Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN TUTORIAL MODUL 2 BLOK 3.

“NIKMAT MEMBAWA SENGSARA”

Disusun Oleh:

Kelompok 13C

1. Zakiya Zar’a (1610312003)


2. Karina Shafira (1610313003)
3. Fira Wahyuni (1610311076)
4. Rahmadi Sartivan (1610311036)
5. Firmandika Buana (1610313041)
6. M. Farel Ellian S (1610313063)
7. Rahma Apriliana D (1610311012)
8. Raissa Nabilla P (1610313002)
9. Amanda Rizki (1610313029)
10. Nur Sadia Bt Suhail Ahmad (1510314004)
TUTORIAL MINGGU 2

STEP I TERMINOLOGI

1. VULVA : bagian terluar dari genitalia eksterna perempuan, terdiri dari


beberapa bagian spt klitoris mon pubis
2. HIV/AIDS : retrovirus yang menyerang sel tubuh manusia, AIDS-> yang
timbul dari lanjutan HIV
3. KRISTAL ASAM JENGKOLAT : senyawa sejenis asam amino non protein yg
mengandung unsur sulfur, bersifat sama dengan asam urat yg bias
menyebabkan kristal dlm urin
4. KOLIK : nyeri visceral akibat spasme otot polos organ berongga dan
terjadi secara hilang timbul
5. NATRIUM BIKARBONAT : senyawa garam karbonat yang berfungsi menurunkan
kadar asam dlm tubuh

STEP II RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa lakilaki 40th mengeluhkan urin terasa panas?


Urin terasa panas-> disuri-> kemungkinan karena ISK Kemungkinan lain karena
penyakit menular seksual (seperti gonorrae)
Dari gejala nya dan tatalaksana yang diambil oleh dokter menunjukkan ke arah ISK
bagian bawah karena tidak menyebabkan demam
2. Mengapa keinginan berkemih sering mendesak Walaupun yg keluar hanya sedikit ?
Proses berkemih yang normal dibantu otot perineum dan sfingter eksterna yg
bekerja secara volunteer dan diatur oleh mekanisme hipofisis dan hypothalamus
yang bekerja secara otonom -> dan sebenarnya berkemih tersebut dapat diatur
oleh individu itu sendiri
Kemungkinan mengapa berkemih sering mendesak :
1. Otot sekitar perineum melenmah
2. Kandung kemih kontraksi scr berlebih
3. Sudah terjadi ISK
4. Pasien mengalami diabetes dibawah pengaruh hormone
3. Apa antibiotic yg diberikan oleh dokter kepada laki-laki tersebut? Dan mengapa
diberikan antibiotic dan tidak diperlukannya rujuk?
ISK -> obatnya antibiotic dan diberikan tergantung dari ISK nya tergantung tingkat
keparahan asal dan jenis bakterinya
Waktu diberikan  minimal diberikan 5 hari, jika sudah parah pasien butuh
perawatan
Jenis -> trimektokrin, fosfomisin, amoxicillin (sudah jarang digunakan karena
bakterinya cukup resisten) dll
Tdk dirujuk  karena kompetensi dokter umum 4A
4. Mengapa dilakukan pemeriksaan urin dan Pemeriksaan apa yang dilakukan pada
sampel urin di labor?
Untuk menentukan dua parameter penting dalam pemeriksaan urin yaitu : leukosit
dan bakteri
Pemeriksaan rutin lainnya  makroskopis, ph dll
KULTUR URIN (gold standart pemeriksaan urin)
5. Mengapa bisa timbul risiko infeksi ginjal?
Karena dari struktur anatomi saluran urogenital yang meyebabkan semua ISK
sangat berisiko mengalami infeksi ginjal
Penyebaran ISK dapat melalui du acara :
- Ascending merupakan penyebaran yang dimulai dari bagian bawah genitalia 
lalu bakteri yg berasal dari bawah tersebut menghasilkan peristaltic yang
menyebabkan bakteri bisa naik ke atas yang dapat berisiko infeksi ginjal seperti
pielonefritis, acute kidney injury, dll  dan akhirnya bisa Menjadi syok sepsis
- Descending merupakan cara penyebaran bakteri yang berasal dari ginjal
langsung atau saluran kemih bagian atas
Kemungkinan lain yaitu terjadinya refluks vesika uretra yang menyebabkan risiko
infeksi ginjal
6. Mengapa kelainan tsb lebih sering tjd pd wanita ?
- Karena dari anatomi uretra wanita lebih pendek dan mudah terjadi infeksi, dan
uretra wanita dekat dengan anus sehingga besar kemungkinan bakteri dari anus
masuk ke uretra
- Pada wanita yang sedang mengalami menstruasi makan akan menyebabkan
perubahan ph
- Pada wanita hamil lebih sering berkemih karena vesika urinaria nya tertekan
oleh uterus
- Pada wanita lebih tua uretra nya lebih tipis karena factor usia
- Pada wanita konntrasepsi diafragma yang bisa menyebabkan perlambatan
pengosongan vesika urinari
7. Bagaimana kuman dapat beredar didalam darah?
Bakterimia  merupaka kuman beredar dalam darah, karena bakteri menginfeksi
secara ascending yg menyebbakan inflamasi pd pembuluh darah dan organ lainnya
 gejala sepsis  syok septik (sepsis berat dg hipotensi persisten)
8. Apa yang menyebabkan tukak daerah vulva, rasa panas dan gatal sewaktu
berkemih?
Dari riwayat pekerjaannya dan gejala klinis yg dialami pasien besar kemungkinan
mengalami penyakit menular seksual PMS salah satu nya gonorrae yang diakibatkan
oleh bakteri Neisseria gonorrae
Kemungkinan lainnya wanita tersebut mengalami sifilis primer karena belum
menunjukkan gejala lain
Tukak daerah vulva  karena sifilis yg disebabkan oleh bakteri treptonema palidum
Transmisi melalui perlukaan kecil yg didapat dari cairan tubuh

9. Apakah ada hubungan pekerjaan pasien dg keluhannya?


PSK  pekerjaan yang bertugas melayani aktivitas seksual dengan bergonta-ganti
pasangan  sangat berisiko mendapat penularan penyakit menular seks
10. Apakah makna terdapatnya tukak di mukosa pipi?
Sudah dijelaskan di no.8
11. Mengapa temannya tidak mengalami hal yg sama?
Beberapa factor eksternal :
- Temannya menggunakan kondom
- Status gizisistem imun
- Bisa jadi temannya belum menunjukkan gejala
12. Mengapa bisa berisiko untuk kesulitan hamil jika tidak mengonsumsi antibiotic?
Apabila tidak diberikan antibitiotik bakterinya bisa berkembang ke tuba uterine
menyebabkan wanita tersebut sulit hamil
13. Apa saja kemungkinan infeksi akibat hubungan seksual?
- Sifilis
- Gonorrae
- Kandidasis ulkovaginalis
- Vaginosis bacterial
- Koniloma akumilata
14. Mengapa kasus ini tdk tjd pd semua orang?
Reaksi terhadap asam jengkolat ini tidak terjadi pd semua orang tergantung
sensitifitas pada seseorang  tergantung immunologi seseorang
15. Mengapa kristal asam jengkolat mengiritasi saluran tubuli ginjal?
Asam jengkolat mengandung sulfur  produksi urin Menjadi lebih kental  akut
tubular nekrosis
Dikarenakan kristal yg dihasilkan spt baru karang sedikit tajam yang bisa mengiritasi

STEP IV: SKEMA

STEP V : LEARNING OBJECTIVE

1. Definisi, klasifikasi infeksi urogenital (dilist dulu penyakitnya)


2. Epidemiologi, etiologi, factor risiko infeksi urogenital
3. Patogeneisi, patofisiologi, gejala klinis infeksi urogenital
4. Diagnosis, tatalaksana, infeksi urogenital
5. Kasus rujukan, Komplikasi dan prognosis infeksi urogenital
6. Infeksi system reproduksi

STEP VI:

1. PIELONEFRITIS

EPIDEMIOLOGI

ISK tergantung banyak faktor seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor

predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal.

Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung

menderita ISK dibandingkan laki-laki.26,28 ISK berulang pada laki- laki jarang

dilaporkan, kecuali disertai factor predisposisi (pencetus). Prevalensi bakteriuria

asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode

sekolah (school girls) 1 % meningkat menjadi 5% selama periode aktif secara

seksual.

Angka kejadian ISK di Amerika pada bayi dan anak sekolah antara 1-2%, pada

wanita dewasa muda yang tidak hamil antara 1-3% sedang pada kehamilan

antara 4-7%, pada orang tua meningkat tajam menjadi 10% pada laki-laki

dan kira-kira 20% pada wanita.28 Insidens ISK pada lelaki yang tidak disunat

adalah lebih banyak berbanding dengan lelaki yang disunat (1,12% berbanding 0,11.

Pada anak berusia 1-5 tahun, insidens bakteriuria pd perempuan bertambah menjadi

4.5%, sementara berkurang pd lelaki menjadi 0,5%. Kebanyakan ISK pada anak

kurang dari 5 tahun adalah berasosiasi dengan kelainan congenital pada saluran

seperti vesicoureteral reflux atau obstruction. Insidens bakteriuria menjadi relatif

constant pada anak usia 6-15 tahun. Namun infeksi pada anak golongan ini

biasanya berasosiasi dengan kelainan fungsional pada saluran kemih seperti

dysfunction voiding. Menjelang remaja, insidens ISK bertambah secara signifikan


pada wanita muda mencapai 20%, sementara konstan pada lelaki muda. Sebanyak

sekitar 7 juta kasus cystitis akut yang didiagnosis pada wanita muda tiap tahun.

Faktor risiko yang utama yang berusia 16-35 tahun adalah berkaitan dengan

hubungan seksual. Pada usia lanjut, insidens ISK bertambah secara signifikan

pd wanita dan lelaki. Morbiditas dan mortalitas ISK paling tinggi pada

kumpulan usia yang <1 tahun dan >65 tahun.

ETIOLOGI

Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan oleh kuman gram

negatif. Escherichia coli merupakan MO penyebab terbanyak baik pada yang

simtomatik maupun yang asimtomatik yaitu 50 - 90%, diikuti oleh Klebsiella

atau Enterobacter 10 – 40%.28 MO lainnya yang sering ditemukan seperti

Proteus spp (33% ISK anak laki-laki berusia 5 tahun ), Klebsiella spp dan

Staphylococcus dengan koagulase negatif. Infeksi yang disebabkan oleh

Pseudomonas spp dan MO lainnya seperti Staphylococcus aureus jarang dijumpai,

kecuali pasca kateterisasi.

PATOGENESIS

Pada periode neonatus, bakteri mencapai saluran kemih melalui aliran darah

atau uretra, yang selanjutnya bakteri naik ke saluran kemih dari bawah. Perbedaan

individu dalam kerentanannya terhadap infeksi saluran kemih dapat diterangkan

oleh adanya faktor hospes seperti produksi antibodi uretra dan servikal (Ig A), dan

faktor-faktor lain yang mempengaruhi perlekatan bakteri pada epitel introitus dan

uretra. Imunosupresi, diabetes, obstruksi saluran kemih, dan penyakit

granulomatosa kronik adalah faktor lain yang dapat meningkatkan kerentanan

terhadap infeksi. Bila organisme dapat masuk ke dalam kandung kemih, beratnya
infeksi dapat menggambarkan virulensi bakteri dan faktor anatomik seperti refluks

vesikouretra, obstruksi, stasis urin, dan adanya kalkuli. Dengan adanya stasis urin,

kesempatan untuk berkembang biak bakteri meningkat, karena urin merupakan

medium biakan yang sangat baik. Lebih-lebih lagi, pembesaran kandung kemih dan

dapat menurunkan resistensi alami kandung kemih terhadap infeksi.6 Infeksi akut

atau infeksi kronik vesika urinaria akibat infeksi yang berulang mengakibatkan

perubahan pada dinding vesika dan dapat mengakibatkan inkompetensi dari katup

vesikoureter. Akibat rusaknya katup ini, urin dapat naik kembali ke ureter terutama

pada waktu berkemih (waktu kontraksi kandung kemih). (Ascending) Akibat refluks

ini ureter dapat melebar atau urin sampai ke ginjal dan mengakibatkan kerusakan

pielum dan perenkim ginjal (pielonefritis). Infeksi parenkim ginjal dapat juga terjadi

secara hematogen atau limfogen.2

Flora usus

Munculnya tipe uropatogenik

Kolonisasi di perineal dan uretra anterior

Barier pertahanan mukosa normal

Sistitis

VIRULENSI BAKTERI Faktor pejamu (host)


1. Memperkuat perlekatan ke sel
uroepitel
2. Refluks vesiko ureter
3. Refluks intrarenal
4. Tersumbatnya saluran kemih
5. Benda asing (kateter urin)
Pielonefritis akut
↓ ↓
Parut ginjal Urosepsis

Gambar. Patogenesis dari ISK asending

Pada bayi infeksi secara hematogen lebih sering terutama bila ada kelainan

struktur traktus urinarius. Bakteri patogen ataupun bakteri yang non-patogen di


daerah tubuh lainnya (kolon, mulut, kulit) bila berkembang biak di parenkim ginjal

akan menghasilkan amoniak yang dapat menghalangi pertahanan tubuh yang normal

yaitu dengan menghalangi sistem komplemen dan dapat menghalangi migrasi

leukosit PMN dan fagositosis, karena amoniak meninggikan hipertonisistas medula.

Bila sudah terdapat infeksi parenkim, fungsi ginjal dapat terganggu.2

Penderita dengan golongan darah P1 dapat menderita pielonefritis asendens

berulang tanpa adanya refluks vesikoureter, karena E.coli terikat spesifik dengan

antigen P1 pada sel epitel.7 Pielonefritis akut bisa ditemukan fokus infeksi dalam

parenkim ginjal, ginjal membengkak, edematous, dan banyak ditemukan infiltrasi

leukosit polimorfonuklear dalam jaringan interstisial, akibatnya fungsi ginjal dapat

terganggu. Bila tidak diobati, perubahan-perubahan ini dapat mengakibatkan

pembentukan miroabses pada ginjal, yang dapat menyatu. Pielonefritis akut

biasanya lebih hebat bila terdapat obstruksi. Perubahan ini dapat mengakibatkan

terbentuknya jaringan parut ginjal, dengan penemuan histologis yang biasanya

dikenal sebagai pielonefritis kronik; Pada pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya

produk dari bakteri, atau adanya zat mediator toksik yang dihasilkan sel yang telah

rusak, akan mengakibatkan parut ginjal (renal scarring).2 namun demikian,

pengobatan yang cepat dan tepat dapat menimbulkan penyembuhan sempurna.

Pielonefritis xanthogranulomatosa adalah jenis infeksi ginjal yang secara histolik jelas

ditandai dengan radang granulomatosa dengan sel-sel raksasa dan histiosit berbusa.

Secara klinis hal ini dapat terlihat sebagai suatu massa ginjal atau sebagai infeksi

akuta atau kronis. kalkuli ginjal, obstruksi, dan infeksi oleh Proteus dan E.coli

mendukung terbentuknya lesi yang jarang ini, yang biasanya memerlukan

nefrotomi.7

Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4 cara yaitu :


1. Ascending

Kebanyakan infeksi saluran kemih masuk dari uretra ke

kandung kemih, naik ke ureter sampai ke ginjal dengan

tahapan sebagai berikut :

- Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah

introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum dan sekitar

anus

- Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli

- Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung

kemih

- Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ureter dan

sampai ke ginjal

2. Hematogen

Umumnya terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang

rendah, karena fokus infeksi di luar saluran kemih dan ginjal,

karena sesuatu penyakit kronis atau pada pasien yang

mendapatkan terapi imunosupresif.

3. Limfogen

Melalui rectum, colon, dan saluran lymphatic periuterine telah

dilaporkan dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, akan

tetapi ini masih membutuhkan pembuktian secara luas.

4. Direct extension (Langsung dari organ sekitar)

Bakteri dari organ terdekat dapat masuk secara langsung ke saluran


kemih, hal ini dapat terjadi pada pasien-pasien dengan intraperitoneal
abses, vesicointestinal dan vesicovaginal fistula atau eksogen sebagai
akibat dari pemakaian instrumens.

G. MANIFESTASI KLINIK

Gejala klinis infeksi saluran air kemih bagian bawah secara klasik yaitu nyeri

bila buang air kecil (dysuria), sering buang air kecil (frequency), dan ngompol. Gejala

infeksi saluran kemih bagian atas biasanya panas tinggi, gejala gejala sistemik, nyeri

di daerah pinggang belakang. Namun demikian sulit membedakan infeksi saluran

kemih bagian atas dan bagian bawah berdasarkan gejala klinis saja.8

Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur penderita adalah sebagai berikut :

0-1 Bulan: Gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan diare, kejang, koma,

panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, ikterus (sepsis).

1 bln-2 th: Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, gangguan pertumbuhan,

anoreksia, muntah, diare, kejang, koma, kolik (anak menjerit keras), air kemih

berbau/berubah warna, kadang-kadang disertai nyeri perut/pinggang.

2-6 thn: Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, tidak dapat menahan

kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna, diare,

muntah, gangguan pertumbuhan serta anoreksia.

6-18 thn : Nyeri perut/pinggang, panas tanpa diketahui sebabnya, tak dapat

menahan kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah

warna.8

Pada pielonefritis akut, biasanya terjadi demam yang timbul mendadak,

menggigil, malaise, muntah, sakit panggul atau perut, nyeri tekan di daerah

kostovertebral, leukositosis, piuria dan bakteriuria. Biasanya disertai dengan adanya

toksik sistemik. Ginjal dapat membesar.7 Demam dan iritabel adalah gejala paling

umum yang ditunjukkan pada bayi yang memiliki pielonefritis. Temuan lain termasuk
nafsu makan yang buruk, letargi dan nyeri perut. Pada biasanya, dugaan terjadi

pielonefritis pada bayi atau anak adalah yang mengalami demam, emesis, panggul

sakit, atau nyeri CVA pada pemeriksaan fisik dan kultur urin positif.4

Anak-anak dengan pielonefritis kronik seringkali tidak bergejala. Hipertensi

arterial biasanya berkaitan dengan jaringan parut ginjal.7

H. DIAGNOSIS

Biakan air kemih :

Dikatakan infeksi positif apabila :

- Air kemih tampung porsi tengah : biakan kuman positif dengan jumlah kuman

≥105/ml, 2 kali berturut-turut.

- Air kemih tampung dengan pungsi buli-buli suprapubik : setiap kuman patogen

yang tumbuh pasti infeksi. Pembiakan urin melalui pungsi suprapubik digunakan

sebagai gold standar.

Dugaan infeksi :

- Pemeriksaan air kemih : ada kuman, piuria, silinder leukosit

- Uji kimia : TTC, katalase, glukosuria, lekosit esterase test, nitrit test.

Mencari faktor resiko infeksi saluran kemih :

- Pemeriksaan ultrasonografi ginjal untuk mengetahui kelainan struktur ginjal dan

kandung kemih.

- Pemeriksaan Miksio Sisto Uretrografi/MSU untuk mengetahui adanya refluks.

- Pemeriksaan pielografi intra vena (PIV) untuk mencari latar belakang infeksi

saluran kemih dan mengetahui struktur ginjal serta saluran kemih.8

Diagnosis kerusakan ginjal dapat diketahui dengan pielogram intravena (PIV).

Dengan pemeriksaan PIV dapat diketahui besar ginjal, adanya parut ginjal (renal scar)
dan keadaan dari sistem pelviokalises (pyelocalyceal system). PIV dulu merupakan

baku emas (gold satandar) untuk mengevalusi penderita ISK. Sedangkan untuk

menegakkan diagnosis refluks, metode definitif adalah dengan miksio sisto

uretrografi (MSU). Untuk mengetahui lokalisasi infeksi pada ginjal dipakai radioisotop

sintigrafi dengan menggunakan DMSA (dimercaptosuccinic acid). Pemeriksaan

DMSA saat ini lebih banyak dipakai untuk diagnostik parut ginjal daripa PIV karena

radiasinya lebih rendah.2

Penegakan diagnosis pielonefritis akut dilihat dari gejala dan tanda yang

biasanya didahului oleh disuria, urgensi dan sering berkemih yang menunjukkan

bahwa infeksi dimulai pada bagian bawah traktus urinarius. Adanya silinder leukosit

membuktikan infeksi terjadi di dalam ginjal. Gambaran ginjal secara makroskopik dan

mikroskopik pada pielonefritis akut adalah Ginjal membengkak dan tampak adanya

abses kecil dalam jumlah banyak dipermukaan ginjal tersebut. Pada potongan

melintang, abses tampak sebagai goresan-goresan abu-abu kekuningan di bagian

piramid dan korteks. Secara mikroskopik tampak PMN dalam jumlah banyak di

daerah tubulus dan dalam intertisium disekitar tubulus. Segmen-segmen tubulus

hancur dan leukosit dikeluarkan ke dalam urine dalam bentuk silinder leukosit.9

Gambar. Makroskopik ginjal pada pielonefritis11


Berbeda dengan pielonefris akut, gambaran klinis pielonefritis kronik sangat

tidak jelas. Diagnosis biasanya ditegakkan apabila pasien memperlihatkan gejala

insufisiensi ginjal kronik atau hipertensi, atau temuan proteinuria saat pemeriksaan

rutin. Anamnesis yang teliti pada beberapa kasus lain, mungkin dapat, menemukan

adanya riwayat disuria, sering kencing atau kadang-kadang nyeri pada selangkangan

yang tidak jelas. Kebanyakan pasien tidak memiliki gejala sampai penyakit mencapai

tahap lanjut. Beberapa temuan khas pada pielonefritis kronik adalah baktetriuria

intermiten dan leukosit, atau adanya silinder leukosit dalam urin. Proteinuria

biasanya minimal. Pielonefritis kronik terutama merupakan penyakit interstisial

medula sehingga kemampuan ginjal untuk memekatkan urin sudah mengalami

kemunduran pada awal perjalanan penyakit sebelum terjadi kemunduran GFR yang

bermakna. Akibatnya poliuria, nokturia dan urin berberat jenis rendah merupakan

gejala dini yang menonjol.9

Pemeriksaan PIV memperlihatkan pembengkakan tabuh (clubbing) pada

kaliks, korteks menipis dan ginjal kecil, bentuknya tidak teratur dan biasanya tidak

simetris. Pada pielonefritis kronik perubahan patologi yang terjadi adalah permukaan

ginjal tampak bergranul kasar dengan lekukan-lekukan berbentuk huruf U, jaringan

parut subkapsular, dan pelvis yang fibrosis dan berdilatasi serta kaliks terlihat pada

penampang melintang. Pemeriksaan mikroskopik potongan jaringan memperlihatkan

perubahan-perubahan parenkim yang khas; banyak sel radang kronik terdiri dari sel-

sel plasma dan limfosit (berupa titik-titik berwarna gelap), tersebar diseluruh

interstisium. Glomerulus tetap utuh dan dikelilingi oleh banyak tubulus kecil dan

telah mengalami atrofi dan dilatasi. Tampak pula fibrosis interstisial di dekat

glomerulus. Tampak pula daerah-daerah luas yang mengalami tiroidisasi (,tampak


seperti jaringan kelenjar tiroid), terdiri dari tubulus-tubulus yang mengalami dilatasi

dibatasi oleh sel-sel epitel gepeng dan terisi silinder seperti kaca.9

Gambar.Mikroskopik pada pielonefritis kronik12

Refluks vesiko ureter (RVU) dan Nefropati Refluks (NR)

Menurut International study gradasi refluks vesikoureter dabagi dalam deraja I-V

Derajat I Zat kontras sampai ureter saja, ureter tidak dilatasi

Derajat II Kontras sampai pielum dan kaliks, juga tidak ada dilatasi, dan kaliks

masih normal

Derajat III Ureter dan pelvis dilatasi dan berkelok-kelok, (bisa ringan atau

sedang)

Derajat IV Ureter dilatasi sedang, dan berkelok-kelok, pielum dan kaliks dilatasi

sedang. Sudut forniks menjadi tumpul.

Derajat V Ureter berdilatasi hebat dan berkelok-kelok, pielum dan kalikses

berdilatasi dan pada beberapa kalises terlihat papilary inpressions

Derajat IV dan V. Jelas ada refluks intrarenal.2

I. PENATALAKSANAAN
Ada 3 prinsip penatalaksanaan:

- Memberantas infeksi

- Menghilangkan faktor predisposisi

- Memberantas penyulit

Pengobatan pielonefritis akut, untuk bayi dengan ISK dan untuk anak dengan

ISK disertai gejala sistemik infeksi, setelah sampel urin diambil untuk dibiakkan,

diberi antibiotik parenteral (tanpa menunggu hasil biakan urin) untuk mencegah

terjadinya parut ginjal. Sebaiknya anak dirawat di rumah sakit terutama bula disertai

tanda toksik.2

Pemberian antibiotik parenteral diteruskan sampai 3-5 hari atau sampai 48

jam penderita bebas demam, kemudian dilanjutkan dengan pemberian oral selama

10-14 hari,disesuaikan dengan hasil biakan urin dan uji sensitivitasnya. Biakan urin

ulang dilakukan setelah 48 jam tidak makan obat untuk melihat hasil pengobatan,

apakah bakteriuria masih ada. Antibiotik profilaksis diberikan sampai dilakukan MSU,

dan bila

ditemukan refluks antibiotik profilaksis diteruskan.2

Bedah

Koreksi bedah sesuai dengan kelainan saluran kemih yang ditemukan untuk

menghilangkan faktor predisposisi..

Suportif

Selain pemberian antibiotik, penderita perlu mendapat asupan cairan cukup,

perawatan higiene daerah perineum dan periuretra, pencegahan konstipasi.8

Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya dll)


Rujukan ke Bedah Urologi sesuai dengan kelainan yang ditemukan. Rujukan

ke Unit Rehabilitasi Medik untuk buli-buli neurogenik.8

J. PROGNOSIS

Pengobatan segera pielonefritis akut dapat mencegah timbulnya jaringan

parut ginjal. Anak-anak dengan infeksi saluran kemih yang berulang-ulang kambuh

seringkali menimbulkan masalah yang sulit dan mengecewakan dalam pengobatan

dan profilaksisnya. Konsekuensi utama kerusakan ginjal kronis yang disebabkan oleh

pielonefritis adalah hipertensi arterial dan insufisiensi ginjal; bila hal ini terjadi maka

harus diobati dengan tepat.

Anak dengan abses ginjal atau perirenal atau dengan infeksi saluran kemih

yang tersumbah memerlukan tindakkan bedah atau drainase perkutan disamping

pengobatan dengan antibiotik dan tindakan pendukung lainnya.7

K. KOMPLIKASI

Pielonefritis berulang dapat mengakibatkan hipertensi, parut ginjal,

hidronefrosis

gagal ginjal kronik dan sepsis (Pielonefritis berulang timbul karena adanya faktor

predisposisi).8

L. PENCEGAHAN PIELONEFRITIS

Seseorang yang sering mengalami infeksi ginjal atau penderita yang

infeksinya kambuh setelah pemakaian antibiotik dihentikan, dianjurkan untuk

mengkonsumsi antibiotik dosis rendah setiap hari sebagai tindakan pencegahan.


Lamanya pengobatan pencegahan yang ideal tidak diketahui, tetapi

seringkali dihentikan setelah 1 tahun. Jika infeksi kembali kambuh, maka pengobatan

ini dilanjutkan sampai batas waktu yang tidak dapat ditentukan.

2. SISTITIS

Sistitis (cystitis) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh
bakteri. Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh penyebaran
infeksi dari uretra (Nursalam & Fransisca, 2009).

Klasifikasi

Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;

1. Cystitis primer, merupakan radang yang mengenai kandung kemih. Radang ini dapat
terjadi karena penyakit lain seperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi
prostat dan striktura uretra.

2. Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit
primer misalnya uretritis dan prostatitis.

Etiologi

• Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat
menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainanurologis atau
kalkuli.

• Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan
pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi.

• Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi


rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis,
kalkuli atau obstruksi.

• Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari
meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang
tersering disebabkan karena infeksi E.coli.

• Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya
urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau
karena infeksi dari usus.Jalur infeksi

• Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyalkit ini lebih sering
ditemukan pada wanita

• Infeksi ginjalyan sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.

• Penyebaran infeksi secara lokal dari organ laindapat mengenai kandung kemih
misalnya appendiksiti
• Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.

Patofisiologi

Cystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan
oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran
secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut
maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral.Kemudian bakteri tersebut
berekolonisasi pada suatu tempat misalkan pada vagina atau genetalia eksterna
menyebabkan organisme melekat dan berkolonisasi disuatu tempat di periutenial dan
masuk ke kandung kemih.

Manifestasi Klinis

- Disuria (nyeri waktu berkemih) karena epitelium yang meradang tertekan


- Peningkatan frekuensi berkemih
- Perasaan ingin berkemih
- Piuria(Adanya sel-sel darah putih dalam urin)
- Nyeri punggung bawah atau suprapubic
- Demam yang disertai hematuria (adanya darah dalam urine) pada kasus yang
parah.

Pemeriksaan Diagnostik

• Pemeriksaan urine “midstream”, pemeriksaan sedimen urine untuk leukosit

• Pewarnaan gram dan biakan dari “unspun midsteram” urin yang ditampung dalam
wadah yang bersih.

• Pungsi suprapubik untuk biakan urine mungkin perlu pada anak-anak dan penderita
lain yang tidak dapat diusahakan untuk memperoleh spesimen yang bersih.

Tatalaksana

1. Uncomplicated sistitis: wanita diterapi antimikroba dosis tunggal atau jangka pendek
(1-3 hari sesuai hasil kultur). Obat pilihan yang sensitif terhadap E. Coli: nitrofurantoin,
trimetropim-sulfametosaksol, atau ampisilin. Laki-laki diterapi selama 7-10 hari dengan
antibiotik. Lakukan kultur untuk meningkatkan efektivitas terapi. Awasi efek samping:
mual, diare, kemerahan dan kandidiasis vagina.

2. Antikolinergik (propanthelin bromide) untuk mencegah hiperiritabilitas kandung


kemih dan fenazopiridin hidroklorid sebagai antiseptik pada saluran kemih.

Komplikasi

1. Pyelonefritis

2. Infeksi darah melalui penyebaran hematogen (sepsis)

Prognosis

- Sangat baik
- Dapat kambuh kembali

3. Uretritis

Pengertian Penyakit Urethritis

Uretritis adalah suatu inflamasi uretra atau suatu infeksi yang menyebar
naik yang digolongkan sebagai infeksi gonoreal dan nongonoreal. Namun demikian
kedua kondisi tersebut dapat terjadi pada satu pasien. (Nursalam, 2008).
Uretritis adalah peradangan uretra oleh berbagai penyebab dan merupakan
sindrom yang sering terjadi pada pria. (Sylvia A. Price, 2006)
Uretritis yaitu inflamasi pada uretra, keadaan ini kerap kali merupakan
gejala penyakit gonore, dapat pula disebabkan oleh mikroorganisme. (Barbara.
2005).
Uretritis adalah peradangan yang terjadi pada uretra (Anonym 2007).
Urethritis juga merupakan salah satu sindroma dari penyakit menular seks (PMS)
urethritis secara spesifik dapat terbagi 2 yaitu gonococal urethritis dan
nongonococal urethritis.

Urethritis merupakan peradangan pada saluran kencing atau urethra,


yangterjadi pada lapisan kulit urethra, disebabkan oleh bakteri-bakteri yang
menyerangsaluran kemih seperti Chlamydia trachomatis, neisseria gonorrhoae,
tricomonal vaginalis dan lain-lain. peradangan ini biasanya terjadi pada ujung
urethra atau urethra bagian posterior, urethritis juga merupakan salah satu dari
infeksi dari saluran kemih yaitu urethra, prostate, vas deferens, testis atau ovarium,
buli-buli, ureter sampai ginjal. dan dapat dikatakan sebagai bagian dari infeksi
saluran kemih superficial atau mukosa yang tidak menandakan invasi pada jaringan.

2.2 Klasifikasi Penyakit Urethritis


1. Uretritis Akut
a. Penyakit ini disebabkan asending infeksi atau sebaliknya oleh karena
prostate mengalami infeksi. Keadaan ini lebih sering diderita kaum pria.
b. Tanda dan gejalanya misalnya mukosa merah udematus, terdapat cairan
eksudat yang purulent, Ada ulserasi pada uretra. Jika dilihat secara
mikroskopisterlihat infiltrasi leukosit sel – sel plasma dan sel-sel limfosit,
ada rasa gatal yang menggelitik, gejala khas pada uretritis gonorhea yaitu
morning sickness, pada pria diakibatkan pembuluh darah kapiler, kelenjar
uretra tersumbat oleh kelompok pus tetapi pada wanita jarang
diketemukan.
c. Diagnosa diferential seperti urethritis gonorhea, amicrobic pyuhria,
urethritis karena trichomonas dan prostatitis non spesifik.
d. Pemeriksaan diagnostik biasanya dilakukan pemeriksaan terhadap secret
uretra untuk mengetahui kuman penyebab.
e. Tindakan pengobatan diberikan antibiotika. Bila terjadi striktuka, lakukan
dilatasi uretra dengan menggunakan bougil.
f. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah prostatitis, periuretral abses yang
dapat sembuh, kemudian meninbulkan striktura atau urine fistula.
2. Uretritis kronis
a. Penyebabnya adalah pengobatan yang tidak sempurna pada masa akut,
prostatitis kronis dan striktura uretra.
b. Tanda dan gejalanya mukosa terlihat granuler dan merah, jika dilihat
secara mikroskopis tampak infiltrasi dari leukosit, sel plasma, sedikit sel
leukosit, fibroblast bertambah, getah uretra (+), dapat dilihat pada pagi
hari sebelum bak pertama, uretra iritasi, vesikal iritasi, prostatitis, dan
cystitis.
c. Prognosanya bila tidak diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke
kandung kemih, ureter, ataupun ginjal.
d. Tindakan pengobatan berupa pemberian antibiotika sesuai dengan bakteri
penyebabnya dan berikanlah banyak minum.
e. Komplikasinya dapat terjadi peradangan yang dapat menjalar ke prostate.
3. Uretritis gonokokus
a. Penyebabnya adalah bakteri Neisseria gonorhoeoe (gonokokus).
b. Tanda dan gejalalanya mukosa merah udematus, terdapat cairan eksudat
yang purulent, Ada ulserasi pada uretra. Jika dilihat secara
mikroskopisterlihat infiltrasi leukosit sel – sel plasma dan sel – sel limfosit,
ada rasa gatal yang menggelitik, gejala khas pada uretritis gonorhea yaitu
morning sickness.
c. Prognosanya infeksi ini dapat menyebar ke proksimal uretra.
d. Komplikasi yang dapat ditimbulkan adalah infeksi yang menyebar ke
proksimal uretra menyebabkan peningkatan frekuensi kencing.
Gonokokus dapat menebus mukosa uretra yang utuh, mengakibatkan
terjadi infeksi submukosa yang meluas ke korpus spongiosum. Infeksi yang
menyebabkan kerusakan kelenjar peri uretra akan menyebabkan
terjadinya fibrosis yang dalam beberapa tahun kemudian mengakibatkan
striktura uretra.
4. Uretritis non gonokokus (non spesifik)
a. Uretritis non gonokokus (sinonim dengan uretritis non spesifik)
merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang
paling sering diketemukan. Pada pria, lender uretra yang mukopurulen
dan disuria terjadi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu setelah
melakukan hubungan kelamin dengan wanita yang terinfeksi. Lendir
mengandung sel nanah tetapi gonokokus tidak dapat di deteksi secara
mikroskopis atau kultur
b. Jumlah insidennya masih merupakan penyakit yang sering terjadi pada
banyak bagian dunia, insiden berhubungan langsung dengan promiskuitas
dari populasi
c. Penyebab dari infeksi ini hampir selalu didapat selama hubungan seksual.
Gonokokus membelah diri pada mukosa yang utuh dari uretra anterior
dan setelah itu menginvasi kelenjar peri uretral, dengan akibat terjadinya
bakteremia dan keterlibatan limfatik.
d. Jika diamati secara makroskopik terjadi peradangan akut dari mukosa
uretra, dengan eksudat yang purulenta pada permukaan dan dapat terjadi
ulserasi dari mukosa.
e. Perjalanan penyakit ini dapat mengalami resolusi dalam 2-4 minggu,
sebagai akibat pengobatan atau kadang – kadang spontan dan jika tidak
dilakukan penatalaksanaan dengan benar akan menjadi kronik.
f. Faktor penyulit proses penyembuhan jika terjadi Uretritis posterior,
prostatitis, vesikulitis, epididimitis, sistitis, abses peri uretral dan
penyebaran sistemik (A.D Thomson,2007).

2.3 Etiologi Urethritis


Pada orang dewasa khususnya wanita muda dan aktif dapat ditularkan
organisme penyebab urethritis melalui hubungan seksual seperti Chlamydia
trachomatis, niesseria gonorrhoaeae, dan virus herpes simpleks merupakan kuman-
kuman penyebab utama urethritis. Pada wanita dapat juga terjadi karena perubahan
PH dan flora vulva dalam siklus menstruasi
Ada juga organisme lain seperti ureaplasmaurealyticum, mycoplasma hominis,
tricomonal vaginalis, dan neisseria meningitides yang juga merupakan organisme
penyebab peradangan urethra. Tidak hanya pada perempuan tapi pada laki-laki dan
anak bayi dan remaja bias terjangkit olehkuman-kuman ini.Kuman gonore atau
kuman lain, kadang – kadang uretritis terjadi tanpa adanya bakteri. Penyebab klasik
dari uretritis adalah infeksi yang dikarenakan oleh Neisseria Gonorhoea. Akan tetapi
saat ini uretritis disebabkan oleh infeksi dari spesies Chlamydia, Eserchia Coli atau
Mycoplasma. Secara umum penyebab dari urethritis adalah sebagai berikut :
1. Kuman Gonorrhoe (N.Gonorhoe).
2. Kuman Non-Gonorrhoe (Klamidia Trakomatik / Urea Plasma Urelytikum).
3. Tindakan invasif.
4. Iritasi batu ginjal.
5. Trihomonas vaginalis.
6. Organisme bakteri gram negatif seperti :
a. Escherichia coli .
b. Entero bakteri.
c. Pseudomonas.
d. Klebsiella.
e. Proteus.
Pada pria, uretritis biasanya dimulai dengan keluarnya cairan dari
uretra. Jika penyebabnya adalah gonokokus maka cairan ini akan mengandung
nanah. Jika penyebabnya adalah jasad renik yang lainnya, maka cairan ini
mengandung lendir. Gejala lainnya adalah nyeri pada saat berkemih dan
penderita sering mengalami desakan untuk berkemih.

Jika uretritis karena gonokokus tidak diobati secara adekuat, maka pada
akhirnya akan terbentuk penyempitan uretra (striktur).
Striktur ini akan meningkatkan resiko terjadinya uretritis pada uretra yang lebih
tinggi dan kadang menyebabkan terbentuknya abses di sekitar uretra.
Abses bisa membentuk kantong pada dinding uretra (divertikulum uretra), yang
juga bisa mengalami infeksi. Jika abses menyebabkan terjadinya perforasi kulit,
maka air kemih bisa mengalir melalui saluran baru (fistula uretra).

2.4 Manifestasi Klinis Penyakit Urethritis


1. Mukosa memerah dan edema.
2. Terdapat cairan exudat yang purulent.
3. Ada ulserasi pada uretra.
4. Adanya rasa gatal yang menggelitik.
5. Adanya pus pada awal miksi.
6. Nyeri pada saat miksi.
7. Kesulitan untuk memulai miksi.
8. Nyeri pada abdomen bagian bawah.
2.5 Patofisiologi
Secara umum ada 2 penyebab utama dari penyakit urethritis yaitu invasi kuman
(gonorrhoe, trihomonas vaginalis gram negatif) uretritis dan iritasi (iritasi batu
ginjal, iritasi karena tindakan invasif menyebabkan retak dan permukaan mukosa
pintu masuknya kuman proses peradangan uretritis).
Pada kebanyakan kasus organisme penyebab dapat mencapai kandung kemih
melalui uretra. Infeksi ini sebagai sistitis, dapat terbatas di kandung kemih saja atau
dapat merambat ke atas melalui uretra ke ginjal. Organisme juga dapat sampai ke
ginjal atau melalui darah atau kelenjar getah bening, tetapi ini jarang terjadi.
Tekanan dari kandung kemih menyebabkan saluran kemih normal dapat
mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut sampai menyerang
mukosa.
Obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih mengakibatkan
penimbunan cairan, bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter. Hal ini dapat
menyebabkan atrofi hebat pada parenkim ginjal atau hidronefrosis. Disamping itu
obstruksi yang terjadi di bawah kandung kemih sering disertai refluk vesiko ureter
dan infeksi pada ginjal. Penyebab umum obstruksi adalah jaringa parut ginjal dan
uretra, batu saluran kemih, neoplasma, hipertrofi prostat, kelainan kongenital pada
leher kandung kemih dan uretra serta penyempitan uretra.
2.6 Web of Caution

Invasi kuman bakteri Iritasi


(Gonorrhoe, Trihomonas Vaginalis, (Iritasi Batu Ginjal, Iritasi Karena
Orgnisme gram Negatif) Tindakan Invasif

Ketidak mampuan pertahanan


local terhadap infeksi Respon traumatic pada uretra

Penempelan bakteri pada uretra

Proses infeksi URETHRITIS

Merangsang
Ketidakmampuan dalam proses Inflamasi
hipotalamus
transmisi penyakit
Pusat pengaturan Resiko tinggi penularan
suhu tubuh penyakit
Kerusakan jaringan Obstruksi saluran
terganggu blader kemih

Kurang paparan Port d’entry


informasi Merangsang keluarnya
Disuria
Hipertermi mediator kimia

Resiko Infeksi
Kurang pengetahuan
Mengenai Gangguan
reseptor nyeri Eliminasi Urin

Ansietas
Nyeri Akut
2.7 Pemeriksaan Diagnostik Penyakit Urethritis
1. Kultur urine untuk mengidentifikasi organisme penyebab penyakit urethritis.
2. Urine analisis atau urinalisa untuk memperlihatkan bakteriuria, sel darah putih, dan endapan sel
darah merah dengan keterlibatan ginjal
3. Pemeriksaan darah lengkap dan urine lengkap.
4. Sinar – X ginjal, ureter dan kandung kemih untuk mengidentifikasi anomali struktur nyata.
5. Pielogram intravena (IVP untuk mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas.

2.8 Penatalaksanaan Penyakit Urethritis


Pengobatan tergantung kepada mikroorganisme penyebabnya.
Jika penyebabnya adalah bakteri, maka diberikan antibiotik.
Jika penyebabnya adalah virus herpes simpleks, maka diberikan obat anti-virus (misalnya asiklovir).
Dianjurkan untuk sering minum dan buang air kecil sesuai kebutuhan untuk membilas
microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang
untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri feces. Antibiotika yang
direkomendasikan untuk N. Gonnorrheae misalnya :
a. Cefixime 400 mg oral.
b. Ceftriaxone 250 mg IM.
c. Ciprofloxacine 500 mg oral.
d. Ofloxacin 400 mg oral.
Keempat antibiotika diatas diberikan dalam dosis tunggal. Infeksi gonorrheae sering diikuti
dengan infeksi chlamydia. Oleh karena itu perlu ditambahkan antibiotika anti-chlamydial seperti
berikut :
a. Azithromycin, 1 gr oral (dosis tunggal).
b. Doxycycline 100 mg oral 2 kali sehari selama 7 hari.
c. Erythromycine 500 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari.
d. Ofloxacin 200 mg oral 2 kali sehari slama 7 hari.
2.9 Komplikasi Penyakit Urethritis
Komplikasi yang dapat terjadi pada pria berupa prostatitis, vesikulitis, epididimitis, dan striktur
urethra. Sedangkan pada wanita komplikasi dapat berupa borthlinitis, praktitis, salpingitis, dan
sistitis. Peritonitis dan perihepatitis juga pernah ditemukan.
5. GONORE

Pengertian Gonore

Gonore atau kencing nanah adalah salah satu penyakit menular seksual yang umum dan disebabkan
oleh bakteri bernama Neisseria gonorrhoeae atau gonococcus. Pria maupun wanita bisa terjangkit
penyakit ini. Bakteri gonococcus biasanya ditemukan di cairan penis dan vagina dari orang yang
terinfeksi.

Bakteri penyakit ini bisa menyerang dubur, serviks (leher rahim), uretra (saluran kencing dan sperma),
mata, dan tenggorokan.

Gonore paling sering menular melalui hubungan seks, seperti seks oral atau anal, mainan seks yang
terkontaminasi atau tidak dilapisi dengan kondom baru tiap digunakan, dan berhubungan seks tanpa
menggunakan kondom. Bayi juga bisa terinfeksi saat proses kelahiran jika ibunya mengidap penyakit
gonore dan umumnya menjangkiti mata bayi, hingga berpotensi mengakibatkan kebutaan permanen.

Bakteri gonore tidak bisa bertahan hidup di luar tubuh manusia untuk waktu yang lama, itu sebabnya
gonore tidak menular melalui dudukan toilet, peralatan makan, berbagi handuk, kolam renang, berbagi
gelas, ciuman, dan pelukan.

Gejala Gonore

Sekitar 10 persen pria yang terinfeksi dan 50 persen dari wanita yang terinfeksi tidak mengalami gejala
sehingga banyak penderita gonore menularkannya kepada pasangan mereka tanpa disadari.

Biasanya lebih mudah untuk mengenali gejala gonore pada pria dibandingkan wanita karena gejala awal
pada wanita mungkin sangat ringan atau tidak begitu jelas sehingga sering keliru dianggap sebagai
infeksi vagina atau infeksi saluran kemih. Namun demikian, infeksi akan menjalar ke organ panggul
wanita jika tidak segera diobati dan bisa menyebabkan perdarahan pada vagina, sakit pada perut bagian
bawah, demam, dan sakit saat melakukan hubungan seksual.

Gejala gonore yang sering muncul, baik pada pria maupun wanita, di antaranya adalah saat buang air
kecil akan terasa sakit atau perih dan keluarnya cairan kental seperti nanah berwarna kuning atau hijau
dari vagina atau penis. Oleh karena itu, penyakit ini dikenal dengan sebutan ‘kencing nanah’.

Diagnosis Gonore

Ada beberapa cara untuk menegakkan diagnosis gonore pada seseorang. Pada hampir sebagian besar
kasus, dokter akan melakukan pengujian sampel cairan dari vagina atau penis untuk kemudian diperiksa
di laboratorium.

Pada wanita, dokter atau perawat biasanya akan menggunakan cotton bud untuk mengambil sampel
cairan di vagina atau mulut rahim. Namun, dokter mungkin juga bisa meminta pasien untuk
menggunakan tampon guna mengambil sampel cairan tersebut. Prosedur ini tidak menimbulkan rasa
sakit, namun pasien mungkin akan merasa sedikit tidak nyaman.
Prosedur pada pria sedikit berbeda, di mana dokter mungkin akan memeriksa sampel urine pasien untuk
kemudian diperiksa hasilnya di laboratorium. Pemeriksaan urine ini kurang akurat hasilnya pada pasien
wanita. Selain itu, dokter mungkin juga akan mengambil sampel cairan yang keluar di ujung penis
dengan menggunakan cotton bud.

Pengobatan dan Pencegahan Gonore

Dokter biasanya akan memberikan satu suntikan antibiotik dan satu tablet antibiotik untuk mengobati
gonore, serta menganjurkan agar Anda kembali lagi satu atau dua pekan setelah pengobatan awal untuk
pemeriksaan ulang dan memastikan bakteri gonore telah hilang sepenuhnya.

Gejala akibat bakteri gonore akan membaik setelah beberapa hari jika dilakukan pengobatan yang
efektif dan sesegera mungkin. Tapi jika dibiarkan, bisa menjadi masalah yang serius.

Untuk mencegah penularan pada orang lain atau terinfeksi kembali, Anda dan pasangan Anda sebaiknya
tidak berhubungan seks hingga perawatan benar-benar tuntas dan pemeriksaan ulang telah terbukti
negatif.

Anda bisa terkena penyakit gonore kembali jika tidak melakukan hubungan seks yang sehat dan aman di
kemudian hari. Cara terbaik untuk mencegah infeksi menular seksual adalah dengan tidak berganti-ganti
pasangan, tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah, dan gunakan kondom jika melakukan
hubungan seks.

6. TRIKOMONIASIS VAGINALIS

Epidemiologi

 Manusia adalah satu-satunya tuan rumah yang alami untuk T. vaginalis.


 Trikomoniasis adalah infeksi yang sangat umum di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.
 Perkiraan terbaru dari insidensi IMS di Amerika Serikat memperkirakan terdapat insidensi 7,4
juta kasus baru trikomoniasis pertahun.
 . WHO memperkirakan bahwa infeksi ini porsinya hampir 50% dari semua IMS yang dapat
disembuhkan di seluruh dunia.
 Berbagai studi populasi di Afrika melaporkan prevalensi trikomoniasis antara 11 dan 25%. Laga
dkk, melaporkan kejadian 38% selama 4 bulan paparan interval di antara perempuan yang
terinfeksi HIV di Zaire.

Etiologi dan Faktor Resiko

Penyebab trikomoniasis ialah Trichomonas vaginalis yang merupakan satu-satunya spesies


Trichomonas yang bersifat patogen pada manusia dan dapat dijumpai pada traktus urogenital.(

 Trichomonas vaginalis merupakan flagelata berbentuk filiformis,


 berukuran 15-18 mikron,
 mempunyai 4 flagela,
 dan bergerak seperti gelombang
 Mempunyai membran undulans yang pendek, tidak mencapai dari setengah
badannya.
 Pada sediaan basah mudah terlihat karena gerakan yang terhentak-hentak duh
berbusa (khas)
 Membentuk koloni trofozoit pada permukaan sel epitel vagina dan uretra pada
wanita; uretra, kelenjar prostat dan vesikula seminalis pada pria.(4)
Parasit ini berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat hidup dalam
suasana pH 5-7,5. Pada suhu 50°C akan mati dalam beberapa menit, tetapi pada suhu 0°C dapat
bertahan sampai 5 hari.(1) Cepat mati bila mengering, terkena sinar matahari, dan terpapar air
selama 35-40 menit.(4)

Faktor resiko

Patogenesis dan Patofisiologi

 Trichomonas vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital


dengan cara  invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel.
 Masa tunas rata-rata 4 hari sampai 3 minggu.
 Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian dengan jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis
dapat ditemukan di lapisan subepitel yang menjalar sampai di permukaan epitel. Di dalam
vagina dan uretra parasit hidup dari sisa-sisa sel, kuman-kuman, dan benda lain yang terdapat
dalam secret

Manifestasi klinis
Pada Pria

Seperti pada wanita spektrum klinik trikomoniasis pada pria sangat luas, mulai dari
tanpa gejala sampai pada uretritis yang hebat dengan komplikasi prostatitis. Masa inkubasi
biasanya tidak melebihi 10 hari.(4)

Pada laki-laki yang diserang terutama uretra, kelenjar prostat, kadang-kadang


preputium, vesikula seminalis, dan epididimis.

Pada umumnya gambaran klinis lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Bentuk akut
gejalanya mirip uretritis nongonore, misalnya disuria, poliuria, dan sekret uretra mukoid atau
mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi kadang-kadang ada benang-benang halus. Pada
bentuk kronik gejalanya tidak khas; gatal pada uretra, disuria, dan urin keruh pada pagi hari.(1)

Diagnosa dan Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis trikomoniasis ditegakkan setelah ditemukannya T. vaginalis pada sediaan langsung (sediaan
basah) atau pada biakan duh tubuh penderita

PP

1. Sediaan Langsung (Sediaan Basah)


Lidi kapas dicelupkan ke dalam 1 cc garam fisiologis, dikocok. Satu tetes larutan tersebut
diteteskan pada gelas objek, kemudian ditutup dengan kaca penutup. Spesimen pada ujung
sengkelit dimasukkan pada satu tetes garam fisiologis yang telah diletakkan pada kaca objek.

Sebelum diamati sediaan dipanaskan sebentar dengan hati-hati, untuk meningkatkan


pergerakan T. vaginalis. Pada pemeriksaan diperhatikan pula jumlah leukosit.

2. Sediaan Tidak Langsung

Bila pada sediaan langsung tidak ditemukan kuman penyebab, maka dilakukan biakan
pada media Feinberg atau Kupferberg. Biakan diperlukan pada pemeriksaan kasus-kasus
asimtomatik. Enam puluh persen spesimen yang diambil dari uretra pria dengan trikomoniasis
akan menghasilkan biakan positif.

Tatalaksana

Pengobatan dapat diberikan secara topikal atau sistemik.(1)Pengobatan trikomoniasis harus


diberikan kepada penderita yang menunjukkan gejala maupun yang tidak.(4)

1. Topikal

a. Bahan cairan berupa irigasi, misalnya hidrogen peroksida 1-2% dan larutan asam laktat 4%.

b. Bahan berupa supositoria, bubuk yang bersifat trikomoniasidal.

c. Jel dan krim, yang berisi zat trikomoniasidal.

2. Sistemik (oral)

Obat yang sering digunakan tergolong derivat nitromidazol seperti:(1,2,4)

a. Metronidazol : dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg/hari, selama 7 hari.

b. Nimorazol : dosis tunggal 2 gram.

c. Tinidazol : dosis tunggal 2 gram.

d. Omidazol : dosis tunggal 1,5 gram.

Penderita dinyatakan sembuh bila keluhan dan gejala telah menghilang, serta parasit
tidak ditemukan lagi pada pemeriksaan sediaan langsung.(4)

Pada waktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita:(1,11)


a. Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual untuk mencegah jangan terjadi
infeksi “pingpong”.

b. Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan sebelum dinyatakan sembuh.

c. Hindari pemakaian barang-barang yang mudah menimbulkan transmisi.

Komplikasi dan Prognosis

 Komplikasi trikomoniasis tersering pada wanita adalah pelvic inflammatory disease (PID)
 pada wanita hamil yang terinfeksi sering mengalami ruptur membrane yang prematur,
 bayi lahir premature
 bayi lahir dengan berat badan rendah
 Pada laki-laki pula komplikasi yang terjadi termasuk prostatitis, ependydimitis, striktur urethra
dan infertilitas.
 Infeksi T.vaginalis turut meningkatkan resiko mendapat infeksi HIV, gonnorhoea dan Chlamydia

7. SALPINGITIS

A. Pengertian
Salpingitis Akut adalah suatu infeksi tuba fallopi yang dapat gonore atau piogenik. Salpingitis
Subakut adalah stadium infeksi pertengahan diantara salpingitis akut dan kronis. Salpingittis Kronis
adalah stadium infeksi tuba fallopi setelah stadium subakut. Tipe ini dapat timbul dalam 4 bentuk yaitu:
piosalping, hidrosalping, salpingitis interstisialis kronis atau salpigitis ismika nodosa.
Salpingitis adalah Inflamasi pada uterus, tuba fallopi, dan ovarium yang mengarah ke perlukaan
dengan perlengketan pada jaringan dan organ sekitar. Terjadi dalam trimester pertama kehamilan,
akibat migrasi bakteri ke atas dari serviks hingga mencapai endosalping. Begitu terjadi penyatuan korion
dengan desidua sehingga menyumbat total kavum uteri alam trimester kedua, lintasan untuk
penyebaran bakteri yang asenderen ini melalui mukosa uterus akan terputus. Dengan demikian
inflamasi akut primer pada tuba dan ovarium jarang terjadi sekalipun abses tubo-ovarium dapat
terbentuk dalam struktur yang sebelumnya sudah mengalami kerusakan itu. Organisme penyebab
infeksi ini diperkirakan mencapai tuba falopii dan ovarium yang sebelumnya sudah cidera tersebut lewat
cairan limfe atau darah. Pada salah satu dari dua kasus tubo-ovsrium yang menjadi komplikasi
dalampertengahan kehamilan dan di rawat di RS dilakukan histerektomi di samping salpingo-
ooforektomi bilateral. Pasien dapat disembuhkan setelah menjalani proses kesembuhan pasca bedah
yang sangat rumit. Walaupun terjadi perlekatan yang luas dalam rongga panggul akibat infeksi pelvis
sebelumnya, pasien biasanya tidak mengalami efek yang selama kehamilannya.
B. Gejala/tanda awal
1. Nyeri Abdomen
Nyeri abdomen bagian bawah merupakan gejala yang paling dapat dipercaya dari infeksi pelvis
akut. Pada mulanya rasa nyeri unilateral, bilateral, atau suprapubik, dan sering berkembang sewaktu
atau segera setelah suatu periode menstruasi.
Keparahannya meningkat secara bertahap setelah beberapa jam sampai beberapa hari, rasa
nyeri cenderung menetap, bilateral pada abdomen bagian bawah, dn semakin berat dengan adanya
pergerakan.
2. Perdarahan pervaginam atau sekret vagina
Perdarahan antar menstruasiatau meningkatnya aliran menstruasi atau kedua-duanya dapat
merupakan akibat langsung dari endometritis atau pengaruh tidak langsung dari perubahan-
peubahan hormonalyang berkaitan dengan ooforitis. Sekret vagina dapat disebabkan oleh servitis.
3. Gejala-gejala penyerta
Menggigil dan demam lazim ditemukan. Anoreksia, nausea dan vomitus berkaitan dengan iritasi
peritoneum. Disuria dan sering kencing menunjukkan adanyan keterkaitan dengan uretritis dan
sistitis. Nyeri bahu atau nyeri kuadran kanan atas mungkin merupakan gejala dari perihepatitis
gonokokus.
4. Riwayat Menstruasi
Menstruasi dapat meningkat dalam jumlah dan lamanya. Salpingitis dapat menjadi simptomatik
pada hari keempat atau kelimadari siklus menstruasi.

C. Penyebab dan Patofisiologi


Penyebab dan patofisiologi . Infeksi biasanya berasal di vagina, dan naik ke tabung falopi dari
sana. Karena infeksi dapat menyebar melalui pembuluh getah bening, infeksi pada satu tabung fallopi
biasanya menyebabkan infeksi yang lain.
Faktor risiko
Sudah berteori bahwa aliran menstruasi retrograde dan bahwa serviks terbuka selama
menstruasi infeksi memungkinkan untuk mencapai saluran tuba.
Faktor risiko lain termasuk prosedur bedah, menembus dinding serviks:
 Biopsi endometrium
 Kuret
 Histeroskopi

Risiko lain adalah faktor yang mengubah lingkungan mikro dalam vagina dan leher rahim,
menginfeksi memungkinkan organisme berkembang biak dan akhirnya naik ke tuba fallopi:
 Antibiotik
 Ovulasi
 Haid
 Penyakit menular seksual (PMS)

Akhirnya, hubungan seksual dapat memfasilitasi penyebaran penyakit dari vagina ke tuba
fallopi. faktor risiko coital adalah:
 Kontraksi uterus
 Sperma, membawa organisme ke atas.

Spesies bakteri
Bakteri yang paling terkait dengan salpingitis adalah
 N. gonorrhoeae
 Chlamydia trachomatis
 Mycoplasma
 Staphylococcus
 Streptococcus

Namun, biasanya salpingitis polymicrobal , melibatkan berbagai jenis organisme. Contoh


lain dari organisme yang terlibat adalah:
 Ureaplasma urealyticum
 Anaerobik dan aerobik bakteri.

D. Epidemiologi
Lebih dari satu juta kasus salpingitis akut dilaporkan setiap tahun di AS, namun jumlah insiden
ini mungkin lebih besar, karena metode pelaporan tidak lengkap dan terlalu dini dan bahwa banyak
kasus dilaporkan pertama ketika penyakit itu telah pergi begitu jauh bahwa mereka telah
mengembangkan kronis komplikasi.
Bagi wanita berusia 16-25, salpingitis adalah infeksi serius yang paling umum.Ini mempengaruhi
sekitar 11% dari wanita usia reproduktif. Salpingitis memiliki insiden yang lebih tinggi di antara anggota
kelas-kelas sosial ekonomi rendah. Namun, hal ini dianggap sebagai akibat dari debut seks sebelumnya,
beberapa mitra dan kemampuan rendah untuk menerima perawatan kesehatan yang layak bukan
karena faktor resiko independen untuk salpingitis. Sebagai akibat dari peningkatan risiko karena
beberapa mitra, prevalensi salpingitis tertinggi untuk orang yang berusia 15-24 tahun.
Penurunan kesadaran gejala dan kurang kemauan untuk menggunakan alat kontrasepsi juga
umum dalam kelompok ini, meningkatkan terjadinya salpingitis.

E. Komplikasi
Untuk rawat inap, perlu terpengaruh 20%. Mengenai pasien yang berusia 15-44 tahun, 0,29 per
100.000 meninggal dari salpingitis. Namun, salpingitis juga dapat menyebabkan infertilitas, karena telur
dirilis pada ovulasi tidak bisa kontak dengan sperma. Sekitar 75,000-225,000 kasus infertilitas di Amerika
Serikat disebabkan oleh salpingitis. Kali lagi satu memiliki infeksi, semakin besar risiko infertilitas.
Dengan satu episode salpingitis, risiko infertilitas adalah 8-17%. Dengan 3 episode salpingitis, risikonya
40-60%, walaupun risiko yang tepat tergantung pada tingkat keparahan dari setiap episode.
Selain itu, saluran telur yang rusak meningkatkan risiko kehamilan ektopik . Dengan demikian,
jika seseorang memiliki salpingitis, risiko kehamilan ektopik adalah menjadi 7 sampai 10 kali lipat lebih
besar. Setengah dari kehamilan ektopik adalah karena infeksi salpingitis.
Komplikasi lain adalah:
 Infeksi indung telur dan rahim
 Infeksi pada pasangan seks
 Suatu abses pada ovarium

F. Pemeriksaan yang dilakukan


Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Suhu biasanya meningkat, sering sampai 120ºF atau 103ºF. Tekanan darah biasanya
normal, walaupun deyut nadi seringkali cepat. Pada saat itu, pasien berjalan kedalam ruang
gawat darurat degan postur tubuh membungkuk.
2. Pemeriksaan Abdomen
Nyeri maksimum pada kedua kuadran bawah. Nyeri lepas, ragiditas otot, defance
muscular, bising usus menurun dan distensi merupakan tanda peradangan peritoneum. Nyeri
tekan pada hepar dapat diamati pada 30% pasien.
3. Pemeriksaan Pelvis
Sering sulit dan tidak memuaskan karena pasien mersa tidak nyaman dan rigiditas
abdomen. Pada pemeriksaan dengan spekulum, sekret purulen akan terlihat keluar dari ostium
ueteri. Serviks sangat nyeri bila digerakkan. Uterus ukurannya normal, nyeri(terutma biala
digerakkan) dan sering terfiksir pada poisinya. Adneksa bilateral sangat nyeri. Masa definitif
jarang terpalpai kecuali telah terbentuk piosalping atau abses tuboovarium.

Tes Laboratorium
1. Hitung darah lengkap dan Apusan darah
Hitung leukosit cenderung meningkat dan dapat sampai 20.000 dengan peningkatan
leukosit polimorfonuklear dan peningkatan rasio bentuk batang dengan segmen. Kadar
hemoglobin dan hemokrit biasanya dalam batas-batas normal. Penigkatan kadarnya berkaitan
dengan dehidrasis.
2. Urinalisis
Biasanya normal. Data diagnostic tambahan yang dapat dilakukan pewarnaan gram
endoserviks dan biakan : diplokokus gram-negatif intraseluler pada asupan pewarnaan gram
baik dari cairan serviks ataupun suatu AKDR dengan pasien dengan salphingitis simptomatik
merupakan penyokong adanya infeksi neisseria yang memerlukan pengobatan.
Biakan bakteriologi diperlukan untuk identifikasi positif neisseria gonorrhoeae.
Laparoskopi untuk melihat langsung gambaran tuba fallopi. Pemeriksaan ini invasive sehingga
bukan merupakan pemeriksaan rutin. Untuk mendiagnosis penyakit infeksi pelvis, bila antibiotik
yang diberikan selama 48 jam tak member respon, maka dapat digunakan sebagai tindakan
operatif.

G. Upaya pencegahan
 Kurangi penggunan IUD bila pasien menderita Klamidia dan Gonorea.
 Pemeriksaan terhadap wanita.
 Antibiotic profilaktik rutin pada pengguna IUD jangan dilakukan.
H. Pengobatan
Salpingitis ini paling sering diobati dengan antibiotik. Pengobatan dan Kontak-tracing
meminimalkan komplikasi, Pengobatan IV Antibiotik jika sangat tidak sehat (misalnya, Cefoxitin
2gr/6hrls lambat IV dengan Doxycyclin 100 mg/12h PO) pada awalnya kemudian Doxycyclin 100 mg / 12
jam PO dengan Metronidazol 400 mg 12h PO sampai 14 hari dapat menutupi infeksi gonore dan
klamidia. jika kurang kurang sehat Ofloxacin 400 mg/12 PO h dan Metronidazol 400 mg/12 jam PO
selama 14 hari.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan pemeriksaan panggul , tes darah dan lendir swab
dokter dapat mendiagnosis salpingitis

Anda mungkin juga menyukai