Anda di halaman 1dari 14

Case Report Session

Penggunaan Radioaktif Iodium Dalam


Pengobatan Kanker Tiroid

Mahasiswa:
Dimas Febrian Purnomo: 1301-1213-0522

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN NUKLIR


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015

I. KETERANGAN UMUM
Nama

: Tn A

Umur

: 72 tahun

Alamat

: Kuningan

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: Wiraswasta

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Paska-tiroidektomi total
Anamnesa khusus :
Pasien paska-tiroidektomi total tanggal 16 Juni 2014. Keluhan seperti lemas
badan, suara serak, sesak nafas dan rasa sulit menelan disangkal pasien. Sebelum
dilakukan operasi total tiroidektomi, sejak 6 tahun yang lalu pasien mengeluh
terdapat benjolan pada leher depan sebelah kiri dan kanan yang ikut bergerak
saat menelan, mula-mula sebesar kelereng, kemudian semakin bertambah besar
hingga saat ini , tanpa disertai rasa nyeri. Keluhan suara berubah menjadi serak
tidak ada, sesak nafas dan rasa sulit menelan tidak ada.Tidak ada riwayat benjolan
di leher kanan dan kiri, kepala, ketiak, tulang dada, selangkangan maupun
panggul. Tidak ada keluhan sering berkeringat berlebihan, tidak ada riwayat
sering berdebar-debar, gemetar, gelisah, tak tahan panas. Tidak ada keluhan mata
menonjol, perubahan nafsu makan, maupun perubahan berat badan.Riwayat
keringat malam maupun penurunan berat badan, batuk-batuk lebih dari 2 minggu
tidak ada. Riwayat kontak dengan penderita TBC, maupun riwayat berobat TBC
sebelumnya tidak ada. Tidak ada riwayat radiasi pada waktu anak-anak, tidak ada
riwayat penyakit serupa pada keluarga maupun di lingkungannya.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum

: sakit ringan

Kesadaran

: compos mentis

Gizi

: kesan cukup

Tanda vital:
TD

140/90 mmHg

20 x/menit

80 x/menit

36,7 0C

Status generalis:
Kepala

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik


Eksoftalmus (-), retraksi palpebra (-)

Leher

: Kelenjar getah bening tidak teraba membesar


Tekanan vena jugularis tidak meningkat
Tidak teraba massa dan tidak terba pembesaran KGB

Thorax

: Bentuk dan gerak simetris


Vocal fremitus normal kanan = kiri, sonor, vesicular

breath sound

normal kanan=kiri, ronkhi (-)


Bunyi jantung murni reguler
Abdomen : Datar lembut, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal
Ekstremitas: edema (-/-), siaosis (-/-)
Kulit teraba lembab dan hangat
Tremor (-/-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan lab
23-1-2015
TSHs
: 4,0071 mikro IU/ml (0,35 4,94)
T3 (Total)
: 0,38 IU/ml (0,58 1,59)
Anti tiroglobulin : 19,23 IU/ml (negative < 115 IU/ml)
PA
Karsinoma tiroid papiller dengan varian folikuler pada tiroid kiri dan
adenomatous goiter pada tiroid kanan
Sidik Kelenjar Tiroid
Terdapat sisa jaringan tiroid fungsional yang menagkap radioaktivitas pada
lapang tiroid terutama pada lapang tiroid kanan
Kesimpulan: Sisa jaringan tiroid fungsional

Foto thoraks PA
Tidak tampak metastasis intrapulmonal
Tidak ada kardiomegali
V. DIAGNOSIS
Post Total Tiroidektomi dengan sisa jaringan tiroid fungsional
VI. PENATALAKSANAAN
Radiotiroablasi dengan NAI-131 dengan dosis 80 mCi
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: ad malam

PEMBAHASAN
Pendahuluan
Kelenjar tiroid/gondok terletak di bagian bawah leheR. Kelenjar ini
memproduksi hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) dan menyalurkan hormon
tersebut ke dalam aliran darah. Terdapat 4 atom yodium di setiap molekul T4 dan 3
atom yodium pada setiap molekul T3. Hormon tersebut dikendalikan oleh kadar
hormon perangsang tiroid TSH (thyroid stimulating hormone) Iodium nonorganik
yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid.
Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran
kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau
perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. Dampak struma terhadap tubuh
terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organorgan di sekitarnya
Struma terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat
pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Hal tersebut memungkinkan
hipofisis mensekresikan TSH dalam jumlah yang berlebihan. TSH kemudian
menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam jumlah yang besar
(kolid) ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama makin bertambah besar.
Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan pembentukan T4 dan T3,
ukuran folikel menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid dapat bertambah berat sekitar
300-500 gram.
B.

Radioterapi
Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran sebagai satu

bagian pengobatan kanker dengan mengontrol pertumbuhan sel ganas. Lapangan


radiasi juga mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh darah yang menjadi risiko
utama untuk metastase tumor. Radioterapi adalah penggunaan radiasi untuk

menghancurkan sel kanker atau merusak sel tersebut sehingga tidak dapat
bermultiplikasi lagi. Walaupun radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi umumnya
sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel kanker.
C.

Kegunaan Radioterapi

1.

Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi, baik

dengan atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan dan
kemoterapi.
2.

Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan, radioterapi

berguna untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker
menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar.
3.

Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat

mengurangi gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan
juga membuat hidup penderita lebih nyaman.
4.

Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi yang

sering disebut sebagai adjuvant therapy atau terapi tambahan dengan tujuan agar
terapi bedah dan kemoterapi yang diberikan lebih efektif.
D.

Jenis radioterapi

1.

Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional).

Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar radiasi pada tempat kanker dan
jaringan sekitarnya. Mesin yang digunakan dapat berbeda, tergantung dari lokasi
kanker. Banyaknya dosis radiasi yang digunakan dihitung dengan ukuran grays (Gy).
Dosis yang diberikan tergantung jenis dan luas tumor. Beberapa kasus yang bersifat
kuratif, dosis yang diberikan sebesar 50 sampai 70 Gy, sedangkan limfoma diobati
dengan dosis 20 to 40 Gy. Untuk terapi adjuvan sekitar 50 60Gy.
2. Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT))

Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian masuk ke dalam pembuluh
darah atau dapat juga dengan cara menelannya. Contoh obat radioterapi melalui infus
adalah

metaiodobenzylguanidine

(MIBG)

untuk

mengobati

neuroblastoma,

sedangkan melalui oral contohnya iodine-131 untuk mengobati kanker tiroid.


E.

Penggunaan Radioaktif Iodin Pada Kanker Tiroid

Radioaktif iodin adalah salah satu isotop radioaktif. Jenis isotop radioaktif iodin yang
digunakan dalam bidang kedokteran adalah I-123 dan I-131. Radioaktif iodin ini
berkonsentrasi dalam kelenjar tiroid sama seperti iodium pada umumnya sehingga
dapat digunakan untuk diagnosis maupun pengobatan.
Untuk diagnosa digunakan I-123 sedangkan untuk pengobatan yang bertujuan untuk
menghancurkan kelenjar tiroid adalah I-131. Radioaktif iodin yang tidak berada di
dalam tiroid akan segera dieliminasi dari tubuh melalui kelenjar keringat dan urine.
1.

Sebagai Alat Diagnosa

I-123 adalah isotop yang digunakan untuk dapat melihat gambaran kelenjar tiroid.
Cukup dengan menelan I-123 dalam dosis kecil, maka dalam jangka waktu 3-6 jam
sudah dapat diambil gambarannya. Kamera yang digunakan serupa dengan X-ray atau
CT scan. Isotop ini tidak mempunyai efek samping dan tidak berbahaya bagi
pemakainya.
2.

Sebagai Alat Terapi Hipertiroid Dan Post Operatif


I-131 digunakan sebagai terapi pengobatan untuk kondisi tiroid yang over

aktif atau kita sebut hipertiroid. I-131 ini sendiri adalah suatu isotop yang terbuat dari
iodin yang selalu memancarkan sinar radiasi. Jika I-131 ini dimasukkan kedalam
tubuh dalam dosis yang kecil, maka I-131 ini akan masuk ke dalam pembuluh darah
traktus gastrointestinalis. I-131 dan akan melewati kelenjar tiroid yang kemudian
akan menghancurkan sel-sel glandula tersebut. Hal ini akan memperlambat aktifitas
dari kelenjar tiroid dan dalam beberapa kasus dapat merubah kondisi tiroid yang
semula overactive menjadi underactive.

I-131 digunakan untuk terapi graves disease, goiter, tiroid nodul, dan
karsinoma tiroid. Seorang ahli bedah tiroid dapat mengeluarkan seluruh bagian dari
tiroid dengan komplikasi bedah yang paling minimal, sedangkan I-131 digunakan
untuk menghancurkan kelenjar yang masih tersisa. Dalam keadaan ini, tidak
diperkenankan menggunakan hormon pengganti selama beberapa minggu setelah
terapi dengan tujuan menurunkan level hormon tiroid hingga dibawah normal.
Dengan demikian, I-131 dapat bekerja secara maksimal untuk menghancurkan tiroid
yang tersisa. Pengobatan dengan cara ini dapat secara signifikan menurunkan
kemungkinan timbulnya kembali kanker tiroid dan meningkatkan kemampuan dokter
untuk mendeteksi dan mengobati kanker yang mungkin berulang.
3.

Sebagai Terapi Definitif Untuk Karsinoma Tiroid Persisten

Semua penderita kanker harus mendapatkan follow-up yang reguler oleh ahli
endokrinologi. Jika dari hasil follow up diketahui bahwa masih ada kanker tiroid yang
tersisa dan bersifat persisten atau rekuren, maka ahli endokrinologi diperbolehkan
untuk memberikan dosis tambahan I-131. Pasien dengan kanker tiroid residual atau
telah menyebar ke regio belakang leher, dapat melakukan scanning menggunakan
radioaktif.
F.

Bentuk sediaan yang digunakan


Radioaktif yodium diberikan oral dalam bentuk pil, kapsul atau cairan, tapi

yang paling banyak digunakan adalah bentuk cairan. Gunanya untuk mengatasi
kelenjar yang hiperaktif. seperti larutan iodium-131 (Na131l) untuk terapi kelainan
tiroid.
G.

Contoh sediaan yang digunakan:

1.

contoh sediaan radiofarmaka antara lain : Brom Sufatein I-131 (BSP), Hipuran

I-131, Rose Bengal I-131,


2.

contoh radiofarmaka untuk terapi : I-131.

Radiofarmaka yang banyak dipakai untuk keperluan in-vitro test adalah I-125.

H.

Dosis Yang Digunakan

Dosis yan digunakan adalah sebagai berikut:


1.

Dosis kecil, yaitu sebesar 5-30 millicuries (mCi) pada penderita hipertiroid

2.

Dosis sedang , yaitu 25-75 mCi digunakan untuk mengecilkan ukuran tiroid

yang membesar tetapi mempunyai fungsi yang normal.


3.

Dosis besar, yaitu 30-200mCi digunakan untuk menghancurkan sel kanker

tiroid.
Bila ahli radiologi akan memberikan dosis yang lebih tinggi, maka penderita akan
diminta untuk tinggal di dalam ruang yang terisolasi selama 24 jam untuk
menghindari paparan dengan orang lain.
I.

Prosedur Pelaksanaan
I-131 ditelan dalam bentuk dosis tunggal dengan bentuk cairan dan dengan

cepat masuk ke dalam pembuluh darah traktus gastrointestinalis, masuk ke dalam


kelenjar tiroid dan mulai menghancurkan kelenjar tiroidnya. Efeknya baru akan
terlihat dalam jangka waktu satu sampai tiga bulan dengan efek maksimal tiga sampai
enam bulan setelah pengobatan.
Iodium radioaktif diberikan melalui mulut, dalam bentuk cairan 1-2 ml, tidak
berasa dan berbau, dan dengan cepat diserap melalui saluran cerna. Iodium radioaktif
ini akan masuk ke kelenjar tiroid melalui aliran darah dan merusak kelenjar tiroid.
Akan diserap oleh kelenjar gondok, hati dan bagian-bagian tertentu dari otak. Oleh
karena itu, 1-131 dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan pada kelenjar gondok,
hati dan untuk mendeteksi tumor otak. Walaupun radioaktivitas ini menetap selama
beberapa waktu dalam kelenjar tiroid, iodium radioaktif ini akan dikeluarkan melalui
bagian tubuh dalam beberapa hari.

J.

Efek Samping

Efek samping dari terapi ini pada umumnya adalah :


timbulnya rasa nyeri setelah pengobatan dan pembengkakan kelenjar ludah.
Untuk hal ini, maka penderita boleh diberikan obat simptomatik seperti aspirin,
ibuprofen atau asetaminofen
keadaan hipotiroid.
Perburukan

oftalmopati

aktif

yang

dapat

dicegah

dengan

pemberian

kortikosteroid oral sebelum pemberian iodium radioaktif.


Tiroiditis radiasi yang jarang terjadi, terjadi beberapa hari setelah minum iodium
radioaktif dan dapat diatasi dengan pemberian salisilat.
Gastritis radiasi yang juga jarang terjadi.
Eksaserbasi tirotoksikosis yang diantisipasi dengan pemberian obat anti tiroid
sebelum pemberian iodium radioaktif terutama pada pasien lanjut usia dan dengan
penyakit jantung.
K.

Pengawasan
Seseorang yang sedang dalam terapi I-131 ini sebenarnya diperbolehkan

pulang ke rumah, dengan catatan tidak boleh melakukan kontak yang terlalu dekat
dan lama dengan orang lain untuk beberapa hari terutama wanita hamil dan anakanak. I-131 akan keluar dari tubuh selama dua hari pertama pengobatan, terutama
melalui urin. Selain itu juga ada yang diekskresikan dalam kelenjar liur, kelenjar
keringat, kelenjar air mata, sekresi cairan vagina dan feses. Akan lebih baik lagi, bila
seseorang yang sedang menjalani terapi ini beristirahat selama beberapa hari,
terutama yang pekerjaan sehari-harinya kontak dngan anak-anak dan wanita hamil.
Nuclear Regulatory Commission merekomendasikan sebagai berikut:

Gunakan fasilitas toilet pribadi, jika ada, dan cucilah dua kali lebih banyak

setelah menggunakannya.

Mandi setiap hari dan cucilah tangan sesering mungkin

Minum cairan dalam jumlah yang normal.

Gunakanlah alat makan yang disposabel atau pisahkan dengan alat makan

yang lain saat mencucinya.

Cuci pakaian dan semua yang kontak dengan tubuh tiap hari dan harus dipisah

dari pakaian anggota keluarga yang lain. Tidak diperlukan teknik pencucian yang
khusus.

Jangan menyiapkan makanan kepada orang lain jika mengharuskan penderita

kontak tangan lama dengan makanan tersebut.


Perlu diketahui, bahwa I-131 yang diberikan selama periode kehamilan akan
berakibat rusaknya kelenjar tiroid pada bayi. Yodium radioaktif tidak diberikan
kepada wanita hamil karena bisa melewati sawar plasenta dan bisa merusak kelenjar
tiroid janin atau melalui air susu penderita. Karena itulah kebanyakan para ahli
menunda terapi pada wanita yang sedang dalam masa menyusui. Selain itu,
kehamilan sebisa mungkin ditunda paling tidak enam sampai 12 bulan setelah terapi
karena adanya paparan radiasi pada ovarium.
Terapi ini memerlukan suatu keahlian khusus, karena itulah mereka yang terlibat
langsung dalam bagian pengobatan ini adalah para ahli radiologi yang telah mendapat
pelatihan khusus di bidang kedokteran nuklir, termasuk juga para ahli endokrinologi,
onkologi, ahli bedah dan petugas lapangan.
L.

Proteksi

Selain menggunakan alat pelindung diri dan mencegah untuk banyak melakukan
kontak dengan penderita yang sedang menjalani terapi, para ahli dapat menggunakan
kalium iodida. Kalium Iodida (KI) mempunyai bentuk yang sama dengan iodium
yang terdapat dalam garam. KI membanjiri tiroid dengan iodium yang mencegah
absorbsi dari radioaktif iodin dari sumber manapun, termasuk air, makanan, minuman
dan udara. KI termasuk obat yang bebas dijual dipasaran dalam bentuk tablet pil dan
cairan.
Para ahli terapi dapat menggunakan KI ini untuk mengurangi paparan terhadap
radioiodin. KI sebaiknya dikonsumsi 6-12 jam sebelum terjadi paparan terhadap

radioaktif iodin. KI tetap efektif walau digunakan beberapa jam segera setelah terjadi
paparan. Dikonsumsi dengan dosis satu kali sehari, sehari ketika sedang terpapar dan
satu hari lagi sesudahnya. Tetapi penggunaan KI juga dapat mengakibatkan efek
samping seperti terjadinya alergi.
M. Petunjuk bagi pasien yang mendapat pengobatan iodium radioaktif.
Sebelum pengobatan.
1.

Wanita hamil atau menyusui tidak boleh mendapat pengobatan iodium

radioaktif.
2.

Hindari makanan laut (ikan laut, udang, kerang, kepiting dan lain-lain) selama

lima hari sebelum dan sesudah pengobatan


3.

Hentikan obat anti tiroid, obat batuk dan vitamin serta obat tradisional (seperti

jamu dan lain-lain) atau obat lain yang mengandung iodiumselama lima hari sebelum
dan sesudah pengobatan
4.

Obat hormon tiroid seperti triiodothyronine harus dihentikan 2 minggu

sedangkan thyroxine 4-6 minggu sebelum pemberian iodium radioaktif.


5.

Puasa paling kurang 4 (empat) jam sebelum pengobatan; boleh minum air putih

atau teh.
Sesudah pengobatan
1.

Boleh makan 1 (satu) jam sesudah pengobatan iodium radioaktif.

2.

Hindari kontak dengan anak-anak di bawah umur 12 tahun dan ibu hamil

selama 3 (tiga) hari.


3.

Bagi pasien wanita atau istri dari pasien pria tidak boleh hamil paling kurang 6

(enam) bulan sesudah pengobatan iodium radioaktif. Gunakan kontrasepsi selama


masa tersebut.
4.

Gunakan alat makan tersendiri (sendok, garpu, piring, gelas) selama 3 (tiga) hari

sesudah pengobatan.
5.

Setelah menggunakan jamban dan kamar mandi, guyur dengan air yang banyak.

6.

Pasien yang mendapat pengobatan iodium radioaktif dengan dosis tinggi perlu

dirawat di kamar isolasi selama 11 hari.


N.
-

Penandaan
Semua produk harus diidentifikasi secara jelas dengan penanda yang harus

menempel secara permanen pada wadah dalam semua kondisi penyimpanan.


-

Penanda radiofarmasi harus memenuhi peraturan nasional dan kesepakatan

internasional yang relevan


-

Informasi mengenai bets harus tersedia untuk badan pengawas nasionan

dan/atau regional
Identifikasi dan persyaratan mutu mengenai bahan penanda radioaktif yang dapat
digunakan untuk menyiapkan radiofarmasi,seperti:
-petunjuk penyiapan radiofarmasi
-indikasi dan kontraindikasi
-peringatan dan pengamanan
-aspek farmakologi dan farmakokinetik seperti rute eliminasi dan waktu paruh
-dosis radiasi

Anda mungkin juga menyukai