I. Keterangan Umum
Nama
: An. Dwi
Usia
: 27 tahun
Alamat
: Cimahi
Anamnesa khusus
Pasien mengeluh nyeri di telinga kiri 3 hari SMRS dengan riwayat pendengaran
berkurang (+), dan tidak ada riwayat keluar cairan. Pasien belum pernah berobat ke
dokter.
Riwayat kemasukan air (+), mengorek - ngorek telinga (+), batuk (+) dan pilek
(+). Riwayat sering nyeri telinga apabila demam atau nyeri tenggorokan (-), riwayat
penurunan berat badan dan keringat pada malam hari (-). Riwayat trauma atau
pembedahan telinga sebelumnya (-). Nyeri pada belakang telinga, bengkak pada
belakang telinga, keluar cairan pada belakang telinga, mulut mencong, penglihatan
ganda, pusing berputar, mual,muntah, kejang maupun penurunan kesadaran (-).
III. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
: Kompos mentis
Tanda Vital
: Tekanan darah
: 120/80mmHg
Nadi
: 90x/mnt,
Respirasi
: 16x/m,
Suhu
: afebris
Status Generalis
Kepala : Mata : - konjungtiva tidak anemis
- sklera tidak ikterik
Leher
Ekstremitas
: Akral hangat
Deformitas (-)
Neurologis
Status Lokalis
a) Telinga
Bagian
Preaurikula
Aurikula
Retroaurikula
Canalis
Acustikus
Externa
Membrana
Timpani
Auris
Kelainan
Dextra
Tenang
+
-
Kongenital
Radang & tumor
Trauma
Kongenital
Radang & tumor
Trauma
Edema
Hiperemis
Nyeri tekan
Sikatriks
Fistula
Fluktuasi
Kongenital
Kulit
Sekret
Serumen
Edema
Jaringan granulasi
Warna
Putih keabuan
Intak
Refleks cahaya
Intak
+
b) Hidung
2
Sinistra
Tenang
+
kemerahan
Intak
-
Pemeriksaan
Keadaan Luar
Rhinoskopi
Anterior
Rhinoskopi
Posterior
Nasal
Dextra
Dalam batas normal
tenang
Eutrofi
Sinistra
Dalam batas normal
tenang
Eutrofi
Septum deviasi
Polip
(hidrofik)/tumor
Pasase udara
Mukosa
Choana
Sekret
Torus Tubarius
Fossa Rosenmuller
+
Tenang
+
Tenang
Terbuka
Tenang
Tenang
Tenang
Tenang
Tonsil
Faring
Kelainan
Mukosa mulut
Lidah
Palatum molle
Gigi geligi
Uvula
Halitosis
Mukosa
Besar
Kripta
Detritus
Perlengketan
Keterangan
Tenang
Bersih, basah, gerakan normal ke segala arah
Tenang
Caries (+)
Simetris
+
Tenang
T1- T1
Tidak melebar
(-/-)
(-/-)
Mukosa
Granula
Post nasal drip
Tenang
Tidak ada
-
Epiglotis
Kartilago aritenoid
Plika ariepiglotis
Plika vestibularis
Plika vokalis
e) Maxillofacial
f) Leher
Pembahasan
ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA
Anatomi Telinga
Untuk memahami tentang gangguan pendengaran perlu diketahui dan dipelajari
anatomi telinga dan fisiologinya. Telinga terdiri dari tiga bagian; telinga luar, tengah, dan
dalam. Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke
telinga dalam yang berisi cairan, untuk memperkuat energi suara dalam proses tersebut.(5)
Liang telinga
berbentuk huruf S dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua
pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Pada sepertiga bagian luar kulit
telinga terdapat banyak kelenjar serumen. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit
liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. (5)
Anatomi Telinga Tengah
Membran timpani yang teregang menutupi pintu masuk ke telinga tengah.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan
terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida sedangkan
bagian bawah disebut pars tensa.(6) Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada
membran timpani disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya ke arah
bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran
timpani kanan. Refleks cahaya adalah cahaya dari luar yang dipantulakan oleh mamran
timpani. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan
prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga
didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan, serta bawah-belakang, untuk
menyatakan letak perforasi membran timpani.(5)
Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus
maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat
pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Tuba
eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring
dengan telinga tengah. Tuba eustachius dalam keadaan normal tertutup, tetapi dapat
dibuat terbuka dengan gerakan menguap, mengunyah, atau menelan. Pembukaan tersebut
memungkinkan tekanan udara di dalam telinga tengah menyamakan diri dengan tekanan
atmosfer, sehingga tekanan di kedua sis membran timpani menjadi setara. Infeksi yang
6
Dasar skala vestibuli disebut membran vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar
skala media adalah membran basalis. Pada membran basalis ini terletak organ corti. Pada
skala media terdapat bagian yang disebut membran tektorial dan pada membran basal
melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar, dan canalis corti
yang membentuk organ corti (gambar 1.4).(5)
Fisiologi Telinga
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran
tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian
tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes). Rantai tulang ini bergerak dengan
frekuensi yang sama, memindahkan getaran dari membran timpani ke jendela oval yang
menghubungkan ke telinga dalam. Tulang-tulang pendengaran itu yang akan
mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. (6) Energi tulang yang telah
8
(10)
Kuman penyebab utama pada otitis media akut ialah bakteri piogenik, seperti
Streptokokus hemoltikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang
ditemukan juga Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada anak yang berusia
dibawah 5 tahun, Escherichia colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, dan
Pseudomonas aurugenosa. (11)
10
Berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi otitis media akut
dapat dibagi dalam 5 stadium; (5)
11
Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa
nyeri telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak
berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul
tromboflebitis pada vena-vena kecil dan neksrosis mukosa dan submukosa.
Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lembek dan
berwarna kekuningan. Di tempat ini biasanya akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium
ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke
liang telinga luar. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan meutup
kembali sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi)
tidak mudah menutup kembali.
Stadium Perforasi
12
Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani
perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret
akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau
virulensikuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.
Gejala Klinik
Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit
dan umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh
menurun pada stadium perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut
(OMA)berdasarkan umur penderita, yaitu. (5,12)
Bayi dan anak kecil
-
Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 39C merupakan tanda khas, sulit tidur,
tiba-tiba menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang anak
memegang telinga yang sakit.
Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh tinggi, dan riwayat
batuk pilek sebelumya.
Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran (rasa penuh dan pendengaran
berkurang).
Diagnosis
1
13
Otitis media akut harus dibedakan dengan otitis media dengan efusi yang sangat
menyeruoai otitis media akut. Untuk dapat membedakannya perhatikan hal-hal berikut;(10)
Gejala dan Tanda
Nyeri telinga, demam, gelisah
Efusi telinga tengah
Membran timpani suram
Membran timpani bulging
Gerakan membran timpani
berkurang
+
Tabel 1.7. OMA dan Otitis Media Efusi
14
Penatalaksanaan
Terapi otitis media akut tergantung pada stadium penyakitnya; (8)
1
Stadium supurasi
Pemberian antibiotika disertai miringotomi bila membran timpani masih utuh.
Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat
dihindari.
Stadium Perforasi
Pada stadium ini sekret banyak keluar dan terkadang keluar secara berdenyut,
sekret yang banyak ini merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman,
oleh karena itu sangat perlu dilakukan pencucian tellinga untuk menghilangkan
sekret. Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5
hari serta antibiotika yang adekuat.
Stadium Resolusi
15
Bila tidak terjadi stadium resolusi biasanya sekret akan terus mengalir melalui
perforasi membran timpani. Pada keadaan ini mpemberian antibiotika dapat
dilanjutkan smapai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih
terlihat banyak keluar maka kemungkinan telah terjadi komplikasi mastoiditis. (5)
Miringotomi
Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, agar terjadi
drenase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Miringotomi merupakan tindakan
pembedahan kecil yang dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang, dan
dapat dikuasai, sehingga membran timpani dapat dikuasai dengan baik. Lokasi
miringotomi ialah di kuadran posterior inferior karena didaerah ini tidak didapatkan
tulang pendengaran. Untuk tindakan ini harus menggunakan lampu kepala yang
mempunyai sinar cukup terang, memakai corong telinga, dan pisau khusus (miringotom)
yang berukuran kecil dan steril (tabel 1.8) (5)
Komplikasi
-
Otitis media supuratif kronik, yang ditandai dengan keluarnya sekret dari telinga
lebih dari 2 bulan. (5)
16
Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah,
sehingga dapat timbul mastoiditis, abses-subperiosteal, sampai komplikasi yang
menyerang otak seperti meningitis dan abses otak.(7)
Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran
permanent, cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi
pendengaran anak serta dapat menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara
dan bahasa.(12)
17