Anda di halaman 1dari 31

Yusfa Mucthar (10542041112)

Ulfa Sari Al-Bahmi (10542058214)


Syifa Sabrina (10542058814)
Ryas Haq Muhammad (105421105317)
Darmawati (105421106217)
Nurfajrirahma Hanafi (105421106317)
Rahmawati Kasim (105421106417)
Faradiba (105421108317)
Miftahul Jannah (105421108517)
Muhammad Sulfiqram Syam (105421109217)
Andi Ade Winarni.A (105421111417)
Fitri Liana Sari H (105421111517)
Seorang laki-laki umur 34 tahun, guru SD di Mamuju
datang di poliklinik THT RS Wahidin Sudirohusodo
dengan keluhan utama sering bersin disertai ingus encer
dan hidung tersumbat terutama pada pagi hari. Ada
riwayat penyakit asma pada saat usia balita. Gejala ini
dirasakan hampir tiap hari, menganggu aktivitas mengajar
dan perlangsungannya sudah 5 tahun terakhir ini.
 Bersin = udara secara tiba-tiba dari hidung dan mulut
karena tidak tertahan
 Asma = gangguan pernapasan yang sering bersifat
alergis ditandai dengan sulit bernapas dan sesak
didalam dada
 Ingus = air lendir yang keluar dari hidung
 Pilek = infeksi ringan pada hidung, saluran sinus, dan
saluran pernapasan bagian atas akibat serangan virus.

Sumber : KBBI Edisi V


 Laki-laki 34 tahun
 Bersin
 Ingus encer
 Hidung tersumbat pagi hari
 Riwayat Asma saat balita
 Berlangsung selama 5 tahun
1) Jelaskan anatomi, fisiologi, histologi THT dari skenario
di atas !
2) Jelaskan patomekanisme penyakit ( asma ) yang di derita
pasien pada skenario !
3) Mengapa keluhan meningkat pada pagi hari ?
4) Jelaskan imunopatogenesis yang di derita pasien pada
skenario !
5) Jelaskan gejala dan tanda akibat reaksi alergi tipe I pada
skenario !
6) Apa saja diferensial diagnosis ( DD ) menurut skenario ?
7) Bagaimana penatalaksanaan pada kasus skenario diatas ?
8) Apa saja langkah-langkah diagnostik yang mendukung
diagnosis pada skenario ?
 Hidung
 Faring
 Laring
 Tracea
Hidung LARING
1).EP. RESPIRATORIK 1)Plica vocalis
2). EP. OLFAKTORIUS 2) Laring
 TRAKEA  BRONKUS
1)Dinding : * Bronkus
* mukosa ekstrapulmonal
* submukosa * Bronkus
* tulang rawan hialin intrapulmonal :
* adventisia : - Mukosa
2) Lumen : Ep. - Lamina propria
Bertingkat semu
silindris bersilia
dan sel goblet
3)Lamina propria :
Serat jar.ikat halus
 BRONKIOLUS
 Bronkiolus terminalis
 *Mukosa
 *Lamina propria
 *Adventisia
 2) Bronkiolus
respiratorius : zona
transisi sistem
konduksi –
respiratorik
pernapasan
 Mukosa
Referensi : Atlas
Histologi Difiore
Ed.11 Hal :345
Hidung Telinga Tenggorokan
1. Sebagai Jalan Nafas 1. Sebagai Fisiologi 1. Faring :
2. Pengatur kondisi pendengaran a. Proses penelanan
udara(airconditioni b. Proses berbicara
ng) 2. Laring :
3. Sebagai penyaring a. mengekpresikan
dan pelindung emosi
4. Indra penghirup b. untuk fonasi,
5. Resonansi suara dengan membuat
6. Proses bicara suara serta
7. Refleks Nasal menentukan tinggi
rendahnya nada

Soepardi, Efiaty Arsyad Prof. dr. Sp. THT dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI
 Price AS, Wilson ML., 2006. Pola Obstruktif pada Penyakit Pernapasan. Dalam:
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. EGC. 784-5.
 Rab, Tabrani H., 2010. Asma Bronkiale. Dalam: Ilmu penyakit Paru. Trans Info
Media, jakarta. 377, 380,383
Tingginya kelembaban udara di pagi
hari,sehingga histamin meningkat saat udara
dingin. Histamin merangsan saraf vidianus
sehingga menimbulkan gatal dan
bersin,merangsang hipersekresi mucus dan
vasodilatasi pembuluh darah.

Sumber :Buku ajar ilmu kesehatan THT


Edisi IV FKUI hal 128
Alergen

Mengeluarkan
Sel mast
mediator
APC (mengalami
kimiawu
granulasi)
“HISTAMIN”

Sel T helper
2(mengeluarak
an sitokin Ig E Permeabilitas
berupa IL-4 kapiler edema
dan IL-3 saluran napas

Aktivasi Hiperaktivitas
Sel plasma
sel B saluran napas
1. Heru sundaru, sukamto, Buku ajar ilmu
penyakit dalam, jilid I edisi V, halaman
405,413
2. Buku ajar ilmu penyakit telinga dan
tenggorok dr.sri herawati JPB, SpTHT dan
dr.sri rukmini, Sp.THT halaman 36, penerbit
buku kedokteran EGC
3. Sylvia a.price Lorraine
m.wilson,patofisiologi, konsep klinis proses-
proses klinik, edisi 6, penerbit buku
kedokteran EGC, volume 1 halaman 169
 Bersin berulang biasanya sampai lima kali
 Rinorea encer dan banyak
 Hidung tersumbat
 Mata gatal
 Kadang disertai lakrimasi
 (-)demam
 Gejala sering tidak lengkap
 Bisa disertai penyakit alergen lain seperti
asma,urtikaria atau eksim
Penyakit Etiologi Gejala klinis Penatalaksanaa
n
Rhinitis alergi Etiologi rinitis alergi rinitis alergi •Bersin -Pemberian
melibatkan interaksi antara berulangulang anti-histamin
lingkungan dengan predisposisi •Ingus encer -Pemotongan
genetik dalam perkembangan •Hidung sebagian
penyakitnya. Faktor genetik dan tersumbat konka inferior
herediter sangat berperan pada •Mata gatal dan -Imunoterapi
ekspresi rinitis alergi. Penyebab kadang disertai
rinitis alergi tersering adalah air mata
alergen inhalan pada dewasa dan (lakrimalis.
ingestan pada anakanak. Pada
anak-anak sering disertai gejala
alergi lain, seperti urtikaria dan
gangguan pencernaan. Penyebab
rinitis alergi dapat berbeda
tergantung dari klasifikasi.
Beberapa pasien sensitif terhadap
beberapa alergen.
Rhinitis 1. obat-obatan yang •Bersin -Pemberian obat
vasomotor menekan dan menghambat •Ingus encer symptomatis, cuci
kerja saraf simpatis, •Tidak disebabkan hidung dengan
seperti ergotamin, oleh alergen larutan garam
chlorpromazin, obat anti fisiologis,
hipertensi dan obat kauterisasi, konka
vasokonstriktor topikal. hipertropi dengan
2. faktor fisik, seperti larutan AgNo3 25%
iritasi oleh asap rokok, -Operasi dengan
udara dingin, kelembaban cara bedah beku,
udara yang tinggi dan bau elektrokauter atau
yang merangsang. konkotomi, parsial
3. faktor endokrin, sepeti dan konka inferior
keadaan kehamilan, -Pemotongan pada
pubertas, pemakaian pil nervus vidianus
anti hamil dan
hipotiroidisme.
4. faktor psikis, seperti
stress, ansietas dan
fatigue.

Referensi:
JurnalKedokteran
USU
Polip hidung Terjadi perubahan mukoa •hidung -Pemberian
hidung akibat peradangan tersumbat kortikosteroid
atau aliran udara yang •Rinore mulai -Diberikan
berturbulensi, terutama di dari nyeri sampai topical/sistemik
daerah sempit di kompleks purulen,hiposmia -Terapi bedah
ostiomeatal. Terjadi prolapse atau anosmia
sub mukosa yang di ikuti oleh •Bersin
reepiteliasi dan pembentukan •Nyeri disertai
kelenjar baru. Juga terjadi sakit kepala
peningkatan penyerapan
natrium oleh permukaan sel
epitel yang berakibat retensi
air sehingga terbentuk polip .

Rhinosinusitis Beberapa faktor etiologi dan •Hidung -Pemberian


predisposisi antara lain ISPA tersumbat anti-biotik dan
akibat virus, bermacam disertai dekongestan
rhinitis terutama rhinitis nyeri/rasa -Pada sinusitis
alergi, rhinitis hormonal pada tekanan pada kronik diberikan
wanita hamil, polip hidung, muka antibiotik untuk
kelainan anatomi seperti •Rhinorrea kuman negatif
deviasi septum atau hipertrofi purulen yang gram dan
konka, sumbatan kompleks seringkali turun anaerob
ostio-meatal (KOM), infeksi ke tenggorokan -Bedah sinus
tonsil, infeksi gigi , kelainan •Demam dan lesu endoskopik
immunology, diskinesia silia fungsional
seperti pada sindroma
kartagener, dan di luar negeri
referensi : Buku ajar
adalah penyakit fibrosis ilmu kesehatan THT
kistik. Kl Ed VI FKUI hal:
131-132
Rhinitis alergi
Gejala klinis DD
pada
skenario Rhinitis Rhinis Polip hidung Rhinosinusiti
elergi vasomotor s
Bersin V V

Ingus encer V V V V

Hidung V - V V
tersumbat

Asma - - - -
 Terapi yang paling ideal adalah dengan
menghindari kontak dengan allergen
penyebabnya (avoidance) dan eliminasi.
 Medikamentosa
 Operatif
 Imunoterapi
1. Anamnesis
 Pada anamnesis perlu ditanyakan : lama,
frekuensi,waktu timbulnya dan beratnya
penyakit,persisten atau intermiten.
 Gejala yang ditanyakan berupa hidung berair,hidung
tersumbat,posy-nasal drip,gatal di hidung dan
palatum,bersin-bersin.
 Perlu ditanyakan gejala mata merah,gatal,dan berair.
 Tanyakan mengenai fungsi penciuman,tidur mengorok
dan ada/tidak ganggua tidur.
 Riwayat atopi keluarga (asma,dermatitis atopi,rhinitis
alergi) perku ditanyakan untuk status atopi pasien.
2. Pemeriksaan fisik
◦ Dicari gejala pada hidung,telinga,palatum tau
tenggorokan,sekret getah bening cair,kongesti
nasal,nyeri kepala sinus,disfungsi tuba
esthachius,bernafas lewat mulut atau
mengorok,pos nasal drip kronis,batuk kronis non
produktif,sering mendehem,dan kelelahan pagi
hari.

3. Pemeriksaan penunjang :
1. In Vitro
 Hitung eosinofil apakan meningkat atau normal
 Hitung eosinofil dalam secret
 Kadar serum IgE total
 Pemeriksaan Ig E spesifik dengan RAST (Radio
Immuno Sorbent Test) atau ELISA (Enzym linked
Immuno Sorbent Assay Test)
 Pemeriksaan sitologi hidung
2. In Vivo
 Pemeriksaan tes cukit kulit
 Uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau
berseri (Skin End-Point Titration/SET
 Diet eliminasi dan provokais (challengw test)
 Uji provokasi :
- Uji provokasi bronkial
- Uji provokasi makanan
- Uji provokasi serum
- Uji tempel (patch test)
- Immuno CAP Phadiatop Infant (PI)
- Microarrayed Allergen Molecules
Sumber : - Buku ajar ilmu kesehatan THT
Edisi VI
-Munasir Z, Rakun MW. Rinitis alergi.
Dalam: Akib AAP, Matondang CS,
penyunting. Buku
ajar alergi-imunologi anak. Jakarta: BP-
IDAI; 1996. h. 173–8.

Anda mungkin juga menyukai