LAPORAN
KASUS
THT-KL
S TA S E I L M U P E N YA K I T T H T R S U D C I A N J U R
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FA K U LT A S K E D O K T E R A N D A N K E S E H A T A N
U N I V E R S I TA S M U H A M M A D I YA H J A K A R TA
2015
08
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
No.RM
Nama Pasien
Umur
Tanggal Masuk RS
Alamat
: 44-51-11
: Ny. RR
: 49 tahun
: 23-04-15
: Cianjur
ANAMNESA
Keluhan Utama
Riwayat Pengobatan
Riwayat Allergi
Riwayat Psikososial
PEMERIKSAAN FISIK
-
Kesadaran
Kesadaran Umum
Berat Badan (BB)
: Composmentis
: Tampak sakit ringan
: 61 kg
TANDA VITAL
-
Tekanan darah
Pernapasan
Nadi
Suhu
: 120/80 mmHg
: 22x/menit
: 86x/menit, teratur, kuat angkat
: 36,80C
STATUS GENERALIS
1)
2)
-
Kepala
Mata
Telinga:
Hidung
Mulut
Thoraks
Pulmo
COR
gallop (-)
3)
-
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
4) Ekstemitas
- Atas
Edema (-/-)
RCT (<2/<2")
Bawah
: Hangat/hangat
Edema (-/-)
RCT (<2/<2")
AS
(-)
Aurikula
(-)
Hiperemis
Edema
(-)
(-)
Helix Sign
(-)
Helix Sign
(-)
Tragus Sign
(-)
Tragus Sign
(-)
Tanda radang
(-)
Tanda radang
(-)
Pus
(-)
Pus
(-)
Preaurikula
Nyeri Tekan
(-)
Nyeri Tekan
(-)
Fistula
(-)
Fistula
(-)
Edema
(-)
Edema
(-)
Hiperemis
(-)
Nyeri tekan
Radang
Retroaurikula
Hiperemis
(-)
(-)
Nyeri tekan
(-)
(-)
Radang
(-)
Tumor
(-)
Tumor
(-)
Hiperemis
(-)
Hiperemis
(-)
Sekret
(-)
Sekret
(-)
Serumen
(-)
Serumen
(-)
Edema
(-)
Edema
(-)
Massa
(-)
Massa
(-)
Hiperemis
(+)
Hiperemis
( +)
Sekret
(-)
Sekret
(-)
Serumen
(-)
Serumen
(-)
Edema
(-)
Edema
(-)
Massa
(-)
Massa
(-)
MAE
KAE
Refleks Cahaya ( + )
Sekret
(-)
Sekret
(-)
Serumen
(-)
Serumen
(-)
Hiperemis
(-)
Hiperemis
( +)
Uji Rinne
Uji Weber
Uji Schwabach
2. HIDUNG
a. Rinoskopi Anterior
Dekstra
Rinoskopi Anterior
Sinistra
Hiperemis (-)
Mukosa
Hiperemis (-)
Sekret
Hipertrofi (-)
Konka inferior
Hipertrofi (-)
Deviasi (-)
Septum
Deviasi (-)
(-)
Massa
(-)
(+)
Passase udara
(+)
b. Sinus Paranasal
- Inspeksi
: Tidak membengkak
- Palpasi
: Nyeri tekan (-)
c.
-
Transiluminasi
Sinus maksilaris : Terlihat terang (seperti bulan sabit)
Sinus frontalis : Terlihat terang (seperti sarang lebah)
Kesan
: Sinus normal
d.
-
Tes Penciuman
Kanan
: 20cm (dengan menggunakan kopi)
Kiri
: 20cm (dengan menggunakan kopi)
Kesan
: Normosmia hidung kanan dan kiri.
3. TENGGOROK
a. Nasofaring
Tidak dilakukan
Torus tubarius
Tidak dilakukan
Fossa Rossenmuller
Tidak dilakukan
Plika salfingofaringeal
Tidak dilakukan
b. 1.) Orofaring
Dekstra
Pemeriksaan Orofaring
Sinistra
Mukosa mulut
Lidah
Palatum molle
Gigi geligi
Uvula
Lembab
Kotor (-), deviasi(-)
Tenang
Caries (-)
Ditengah
Mukosa
Tenang
Mulut
Lembab
Kotor (-), deviasi (-)
Tenang
Caries (-)
Ditengah
Tonsil
Tenang
T1
T1
Tidak melebar
(-)
(-)
Faring
Tenang
(-)
(-)
2.) Tes Pengecapan
Manis
(+)
Asin
(+)
Asam
(+)
Pahit
(+)
Kripta
Detritus
Perlengketan
Tidak melebar
(-)
(-)
Mukosa
Granula
Post nasal drip
Tenang
(-)
(-)
Tidak dilakukan
Plika ariepiglotika
Tidak dilakukan
Plika ventrikularis
Tidak dilakukan
Plika vokalis
Tidak dilakukan
Rima glotis
Tidak dilakukan
4. MAKSILOFASIAL
Dextra
Nervus
Olfaktorius
Penciuman
II. Optikus
Daya penglihatan
Refleks pupil
III. Okulomotorius
Membuka kelopak mata
Gerakan bola mata ke superior
Gerakan bola mata ke inferior
Gerakan bola mata ke medial
Gerakan bola mata ke laterosuperior
IV. Troklearis
Gerakan bola mata ke lateroinferior
V. Trigeminal
Tes sensoris
Cabang oftalmikus (V1)
Cabang maksila (V2)
Cabang mandibula (V3)
VI. Abdusen
Gerakan bola mata ke lateral
VII. Fasial
Mengangkat alis
Kerutan dahi
Menunjukkan gigi
Daya kecap lidah 2/3 anterior
VIII. Akustikus
Tes garpu tala
Sinistra
I.
Normosmia
Visus normal
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Rinne (+)
Normosmia
Visus normal
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Rinne (-)
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
IX. Glossofaringeal
Refleks muntah
Daya kecap lidah 1/3 posterior
X. Vagus
Refleks muntah dan menelan
Deviasi uvula
Pergerakan palatum
XI. Assesorius
Memalingkan kepala
Kekuatan bahu
XII. Hipoglossus
Tremor lidah
Deviasi lidah
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
5. LEHER
Dekstra
Pemeriksaan
Sinistra
Pembesaran (-)
Tiroid
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Kelenjar submental
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Kelenjar submandibula
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Kelenjar suprasternal
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Kelenjar supraklavikularis
Pembesaran (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Audiometri
DIAGNOSIS BANDING
1. OMA stadium hiperemis AS
2. Otitis eksterna
DIAGNOSA KERJA
1. OMA stadium hiperemis AS
RENCANA
- Terapi
Medikamentosa :
Non-medikamentosa :
1. Ceterizine
1 x 10mg
2. Amoxicilin
3 x 500 mg
3. Paracetamol tab
3 x 500mg
PROGNOSIS :
Qoa ad vitam
: Bonam
Qoa ad sanationam
: Bonam
BAB III
TINAJUAN TEORI
(OTITIS MEDIA AKUT)
A. DEFINISI
Otitis media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh dari selaput permukaan
telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.
B. ANATOMI
Telinga sendiri terbagi menjadi tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam. Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang
telinga. Daerah ini menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam.
Selain itu di daerah ini terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga tengah
dengan rongga hidung belakang dan tenggorokan bagian atas. Guna saluran ini adalah:
juga
merupakan
salah
satu
penyakit
langganan
anak.
Di
Amerika
Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum
usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di
Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh
tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.
D. ETIOLOGI
Kuman penyebab utama pada OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptokokus
hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneukokus. Selain itu kadang-kadang diteukan juga
Hemofilus influenza, Escherichia Colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris
dan pseudomonas aurugenosa. Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak yang
berusia dibawah 5 tahun.
E. PENYEBAB ANAK LEBIH MUDAH TERSERANG OMA
Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa
hal.
Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam
kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi
adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar
dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat
terinfeksi di mana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat
saluran Eustachius.
F. STADIUM OMA
1. Stadium penyumbatan tuba eustachius, tanda yang khas pada stadium ini adalah
penarikan membran timpani pada telinga ke arah dalam akibat tekanan negatif yang
ditimbulkan oleh sumbatan.
2. Stadium Hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau
seluruh membran timpani tampak hiperemis dan udem
3. Stadium Supurasi, bengkak yang hebat pada selaput permukaan telinga tengah dan
hancurnya sel-sel di dalam telinga tengah menyebabkan cairan yang kental tertimbun
di telinga tengah
4. Stadium Perforasi, pecahnya membrane timpani, dan keluar cairan putih
5. Stadium Resolusi, perlahan-lahan membrane timpani akan menyembuh jika robekan
tidak terlalu lebar, tetapi jika robekan lebar, stadium perforasi dapat menetap dan
berubah menjadi Otitis Media Supuratif Kronik.
G. KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut.
1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)
2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di
telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:
a. Menggembungnya gendang telinga
b. Terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga
c. Adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga
d. Cairan yang keluar dari telinga
3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan
adanya salah satu diantara tanda berikut:
a. Kemerahan pada gendang telinga
b. Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal
Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-narik daun
telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran, demam, sulit
makan, mual dan muntah, serta rewel. Namun gejala-gejala ini (kecuali keluarnya cairan
dari telinga) tidak spesifik untuk OMA sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan
pada riwayat semata.
Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk memeriksa liang dan
gendang telinga dengan jelas).Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang
menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning
dan suram, serta cairan di liang telinga.
Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi pneumatik
(pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi
dengan pompa udara kecil untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan
tekanan udara). Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali
dapat dilihat dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas
diagnosis OMA. Namun umumnya diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan otoskop
biasa.
Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan terhadap
gendang telinga). Namun timpanosentesis tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi
perlunya timpanosentesis antara lain adalah OMA pada bayi di bawah usia enam minggu
dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan
tubuh, anak yang tidak memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik, atau dengan
gejala sangat berat dan komplikasi.
OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA.
Untuk membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut.4
Gejala dan tanda
Nyeri telinga, demam, rewel
Efusi telinga tengah
Gendang telinga suram
Gendang yang menggembung
Gerakan gendang berkurang
Berkurangnya pendengaran
OMA
+
+
+
+/+
+
H. PENATALAKSANAAN
Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal
ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
Stadium Oklusi
Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di
telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,25 % untuk anak < 12
tahun atau HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis untuk anak diatas 12 tahun dan
dewasa. Sumber infeksi lokal harus diobati. Antibiotik diberikan bila penyebabnya
kuman.
Stadium Presupurasi
Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran timpani sudah
terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian
antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan
kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan
penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak
terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan
kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.
Stadium Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran
timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur14.
Stadium Perforasi
Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga
H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya
sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari14.
Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi
menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap, mungkin
telah terjadi mastoiditis
Komplikasi
Sebelum ada atibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abses-periosteal
sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak). Sekarang setelah ada antibiotika,
semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi OMSK
MIRINGOTOMI