannya, dikeluarkan dengan suction atau mengalirkan (irigasi) air hangat
7
yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.
Mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan alat-alat.
Irigasi yang merupakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis akustikus
eksternus tetapi hanya boleh dilakukan bila membran timpani pernah diperiksa
sebelumnya. Perforasi membran timpani memungkinan masuknya larutan yang
terkontaminasi ke telinga tengah dan dapat menyebabkan otitis media. Semprotan air
yang terlalu keras kearah membran timpani yang atrofi dapat menyebakan perforasi.
Liang telinga dapat diirigasi dengan alat suntik atau yang lebih mudah dengan botol
irigasi yang diberi tekanan. Liang telinga diluruskan dengan menarik daun telinga
keatas dan belakang dengan pandangan langsung arus air diarahkan sepanjang
dinding superior kanalis akustikus ekstenus sehingga arus yang kembali mendorong
12
serumen dari belakang. Air yang keluar ditampung dalam wadah yang dipegang erat
dibawah telinga dengan bantuan seorang asisten sangat membantu dalam
mengerjakan prosedur ini.3
13
terkontaminasi ke telinga tengah sehingga menyebabkan otitis media.
Perforasi dapat terjadi akibat semprotan air yang terlalu keras kearah
membran timpani. Liang telinga diluruskan dengan menarik daun telinga
keatas dan belakang dengan pandangan langsung arus air diarahkan
sepanjang dinding superior kanalis akustikus eksternus sehingga arus yang
kembali mendorong serumen dari belakang. Air yang keluar ditampung
8
dalam wadah yang dipegang erat dibawah telinga dengan bantuan asisten.
T
atalaksana pada serumen yang keras yaitu dengan memberikan zat
serumenolisis terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan lebih lanjut. Zat
serumenolisis yang digunakan antara lain minyak mineral, hydrogen
8
peroksida, debrox dan cerumenex.
Zat serumenolisis
Adakalanya pasien dipulangkan dan diinstruksikan memakai tetes
telinga dalam waktu singkat. Tetes telinga yang dapat digunakan antara lain
minyak mineral, hydrogen peroksida, debrox, dan cerumenex. Pemakaian
preparat komersial untuk jangkan panjang atau tidak tepat dapat menimbulkan
iritasi kulit atau bahkan dermatitis kontak.2,5
Terdapat 2 tipe seruminolitik yaitu aqueos dan organic. Zat
serumenolitik ini biasanya digunakan 2-3 kali selama 3-5 hari sebelum
pengangkatan serumen. Solutio aqueos merupakan cairan yang dapat dengan
baik memperbaiki masalah sumbatan serumen dengan melunakkannya,
diantaranya: 2,5
- 10% Sodium bicarbonate B.P.C (sodium bicarbonate dan glycerine)
- 3% hidrogen peroksida
- 2% asam asetat
- Kombinasi 0,5% aluminium asetat dan 0,03% benzetonium chloride.
14
Solusio organic dengan penyusun minyak hanya berfungsi sebagai
lubrikan, dan tidak berefek mengubah intergritas keratin skuamosa, antara
lain:2,5
- Carbamide peroxide (6,5%) dan glycerine
- Various organic liquids (propylene glycerol, almond oil, mineral oil,
baby oil, olive oil)
- Cerumol (arachis oil, turpentine, dan dichlobenzene)
- Cerumenex (Triethanolamine, polypeptides, dan oleatecondensate)
- Docusate, sebagai active ingredient ditentukan pada laxatives
Seruminolitik dalam hal ini khususnya solutio organic dapat
menimbulkan reaksi sensitivitas seperti dermatitis kontak. Dan pembersihan
serumen yang tidak tuntas dapat menyebabkan superinfeksi jamur. Komplikasi
lain yang mungkin adalah ototoksisitas yang dapat terjadi bila terdapat
perforasi.2,5
Ekstraksi/Irigasi Telinga
Ektraksi atau irigasi serumen adalah tindakan mengeluarkan serumen
yang menutup sebagian atau seluruh liang telinga dengan menggunakan
metode/teknik ekstraksi manual, irigasi, atau kombinasi kedua teknik
tersebut. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan didahului pemberian
pelunak serumen atau langsung. Impacted cerumen/ serumen impaksi adalah
mencakup serumen yang menutup sebagian atau menutup seluruh liang telinga.8
Indikasi dan Kontraindikasi Irigasi Serumen
a. Indikasi : serumen impaksi
b. Kontraindikasi :
1) Perforasi membran timpani
2) Infeksi aktif kulit liang telinga (otitis eksterna)
3) Metode/ teknik irigasi tidak boleh dilakukan pada serumen yang
menutup seluruh liang telinga9
15
Persiapan
a. Pasien
1) Penjelasan tindakan dan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi
2) Ijin Tindakan bila tindakan dilakukan dalam pembiusan atau kasus sulit
(risiko tinggi komplikasi)
3) Pemberian cairan / larutan pelunak serumen 15 menit sebelum ekstraksi
atau irigasi (bila diperlukan)9
b. Alat dan bahan (ekstraksi serumen dengan/tanpa kombinasi teknik
suctioning)
Kerja irigasi adalah mengalirkan air ke belakang serumen melalui celah
antara serumen dan dinding liang telinga, dan selanjutnya cairan irigasi
akan dipantulkan keluar oleh membran timpani sehingga timbul tekanan ke
arah luar liang telinga yang akan mendorong serumen.9
1) Bahan :
a) Kapas
b) Kertas tissue = 5 lembar
c) Larutan pelunak serumen berbahan dasar air (air (H2O), asam asetat
2%, NaCl 0,9%), Cairan H2O2 3 %, bukan air / bukan minyak
(Gliserol, Karbogliserin 10%), minyak (minyak kelapa (murni),
minyak zaitun (murni), minyak almond (murni)
2) Alat :
a) Handuk = 1 unit
b) Lampu kepala = 1 unit
c) Otoskop = 1 unit
d) Endoskop telinga = 1 unit (bila tersedia)
e) Pengait serumen (cerumen hook) = 1 unit
f) Kom berisi air hangat = 1 unit
g) Nierbekken / bengkok = 1 unit
h) Alat Spooling atau Spuit 20 cc = 1 unit
16
i) Klem alligator = 1 unit
j) Pinset bayonet telinga = 1 unit
k) Aplikator kapas = 1 unit
l) Kapas
m) Mesin suction = 1 unit
n) Suction telinga = 1 unit
2.9. Prosedur
a. Tindakan Irigasi Serumen:9
1) Identifikasi pasien
2) Identifikasi konsistensi serumen. Bila serumennya keras, maka sebelum
tindakan harus diberikan larutan pelunak serumen
3) Pasien dalam posisi duduk stabil. Pada pasien anak harus dipangku oleh
orang dewasa yang berperan memegang/ menahan kedua kaki, tangan
kanan memegang kedua tangan pasien, dan tangan kiri
memegang/menahan kepala pasien
4) Handuk diletakkan di pundak sisi telinga yang dibersihkan
17
5) Nierbekken diletakan dibawah telinga yang akan dibersihkan
6) Daun telinga ditarik ke arah superior dan posterior untuk pasien dewasa
atau ke arah posterior untuk pasien anak
7) Cairan disemprotkan ke arah celah di antara serumen dan kulit liang
telinga. Arah irigasi tidak dianjurkan ke arah inferior dinding liang telinga
disebabkan kemungkinan terpicunya refleks vagal yang ditandai
dengan batuk
8) Liang telinga dikeringkan dengan kapas/suction
9) Evaluasi liang telinga dan membran timpani
Evaluasi outcome :9
a. Tidak ada serumen
b. Tidak ada komplikasi: ekskoriasi atau laserasi kulit liang telinga,
perforasi membran timpani, dan refleks vagal (bradikardia, penurunan
kesadaran)
18
BAB III
IDENTITAS PASIEN
3.1. Identitas
Nama : An. N
Jenis Kelami : Perempuan
Umur : 14 Tahun
Alamat : Bukit Timah
Bangsa/Suku : Indonesia/Melayu
No. MR : 206323
Tanggal Pemeriksaan : 11-08-2020
19
Keluhan dari hidung seperti terasa tersumbat, sering keluar ingus, serig bersin-
bersin disangkal, keluhan pada tenggorokan seperti nyeri tenggorokan, nyeri
menelan, sulit menelan, suara serak dan sering batuk disangkal. Setiap hari
pasien membersihkan telinganya sendiri dengan korek kuping. Riwayat
berenang sebelumnya disangkal.
Riwayat Alergi
Alergi terhadap makanan dan obat-obatan disangkal.
Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah berobat sebelumnya .
20
Tanda Vital
Tekanan darah : - mmHg
Pernafasan : 20x/ menit
Nadi : 84 x/menit
Suhu : - oC
21
mengkilat
Reflek cahaya + +
Bulging - -
Retraksi - -
Atrofi - -
Perforasi Jumlah - -
Jenis perforasi - -
Kuadran - -
Bentuk - -
warna - -
Mastoid Tanda radang - -
Fistel - -
Sikatrik - -
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
b. Hidung
Hidung
Pemeriksaan Kelainan
Dextra Sinistra
Hidung luar Kelainan bentuk - -
Deformitas - -
Kelainan kongenital - -
Trauma - -
Tanda radang - -
22
Massa - -
Nyeri tekan - -
Sinus paranasal Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Rinoskopi anterior
Vestibulum nasi Vibrissae - -
Tanda radang - -
Ulkus - -
Cavum nasi Lapang/cukup Cukup Cukup
lapang/sempit
Rhinorrhea - -
Sekret - -
Warna secret - -
Massa - -
Konka media Edema - -
Warna mukosa Merah muda Merah muda
Konka inferior Edema - -
Warna mukosa Merah muda Merah muda
Septum nasi Deviasi - -
Perdarahan - -
Ulkus - -
Warna mukosa Merah muda Merah muda
Krusta - -
Abses - -
Perforasi - -
c. Tenggorok
23
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Gigi Kesan Rapi Rapi
Karies - -
Gigi berlubang - -
Lidah Ulkus - -
Pseudomembran - -
Atrofi - -
Parese - -
Palatum Simetris/tidak Simetris Simetris
mole/arcus faring Warna Merah muda Merah muda
Edema - -
Bercak/eksudat - -
Uvula Simetris/tidak Simetris Simetris
Hiperemis - -
Pseudomembran - -
Tonsil Ukuran T1 T1
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Rata Rata
Detritus - -
Eksudat - -
Fossa tonsilaris
dan arkus Hiperemis - -
faringeus
Peritonsil Edema - -
Abses - -
Tumor Bentuk - -
Ukuran - -
24
Permukaan - -
Konsistensi - -
Dinding faring Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Rata Rata
Refleks muntah + +
Pseudomembran - -
Sekret - -
d. Leher
Tidak ada massa dan pembesaran pada kelenjar getah bening.
3.6. Penatalaksanaan
a. Terapi Medikamentosa :
- Otilon ear drop 2x3 tts sehari ditelinga kanan selama 3 hari
- Cetirizine 1x1 sehari
b. Edukasi
- Kontrol kembali setelah 3 hari untuk ekstraksi serumen jika serumen
sudah tidak keras
- Jangan mengorek telinga
- Disarankan untuk tidak berenang atau memasukkan air kedalam telinga
- Menganjurkan untuk mengeluarkan serumen 6-12 bulan sekali
3.7. Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
25
Quo ad functionam : Bonam
BAB IV
ANALISA KASUS
A. ANAMNESA
Teori Kasus
Bila kotoran tidak dibersihkan dan Pada kasus, seorang pasien perempuan,
menumpuk maka akan menimbulkan usia 14 tahun datang dengan telinga
sumbatan pada kanalis akustikus kanan terasa penuh dan penurunan
eksternus. Sumbatan serumen pendengaran pada telinga 1 minggu,
kemudian menimbulkan gejala berupa disertai dengan rasa gatal. Keluhan
penurunan fungsi pendengaran, pasien juga terkadang merasakan nyeri
menyebabkan Rasa tertekan/ penuh pada telinga kanan dan merasa tidak
pada telinga, vertigo, dan tinnitus nyaman.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Teori Kasus
26
kehitaman atau berwarna putih.
Konsistensi dari serumen dapat
bervariasi.
C. PENATALAKSANAAN
Teori Kasus
27
BAB V
KESIMPULAN
Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang
terlepas dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang telinga.
Serumen obturans atau serumen props adalah serumen yang tidak berhasil
dikeluarkan dan menyebabkan sumbatan pada kanalis akustikus eksternus. Sumbatan
serumen kemudian menimbulkan gejala berupa penurunan fungsi pendengaran,
menyebabkan Rasa tertekan/ penuh pada telinga, vertigo, dan tinitus.
Obstruksi serumen pada liang telinga disebabkan oleh impaksi atau
pembengkakan sumbatan serumen. Keadaan ini sering terjadi setelah serumen kontak
dengan air. Dengan bertambahnya umur, kulit meatus yang semakin kering dan
perubahan dari secret dapat menyebabkan serumen menjadi keras dan sulit
dikeluarkan.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan fisik menggunakan otoskop dapat terlihat adanya obstruksi liang
telinga oleh material berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman atau berwarna
putih. Konsistensi dari serumen dapat bervariasi.
Penatalaksanaan adanya serumen pada liang telinga adalah suatu keadaan
normal. Serumen dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang
28
lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen yang
keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Adakalanya pasien dipulangkan dan
diinstruksikan memakai tetes telinga dalam waktu singkat seperti Zat serumenolisis.
Tetes telinga yang dapat digunakan antara lain minyak mineral, hydrogen peroksida,
debrox, dan cerumenex. Alat-alat yang bisa digunakan dalam membersihkan kanalis
akustikus eksternus adalah suction dan kuretase
DAFTAR PUSTAKA
29
9. PERHATI-KL. 2016. Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Praktik Klinis
Tindakan (PPKT), Clinical Pathway (CP) di Bidang Telinga, Hidung, Tenggorok-
Kepala, Leher Volume 2. Jakarta: Pengurus Pusat PERHATI.
30