Anda di halaman 1dari 18

CASE REPORT SESSION

OMA AS STADIUM HIPEREMIS


Disusun oleh :
Dimas Febrian Purnomo (130112130522)
Gayatri Kalai Chalvan

BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK


BEDAH KEPALA DAN LEHER (THT-KL)
RSUP Dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG
2015

I. Keterangan Umum
Nama

: An. Dwi

Usia

: 27 tahun

Alamat

: Cimahi

Tanggal pemeriksaan : 10 Februari 2015


II. Anamnesis
Keluhan utama

: Sakit telinga kiri

Anamnesa khusus

Pasien mengeluh nyeri di telinga kiri 3 hari SMRS dengan riwayat pendengaran
berkurang (+), dan tidak ada riwayat keluar cairan. Pasien belum pernah berobat ke
dokter.
Riwayat kemasukan air (+), mengorek - ngorek telinga (+), batuk (+) dan pilek
(+). Riwayat sering nyeri telinga apabila demam atau nyeri tenggorokan (-), riwayat
penurunan berat badan dan keringat pada malam hari (-). Riwayat trauma atau
pembedahan telinga sebelumnya (-). Nyeri pada belakang telinga, bengkak pada
belakang telinga, keluar cairan pada belakang telinga, mulut mencong, penglihatan
ganda, pusing berputar, mual,muntah, kejang maupun penurunan kesadaran (-).
III. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
Kesadaran

: Kompos mentis

Tanda Vital

: Tekanan darah

: 120/80mmHg

Nadi

: 90x/mnt,

Respirasi

: 16x/m,

Suhu

: afebris

Status Generalis
Kepala : Mata : - konjungtiva tidak anemis
- sklera tidak ikterik
Leher

: JVP tidak meningkat


KGB tidak teraba membesar.

Thorak : Bentuk dan gerak simetris


Pulmo : sonor, VBS kiri=kanan
Cor
Abdomen

: bunyi jantung murni reguler


: Datar, lembut
Hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas

: Akral hangat
Deformitas (-)

Neurologis

: Refleks fisiologis +/+


Refleks patologis -/-

Status Lokalis

a) Telinga
Bagian
Preaurikula

Aurikula

Retroaurikula

Canalis
Acustikus
Externa

Membrana
Timpani

Auris

Kelainan

Dextra
Tenang
+
-

Kongenital
Radang & tumor
Trauma
Kongenital
Radang & tumor
Trauma
Edema
Hiperemis
Nyeri tekan
Sikatriks
Fistula
Fluktuasi
Kongenital
Kulit
Sekret
Serumen
Edema
Jaringan granulasi
Warna

Putih keabuan

Intak
Refleks cahaya

Intak
+

b) Hidung
2

Sinistra
Tenang
+
kemerahan
Intak
-

Pemeriksaan
Keadaan Luar
Rhinoskopi
Anterior

Rhinoskopi
Posterior

Bentuk & ukuran


Mukosa
Sekret
Krusta
Concha Inferior

Nasal
Dextra
Dalam batas normal
tenang
Eutrofi

Sinistra
Dalam batas normal
tenang
Eutrofi

Tidak ada deviasi

Septum deviasi
Polip
(hidrofik)/tumor
Pasase udara
Mukosa
Choana
Sekret
Torus Tubarius
Fossa Rosenmuller

+
Tenang

+
Tenang
Terbuka

Tenang
Tenang

Tenang
Tenang

c) Mulut dan Orofaring


Bagian
Mulut

Tonsil

Faring

Kelainan
Mukosa mulut
Lidah
Palatum molle
Gigi geligi
Uvula
Halitosis
Mukosa
Besar
Kripta
Detritus
Perlengketan

Keterangan
Tenang
Bersih, basah, gerakan normal ke segala arah
Tenang
Caries (+)
Simetris
+
Tenang
T1- T1
Tidak melebar
(-/-)
(-/-)

Mukosa
Granula
Post nasal drip

Tenang
Tidak ada
-

d) Laring (Laringoskopi indirek)


Laring

Epiglotis

Tenang, massa (-)

Kartilago aritenoid

Tenang, massa (-)

Plika ariepiglotis

Tenang, massa (-)

Plika vestibularis

Tenang, massa (-)

Plika vokalis

Tenang, massa (-)


Terbuka cukup lebar

e) Maxillofacial

: Simetris, parese Nervus cranialis (-)


Nyeri tekan pada pipi (-/-)

f) Leher

: KGB tidak teraba membesar

IV. Pemeriksaan penunjang


- Tes Rinne dan Tes Weber
V. Diagnosis kerja
OMA AS Stadium Hiperemisi
VII. Terapi
A. Umum
- Menjaga kebersihan telinga
- Jangan mengorek - ngorek telinga
- Jangan kemasukan air
B. Khusus
- H2O2 3% 3dd 5gtt
- Tarivid 3dd 2gtt
- Amoxicillin 3 x 500 mg
X. Prognosis
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam

Pembahasan
ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA
Anatomi Telinga
Untuk memahami tentang gangguan pendengaran perlu diketahui dan dipelajari
anatomi telinga dan fisiologinya. Telinga terdiri dari tiga bagian; telinga luar, tengah, dan
dalam. Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke
telinga dalam yang berisi cairan, untuk memperkuat energi suara dalam proses tersebut.(5)

Anatomi Telinga Luar


Telinga luar terdiri dari pinna (bagian daun telinga, auricula), meatus auditorius
eksternus (liang telinga), dan membrana timpani (gendang telinga). Pinna, suatu lempeng
tulang rawan elastin terbungkus kulit, yang berfungsi mengumpulkan gelombang suara
dan menyalurkannya ke liang telinga. Daun telinga secara parsial menahan gelombang
suara yang mendekati telinga dari arah belakang, dengan demikian membantu seseorang
membedakan apakah suara datang dari arah depan atau belakang. (6)

Liang telinga

berbentuk huruf S dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua
pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Pada sepertiga bagian luar kulit
telinga terdapat banyak kelenjar serumen. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit
liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. (5)
Anatomi Telinga Tengah
Membran timpani yang teregang menutupi pintu masuk ke telinga tengah.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan
terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida sedangkan
bagian bawah disebut pars tensa.(6) Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada
membran timpani disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya ke arah
bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran
timpani kanan. Refleks cahaya adalah cahaya dari luar yang dipantulakan oleh mamran
timpani. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan
prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga
didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan, serta bawah-belakang, untuk
menyatakan letak perforasi membran timpani.(5)
Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus
maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat
pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Tuba
eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring
dengan telinga tengah. Tuba eustachius dalam keadaan normal tertutup, tetapi dapat
dibuat terbuka dengan gerakan menguap, mengunyah, atau menelan. Pembukaan tersebut
memungkinkan tekanan udara di dalam telinga tengah menyamakan diri dengan tekanan
atmosfer, sehingga tekanan di kedua sis membran timpani menjadi setara. Infeksi yang
6

berasal dari tenggorok kadang-kadang menyebar melalui tuba eustachius ke telinga


tengah.(6)

Gambar 1.1 Anatomi Telinga Tengah

Gambar 1.2. Membran Timpani Kanan

Anatomi Telinga Dalam


Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau
puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan
skala vestibuli. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala
timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) berada diantaranya. (6) Skala
vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa.

Dasar skala vestibuli disebut membran vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar
skala media adalah membran basalis. Pada membran basalis ini terletak organ corti. Pada
skala media terdapat bagian yang disebut membran tektorial dan pada membran basal
melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar, dan canalis corti
yang membentuk organ corti (gambar 1.4).(5)

Gambar 1.3 Anatomi Telinga

Fisiologi Telinga
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran
tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian
tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes). Rantai tulang ini bergerak dengan
frekuensi yang sama, memindahkan getaran dari membran timpani ke jendela oval yang
menghubungkan ke telinga dalam. Tulang-tulang pendengaran itu yang akan
mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. (6) Energi tulang yang telah
8

diamplifikasi akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga


perilimfa pada skala vestibuli bergetar. Getaran diteruskan melalui membrana Reissner
yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antar membran
basilaris dan membra tektorial. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang
mnyebabkan terjadinya defleksi stereosillia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan
terjadi pengelepasan ion bermuatan listrik. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi
sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke sinaps yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius.(8)

Gambar 1.4 Anatomi Telinga Dalam

OTITS MEDIA AKUT


Definisi
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa liang telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis
media supuratif dan otitis media non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk
akut dan kronis. Otitis media akut termasuk dalam bentuk otitis media supuratif. (5) Otitis
media akut ialah peradangan telinga tengah yang mengenai sebagian atau seluruh
periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.

Etiologi dan Faktor Predisposisi


Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan
faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam
telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim, dan antibodi. Otitis media akut
ini bisa terjadi karena pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eustachius
merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Sumbatan juga dapat dikarenakan
adanya massa yang menyumbat seperti tumor ataupun akibat pemasangan tampon. (9)
Karena fungsi tuba terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga
terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.
Infeksi saluran napas atas juga alergi dapat menjadi pencetus (gambar1.4). Bayi dan
anak-anak memiliki tuba Eustachius yang lebih horizontal, pendek, dan lebih lebar, hal
ini mempermudah terjadinya otitis media akut pada anak yang sering terserang infeksi
saluran napas (gambar 1.5).

(10)

Kuman penyebab utama pada otitis media akut ialah bakteri piogenik, seperti
Streptokokus hemoltikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang
ditemukan juga Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada anak yang berusia
dibawah 5 tahun, Escherichia colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, dan
Pseudomonas aurugenosa. (11)

Gambar 1.4. Patogenesis OMA

10

Gambar 1.5 tuba Eustachius

Patofisiologi dan Stadium


Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas atas seperti batuk,
pilek, dan radang tenggorokan. Infeksi menyebar ke telinga tengah melewati tuba
Esutachius. Kuman yang masuk ke tuba Eustachius menyebabkan reaksi radang dan
edema di dinding tuba (8) Eustachius, hal ini menyebabkan fungsi tuba Eustachius sebagai
pencegah invasi kuman ke telinga tengah terganggu. Kuman dapat terus menyebar ke
telinga tengah, terjadi proses radang dan edema hebat di telinga tengah. Terbentuklah
sekret yang awalnya serosa lalu berubah menjadi purulen yang makin lama bertambah
banyak yang menyebabkan bulging pada membran timpani dan dapat terjadi perforasi. (12)

Gambar 1.6 Patofisiologi OMA

Berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi otitis media akut
dapat dibagi dalam 5 stadium; (5)
11

Stadium Otitis Media Akut


1

Stadium Oklusi Tuba Eustachius


Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran
timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi
udara. Kadang-kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau
berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapitidak dapat di deteksi.
Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh
virus ataupun alergi.

Stadium Hiperemis (Pre-Supurasi)


Pada stadium hiperemis,tampak pembuluh darah yang melebar di
membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edema.
Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga
sukar terlihat.

Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa
nyeri telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak
berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul
tromboflebitis pada vena-vena kecil dan neksrosis mukosa dan submukosa.
Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lembek dan
berwarna kekuningan. Di tempat ini biasanya akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium
ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke
liang telinga luar. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan meutup
kembali sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi)
tidak mudah menutup kembali.

Stadium Perforasi

12

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau


virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan
nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Anak yang tadinya
gelisah sekarang menjadi tidur dengan tenang, suhu badan turun, dan anak dapat
tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut stadium perforasi.
5

Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani
perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret
akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau
virulensikuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.

Gejala Klinik
Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit
dan umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh
menurun pada stadium perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut
(OMA)berdasarkan umur penderita, yaitu. (5,12)
Bayi dan anak kecil
-

Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 39C merupakan tanda khas, sulit tidur,
tiba-tiba menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang anak
memegang telinga yang sakit.

Anak yang sudah bisa bicara


-

Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh tinggi, dan riwayat
batuk pilek sebelumya.

Anak lebih besar dan orang dewasa


-

Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran (rasa penuh dan pendengaran
berkurang).

Diagnosis
1

Anamnesis gejala yang didapati pada pasien

13

Pemeriksaan telinga dengan menggunakan lampu kepala

Otoskop untuk melihat gambaran membran timpani yang lebih jelas

Kultur sekret dari membran timpani yang perforasi untuk mengetahui


mikroorganisme penyebab

Diagnosis otitis media akut juga ahrus memenuhi 3 hal berikut(10)


1

Penyakitnya muncul mendadak (akut)

Ditemukan tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan disuatu rongga tubuh) di


telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu tanda berikut:
Mengembungnya membran timpani
Gerakan membran timpani yang terbatas
Adanya bayangan cairan di belakang membran timpani
Cairan yang keluar dari membran timpani

Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah yang dibuktikan dengan adanya


salah satu diantara tanda berikut:
Kemerahan pada membran timpani
Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal

Otitis media akut harus dibedakan dengan otitis media dengan efusi yang sangat
menyeruoai otitis media akut. Untuk dapat membedakannya perhatikan hal-hal berikut;(10)
Gejala dan Tanda
Nyeri telinga, demam, gelisah
Efusi telinga tengah
Membran timpani suram
Membran timpani bulging
Gerakan membran timpani

Otitis Media Akut


+
+
+
+/-

berkurang

+
Tabel 1.7. OMA dan Otitis Media Efusi

14

Otitis Media Efusi


+
+/+

Penatalaksanaan
Terapi otitis media akut tergantung pada stadium penyakitnya; (8)
1

Stadium Oklusi Tuba Eustachius


Terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius dari sumbatan,
sehingga tekanan negatif di telinga tengah menghilang. Diberi obat tetes hidung
HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atauh HCl efedrin 1%
dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada orang
dewasa. Selain itu sumber infeksi harus diobati Antibiotika diberikan bila
penyebab penyakit adlah kuman, buka oleh virus atau alergi.

Stadium Hiperemis (Stadium Pre-Supurasi)


Pemberian antibiotika yang dianjurkan ialah golongan penisilin atau ampisilin.
Ampisilin dengan dosis 50-100mg/kgBB per hari dibagi dalam 4 dosis atau
amoksisilin 40mg/kgB per hari dibagi dalam 3 dosis. Bila pasien alergi terhadap
penisilin dapat diberi eritromisin dengan dosis 40mg/kgBB per hari. Pemberian
antibiotika dianjurkan diberi selama 7 hari. Selain itu dapat diberikan obat tetes
hidung dan analgetika.

Stadium supurasi
Pemberian antibiotika disertai miringotomi bila membran timpani masih utuh.
Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat
dihindari.

Stadium Perforasi
Pada stadium ini sekret banyak keluar dan terkadang keluar secara berdenyut,
sekret yang banyak ini merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman,
oleh karena itu sangat perlu dilakukan pencucian tellinga untuk menghilangkan
sekret. Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5
hari serta antibiotika yang adekuat.

Stadium Resolusi

15

Bila tidak terjadi stadium resolusi biasanya sekret akan terus mengalir melalui
perforasi membran timpani. Pada keadaan ini mpemberian antibiotika dapat
dilanjutkan smapai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih
terlihat banyak keluar maka kemungkinan telah terjadi komplikasi mastoiditis. (5)
Miringotomi
Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, agar terjadi
drenase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Miringotomi merupakan tindakan
pembedahan kecil yang dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang, dan
dapat dikuasai, sehingga membran timpani dapat dikuasai dengan baik. Lokasi
miringotomi ialah di kuadran posterior inferior karena didaerah ini tidak didapatkan
tulang pendengaran. Untuk tindakan ini harus menggunakan lampu kepala yang
mempunyai sinar cukup terang, memakai corong telinga, dan pisau khusus (miringotom)
yang berukuran kecil dan steril (tabel 1.8) (5)

Tabel 1.8. Miringotomi

Komplikasi
-

Otitis media supuratif kronik, yang ditandai dengan keluarnya sekret dari telinga
lebih dari 2 bulan. (5)

16

Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah,
sehingga dapat timbul mastoiditis, abses-subperiosteal, sampai komplikasi yang
menyerang otak seperti meningitis dan abses otak.(7)

Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran
permanent, cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi
pendengaran anak serta dapat menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara
dan bahasa.(12)

17

Anda mungkin juga menyukai