Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT KRONIS DENGAN KASUS

HIPERTIROID PADA NY L DUSUN KENITEN DESA


TAMANMARTANI KECAMATAN KALASAN

Disusun Oleh:

RICKA
193203106

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau tumor tiroid, sering dihadapi dengan sikap
yang biasa saja oleh penderita, dikarenakan tidak memberikan keluhan yang begitu berarti
dan pada sebagian besar golongan masyarakat di daerah tertentu, keadaan ini merupakan
suatu hal yang biasa di jumpai. Tumor tiroid merupakan pertumbuhan sel yang abnormal
terjadi di dalam kelenjar tiroid. Tumor tiroid ini bisa menjadi keganasan walaupun
angkanya relative rendah 5-10% (Gunawan, 2012).
Tumor tiroid sangat sering ditemukan di Indonesia, tiroid menempati urutan keenam
dari sepuluh tumor tersering menurut tumor primer dari seluruh senter, diIndonesia tahun
2011 dengan insidensi rata setiap tahunnya berkisar antara 4-8%. Nodul tiroid di RSUPN-
CM, Jakarta sebesar 50,3% dengan rasio laki-laki dibandingkan perempuan sekitar 8:10
sebanyak 101 kasus. Tumor tiroid dapat bermanifestasi sebagai tumor jinak dan tumor
ganas tiroid (kanker tiroid), sebagian besar tumor tiroid sering bermanifestasi sebagai
tumor jinak sedangkan kanker tiroid sangat jarang, kurang lebih 1% dari seluruh kejadian
kanker (Solbiati et al., 2011).
Secara klinik tumor tiroid jinak sulit dibedakan dari tumor tiroid ganas, tumor tiroid
yang ganas, dapat timbul dalam beberapa bulan terakhir, sedangkan tumor tiroid jinak
timbul sesudah mengalami pembesaran kelenjar selama beberapa puluh tahun tanpa
disertai adanya gejala klinis yang berarti. Beberapa hal yang dapat digunakan untuk
menilai tumor tersebut bersifat ganas atau tidak, antara lain adanya riwayat paparan sinar
radiasi pada daerah leher, usia saat tumor tersebut timbul, kadar yodium yang dikonsumsi
dan konsistensi tumor (Madkenzie, 2004).
Perubahan dalam produksi hormon tiroid dapat menyebabkan efek merugikan bagi ,
akan menghadapi risiko yang bisa membahayakan keselamatannya. Tumor akan terus
membesar, yang mengakibatkan gangguan pernafasan dan sulit menelan asupan makanan
dan minuman. Salah satu jenis pengobatan untuk penderita tiroid ialah dengan tindakan
pembedahan. Pembedahan adalah suatu penanganan medis secara invasive yang dilakukan
untuk atau mengobati penyakit, injuri, atau deformitas tubuh (Nainggolan, 2013).
Teknik non farmakologis merupakan salah satu terapi komplementer sebagai
alternatif dalam mengatasi nyeri yang muncul pasca operasi atau pembedahan. Menurut
Potter dan Perry (2013) teknik non farmakologis merupakan suatu tindakan mandiri
perawat dalam mengurangi nyeri, diantaranya seperti teknik relaksasi, teknik latihan
pergerakan distraksi, biofeedback, Transcutan Elektric Nervous Stimulating (TENS),
guided imagery, terapi musik, accupresur, aplikasi panas dan dingin, massage dan hipnotis.
Salah satu teknik non farmakologi yang dapat menurunkan nyeri dan kekakuan pada leher
pasca Thiroidectomy adalah Neck Streching Exercices. Latihan peregangan meningkatkan
fleksibilitas dan koordinasi neuro-muskular, mengurangi rasa sakit dan kelemahan otot,
selain itu juga meningkatkan aktivitas fisik (Nakamura, Kodama, & Mukaino, 2014).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi hipertiroid ?
2. Apa etiologi hipertiroid ?
3. Apa manifestasi hipertiroid ?
4. Apa patofisiologi hipertiroid ?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik hipertiroid ?
6. Apa saja komplikasi hipertiroid ?
7. Bagaimana penatalaksanaan hipertiroid ?
8. Bgaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertiroid ?

C. TUJUAN
1. Mampu mengetahui seluk beluk dari penyakit hipertiroid
2. Mampu melakukan asuhan keperawatan dengan baik dan professional terhadap
penderita hipertiroid
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI FISIOLOGIS
Mekanisme yang berjalan di dalam tubuh manusia tersebut diatur oleh dua sistem
pengatur utama, yaitu: sistem saraf dan sistem hormonal atau sistem endokrin (Guyton &
Hall: 1159). Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur aktivitas tubuh yang cepat,
misalnya kontraksi otot, perubahan viseral yang berlangsung dengan cepat, dan bahkan
juga kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin (Guyton & Hall: 703).
Sedangkan, sistem hormonal terutama berkaitan dengan pengaturan berbagai fungsi
metabolisme tubuh, seperti pengaturan kecepatan rekasi kimia di dalam sel atau
pengangkutan bahan-bahan melewati membran sel atau aspek lain dari metabolisme sel
seperti pertumbuhan dan sekresi (Guyton & Hall:1159). Hormon tersebut dikeluarkan oleh
sistem kelenjar atau struktur lain yang disebut sistem endokrin.

Salah satu kelenjar yang mensekresi hormon yang sangat berperan dalam
metabolisme tubuh manusia adalah kelenjar tiroid. Dalam pembentukan hormon tiroid
tersebut dibutuhkan persediaan unsur yodium yang cukup dan berkesinambungan.
Penurunan total sekresi tiroid biasanya menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme
basal kira-kira 40 sampai 50 persen di bawah normal, dan bila kelebihan sekresi hormon
tiroid sangat hebat dapat menyebabkan naiknya kecepatan metabolisme basal sampai
setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal (Guyton & Hall: 1187). Keadaan ini dapat
timbul secara spontan maupun sebagai akibat pemasukan hormon tiroid yang berlebihan
(Price & Wilson:337-338).

Tiroksin dan triiodotironin berfungsi meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam


hampir semua sel tubuh, jadi meningkatkan tingkat metabolisme tubuh umum. Kalsitonin
berfungsi memacu pengendapan kalsium di dalam tulang sehingga menurunkan
konsentrasi tingkat metabolisme tubuh umum. Fungsi Hormon-hormon tiroid yang lain:

0. Memegang peranan penting dalam peetumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf


dan tulang
1. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
2. Efek kronotropik dan inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi
otot dan menambah irama jantung
3. Merangsang pembentukan sel darah merah
4. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernafasan sebagai kompensasi tubuh terhadap
kebutuhan oksigen akibat metabolism.
5. Bereaksi sebagai antagonis kalsium.

B. DEFINISI
Hipertiroid adalah penyaakit yang disebabkan oleh penyakit Graves yaitu jenis
masalah autoimun yang menyebabkan kelenjar tiroid untuk memproduksi terlalu banyak
hormon tiroid. ( Toft, D. 2014)
Hipertiroid atau hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat
produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjer tiroid yang terlalu aktif. Karena
tiroid memproduksi hormon tiroksin dari iodium, maka iodium radiaktif dalam dosis kecil
dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya). (NANDA NIC-
NOC. 2013)
Hipertiroidisme adalah suatu kondisi di mana kelenjar tiroid terlalu aktif dan membuat
berlebihan hormon tiroid. Kelenjar tiroi dadalah organ yang terletak dibagian depan leher
dan hormon ini yang mengontrol metabolisme, bernapas, denyut jantung, sistem saraf,
berat badan,suhu tubuh, dan banyak fungsi lainnya dalam tubuh. Ketika kelenjar tiroid
yang terlalu aktif (hipertiroidisme) proses tubuh mempercepat dan mungkin mengalami
kegelisahan, kecemasan, denyut jantung yang cepat, tremor tangan, keringat berlebihan,
penurunan berat badan, dan masalah tidur, antara gejala lainnya. (Aleppo, G. 2015)

C. ETIOLOGI
Kelenjar tiroid membuat hormon tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3) yang
memainkan peran penting dalam cara fungsi seluruh tubuh. Jika kelenjar tiroid membuat
terlalu banyak T4 dan T3, ini didefinisikan sebagai hipertiroid.
Penyebab paling umum dari hipertiroid adalah penyakit gangguan autoimun Graves
'. Dalam gangguan ini, tubuh membuat antibodi (protein yang dihasilkan oleh tubuh untuk
melindungi terhadap virus atau bakteri) yang disebut thyroid-stimulating immunoglobulin
(TSI) yang menyebabkan kelenjar tiroid membuat terlalu banyak hormon tiroid. Penyakit
Graves berjalan dalam keluarga dan lebih sering ditemukan pada wanita.
Hyperteroid djuga bisa disebabkan oleh nodular atau multinodular gondok beracun,
yang merupakan benjolan atau nodul pada kelenjar tiroid yang menyebabkan tiroid untuk
memproduksi berlebihan hormon tiroid. Selain itu, radang kelenjar tiroid yang disebut
tiroiditis-akibat virus atau masalah dengan sistem kekebalan tubuh dapat menyebabkan
sementara gejala hipertiroid. Selain itu, beberapa orang yang mengonsumsi terlalu banyak
yodium (baik dari makanan atau suplemen) atau yang mengambil obat yang mengandung
yodium (seperti amiodaron) dapat menyebabkan kelenjar tiroid untuk kelebihan hormon
tiroid. (Aleppo, G. 2015)
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu:
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang overaktif dan merupakan
penyebab hypertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan.
Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Diduga penyebabnya adalah penyakit
autoimun, dimana antibody yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid
stimulating imunogirobulin (TSI anti bodies ), tyroid peroksidase antibodies ( TPO )
dan TSA receptor antibodies ( TRAB ) pencetus kelainan ini adalah stress, merokok,
radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa
seperti ada pasir dimata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision.
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tyroid yang berbentuk biji padat, bisa satu
atau banyak. Kata toksik berarti hypertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak
terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tyroid yang berlebihan.
3. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan sehingga
merangsang tyroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
4. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
5. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi yang berlebihan bisa menimbulkan hypertiroid, kelainan ini
biasanya timbul apabila sebelumnya sipasien memang sudah ada kelainan kelenjar
tyroid.
6. Minum obat hormon tyroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol
ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tyroid, adapula orang
yang minum hormon tyroid dengan tujuan menurunkan bada hingga timbul efek
samping. (NANDA NIC-NOC. 2013)
D. TANDA DAN GEJALA
1. Kelelahan atau kelemahan otot
2. Tremortangan
3. perubahan suasana hati
4. Kegugupanatau kecemasan
5. Denyut jantung yang cepat
6. Jantung berdebar-debarataudenyut jantung tidak teratur
7. kekeringan kulit
8. kesulitan tidur
9. berat badan
10. Peningkatan frekuensi buang air besar
11. Perubahannafsu makan(penurunan atau peningkatan)
12. Sulit tidur (insomnia)
13. Intoleransi panas
14. Berkeringat banyak
15. Mata melotot
16. Cepat marah
17. Sesak napas
18. Kelumpuhan mendadak
19. Tremor
20. Berat badan turun
21. Pusing
22. Gatal-gatal
23. Penipisan rambut
24. Kenaikan gula darah
(Milas, K. 2014).
E. PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normal, disertai dengan banyak hyperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel ini lebih
meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel
meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada normal.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
”menyerupai” TSH. Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan dengan reseptor yang
mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP dalam sel, dengan hasil
akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI
meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid,
yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam.
Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormone hingga
diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk
akibat dari sifat hormone tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolism
tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolism yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps
saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme menyebabkan
terjadinya tremor otot halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita
mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardia atau diatas normal juga
merupakan salah satu efek hormon tiroid pada system kardiovaskuler. Eksopthalamus
yang terjadi merupakan reaksi inflamasi auroimun yang mengenai darah jaringan
periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
PATHWAY

Hipotalamus

Hipofisis Anterior Hormone pelepas (tirotropin)

Hormone perangsang Tiroid hipertrofi (peningkatan


tiroid (TSH) sekresi yodium) Tiroksin imonuglobin

Hipertiroid

Peningkatan frekuensi dan Metabolisme meningkat


kontraksi jantung

Peningkatan konsumsi O2 System kardiovaskuler

Pemakaian glukosa sel System saraf - Takikardi

Pemecahan lemak dan - Nerfus - TD, nadi


protein - Angina
- Kelelahan
- Mudah terangsang - Gagal jantung
Penurunan curah jantung
-

Otot dan tulang Kulit Peningkatan kebutuhan


kalori
Kelelahan otot Peningkatan suhu tubuh
Ketidakefektifan nutrisi
Resiko kerusakan Hipertermi kurang dari kebutuhan
integritas jaringan tubuh
F. KOMPLIKASI
Hipertiroidisme tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama yang
berkaitan dengan jantung.
Beberapa komplikasi yang berhubungan dengan jantung :
1. Aritmia (detak jantung abnormal, sepertiatrial fibrilasi)
2. Dilatasi jantung (peningkatan ukuran rongga jantung, yang sebenarnya menipis otot
jantung dan gagal jantung kongestif)
3. Serangan jantung mendadak
4. Hipertensi
Jika tidak hipertiroid tidak diobati, akan mengalami resiko terkena osteoporosis.
Secara bertahap akan kehilangan kepadatan mineral tulang karena hipertiroidisme
yang tidak terkontrol dapat menyebabkan tubuh untuk menarik kalsium dan fosfat dari
tulang dan mengeluarkan terlalu banyak kalsium dan fosfor (melalui urine dan feses).
(Milas, K. 2014)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. TSH serum (biasanya menurun)
2. T3, T4 (biasanya meningkat)
3. Tes darah hormon tiroid
4. X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor)
(NANDA NIC-NOC. 2013)

H. PENATALAKSANAAN
Hipertiroidisme dapat diobati dengan obat-obat antitiroid yang mengganggu
produksi hormon tiroid (terutama methimazole, propylthiouracil sekarang digunakan
hanya untuk perempuan pada trimester pertama kehamilan). Pilihan lain adalah terapi
yodium radioaktif untuk merusak sel-sel yang membuat hormon tiroid. Dalam kasus yang
jarang terjadi di mana wanita tidak menanggapi atau memiliki efek samping dari terapi ini,
operasi untuk mengangkat tiroid (salah satu bagian dari seluruh kelenjar) mungkin
diperlukan. Pilihan pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari keparahan dan
gejala , usia , apakah sedang hamil, kondisi lain yang mungkin dimiliki, dan potensi efek
samping dari obat.
Selain perawatan ini, dokter juga mungkin meresepkan beta-blocker untuk
memblokir efek dari hormon tiroid pada tubuh. Sebagai contoh, beta-blocker membantu
memperlambat detak jantung yang cepat dan mengurangi getaran tangan. (Aleppo, G.
2015).
Ada mudah perawatan yang tersedia dan efektif untuk semua jenis umum dari
hipertiroid. Beberapa gejala hipertiroid (seperti tremor dan palpitasi, yang disebabkan oleh
kelebihan hormon tiroid yang bekerja pada sistem jantung dan saraf) dapat ditingkatkan
dalam beberapa jam dengan obat yang disebut beta-blocker (misalnya, propranolol,
Inderal).
Obat ini memblokir efek dari hormon tiroid tetapi tidak memiliki efek pada tiroid itu
sendiri, sehingga beta blockers tidak menyembuhkan hipertiroid dan tidak mengurangi
jumlah hormon tiroid yang diproduksi; mereka hanya mencegah beberapa gejala. Untuk
pasien dengan bentuk sementara hipertiroidisme (tiroiditis atau minum obat tiroid
berlebih), beta blockers mungkin satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan. Setelah
tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid) menyelesaikan dan hilang, pasien dapat berhenti
minum obat.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. KONSEP PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Paling sering terjadi pada usia di antara 30 hingga 60 tahun. Frekuensi pada wanita 5
kali lebih sering dari pada pria
2. Riwayat Kesehatan (Welsby, 2010)
a. Keluhan Utama:
Klien biasanya mengeluh merasa lelah, tidak tahan dingin, haid yang deras,
keringat berkurang, kulit terasa kering dan dingin, suara parau, edema pada
kelopak mata bawah.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Tanyakan kepada klien apakah mengalami haid yang deras dan lama serta merasa
lemah, keringat berkurang, tidak tahan dingin, odema kelopak mata bawah.
Tanyakan apakah tambah berat pada waktu pagi dan cuaca dingin serta setelah
aktivitas sedang dan berat. Tanyakan pada klien usaha yang telah dilakukan
dalam menangani keluhan nyeri, serta mengkonsumsi obat-obat hipotiroidisme
dan bagaimana pengontrolannya.
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Defisiensi iodium, oprasi tiroid sebelumnya, atau pengobatan hipertiroid
sebelumnya yang berlebihan.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Dalam keluarga klien, kaji kelain kongenital waktu kecil, riwayat persalinan,
riwayat penyakit DM, kardiovaskuler, dan infeksi.
3. Pemeriksaan Fisik (Tucker, 1998)
a. Keadaan Umum: somnolen
b. TTV
TD : < 80/120 mmHg (menurun)
RR : < 20 kali/menit
N : < 80 kali/menit
T : < 36,5 oC
c. Neurologi
1) Letargi
2) Bicar pelan, monoton, tidak terdengar
3) Gangguan memori
4) Kongnitif melambat
5) Perubahan kepribadian : puas dengan diri sendiri, tumpul, apatis
6) Nistagmus
7) Kebutaan malam
8) Kehilangan pendengaran preseptif
9) Parestesia
10) Tremor intensi
11) Refreks tendon dalam melambat
12) Ataksia
13) Somnolen
14) Sinkope
d. Muskuloskaletal
1) Mialgia
2) Artralgia
3) Keletihan
e. Kardovaskular
1) Intoleran pada dingin
2) Penurunan keringat
3) Tekanan darah menyempit
4) Binyi jantung menghilang
5) Nyeri prekordial
f. Pernafasan
1) Sakit tenggorokan
2) Sesak nafas dengan latihan ringan
g. Pencernaan/nutrisi
1) Peningkatan berat badan yang tidak jelas
2) Anoreksia
3) Konstipasi
4) Distensi abdomen
5) Asites
h. Seksual/reproduksi
1) Menuragi, metroragi, amenorea
2) Penurunan libido
3) Penurunan fertilitas : aborsi sepontan
4) Inpotensi
i. Integumen
1) Kulit : pucat, kering, kasar, keras
2) Edema nonpitting : lengan, kaki, periorbital
3) Kelopak mata atas turun
4) Pembesaran lidah dan bibir
5) Rambur kasar dan tipis
6) Kuku : rapuh, pertumbuhan lambat, tebal
4. Pemeriksaan diagnostik/Laboratorium
a. Elektrokardogram (EKG) : voltase rendah, perubahan segmen ST non spesifik,
perpanjangan interval PR, blok jantung, pedataran atau inversi gelombang T
b. Penurunan T3 dan T4 bebas
c. Tes ambilan radioiodida menurun (RAIU)
d. Penurunan T3 dan T4 serum
e. Penurunan natrum serum
f. Kadar TSH bila digunakan : rendah bila hipotiroidisme sekunder; menigkat bila
hipotiroidisme primer
g. Peningkatan serum : kolesterol, trigliserida, CPK, alkalin fosfatase
h. Peningkatan protein dalam cairan serebrospinal (CSS)
i. Gas-gas darah arteri : hipoksia, peningkatan CO2
j. Anemia normostik, normokromik

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan terjadi pada klien yang mengalami hipertiroidisme adalah
sebagai berikut :
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi
3.Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan
berat badan)
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
mekanisme perlindungan dari mata ; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
7. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik,
peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur.

C. PERENCANAAN / INTERVENSI.
NO. TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
1 Klien akan a. Pantau tekanan a. Hipotensi umum atau
mempertahankan darah pada posisi ortostatik dapat terjadi
curah jantung yang baring, duduk dan sebagai akibat dari
adekuat sesuai berdiri jika vasodilatasi perifer yang
dengan kebutuhan memungkinkan. berlebihan dan penurunan
tubuh, dengan Perhatikan besarnya volume sirkulasi
kriteria : tekanan nadi b. Merupakan tanda adanya
1) Nadi perifer b. Periksa peningkatan kebutuhan
dapat teraba kemungkinan oksigen oleh otot jantung
normal. adanya nyeri dada atau iskemia.
2) Vital sign dalam atau angina yang c. S1 dan murmur yang
batas normal. dikeluhkan pasien. menonjol berhubungan
3) Pengisian kapiler c. Auskultasi suara dengan curah jantung
normal nafas. Perhatikan meningkat pada keadaan
4) Status mental adanya suara yang hipermetabolik
baik tidak normal (seperti d. Dehidrasi yang cepat
5) Tidak ada krekels) dapat terjadi yang akan
disritmia d. Observasi tanda dan menurunkan volume
gejala haus yang sirkulasi dan menurunkan
hebat, mukosa curah jantung
membran kering, e. Kehilangan cairan yang
nadi lemah, terlalu banyak dapat
penurunan produksi menimbulkan dehidrasi
urine dan hipotensi berat.
e. Catat masukan dan
keluaran Askep
Klien
Hipertiroidisme
2 Tujuan : Klien akan a. Pantau tanda vital a. Nadi secara luas
mengungkapkan dan catat nadi baik meningkat dan bahkan
secara verbal tentang istirahat maupun istirahat , takikardia
peningkatan tingkat saat aktivitas. mungkin ditemukan
energi b. Ciptakan b. Menurunkan stimulasi
lingkungan yang yang kemungkinan besar
tenang dapat menimbulkan
c. Sarankan pasien agitasi, hiperaktif, dan
untuk mengurangi imsomnia
aktivitas c. Membantu melawan
d. Berikan tindakan pengaruh dari
yang membuat peningkatan metabolisme
pasien merasa d. Meningkatkan relaksasi
nyaman seperti
massage

3 Tujuan : Klien akan a. Catat adanya a. Peningkatan aktivitas


menunjukkan berat anoreksia, mual dan adrenergic dapat
badan stabil dengan muntah menyebabkan gangguan
kriteria : b. Pantau masukan sekresi insulin/terjadi
1) Nafsu makan makanan setiap hari, resisten yang
baik. timbang berat badan mengakibatkan
2) Berat badan setiap hari hiperglikemia
normal c. Kolaborasi untuk b. Penurunan berat badan
3) Tidak ada pemberian diet terus menerus dalam
tanda-tanda tinggi kalori, keadaan masukan kalori
malnutrisi protein, karbohidrat yang cukup merupakan
dan vitamin indikasi kegagalan
terhadap terapi antitiroid
c. Mungkin memerlukan
bantuan untuk menjamin
pemasukan zat-zat
makanan yang adekuat
dan mengidentifikasi
makanan pengganti yang
sesuai
4 Tujuan : Klien akan a. Observasi adanya a. Stimulasi umum dari
mempertahankan edema periorbital stimulasi adrenergik yang
kelembaban b. Evaluasi ketajaman berlebihan
membran mukosa b. Oftalmopati infiltratif
mata
mata, terbebas dari adalah akibat dari
ulkus c. Anjurkan pasien peningkatan jaringan
menggunakan kaca retro-orbita
mata gelap Askep c. Melindungi kerusakan
Klien kornea
Hipertiroidisme
d. Bagian kepala d. Menurunkan edema
tempat tidur jaringan bila ada
ditinggikan komplikasi

5 Tujuan : Klien akan a. Observasi tingkaha. Ansietas ringan dapat


melaporkan ansietas laku yang ditunjukkan dengan peka
berkurang sampai menunjukkan rangsang dan imsomnis
tingkat dapat diatasi tingkat ansietas b. Rentang perhatian
dengan kriteria : b. Bicara singkat mungkin menjadi pendek ,
Pasien tampak rileks dengan kata yang konsentrasi berkurang,
sederhana yang membatasi
c. Jelaskan prosedur kemampuan untuk
tindakan mengasimilasi informasi
d. Kurangi stimulasic. Memberikan informasi
dari luar yang akurat yang dapat
menurunkan kesalahan
interpretasi
d. Menciptakan lingkungan
yang terapeutik
6 Tujuan : Klien akan a. Tinjau ulang proses a. Memberikan pengetahuan
melaporkan penyakit dan harapan dasar dimana pasien
pemahaman tentang masa depan dapat menentukan pilihan
penyakitnya dengan b. Berikan informasi berdasarkana informasi
kriteria yang tepat b. Berat ringannya keadaan,
Mengungkapkan c. Identifikasi sumber penyebab, usia dan
pemahaman tentang stress komplikasi yang muncul
penyakitnya d. Tekankan pentingnya akan menentukan
perencanaan waktu tindakan pengobatan
istirahat c. Faktor psikogenik
e. Berikan informasi seringkali sangat penting
tanda dan gejala dari dalam
hipotiroid memunculkan/eksaserbasi
dari penyakit ini
d. Mencegah munculnya
kelelahan
e. Pasien yang mendapat
pengobatan hipertiroid
besar kemungkinan
mengalami hipotiroid
yang dapat terjadi segera
setelah pengobatan
selama 5 tahun kedepan.
7 Tujuan : a. Kaji proses pikir a. Menentukan adanya
Mempertahankan pasien seperti kelainan pada proses
orientasi realitas memori, rentang sensori Askep Klien
umumnya,
perhatian, orientasi Hipertiroidisme
mengenali
perubahan dalam terhadap tempat, b. Kemungkinan terlalu
berpikir/berprilaku waktu dan orang waspada, tidak dapat
dan faktor penyebab. b. Catat adanya beristirahat, sensitifitas
perubahan tingkah meningkat atau menangis
laku atau mungkin
c. Kaji tingkat ansietas berkembang menjadi
d. Ciptakan lingkungan psikotik yang
yang tenang, sesungguhnya
turunkan stimulasi c. Ansietas dapat merubah
lingkungan proses pikir
e. Orientasikan pasien d. Penurunan stimulasi
pada tempat dan eksternal dapat
waktu menurunkan
f. Anjurkan keluarga hiperaktifitas/refleks,
atau orang terdekat peka rangsang saraf,
lainnya untuk halusinasi pendengara.
mengunjungi klien. e. Membantu untuk
g. Kolaborasi mengembangkan dan
pemberian obat mempertahankan
sesuai indikasi kesadaran pada
seperti realita/lingkungan
sedatif/tranquilizer, f. Membantu dalam
atau obat anti mempertahankan
psikotik. sosialisasi dan orientasi
pasien
g. Meningkatkan relaksasi,
menurunkan
hipersensitifitas
saraf/agitasi untuk
meningkatkan proses
pikir.
DAFTAR PUSTAKA

Allepo, G. (2015). Hyperthyroidism Overview. Retrieved from www. Endocrineweb.com 5


Februari 2015

Milas, K. (2014). Hyperthyroidism Symptoms. Retrieved from www. Endocrineweb.com 5


Februari 2015

Milas, K. (2014). Hyperthyroidism Complication. Retrieved from www. Endocrineweb.com 5


Februari 2015

Norman, J. (2010). Hyperthyroidism Operactivity of the Thyroid Gland. Retrieved from www.
Endocrineweb.com 5 Februari 2015

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). NANDA NIC-NOC. (jilid 1 & 2). Yogyakarta :
MediaAction

Rehan, K. M. (2014). Papillary Thyroid Cancer Risk Factor. Retrieved from www.
Endocrineweb.com 5 Februari 2015

Toft, D. J. (2014). Graves’ Disease Overview. Retrieved from www. Endocrineweb.com 5


Februari 2015

P.D Welsby. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. EGC.Jakarta.2010

Tucker.. standar perawatan pasien, edisi:3, EGC, Jakarta. 1998

Anda mungkin juga menyukai