Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Tirioditis merupakan peradangan akut kelenjar tiroid, dapat dikaitkan
dengan supurasi yang di sebabkan oleh bakteri ( seperti stafilokokus B-
stafilokokus dan pneumokokus), atau dapat bersifat nonsupuratif dan
sekunder akibat virus atau mekanisme imunologik. Tirioditis menahun
adalah penyakit autoimun yang disertai kenaikan kadar antibodi tiroid di
dalam darah.

B. Anatomi Fisiologi

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan


sangat vascular. Terletak di anterior cartilago thyroidea di bawah laring
setinggi vertebra cervicalis 5 sampai vertebra thorakalis 1. Kelenjar ini
terselubungi lapisan pretracheal dari fascia cervicalis dan terdiri atas 2
lobus, lobus dextra dan sinistra, yang dihubungkan oleh isthmus. Beratnya
kirakira 25 gr tetapi bervariasi pada tiap individu. Kelenjar tiroid sedikit
lebih berat pada wanita terutama saat menstruasi dan hamil. Lobus
kelenjar tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya menyimpang ke lateral ke
garis oblique pada lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi
cartilago trachea 4-5. Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm. Isthmus
menghubungkan bagian bawah kedua lobus, walaupun terkadang pada
beberapa orang tidak ada. Panjang dan lebarnya kira2 1,25 cm dan
biasanya anterior dari cartilgo trachea walaupun terkadang lebih tinggi
atau rendah karena kedudukan dan ukurannya berubah.
Kelenjar ini tersusun dari bentukan bentukan bulat dengan ukuran
yang bervariasi yang disebut thyroid follicle. Setiap thyroid follicle terdiri
dari sel-sel selapis kubis pada tepinya yang disebut Sel Folikel dan
mengelilingi koloid di dalamnya. Folikel ini dikelilingi jaringan ikat tipis
yang kaya dengan pembuluh darah. Sel folikel yang mengelilingi thyroid
folikel ini dapat berubah sesuai dengan aktivitas kelenjar thyroid tersebut.
Ada kelenjar thyroid yang hipoaktif, sel foikel menjadi kubis rendah,
bahkan dapat menjadi pipih. Tetapi bila aktivitas kelenjar ini tinggi, sel
folikel dapat berubah menjadi silindris, dengan warna koloid yang dapat
berbeda pada setiap thyroid folikel dan sering kali terdapat Vacuola
Resorbsi pada koloid tersebut.

Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki


dua buah lobus, dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago krokoidea
di leher pada cincin trakea ke dua dan tiga. Kelenjar tiroid berfungsi untuk
pertumbuhan dan mempercepat metabolisme. Kelenjar tiroid
menghasilkan dua hormon yang penting yaitu tiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3). Karakteristik triioditironin adalah berjumlah lebih
sedikit dalam serum karena reseptornya lebih sedikit dalam protein
pengikat plasma di serum tetapi ia lebih kuat karena memiliki banyak
resptor pada jaringan. Tiroksin memiliki banyak reseptor pada protein
pengikat plasma di serum yang mengakibatkan banyaknya jumlah hormon
ini di serum, tetapi ia kurang kuat berikatan pada jaringan karena jumlah
reseptornya sedikit.

C. Etiologi
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan
oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan
pnemucoccus pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan
pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel dan peningkatan jumlah
hormon tiroid. Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis
posetpartum, dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi
pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya setelah
beberapa bulan. Tiroiditis pesetpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah
beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini karena autoimun.
Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan
posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid
benar-benar sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga karna
autoimun dan pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi
pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi juga dapat mengakibatkan
tiroiditis permanen.

D. Patofisiologi
Patofisiologi thyroiditis bervariasi pada setiap jenisnya, yaitu thyroiditis
akut, subakut, dan kronik. Patofisiologi thyroiditis akut umumnya
melibatkan infeksi bakteri atau radiasi yang menimbulkan inflamasi,
kerusakan parenkim tiroid, dan rasa nyeri. Sementara itu, patofisiologi
thyroiditis subakut umumnya melibatkan infeksi virus. Pada thyroiditis
kronik, patofisiologi biasanya melibatkan kondisi autoimun, penggunaan
obat tertentu, dan proses fibrosis.
E. Pathway

F. Manifestasi Klinis
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung.
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan
terhadap Katekolamin.
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan
panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.
4. Penurunan berat badan, tetapi peningkatan rasa lapar (nafsu makan
baik)
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak tahan panas
9. Cepat lelah

G. Komplikasi
1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol
keluar, hal ini disebabkan karena penumpukkan cairan pada
rongga orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien
dengan penyakit graves.
2. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami
demam tinggi, takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan
iritabilitas ekstrim. Keadaan ini merupakan keadaan emergency
sehingga penganganan lebih khusus. Faktor presipitasi yang
berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang
tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid,
pembedahan, trauma, miokardiak infark, overdosis obat.
Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah dengan
menghambat produksi hormon tiroid, menghambat konfersi T4
menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap jaringan
tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat kerja
hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena,
glococorticoid, dexamethasone, dan propylthiouracil oral. Beta-
blockers diberikan untuk menurunkan efek stimulasi saraf
simpatik dan takikardia.

H. Pencegahan
Berikut pencegahan terjadinya tirioditis :
1. Berhenti merokok Hal ini terjadi karena rokok mengandung zat
kimia berbahaya yang bisa menghambat kinerja organ dan
jaringan, termasuk kelenjar tiroid. Zat kimia rokok dapat
menganggu penyerapan yodium yang pada akhirnya meningkatkan
risiko terjadinya orbitopathy graves atau dikenal dengan kelainan
mata menonjol akibat hipertiroid.
2. Berhenti mengkonsumsi alkohol
3. Konsumsi makanan yang menyehatkan tiroid Untuk menjaga
kesehatan kelenjar tiroid, kacang kedelai menjadi salah satu
makanan yang direkomendasi yang berupa tempe, tahu, atau susu
kedelai. Selain itu mengkomsumsi asupan selenium seperti udang,
salmon, kepiting, ayam, telur, bayam, jamur shitake, dan beras
merah.
4. Cek kesehatan tiroid Untuk mencegah terjadinya hipertiroid adalah
melakukan pemeriksaan kelenjar tiroid secara berkala, tes ini
dilakukan dengan mendeteksi adanya benjolan atau pembengkakan
sekitar leher. Apabila tidak ada benjolan tetapi ada gejal-gejala
tiroid, seperti mudah berkeringat, lebih sensitif dengan panas,
siklus menstruasi dan nafsu makan berubah, segera periksakan diri
ke dokter.

I. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat hormon tiroid
keadaan normal, sehingga mencegah komplikasi jangka panjang, dan
mengurangi gejala tidak nyaman. Tiga pilihan pemberian obat-obatan,
terapi radioiod, dan pembedahan.
1. Obat-obatan antitiroid
a. Propylthiouracil (PTU), merupakan obat antihipertiroid pilihan,
tetapi mempunyai efek samping agranulocitosis sehingga sebelum
di berikan harus dicek sel darah putihnya. PTU tersedia dalam
bentuk tablet 50 dan 100 mg.
b. Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi
hormon tiroid dalam tubuh. Obat ini mempunyai efek samping
agranulositosis, nyeri kepala, mual muntah, diare, jaundisce,
ultikaria. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 3 dan 20 mg.
c. Adrenargik bloker, seperti propanolol dapat diberikan untuk
mengkontrol aktifitas saraf simpatetik. Pada pasien graves yang
pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-600mg/hari
atau methimazole 40-45mg/hari.
2. Radioiod Terapi Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara
bertahap akan melakukan sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid
namun tidak akan menghentikan produksi hormon tiroid.
3. Bedah Tiroid Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial
(tiroidektomy). Operasi efektif dilakukan pada pasien dengan
penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi pada
pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf kelenjar
tiroid.

J. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:
1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH,
dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi
masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
2. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
3. Bebas T4 (tiroksin)
4. Bebas T3 (triiodotironin)
5. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk
memastikan pembesaran kelenjar tiroid
6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan
hiperglikemia. Test penunjang lainnya
a. CT Scan tiroid Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar
tiroid. Iodine radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian
diukur pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid.normalnya tiroid
akan mengambil iodine 5-35% dari dosis yang diberikan setelah
24 jam, pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
b. USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar
tiroid apakah massa atau nodule.
c. ECG untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya
takhikardia, atrial fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Tanyakan riwayat timbulnya gejala yang berkaitan dengan
metabolisme yang meningkat, hal ini mencakup laporan klien dan
keluarga mengenai keadaan klien yang mudah tersinggung (irritabel)
dan peningkatan reaksi emosionalnya.
2. Kaji dampak perubahan yang dialami pada interaksi klien dengan
keluarga, sahabat dan teman sekerjanya.
3. Tanyakan riwayat penyakit yang lalu mencakup faktor pencetus stres
dan kemampuan klie unruk mengatasinya.
4. Kaji status nutrisi
5. Kaji timbulnya gejala yang berhubungan dengan haluaran sistem
saraf yang berlebihan dan perubahan pada penglihatan dan
penampakkan mata.
6. Kaji keadaan jantung klien secara berkala meliputi frekuensi,,
tekanan darah, bunyi jantung, dan denyut nadi perifer.
7. Kaji kondisi emosional dan psikologis, Pasien dengan hipertiroid
biasanya menampakkan suasana hati yang tidak stabil, penurunan
terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak. Sering juga
didapatka gangguan tidur.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan gangguan metabolik
2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid
tidak terkontrol dan peningkatan aktifitas saraf simpatik
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energy
dengan kebutuhan tubuh
4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi
panas meningkat

C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
gangguan metabolisme
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
keseimbangan nutrisi kembali normal
Kriteria Hasil : Berat badan stabil, malnutrisi (-), kebutuhan metabolisme
terpenuhi

INTERVENSI RASIONAL
1. Hindari makanan yang dapat 1. Penigkatan multilitas saluran
meningkatkan peristaltic cerna dapat mengakibatkan
usus. diare dan ganguan absorpsi
2. Auskultasi bisisng usus nutris yang diperlukan.
3. Pantau masukan makanan 2. Bising usus hiperaktif
setiap hari dan timbang berat mencerminkan peningkatkan
badan tiap hari. motilitas lambung yang
4. Dorongan klien makan dan menurnkan atau mengubah
meningkatkan jumlah makan. fungsi absorpsi.
5. Konsultasi dengan ahli gizi 3. Penurunan berat badan terus
untuk memberikan diet kalori menerus dalam keadaan
tinggi. masukan kalori yang cukup
merupakan indikasi
kegagalan terhadap terapi
antitiriod.
4. Membantu menjaga
pemasukan kalori cukup
tinggi untuk menambah
kalori tetap tinggi
5. Mungkin memerlukan
bantuan untuk menjamin
pemasukan zat-zat makanan
yang adekuat dan
mengidentifikasi makanan
pengganti yang paling sesuai.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol
dan peningkatan aktifitas saraf simpatik.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 2x24 jam curah jantung
menjadi adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria Hasil : Tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisian
kapiler < 3 detik, tidak ada distritnea.

INTERVENSI RASIONAL
1. Catat atau perhatikan 1. Takirkardi mungkin
kecepatan irama jantung merupakan cerminan
dan adanya disritmia langsung stimulasi otot
2. Auskultasi suara jantung, jantung oleh hormone tiroid
perhatikan adanya bunyi distritnea sering kali terjadi
jantung tambahan, adanya dan dapat membahnyakan
orama gallop dan mumur fungsi jantung atau curah
sistolik jantung
3. Observasi tanda dan gejala 2. S1 dan mumur yang
haus yang hebat, mukosa menonjol yang berhubungan
membran kering yang dengan curah jantung
lemah meningakat pada keadaan
4. Observasi nadi atau denyut metabolic. adanya S3
jantung pada pada pasien sebagai tanda kemungkinan
saat tidur gagal jantung
5. Berikan cairan IV sesuai 3. Hidrasi yang cepat dapat
indikasi terjadi yang akan
menurunkan volume
sirkulasi dan menurunkan
curah jantung
4. Memberikan hasil
pengkajian yang lebih akurat
untuk menentukan takikardi
5. pemberian cauiran melalui
IV dengan Cepat untuk
memperbaiki volume
sirkulasi

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energi


dengan kebutuhan tubuh
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien
dapat beraktivitas
Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartipasi
dalam melakukan aktivitas

INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda vital dan catat 1. Nadi meningkat dan bahkan
nadi baik pada istirahat dan pada istirahat (Takikardi)
melakukan aktivitas 2. Dapat menurunkan energy
2. Berikan sentuhan atau dalam saraf yang selanjutnya
message, bedak yang sejuk meningkatkan relaksasi
3. Catat perkembangan 3. Kebutuhan dan konsumsi
takipneu, dispneu, pucat dan oksigen akan ditingkatkan
sianosis pada keadaan hipemetabolik
4. Sarankan klien untuk 4. Membantu melawan
mengurangi aktivitas dan pengaruh dari peningkatan
meningkatkan istirahat metabolisme
5. Berikan obat sesuai indikas 5. Untuk mengurangi kelelahan
dan meningkatkan energi

4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi panas


meningkat Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam tidak ada resiko kerusakan integritas kulit.
Kriteria Hasil : Mampu mengidentifikasi tindakan untuk membrikan
perlindungan pada mata dan pencegahan komplikasi.

INTERVENSI RASIONAL
1. Bagian kepala tempat tidur 1. Menurunkan edema jaringan
ditinggikan dan batasi bila ada komplikasi seperti
pemasukan garam jika ada gagal jantung kronis yang
indikasi mana dapat memperberat
2. Evaluasi ketajaman mata esoftalmu
3. Observasi edema periobital, 2. Oftalmolpati infiltraftif
gangguan Penutupan akibat dari penigkatan
kelopak mata jaringan retroorbits yang
4. Berikan obat sesuai indikasi menciptakan eksoftalmus
3. Manifestasi umum dari
stimulasi aderenergik yang
berlebihan dengan
4. Untuk tindakan pengobatan
medis

D. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan)yang telah direncanakan dalam rencana tindakan
keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal
seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tehnik komunikasi,
kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien. Pelaksanaan
mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas
sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan
cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi
dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu
evaluasi formatif yang disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka
pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus terhadap
tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut
juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk
menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan
perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bentuk
evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan evaluasi adalah
untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan, nilai serta
meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan standar
yang telah ditentukan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawati 2015. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Ischialgia Dextra Di


Rumah Sakit Dr. Soedjono Magelang. Surkarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Minaryanti, RN. 2016. Karya Tulis Ilmiah Penatalaksanaan Fisioterapi Pada
Ischialgia Dengan
Short Wave Diathermy Dan Terapi Latihan Di RSUD Sragen. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta : Mediaction
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPN

Anda mungkin juga menyukai