Moderator:
Dr. Mayor CKM Andrie Gunawan, Sp.S
Disusun Oleh:
Ashri Mirawati
1410221066
Tanggal Penyajian :
03 September 2015
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus dengan judul :
GUILLAIN BARRE SYNDROME
Disusun Oleh:
Ashri Mirawati
1410221066
Tanda Tangan
Pembimbing
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
No. RM
: 811723
Umur
: 30 tahun
Tanggal
Pengesahan
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Status
: Menikah
Alamat
Ruang Rawat
Kamar no.
: 512
Tanggal masuk
: 15 Agustus 2015
Tanggal pemeriksaan
: 15 Agustus 2015
ANAMNESA
Auto/Alloanamnesa
Hipertensi
: disangkal
Diabetes Mellitus
: disangkal
Sakit Jantung
: disangkal
Trauma Kepala
: disangkal
: disangkal
Kegemukan
: disangkal
Gizi
: BB : 70 kg , TB :170 cm (Normoweight)
Tanda vital
TD kanan
: 100/70 mmHg
TD kiri
: 100/70 mmHg
Nadi kanan
: 80 x/menit
Nadi kiri
: 80 x/menit
Pernafasan
: 16 x/menit
Suhu
: 36,4 C
Limfonodi
Jantung
Paru
Hepar
Lien
Ekstremitas
STATUS PSIKIATRI
Tingkah laku
: Wajar
Perasaan hati
: Tenang
Orientasi
: Baik
Jalan pikiran
: Normal
Kesadaran
Sikap tubuh
: Baik
Cara berjalan
Gerakan abnormal
: Tidak ada
Kepala
Bentuk
: Normocephal
Simetris
: Simetris
Pulsasi
Nyeri tekan
: Tidak ada
Leher
Sikap
: Normal
Gerakan
Vertebra
Nyeri tekan
: Tidak ada
Kiri
Kaku kuduk
Laseque
(-)
(-)
Kerniq
(-)
(-)
(-)
Brudzinsky I
(-)
(-)
Brudzinsky II
(-)
(-)
Normosmia
Normosmia
NERVI CRANIALIS
N.I ( Olfaktorius)
Daya penghidu
N II (Opticus)
Ketajaman penglihatan :
Menurun
Pengenalan warna
Baik
Baik
Lapang pandang
Baik
Baik
Funduscopy
Menurun
Tidak dilakukan
N III,IV,VI (Oculamotorius,Trochlearis,Abducens)
Ptosis
(-)
(-)
Strabismus
(-)
(-)
Nistagmus
(-)
(-)
Exophtalmus
(-)
(-)
Enophtalmus
(-)
(-)
Lateral
(+)
(+)
Medial
(+)
(+)
Atas lateral
(+)
(+)
Atas medial
(+)
(+)
Bawah lateral
(+)
(+)
Bawah medial
(+)
(+)
Atas
(+)
(+)
Bawah
(+)
(+)
Pupil
Ukuran pupil
3 mm
Bentuk pupil
bulat
3mm
bulat
Isokor/anisokor
isokor
Posisi
sentral
Rf cahaya langsung
(+)
(+)
(+)
(+)
Rf akomodasi/konvergensi:
(+)
(+)
sentral
N V (Trigeminus)
Menggigit
Membuka mulut
Sensibilitas Atas
(+)
Simetris
(+)
(+)
Tengah
(+)
(+)
Bawah
(+)
(+)
Rf masester
Rf zigomatikus
(+)
Rf cornea
Tidak dilakukan
Rf bersin
Tidak dilakukan
Simetris
(+)
N VII (Facialis)
Pasif
Kerutan kulit dahi
Kedipan mata
Lipatan nasolabial
: simetris
Sudut mulut
: simetris
Aktif
Mengerutkan dahi
Mengerutkan alis
Menutup mata
Meringis
: Simetris
Menggembungkan pipi
: Simetris
Gerakan bersiul
: Tidak dilakukan
: tidak ada
Lidah kering
: tidak ada
N. VIII ( Acusticus )
Mendengarkan suara gesekan jari tangan :
(+)
(+)
(+)
(+)
Tes Schawabach
Normal
Normal
Tes Rinne
(+)
(+)
Tes Weber
Terdengar di Tengah
N. IX ( Glossopharyngeus )
Arcus pharynx
: simetris
Posisi uvula
: Di tengah
: Baik
Refleks muntah
: (+)
N.X ( Vagus )
Denyut nadi
: teraba, reguler
Arcus faring
: simetris
Bersuara
: normal
Menelan
N. XI ( Accesorius )
Memalingkan kepala
: normal
Sikap bahu
: simetris
Mengangkat bahu
: dapat dilakukan
N.XII ( Hipoglossus )
Menjulurkan lidah
: Deviasi ke kiri
Kekuatan lidah
: Normal
Atrofi lidah
: Tidak ada
Artikulasi
: Kurang jelas
Tremor lidah
: Tidak ada
MOTORIK
cukup cukup
Gerakan
Kekuatan
terbatas terbatas
5555
5555
1111
1111
Tonus
Trofi
REFLEKS FISIOLOGIS
Refleks Tendon :
Kanan
Kiri
Refleks Biseps
(+)
(+)
Refleks Triseps
(+)
(+)
Refleks Patella
(+)
(+)
Refleks Archilles
(+)
(+)
Refleks Periosteum
(+)
(+)
Refleks Permukaan :
Dinding perut
(+)
Cremaster
: tidak dilakukan
Spinchter Anii
: tidak dilakukan
REFLEKS PATOLOGIS
Hoffman Trommer
(-)
(-)
Babinski
(-)
(-)
Chaddock
(-)
(-)
Openheim
(-)
(-)
Gordon
(-)
(-)
Schaefer
(-)
(-)
Rosolimo
(-)
(-)
Mendel Bechterew
(-)
(-)
Klonus paha
: tidak dilakukan
Klonus kaki
: tidak dilakukan
SENSIBILITAS
Eksteroseptif :
Nyeri
Menurun
Menurun
Suhu
Taktil
Menurun
Menurun
Vibrasi
(+)
(+)
Posisi
(+)
(+)
Tekan dalam
(+)
(+)
tidak dilakukan
Propioseptif :
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
Tes Fukuda
: Tidak dilakukan
Disdiadokenesis
: Tidak dilakukan
Rebound phenomen
: Tidak dilakukan
Dismetri
: Tidak dilakukan
: Baik
: Baik
FUNGSI OTONOM
Miksi
Inkontinensia
: Tidak ada
Retensi
: Tidak ada
Anuria
: Tidak ada
Defekasi
Inkontinensi
: Tidak ada
Retensi
: Tidak ada
FUNGSI LUHUR
Fungsi bahasa
: Baik
Fungsi orientasi
: Baik
Fungsi memori
: Baik
Fungsi emosi
: Baik
Fungsi kognisi
: Baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium darah
Hemoglobin
: 12.7
Hematokrit
: 38
Leukosit
: 18250 ()
Trombosit
: 79
3. MRI
Tanggal 15 Agustus 2015 (MRI vertebrae lumbosacral tanpa kontras
potongan sagital, serta myelogram)
Kesan :
-
4. EMG
Memo field :
Pada pemeriksaan neurofisiologi tungkai didapatkan :
-
N. Tibialis
N. Peroneus
N. Suralis
Kesimpulan :
-
RESUME
Pasien Ny.R.K, perempuan, usia 30 tahun datang dengan keluhan kedua
tungkai tidak dapat digerakkan sejak 3 bulan SMRS. Keluhan dirasakan secara
bertahap. Awal, pasien merasakan berat pada tungkai sebelah kanan, seminggu
kemudian pasien merasakan lemah pada kedua tungkai hingga sulit untuk berjalan
dan lama kelamaan kedua tungkai tidak dapat digerakkan sama sekali. Pasien juga
mengeluhkan sering kaku dan baal pada tangan kanan dan kirinya secara hilang
timbul. Tanda vital dalam batas normal. Pada status neurologis didapatkan ketajaman
menurun. Pemeriksaan motorik ekstremitas inferior didapatkan gerakan terbatas,
kekuatan didapatkan nilai 1111/1111, dan hipotonus. Dari pemeriksaan sensibilitas
pada ekstremitas inferior didapatkan penurunan rangsang nyeri dan taktil.
Dari pemeriksaan penunjang, hasil laboratorium darah menunjukkan leukosit
meningkat. Hasil pemeriksaan MRI yang pertama (MRI vertebrae lumbosacral tanpa
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topik
Diagnosis Etiologi
Diagnosis Sekunder
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
1. IVFD Ringer Laktat 20 tpm
2. Ceftriaxone 2 x 1 gram IV
3. Mecobalamin 3 x 500 mg IV
4. Ranitidin 2 x 1 ampul IV
5. Metilprednisolon 2 x 125 mg IV
Non Farmakologi
1. Fisioterapi
2. Pengaturan posisi tidur untuk mencegah ulkus decubitus
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad fungtionam
: malam
Quo ad sanationam
: dubia ad malam
Quo ad cosmeticum
: malam
BAB II
PEMBAHASAN
Pada kasus ini diketahui seorang wanita, Ny.R.K usia 30 tahun mengeluhkan
kedua kaki sulit digerakkan sejak 3 bulan SMRS. Keluhan berawal dari 3 bulan yang
lalu pasien merasakan berat pada tungkai sebelah kanan, yang bertahap menjadi
lemah pada kedua tungkai yang semakin berat hingga akhirnya tidak dapat
digerakkan. Pasien juga mengeluhkan bahwa akhir-akhir ini pasien sering merasakan
kaku dan baal pada kedua tangan yang hilang timbul.
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien
ini, didapatkan diagnose klinis pasien paraparese inferior tipe LMN, hipestesia
ekstremitas inferior dextra & sinistra, diagnosis topis pada pasien ini terdapat pada
Sistem Saraf Tepi, diagnose etiologi Guillian Barre Syndrome (GBS).
Parese adalah kelemahan atau kelumpuhan parsial yang ringan atau tidak
lengkap atau suatu kondisi yang ditandai oleh hilangnya sebagian gerakan atau
gerakan terganggu. Kelemahan adalah hilangnya sebagian fungsi otot untuk satu atau
lebih kelompok otot yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas bagian yang
terkena. Kelemahan atau kelumpuhan yang mengenai keempat anggota gerak disebut
dengan tetraparese. Hal ini diakibatkan oleh adanya kerusakan otak, kerusakan
tulang belakang pada tingkat tertinggi (khususnya pada vertebra cervikalis),
kerusakan sistem saraf perifer, kerusakan neuromuscular atau penyakit otot.
Kerusakan diketahui karena adanya lesi yang menyebabkan hilangnya fungsi motorik
pada keempat anggota gerak, yaitu lengan dan tungkai.
Paraparese berdasarkan topisnya dibagi menjadi dua, yaitu: paraparese
spastik yang terjadi karena kerusakan yang mengenai Upper Motor Neuron (UMN,
shingga menyebabkan peningkata tonus otot atau hipertoni. Paraparese flaksid terjadi
karena kerusakan yang mengenai Lower Motor Neuron (LMN), sehingga
menyebabkan penurunan tonus otot atau hipotoni. Kerusakan pada LMN dapat
mengenai motor neuron, radiks, dan saraf perifer, maupun otot itu sendiri.
Dalam kasus ini penderita mengalami penurunan tonus otot sehingga dapat
disimpulkan adanya kerusakan pada LMN. Kerusakan pada LMN dapat disebabkan
oleh banyak hal yang memberi gambaran klinis yang sama berupa para parese namun
dalam kasus ini penderita didiagnosis paraparese LMN e.c Guillain Barre Syndrome.
Pada penderita dengan GBS, kelumpuhan merupakan manifestasi klinis
utama, yaitu kelumpuhan otot-otot ekstremitas tipe lower motor neuron. Pada
yang cepat.
Akut neuropati sensori motor aksonal (AMSAN): Ini adalah penyakit akut
yang parah yang mempengaruhi saraf sensoris dan motoris. Pasien umumnya
lalu.
Neuropati Akut Panautomatic: Ini adalah yang paling langka dari semua
varian yang mempengaruhi sistem saraf simpatik dan parasimpatik
"keterlibatan jantung adalah umum dan disritmia merupakan sumber
signifikan dari kematian dalam bentuk penyakit" .
Fisioterapi yang teratur dan baik juga penting. Fisioterapi dada secara teratur
untuk mencegah retensi sputum dan kolaps paru. Gerakan pasti pada kaki yang
lumpuh mencegah deep voin thrombosis spint mungkin diperlukan untuk
mempertahakan posisi anggota gerak yang lumpuh, dan kekakuan sendi dicegah
dengan gerakan pasif.
Segera setelah penyembuhan mulai (fase rekonvalesen) maka fisioterapi aktif
dimulai untuk melatih dan meningkatkan kekuatan otot. Disfungsi otonom harus
dicari dengan pengawasan teratur dari irama jantung dan tekanan darah. Bila ada
nyeri otot dapat dapat diberikan analgetik.
Pertukaran plasma (plasma exchange) bermanfaat bila dikerjakan dalam
waktu 3 minggu pertama dari onset penyakit. Jumlah plasma yang dikeluarkan per
exchange adalah 40-50 ml/kg. Dalam waktu 7-14 hari dilakukan tiga sampai lima
kali exchange.
Pemberian
kortikosteroid
walaupun
telah
melewati
empat
dekade
pemakaiannya pada SGB masih diragukan manfaatnya. Namun demikian ada yang
berpendapat bahwa pemakaian kortikosteroid pada fase dini penyakit mungkin
bermanfaat.
Pengobatan dengan imunosupresan yaitu dengan imunoglobulin dan obat
sitotoksik dapat diberikan. Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih
menguntungkan dibandingkan plasmaparesis karena efek samping/komplikasi lebih
ringan. Dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari selama 3 hari dilanjutkan dengan dosis
maintenance 0.4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh.
Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah 6 merkaptopurin (6-MP),
azathioprine, dan cyclophosphamid. Efek samping dari obat-obat ini adalah alopecia,
muntah, mual dan sakit kepala.
DAFTAR PUSTAKA
1
Mantay Kristi McClellan PA-S, Armeau Elin Phd PA-C, Parish Thomas DHSc
PA-C. Recognizing Guillain-Barr Syndrome in the Primary Care Setting. The
Internet Journal of Allied Health Sciences and Practice. Vol.5 No. 1. Jan 2007.
http://www.archneurol.com.
Ted M Burns MD. Guillain Barre Syndrome. Thieme Medical Publishers (Semin
MD(SL),MRCP.
Guillain-Barr
Syndrome: