Anda di halaman 1dari 4

Bab 2

Peranan Umat Islam Dalam Ilmu Sains


Ilmu ini dikenal juga dengan beberapa nama, seperti: Ilmu kauniyah (Alam), Ilmu Taqniyah
(Teknik), Ilmu Tathbiqiyah (Praktik), Dan Ilmu Eksperimen. Semua ilmu ini ini penyebutannya
digolongkan dalam ilmu hayat lantaran berbeda dengan ilmu syariat. Kami memandang ilmu hayat
ini berhubungan dengan kemaslahatan dunia. Yakni ilmu bermanfaat yang berguna bagi manusia
dengan menggunakan akal, eksperimen dan penemuan. Dengan demikian, manusia bisa
memakmurkan bumi dan membuat kemaslahatan serta membuka peluang, menyingkap rahasia
alam dan lingkungan. Di antaranya ilmu kedokteran, arsitektur, ilmu astronomi, kimia, fisika,
geografi, ilmu bumi, tumbuhan – tumbuhan (nabati), hewan dan sebagainya yang meliputi segala
materi yang tumbuh di alam semesta. Semua itu dibutuhkan manusia untuk kemaslahatan
kehidupan mereka.

Kedudukan ilmu sains di bawah naungan islam telah mencapai posisi yang sangat hebat/
dengan demikian, kaum muslimin menjadi pelopor di dunia. Mereka menguasai pucak – puncak ilmu
sebagaimana mereka menguasai ubun – ubun dunia. Unversitas mereka penuh dan terbuka lebar
bagi para penuntut ilmu dari kalangan orang – orang eropa. Mereka datang berbondong – bonding
dari negaranya untuk menimba ilmu tersebut. Para raja eropa dan penguasanya mengutus mereka
ke Negara kaum muslimin untuk belajar pengobatan. Sebagaimana diserukan oleh seorang pakar
ilmuan prancis Gustave Le Bon yang berangan – angan, seandainya kaum muslimin menjadi
penguasa di prancis, niscaya Negara itu akan seperti Cordova di Spanyol yang muslim (Gustave Le
Bon,Arab Civilization,hlm. 13, 317), dia juga mengatakan tentang kehebatan peradapan ilmiah dalam
islam, ‘sesungguhnya bangsa Eropa Hanyalah sebuah kota bagi negeri Arab (kaum muslimin) dengan
kehebatan peradapannya(Ibid, hlm. 566).

Dalam bahast ini, saya akan menjelaskan para kaum muslimin yang begitu besar dalam ilmu
sains. Sebuah kedudukan yang mengubah dan berpengaruh terus menerus dalam sejarah perjalanan
manusia, akan tetapi kebanyakan dari kita tidak mengetahuinya sehingga banyak sekali sejarah dan
penemuan – penemuan yang di ambil alih kedudukannya oleh orang – orang Non Muslim.

Hal ini akan dijelaskan dalam bahast ini

1. Perkembangan ilmu yang saling bergantian


2. Penemuan ilmu baru

1. Perkembangan ilmu yang saling bergantian


Tidak diragukan lagi, bahwa terdapat banyak ilmu yang sering digunakan sebelum
kaum muslimin atas sumbangasih peradaban terdahulu dengan pengaruh tentang masalah
kedokteran yang bermanfaat. Sebagaimana dijadikan sandaran oleh kaum muslimin, dimana
mereka sangat mengagumkan dalam menjelaskan semua itu dengan jelas saat memulai
pergerakan dan membangun peradaban. Selain kaum muslimin ini merupakan timbangan
dasar bukan hanya sebatas apa yang di nukil dari bangsa lainnya yang telah mendahului
mereka, tapi mereka juga meluaskannya dan meninggikan dengan ketinggian yang
melimpah ruah dari keahlian serta temuan mereka. Mereka dalam sejarah secara murni dan
mulia. Semua itu akan saya jelaskan sebagai berikut
A. Kedokteran
B. Fisika
C. Optic
D. Arsitektur
E. Geografi
F. Falak ( Astronomi )

a. Kedokteran

Ilmu kedokteran termasuk ilmu yang telah melesat perkembangannya, dimana kaum
muslimin telah memberikan sumbangasih luar biasa pada masa peradabanmereka yang
cermelang. Sumbangan tersebut belum pernah dilakukan secara menyeluruh , unggul dan
terbukti dalam perjalanan sejarah. Sampai tak mungkin terbayangkan untuk menyingkap
sumbangan – sumbangan abadi tersebut, sebab dunia kedokteran tidak ada sebelum peradaban
kaum muslimin.

Kedokteran islam bukan sekadar mendiagnosa mengobati penyakit lalu selesai, tapi meliputi
pada dasar – dasar metode eksperimen yang membalikan pengaruhnya sedemikian tinggi dan
menakjubkan pada seluruh sisi – sisi latihan (praktik) kedokteran sebagai pemeliharaan dan
pengobatan, atau meringankan dan memberikan obat – obatan, atau menjauhkan manusia dan pola
hidup buruk dengan melaksanakan anjuran dokter.

Di antara peran umat islam dalam dunia kedokteran dapat dilihat dari orang – orang jenius
di bidang kedokteran yang sangat jarang mereka dengan izin Allah memberikan konstribusi besar
dalam memutar roda perjalanan kedokteran menuju kea rah lain, mengikuti arah perjalanan
pergerakan generasi kedokteran sampai hari ini.

Permulaan penciptaan itu menguatkan bahwa manusia sejak berada di atas muka bumi ini
telah di berikan ilham Rabb penciptanya dengan berbagai macam karakter yang serasi dengan
peringkat akal dan perkembangan manusia. Hal itu merupakan bentuk dunia kedokteran (ketabiban)
yang di kenal dengan kedokteran sesuai dengan tingkat peradaban manusia. Karna itu, Ibnu Khaldun
menyebutkan, pada awalnya kedokteran ada di kalangan penduduk dengan asas yang di bangun
pada percobaan yang serba terbatas dan seadanya. Hal itu digunakan terus menerus dan turun
menurun dari orang – orang tua yang hidup. Barangkali hal itu memang benar tapi bukan merupakan
aturan alami(Ibnu Khaldun, Al-Abar Wa Diwan Al-Mubtada’Wa Al-Khabar(1/650) ).

Ketika islam dating, orang – orang arab jahiliyah juga mempunyai semisal tabib, sehingga
Rasulullah SAW menganjurkan untuk berobat. Sebagaimana diriwayatkan oleh Usamah bin Syarik,
‘’Berobatlah, Karena Allah tidak menurunkan penyakit kecuali membuat obatnya. Kecuali satu
penyakit: tua!’’(Abu Dawud, Kitab At-tib, Bab Ar-Rajul Yatadawi(3885.Tirmidzi(2038. Dikatakan
‘’Hadis ini Hasan’’, Ibnu Majah(3436), Ahmad(18477), Hakim(8206). Dikatakan ‘’Hadis ini Shahih.’’
Disepakati oleh Adz-Dzahabi, Bukhari dalam Adabul Mufrad(291).Al- Abani Mengatakan ‘’Shahih.’’
Lihat: Shaih Al-jami’(2930). Rasulullah SAW berobat dengan madu dan kurma serta ilalang alami, dan
sebagainya yang di kenal dengan Thibbun Nabawi (Pengobatan Nabi)

Kaum muslimin tidak hanya berhenti pada pengobatan Nabawi. Mereka juga mengerti sejak
awal bahwa ilmu – ilmu duniawi termasuk ilmu kedokteran mengadakan penelitian dan kajian terus
menerus denga berpegang pada apa yang terdapat pada umat – umat lain. Karena itu, sebagai
praktik terhadap petunjuk islam, mereka terus memompa semangat untuk menambah segala
sesuatu yang membawa manfaat. Mencari segala hikmah dimana saja berada….demikianlah kita
melihat kaum muslimin mengambil pengetahuan kedokteran dari yunani di samping dari negri –
negri islam sendiri yang ditaklukan. Khalifa mulai mulai mengutamakan pengobatan dari dokter
romawi yang lebih dulu mengetahui apa yang telah diketahui oleh kaum muslimin ketika itu. Mereka
begitu giat dan semangat menerjemahkan karya di bidang kedokteran. Hal ini di tetapkan sebagai
peristiwa paling besar sepanjang sejarah Bani Umaiyah.

Para ilmuan kedokteran kaum muslimin mempunyai keistimewaan. Merekalah yang pertama
kali mengetahui spesialis kedokteran. Di antara mereka adalah dokter spesialis mata, memberinya
nama dengan khalain (mata hitam). Kemudia ada spesialis bedah, hijamah (bekam), spesialis
penyakit wanita, dan seterusnya. Di antara para pakar ilmuan pada masa itu adalah Abu Bakar Ar-
Razi, yang di daulat sebagai ilmuan paling besar di bidang kedokteran dalam sejarah. Dia mempunyai
penjelasan yang tidak dapat di terangkan kandungannya dalam kitab ini.

Begitulah seterusnya, hari – hari kejayaan terus berbutar sampai pada masa bani abbasiyah
sehingga kaum Muslimin memperbaharui cabang bidang kedokteran. Mereka meneliti dan
meluruskan kesalahan para ilmuan dulu sesuai teori yang mereka temukan. Mereka tak hanya
sebatas menukil dan menerjemahkan, tapi juga memperbaiki pembahasan dan membenarkan
kesalahan orang – orang dahulu.

Kedokteran bidang penyakit mata berkembang di kalangan kaum muslimin. Tak ada yang
lebih luas penemuannya melebihi mereka, bukan pula bangsa yunani sebelumnya. Bukan pula
bangsa latin yang sezaman dengan mereka, begitu pula abad – abad sesudah mereka yang dapat
mencapai ketinggian tersebut. Karya temuan mereka merupakan fakta utama selama beberapa
abada lamanya. Tidaklah mengherankan jika kebanyakan dari tulisan yang di rumuskan dalam bidang
mata adalah hasil temuan kedokteran dunia arab. Para sejarawan menetapkan bahwa Ali bin Isa Al-
Kahal merupakan seorang dokter spesialis mat a terbesar dalam abad pertengahan dalam
keahliannya. Ia mengarang buku At-Tdzkirah yang merupakan karya terbesarnya.

Jika kita kaji lembaran – lembaran cemerlang karangan Ar-Razi dan Ibnu Isa Al-Kahal, kita
akan mendapati diri kita seolah berada di hadapan sesuatu yang amat besar yang di tetapkan
sebagai ahli bedah terbesar sepanjang sejarah. Meski kebesaran mereka tidak secara mutlak. Abu
Qasim Az-Zahrawi (403 H) menguatkan sebagaimana telah kami jelaskan sebelumnya adalah salah
seorang penemu pertama alat – alat bedah, seperti pisau bedah dan alat bedah. Dia juga meletakkan
dasar rumus atau aturan bedah untuk mengikat organ tubuh untuk mencegah pendarahan. Ia
membuat benang untuk menjahit bekas bedah, sehingga dapat menghentikan pendarahan agar
lekas membeku.
Az-Zahrawi adalah orang pertama yang menemukan teori pembedahan dengan menciptakan
dan menggunakan suntik dan alat – alat bedah. Ia mendirikan tempat praktikdengan pemeriksaan
statistic tempat melipat (memberikan tanda) yang menyerupai tempat cermin muka teleskop pada
masa mendatang. Dia juga orang pertama yang menggunakan cermin muka (teleskop ringan).
Disebutkan dalam bukunya At-Tashrif Liman Ajiza Ta’lif yang di terjemahkan kebahasa latin Negara
italia oleh Gerardo dengan sebutan Al-Tasrif. Materi – materi kedokteran sempurna tentang dasar –
dasar ilmu pembedahan di eropa, semua di ketahui oleh mereka Az-Zahrawi telah menguraikan
bagian dari pembedahan seputar penjelasan buku – buku kuno yang di jadikan patokan di bidang
pembedahan sampai pada abad ke-16 (artinya lebih dari lima turun zaman). Hal ini meliput berbagai
macam penjelasan alat bedah (lebih dari seratus alat bedah). Penemuan ini mempengaruhi
perkembangan ilmu bedah setelahnya di dunia barat. Temuan ini merupakan ilmu paling penting,
khususnya jika di nisbatkan kepada mereka yang meneliti bidang pembedahan di Eropa pada abad
ke-16 M. seorang pakar ilmuan besar di bidang anatomi tubuh Hallery mengatakan, ‘’seluruh pakar
bedah Eropa sesudah abad ke-16 menimba ilmu dan berpatokan pada pembahasan ini (buku Az-
Zahrawi) (Gustave Le Bon, Arab Civilization, hlm.591).

Kaum intelektual muslim mencapai keunggulan pada bidang lain secara cemerlang, semisal
Ibnu Sina (428 H) yang telah memberikan konstribusi yang sangat berharga bagi manusia,
mempersembahkan suatu temuan – temuan baru. Dialah yang menemukan barbagai macam
penyakit yang ada terus sampai sekarang. Kemudian yang di temukan pertama kali oleh Thufail,
yaitu Ancylostoma atau dinamakan dengan usus melingkar, telah mendahului ilmuan itali Dubaini
sekitar 900 tahun. Thufail-lah orang pertama yang menjelaskan sejenis radang penyakit otak. Dia
juga orang pertama yang membedakan antara sakit lumpuh yang timbul karna sebab yang terdapat
dalam otak, dan lumpuh sebagai akibat dari luar. Dia juga menjelaskan penyakit serangan jantung
otak sebagai akibat banyaknya darah, berbeda dengan apa yang di jelaskan para pakar kedokteran
yunani kuno. Lebih jauh lagi, dialah orang pertama yang membedakan antara sesak usus buntu dan
sesak biasa ( Amir Najar, fi Tarikh At-Tib Ad-Daulah Al-Islamiyah, hlm 132,133). Sebagaimana yang di
temukan oleh ibnu sina pertama kali juga tatacara pengobatan pada bagian penyakit – penyakit
menular seperti penyakit cacar dan penyakit campak. Penyakit ini menular melalui sebagian molekul
– molekul (bakteri) yang hidup di air dan udara. Dia mengatakan, ‘’Air mengandung hewan kecil
sekali (bakteri) yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Hewan – hewan itu dapat mengakibatkan
sebagian penyakit (Ali bin Abdullah Ad-Difa; Rawad Ilmu Tib fil Hadharah Islamiyah, hlm,298).’’
Sebagaimana dikuatkan Van Liut Hook pada abad ke-18 dan para ilmuan lain sesudah ditemukan
begitu jelas.

Karena itu, Ibnu Sina adalah orang pertama yang menemukan ilmu tentang parasite dan
mempunyai kedudukan tinggi dalam dunia kedokteran modern. Dia orang pertama yang
menjelaskan ‘’radang otak pertama’’ dan membedakannya dengan ‘’radang otak kedua’’ yaitu
radang otak dan penyakit – penyakit lainnya semisal itu. Sebagimana kita ketahui tentang penyakit
amandel, dan temuan – temuan kedokteran dari berbagai macam penyakit kanker seperti kanker
jantung, payudara, serta pembekakan lingkaran limpa, dan sebagainya( Amir Najar, fi Tarikh At-Tib
Ad-Daulah Al-Islamiyah, hlm ,133. Lihat:Fauzi Tauqan, Ulum Indal Arab,hlm17.).

Anda mungkin juga menyukai