Anda di halaman 1dari 21

Bab I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dunia saat ini tengah memasuki era globalisasi dengan dampak positif dan
negativenya. Di antara dampak positif tersebut misalnya terbukanya
berbagai kemudahan dan kenyamanan baik dalam lingkungan kesehatan,
ekonomi, informasi, teknologi, social dan psikologi. Sedangkan dampak
negatifnya antara lain terjadinya dislokasi, sekularisasi, dehumanisasi dan
sebagainya.
Sejak kelahirannya belasan abad yang lalu, Islam telah tampil sebagi agama
yang memberi perhatian pada kaseimbangan hidup antara hubungan
manusia dengan Tuhan, dan antara hubungan manusia dengan manusia;
antara urusan ibadah dengan urusan muamalah.
Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan sebagaimana tersebut
diatas menjadi penting jika dikaitkan dengan situasi kemanusiaan di zaman
modern ini. Kita mengetahui bahwa dewasa ini manusia menghadapi
berbagai macam persoalan yang benar-benar membutuhkan pemecahan
segera. Berbagai kasus penyimpangan dalam berbagai sector dan lini
kehidupan terjadi, termasuk misalnya penyimpangan yang berkaitan dengan
profesi kedokteran.
Pada jaman yang kian berkembang ini telah banyak terjadi berbagai macam
kasus yang memperburuk nama banyak dokter. Beberapa di antaranya
mungkin dikarenakan oleh sikap dan perilaku seorang Dokter dalam
menghadapi dan melayani pasiennya. Oleh karena itu, dalam bertugas dan
bekerja, seorang dokter memerlukan suatu etika untuk menjalankan
profesinya. Agar dapat tercapai suatu keserasian, kecocokan dan komunikasi
yang baik antara Dokter dengan pasien dan lingkungannya. Untuk itu, dalam
tulisan singkat ini akan dipaparkan bagaimana konsep Islam berkaitan
dengan ilmu kedokteran.

1
Bab II
Isi

2.1 Sejarah Ilmu Kedokteran Dalam Islam


Ikhtiar manusia dalam mengatasi penyakit yang dideritanya telah berkembang sejak ribuan
tahun lalu. Berawal dari insting yang diberikan Allah, manusia mampu mengatasi
penyakitnya. Selanjutnya pengetahuan mengenai penyakit dan ilmu pengobatan terus
berkembang seiring perkembangan peradaban manusia.

Dalam perjalanannya, ilmu pengetahuan seolah-olah terbagi dua kutub yang berbeda, antara
pengobatan timur dan pengobatan barat. Kini seakan-akan barat mengklaim perkembangan
ilmu kedokteran saat ini murni dari peradaban barat.
Padahal, ketika era kegelapan mencengkram Barat pada abad pertengahan, perkembangan
ilmu kedokteran diambil alih dunia Islam yang tengah berkembang pesat di Timur Tengah.
Pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang begitu pesat.
Sejumlah Rumah Sakit besar berdiri. Pada masa kejayaan Islam, Rumah Sakit tak hanya
berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga menjadi tempat
menimba ilmu para dokter baru.

Sekolah kedokteran pertama yang dibangun umat Islam adalah sekolah Jindi Shapur di
Baghdad. Khalifah Al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah yang mendirikan kota Baghdad
mengangkat Judis Ibn Bahtishu sebagai dekan sekolah kedokteran itu. Pendidikan kedokteran
yang diajarkan di Jindi Shapur sangat serius dan sistematik. Era kejayaan Islam telah
melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina,
Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis, dan Ibn- Maimon.

Rumah Sakit terkemuka pertama yang dibangun umat Islam berada di Damaskus pada masa
pemerintahan Khalifah Al-Walid dari Dinasti Umayyah pada 706 M. Namun, rumah sakit
terpenting yang berada di pusat kekuasaan Dinasti Umayyah itu bernama Al-Nuri. Rumah
sakit itu berdiri pada 1156 M, setelah era kepemimpinan Khalifah Nur Al-Din Zinki pada
1156 M.

Tak heran, bila penelitian dan pengembangan yang begitu gencar telah menghasilkan ilmu
medis baru. Era kejayaan peradaban Islam ini telah melahirkan sejumlah dokter terkemuka
dan berpengaruh di dunia kedokteran, hingga sekarang. `Islam banyak memberi kontribusi
pada pengembangan ilmu kedokteran.

Perkembangan Kedokteran Pada Masa Sebelum Masehi

2
Ilmu kedokteran pada masa purba berkembang seiring dengan perkembangan kecerdasan dan
kreativitas manusia. Sejarah mencatat pada masa purba telah dikenal pijat-memijat, ramu-
ramuan obat dan juga alat-alat perdukunan. Hal ini didasarkan pada insting (gharizah) yang
dianugerahkan Allah Swt, bermula dari pengalaman seseorang salah saru bagian tubuhnya
mengalami sakit, secara refleks ia memijat bagian yang sakit tersebut. Apa bila tidak
mengalami kemajuan mereka mulai melihat binatang-binatang yang makan buah atau
tanaman tertentu bila sakit, kemudian dicoba sendiri dan bila sembuh diberikan ramuan
tersebut pada orang lain, bahkan sejarah mencatat pada masa purba pula sudah dikenal
pembedahan. Kemudian pengetahuan tersebut diturunkan secara generasi ke generasi, namun
biasanya kemampuan pengobatan tersebut masih diliputi oleh unsur syirik, penyembahan
pada nenek moyang dan sebagainya.

Perkembangan Kedokteran Pada Masa Sebelum Nabi


Masa Sumeria dan Arkadia
Sumeria termasuk wilayah Irak sekarang, yaitu di dekat sungai Furat (Eufrat) & sungai
Dajlah (Tigris). Menurut data sejarah, tabib-tabib bangsa Sumeria telah mengenal pengobatan
sejak 4000 tahun sebelum masehi. Pada masa tersebut terdapat dua cara pengobatan; Pertama,
menggunakan pengobatan dukun (menggunakan ramuan, pijatan, lalu dijampi dengan
meminta bantuan jin). Kedua, dengan pengobatan yang ilmiah dimasa itu (ramuan herba,
madu, al-kayy bakar, lasah (fisioterapi), bahkan para tabib telah menuliskan ilmu-ilmunya
dalam buku-buku yang dibuat dari tanah liat.

Sedangkan Arkadia berada di Utara Irak bagian tengah tepatnya di pertemuan antara sungai
Furat (Eufrat) & sungai Dajlah (Tigris), kedokteran sempat mencapai masa gemilang dimasa
Raja Sargon, yang bahkan dari sejarah dikisahkan putri Raja Sargon, Anhiduana selain
menjadi pendeta juga sebagai pengkaji berbagai jenis pengobatan.

Babilonia
Bangsa Babiluuniyah (Babilon) masih serumpun dengan bangsa Arkadia dengan Raja
Hamurabi sebagai raja sangat terkenal. Dimasa Raja Hamurabi kemajuan segala ilmu didapat.
Bidang kedokteran yang berkembang saat itu antara lain al-kayy bakar, lasah (fisioterapi),
ilmu peramu obat (farmakologi) dan bahkan konon telah ada obat-obatan jaman Babilonia
dalam bentuk pil. Dibidang kedokteran didapati yang terkenal dimasa itu adalah
dibedakannya antara tabib dengan kahin (dukun). Tabib berperan sebagaiahli pengobatan
yang jauh dari tahayul, sedangkan kahin/dukun masih menghubungkan segala sesuatu dengan
hal yang di luar jangkauan akal.

Mesir
Mesir di masa Firaun telah memiliki peradaban yang tinggi mengungguli peradaban bangsa
lain, termasuk di dalamnya ilmu kedokteran. Pada masa Firaun Ramses II (sekitar + 1200
tahun sebelum masehi) di kota Thebe dan Memphis telah didirikan pusat pengkajian ilmu
kedokteran.

Di Mesir pun dikenal dua macam pengobatan; Pertama dengan khahin (dukun) yang meminta
bantuan pada jin berupa sihir-sihir. Di masa itu dikenal pula pembedahan namun dilakukan
hanya dengan menggunakan telunjuk dan dikatupkan kembali dengan ibu jari, dan konon
tidak meninggalkan bekas, selain itu juga dikenal pula pengobatan pijat jarak jauh,
pengobatan ini dilakukan oleh kahin-kahin (dukun-dukun) yang telah meminta bantuan jin
lewat sihir-sihir mereka. Kedua dengan pengobatan ilmiah. Pengobatan ini hingga saat ini
telah membuat takjub ilmu kedokteran modern saat ini. Mereka telah mampu melakukan

3
pembedahan besar. Perkembangan kedokteran Mesir telah mengenal anastesi yang
dinamakan Taftah. Mereka pun telah mengenal cara diagnosa dengan menggunakan detak
nadi pasien. Diagnosa warna lidah pun telah dikenal saat itu. Dapat disimpulkan metode
kedokteran di masa Mesir telah maju.

Persia
Bangsa Persia merupakan serumpun dengan bangsa Aria India, Yunani, Romawi, Isbanji,
Jerman dan rumpun Aria Eropa. Bangsa ini hidup pada sekitar 3000 tahun sebelum masehi.
Ilmu Kedokteran pada masa itu sangat tinggi. Mereka mengkitabkan ilmu kedokteran dalam
lempengan tanah liat, kulit dan lembaran tembaga. Aksara yang digunakan adalah tulisan
paku yang berasal dari aksara Sumeria.

Cabang ilmu kedokteran yang berkembang pada masa itu adalah; kedokteran mata -
berkembang di kota Syahran, kedokteran kandungan di kota Madyan dan kedokteran umum
di kota Jundi Kirman. Metode bedah yang dikembangkan sangat baik mereka sangat baik
dalam menjahit kembali bagian tubuh yang dibedah. Mereka menggunakan afium (opium)
sebagai anastesi (pembiusan). Alat-alat kedokteran pun telah berkembang sangat baik,
mereka telah menggunakan logam sebagai alat kedokteran & bedah.

Untuk sekolah kedokteran mereka sangat tertata rapi. Mereka memiliki kurikulum yang
sudah terstruktur baik, dengan tingkat-tingkat pemahaman yang diberikan.

Hindustan
Hindustan kita kenal dengan sistem kasta atau strata sosialnya. Kasta-kasta tinggi menjadi
penguasa dan kasta rendah menjadi pekerja. Begitu pula dalam kedokteran, ilmu kedokteran
Hindustan banyak dimonopoli oleh kasta Brahmana dan beberapa orang dari kasta Ksatria.

Lembaga pengkajian kedokteran sudah sangat maju di sana, diantaranya terdapat di Mathura,
Pataliputra dan Indraprahasta. Di Hindustan berkembang berbagai macam metode
kedokteran; Pertama yang berasaskan agama, yang berpangkal pada Atharwaweda (weda)
atau Ayurweda. Kedua metode tidak berasaskan agama, melainkan berasaskan ilmu
kedokteran murni. Ketiga metode campuran, yaitu metode kedokteran yang dicampur dengan
sihir.

Pengobatan yang bersumber dari kitab Weda sertakitab-kitab Upanisad dan Ramapitara
antara lain: penyembuhan dengan terapi pernafasan yang biasa disebut Yoga, penyembuhan
dengan terapi upawasa (puasa) dan tapa, penyembuhan dengan terapi Dahtayana (tenaga
dalam) hingga pengobatan dengan perabaan jarak jauh. Ada juga pengobatan dengan terapi
air, pengobatan dengan tusukan dan bedah. Dalam kitab Hindu Susruta Samhita diceritakan
bahwa Susruta dapat membentuk telinga buatan pada seorang yang telinganya terpotong.
Susruta ini sebenarnya adalah seorang tabib bedah saat itu, namun tabib-tabib Hindustan
setelahnya selalu memejamkan mata, memanggil nama Susruta agar membantu dalam
pembedahan secara gaib. Dalam hal ramuan obat, peramu obat Hindustan hampir sama
dengan peramu dari Persia.

Walaupun tabib-tabib Hindustan sudah sangat maju dalam pengobatan, mereka masih
mencampurkan antara ilmu kedokteran dengan praktek kahin (perdukunan). Kemajuan yang
gemilang yang didapat dari pengobatan Hindustan adalah, tabib-tabib mereka telah dapat
melakukan pembedahan minor pada daging tumbuh dan semacamnya.

4
Suriah & Iskandariah
Kedokteran bangsa Suriah dan Iskandariah masih berpangkal pada ilmu kedokteran Mesir
Purba dan ilmu kedokteran Funisia. Kitab-kitab kedokteran bangsa suriah ditulis dalam
bahasa Suryani, yaitu bahasa serumpun Arab. Cabang-cabang kedokteran yang berkembang
di Suriah adalah: (1) Pengobatan al-kayy yang dikenal dengan pengobatan al-kayy Syam. (2)
Pembedahan besar dan pembedahan kecil (3) Lasah (fisioterapi) otot, syaraf dan tulang (4)
Pengobatan al-hijamah / bekam dan fashid. (5) pengobatan dengan ramuan herbal.

Pada masa agama Nasrani berkembang di Suriah, ilmu kedokteran Suria mengalami
kemunduran. Rahib-rahib Nasrani ikut turun tangan mengobati pesakit menggantikan tabib-
tabib. Mereka membawakan pengobatan doa dan pengampunan, perabaan kasih Al-Masih,
percikan air suci Maria, sentuhan Salib Suci dan lainnya mirip kahin-kahin (dukun) Dewa
Baal. Hampir semua penyakit dihubungkan dengan kutukan, dosa dari Nabi Adam dan Hawa
dan semua itu harus ditebus dengan perabaan kasih Al-Masih, percikan air suci Maria,
sentuhan Salib Suci dan lainnya.

Seorang gila dianggap kerasukan setan dan kena rayuan bisikan Iblis. Setan itu bermukim di
kepala orang gila tersebut oleh karenanya perlu dikeluarkan dengan jalan memahat kepala
orang gila tersebut agar setannya keluar dari lobang pahatan, Pengobatan semacam ini
terdapat juga di Iskandariah, Romawi sampai ke Andalusia pada kurun waktu 1500 Masehi.

Romawi & Yunani


Sejarah Yunani dan Romawi telah ada semenjak 500 tahun sebelum Masehi. Di sana telah
banyak dokter/tabib terkenal, namun dokter/tabib Yunani dan Romawi biasanya merangkap
sebagai kahin (dukun) atau sebaliknya. Kahin-kahin tersebut dianggap sebagai perantara bagi
dewa-dewa Olympus. Bentuk pemujaan dewa-dewa tersebut tecermin dari penggunaan nama
dan simbol keagamaan Yunani dan Romawi.

Dalam hal penggunaan nama, istilah dan lambang hingga saat ini pun masih digunakan nama,
istilah dan lambang yang berpangkal dari simbol keagamaan Yunani dan Romawi purba dan
tidak sedikit dokter-dokter muslim terbawa latah mengikutinya.

Di antara nama-nama yang digunakan dalam kedokteran modern saat ini adalah:

1. Aesculapius: dewa obat-obatan berwujud ular


2. Hygeia: dewi kesehatan
3. Psyiko: dewa kejiwaan
4. Venus: dewi kebirahian

Adapun lambang-lambang yang masih digunakan sekarang adalah:

1. Lambang Piala dan Ular


2. Lambang Tongkat dan Ular
3. Tanda Rx, Recipe-Recipere (diberikan atau diambilkan)

Semua lambang berasal dari Lambang Altar Dewa Jupiter atau Zeus Pater. Lambang
ini dianggap sebagai azimat penangkal dan induk penyembuhan. Tabib-tabib Yunani biasa
menuliskan surat obat (resep) yang terdapat tulisan semoga Dewa Jupiter segera
memberikan kesembuhan

5
Kita dapat melihat bentuk ikut-ikutnya dokter saat ini dalam sebuah ajaran agama pagan yang
mengimani dewa dan dewi Yunani dalam sumpah kedokteran modern yang kita kenal
dengan Sumpah Hippokrates;
I swear by Apollo Physician and Asclepius and Hygieia and Panaceia and all the gods
and goddesses, making them my witnesses, that I fulfil according to my ability and
judgement this oath and this covenant.
Saya bersumpah demi (Tuhan) bahwa saya akan memenuhi sesuai dengan kemampuan
saya dan penilaian saya guna memenuhi sumpah dan perjanjian ini.
Now if I carry out this oath, and break it not, may I gain for ever reputation among all
men for my life and for my art; but if I transgress it and forswear myself, may the
opposite befall me.
Apabila saya menjalankan sumpah ini, dan tidak melanggarnya, semoga saya bertambah
reputasi dimasyarakat untuk hidup dan ilmu saya, akan tetapi bila saya melanggarnya,
semoga yang berlawanan yang terjadi.
And whatsoever I shall see or hear in the course of my profession, as well as outside my
profession in my intercourse with men, if it be what should not be published abroad, I
will never divulge, holding such things to be holy secrets.
Dan apa pun yang saya lihat dan dengar dalam proses profesi saya, ataupun di luar profesi
saya dalam hubungan saya dengan masyarakat, apabila tidak diperkenankan untuk
dipublikasikan, maka saya tak akan membuka rahasia, dan akan menjaganya seperti rahasia
yang suci.
Into whatsoever houses I enter, I will enter to help the sick, and I will abstain from all
intentional wrongdoing and harm, especially from abusing the bodies of man or woman,
slave or free.
Ke dalam rumah siapa pun yang saya masuki, saya akan masuk untuk menolong yang sakit
dan saya tidak akan berbuat suatu kesalahan dengan sengaja dan merugikannya, terutama
menyalahgunakan tubuh laki-laki atau perempuan, budak atau bukan budak.
To hold him who has taught me this art as equal to my parents and to live my life in
partnership with him, and if he is in need of money to give him a share of mine, and to
regard his offspring as equal to my brothers in male lineage and to teach them this art-
if they desire to learn it-without fee and covenant; to give a share of precepts and oral
instruction and all the other learning of my sons and to the sons of him who instructed
me and to pupils who have signed the covenant and have taken an oath according to
medical law, but to no one else.
Memperlakukan guru yang mengajarkan ilmu (kedokteran) ini kepada saya seperti orangtua
saya sendiri dan menjalankan hidup ini bermitra dengannya, dan apabila ia membutuhkan
uang, saya akan memberikan, dan menganggap keturunannya seperti saudara saya sendiri
dan akan mengajarkan kepada mereka ilmu ini bila mereka berkehendak, tanpa biaya atau
perjanjian, memberikan persepsi dan instruksi saya dalam pembelajaran kepada anak saya
dan anak guru saya, dan murid-murid yang sudah membuat perjanjian dan mengucapkan
sumpah ini sesuai dengan hukum kedokteran, dan tidak kepada orang lain.
I will use treatment to help the sick according to my ability and judgment, but never
with a view to injury and wrongdoing. neither will I administer a poison to anybody
when asked to do so, not will I suggest such a course.
Saya akan menggunakan pengobatan untuk menolong orang sakit sesuai kemampuan dan
penilaian saya, tetapi tidak akan pernah untuk mencelakai atau berbuat salah dengan
sengaja. Tidak akan saya memberikan racun kepada siapa pun bila diminta dan juga tak
akan saya sarankan hal seperti itu.

6
Similarly I will not give to a woman a pessary to cause an abortion. But I will keep pure
and holy both my life and my art. I will not use the knife, not even, verily, on sufferers
from stone, but I will give place to such as are craftsmen therein.
Juga saya tidak akan memberikan wanita alat untuk menggugurkan kandungannya, dan saya
akan memegang teguh kemurnian dan kesucian hidup saya maupun ilmu saya. Saya tak akan
menggunakan pisau, bahkan alat yang berasal dr batu pada penderita(untuk percobaan),
akan tetapi saya akan menyerahkan kepada ahlinya.

Sumpah Hippocrates itu mengundang 8 buah nasehat atau peringatan yaitu :

1. Mengajarkan Ilmu Kedokteran kepada mereka yang berhak menerimanya.


2. Mempraktekan Ilmu Kedokteran hanya untuk memberi manfaat sebanyak-banyaknya
bagi pasien.
3. Tidak mengerjakan sesuatu yang berbahaya bagi pasien.
4. Tidak melakukan keguguran buatan yang bersifat kejahatan.
5. Menyerahkan perasat-perasat tertentu kepada teman-teman sejawat ahli dalam
lapangan yang bersangkutan.
6. Tidak mempergunakan kesempatan untuk melakukan kejahatan atau godaan yang
mungkin timbul dalam mengerjakan praktek kedokteran.
7. Hidup dalam keadaan suci dan sopan santun.
8. Memelihara rahasia jabatan.

Sumpah Hippocrates tersebut telah dijadikan dasar penyusunan sumpah dokter sebagai yang
telah dikukuhkan oleh Mukhtamar Ikatan Dokter Sedunia (The Word Medical Association) di
kota Geneva dalam tahun 1948, yang kemudian di kenal sebagai Deklarasi Geneva 1948.

Adapun sumpah kedokteran muslim yang sekarang disebut dengan istilah Kode Etik
Profesi adalah sebagai berikut.
Saya bersumpah dengan nama ALLAH yang Maha Agung dan Nabi-Nya yang Mulia
Muhammad SAW untuk menjadi orang yang dipercaya, berpegang teguh pada syarat-syarat
kemuliaan dan kebaikan dalam melaksanakan profesi kedokteran. Saya akan mengobati
orang-orang miskin secara gratis, tidak meminta upah yang melebihi upah pekerjaan saya.
Jika saya memasuki rumah, mata saya tidak akan melihat segala apa yang terjadi didalamnya,
lidah saya tidak akan mengucapkan rahasia-rahasia yang diamanatkan kepada saya. Saya
tidak akan menggunakan hasil kerja saya untuk merusak ahlak yang terpuji, tidak akan bantu
membantu untuk melakukan dosa. Selamanya tidak akan memberi racun atau
menunjukkannya, tidak akan memberi obat yang ada bahayanya bagi orang yag hamil, juga
tidak akan menggugurkan kandungannya. Saya akan menjadi orang terhormat, mejaga
kebaikan orang-orang yang mengajari saya dengan mengajari anak-anak mereka sepadan
dengan apa yang saya pelajari dari orang tua meraka. Selama saya perpegang teguh dengan
janji saya dan dapat dipercaya dengan sumpah saya tersebut, maka semua manusia
menghormati saya. Jika saya melanggar itu, maka saya siap menjadi orang yang
terhina. ALLAH menjadi saksi atas apa yang saya ucapkan.

2.2 Islam dan Etika Kedokteran


ISLAM SUMBER ETIKA TERTINGGI

7
Pertanyaan yang segera timbul ialah apakah kewajiban-kewajiban seorang dokter
seperti terdapat dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia, serta sumpah yang telah diikrarkan
menurut lapal sumpah dokter, sudah pasti dapat menjamin seorang dokter untuk tidak
melakukan penyelewengan dan pelanggaran?

Kebiasaan membuktikan bahwa ajaran etika yang semata-mata hanya bersumber dari
manusia akan mudah dilanggar bagaimanapun indah rumusannya, termasuk SUMPAH
HIPOCRATES tidak akan ada artinya bila tidak disertai dengan iman kepada Allah swt.
karena rumusan-rumusan etika itu dapat saja dilanggar tanpa ada sangsi, bahkan dapat
dihindarkan dengan berbagai dalih dan alasan sehingga yang berwajib tidak bisa berbuat apa-
apa andaikata tidak ada pengaduan dari pasien atau masyarakat.

Untuk itulah Allah swt. Pencipta alam semesta menurunkan agama kepada manusia
dan beberapa kitab suci untuk dipedomani dan diutus Rasul-Rasul untuk menjadi contoh
tauladan dalam melaksanakan dan mempraktekkan ajaran etika yang dikehendaki oleh Allah
swt.

Perlu diketahui bahwa salah satu misi Rasulullah yang amat penting ialah untuk
meningkatkan akhlak ummat manusia. Hal itu dijelaskan sendiri oleh Rasulullah:
Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (H.R. Malik).

Sebagai utusan Allah, beliau menunjukkan dalam praktek hidup dan kehidupannya sehari-
hari contoh-contoh akhlak yang baik, sehingga Allah memuji seperti yang dinyatakan Tuhan
dalam Al-Quran: Dan engkau sesungguhnya memunyai akhlak yang tinggi. (QS: Al-Qalam:
4).

Sesungguhnya akhlak yang dibawa dan dikembangkan oleh Rasulullah saw adalah
banyak, meliputi segala segi dan sector kehidupan manusia. Saad bin Hisyam, seorang
sahabat pernah bertanya kepada Aisyah, apakah isi akhlak Rasulullah itu? Aisyah menjawab
dengan mengajukan pertanyaan: Bukankah anda sudah membaca Al-Quran? Isi Al-Quran
itulah yang menjadi inti sari akhlak beliau.

Tetapi karena banyak manusia yang tidak memerhatikan etika Rasulullah yakni Al-
Quran akibatnya mereka ditimpakan kesengsaraan dan kehinaan seperti yang digambarkan
oleh Allah swt. Yang artinya: Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali
jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan
mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. (QS Ali
Imran: 112).

Ayat ini menjelaskan bahwa manusia yang akan selamat ialah manusia yang
berpegang teguh kepada agama, yakni mereka yang senantiasa memelihara hubungannya
dengan Allah dan sesama manusia. Apabila kedua hubungan ini tidak mereka pelihara atau
dengan kata lain mereka tidak mendasarkan hidupnya kepada agama, pasti mereka akan
celaka dan sengsara dalam kehidupan yang sesat.

Ajaran pokok dalam agama ialah percaya akan adanya Allah swt. Allah penuntun
hidup yang sebaik-baiknya, ia selalu bersama manusia, ia melihat dan mengetahui apa yang

8
diperbuat oleh manusia, kemudian ia akan membalas segala kebaikan dan kejahatan yang
telah diperbuat oleh manusia di dunia dengan balasan yang adil dan setimpal.

Di dalam Al-Quran telah dijelaskan tujuan hidup dan tugas manusia di dunia. yang
pertama tujuan diciptakan manusia ialah untuk menjadi hambanya yang taat kepada perintah-
Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Tersebut di dalam surat az-zariyat: 56 Allah
berfirman: Dan tidaklah aku jadikan jin dan manusia, melainkan hanya untuk mengabdikan
diri kepadaku.

Sedang fungsi manusia ialah sebagai khalifah Allah dimuka bumi, pengelolah semua yang
ada dimuka bumi untuk kebaikan manusia dan alam isinya. Tersebut dalam surat Al-
Anbiya:107 Dan ingatkah ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat: sesungguhnya aku
akan menjadikan khalifah di muka bumi. Kemudian Allah menjelaskan untuk siapa
manusia bekerja di dunia ini. tersebut dalam surat Al-Anam: 162 katakanlah:
sesunggguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam. Ayat ini menjelaskan bahwa apapun yang kita kerjakan di dunia ini adalah
untuk Allah semata. Hanya kepada-Nya manusia menyembah dan memohon pertolongan.

Setiap perbuatan manusia yang dilakukan dengan niat untuk mencari keridhaan
Tuhan, maka perbuatan itu akan menjadi ibadah di sisi Allah swt. Dengan adanya sanksi
(pahala dan dosa) atas setiap perbuatan manusia, maka mereka yang secara konsisten
melakukan segala jenis kebajikan dengan dasar keimanan dan keikhlasan, ia pasti merasa
puas dan bahagia serta memeroleh kemantapan dan ketenangan dalam jiwanya.

Jiwa yang puas, tenang dan bahagia akan sulit berbuat pelanggaran dan penyelewengan,
karena justru perbuatan yang demikian itu, akan mengganggu ketentraman jiwanya, karena ia
merasa diri berdosa. Dan bagi seorang yang telah memiliki penghayatan dan ketaatan yang
baik dalam melaksanakan ajaran agamanya, maka berbuat dosa, walau sekecil apapun,
jiwanya pasti tidak bisa tentram kecuali setelah ia bertobat dengan sungguh-sungguh kepada
Allah swt. Dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi dan benar-benar selanjutnya berbuat
kebajikan.

Karena itu, seorang dokter yang taat beragama, ia tidak hanya semata-mata melihat
perbuatannya itu sekedar menunaikan kewajiban, tetapi juga sekaligus menilai perbuatannya
itu sebagai ibadah kepada Allah swt.

Seorang dokter yang telah bersumpah akan membaktikan hidupnya demi kepentingan
perikemanusiaan, menjalankan tugasnya dengan cara yang terhormat dan bersusila, kesehatan
penderita senantiassa diutamakan, menghormati setiap hidup insani mulai dari saat
pembuahan, tidak mempergunakan pengetahuan kedokterannya untuk melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan, begitu pula seperti yang tercantum dalam
kode Etik Kedokteran Indonesia.

Semua itu dilakukan bukan semata-mata sekedar sebagai sumpah melainkan lebih daripada
itu, ia justru melakukan itu karena dipandang dan dirasakan sebagai ibadah dan perintah dari

9
Allah swt. bahkan sebagai amanah yang apabila dilaksanakan dengan baik pasti ia akan
memeroleh pahala di sisi Tuhan dan kalau tidak ia akan memeroleh murka dari pada-Nya.

Karena itu mengucapkan sumpah seperti yang biasa dilakukan pada penyumpahan
dokter, adalah bukan suatu ucapan yang boleh diremehkan atau dilalaikan begitu saja, karena
orang yang bersumpah itu pada hakikatnya adalah orang yang mengucapkan suatu janji di
hadapan Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai sanksi dengan menyebut nama-Nya atau sifat-
Nya secara langsung dalam janjinya itu.

Sumpah memunyai arti menguatkan sesuatu dengan mengucapkan nama Allah


seperti: Demi Allah (wallahi, wabillahi, watallahi) dan seterusnya. Seorang dokter yang telah
berjanji dengan mengucapkan sumpah kedokteran kemudian diperkuat dengan sumpah
menurut agama, maka ia sungguh-sungguh telah terikat dengan ikrarnya itu. Sumpah di sini
artinya keterikatan tetapi dilakukan dengan penuh kesadaran, kesengajaan, kerelaan, bukan
karena paksaan, dan karena itulah seorang dokter dengan sumpahnya itu ia berani dengan
sungguh-sungguh mempertaruhkan kehormatan dan jiwanya.

Karenanya para dokter yang sungguh-sungguh menghayati sumpahnya tidak


mengherankan apabila mereka selalu siap dalam tempo 24 jam untuk menunaikan tugas
baktinya memberikan pertolongan kepada penderita dengan tekad bahwa kesehatan penderita
senantiasa ia utamakan dalam rangka membaktikan hidupnya guna kepentingan
perikemanusiaan.

Seorang dokter yang telah bersumpah menurut agama yang diyakininya, pasti akan
berusaha menjadi seorang dokter yang baik, menunaikan tugas profesinya dengan penuh rasa
tanggung jawab di hadapan Tuhan yang maha Kuasa. Dan kalau ia sudah taat kepada
agamanya pasti akan senantiasa sadar bahwa dirinya selalu dalam control dan pengawasan
Tuhannya. Ia yakin akan firman tuhan yang artinya: apakah ia tidak mengetahui bahwa
Allah senantiasa memerhatikan dia. Di ayat lain, dikatakan: Dan Allah itu selalu beserta
kamu dimana saja kamu berada. Dan firman Tuhan: Dan kami lebih dekat dari padanya
dari urat lehernya sendiri.

Statement diatas membuahkan sebuah konsistensi bahwa manusia bisa saja ditipu dan
dibohongi, tapi kepada Tuhan tidak akan bisa ditipu dan dibohongi. Bukankah Dia maha
mengetahui lagi maha bijaksana?

Kesadaran seperti ini hanya bisa lahir dari seseorang yang telah menghayati ajaran
agamanya. Lahir sebagai manifestasi dari komitmen keimanannya terhadap adanya yang
maha Ghaib, dirasakan dalam lubuk jiwanya yang paling dalam, sebagai zat yang maha
agung lagi maha tinggi. Yaitu Allah swt., pencipta alam semesta dan hanya kepada-Nyalah
semua makhluk akan kembali.

Keyakinan seperti ini akan melahirkan sebuah dorongan batin untuk menyembah serta
menyerah diri kepada kehendak-Nya. Dan itulah dia Islam. Islam artinya penyerahan diri
kepada kehendak Tuhan, dan inipun merupakan tempat pemberhentian terakhir dari
perjalanan akal dan fikiran manusia. Seorang dokter yang telah memberikan pertolongan

10
kepada pasiennya, dengan semua ilmu dan kemampuan yang ada padanya, namun pada
akhirnya ia juga terpaksa menyerah dan mengaku suatu kenyataan dimana kehendak Tuhan
jugalah yang menentukan. Tuhan adalah faalun lima yurid (berbuat apa yang ia
kehendaki). wafauqa kulli ziy ilmin alim (dan diatas tiap-tiap orang yang berpengetahuan
itu ada lagi yang maha mengetahui).

Penyerahan diri secara mutlak ini, membuat manusia mencapai kemerdekaan hakiki.
Dan kemerdekaan hakiki ini hanya bisa dicapai dengan pengabdian kepada Tuhan. Lepas dari
ikatan duniawi dan lepas dari ikatan hawa nafsu. Namun, manusia dalam usahanya menuju
kepada kesempurnaan ini senantiasa dikalahkan dan dijajah oleh hawa nafsunya. Dan setiap
kali manusia dijajah oleh hawa nafsu, maka hilanglah kemerdekaan hakiki yang selalu
didambakan olehnya. Karena itu perjuangan melawan hawa nafsu adalah sangat berat. Dan
beratnya itu diakui sendiri oleh Nabi besar Muhammad saw. Dalam sabda beliau: kami
kembali dari perjuangan yang lebih kecil menuju ke perjuangan yang lebih besar.

Seorang dokter yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, tidak memerhatikan etika,
pasti akan melakukan berbagai tindakan yang sangat merugikan pasien, bahkan bukan tidak
mungkin melakukan pemerasan terhadap pasien demi memenuhi kesenangan hawa nafsunya
yang tidak pernah puas itu, sehingga dokter bukan lagi pemberi ketenangan, kesembuhan dan
kebahagiaan kepada pasien, melinkan penderitaan lahir batin.

Sebagai contoh dapat dilihat dalam hubungan dokter dengan pasien. Pasien membutuhkan
dokter untuk pengobatan, demi kesembuhan mereka dari penyakit yang mereka derita. Dalam
hal ini dokter membutuhkan pula uang dari pasien. Maka sebagai orang sakit tentu dia
bersedia untuk memberikan apapun asal dia dapat disembuhkan dari penyakitnya. Ia bersedia
memberikan pengorbanan apapun demi keselamatan dan kesehatan dirinya. Dalam suasana
seperti ini, bila dokter tidak dibekali dengan etika dan agama, maka iapun dapat menghendaki
sebanyak mungkin lagi dari penderita, apatahlagi apabila dokter ini tidak beriman da
bertaqwa kepada Allah swt.

ISLAM DAN ETIKA KEDOKTERAN

Khusus untuk kasus penyimpangan yang terjadi berkaitan dengan etika kedokteran yang
mungkin saja bersifat individual, namun apabila dilihat lebih lanjut, mungkin hanya karena
kehkilafan dari dokter yang bersangkutan atau dokter yang bersangkutan kurang menghayati
akan etika kedoketeran dan untuk ini mungkin salah satu sebabnya adalah karena pendidikan
etika kedokteran kita tidak dilandasi dengan suatu kesadaran yang lebh mendalam dan lebih
mengakar, yaitu suatu kesadaran yang tidak hanya memperkokoh tanggung jawab moril
manusia sebagai makhluk indifidual dan social semata, tetapi dan bahkan lebih dari itu
semua, ia dituntut memiliki tanggung tawab relegius, sebuah tanggung jawab yang tidak
hanya mengacu kepada sebuah kesuksesan administrative, tetapi juga tanggung jawab yang
bersifat ketuhanan dengan sebuah prinsip bahwa apapun yang diperbuat, kecil dan besar,
pasti akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah swt.

Penghayatan dan ketaatan seorang dokter dalam melaksanakan ajaran agamanya adalah suatu
summbangan yang sangat positif untuk berhasilnya pendidikan etika kedokteran. Sebagai

11
suatu pendidikan profesi, pendidikan kedokteran diharapkan dapat menghasilkan dokter yang
menguasai ilmu teori dan praktik kedokteran beserta perilaku dan etika yang mulia pula.
Dalam upacara wisuda semua calon dokter harus mengucapkan sumpah dokter dengan
disaksikan oleh Dekan, Direktur Rumah Sakit, Kepala Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan, para dosen dan anggota keluarga. Dalam mengikrarkan sumpah yang didampingi
oleh para pemuka agama, calon dokter berjanji akan mengamalkan Kode Etik Kedokteran.
Dengan adanya hal tersebut diharapkan kelak para calon dokter akan menjadi dokter yang
beretika mulia, bertanggungjawab dan taat pada hukum yang berlaku.

Dalam praktek pengobatan dan perawatan pada pasien perlu diterapkan etika. Para dokter
harus memiliki sikap tersebut dalam menjalankan profesinya itu. Karena itu sangat
berpengaruh pada keberhasilannya dalam menyembuhkan pasien. Selain sikap itu khusus
untuk menjaga nama baik atau keprofesionalan seorang dokter, sikap-sikap etis dokter juga
berkaitan dengan psikologi pasien. Bagaimana seorang dokter mampu menciptakan suasana,
menciptakan rasa percaya diri untuk sembuh dan sebagainya.

Profesi dokter yang disandang seseorang, sangat terhomat di mata pasiennya. Oleh karena itu
untuk menjaga kehormatan, nama baik maupun keharmonisan antara dokter dan pasiennya,
perlu diterapkan sikap-sikap etis yang diemban para dokter. Berangkat dari situ, tradisi
kedoteran para era kejayaan Islam menetapkan peraturan atau kode etik harus diemban oleh
para dokter. Hingga era kekhalifahan Usmani peraturan berjalan sangat ketat. Para dokter
muslim diwajibkan memegang teguh etika kedokteran dalam mengobati pasiennya.

Islam adalah agama samawi pertama yang membebaskan ilmu pengetahuan dan ilmu medis
dari kekuasaan agamawan. Islam melarang mengobati pasien dengan pendekatan agama
(religious approach) dan doa semata. Islam merupakan agama pertama yang mengakui
otoritas ilmu pengetahuan, ilmu medis dan ilmu obat-obatan

kitab Tarikh al- Thibb (sejarah kedokteran) menjelaskan bahwa pada masa kefakuman
pemerintah teokrasi di Eropa, pengobatan sepenuhnya berada di tangan tokoh-tokoh agama.
Dan tak seorang pun selain mereka yang diberi wewenang untuk melakukan pengobatan
kepada pasien, bahkan pernah gereja memerintahkan untuk membakar hidup-hidup para tabib
(dokter) dan sarjana atau menyiksa mereka di ujung tombak hingga mati. Maka Islam pun
datang dengan persepektif baru, yaitu :

Menurut Islam, sakit merupakan qadla dan qadar Allah yang diturunkan kepada mukmin dan
juga kepada kafir, tetapi seorang mukmin wajib bersabar terhadap cobaan yang menimpanya,
sedang bersabar (dari cobaan itu) akan diberi pahala dan mendapatkan kebaikan di sisi Allah.

Islam tidak mengakui bahwa iman dan doa semata mempunyai pengaruh secara langsung dan
mendasar, tetapi juga mengakhiri pengaruh keduanya dalam proses terapi. Islam juga tidak
mengakui proses pengobatan yang hanya didominasi dari tokok-tokoh agama, tetapi Islam
mendorong agar menghormati ilmu medis, sains dan dokter serta mencari pertolongan dari
mereka, juga menghormati penemuan obat-obatan dan perkembangan ilmu kedokteran.

12
Islam berpandangan bahwa upaya menjaga kesehatan dan meminta pertolongan dokter
tidaklah berarti menghindari qadla dan qadar Tuhan, bahkan pengobatan dengan cara apapun
merupakan qadla dan qadar Allah.

Ketika rasullah SAW tiba di Madinah dan menegakkan kedaulatan di sana, banyak orang-
orang yang datang kepada beliau untuk disembuhkan dengan syafaah dan doa. Tetapi mereka
terkejut ketika belau bersabda. Panggillah mereka (dokter) untuknya. Mereka berkata
dengan heran; Engkau berkata begitu wahai Rasullah? beliau menjawab; Ya ambilah
pengobatan dari hamba Allah. Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit melainkan
juga menurunkan obat untuknya, kecuali satu. Mereka bertanya: Apa itu? Jawab beliau.
Penyakit tua.

Suatu ketika sekelompok sahabat bertanya kepada rasulullah SAW : Wahai Rasulullah,
apahah obat-obatan yang senantiasa kami pakai, dan perawatan yang selalu kami lakukan
bukan ketentuan Allah? Jawab beliau; Bahkan semua itu dari ketentuan Alloh.

Jadi peran Islam dalam membebaskan ilmu kedokteran dan medis dari otoritas tokoh-tokoh
agama, bahkan membebaskan belenggu taklid, khurafah dan pemikiran-pemikiran sesat yang
menghalangi dan mematikan kreativitas ilmiah. Islam adalah agama pertama yang
mengangkat para dokter pada posisi terhormat dan mapan.

Islam adalah agama pertama yang memikirkan kesejahteraan dokter dan praktek kedokteran.
Islam membebaskan pengobatan medis dari cengkraman tokoh-tokoh agama dan meletakkan
hubungan yang harmonis dengan antara ilmu dan agama. Islam menempatkan di antara
keduanya pada proporsi dan profesinya masing-masing.

2.3 Hubungan Ilmu Kedokteran dengan Islam


Hubungan kedokteran dengan islam sangat erat, mungkin kita sering melupakan itu, banyak
juga cara pengobatan yang luar biasa yang di ajarkan islam dan terkait sekali dengan ilmu
kedokteran, contoh orang yang sakit di rumah sakit , terbaring, saraf-sarafnya yang kaku, saat
di bacakan ayat suci al qur'an maka saraf sarafnya akan kembali aktif melalui
pendengarannya yang mendengarkan bacaan al qur'an, begitu luar biasanya al qur'an yang
hanya di bacakan langsung bisa menjadi pengobatan, hal hal seperti ini seharusnya juga
disadari para dokter muslim. Alangkah baik dan indahnya apabila semua dokter bekerja
dengan berlandaskan islam, sehingga setiap apa yang dilakukannya, setiap yang di
putuskannya tidak merugikan orang lain. Contoh kasus seorang dokter yang tidak mau
melakukan operasi kepada pasien yang belum menyelesaikan adminitrasi, ini sering sekali
terjadi sehingga merenggut nyawa si pasien, bukankah tugas seorang dokter untuk mengobati
dan menolong sesuai pekerjaannya? apakah tidak boleh seorang dokter bekerja tanpa uang?
Mungkin ini lah yang dikatakan sudah jauh dari pedoman hidup kita yaitu Al qur'an, saya
yakin mereka yang berpedoman kepada Al qur'an tidak akan melakukan hal seperti itu .

Delapan abad yang lalu Imam Ibn Al-Qaiyim Al Jauziah menjawabnya dalam buku yang
berjudul Pengobatan Menurut Petunjuk Nabi. Gemagung Ikhitiati, 2002 hal 192-197 dan
diterjemahkan oleh H.M.A. Saaridinata. Judul aslinya adalah Al-Tibb al-Nabawiya, versi

13
Inggrisnya Healing with the Medicine of the Prophet (sal allahu `alayhi wa salim) yang di
terbitkan oleh Darussalam Publications di Beirut, Libanon.
Al-Qayyim hidup di tahun 1292-1350. Ia adalah ahli hukum Islam dan berbagai cabang ilmu
lainnya seperti astronomi, kimia, filsafat dan agama. Walaupun demikian ia lebih dikenal
sebagai scholar of heart atau ahli kalbu karena karyanya yang luas dalam perilaku manusia
dan etika. Menurut dia seorang dokter wajib berlaku sesuai dengan 20 hal. Perlu dicatat
bahwa butir ke 20 merupakan enam prinsip pengobatan yang menentukan apakah dia seorang
dokter atau tidak.
1. Melakukan diagnosa mengenai jenis penyakit.
2. Mencari penyebab yang ada dibalik penyakit tersebut
3. Memeriksa pasien untuk menentukan kalau-kalau tubuhnya mampu mengatasi
penyakit atau keadaannya lebih lemah disbanding penyakitnya. Jika si pasien
cukup kuat untuk menolak penyakitnya, maka dokter tidak perlu memberikan
resep obat.
4. Memeriksa pasien, perilaku dan kondisinya
5. Meneliti peruzat-peruzat kondisi pasien
6. Mencari tahu umur pasien
7. Meneliti kebiasaannya dan apa yang terbiasa baginya
8. Mengingat pengaruh musim
9. Memasukkan kedalam pertimbangan tempat asal si pasien
10. Mempertimbangkan kondisi atmosfir pada saat dia terserang penyakit
11. Mencari obat yang tepat dan sesuai
12. Meneliti keefektifan dan ukuran banyaknya obat
13. Dokter tidak saja bertujuan menyembuhkan penyakit, tetapi juga mencegah apa-apa
yang lebih berat menjadi terjadi. Misalnya, jika menyembuhkan suatu penyakit
tertentu mengarah kepada penyakit yang bahkan lebih berat, maka dokternya
membiarkan penyakit yang ada dan berupaya untuk membuatnya menjadi lebih
ringan. Misalnya, lubang urat darah, yang diobati dengan pemotongan, mungkin
memperburuk penyakit akut yang lainnya
14. Memilih dan memberi resep dengan obat yang paling sederhana untuk pengobatan, itu
dibenarkan. Umpamanya, dokter tidak meresepkan obat terkecuali dia meneliti
pilihannya apakah pengobatan cukup dengan hanya makanan dan diet tanpa
obat.Juga, dokter sebaiknya tidak meresepkan pengobatan yang beragam sampai dia
meneliti pilihannya akan pengobatan yang lebih sederhana. Pertanda dari dokter yang
benar-benar ahli adalah kemampuannya memberikan resep makanan sebagai ganti
dari obat, dan memberikan obat yang sederhana daripada yang terdiri lebih dari
berbagai campuran zat
15. Dokter meneliti apakah penyakitnya dapat di obati atau tidak. Jika menyadari bahwa
dia tidak mampu mengobati penyakitnya, janganlah melakukannya. Ini untuk
menghemat waktu dan menjaga reputasi serta menghindarkan dirinya dari menjadi
korban keserakahannya sendiri yang seolah-olah mampu menyembuhkan penyakit
padahal yang tidak dapat disembuhkan. Jika penyakitnya mungkin disembuhkan,
maka dokter memeriksa kalau-kalau penyakit tersebut dapat disembuhkan secara
keseluruhan, atau sedikitnya dibuat lebih ringan. Jika dokter tersebut menyadari
bahwa dia tidak dapat menyembuhkan penyakit itu, maka dia sebaiknya meneliti cara-
cara untuk mencegah semakin memburuknya penyakit tersebut. Dalam keadaan ini,
pengobatan harus ditujukan untuk maksud itu, untuk meningkatkan kekuatan
tubuhdan menghentikan semakin parahnya penyakit
16. Dokter tersebut tidak boleh mengeluarkan dulu zat-zat busuk (beracun) sebelum
menjadi stabil dan matang

14
17. Dokter harus sangat luas pengetahuannya mengenai berbagai penyakit jantung dan
jiwa serta cara-cara untuk mengobati penyakit-penyakit semacam itu. Sesungguhnya
ini merupakan suatu aspek penting dari ilmu pengetahuan tentang pengobatan, karena
dampak dari perilaku dan perasaan hati jelas sekali, dalam tubuh secara fisik. Inilah
sebabnya mengapa kami mengatakan jika seorang dokter dalam bidang pengobatan
juga harus berada seorang ahli dalam penyakit hati, dia akan menjadi seorang dokter
yang sempurna. Disisi lain, dokter yang tidak mempunyai pengetahuan mengenai
penyakit-penyakit hati sementara dia berpengetahuan luas dalam penyakit tubuh,
maka dia itu hanya setengah dokter. Dia adalah seorang dokter yang tidak meneliti
kebersihan hati si pasien dan mendorongnya untuk memperkuat jiwa dan raganya
dengan melakukan amal-amal shalih dan baik, seperti memberi derma dan cendrung
untuk lebih bertakarrub kepada Allah dan mencari kebaikan buat hari kemudian.
Lebih tepatnya, jika seperti itu dia adalah seorang dokter palsu. Sebenarnya, obat
yang paling baik adalah melakukan amal-amal shalih, bersedekah, berdzikir kepada
Allah, memohon kepada-Nya, mencari pertolongan-Nya, meminta dengan sungguh-
sungguh kepada-Nya dan bertaubat kepada-Nya. Amal-amahl shalih seperti itu
mempunyai dampak yang sangat besar dalam penyembuhan penyakit, lebih besar dari
pengobatan yang biasa, dengan syarat orang yang sakit itu mempunyai keyakinan
terhadap pengobatan batin seperti itu.
18. Bersikap lembut dan sabar kepada orang sakit, seperti seorang yang lapang dada dan
lembut kepada anak kecil.
19. Dokter harus menggunakan berbagai jenis obat biasa dan obat batin, sekalian dengan
menggunakan mata hatinya.
20. Dokter harus membuat pengobatannya berkisar disekitar enam prinsip utama, yang
merupakan landasan dari profesinya. Pertama, dokter harus memelihara kesehatan.
Kedua, dia harus berupaya dan mengembalikan kesehatan yang hilang. Ketiga, dokter
harus menyembuhkan penyakit. Keempat, setidaknya mengurangi beratnya penyakit.
Kelima, dokter harus mengabaikan mudarat yang lebih kecil dan mengobati yang
lebih besar. Keenam, dokter harus mengabaikan manfaat yang lebih kecil untuk
mendapatkan manfaat yang lebih besar. Ilmu pengetahuan kedokteran berkisar di
sekitar enam prinsip dasar ini, dan dokter yang tidak berpegang kepada yang enam ini
bukanlah dokter. Allah-lah yang Maha Mengetahui.

Hal yang dapat diambil dalam poin diatas adalah seorang dokter harus kompeten (butir 17).
Ia dituntut untuk mampu membuat diagnosa dan penyebabnya (butir 1-2). ia harus melihat
pasiennya secara holistik. Ia bukan hanya mengobati jasmani tetapi juga rohani (butir 3 10).
Ia harus berempati, memahami penderitaan pasien (butir 18-19). Dan akhirnya ia harus
mengobati pasien dengan efektif dan efisien (butir 11-16)
Begitu luar biasa peran seorang dokter dan pengaruhnya, begitu luar biasa pula hubungan
kedokteran dan islam.

2.4 Perspektif Islam terhadap Ilmu Kedokteran


Islam banyak memberi kontribusi pada pengembangan ilmu kedokteran,
(Ezzat Abouleish)

Islam sebagai sebuah agama tentu saja bersifat kompleks, mengajarkan semua aspek ilmu
yang melingkupi kehidupan manusia baik yang berkaitan dengan pertahanan negara,
hubungan antar manusia, ekonomi, bahkan ilmu kedokteran sekalipun, untuk dapat
diaplikasikan manusia sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada Tuhan Yang Maha
Menciptakan.

15
A. Pandangan Islam terhadap Ilmu Pengetahuan
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Hal ini salah satunya dapat
dilihat dari Al-Qurankitab suci agama Islam yang merupakan bimbingan Allah SWT
kepada manusia untuk mencapai kesempurnaan, menuju pada Dzat Yang Maha Sempurna.
Seruan terbanyak Allah SWT dalam Al-Quran adalah seruan kepada manusia agar berfikir,
menalari alam sekelilingnya. Berulang kali disebutkan tentang perintah-perintah untuk
menggunakan akal untuk berfikiryang dari aktivitas itu, ilmu pengetahuan akan tersampai
kepadanya.
Perhatikanlah ayat berikut ini:
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah SWT) bagi kaum yang berfikir.
(QS. Al-Jaatsiyah: 13)
Ayat tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan
tentang keutamaan kaum berfikir. Dan dengan mudah, saat manusia mentadaburi Al-Quran
akan banyak manusia temukan ayat-ayat tersebut yang baik tersurat maupun tersirat meminta
manusia untuk menggunakan akal fikirannya.
Banyak tokoh-tokoh besar pemikir Islam yang terkemuka di dunia, misalnya Ali Syariati;
tokoh besar Revolusi di Iran, Ibnu Sina (Avicenna); seorang dokter terkemuka baik di
lingkup Islam maupun dunia secara umum dengan berbagai kaaryanya, Cak Nur dengan yang
menyumbangkan hasil pemikirannya untuk lebih mengenal Tuhan dan mendidik masyarakat
untuk bisa hidup di tengah keragaman, Abdus Salam, seorang fisikawan muslim asal Pakistan
yang berhasil mendapatkan penghargaan Nobel di bidang fisika pada tahun 1979. Lalu, sosok
yang lain, AhmadinejadPesiden Iran yang sekarang ini ditentang oleh Amerika Serikat
karena keberaniannnya hendak mengaplikasikan teknologi nuklir di negeri Iranpun adalah
sosok pemikir Islam. Dengan ilmu pengetahuan yang mereka miliki, mereka tidak sekedar
berarti bagi kehidupannya sendiri, tapi lebih dari itu mereka menjadi agent of change bagi
masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik. Mereka adalah imdadh mustadhafin yang
sudah sepantasnya diteladani.

B. Kedokteran sebagai Salah Satu Ilmu Ajaran Islam


Allah SWT adalah Tuhan yang Maha adil. Sebagai salah satu bentuk konsekuensi logis dari
keadilan Allah SWT ini, Allah SWT menciptakan segala sesuatu dengan berpasang-
pasangan. Malam diciptakan berpasangan dengan penciptaan siang, laki-laki diciptakan
berpasangan dengan penciptaan perempuan. Lalu, ketika Allah menciptakan muda, Allah pun
juga menciptakan tua. Nah, bagaimana dengan kondisi sakit manusia? Sebagaimana
disebutkan di awal, Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Adil sehingga tidak mungkin Allah
SWT menciptakan keadaan sakit tanpa memberikan keadaan sehat maupun usaha-usaha
penyembuhanuntuk meraih kesehatan itu
Kesehatan adalah anugerah Allah SWT yang sangat penting untuk perjalanan hidup manusia.
Tanpa kesehatan, manusia tidak akan dapat melakukan segala sesuatu dengan optimal.
Bayangkan saja, pelari maraton yang sepintas tampak hebat itu, dalam sekejap ia akan
kehilangan kekuatannya ketika ia mengalami fraktur tulang. Seorang pemain piano, mungkin
akan kehilangan kepiawaiannya dalam bermain piano ketika jari-jarinya kaku untuk
digerakkan. Bahkan seorang Firaun yang mengaku sebagai tuhan pun, bisa kehilangan
segalanya ketika respirasinya terganggu saat ia tenggelam di Laut Merah. Dan oleh karena
betapa pentingnya kesehatan itu, ilmu kedokteran menjadi ilmu yang aplikasinya tidak
mungkin lepas dari kehidupan manusia sampai kapanpun, sehingga mempelajarinya adalah
satu aktivitas mulia yang diakui semua pihak, terlebih Islam.
Apa bukti bahwa Islam mengajarkan ilmu kedokteran?

16
Dari beberapa penelitian modern, diketahui bahwa madu memiliki nilai gizi yang baik untuk
kesehatan. Khasiat madu sangat berkaitan dengan kandungan gulanya yang tinggi, yakni
fruktosa, glukosa,dan sukrosa. Sementara kandungan asam aminonya cukup beragam, baik
asam amino essensial maupun non essensial, dan unsur kandungan lainnya, seperti enzim
pencernaan, vitamin yang terdapat dalam madu yang beragam yakni vitamin B1, B2, B3, B6,
dan vitamin C. Di samping itu, mineral yang terdapat dalam madu juga merupakan sumber
ideal bagi tubuh manusia karena proporsi dan jumlah mineral madu mendekati kadar mineral
yang dalam darah manusia. Diketahui pula, madu mengandung zat antibiotik dan dapat
digunakan sebagai desinfektan ringan.
Ulasan tersebut ternyata sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. An-Nahl: 69. Dalam
ayat tersebut dijelaskan bahwa madu adalah minuman yang mengandung berbacam-macam
obat. Padahal sebagaimana diketahui Al-Quran lebih dahulu ada dari pada hasil penelitian
seperti yang telah diulas di atas.
Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu
yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi
orang-orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl: 69)
Sementara di permasalahan yang lain, dalam QS. Al-Qiyaamah: 3-4 Allah SWT berfirman
bahwa Dia tidak saja dapat mengumpulkan tulang-tulang kita, tapi dia juga dapat menyusun
kembali jari-jari kita. Mengapa Al-Quran ketika berbicara tentang tulang belulang juga
berbicara tentang jari-jemari?
Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata sejak Sir Francis Golt berhasil melakukan
penelitiannya tentang sidik jari manusia, pada tahun 1880 sidik jari diakui menjadi alat
identifikasi manusia dalam banyak hal, misalnya untuk kasus penegakan hukum. Setiap
manusia memiliki keunikan sidik jari yang tidak dimiliki manusia lainnya. Namun, adakah
manusia yang tahu tentang hal itu melebihi sebelum Allah SWT menyampaikan firman-Nya
yang turun sekitar 1400 tahun yang lalu? Penelitian pertama tentang hal itu saja baru
dilakukan oleh Sir Francis Golt dan diakui pada tahun 1880. Jadi, dapat dikatakan Allah
SWT-lah, melalui Al-Quran, yang pertama kali Bicara tentang hal itu. Jelas saja, Dia adalah
Pencipta sidik jari.
Berkenaan dengan penciptaan manusia, Allah berfirman bahwa manusia tercipta dari air,
sebagaimana yang tersurat disampaikan-Nya pad QS. Furqon: 54 sebagai berikut:
Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya)
keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
Ayat al-Quran tersebut ternyata sejalan dengan hasil penelitian Masaru Emotto, salah satu
ilmuan Jepang. Berdasar penelitiannya, diketahui bahwa 80 % unsur manusia terdiri dari air.
Dalam penelitian ini pula, Masaru Emotto mengamati bentuk-bentuk kristal molekul air
ketika ditempatkan pada kedua hal, yakni hal positif dan negatif, misalnya dalam hal ucapan.
Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa molekul air akan menunjukkan berbagai bentuk
kristal yang sangat indah ketika diucapkan di dekatnya kata-kata positif, misalnya doa,
ucapan terima kasih, ucapan kamu baik, dan ucapan positif lainnya. Berlawanan dari hal
itu, bentuk kristal air tampak hancur ketika di samping air, diberikan hal-hal negatif seperti
ucapan kamu bodoh, kamu jelek, dan lain sebagainya.
Sejalan dengan hal itu, lebih dulu Allah mengajarkan manusiamakhluk yang 80 %
unsurnya berupa airkemuliaan, seperti yang disampaikan-Nya dalam QS. Faathir: 10
bahwa, Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu
semuanya. Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh
dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras.
Dan rencana jahat mereka akan hancur.

17
Beberapa ayat di atas hanyalah sebagian dari banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan
tentang ilmu kedokteran. Banyak firman Allah yang lain yang menjelaskan tentang hal itu,
misalnya ilmu reproduksi (QS. Al-Muminun:12-14), indera penglihatan (QS. An-Nur: 44),
gizi dan makanan (QS. Al-Baqarah: 173), dan lain sebagainya baik aayat-ayat di dalam Al-
Quran ataupun yang ada di alam .
Rosulullah, sebagai seorang utusan Allah pun, pernah mengajari ummatnya agar makan
dengan tangan. Setelah diteliti lebih mendalam, ternyata di sela-sela jari manusia terkandung
enzim-enzim pencernaan yang mendorong positif sistem digesti manusia.
Dalam dunia kedokteran dikenal tokoh-tokoh besar seperti Avicena (Ibnu Sina), Al-Razi, Al-
Zahrawi, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis, dan Ibn-Maimon. Mereka adalah sebagian dari dokter-
dokter muslim yang berhasil membawa kedokteran Islam lebih dikenal dunia. Karya Ibnu
Sina yang berjudul Qanun Fi Al-Tibb atau Canon of Medicine menjadi ensiklopedia
kesehatan dan kedokteran yang berisi satu juta kata. Sampai saat ini, kitab itu masih
tersimpan di Oxford University Eropa. Al- Kulliyat fi Al-Tibb (Colliyet)karya Ibnu
Rushdmerupakan rangkuman ilmu kedokteran. Sementara buku lainnyaa, Al-Taisir,
mengupas praktik-praktik kedokteran.
Adakah kita tahu orang pertama yang menggambarkan anatomi mata dengan sangat sangat
mendetail? Ibnu Alkhaisan, salah seorang ilmuan muslim dengan penelitiannya yang diakui
dalam bidang lensa, menemukan kamera, dan menggambarkan secara mendetail anatomi
mata.
Selain itu, pada tahun 1154 M, dinyatakan bahwa dokter muslim telah mengajarkan anatomi
tubuh, sistema transportasi dalam tubuh manusia, ilmu bedah, jauh sebelum dokter Eropa
menemukannya. Sementara pada tahun 427 H, Azzohrowi menemukan peralatan bedah
manusia. Dan sejak abad ke 15, warisan ilmu pengetahuan Islam menjadi referensi-referensi
penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa.

18
Bab III
Penutup

Dari fenomena diatas dapat disimpulkan bahwa, betapa pentingnya nilai-nilai


agama Islam menjiwai etika kedokteran yang selalu menjadi ikrar bagi para
dokter kita. Hal ini memang berat, makanya butuh perjuangan kearah lebih baik
dan sempurnah, sebab pengabdi kemanusiaan adalah sebuah prestise yang
sangat mulia dan didambakan, dan prestise itulah yang mesti dimiliki oleh
setiap dokter kita.
Sebenarnya, selama manusia mau berfikir, ia akan menemukan banyak ayat
Tuhan di alam semesta ini mampu menjelaskan betapa besar peran Islam dalam
ilmu kedokteran, tinggal bagaimana selanjutnya ilmu itu diaplikasikan. Dokter
adalah imdadh mustadhafin bagi kesejahteraan manusia. Dan oleh karena itu,
sudah sepantasnya ia memperjuangkan misi-misi kemanusiaan seperti
pelayanan kesehatan yang adil untuk semua kalangan, mengkritisi kebijakan-
kebijakan pemerintah berkenaan dengan pelayanan kesehatan, dan bentuk
kegiatan sosial lainnya. Semua itu dimaksudkan untuk menuju pada
kesempurnaan, dimana Kesempurnaan Hakiki-nya sendiri dimiliki oleh Allah
SWT SWT, Sang Maha Dokter semesta alam.Wallahu alam bissawab.

19
Daftar Pustaka
Akbar, Haji Ali, Peranan Kode Etik Kedokteran Dalam Kehidupan Professi Kedokteran,
1981.

Al-Suyuthi, al-Jami al-Shaghir, Qairo: Mustafa al-Halaby, 1954.

Ramli, Med Ahmad, Peraturan-Peraturan Untuk Memelihara Kesehatan Dalam Hukum


Syara Islam, Jakarta: Balai Pustaka, 1968.

Sabiq, Sayyid, Fiqhussunnah, Qairo: Maktabah al-Adab, 1967.

Sina, Ibnu, al-Qanun fi al-Thib, Bayrut: Muassasah al-Maarif, 1993.

Suryadipura, R. Paryana, Manusia dengan Atomnya, Dalam Keadaan Sehat dan Sakit
(Anthtropobiologie berdasarkan Atomphysica), Semarang: Pt. Usaha Mahasiswa, 1958.

Dr. Fahmi Amhar, Kedokteran Islam Pakai Uji Klinis, dimuat di Media Umat no. 2,
November 2008

Professor Dr Omar Hasan Kasule Sr. MB ChB (MUK), MPH & DrPH. concept of Islamic
medicine. Int. Med J Vol 4 No 1 June 2005 akses melalui http://www.eimjm.com/Vol4-
No1/Vol4-No1-H2.ht pada 16 Maret 2012

Assegaf, Muhammad Ai Toha. 365 Tips sehat ala Rasulullah. 2009. Hikmah.Jakarta

Sudjatmiko, Gentur. Madu untuk obat luka kronis. 2011. Yayasan khazanah kebajikan.
Tangerang

As-Suyuti, Abdurrahman Jallaludin. Pengobatan cara nabi. 2006. Pustaka hidayah. Bandung

20
21

Anda mungkin juga menyukai