Soepardi, Efiaty Arsyad Prof. dr. Sp. THT dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI
Price AS, Wilson ML., 2006. Pola Obstruktif pada Penyakit Pernapasan. Dalam:
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. EGC. 784-5.
Rab, Tabrani H., 2010. Asma Bronkiale. Dalam: Ilmu penyakit Paru. Trans Info
Media, jakarta. 377, 380,383
Tingginya kelembaban udara di pagi
hari,sehingga histamin meningkat saat udara
dingin. Histamin merangsan saraf vidianus
sehingga menimbulkan gatal dan
bersin,merangsang hipersekresi mucus dan
vasodilatasi pembuluh darah.
Mengeluarkan
Sel mast
mediator
APC (mengalami
kimiawu
granulasi)
“HISTAMIN”
Sel T helper
2(mengeluarak
an sitokin Ig E Permeabilitas
berupa IL-4 kapiler edema
dan IL-3 saluran napas
Aktivasi Hiperaktivitas
Sel plasma
sel B saluran napas
1. Heru sundaru, sukamto, Buku ajar ilmu
penyakit dalam, jilid I edisi V, halaman
405,413
2. Buku ajar ilmu penyakit telinga dan
tenggorok dr.sri herawati JPB, SpTHT dan
dr.sri rukmini, Sp.THT halaman 36, penerbit
buku kedokteran EGC
3. Sylvia a.price Lorraine
m.wilson,patofisiologi, konsep klinis proses-
proses klinik, edisi 6, penerbit buku
kedokteran EGC, volume 1 halaman 169
Bersin berulang biasanya sampai lima kali
Rinorea encer dan banyak
Hidung tersumbat
Mata gatal
Kadang disertai lakrimasi
(-)demam
Gejala sering tidak lengkap
Bisa disertai penyakit alergen lain seperti
asma,urtikaria atau eksim
Penyakit Etiologi Gejala klinis Penatalaksanaa
n
Rhinitis alergi Etiologi rinitis alergi rinitis alergi •Bersin -Pemberian
melibatkan interaksi antara berulangulang anti-histamin
lingkungan dengan predisposisi •Ingus encer -Pemotongan
genetik dalam perkembangan •Hidung sebagian
penyakitnya. Faktor genetik dan tersumbat konka inferior
herediter sangat berperan pada •Mata gatal dan -Imunoterapi
ekspresi rinitis alergi. Penyebab kadang disertai
rinitis alergi tersering adalah air mata
alergen inhalan pada dewasa dan (lakrimalis.
ingestan pada anakanak. Pada
anak-anak sering disertai gejala
alergi lain, seperti urtikaria dan
gangguan pencernaan. Penyebab
rinitis alergi dapat berbeda
tergantung dari klasifikasi.
Beberapa pasien sensitif terhadap
beberapa alergen.
Rhinitis 1. obat-obatan yang •Bersin -Pemberian obat
vasomotor menekan dan menghambat •Ingus encer symptomatis, cuci
kerja saraf simpatis, •Tidak disebabkan hidung dengan
seperti ergotamin, oleh alergen larutan garam
chlorpromazin, obat anti fisiologis,
hipertensi dan obat kauterisasi, konka
vasokonstriktor topikal. hipertropi dengan
2. faktor fisik, seperti larutan AgNo3 25%
iritasi oleh asap rokok, -Operasi dengan
udara dingin, kelembaban cara bedah beku,
udara yang tinggi dan bau elektrokauter atau
yang merangsang. konkotomi, parsial
3. faktor endokrin, sepeti dan konka inferior
keadaan kehamilan, -Pemotongan pada
pubertas, pemakaian pil nervus vidianus
anti hamil dan
hipotiroidisme.
4. faktor psikis, seperti
stress, ansietas dan
fatigue.
Referensi:
JurnalKedokteran
USU
Polip hidung Terjadi perubahan mukoa •hidung -Pemberian
hidung akibat peradangan tersumbat kortikosteroid
atau aliran udara yang •Rinore mulai -Diberikan
berturbulensi, terutama di dari nyeri sampai topical/sistemik
daerah sempit di kompleks purulen,hiposmia -Terapi bedah
ostiomeatal. Terjadi prolapse atau anosmia
sub mukosa yang di ikuti oleh •Bersin
reepiteliasi dan pembentukan •Nyeri disertai
kelenjar baru. Juga terjadi sakit kepala
peningkatan penyerapan
natrium oleh permukaan sel
epitel yang berakibat retensi
air sehingga terbentuk polip .
Ingus encer V V V V
Hidung V - V V
tersumbat
Asma - - - -
Terapi yang paling ideal adalah dengan
menghindari kontak dengan allergen
penyebabnya (avoidance) dan eliminasi.
Medikamentosa
Operatif
Imunoterapi
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan : lama,
frekuensi,waktu timbulnya dan beratnya
penyakit,persisten atau intermiten.
Gejala yang ditanyakan berupa hidung berair,hidung
tersumbat,posy-nasal drip,gatal di hidung dan
palatum,bersin-bersin.
Perlu ditanyakan gejala mata merah,gatal,dan berair.
Tanyakan mengenai fungsi penciuman,tidur mengorok
dan ada/tidak ganggua tidur.
Riwayat atopi keluarga (asma,dermatitis atopi,rhinitis
alergi) perku ditanyakan untuk status atopi pasien.
2. Pemeriksaan fisik
◦ Dicari gejala pada hidung,telinga,palatum tau
tenggorokan,sekret getah bening cair,kongesti
nasal,nyeri kepala sinus,disfungsi tuba
esthachius,bernafas lewat mulut atau
mengorok,pos nasal drip kronis,batuk kronis non
produktif,sering mendehem,dan kelelahan pagi
hari.
3. Pemeriksaan penunjang :
1. In Vitro
Hitung eosinofil apakan meningkat atau normal
Hitung eosinofil dalam secret
Kadar serum IgE total
Pemeriksaan Ig E spesifik dengan RAST (Radio
Immuno Sorbent Test) atau ELISA (Enzym linked
Immuno Sorbent Assay Test)
Pemeriksaan sitologi hidung
2. In Vivo
Pemeriksaan tes cukit kulit
Uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau
berseri (Skin End-Point Titration/SET
Diet eliminasi dan provokais (challengw test)
Uji provokasi :
- Uji provokasi bronkial
- Uji provokasi makanan
- Uji provokasi serum
- Uji tempel (patch test)
- Immuno CAP Phadiatop Infant (PI)
- Microarrayed Allergen Molecules
Sumber : - Buku ajar ilmu kesehatan THT
Edisi VI
-Munasir Z, Rakun MW. Rinitis alergi.
Dalam: Akib AAP, Matondang CS,
penyunting. Buku
ajar alergi-imunologi anak. Jakarta: BP-
IDAI; 1996. h. 173–8.