Kelenjar Tiroid 01
02 Gangguan Tiroid
Patofisiologi
Gangguan Tiroid 03
04 Diagnosis
- Pemeriksaan Klinis
Perawatan
Pencegahan -
05 - Tes Laboratorium
Pengobatan -
01 Kelenjar Tiroid
Kelainan pada kelenjar tiroid ini merupakan kelainan endokrin terbanyak kedua di dunia
setelah diabetes. Sekitar 300 juta orang di dunia dilaporkan menderita kelainan tiroid,
namun lebih dari setengahnya tidak menyadarinya
Kelainan pada tiroid mencakup kondisi yang berkaitan baik dengan pengeluaran berlebihan
hormon tiroid maupun yang berkaitan dengan defisiensi hormon tiroid, serta lesi massa
tiroid.8 Menurut peneliti di Saudi Arabia, kelainan tiroid yang sering terjadi ialah struma,
penyakit Grave, tiroiditis Hashimoto, dan neoplasma tiroid. Dua dari kelainan utama kelenjar
tiroid tersebut merupakan gangguan autoimun yaitu tiroiditis Hashimoto dan penyakit
Grave.9 Gangguan autoimun tiroid mengenai sekitar 2-4% populasi perempuan dan lebih
dari 1% populasi laki-laki di dunia.
Pustaka : Jurnal Biomedik (JBM), Volume 11, Nomor 3, November 2019, hlm.199-205
03 Patofisiologi Gangguan
Tiroid
Gangguan kelenjar tiroid, terjadi karena adanya perubahan bentuk kelenjar maupun perubahan
fungsi (disfungsi) seperti hipertiroid.
Ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon berlebih, maka sel tubuh akan bekerja lebih keras dan
metabolisme tubuh menjadi lebih cepat, kondisi ini disebut dengan hipertiroid.
Thyroid Stimulting Hormone (TSH) merupakan indikator utama untuk melihat fungsi tiroid. Nilai
TSH yang tidak normal menunjukkan adanya disfungsi (gangguan fungsi) tiroid, meskipun bisa saja
hasil tes lain menunjukkan nilai normal. Hipofisis mensekresi TSH untuk mengatur sekresi hormon
tiroid, dimana TSH mengarahkan umpan balik negatif pada hipofisis. Perubahan kecil pada
konsentrasi hormon tiroid bebas akan menghasilkan perubahan besar pada kadar serum TSH, maka
TSH merupakan indikator terbaik dari adanya perubahan produksi hormon tiroid. (Lembar &
Hartono, 2018)
Pustaka : Lembar, S., & Hartono, B. (2018). Disfungsi Tiroid, Antibodi Peroksidase Dan Hormon Perangsangnya. Indonesian Journal of
Clinical Pathology and Medical Laboratory, 15(2), 61. https://doi.org/10.24293/ijcpml.v15i2.948
03 Patofisiologi Gangguan Tiroid
Pustaka : Yanti, A., & Leniwita, H. (2019). Modul Keperawatan Medikal Bedah II. 1–323.
04 Diagnosis
A. Pemeriksaan Klinis
Gambaran klasik hipotiroidisme harus dinilai. Sebuah sentakan pergelangan kaki myotonic adalah fitur
klinis yang paling diskriminatif. Kelenjar tiroid harus dipalpasi. Kelenjar Hashimoto yang khas tegas dan
berlobus. Pada hipotiroidisme sekunder atau tersier, gambaran hipotiroidisme hipofisis yang pucat
dapat terlihat.yang khas tegas dan berlobus. Pada hipotiroidisme sekunder atau tersier, gambaran
hipotiroidisme hipofisis yang pucat dapat terlihat.
B. Tes laboratorium
Sebuah total subnormal atau tiroksin bebas bersama-sama dengan peningkatan TSH menegaskan
keadaan hipotiroid. Sensitivitas tes modern telah membuat tes hormon pelepas tirotropin
berlebihan. Autoantibodi tiroid (antibodi peroksidase antitiroid) harus ditentukan secara rutin dengan
ELISA atau radioimmunoassay. Investigasi hipotiroidisme hipofisis atau hipotalamus akan didorong oleh
temuan awal tiroksin yang rendah dan TSH yang rendah. Tes fungsi hipofisis dan radiologi yang tepat
harus diatur dan prosedur yang sama diikuti untuk dugaan hipotiroidisme tersier. Harus berhati-hati
untuk tidak mengacaukan nilai hormon yang tampaknya subnormal dengan triiodothyronine rendah
atau sindrom sakit eutiroid (lihat di bawah). Konsentrasi serum triiodothyronine adalah indikator yang
buruk dari keadaan hipotiroid dan tidak boleh digunakan.
Pustaka : MMI. 2019. Basic Pharmacologi and Drug Notes. Edisi 2019. Makassar: MMN Publishing.
05 Perawatan
PERINGATAN: Kehamilan: monitor kadar TSH, monitor pasien dengan kelainan fungsi
sumsum tulang, sesuaikan dosis pada gangguan fungsi hati.
EFEK SAMPING: Reaksi alergi kulit, mual, muntah, nyeri epigastrik, artralgia,
parestesia, kehingan indera pengecap, sakit kepala, pruritus, mengantuk, neuritis,
edema, vertigo, dan pigmentasi kulit.
INTERAKSI: Defisiensi iodine yang meningkat, kelebihan iodine dapat mengurangi
respon kelenjar tiroid terhadap Thiamazole.
PENYIMPANAN: Simpan di bawah suhu 30°
Pustaka : MMI. 2019. Basic Pharmacologi and Drug Notes. Edisi 2019. Makassar: MMN Publishing.
Terima Kasih