Disusun Oleh:
Kelompok 13C
STEP I TERMINOLOGI
STEP VI:
1. PIELONEFRITIS
EPIDEMIOLOGI
ISK tergantung banyak faktor seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor
Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung
menderita ISK dibandingkan laki-laki.26,28 ISK berulang pada laki- laki jarang
seksual.
Angka kejadian ISK di Amerika pada bayi dan anak sekolah antara 1-2%, pada
wanita dewasa muda yang tidak hamil antara 1-3% sedang pada kehamilan
antara 4-7%, pada orang tua meningkat tajam menjadi 10% pada laki-laki
dan kira-kira 20% pada wanita.28 Insidens ISK pada lelaki yang tidak disunat
adalah lebih banyak berbanding dengan lelaki yang disunat (1,12% berbanding 0,11.
Pada anak berusia 1-5 tahun, insidens bakteriuria pd perempuan bertambah menjadi
4.5%, sementara berkurang pd lelaki menjadi 0,5%. Kebanyakan ISK pada anak
kurang dari 5 tahun adalah berasosiasi dengan kelainan congenital pada saluran
constant pada anak usia 6-15 tahun. Namun infeksi pada anak golongan ini
sekitar 7 juta kasus cystitis akut yang didiagnosis pada wanita muda tiap tahun.
Faktor risiko yang utama yang berusia 16-35 tahun adalah berkaitan dengan
hubungan seksual. Pada usia lanjut, insidens ISK bertambah secara signifikan
pd wanita dan lelaki. Morbiditas dan mortalitas ISK paling tinggi pada
ETIOLOGI
Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan oleh kuman gram
Proteus spp (33% ISK anak laki-laki berusia 5 tahun ), Klebsiella spp dan
PATOGENESIS
Pada periode neonatus, bakteri mencapai saluran kemih melalui aliran darah
atau uretra, yang selanjutnya bakteri naik ke saluran kemih dari bawah. Perbedaan
oleh adanya faktor hospes seperti produksi antibodi uretra dan servikal (Ig A), dan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi perlekatan bakteri pada epitel introitus dan
terhadap infeksi. Bila organisme dapat masuk ke dalam kandung kemih, beratnya
infeksi dapat menggambarkan virulensi bakteri dan faktor anatomik seperti refluks
vesikouretra, obstruksi, stasis urin, dan adanya kalkuli. Dengan adanya stasis urin,
medium biakan yang sangat baik. Lebih-lebih lagi, pembesaran kandung kemih dan
dapat menurunkan resistensi alami kandung kemih terhadap infeksi.6 Infeksi akut
atau infeksi kronik vesika urinaria akibat infeksi yang berulang mengakibatkan
perubahan pada dinding vesika dan dapat mengakibatkan inkompetensi dari katup
vesikoureter. Akibat rusaknya katup ini, urin dapat naik kembali ke ureter terutama
pada waktu berkemih (waktu kontraksi kandung kemih). (Ascending) Akibat refluks
ini ureter dapat melebar atau urin sampai ke ginjal dan mengakibatkan kerusakan
pielum dan perenkim ginjal (pielonefritis). Infeksi parenkim ginjal dapat juga terjadi
Flora usus
↓
Munculnya tipe uropatogenik
↓
Kolonisasi di perineal dan uretra anterior
↓
Barier pertahanan mukosa normal
↓
Sistitis
Pada bayi infeksi secara hematogen lebih sering terutama bila ada kelainan
akan menghasilkan amoniak yang dapat menghalangi pertahanan tubuh yang normal
berulang tanpa adanya refluks vesikoureter, karena E.coli terikat spesifik dengan
antigen P1 pada sel epitel.7 Pielonefritis akut bisa ditemukan fokus infeksi dalam
biasanya lebih hebat bila terdapat obstruksi. Perubahan ini dapat mengakibatkan
dikenal sebagai pielonefritis kronik; Pada pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya
produk dari bakteri, atau adanya zat mediator toksik yang dihasilkan sel yang telah
Pielonefritis xanthogranulomatosa adalah jenis infeksi ginjal yang secara histolik jelas
ditandai dengan radang granulomatosa dengan sel-sel raksasa dan histiosit berbusa.
Secara klinis hal ini dapat terlihat sebagai suatu massa ginjal atau sebagai infeksi
akuta atau kronis. kalkuli ginjal, obstruksi, dan infeksi oleh Proteus dan E.coli
nefrotomi.7
anus
kemih
sampai ke ginjal
2. Hematogen
3. Limfogen
G. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis infeksi saluran air kemih bagian bawah secara klasik yaitu nyeri
bila buang air kecil (dysuria), sering buang air kecil (frequency), dan ngompol. Gejala
infeksi saluran kemih bagian atas biasanya panas tinggi, gejala gejala sistemik, nyeri
kemih bagian atas dan bagian bawah berdasarkan gejala klinis saja.8
Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur penderita adalah sebagai berikut :
0-1 Bulan: Gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan diare, kejang, koma,
anoreksia, muntah, diare, kejang, koma, kolik (anak menjerit keras), air kemih
kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna, diare,
6-18 thn : Nyeri perut/pinggang, panas tanpa diketahui sebabnya, tak dapat
menahan kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah
warna.8
menggigil, malaise, muntah, sakit panggul atau perut, nyeri tekan di daerah
toksik sistemik. Ginjal dapat membesar.7 Demam dan iritabel adalah gejala paling
umum yang ditunjukkan pada bayi yang memiliki pielonefritis. Temuan lain termasuk
nafsu makan yang buruk, letargi dan nyeri perut. Pada biasanya, dugaan terjadi
pielonefritis pada bayi atau anak adalah yang mengalami demam, emesis, panggul
sakit, atau nyeri CVA pada pemeriksaan fisik dan kultur urin positif.4
H. DIAGNOSIS
- Air kemih tampung porsi tengah : biakan kuman positif dengan jumlah kuman
- Air kemih tampung dengan pungsi buli-buli suprapubik : setiap kuman patogen
yang tumbuh pasti infeksi. Pembiakan urin melalui pungsi suprapubik digunakan
Dugaan infeksi :
- Uji kimia : TTC, katalase, glukosuria, lekosit esterase test, nitrit test.
kandung kemih.
- Pemeriksaan pielografi intra vena (PIV) untuk mencari latar belakang infeksi
Dengan pemeriksaan PIV dapat diketahui besar ginjal, adanya parut ginjal (renal scar)
dan keadaan dari sistem pelviokalises (pyelocalyceal system). PIV dulu merupakan
baku emas (gold satandar) untuk mengevalusi penderita ISK. Sedangkan untuk
uretrografi (MSU). Untuk mengetahui lokalisasi infeksi pada ginjal dipakai radioisotop
DMSA saat ini lebih banyak dipakai untuk diagnostik parut ginjal daripa PIV karena
Penegakan diagnosis pielonefritis akut dilihat dari gejala dan tanda yang
biasanya didahului oleh disuria, urgensi dan sering berkemih yang menunjukkan
bahwa infeksi dimulai pada bagian bawah traktus urinarius. Adanya silinder leukosit
membuktikan infeksi terjadi di dalam ginjal. Gambaran ginjal secara makroskopik dan
mikroskopik pada pielonefritis akut adalah Ginjal membengkak dan tampak adanya
abses kecil dalam jumlah banyak dipermukaan ginjal tersebut. Pada potongan
piramid dan korteks. Secara mikroskopik tampak PMN dalam jumlah banyak di
hancur dan leukosit dikeluarkan ke dalam urine dalam bentuk silinder leukosit.9
insufisiensi ginjal kronik atau hipertensi, atau temuan proteinuria saat pemeriksaan
rutin. Anamnesis yang teliti pada beberapa kasus lain, mungkin dapat, menemukan
adanya riwayat disuria, sering kencing atau kadang-kadang nyeri pada selangkangan
yang tidak jelas. Kebanyakan pasien tidak memiliki gejala sampai penyakit mencapai
tahap lanjut. Beberapa temuan khas pada pielonefritis kronik adalah baktetriuria
intermiten dan leukosit, atau adanya silinder leukosit dalam urin. Proteinuria
kemunduran pada awal perjalanan penyakit sebelum terjadi kemunduran GFR yang
bermakna. Akibatnya poliuria, nokturia dan urin berberat jenis rendah merupakan
kaliks, korteks menipis dan ginjal kecil, bentuknya tidak teratur dan biasanya tidak
simetris. Pada pielonefritis kronik perubahan patologi yang terjadi adalah permukaan
parut subkapsular, dan pelvis yang fibrosis dan berdilatasi serta kaliks terlihat pada
perubahan-perubahan parenkim yang khas; banyak sel radang kronik terdiri dari sel-
sel plasma dan limfosit (berupa titik-titik berwarna gelap), tersebar diseluruh
interstisium. Glomerulus tetap utuh dan dikelilingi oleh banyak tubulus kecil dan
telah mengalami atrofi dan dilatasi. Tampak pula fibrosis interstisial di dekat
dibatasi oleh sel-sel epitel gepeng dan terisi silinder seperti kaca.9
Menurut International study gradasi refluks vesikoureter dabagi dalam deraja I-V
Derajat II Kontras sampai pielum dan kaliks, juga tidak ada dilatasi, dan kaliks
masih normal
Derajat III Ureter dan pelvis dilatasi dan berkelok-kelok, (bisa ringan atau
sedang)
Derajat IV Ureter dilatasi sedang, dan berkelok-kelok, pielum dan kaliks dilatasi
I. PENATALAKSANAAN
Ada 3 prinsip penatalaksanaan:
- Memberantas infeksi
- Memberantas penyulit
Pengobatan pielonefritis akut, untuk bayi dengan ISK dan untuk anak dengan
ISK disertai gejala sistemik infeksi, setelah sampel urin diambil untuk dibiakkan,
diberi antibiotik parenteral (tanpa menunggu hasil biakan urin) untuk mencegah
terjadinya parut ginjal. Sebaiknya anak dirawat di rumah sakit terutama bula disertai
tanda toksik.2
jam penderita bebas demam, kemudian dilanjutkan dengan pemberian oral selama
10-14 hari,disesuaikan dengan hasil biakan urin dan uji sensitivitasnya. Biakan urin
ulang dilakukan setelah 48 jam tidak makan obat untuk melihat hasil pengobatan,
apakah bakteriuria masih ada. Antibiotik profilaksis diberikan sampai dilakukan MSU,
dan bila
Bedah
Koreksi bedah sesuai dengan kelainan saluran kemih yang ditemukan untuk
Suportif
J. PROGNOSIS
parut ginjal. Anak-anak dengan infeksi saluran kemih yang berulang-ulang kambuh
dan profilaksisnya. Konsekuensi utama kerusakan ginjal kronis yang disebabkan oleh
pielonefritis adalah hipertensi arterial dan insufisiensi ginjal; bila hal ini terjadi maka
Anak dengan abses ginjal atau perirenal atau dengan infeksi saluran kemih
K. KOMPLIKASI
hidronefrosis
gagal ginjal kronik dan sepsis (Pielonefritis berulang timbul karena adanya faktor
predisposisi).8
L. PENCEGAHAN PIELONEFRITIS
seringkali dihentikan setelah 1 tahun. Jika infeksi kembali kambuh, maka pengobatan
2. SISTITIS
Sistitis (cystitis) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh
bakteri. Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh penyebaran
infeksi dari uretra (Nursalam & Fransisca, 2009).
Klasifikasi
1. Cystitis primer, merupakan radang yang mengenai kandung kemih. Radang ini dapat
terjadi karena penyakit lain seperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi
prostat dan striktura uretra.
2. Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit
primer misalnya uretritis dan prostatitis.
Etiologi
• Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat
menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainanurologis atau
kalkuli.
• Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan
pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi.
• Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari
meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang
tersering disebabkan karena infeksi E.coli.
• Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya
urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau
karena infeksi dari usus.Jalur infeksi
• Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyalkit ini lebih sering
ditemukan pada wanita
• Infeksi ginjalyan sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.
• Penyebaran infeksi secara lokal dari organ laindapat mengenai kandung kemih
misalnya appendiksiti
• Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
Patofisiologi
Cystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan
oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran
secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut
maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral.Kemudian bakteri tersebut
berekolonisasi pada suatu tempat misalkan pada vagina atau genetalia eksterna
menyebabkan organisme melekat dan berkolonisasi disuatu tempat di periutenial dan
masuk ke kandung kemih.
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Diagnostik
• Pewarnaan gram dan biakan dari “unspun midsteram” urin yang ditampung dalam
wadah yang bersih.
• Pungsi suprapubik untuk biakan urine mungkin perlu pada anak-anak dan penderita
lain yang tidak dapat diusahakan untuk memperoleh spesimen yang bersih.
Tatalaksana
1. Uncomplicated sistitis: wanita diterapi antimikroba dosis tunggal atau jangka pendek
(1-3 hari sesuai hasil kultur). Obat pilihan yang sensitif terhadap E. Coli: nitrofurantoin,
trimetropim-sulfametosaksol, atau ampisilin. Laki-laki diterapi selama 7-10 hari dengan
antibiotik. Lakukan kultur untuk meningkatkan efektivitas terapi. Awasi efek samping:
mual, diare, kemerahan dan kandidiasis vagina.
Komplikasi
1. Pyelonefritis
Prognosis
- Sangat baik
- Dapat kambuh kembali
3. Uretritis
Uretritis adalah suatu inflamasi uretra atau suatu infeksi yang menyebar
naik yang digolongkan sebagai infeksi gonoreal dan nongonoreal. Namun demikian
kedua kondisi tersebut dapat terjadi pada satu pasien. (Nursalam, 2008).
Uretritis adalah peradangan uretra oleh berbagai penyebab dan merupakan
sindrom yang sering terjadi pada pria. (Sylvia A. Price, 2006)
Uretritis yaitu inflamasi pada uretra, keadaan ini kerap kali merupakan
gejala penyakit gonore, dapat pula disebabkan oleh mikroorganisme. (Barbara.
2005).
Uretritis adalah peradangan yang terjadi pada uretra (Anonym 2007).
Urethritis juga merupakan salah satu sindroma dari penyakit menular seks (PMS)
urethritis secara spesifik dapat terbagi 2 yaitu gonococal urethritis dan
nongonococal urethritis.
Jika uretritis karena gonokokus tidak diobati secara adekuat, maka pada
akhirnya akan terbentuk penyempitan uretra (striktur).
Striktur ini akan meningkatkan resiko terjadinya uretritis pada uretra yang lebih
tinggi dan kadang menyebabkan terbentuknya abses di sekitar uretra.
Abses bisa membentuk kantong pada dinding uretra (divertikulum uretra), yang
juga bisa mengalami infeksi. Jika abses menyebabkan terjadinya perforasi kulit,
maka air kemih bisa mengalir melalui saluran baru (fistula uretra).
Merangsang
Ketidakmampuan dalam proses Inflamasi
hipotalamus
transmisi penyakit
Pusat pengaturan Resiko tinggi penularan
suhu tubuh penyakit
Kerusakan jaringan Obstruksi saluran
terganggu blader kemih
Resiko Infeksi
Kurang pengetahuan
Mengenai Gangguan
reseptor nyeri Eliminasi Urin
Ansietas
Nyeri Akut
2.7 Pemeriksaan Diagnostik Penyakit Urethritis
1. Kultur urine untuk mengidentifikasi organisme penyebab penyakit urethritis.
2. Urine analisis atau urinalisa untuk memperlihatkan bakteriuria, sel darah putih, dan endapan sel
darah merah dengan keterlibatan ginjal
3. Pemeriksaan darah lengkap dan urine lengkap.
4. Sinar – X ginjal, ureter dan kandung kemih untuk mengidentifikasi anomali struktur nyata.
5. Pielogram intravena (IVP untuk mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas.
Pengertian Gonore
Gonore atau kencing nanah adalah salah satu penyakit menular seksual yang umum dan disebabkan
oleh bakteri bernama Neisseria gonorrhoeae atau gonococcus. Pria maupun wanita bisa terjangkit
penyakit ini. Bakteri gonococcus biasanya ditemukan di cairan penis dan vagina dari orang yang
terinfeksi.
Bakteri penyakit ini bisa menyerang dubur, serviks (leher rahim), uretra (saluran kencing dan sperma),
mata, dan tenggorokan.
Gonore paling sering menular melalui hubungan seks, seperti seks oral atau anal, mainan seks yang
terkontaminasi atau tidak dilapisi dengan kondom baru tiap digunakan, dan berhubungan seks tanpa
menggunakan kondom. Bayi juga bisa terinfeksi saat proses kelahiran jika ibunya mengidap penyakit
gonore dan umumnya menjangkiti mata bayi, hingga berpotensi mengakibatkan kebutaan permanen.
Bakteri gonore tidak bisa bertahan hidup di luar tubuh manusia untuk waktu yang lama, itu sebabnya
gonore tidak menular melalui dudukan toilet, peralatan makan, berbagi handuk, kolam renang, berbagi
gelas, ciuman, dan pelukan.
Gejala Gonore
Sekitar 10 persen pria yang terinfeksi dan 50 persen dari wanita yang terinfeksi tidak mengalami gejala
sehingga banyak penderita gonore menularkannya kepada pasangan mereka tanpa disadari.
Biasanya lebih mudah untuk mengenali gejala gonore pada pria dibandingkan wanita karena gejala awal
pada wanita mungkin sangat ringan atau tidak begitu jelas sehingga sering keliru dianggap sebagai
infeksi vagina atau infeksi saluran kemih. Namun demikian, infeksi akan menjalar ke organ panggul
wanita jika tidak segera diobati dan bisa menyebabkan perdarahan pada vagina, sakit pada perut bagian
bawah, demam, dan sakit saat melakukan hubungan seksual.
Gejala gonore yang sering muncul, baik pada pria maupun wanita, di antaranya adalah saat buang air
kecil akan terasa sakit atau perih dan keluarnya cairan kental seperti nanah berwarna kuning atau hijau
dari vagina atau penis. Oleh karena itu, penyakit ini dikenal dengan sebutan ‘kencing nanah’.
Diagnosis Gonore
Ada beberapa cara untuk menegakkan diagnosis gonore pada seseorang. Pada hampir sebagian besar
kasus, dokter akan melakukan pengujian sampel cairan dari vagina atau penis untuk kemudian diperiksa
di laboratorium.
Pada wanita, dokter atau perawat biasanya akan menggunakan cotton bud untuk mengambil sampel
cairan di vagina atau mulut rahim. Namun, dokter mungkin juga bisa meminta pasien untuk
menggunakan tampon guna mengambil sampel cairan tersebut. Prosedur ini tidak menimbulkan rasa
sakit, namun pasien mungkin akan merasa sedikit tidak nyaman.
Prosedur pada pria sedikit berbeda, di mana dokter mungkin akan memeriksa sampel urine pasien untuk
kemudian diperiksa hasilnya di laboratorium. Pemeriksaan urine ini kurang akurat hasilnya pada pasien
wanita. Selain itu, dokter mungkin juga akan mengambil sampel cairan yang keluar di ujung penis
dengan menggunakan cotton bud.
Dokter biasanya akan memberikan satu suntikan antibiotik dan satu tablet antibiotik untuk mengobati
gonore, serta menganjurkan agar Anda kembali lagi satu atau dua pekan setelah pengobatan awal untuk
pemeriksaan ulang dan memastikan bakteri gonore telah hilang sepenuhnya.
Gejala akibat bakteri gonore akan membaik setelah beberapa hari jika dilakukan pengobatan yang
efektif dan sesegera mungkin. Tapi jika dibiarkan, bisa menjadi masalah yang serius.
Untuk mencegah penularan pada orang lain atau terinfeksi kembali, Anda dan pasangan Anda sebaiknya
tidak berhubungan seks hingga perawatan benar-benar tuntas dan pemeriksaan ulang telah terbukti
negatif.
Anda bisa terkena penyakit gonore kembali jika tidak melakukan hubungan seks yang sehat dan aman di
kemudian hari. Cara terbaik untuk mencegah infeksi menular seksual adalah dengan tidak berganti-ganti
pasangan, tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah, dan gunakan kondom jika melakukan
hubungan seks.
6. TRIKOMONIASIS VAGINALIS
Epidemiologi
Faktor resiko
Manifestasi klinis
Pada Pria
Seperti pada wanita spektrum klinik trikomoniasis pada pria sangat luas, mulai dari
tanpa gejala sampai pada uretritis yang hebat dengan komplikasi prostatitis. Masa inkubasi
biasanya tidak melebihi 10 hari.(4)
Pada umumnya gambaran klinis lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Bentuk akut
gejalanya mirip uretritis nongonore, misalnya disuria, poliuria, dan sekret uretra mukoid atau
mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi kadang-kadang ada benang-benang halus. Pada
bentuk kronik gejalanya tidak khas; gatal pada uretra, disuria, dan urin keruh pada pagi hari.(1)
Diagnosis trikomoniasis ditegakkan setelah ditemukannya T. vaginalis pada sediaan langsung (sediaan
basah) atau pada biakan duh tubuh penderita
PP
Bila pada sediaan langsung tidak ditemukan kuman penyebab, maka dilakukan biakan
pada media Feinberg atau Kupferberg. Biakan diperlukan pada pemeriksaan kasus-kasus
asimtomatik. Enam puluh persen spesimen yang diambil dari uretra pria dengan trikomoniasis
akan menghasilkan biakan positif.
Tatalaksana
1. Topikal
a. Bahan cairan berupa irigasi, misalnya hidrogen peroksida 1-2% dan larutan asam laktat 4%.
2. Sistemik (oral)
Penderita dinyatakan sembuh bila keluhan dan gejala telah menghilang, serta parasit
tidak ditemukan lagi pada pemeriksaan sediaan langsung.(4)
b. Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan sebelum dinyatakan sembuh.
Komplikasi trikomoniasis tersering pada wanita adalah pelvic inflammatory disease (PID)
pada wanita hamil yang terinfeksi sering mengalami ruptur membrane yang prematur,
bayi lahir premature
bayi lahir dengan berat badan rendah
Pada laki-laki pula komplikasi yang terjadi termasuk prostatitis, ependydimitis, striktur urethra
dan infertilitas.
Infeksi T.vaginalis turut meningkatkan resiko mendapat infeksi HIV, gonnorhoea dan Chlamydia
7. SALPINGITIS
A. Pengertian
Salpingitis Akut adalah suatu infeksi tuba fallopi yang dapat gonore atau piogenik. Salpingitis
Subakut adalah stadium infeksi pertengahan diantara salpingitis akut dan kronis. Salpingittis Kronis
adalah stadium infeksi tuba fallopi setelah stadium subakut. Tipe ini dapat timbul dalam 4 bentuk yaitu:
piosalping, hidrosalping, salpingitis interstisialis kronis atau salpigitis ismika nodosa.
Salpingitis adalah Inflamasi pada uterus, tuba fallopi, dan ovarium yang mengarah ke perlukaan
dengan perlengketan pada jaringan dan organ sekitar. Terjadi dalam trimester pertama kehamilan,
akibat migrasi bakteri ke atas dari serviks hingga mencapai endosalping. Begitu terjadi penyatuan korion
dengan desidua sehingga menyumbat total kavum uteri alam trimester kedua, lintasan untuk
penyebaran bakteri yang asenderen ini melalui mukosa uterus akan terputus. Dengan demikian
inflamasi akut primer pada tuba dan ovarium jarang terjadi sekalipun abses tubo-ovarium dapat
terbentuk dalam struktur yang sebelumnya sudah mengalami kerusakan itu. Organisme penyebab
infeksi ini diperkirakan mencapai tuba falopii dan ovarium yang sebelumnya sudah cidera tersebut lewat
cairan limfe atau darah. Pada salah satu dari dua kasus tubo-ovsrium yang menjadi komplikasi
dalampertengahan kehamilan dan di rawat di RS dilakukan histerektomi di samping salpingo-
ooforektomi bilateral. Pasien dapat disembuhkan setelah menjalani proses kesembuhan pasca bedah
yang sangat rumit. Walaupun terjadi perlekatan yang luas dalam rongga panggul akibat infeksi pelvis
sebelumnya, pasien biasanya tidak mengalami efek yang selama kehamilannya.
B. Gejala/tanda awal
1. Nyeri Abdomen
Nyeri abdomen bagian bawah merupakan gejala yang paling dapat dipercaya dari infeksi pelvis
akut. Pada mulanya rasa nyeri unilateral, bilateral, atau suprapubik, dan sering berkembang sewaktu
atau segera setelah suatu periode menstruasi.
Keparahannya meningkat secara bertahap setelah beberapa jam sampai beberapa hari, rasa
nyeri cenderung menetap, bilateral pada abdomen bagian bawah, dn semakin berat dengan adanya
pergerakan.
2. Perdarahan pervaginam atau sekret vagina
Perdarahan antar menstruasiatau meningkatnya aliran menstruasi atau kedua-duanya dapat
merupakan akibat langsung dari endometritis atau pengaruh tidak langsung dari perubahan-
peubahan hormonalyang berkaitan dengan ooforitis. Sekret vagina dapat disebabkan oleh servitis.
3. Gejala-gejala penyerta
Menggigil dan demam lazim ditemukan. Anoreksia, nausea dan vomitus berkaitan dengan iritasi
peritoneum. Disuria dan sering kencing menunjukkan adanyan keterkaitan dengan uretritis dan
sistitis. Nyeri bahu atau nyeri kuadran kanan atas mungkin merupakan gejala dari perihepatitis
gonokokus.
4. Riwayat Menstruasi
Menstruasi dapat meningkat dalam jumlah dan lamanya. Salpingitis dapat menjadi simptomatik
pada hari keempat atau kelimadari siklus menstruasi.
Risiko lain adalah faktor yang mengubah lingkungan mikro dalam vagina dan leher rahim,
menginfeksi memungkinkan organisme berkembang biak dan akhirnya naik ke tuba fallopi:
Antibiotik
Ovulasi
Haid
Penyakit menular seksual (PMS)
Akhirnya, hubungan seksual dapat memfasilitasi penyebaran penyakit dari vagina ke tuba
fallopi. faktor risiko coital adalah:
Kontraksi uterus
Sperma, membawa organisme ke atas.
Spesies bakteri
Bakteri yang paling terkait dengan salpingitis adalah
N. gonorrhoeae
Chlamydia trachomatis
Mycoplasma
Staphylococcus
Streptococcus
D. Epidemiologi
Lebih dari satu juta kasus salpingitis akut dilaporkan setiap tahun di AS, namun jumlah insiden
ini mungkin lebih besar, karena metode pelaporan tidak lengkap dan terlalu dini dan bahwa banyak
kasus dilaporkan pertama ketika penyakit itu telah pergi begitu jauh bahwa mereka telah
mengembangkan kronis komplikasi.
Bagi wanita berusia 16-25, salpingitis adalah infeksi serius yang paling umum.Ini mempengaruhi
sekitar 11% dari wanita usia reproduktif. Salpingitis memiliki insiden yang lebih tinggi di antara anggota
kelas-kelas sosial ekonomi rendah. Namun, hal ini dianggap sebagai akibat dari debut seks sebelumnya,
beberapa mitra dan kemampuan rendah untuk menerima perawatan kesehatan yang layak bukan
karena faktor resiko independen untuk salpingitis. Sebagai akibat dari peningkatan risiko karena
beberapa mitra, prevalensi salpingitis tertinggi untuk orang yang berusia 15-24 tahun.
Penurunan kesadaran gejala dan kurang kemauan untuk menggunakan alat kontrasepsi juga
umum dalam kelompok ini, meningkatkan terjadinya salpingitis.
E. Komplikasi
Untuk rawat inap, perlu terpengaruh 20%. Mengenai pasien yang berusia 15-44 tahun, 0,29 per
100.000 meninggal dari salpingitis. Namun, salpingitis juga dapat menyebabkan infertilitas, karena telur
dirilis pada ovulasi tidak bisa kontak dengan sperma. Sekitar 75,000-225,000 kasus infertilitas di Amerika
Serikat disebabkan oleh salpingitis. Kali lagi satu memiliki infeksi, semakin besar risiko infertilitas.
Dengan satu episode salpingitis, risiko infertilitas adalah 8-17%. Dengan 3 episode salpingitis, risikonya
40-60%, walaupun risiko yang tepat tergantung pada tingkat keparahan dari setiap episode.
Selain itu, saluran telur yang rusak meningkatkan risiko kehamilan ektopik . Dengan demikian,
jika seseorang memiliki salpingitis, risiko kehamilan ektopik adalah menjadi 7 sampai 10 kali lipat lebih
besar. Setengah dari kehamilan ektopik adalah karena infeksi salpingitis.
Komplikasi lain adalah:
Infeksi indung telur dan rahim
Infeksi pada pasangan seks
Suatu abses pada ovarium
Tes Laboratorium
1. Hitung darah lengkap dan Apusan darah
Hitung leukosit cenderung meningkat dan dapat sampai 20.000 dengan peningkatan
leukosit polimorfonuklear dan peningkatan rasio bentuk batang dengan segmen. Kadar
hemoglobin dan hemokrit biasanya dalam batas-batas normal. Penigkatan kadarnya berkaitan
dengan dehidrasis.
2. Urinalisis
Biasanya normal. Data diagnostic tambahan yang dapat dilakukan pewarnaan gram
endoserviks dan biakan : diplokokus gram-negatif intraseluler pada asupan pewarnaan gram
baik dari cairan serviks ataupun suatu AKDR dengan pasien dengan salphingitis simptomatik
merupakan penyokong adanya infeksi neisseria yang memerlukan pengobatan.
Biakan bakteriologi diperlukan untuk identifikasi positif neisseria gonorrhoeae.
Laparoskopi untuk melihat langsung gambaran tuba fallopi. Pemeriksaan ini invasive sehingga
bukan merupakan pemeriksaan rutin. Untuk mendiagnosis penyakit infeksi pelvis, bila antibiotik
yang diberikan selama 48 jam tak member respon, maka dapat digunakan sebagai tindakan
operatif.
G. Upaya pencegahan
Kurangi penggunan IUD bila pasien menderita Klamidia dan Gonorea.
Pemeriksaan terhadap wanita.
Antibiotic profilaktik rutin pada pengguna IUD jangan dilakukan.
H. Pengobatan
Salpingitis ini paling sering diobati dengan antibiotik. Pengobatan dan Kontak-tracing
meminimalkan komplikasi, Pengobatan IV Antibiotik jika sangat tidak sehat (misalnya, Cefoxitin
2gr/6hrls lambat IV dengan Doxycyclin 100 mg/12h PO) pada awalnya kemudian Doxycyclin 100 mg / 12
jam PO dengan Metronidazol 400 mg 12h PO sampai 14 hari dapat menutupi infeksi gonore dan
klamidia. jika kurang kurang sehat Ofloxacin 400 mg/12 PO h dan Metronidazol 400 mg/12 jam PO
selama 14 hari.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan pemeriksaan panggul , tes darah dan lendir swab
dokter dapat mendiagnosis salpingitis