SKENARIO 1
HIPERTIROID
1. Jelaskan struktur anatomi dan histologi kelenjar tiroid?
Jawab :
Kelenjar tyroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli media dan fascia
pre vertebralis. Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh isthmus.
Vaskularisasinya a. thyroidea superior cabang dari a. carotis externa, a. thyroidea inferior
cabang dari truncus thyrocervicalis, v. thyroidea superior dan v. thyroidea media v.
jugularis interna, v. thyroidea inferior v. brachiocephalica sinistra
Histologi kelenjar tiroid, terdiri dari nodul-nodul yang tersusun dari folikel kecil
dan dipisahkan oleh jaringan ikat. Setiap folikel dibatasi oleh epitel cuboid dan diisi oleh
koloid. Zat koloid merupakan tempat untuk sintesis hormone tiroid/T3 dan T4. Terdapat
sel parafolikuler untuk sekresi hormon kalsitonin.
- Tiroidektomi
- Yodium radioaktif
- Obat Antitiroid /tirostatistika
1) Prophyltiurasil (PTU)
Dosis awal : 300-600 mg/hari
Dosis maksimal : 2000 mg/hari
- Mekanisme kerja menghambat konversi T4 menjadi T3
- Bekerja pada extratirodial dan intra tiroidial
- Lebih banyak efek sampaing seperti menekan eritrosit, leukosit, dan trombosit.
2) Metimazol
Dosis awal 20-30 mg/hari
- Mendapatkan remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien
muda dengan struma ringan – sedang dan tirotoksikosis.
- Untuk mengendalikan tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan atau
sesudah pengobatan yodium radioaktif
Prognosis hipertiroid
Pasien yang segera diberi pengobatan memiliki prognosis yang baik. Prognosis
yang buruk terkait dengan hipertiroidisme yang tidak segera diobati. Jika tidak diobati bisa
menyebabkan osteoporosis, aritmia, gagal jantung, koma dan kematian
SKENARIO 2
SINDROM CUSHING
1. Jelaskan struktur anatomi dan histologi kelenjar adrenal!
Jawab :
Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi anteriosuperior ginjal.
Kelenjar adrenal terletak sejajar dengan tulang punggung thorax ke-12. Vaskularisasi: A.
suprarenalis superior et inferior et media, V. suprarenalis dextra et sinistra
Secara histologis, terbagi atas dua bagian yaitu medula dan korteks. Bagian korteks
terbagi menjadi tiga lapisan zona: zona glomerulosa, zona fasikulata dan zona retikularis. Tiap
zona menghasilkan hormon steroid masing-masing :
a. Zona glomerulosa: sekresi mineralokortikoid-aldosteron. Sekresi aldostern diatur oleh
konsentrasi angiotensin II dan kalium ekstrasel.
b. Zona fasikulata: lapisan tengah dan terlebar, sekresi glukokortikoid-kortisol, kortikosteron,
dan sejumlah kecil androgen dan esterogen adrenal. Sekresi diatur oleh sumbu
hipotalamus-hipofisis oleh hormon adrenokortikotropik (ACTH).
c. Zona retikularis: sekresi androgen adrenal dehidroepiandrosteron (DHEA) dan
androstenedion, dan sejumlah kecil esterogen dan glukokortikoid. Sekresi diatur oleh
ACTH.
2. Jelaskan fisiologis dan regulasi hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal!
Jawab :
a. Hormon aldosterone/mineralokortikoid
Berfungsi untuk mengatur transport Na dan K pada ginjal dan organ lain seperti
kantong empedu, usus, kelenjar keringat. Kemudian meningkatkan kadar Na dan
menurunkan kadar K dalam plasma
b. Sistem renin angiostensin aldosterone (RAA)
Pada saat kadar Na rendah maka tekanan darah menjadi turun apparatus
juxtaglomerular sekresi renin mengubah angiostensinogen pada hepar
menjadi angiostensin I terjadi perubahan angiostensin I menjadi angiostensin II
terjadi vasokontriksi dan merangsang aldosterone untuk meningkatkan
reabsorpsi Na kadar Na, air di tubuh meningkat tekanan darah kembali
meningkat
c. Hormon kortisol/glukokortikoid
Berfungsi untuk meingkatkan konsentrasi gula darah, memperkuat kerja jantung,
memperlambat ekskresi air dan mempertahankan GFR/glomerular filtration rate.
DIABETES MELITUS
1. Jelaskan struktur anatomi dan histologi kelenjar pankreas!
Jawab :
Pankreas merupakan organ datar dengan panjang 12,5-15 cm, terletak di lengkung
duodenum pada cavum intraabdominal di regio epigastrica dan hipokondriaka sinistra.
Pankreas terdiri dari caput, collum, corpus dan cauda pankreas. Pankreas diklasifikasikan
sebagai organ endokrin (Langerhans Islet) dan juga sebagai organ eksokrin (sel asinus)
› Struktur memiliki 2 saluran:
Ductus pancreaticus wirsungi yang muara di papilla duodeni major
Ductus pancretaicus sartorini yang muara di papilla duodeni minor
› Vaskularisasi :
Superior pancreaticoduodenalis artery
Inferior pancreaticoduodenalis artery
Rami pancreatici renalis artery
› Kelenjar pankreas memiliki pulau langerhans yang terdiri dari:
• sel alpha : Hormon menghasilkan glukagon
• sel beta : Hormon menghasilkan insulin
• sel delta : Hormon menghasilkan somatostatin (hormon ini menghambat pelepasan
glukagon dan hormon insulin
• sel F : Menghasilkan protein peptida (hormon ini menghambat kontraksi vesica
urinaria dan mengatur produksi enzim pankreas yang membantu penyerapan nutrisi
di saluran pencernaan)
Histologi kelenjar pancreas.
› Pars eksokrin sel asinus
• Fungsi: produksi enzim pencernaan
• Warna yang paling merah, yg paling dominan jumlahnya
› Pars endokrin insula Langerhans/Pancreatica. Pars endokrin memiliki fungsi untuk
mensekresi hormon. Pars endokrin memiliki beberapa sel:
• Sel alfa (merah) -> biasanya di tepi langerhans
• Sel beta (ungu) -> biasanya ditengah
• Sel delta (pucat)
› Pembuluh darah (arteri/vena)
• Kapiler sinusoid
› Ductus interlobularis (yang bulat)
› Ductus interkalatus (diantara asinus, sangat susah ditemukan/ jarang terlihat)
a. Kadar glukosa darah yang rendah (hipoglikemia) memicu sekresi glukagon dari sel alpha
pulau pankreas;
b. Glukagon bekerja di hepatosit (sel hati) untuk meningkatkan konversi glikogen menjadi
glukosa (glikogenolisis) dan meningkatkan pembentukan glukosa dari asam laktat dan
asam amino tertentu (glukoneogenesis);
c. Hasilnya, hepatosit melepas glukosa ke dalam darah lebih cepat dan kadar glukosa darah
meningkat;
d. Jika kadar glukosa darah terus meningkat, kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)
menghambat penglepasan glukagon (umpan balik negatif);
e. Kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) memicu sekresi insulin oleh sel beta pulau
langerhans;
f. Insulin bekerja di beberapa sel di dalam tubuh, meningkatkan difusi glukosa ke dalam sel,
mempercepat konversi glukosa menjadi glikogen (glikogenesis), meningkatkan uptake
asam amino oleh sel dan meningkatkan sintesis protein, mempercepat sintesis asam amino
(lipogenesis), memperlambat konversi glikogen menjadi glukosa (glikogenolisis) dan
memperlambat pembentukan glukosa dari asam laktat dan asam amino (glukoneogenesis);
g. Hasilnya kadar glukosa darah turun;
Jika kadar glukosa darah ngedrop dibawah normal, kadar glukosa yang rendah
menghambat penglepasan insulin (umpan balik negatif) dan menstimulasi penglepasan
glucagon.
Glukosa untuk dapat melewati membran sel beta dibutuhkan bantuan senyawa lain.
Glucose transporter (GLUT) adalah senyawa asam amino yang terdapat di dalam berbagai sel
yang berperan dalam proses metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai “kendaraan” pengangkut
glukosa masuk dari luar kedalam sel jaringan tubuh. Glucose transporter 2 (GLUT 2) yang
terdapat dalam sel beta misalnya, diperlukan dalam proses masuknya glukosa dari dalam darah,
melewati membran, ke dalam sel. Proses ini penting bagi tahapan selanjutnya yakni molekul
glukosa akan mengalami proses glikolisis dan fosforilasi didalam sel dan kemudian
membebaskan molekul ATP.
Molekul ATP yang terbentuk, dibutuhkan untuk tahap selanjutnya yakni proses
mengaktifkan penutupan K channel pada membran sel. Penutupan ini berakibat terhambatnya
pengeluaran ion K dari dalam sel yang menyebabkan terjadinya tahap depolarisasi membran
sel, yang diikuti kemudian oleh tahap pembukaan Ca channel. Keadaan inilah yang
memungkinkan masuknya ion Ca sehingga menyebabkan peningkatan kadar ion Ca intrasel.
Suasana ini dibutuhkan bagi proses sekresi insulin.
3. Jelaskan tipe DM, manifestasi klinis, definisi, etiologi, patofisiologi dan prognosis DM!
Jawab :
- Definisi
Merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya
- Etiologi
a. Faktor genetik.
1. Kembar identik.
2. Faktor genetik (DM tipe 1)
› Ditemukan HLA.
› Trigering faktor.
› Kelainan immunologik.
• Reaksi inflamasi pada pulau Langerhans
• HLA-DR.
• ICA(Islet cell antibody) dalam sirkulasi.
• Defisiensi sel supresor T.
b. Faktor non genetik
1. Infeksi.
2. Kelainan nutrisi.
› Obesitas.
› Malnutrisi protein ( malnutrisi Related diabetes mellitus)
› Alkohol.
3. Stress.
4. Obat-obatan (thiazide, phenylbotason, phenitoin).
5. Penyakit hormonal (Cushing syndrome, akromegali, glukagonoma, feokromositoma).
6. Penyakit pancreas (hemokromatosis, pancreatitis akut, karsinoma pancreas, kalsifikasi
pancreas)
- Klasifikasi
- Manifestasi klinis
a. Keluhan klasik berupa poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan BB tanpa sebab
yang jelas
b. Keluhan lain berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi
pada pria, pruritus vulvae pada wanita
- Diagnosis
a. Jika keluhan klasik ditemukan, pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl
cukup untuk menegakkan diagnosis DM
b. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl disertai keluhan klasik
c. Tes toleransi glukosa oral dimana sebelumnya pasien puasa dulu 8-10 jam lalu
diberi glukosa beban 75g yang dilarutkan dalam air dan hasilnya ≥ 200 mg/dl
- Pemeriksaan penyaring
Untuk menemukan pasien dengan DM, TGT, GDPT sehingga dapat ditangani lebih
dini, pemeriksaan ini dapat dilakukan setiap 3 tahun
Bukan DM Pre-DM DM
- Pemeriksaan penunjang
1. Glukosa darah puasa (GDP) dan 2 jam post prandial (GD2JPP)
2. HbA1c. Adalah pemeriksaan yang berguna untuk memperkirakan kadar glukosa
plasma dalam rentang 3 bulan terakhir.
3. Glycated Albumin (GA). GA dapat digunakan untuk melihat kontrol glikemik dalam
jangka waktu yg lebih pendek (2-3 minggu) dibanding HbA1c (3-4 bulan). Nilai normal
GA adalah 11-16 %, sedang target GA untuk pasien diabetes adalah <20% atau setara
dg HbA1c <7%.
4. Profil lipid keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida). Diabetes
melitus tipe 2, bersama dengan dislipidemia, digolongkan dalam salah satu sindroma
metabolik, yaitu kumpulan gejala yang merupakan faktor resiko penyakit
kardiovaskular. Mengetahui nilai profil lipid pasien Diabetes melitus akan berguna
dalam menakar resiko penyakit kardiovaskular. EAS mengklasifikasikan dislipidemia
menjadi 3 kelompok
o Hiperkolesterolemia: Peningkatan LDL, Koleterol > 240 mg/dL
o Hipertrigliseridemia: Peningkatan VLDL, Trigliserida (TG) > 200 mg/dL
o Dislipidemia campuran: Peningkatan VLDL+LDL; kadar TG > 200 mg/dL +
Kolesterol > 240 mg/dL
5. Kreatinin serum. Kreatinin serum adalah modalitas diagnostik yang bermanfaat untuk
memperkirakan laju filtrasi glomerolus. Nilai kreatinin serum yang dikonversi menjadi
laju filtrasi glomerolus, dapat digunakan untuk menilai fungsi ginjal.
6. Albuminuria. Pemeriksaan protein urin dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi
kebocoran glomerolus.
7. Elektrokardiogram. EKG penting diperiksa pada pasien diabetes melitus, terutama
untuk melakukan skrining kardiomiopati.
8. Foto sinar-x dada. Foto thoraks pada pasien diabetes melitus dapat ditemukan
pembesaran jantung atau kasus tuberkulosis paru.
SINDROM METABOLIK
1. Jelaskan definisi, etiologi, faktor resiko sindrom metabolik!
Jawab :
- Definisi
Suatu kumpulan faktor resiko metabolic yang berkaitan langsung dengan terjadinya
penyakit kardiovaskular atherosclerosis. Faktor resiko tersebut terdiri dari
dyslipidemia, hipertensi, resistensi insulin/DM, proinflamasi, keadaan protrombik,
obesitas. Kriteria diagnosis sindrom metabolic yaitu dengan adanya 2 atau lebih
abnormalitas metabolic dari faktor-faktor dibawah ini:
a. Hipertensi dengan TD >160/>90 mmHg
b. Trigliserida ≥ 150 mg/dl
c. HDL < 35 mg/dl pada pria, dan <40 mg/dl pada wanita
d. Rasio lingkar pinggang > 90 cm pada pria, dan > 85 cm pada wanita
e. Mikroalbuminuria
- Etiologi
a. Gangguan fungsi sel beta dan hipersekresi insulin utnuk mengkompensasi
resistensi insulin. Menyebabkan komplikasi makrovaskuler.
b. Kerusakan berat sel beta menyebabkan penurunan progresif sekresi insulin
sehingga menyebabkan hiperglikemia. Menyebabkan komplikasi mikrovaskuler.
- Faktor resiko
a. Genetik
Orang dengan sindrom metabolic punya RPK hipertensi dan DM
b. Obesitas sentral
Merupakan faktor resiko utama penyebab resistensi insulin yg bisa berkembang
menjadi sindrom metabolik
c. Kurangnya aktivitas fisik
Bisa menyebabkan obesitas karena ketidakseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran energi
d. Usia
Terjadi peningkatan sindrom metabolic seiring dengan peningkatan usia
- Manifestasi klinis
Sindrom metabolic dapat terjadi apabila terdapat salah 1 dari 2 kriteria pertama dan 2 dari
4 kriteria terakhir dibawah ini:
a. Diabetes melitus
b. Resistensi insulin
c. Hipertensi
d. Dislipidemia
e. Obesitas
f. Mikroalbuminuria
GOUTIE ARTHRITIS
1. Jelaskan metabolisme purin!
Jawab :
Menurut Tjay & Rahardja (2010), Carter (2014) dan Wortmann (2014) proses
pembentukan asam urat dalam tubuh dimulai dengan metabolisma dari DNA dan RNA
dengan terbentuknya Adenosine dan Guanosin yang merupakan bentuk basa dari senyawa
purin. Proses ini berlangsung secara terus menerus di dalam tubuh. Adenosine yang terbentuk
kemudian dimetabolisme menjadi hipoksantin. Hipoksantin kemudian dimetabolisme
menjadi xanthine. Sedangkan guanosin dimetabolisme menjadi xantine. Kemudian xanthine
dari hasil metabolisme hiposantin dan guanosin dimetabolisme dengan bantuan enzim
xanthine oxidase menjadi asam urat. Keberadaan enzim xanthine oxidase menjadi sangat
penting dalam metabolisme purin, karena mengubah hipoksantin menjadi xanthine, dan
kemudian xanthine menjadi asam urat
Mekanisme peradangan
a. Kencing batu
Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah akan mengendap di ginjal dan saluran
perkencingan, berupa kristal dan batu.
b. Merusak ginjal
Kadar asam urat yang tinggi akan mengendap di ginjal sehingga merusak ginjal.
c. Penyakit jantung
Dalam kasus penyakit jantung koroner, asam urat menyerang endotel lapisan bagian paling
dalam pembuluh darah besar. Jika endotel mengalami disfungsi atau rusak, akan
menyebabkan penyakit jantung koroner.
d. Stroke
Asam urat bisa menumpuk di pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah tidak lancar
dan meningkatkan resiko penyakit stroke.
e. Merusak saraf
Jika tumpukan monosodium urat terletak dekat dengan saraf maka bisa mengganggu fungsi
saraf.
f. Peradangan tulang
Jika asam urat menumpuk di persendian, lama-lama akan membentuk tofus yang
menyebabkan artrhitis gout akut, sakit rematik atau peradangan sendi bahkan bisa sampai
terjadi kepincangan.
Prognosis
a. Angka kekambuhan akut 60% dalam 1 tahun pertama, 80% dalam 2 tahun, 90% dalam 5
tahun
b. Gejala gout akan muncul apabila onset timbul pada usia <30 tahun, serangan akan sering
berulang, kadar asam urat dan tekanan tinggi, dan mengenai banyak sendi
c. Sekitar 20% pasien akan timbul urolitiasis dengan batu asam urat atau batu kalsium oksalat