Anda di halaman 1dari 9

NAMA : RYAS HAQ MUHAMMAD

NIM : 105421105317
BLOK : KEDOKTERAN ISLAM

1. Gambarkan perkembangan kedokteran sejak manusia ada di muka bumi ini sampai masa
Rasulullah (buat dengan minimal 10 kalimat).
2. Siapa ilmuwan yang memunculkan pertama kali kata Thibbun Nabawi yang kemudian
dikenal dengan nama Kedokteran Islam. Apa yang membedakan Thibbun Nabawi
dengan Kedokteran Barat.
3. Sebutkan 6 negara/wilayah yang telah unggul dalam bidang Kedokteran saat Rasulullah
menerima wahyu dan mengembangkan Islam. Apa saja keunggulan dari negara/wilayah
tersebut?
4. Sebutkan minimal 10 ilmuwan muslim yang mengembangkan Ilmu Kedokteran sejak
meninggalnya Rasulullah.
5. Kemajuan Ilmu Pengetahuan yang dipelopori oleh ilmuwan muslim memotivasi para
ilmuwan di Barat pada Abad ke-8M. Apa yang membedakan ilmuwan Barat dengan
ilmuwan Muslim?
6. Apa nama buku yang ditulis oleh Ar-Razi yang masih terus dipakai di Fakultas
Kedokteran Barat sampai Abad ke-18. Mengapa tidak dipakai lagi saat ini?
7. Ibnu Sina menulis buku yang sangat terkenal, apa namanya? Mengapat buku ini menjadi
buku acuan di pendidikan Kedokteran Barat sampai berabad-abad lamanya?
8. Kedokteran islam pada akhirnya tidak pernah lagi disebut bahkan dihapus dalam
referensi ilmu kedokteran Barat, mengapa?
9. Mengapa Kedokteran Islam perlu dimunculkan kembali melalui pendirian Fakultas
Kedokteran Islam? (Berikan minimal 10 kalimat).
10. Apa saja yang menjadi dasar pengembangan Ilmu Kedokteran Islam saat ini dan ke
depan? Jelaskan jawaban Anda.
Jawaban

1. Sebelum Masehi

Pada masa purba, ilmu kedokteran berkembang seiring dengan perkembangan kecerdasan
dan kreativitas manusia.Pada masa itu telah dikenal pijat-memijat, ramu- ramuan obat dan alat-
alat perdukunan. Hal ini didasarkan pada insting (gharizah) yang dianugerahkan Allah SWT.

Masa Sumeria dan Arkadia

Sumeria termasuk wilayah Irak sekarang, yaitu di dekat sungai Furat (Eufrat) dan Sungai Dajlah
(Tigris). Menurut sejarah, tabib-tabib bangsa Sumeria telah mengenal pengobatan sejak 4000
tahun SM. Pada masa itu, terdapat dua cara pengobatan, yaitu menggunakan dukun
(menggunakan ramuan, pijatan, lalu dijampi dengan meminta bantuan jin) dan pengobatan yang
ilmiah (ramuan herbal, madu, al-kayy bakar, lasah atau fisioterapi).

Zaman Firaun

Mesir di masa Firaun telah memiliki peradaban yang tinggi di bidang kedokteran. Pada masa
Firaun Ramses II (sekitar 1200 tahun SM) di Kota Thebe dan Memphis telah didirikan pusat
pengkajian ilmu kedokteran.Di Mesir pun dikenal dua macam pengobatan. Yaitu dengan khahin
(dukun) yang meminta bantuan pada jin berupa sihir-sihir dan pengobatan ilmiah yang mampu
melakukan pembedahan besar.Perkembangan kedokteran Mesir telah mengenal anastesi yang
dinamakan taftah. Mereka pun telah mengenal cara diagnosa dengan menggunakan detak nadi
pasien.

Masa Nabi dan sesudahnya

Pada masa Nabi perkembangan kedokteran sudah sangat maju. Banyak cara terapi yang
bermunculan. Namun, Rasulullah memilih dua cara pengobatan, yaitu dengan bekam dan madu.
Hal itu di tegaskan Rasulullah dalam hadis sebuah hadis.

"Kesembuhan (obat) itu ada pada tiga perkara yaitu minum madu, berbekam dan berobat dengan
api, dan aku melarang umatku berobat dengan api itu.” (HR. Bukhari).

Setelah Rasulullah wafat, seorang ilmuwan Muslim bernama Ibnu Sina menulis kitab dalam ilmu
kedokteran. Kitab itu dalam ilmu kedokteran menjadi rujukan utama dan paling otentik. Kitab itu
mengupas kaidah-kaidah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit.

Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan, perkembangan ilmu kedokteran diambil alih umat Islam.Saat itu Eropa
dicengkeram era kegelapan. Pada abad sembilan hingga 13 Masehi, dunia kedokteran Islam
berkembang pesat. Sejumlah rumah sakit dibangun. Sekolah kedokteran pertama yang dibangun
umat Islam adalah Jindi Shapur di Baghdad. Khalifah al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah yang
mendirikan Kota Baghdad mengangkat Judis Ibn Bahtishu sebagai dekan sekolah kedokteran itu.

Pendidikan kedokteran yang diajarkan di Jindi Shapur sangat serius dan sistematik. Era kejayaan
Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti al-Razi, al-Zahrawi, Ibnu-
Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu al-Nafis, dan Ibnu Maimun. Ciri khas thibbun nabawi atau pengobatan
cara Nabi Muhammad SAW adalah bersifat Ilahiah dan alamiah. Syariat Islam yang dibawa Nabi
mengandung nilai-nilai at-thibb (kedokteran) yang murni dan tinggi. Karena prinsip dari syariat
Islam ialah membawa maslahat umat manusia pada masa sekarang dan yang akan datang.

2. Istilah thibbun nabawi sebenarnya tak dikenal pada masa kerasulan. Penggunaan istilah tersebut
baru familiar pada abad ke-13 oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Zaadul Ma'ad. Dalam bahasa
Arab, thibb berasal dari thabba - yathubbu - thabban yang bermakna kemahiran, memperbaiki,
mengobati. Dari akar kata yang sama, thabbib berarti pelaku yang mengobati atau dokter.
Sehingga, thibb-an-nabawi secara bahasa berarti pengobatan nabi. Adapun Ibnul Qayyim
memaknai secara istilah thibb bermakna ilmu untuk mengetahui kondisi tubuh manusia dari
aspek kesehatan, baik untuk memelihara kesehatan maupun mengobatinya. Metode
pengobatannya tidak seperti pengobatan yang dilakukan dokter.

Thibbun nabawi bersifat qath'i dan ilahi yang bersumber dari wahyu kenabian dan kesempurnaan
akal. Adapun pengobatan lain secara umum hanya berlandaskan perkiraan, dugaan, dan
percobaan.

Ibnul Qayyim pun mengatakan, kemujaraban thibbun nabawi akan dirasakan manfaatnya jika
menerima dan meyakini Allah akan memberikan kesembuhan baginya. Sehingga, pengobatan
thibbun nabawi hanya cocok bagi jiwa yang baik sebagaimana pengobatan dengan Alquran yang
tak cocok kecuali bagi jiwa yang baik dan hati yang hidup.

“Hal-hal tersebut bukanlah disebabkan kekurangan pada obat, namun lebih disebabkan buruknya
karakter, rusaknya tempat, dan tidak adanya penerimaan,” demikian penjelasan Ibnul Qayyim
dalam thibbun nabawi.

Dalam sirah Rasul, banyak sekali Rasulullah memberikan anjuran obat bagi sahabat yang sakit.
Dalam kehidupan sehari-hari Rasulullah pun mengandung tuntutan hidup sehat yang patut
menjadi uswah. Beberapa jenis obat-obatan yang pernah dianjurkan Rasul di antaranya
habatussauda atau jintan hitam, madu, minyak zaitun, kurma, air zam-zam, bawang putih, ismid,
dan kam'ah. Rasul juga mengajarkan pengobatan seberti bekam (hijamah), khitan, wudhu, dan
gurah. Selain itu, ayat-ayat Alquran juga sering kali digunakan untuk pengobatan. Dikenal juga
pengobatan dengan rukiah. 
Secara garis besar, Ibnul Qayyim membagi tiga jenis pengobatan nabi, yakni pengobatan dengan
menggunakan obat-obatan alami (natural), pengobatan dengan menggunakan obat-obatan ilahiah
(petunjuk ketuhanan), serta pengobatan dengan menggabungkan kedua unsur tersebut. 

3. Sumeria dan Arkadia

Sumeria termasuk wilayah Irak sekarang, yaitu di dekat sungai Furat (Eufrat) & sungai Dajlah
(Tigris). Menurut data sejarah, tabib-tabib bangsa Sumeria telah mengenal pengobatan sejak
4000 tahun sebelum masehi. Pada masa tersebut terdapat dua cara pengobatan; Pertama,
menggunakan pengobatan dukun (menggunakan ramuan, pijatan, lalu dijampi dengan meminta
bantuan jin). Kedua, dengan pengobatan yang ilmiah dimasa itu (ramuan herba, madu, al-kayy
bakar, lasah (fisioterapi), bahkan para tabib telah menuliskan ilmu-ilmunya dalam buku-buku
yang dibuat dari tanah liat. Sedangkan Arkadia berada di Utara Irak bagian tengah tepatnya di
pertemuan antara sungai Furat (Eufrat) & sungai Dajlah (Tigris), kedokteran sempat mencapai
masa gemilang dimasa Raja Sargon, yang bahkan dari sejarah dikisahkan putri Raja Sargon,
Anhiduana selain menjadi pendeta juga sebagai pengkaji berbagai jenis pengobatan.

Babilonia
Bangsa Babiluuniyah (Babilon) masih serumpun dengan bangsa Arkadia dengan Raja Hamurabi
sebagai raja sangat terkenal. Dimasa Raja Hamurabi kemajuan segala ilmu didapat. Bidang
kedokteran yang berkembang saat itu antara lain al-kayy bakar, lasah (fisioterapi), ilmu peramu
obat (farmakologi) dan bahkan konon telah ada obat-obatan jaman Babilonia dalam bentuk pil.
Dibidang kedokteran didapati yang terkenal dimasa itu adalah dibedakannya antara tabib dengan
kahin (dukun). Tabib berperan sebagaiahli pengobatan yang jauh dari tahayul, sedangkan
kahin/dukun masih menghubungkan segala sesuatu dengan hal yang di luar jangkauan akal.

Mesir
Mesir di masa Fir’aun telah memiliki peradaban yang tinggi mengungguli peradaban bangsa lain,
termasuk di dalamnya ilmu kedokteran. Pada masa Fir’aun Ramses II (sekitar + 1200 tahun
sebelum masehi) di kota Thebe dan Memphis telah didirikan pusat pengkajian ilmu kedokteran.
Di Mesir pun dikenal dua macam pengobatan; Pertama dengan khahin (dukun) yang meminta
bantuan pada jin berupa sihir-sihir. Di masa itu dikenal pula pembedahan namun dilakukan
hanya dengan menggunakan telunjuk dan dikatupkan kembali dengan ibu jari, dan konon tidak
meninggalkan bekas, selain itu juga dikenal pula pengobatan pijat jarak jauh, pengobatan ini
dilakukan oleh kahin-kahin (dukun-dukun) yang telah meminta bantuan jin lewat sihir-sihir
mereka. Kedua dengan pengobatan ilmiah. Pengobatan ini hingga saat ini telah membuat takjub
ilmu kedokteran modern saat ini. Mereka telah mampu melakukan pembedahan besar.
Perkembangan kedokteran Mesir telah mengenal anastesi yang dinamakan Taftah. Mereka pun
telah mengenal cara diagnosa dengan menggunakan detak nadi pasien. Diagnosa warna lidah pun
telah dikenal saat itu. Dapat disimpulkan metode kedokteran di masa Mesir telah maju.

Persia
Bangsa Persia merupakan serumpun dengan bangsa Aria India, Yunani, Romawi, Isbanji, Jerman
dan rumpun Aria Eropa. Bangsa ini hidup pada sekitar 3000 tahun sebelum masehi. Ilmu
Kedokteran pada masa itu sangat tinggi. Mereka mengkitabkan ilmu kedokteran dalam
lempengan tanah liat, kulit dan lembaran tembaga. Aksara yang digunakan adalah tulisan paku
yang berasal dari aksara Sumeria. Cabang ilmu kedokteran yang berkembang pada masa itu
adalah; kedokteran mata -berkembang di kota Syahran, kedokteran kandungan di kota Madyan
dan kedokteran umum di kota Jundi Kirman. Metode bedah yang dikembangkan sangat baik
mereka sangat baik dalam menjahit kembali bagian tubuh yang dibedah. Mereka menggunakan
afium (opium) sebagai anastesi (pembiusan). Alat-alat kedokteran pun telah berkembang sangat
baik, mereka telah menggunakan logam sebagai alat kedokteran & bedah.
Untuk sekolah kedokteran mereka sangat tertata rapi. Mereka memiliki kurikulum yang sudah
terstruktur baik, dengan tingkat-tingkat pemahaman yang diberikan.

Hindustan
Hindustan kita kenal dengan sistem kasta atau strata sosialnya. Kasta-kasta tinggi menjadi
penguasa dan kasta rendah menjadi pekerja. Begitu pula dalam kedokteran, ilmu kedokteran
Hindustan banyak dimonopoli oleh kasta Brahmana dan beberapa orang dari kasta Ksatria.
Lembaga pengkajian kedokteran sudah sangat maju di sana, diantaranya terdapat di Mathura,
Pataliputra dan Indraprahasta. Di Hindustan berkembang berbagai macam metode kedokteran;
Pertama yang berasaskan agama, yang berpangkal pada Atharwaweda (weda) atau Ayurweda.
Kedua metode tidak berasaskan agama, melainkan berasaskan ilmu kedokteran murni. Ketiga
metode campuran, yaitu metode kedokteran yang dicampur dengan sihir. Pengobatan yang
bersumber dari kitab Weda serta kitab-kitab Upanisad dan Ramapitara antara lain: penyembuhan
dengan terapi pernafasan yang biasa disebut Yoga, penyembuhan dengan terapi upawasa (puasa)
dan tapa, penyembuhan dengan terapi Dahtayana (tenaga dalam) hingga pengobatan dengan
perabaan jarak jauh. Ada juga pengobatan dengan terapi air, pengobatan dengan tusukan dan
bedah. Dalam kitab Hindu “Susruta Samhita” diceritakan bahwa Susruta dapat membentuk
telinga buatan pada seorang yang telinganya terpotong. Susruta ini sebenarnya adalah seorang
tabib bedah saat itu, namun tabib-tabib Hindustan setelahnya selalu memejamkan mata,
memanggil nama Susruta agar membantu dalam pembedahan secara gaib. Dalam hal ramuan
obat, peramu obat Hindustan hampir sama dengan peramu dari Persia. Walaupun tabib-tabib
Hindustan sudah sangat maju dalam pengobatan, mereka masih mencampurkan antara ilmu
kedokteran dengan praktek kahin (perdukunan). Kemajuan yang gemilang yang didapat dari
pengobatan Hindustan adalah, tabib-tabib mereka telah dapat melakukan pembedahan minor
pada daging tumbuh dan semacamnya.

Suriah & Iskandariah


Kedokteran bangsa Suriah dan Iskandariah masih berpangkal pada ilmu kedokteran Mesir Purba
dan ilmu kedokteran Funisia. Kitab-kitab kedokteran bangsa suriah ditulis dalam bahasa Suryani,
yaitu bahasa serumpun Arab. Cabang-cabang kedokteran yang berkembang di Suriah adalah:
(1) Pengobatan al-kayy yang dikenal dengan pengobatan al-kayy Syam.
(2) Pembedahan besar dan pembedahan kecil
(3) Lasah (fisioterapi) otot, syaraf dan tulang
(4) Pengobatan al-hijamah / bekam dan fashid.
(5) pengobatan dengan ramuan herbal.
Pada masa agama Nasrani berkembang di Suriah, ilmu kedokteran Suria mengalami
kemunduran. Rahib-rahib Nasrani ikut turun tangan mengobati pesakit menggantikan tabib-
tabib. Mereka membawakan pengobatan doa dan pengampunan, perabaan kasih Al-Masih,
percikan air suci Maria, sentuhan Salib Suci dan lainnya mirip kahin-kahin (dukun) Dewa Ba’al.
Hampir semua penyakit dihubungkan dengan kutukan, dosa dari Nabi Adam dan Hawa dan
semua itu harus ditebus dengan perabaan kasih Al-Masih, percikan air suci Maria, sentuhan Salib
Suci dan lainnya. Seorang gila dianggap kerasukan setan dan kena rayuan bisikan Iblis. Setan itu
bermukim di kepala orang gila tersebut oleh karenanya perlu dikeluarkan dengan jalan memahat
kepala orang gila tersebut agar setannya keluar dari lobang pahatan, Pengobatan semacam ini
terdapat juga di Iskandariah, Romawi sampai ke Andalusia pada kurun waktu 1500 Masehi.

Romawi & Yunani


Sejarah Yunani dan Romawi telah ada semenjak 500 tahun sebelum Masehi. Di sana telah
banyak dokter/tabib terkenal, namun dokter/tabib Yunani dan Romawi biasanya merangkap
sebagai kahin (dukun) atau sebaliknya. Kahin-kahin tersebut dianggap sebagai perantara bagi
dewa-dewa Olympus. Bentuk pemujaan dewa-dewa tersebut tecermin dari penggunaan nama dan
simbol keagamaan Yunani dan Romawi. Dalam hal penggunaan nama, istilah dan lambang
hingga saat ini pun masih digunakan nama, istilah dan lambang yang berpangkal dari simbol
keagamaan Yunani dan Romawi purba dan tidak sedikit dokter-dokter muslim terbawa latah
mengikutinya. Diantara nama-nama yang digunakan dalam kedokteran modern saat ini adalah:

 Aesculapius, dewa obat-obatan berwujud ular


 Hygeia, dewi kesehatan
 Psyiko, dewa kejiwaan

4. Ibnu Rushd (Averroes)


Ibnu Sina / Avicenna
Al-Biruni
Al-Khawarizmi
Jabir Ibnu Hayyan / Ibnu Geber
Ibnu Ismail Al Jazari 
Abu Al Zahrawi / Albucasis
Ibnu Haitham/Al Hazen
Al-Jahiz
Ar-Razi / Razhes

5. Perbedaan Ilmu menurut perspekti Islam dengan ilmuwan Barat adalah: Ilmu menurut perspektif
islam memiliki peran instrumen atau sarana untuk mencapai tujuan Islam, tujuan ilmu disini
sama denngan tujuan dari agama Islam, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan dikatakan
bahwa orang yang memiliki ilmu adalah orang yang mencari hakikat (kebenaran).dalam Islam
ilmu sangat berkaitan erat sekali dangan iman, iman snagt esensial, ilmu tanpa iman tak akan
produktif, dan akan berbahaya. Dan cara memperolahnya pun sedikit berbeda dengan apa yang
ditetapkan oleh Ilmuan Barat. Dalam Islam ilmu ada yang harus diperoleh melalui intuisi dan
wahyu. Sedangkan menurut ilmuwan barat ilmu adalah suatu pengetahuan yang bersal dari
pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari namun dilanjutkan dengan suatu
pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode, dengan tujuan
mengembangkan dan memberi makan terhadap dunia faktual. Metode memperolah ilmu menurut
ilmuwan Barat tidak ada yang menggunakan intuisi dan wahyu, karena Ilmu dalam perspektif
Barat tidak ada kaitannya dengan Agama, karena Agama dianggap tidak mendukung
pertumbuhan ilmu dan cara berfikir ilmiah.

6. Al-Hawi (bukan menyeluruh) yang terdiri dari 20 jilid. Karya ini lebih dianggap sebagai buku
induk dalam bidang ilmu kedokteran. Agaknya Al-Hawi lah yang merupakan karyanya yang
terbesar dan luas sesuai dengan namanya. Buku in dianggap pula sebagai intisari ilmu-ilmu
Yunani, Syariah, dan Arab. Dan lagi, apa yang dituliskan di dalamnya adalah hasil rangkuman
ilmu-ilmu kedokteran yang telah ia baca, ia catat, lalu kemudian ia uji keabsahan dan
kebenarannya lewat eksperimen. Kurang lebih setengah abad setelah wafatnya, buku tersebut
baru dijumpai dua jilid dan jauh sesudahnya baru ditemukan dalam berbagai museum di Eropa.
Istana-istana Kristen Eropa ketika itu mempunyai perhatian besar akan buku tersebut dan
merasakan betapa pentingnya buku tersebut untuk para tabib yang ditugaskan untuk menjaga
kesehatan keluarga raja-raja. Bahkan, Raja Charies (dari Anyou, saudara dari St. Louis pejuang
perang salib), Raja Salih dan Raja Napels, memerintahkan agar Al-Hawi diterjemahkan ke dalam
bahasa latin, bahasa resmi ilmu pengetahuan Eropa waktu itu sampai abad keempat belas.

7. Kitab Qanun fi al-Tibb (Canon of Medicine).


Karyanya dalam bidang ilmu kedokteran. Buku yang terbagi atas 3 jilid ini pernah
menjadi satu-satunya rujukan dalam bidang kedokteran di Eropa selama lebih kurang lima abad.
Buku ini merupakan iktisar pengobatan Islam dan diajarkan hingga kini di timur. Buku ini di
telah diterjemahkan ke bahasa Latin menjadi The Canon of Medicine yang digunakan sebagai
referensi di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Kitab ini selain lengkap, juga disusun secara sistematis. Buku Al-Qanun Fi Al-Tibb
mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit.
Sehingga Ilmu kedokteran Eropa tumbuh dan revolusi sains menjadi mekar.  Dalam bidang Materia
Medeica, Ibn Sina telah banyak menemukan bahan nabati baru Zanthoxyllum budrunga - dimana
tumbuh-tumbuhan banyak membantu terhadap beberapa penyakit tertentu seperti radang selaput
otak (Miningitis).

8. Ilmu kedokteran Islam merupakan salah satu bagian peradaban yang paling masyhur dan dikenal.
Bukan hanya selama Abad pertengahan, dokter dan kedokteran Islam dikaji dengan sungguh-
sungguh di Barat, tetapi juga pada masa Renaisans dan Abad 17. Barulah pada abad ke 19
pengkajian kedokteran Islam dihapus dari kurikulum sekolah dan perguruan di seluruh dunia
Barat. Meskipun kedokteran Barat modern sudah berkembang pesat, di Timur ilmu kedokteran
Islam masih terus dipelajari dan dipraktekkan. Setelah abad ke-13 M, ilmu kedokteran yang
dikembangkan sarjana-sarjana Islam mengalami masa stagnasi. Perlahan kemudian surut dan
mengalami kemunduran, seiring runtuhnya era kejayaan Islam di abad pertengahan.

9. Karena pada kedokteran islam mu kedokteran Islam didefinisikan sebagai ilmu pengobatan yang
model dasar, konsep, nilai, dan prosedur- prosedurnya sesuai atau tidak berlawanan dengan Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Prosedur medis atau alat pengobatan yang digunakan tidak spesifik pada
tempat atau waktu tertentu. Ilmu kedokteran Islam itu universal, mencakup semua aspek,
fleksibel, dan mengizinkan pertumbuhan serta perkembangan berbagai metode investigasi dan
pengobatan penyakit.

10. Sistem yang menjelaskan ilmu kedokteran, telah didasari dengan tingkatan argumentasi logis
tertentu. Didukung dengan obeservasi medis untuk menentukan adanya penyakit yang hinggap
dan memberikan penawarnya (obat). Maka dari itu diskursus teoritis sangat ditekankan pada
observasi klinis, dan pertimbangan teoritis memainkan peran utama dalam strukturisasi dan
organisasi pengetahuan medis. Artinya penelitian atau pengamatan medis tidak hanya bergerak
dalam ranah teori atau wacana. Tapi juga harus didukun pengamatan empiris (klinis). Jika kita
menganalisa metode dasar antara Al-Razi dan Ibnu Sina dalam Ilmu Kedokteran, kedua tokoh ini
berbeda dengan metode dasar keilmuan medisnya, Al-Razi menggunakan klasifikasi ilmu
kedokteran terapis, bukan teoritis.

Anda mungkin juga menyukai