“SESAK NAFAS”
KELOMPOK 8
SKENARIO 3
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
A. SKENARIO LENGKAP
B. DEFINISI
Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi dimana jantung tidak lagi dapat
memompakan cukup darah ke jaringan tubuh. Keadaan ini dapat timbul dengan atau
tanpa penyakit jantung. Gangguan fungsi jantung dapat berupa gangguan fungsi
diastolik atau sistolik, gangguan irama jantung, atau ketidaksesuaian preload dan
afterload. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian pada pasien.¹
Sedangkan Gagal jantung akut (GJA) adalah serangan yang cepat dari gejala dan
tanda gagal jantung sehingga membutuhkan terapi segera. GJA dapat berupa acute de
novo (serangan baru dari gagal jantung akut, tanpa ada kelainan jantung sebelumnya)
atau dekompensasi akut dari gagal jantung kronik (GJK).¹
C. PATOFISIOLOGI
Disfungsi kardiovaskular disebabkan oleh satu atau lebih dari 5 mekanisme utama di
bawah ini²
1. Kegagalan pompa ini terjadi akibat kontraksi otot jantung yang lemah atau
inadekuat atau karena relaksasi otot jantung yang tidak cukup untuk terjadinya
pengisian ventrikel.
2. Obstruksi aliran adalah adanya lesi yang mencegah terbukanya katup atau
menyebabkan peningkatan tekanan kamar jantung, misalnya stenosis aorta, hipertensi
sistemik, atau koarktasio aorta.
D. LANGKAH DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
• Dispneu (sesak napas)
• Riwayat opname
1. Nadi – dapat teraba cepat, halus dan dangkal jika terdapat penyakit
gagal jantung.
2. Tekanan darah – pada penyakit gagal jantung biasanya hipotensi atau
hipertensi
3. Tekana vena jugularis – akan meningkat pada pasien gagal jantung
kongestif dan gagal jantung kanan.
4. Palpasi karotis – cari adanya karakter pulsasi yang abnormal.
5. Denyut apeks – dapat berpindah ke arah bawah atau lateral pada pasien
dengan pembesaran ventrikel sinistra.
6. Bunyi jantung –pada pasien gagal jantung terdengar bunyi jantung
ketiga, takikardi atau keempat irama berderap (gallop).
7. Murmur – penemuan ini dapat memberikan etiolgi adanya penyebab
gagal jantung (misalnya murmur katup aorta atau mitral).
8. Edema perifer akan tampak di sakrum atau diatas mata kaki.³
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• EKG (St. elevasi)
• Foto polos thorax (apex tertanam dan kardiomegali)
- Pemeriksaan darah
Untuk mengetahui fungsi ginjal dan elektrolit (hipokalemia,
hiponatremia dan hiperkalemia), darah perifer lengkap (anemia),
fungsi hati, brain natriuretic peptide (skrining gagal jantung), analisi
gas arteri (adanya hipoksia).
- Elektrokardiografi
Untuk menunjukan hasil normal ataupun adanya perubahan iskemik
dan hipertensif.
- Rontgen dada
Untuk melihat adanya kardiomegali, apex tertanam, dan edema paru.
- Ekokardiografi
Untuk mengetahui dimensi serta fungsi ventrikel kanan dan kiri,
abnormalitas dinding jantung, abnormalitas fungsi dan struktur katup
jantung, perbedaan tekanan katup, trombus intrakardiak, dan eksklusi
pirau intrakardiak.
- Kateterisasi jantung
Untuk melakukan evaluasi adanya penyakit jantung koroner sebagai
penyebab gagal jantung.³
E. TATALAKSANA
➢ FARMAKOLOGI
Pasien diberikan bolus furosemid 40 mg intravena bila belum perna
mendapat obat diuretik sebelumnya (dosis menjadi 2,5kali lipat dosis
diuretik oral sebelumnya bila sudah perna mendapat diuretik). Infus
nitrogliserin dapat diberikan dengan dosis. Pasang akses intravena perifer
dan berikan morvin IV, metoklopramid 10mg IV, furosemid 80-100mg
IV.³
➢ NON FARMAKOLOGI
• Terapi oksigen – berikan O2 nasal 2-4 L/menit
• Pasang kateter urine – untuk pemantauan diuresis dan pendeteksian
dini gangguan fungsi ginjal
• CPAP (continous positive airway pressure) – alat ini secara harfiah
akan mendorong cairan dari alveolus kembali ke sirkulasi.³
F. EDUKASI
Meliputi:
- Memberikan pengetahuan dan support pada pasien dan keluarga
- Pengendalian faktor resiko
- Mengindari stres
- Olahraga yang teratur