Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang didirikan Kyai Haji Ahmad


Dahlan tahun 1330 H atau bertepatan dengan 1912 M. Gerakan ini lahir di
Kauman Yogyakarta, sebuah kampung di samping Kraton Yogyakarta. Sesuai
namanya Kauman adalah kampung yang banyak berisi kaum atau para ahli
agama. Dengan demikian Muhammadiyah lahir di tengahmasyarakat yang
taat menjalankan Islam.

Namun demikian Islam yang berjalan di masyarakat muslim pada


umumnya, termasuk kauman di dalamnya, adalah Islam yang dalam
pandangan Kyai Dahlan tidak saja telah berakulturasi dengan budaya Jawa,
lebih dari itu, yaitu Islam yang telah terkungkung oleh hegemoni budaya Jawa.
Kehadiran Muhammadiyah adalah sebuah bentuk perlawanan terhadap
praktek Islam yang dianggap keliru itu. Paling tidak ada dua hal yang dapat
menjelaskan kehidupan umat Islam masa itu, pertama, Islam dipahami
sebagai agama ritual yang akan memberikan keselamatan dunia akhirat.
Tetapi ajaran-ajaran Islam diamalkan oleh umat tidak menyentuh persoalan
persoalan sosial kemasyarakatan yang berkembang. Meskipun banyak ahli
agama, banyak juga berdiri pesantren, tetapi pengembangan keilmuan Islam
hanya berputar-putar pada persoalan-persoalan ilmu itu sendiri, yang
kebanyakan adalah ilmu kebahasaan (nahwu, shorof), fiqh ibadah dan
masalah-masalah keimanan yang tidak menyentuh problem actual
keummatan. Kedua, adalah kenyataan tentang ketertingalan umat Islam
dalam bidang sosial, politik dan ekonomi yang menjadikan umat Islam sebagai
umat pinggiran yang tidak ikut menentukan arah perubahan masyarakat.

Di tengah masyarakat seperti itulah Muhammadiyah berdiri. Ia hadir


untuk sebuah tujuan terwujudnya Islam yang sebenar-benarnya.
Muhammadiyah ingin menjadikan nilai-nilai ajaran Islam yang menyeluruh
dan ideal itu mewujud dalam kehidupan nyata dalam bentuk masyarakat yang
adil, makmur dan diridhoi Allah SWT. Muhammadiyah ingin menjadikan
kehidupan Islam tidak hanya sekedar pada masalah fiqih ibadah, nahwu
shorof, dan berbagai ilmu alat lain, tetapi juga masuk ke dalam persoalan
keduniaan yang lebih luas untuk menciptakan kehidupan umat yang lebih
berdaya dan maju. Umat Islam tidak boleh hanya menerima keadaan menjadi
golongan kelas bawah, miskin dan bodoh, selalu diatur dan diperdaya,
ditindas dan dijajah, selalu anti dengan segala yang datang dari selain orang
muslim (kafir) dan selalu sangat percaya diri dengan ke-tradisionalannya.
Impian Muhammadiyah adalah umat Islam yang cerdas, berfikir maju, dan
memiliki tanggung jawab memimpin peradaban ini, menjadikannya umat
yang bertauhid dan menjadikan kehidupan yang adil makmur serta penuh
kebaikan dan mendapat ridho dari Allah.

Apa yang menjadi impian tersebut adalah benar, pada awal berdirinya
Muhammadiyah benar-benar mampu mengusung perubahan tersebut. Ide-
ide yang dibawa Muhammadiyah mampu memberikan penyegaran kehidupan
umat melawan kebodohan dan kemiskinan, menentang penindasan dan
ketidakadilan. Muhammadiyah berada di garis depan umat, membimbing dan
memberdayakan umat menuju kehidupan yang lebih mencerahkan. Bahkan
dalam rangka itu, Muhammadiyah saat ini telah memiliki ribuan amal usaha
dalam banyak sektor kehidupan sosial yang terus mengabdi membangun
masyarakat Indonesia. Drs. H. Musthofa Kamal Pasha, B.Ed., dan H. Ahmad
Adaby Darban, SU mengatakan bahwa Muhammadiyah ini memiliki 3
identitas, yaitu Gerakan Islam, Gerakan Dakwah Islam dan Gerakan Tajdid.
Berbagai amal usaha yang ada adalah artefak tajdid yang disumbangkan oleh
Muhammadiyah, karena memang pada masa awal Muhammadiyah berdiri,
umat Islam nyaris tidak membangun amal usaha sebagaimana yang dilakukan
oleh Muhammadiyah.
PEMBAHASAN

Muhammadiyah Kini dan Nanti

Masa depan sangat penting untuk dirancang dan diikhtiariarkan. Allah


mengaitkan orientasi masa depan dengan ketaqwaan (QS Al-Hasyr: 18). Masa
depan terjauh dalam perspektif Al-Quran sebagai tujuan utama hidup ialah
al-akhirat, sedang masa depan “terdekat” yang harus dijalani ialah al-dunya
atau kehidupan di dunia ini, keduanya bersambung untuk meraih kebaikan
hidup yang sejati (QS Al-Baqarah: 201). Karenanya, rencana dan melangkah ke
depan haruslah digariskan agar pejalanan terarah dan mencapai tujuan.

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam menyadari bahwa perjuangan


membawa misi dakwah dan tajdid tidak kenal berhenti dan harus terus
berkesinambungan. Masa depan Muhammadiyah merupakan proses panjang
dari kontinyuitas masa lalu dan kini dalam rentang perjalanan satu abad lebih.
Dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua dinyatakan “Satu
abad merupakan tonggak sejarah yang penting bagi Muhammadiyah dalam
ikhtiar mengemban misi dakwah dan tajdid di tengah lintasan zaman yang
penuh gelora. Dalam rentang seratus tahun Muhammadiyah telah berjuang
mencerahkan kehidupan umat, bangsa, dan peradaban manusia semesta.
Perjuangan Muhammadiyah akhirnya memperoleh pengakuan masyarakat
luas sebagai gerakan Islam yang menorehkan tinta emas pembaruan di
Indonesia. Keberhasilan perjuangan satu abad merupakan anugerah Allah
SWT yang harus disyukuri berdasarkan firman Allah SWT Q.S. Ibrahim ayat 7
dan menjadi modal ruhaniah paling berharga untuk melangkah ke depan
dengan optimis. Kesyukuran itu disertai kesadaran bermuhasabah diri atas
kekurangan dan kelemahan yang harus diperbarui dengan seksama guna
mengukir kisah sukses yang lebih utama di abad kedua.

Kini Muhammadiyah memasuki abad kedua dan lima tahun ke depan


sangat penting sebagai tonggak baru untuk mengawali perjalanan
mengemban gerakan pencerahan. Para pimpinan Muhammadiyah dari hari
ke hari makin menghayati betul betapa berat tetapi mulia mengemban misi
dakwah dan tajdid untuk mencerahkan umat manusia melalui
Muhammadiyah yang selama ini digerakkan dengan ikhlas, mujahadah, dan
secara berjamaah-berjamiyah. Ada kenikmatam ruhaniah dalam
bermuhammadiyah, meskipun boleh jadi melelahkan dan menggembirakan.
Hal itu karena mereka yang berada di Muhammadiyah dan menggerakkan
oranisasi Islam ini bukan sekadar berkiprah yang bersifat praktis-fisik, tetapi
ruhaniah dan ada idealisme filosofis-ideologisnya. Dengan demikian dalam
menjalankan misi gerakan ke depan sangatlah penting peta jalan sekaligus
komitmen gerakan dari para penggerak Persyarikatan.

Tantangan Masa Depan

Muhammadiyah ke depan harus semakin maju, menjadi


Muhammadiyah berkemajuan. Tantangan yang dihadapi gerakan Islam ini
sangatlah berat. Di ranah global terjadi perkembangan dunia yang sangat
dinamis, kompleks, dan sarat muatan kepentingan dari setiap bangsa dan
negara dalam relasi globalisasi dan politik global yang sangat keras. Dunia
Islam mengalami banyak masalah, lebih-lebih pasca The Arab Spring,
perubahan peta politik Tmur Tengah yang membara dan mempengaruhi
ketidakpastian kawasan ini ke depan. Perubahan geopolitik, geoekonomi, dan
geobudaya ke Asia Timur terutama Tiongkok sangat mempengaruhi
perkembangan dunia. Lahirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN akan semakin
berpengaruh tehadap Indonesia ke depan.

Kehidupan politik nasional sarat masalah. Perkembangan politik,


ekonomi, dan budaya yang semakin liberal dan menuju liberalisasi yang
semakin masif sungguh akan memberi corak terhadap Indonesia ke depan.
Banyak masalah bermunculan akibat liberalisasi struktural dan kultural itu.
Sementara korupsi, ajimumpung kekuasaan, dominasi partai dan elite politik
yang prgamatis, otomomi daerah yang sangat terbuka, pengrusakkan dan
eksploitasi sumberdaya alam yang besar-besaran, kesenjangan sosial
ekonomi, kemiskinan dan marjinalisasi sosial, konflik sosial, krisis keluarga,
kekerasan, peluruhan jiwa kenegarawanan, dan berbagai masalah ke depan
akan semakin kompleks. Diperlukan rekonstruksi kehidupan kebangsaan ke
depan sangatlah memerlukan basis idealisme yang kuat pada jiwa, pikiran,
dan cita-cita kemerdekaan yang diletakkan para pendiri bangsa.

Umat Islam yang mayoritas di negeri ini masih lemah secara politik,
ekonomi, dan budaya. Banyak problem laten dihadapi umat seperti
kemiskinan, berfirqah-firqah dan konflik paham, tidak memiliki peta jalan
kolektif yang strategis, dan berbagai masalah lainnya. Masalah bangsa identik
dengan masalah umat Islam karena menjadi penduduk terbesar. Terus terang
umat Islam Indonesia atau umat Islam Nusantara itu masih “yad al-sufla” alias
tangan di bawah dan belum menjadi “yad al-‘ala” atau tangan di atas,
meskipun di antara elite dan organisasinya mungkin sering bicara yang besar-
besar dan hebat-hebat seolah benar-benar umat Islam itu kuat. Apalagi
kondisi umat di akar-rumput, masih berposisi sebagai “maf’ul bihi” yakni
menjadi objek penderita. Kondisi ini tidak dapat dibiarkan dan dininabobokan
oleh langkah-langkah kamuflase dan mercusuar, tetapi membutuhkan kerja-
kerja sistematik, kongkret, dan strategis.

Agenda Ke Depan

Peran Muhammadiyah dalam perjuangan kebangsaan dan


kemanusiaan universal ke depan sangat penting dan strategis.
Muhammadiyah harus menjadi kekuatan strategis dalam membawa Indonesia
dan peradaban semesta yang berkemajuan sejalan dengan nilai-nilai Islam
untuk rahmatan lil-‘alamin. Jika ingin berperan memajukan umat, bangsa, dan
dunia kemanusiaan universal maka Muhammadiyah haruslah maju terlebih
dulu. Jadilah Muhammadiyah berkemajuan yang kuat pendirian, mandiri, dan
memiliki kekuatan inner-dynamic yang tinggi. Muhammadiyah harus kuat dari
rumah dan dapurnya sendiri sebelum memperkuat dunia luar, yang kokoh
dalam berbagai aspek. Muhammadiyah harus luat prinsip-prinsip dan
pemikiran gerakannya, sumberdaya manusianya, organisasi dan
kepemimpinannya, jaringannya, serta amal usaha dan kekuatan ekonomnya.
Mana mungkin banyak memberi dan berbuat ke luar sementara warga, umat,
dan lingkungan internal sendiri masih belum kuat.
Boleh jadi sekadar wacana menjadikan Muhammadiyah besar itu
mudah, apapun di tingkat teori itu serba gampang, tetapi menjadikannya
sebagai kenyataan sungguh penuh pendakian dan memerlukan kerja keras
dan pengkhidmatan yang tinggi. Jika ingin memberi ke pihak lain harus
memiliki sesuatu yang akan diberikan. Hadis Nabi “Yadul ulya khaira min yadul
sufla”, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Pepatah
menyatakan, “faqir asy-syaiy la yu-thi”, orang yang tidak mempunyai sesuatu
maka tidak akan dapat memberi sesuatu. Muhammadiyah harus memilki
kekuatan dan keunggulan sendiri di banyak bidang garapannya. Sebelum
membesarkan dan memberikan sesuatu ke luar harus lihat kondisi di dalam
seperti apa, agar tidak besar pasak daripada tiang. Maka menjadi penting
membangkitkan “inner dynamic” dengan jalan memobilisasi potensi dan
kekuatan inti-terdalam dari Gerakan Islam ini, termasuk memperkuat amal
usaha dan gerakan ekonomi agar Muhammadiyah semakin mandiri.

Muhammadiyah sejak Muktamar Malang tahun 2005 sudah


menggariskan langkah jangka panjang sampai tahun 2025. Lima tahun ke
depan (2015-2020) Muhammadiyah ingin mewujudkan visi yaitu:

(1) transformasi (perubahan cepat ke arah kemajuan) sistem organisasi


dan jaringan yang maju, profesional, dan modern;

(2) berkembangnya sistem gerakan dan amal usaha yang berkualitas


utama dan mandiri bagi terciptanya kondisi dan faktor-faktor pendukung
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya; serta

(3) peningkatan dan pengembangan peran strategis Muhammadiyah


dalam kehidupan umat, bangsa, dan dinamika global. Tiga langkah strategis
tersebut sungguh berat dan memerlukan kekuatan kepemimpinan yang masif
di seluruh tingkatan untuk menggerakkan dan mewujudkannya.

Dalam menjalankan langkah strategis ke depan yang berat dan penuh


tantangan itu maka sangatlah penting tanggungjawab para pemimpin
Muhammadiyah secara keseluruhan dari pusat hingga ranting, termasuk
Ortom dan Amal Usaha. Muhammadiyah harus digerakkan bukan sekadar
secara formal dan minimal, tetapi benar-benar menjadi kekuatan pergerakan
yang maju dan unggul. Pergerakan Muhammadiyah harus jelas pijakannya,
bingkainya, arahnya, dan tujuannya agar tidak asal bergerak. Bergerak di atas
landasan Islam dan ideologi berkemajuan yang menjadi fondasi gerakannya
menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Bukan
bergerak serba pragmatis (menerabas) dan oportunistik (ikut arus) yang
mengejar kehebatan semata tanpa pondasi nilai-nilai utama gerakan.

Dalam membawa dan menjadikan Muhammadiyah ke masa depan


yang maju dan unggul dalam binkai gerakannya, sungguh diperlukan fungsi
kepemimpinan Muhammadiyah dari Pusat hingga Ranting yang bersifat
profetik (kerisalahan) yang mentransormasikan misi keagamaan dan
keduniaan secara terintegratif. Bukan kepemimpinan yang sekular dan
serbabebas, sebaliknya serba dogmatis dan normatif minus kerja-kerja
pergerakan. Insya Allah dengan komitmen, pemikiran, dan pengkhidmatan
seluruh anggota, kader, dan para pimpinan yang berjiwa profetik
Muhammadiyah ke depan akan meraih kemajuan dan keunggulan menuju
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dalam ridha dan
karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Nashrun min Allah wa fathun qarib.
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa muhammadiyah adalah


gerakan yang sudah melebihi satu abad dan mampu dengan gagahnya bertahan
di zaman colonial , orde lama, orde baru,bahkan hingga reformasi.
Muhammadiyah terus melahirkan tokoh-tokoh bangsa yang punya peran besar
dalam setiap jengkal perjuangan memajukan bangsa dan negara ini. Di zaman
modern ini, tak dapat disangkal bahwa Muhammadiyah berdiri di tengah
berbagai organisasi Islam lain yang tidak hanya menawarkan pola gerakan
yang berbeda, melainkan juga ideologi yang berbeda pula, yang terkadang
berseberangan dengan Pancasila. Karenanya, Muhammadiyah dituntut untuk
bekerja ekstra keras guna merawat bangsa dan Negara Indonesia. Terkait itu,
tentu seluruh warga dan institusi Muhammadiyah perlu memahami
Muhammadiyah dengan sebaik mungkin, agar dapat menyinergikan ideologi
dan langkahnya dengan Muhammadiyah, dan karenanya juga dengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai