Anda di halaman 1dari 15

Fall

LAPORAN
KASUS

Otitis media akut stadium


hiperemis
Eko Nur Febrianto
2010730031

Pembimbing Dr. Dr. Satrio Prodjohoesodo, Sp.

THT-KL

S TA S E I L M U P E N YA K I T T H T R S U D C I A N J U R
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FA K U LT A S K E D O K T E R A N D A N K E S E H A T A N
U N I V E R S I TA S M U H A M M A D I YA H J A K A R TA
2015

08

STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
No.RM
Nama Pasien
Umur
Tanggal Masuk RS
Alamat

: 44-51-11
: Ny. RR
: 49 tahun
: 23-04-15
: Cianjur

ANAMNESA

Keluhan Utama

Riwayat Penyakit Sekarang

: Telinga kiri terasa nyeri dan gatal sejak 2 minggu SMRS

: 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, OS mengeluh telinga


kiri terasa gatal dan nyeri, keluhan ini disertai rasa bedengung
dan rasa kurang mendengar. Os mengaku 3 minggu SMRS os
menderita batuk dan pilek disertai demam. Os menyangkal
adanya keluar cairan dari dalam telinga

Riwayat Penyakit Dahulu

: Os belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.


Riwayat diabetes mellitus (+)
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat asma disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

: Di keluarga tidak ada yang mengalami keluhan seperti ini.


Riwayat diabetes mellitus disangkal.
Riwayat hipertensi disangkal.
Riwayat asma disangkal.

Riwayat Pengobatan

Riwayat Allergi

: OS belum berobat kemanapun dan OS rutin mengkonsumsi


obat DM

: Alergi cuaca disangkal, alergi obat disangkal, alergi makanan


disangkal

Riwayat Psikososial

: Os saat ini bekerja sebagai tenaga admistrasi pada sebuah


perusahaan swasta. Menurut os, lingkungan tempat ia bekerja
tidak bising. OS tidak suka berenang

PEMERIKSAAN FISIK
-

Kesadaran
Kesadaran Umum
Berat Badan (BB)

: Composmentis
: Tampak sakit ringan
: 61 kg

TANDA VITAL
-

Tekanan darah
Pernapasan
Nadi
Suhu

: 120/80 mmHg
: 22x/menit
: 86x/menit, teratur, kuat angkat
: 36,80C

STATUS GENERALIS
1)
2)
-

Kepala
Mata
Telinga:
Hidung
Mulut
Thoraks
Pulmo

COR

: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Reflek pupil (+/+)


:
:

Lihat di status lokalis

: I : tampak simetris kedua lapang paru


P : VF teraba getaran yang sama
P : sonor dikedua lapang paru
A : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Whezing (-/-)

: I : Ictus kordis tidak terlihat


P : Ictus kordis teraba di ics 5
P : Batas jantung relatif dalam batas normal
A : Bunyi jantung I dan II murni regular, murmur (-),

gallop (-)

3)
-

Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

4) Ekstemitas
- Atas

: Perut tampak cembung, bekas luka (-)


: Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), Splenomegali (-)
: Timpani diseluruh kuadran abdomen
: Bising usus (+) 10 x/menit
: Hangat/hangat

Edema (-/-)

RCT (<2/<2")

Bawah

: Hangat/hangat

Edema (-/-)

RCT (<2/<2")

STATUS LOKALIS THT


1. TELINGA
AD
Hiperemis
Edema

AS
(-)

Aurikula

(-)

Hiperemis
Edema

(-)
(-)

Helix Sign

(-)

Helix Sign

(-)

Tragus Sign

(-)

Tragus Sign

(-)

Tanda radang

(-)

Tanda radang

(-)

Pus

(-)

Pus

(-)

Preaurikula

Nyeri Tekan

(-)

Nyeri Tekan

(-)

Fistula

(-)

Fistula

(-)

Edema

(-)

Edema

(-)

Hiperemis

(-)

Nyeri tekan
Radang

Retroaurikula

Hiperemis

(-)

(-)

Nyeri tekan

(-)

(-)

Radang

(-)

Tumor

(-)

Tumor

(-)

Hiperemis

(-)

Hiperemis

(-)

Sekret

(-)

Sekret

(-)

Serumen

(-)

Serumen

(-)

Edema

(-)

Edema

(-)

Massa

(-)

Massa

(-)

Hiperemis

(+)

Hiperemis

( +)

Sekret

(-)

Sekret

(-)

Serumen

(-)

Serumen

(-)

Edema

(-)

Edema

(-)

Massa

(-)

Massa

(-)

MAE

KAE

Refleks Cahaya ( + )

Membran timpani Refleks Cahaya ( - )

Sekret

(-)

Sekret

(-)

Serumen

(-)

Serumen

(-)

Hiperemis

(-)

Hiperemis

( +)

Uji Rinne

Tidak ada lateralisasi

Uji Weber

Tidak ada lateralisasi

Sama dengan pemeriksa

Uji Schwabach

Sama dengan pemeriksa

2. HIDUNG
a. Rinoskopi Anterior
Dekstra

Rinoskopi Anterior

Sinistra

Hiperemis (-)

Mukosa

Hiperemis (-)

Sekret

Hipertrofi (-)

Konka inferior

Hipertrofi (-)

Deviasi (-)

Septum

Deviasi (-)

(-)

Massa

(-)

(+)

Passase udara

(+)

b. Sinus Paranasal
- Inspeksi
: Tidak membengkak
- Palpasi
: Nyeri tekan (-)
c.
-

Transiluminasi
Sinus maksilaris : Terlihat terang (seperti bulan sabit)
Sinus frontalis : Terlihat terang (seperti sarang lebah)
Kesan
: Sinus normal

d.
-

Tes Penciuman
Kanan
: 20cm (dengan menggunakan kopi)
Kiri
: 20cm (dengan menggunakan kopi)
Kesan
: Normosmia hidung kanan dan kiri.

3. TENGGOROK
a. Nasofaring

Nasofaring (Rinoskopi posterior)


Konka superior

Tidak dilakukan

Torus tubarius

Tidak dilakukan

Fossa Rossenmuller

Tidak dilakukan

Plika salfingofaringeal

Tidak dilakukan

b. 1.) Orofaring
Dekstra

Pemeriksaan Orofaring

Sinistra

Mukosa mulut
Lidah
Palatum molle
Gigi geligi
Uvula

Lembab
Kotor (-), deviasi(-)
Tenang
Caries (-)
Ditengah

Mukosa

Tenang

Mulut
Lembab
Kotor (-), deviasi (-)
Tenang
Caries (-)
Ditengah
Tonsil
Tenang
T1

T1

Tidak melebar
(-)
(-)
Faring
Tenang
(-)
(-)
2.) Tes Pengecapan
Manis

(+)

Asin

(+)

Asam

(+)

Pahit

(+)

Kripta
Detritus
Perlengketan

Tidak melebar
(-)
(-)

Mukosa
Granula
Post nasal drip

Tenang
(-)
(-)

c. Laringofaring ( Laringoskopi Indirect )

Laringofaring (Laringoskopi Indirect)


Epiglotis

Tidak dilakukan

Plika ariepiglotika

Tidak dilakukan

Plika ventrikularis

Tidak dilakukan

Plika vokalis

Tidak dilakukan

Rima glotis

Tidak dilakukan

4. MAKSILOFASIAL
Dextra

Nervus
Olfaktorius
Penciuman
II. Optikus
Daya penglihatan
Refleks pupil
III. Okulomotorius
Membuka kelopak mata
Gerakan bola mata ke superior
Gerakan bola mata ke inferior
Gerakan bola mata ke medial
Gerakan bola mata ke laterosuperior
IV. Troklearis
Gerakan bola mata ke lateroinferior
V. Trigeminal
Tes sensoris
Cabang oftalmikus (V1)
Cabang maksila (V2)
Cabang mandibula (V3)
VI. Abdusen
Gerakan bola mata ke lateral
VII. Fasial
Mengangkat alis
Kerutan dahi
Menunjukkan gigi
Daya kecap lidah 2/3 anterior
VIII. Akustikus
Tes garpu tala

Sinistra

I.
Normosmia
Visus normal
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Rinne (+)

Normosmia
Visus normal
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Rinne (-)

(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)

IX. Glossofaringeal
Refleks muntah
Daya kecap lidah 1/3 posterior
X. Vagus
Refleks muntah dan menelan
Deviasi uvula
Pergerakan palatum
XI. Assesorius
Memalingkan kepala
Kekuatan bahu
XII. Hipoglossus
Tremor lidah
Deviasi lidah

(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)

5. LEHER
Dekstra

Pemeriksaan

Sinistra

Pembesaran (-)

Tiroid

Pembesaran (-)

Pembesaran (-)

Kelenjar submental

Pembesaran (-)

Pembesaran (-)

Kelenjar submandibula

Pembesaran (-)

Pembesaran (-)

Kelenjar jugularis superior

Pembesaran (-)

Pembesaran (-)

Kelenjar jugularis media

Pembesaran (-)

Pembesaran (-)

Kelenjar jugularis inferior

Pembesaran (-)

Pembesaran (-)

Kelenjar suprasternal

Pembesaran (-)

Pembesaran (-)

Kelenjar supraklavikularis

Pembesaran (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Audiometri

DIAGNOSIS BANDING
1. OMA stadium hiperemis AS
2. Otitis eksterna
DIAGNOSA KERJA
1. OMA stadium hiperemis AS

RENCANA
- Terapi

Medikamentosa :

Non-medikamentosa :

1. Ceterizine

1 x 10mg

1. Hindari mengorek telinga

2. Amoxicilin

3 x 500 mg

2. Hindari air masuk telinga

3. Paracetamol tab

3 x 500mg

3. Jaga kebersihan telinga


4. Makan 4 sehat 5 sempurna
5. Istirahat cukup

PROGNOSIS :
Qoa ad vitam

: Bonam

Qoa ad sanationam

: Bonam

BAB III
TINAJUAN TEORI
(OTITIS MEDIA AKUT)
A. DEFINISI
Otitis media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh dari selaput permukaan
telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.
B. ANATOMI
Telinga sendiri terbagi menjadi tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam. Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang
telinga. Daerah ini menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam.
Selain itu di daerah ini terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga tengah
dengan rongga hidung belakang dan tenggorokan bagian atas. Guna saluran ini adalah:

menjaga keseimbangan tekanan udara di dalam telinga dan menyesuaikannya dengan

tekanan udara di dunia luar.


mengalirkan sedikit lendir yang dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga tengah ke
bagian belakang hidung.

Gambar 1. Telinga Bagian Tengah


C. PATOFISOLOGI
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat
bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran

tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan


datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan
membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya
terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar
saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah
terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ
pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang
dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus).Namun cairan yang lebih banyak
dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan
normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang
terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.
Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), otitis
media

juga

merupakan

salah

satu

penyakit

langganan

anak.

Di

Amerika

Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum
usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di
Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh
tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.
D. ETIOLOGI
Kuman penyebab utama pada OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptokokus
hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneukokus. Selain itu kadang-kadang diteukan juga
Hemofilus influenza, Escherichia Colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris
dan pseudomonas aurugenosa. Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak yang
berusia dibawah 5 tahun.
E. PENYEBAB ANAK LEBIH MUDAH TERSERANG OMA
Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa
hal.

Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.


Saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga
ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.

Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam
kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi
adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar
dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat
terinfeksi di mana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat
saluran Eustachius.

F. STADIUM OMA
1. Stadium penyumbatan tuba eustachius, tanda yang khas pada stadium ini adalah
penarikan membran timpani pada telinga ke arah dalam akibat tekanan negatif yang
ditimbulkan oleh sumbatan.
2. Stadium Hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau
seluruh membran timpani tampak hiperemis dan udem
3. Stadium Supurasi, bengkak yang hebat pada selaput permukaan telinga tengah dan
hancurnya sel-sel di dalam telinga tengah menyebabkan cairan yang kental tertimbun
di telinga tengah
4. Stadium Perforasi, pecahnya membrane timpani, dan keluar cairan putih
5. Stadium Resolusi, perlahan-lahan membrane timpani akan menyembuh jika robekan
tidak terlalu lebar, tetapi jika robekan lebar, stadium perforasi dapat menetap dan
berubah menjadi Otitis Media Supuratif Kronik.
G. KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut.
1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)
2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di
telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:
a. Menggembungnya gendang telinga
b. Terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga
c. Adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga
d. Cairan yang keluar dari telinga
3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan
adanya salah satu diantara tanda berikut:
a. Kemerahan pada gendang telinga
b. Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal

Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-narik daun
telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran, demam, sulit
makan, mual dan muntah, serta rewel. Namun gejala-gejala ini (kecuali keluarnya cairan
dari telinga) tidak spesifik untuk OMA sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan
pada riwayat semata.
Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk memeriksa liang dan
gendang telinga dengan jelas).Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang
menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning
dan suram, serta cairan di liang telinga.
Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi pneumatik
(pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi
dengan pompa udara kecil untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan
tekanan udara). Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali
dapat dilihat dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas
diagnosis OMA. Namun umumnya diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan otoskop
biasa.
Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan terhadap
gendang telinga). Namun timpanosentesis tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi
perlunya timpanosentesis antara lain adalah OMA pada bayi di bawah usia enam minggu
dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan
tubuh, anak yang tidak memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik, atau dengan
gejala sangat berat dan komplikasi.
OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA.
Untuk membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut.4
Gejala dan tanda
Nyeri telinga, demam, rewel
Efusi telinga tengah
Gendang telinga suram
Gendang yang menggembung
Gerakan gendang berkurang
Berkurangnya pendengaran

OMA
+
+
+
+/+
+

Otitis media dengan efusi


+
+/+
+

H. PENATALAKSANAAN
Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal
ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
Stadium Oklusi
Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di
telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,25 % untuk anak < 12
tahun atau HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis untuk anak diatas 12 tahun dan
dewasa. Sumber infeksi lokal harus diobati. Antibiotik diberikan bila penyebabnya
kuman.
Stadium Presupurasi
Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran timpani sudah
terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian
antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan
kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan
penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak
terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan
kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.
Stadium Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran
timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur14.
Stadium Perforasi
Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga
H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya
sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari14.
Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi
menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap, mungkin
telah terjadi mastoiditis
Komplikasi
Sebelum ada atibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abses-periosteal
sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak). Sekarang setelah ada antibiotika,
semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi OMSK
MIRINGOTOMI

Myringotomy (myringotomy: melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan


yang menumpuk di belakangnya) juga hanya dilakukan pada kasus-kasus khusus di mana
terjadi gejala yang sangat berat atau ada komplikasi. Cairan yang keluar harus dikultur.
Pemberian antibiotik sebagai profilaksis untuk mencegah berulangnya OMA tidak
memiliki bukti yang cukup.
PENCEGAHAN OMA
Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:

pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak,


pemberian ASI minimal selama 6 bulan,
penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring,
dan penghindaran pajanan terhadap asap rokok.
Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.

Anda mungkin juga menyukai