Anda di halaman 1dari 18

1.

Kebidanan dalam Masa Lampau, Kini dan Kelak

PENDAHULUAN

Ilmu kebidanan atau obstetri iyalah bagian ilmu kedokteran yang khusus mempelajari
segala soal yang bersangkutan dengan lahirnya bayi. Dengan demikian yang menjadi obyek ilmu
ini ialah kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi yang baru dilahirkan. Tentang kata kebidanan dan
bidan, menurut Klinkert (1892) sumbernya ialah bahasa Sanskerta. Dalam Bahasa tersebut
terdapat kata "widwan" yang berarti cakap, membidan yang berarti mengadakan sedekah bagi
seorang penolong bersalin yang minta diri setelah bayi berumur 40 hari. Perlu diterangkan bahwa
dalam kepustakaan yang ada di Indonesia tidak ditemukan pandapat yang menyokong atau
menolak pendirian Kinkert tersebut.
Kata "obstetri" atau "obstetrix" dalam bahasa Latin rupanya ada hubungannya dengan
kata "obstare", yang berarti berdiri di sampingnya dalam hal ini disamping wanita yang sedang
bersalin. Akan tetapi keterangan ini tidak diterima oleh semua pihak pendapat lain menyebutkan
bahwa kata aslinya ialah "adstetrix" yang berarti membantu seseorang yang sedang bersalin.
ilmu kebidanan menjadi dasar usaha-usaha yang dalam bahasa Inggris dinamakan maternity care.
Menurut definisi WHO Expert committe on Maternity Care yang kemudian diubah sedikit oleh
WHO expert Committe on the Midwife in Maternity Care tujuan Maternity Care atau pelayanan
kebidanan ialah "menjamin, agar setiap wanita hamil dan wanita yang menyusui bayinya dapat
memelihara kesehatannya sesempurna-sempurnanya agar wanita hamil melahirkan bayi sehat
tanpa gangguan apa pun dan kemudian dapat merawat bayinya dengan baik".
Pelayanan kebidanan dalam arti yang terbatas terdiri atas:
1. Pengawasan serta penanganan wanita dalam masa hamil dan pada waktu persalinan;
2. Perawatan dan pemeriksaan wanita sesudah persalinan;
3. Perawatan bayi yang baru lahir; dan
4. Pemeliharaan laktasi.

Dalam arti yang lebih luas usaha-usaha dimulai lebih dahulu dengan peningkatan kesehatan
dan kesejahteraan para remaja sebagai calon ayah dan ibu, dan dengan membantu mereka dalam
mengembangkan sikap yang wajar terhadap kehidupan kekeluargaan serta tempat warga dalam
masyarakat. Termasuk pula bimbingan mereka untuk kelak menjadi ayah dan ibu yang baik serta
pemberian pengertian tentang soal soal yang bersangkutan dengan kesehatan reproduksi.

SEJARAH KEBIDANAN

Pada suatu masa dalam sejarah evolusi manusia di dunia terdapat kepercayaan diantara
semua bangsa bahwa kehidupan manusia serta alam di sekitarnya dikuasai oleh kekuatan-
kekuatan gaib. Kekuatan-kekuatan ini dapat mempunyai pengaruh baik atau buruk atas
keselamatan manusia, termasuk kesehatannya; oleh karena itu, orang yang sakit serta
keluarganya berdaya-upaya dengan berbagai jalan, agar pengaruh yang membahayakan dapat
disingkirkan dari lingkungan orang yang sedang menderita. Dalam hubungan ini terdapat orang-
orang yang oleh masyarakat sekitarnya dianggap lebih mampu untuk menjadi perantara antara
manusia biasa dan kekuatan gaib. Mereka yang mempunyai kumahiran demikian itu merupakan
golongan yang disegani, dan mempunyai kedudukan yang terhormat dalam masyarakat.
Akan tetapi disamping adanya kepercayaan yang diuraikan di atas, manusia dianugerahi
pula dengan daya observasi, daya pikir, daya menghubungkan apa yang dialami dengan apa yang
dipikirkan, serta daya untuk mengumpulkan dan menyimpan pengalaman-pengalaman dalam
ingatannya. Daya observasi dan daya asosiasi memungkinkan dia untuk menambah
pengetahuannya mengenai anatomi dan fungsi berbagai alat dalam tubuh manusia. Dengan
pengetahuan yang terbatas dan sering salah tentang anatomi dan fisiologis alat-alat itu, ia dapat
menghubungkan berbagai anatomi dan fisiologis alat alat itu, ia dapat menghubungkan berbagai
penyakit dengan terganggunya fungsi alat-alat tertentu. Hal itu dipakai sebagai dasar bagi usaha
usaha untuk menyembuhkan penderita dari penyakit-penyakit bersangkutan.
Lambat laut terdapat golongan orang yang dikenal dan diakui oleh masyarakat sebagai
dokter, dalam arti bahwa mereka mempunyai Kecakapan untuk menyembuhkan orang sakit.
Demikianlah lambat laun — pada bangsa yang satu hal itu terjadi lebih cepat daripada bangsa
yang lain — terdapat pemisahan antara golongan dokter dan golongan yang melayani kebutuhan
masyarakat dalam hal-hal yang bersangkutan dengan kerohanian.
Dalam sejarah manusia terdapat peradaban-peradaban diantaranya di Yunani dan
Romawi, di India, dan di Tiongkok, di mana praktek kedokteran sudah mencapai tingkat yang
tinggi. Tanpa mengurangi jasa-jasa orang lain yang telah memajukan teori dan praktek
kedokteran perlu disebut nama Hippocrates yang hidup dari tahun 460 sampai 377 sebelum
Masehi dan yang dianggap sebagai Bapak Ilmu Kedokteran.
Sedang para dokter pria menjalankan praktek kedokteran terhadap beraneka ragam
penyakit, pertolongan pada wanita-wanita dalam masa kehamilan dan saat persalinan hampir
seluruhnya diserahkan kepada wanita-wanita penolong bersalin. Hanya bilamana timbul
kesulitan yang tidak dapat mereka atasi, barulah diminta bantuan tenaga-tenaga pria, yang —
karena kebanyakan diantara mereka tidak mempunyai pengalaman khusus dalam bidang
kebidanan — umumnya tidak dapat memberi pertolongan yang sempurna.
Wanita-wanita yang memberi pertolongan pada kehamilan dan persalinan, kecuali
mereka yang hidup dalam zaman Yunani dan Romawi, umumnya tidak mempunyai pengetahuan
banyak tentang kebidanan. Mereka memperoleh pengetahuannya dari penolong-penolong
bersalin lain yang menjadi gurunya dan dari apa yang mereka alami dalam praktek sehari-hari.
Kiranya mereka dapat disamakan dengan dukun bayi di negeri kita.
Walaupun para dokter pria pada umumnya tidak melakukan praktek dalam bidang
kebidanan, namun diantara mereka terdapat orang-orang yang menaruh perhatian besar terhadap
fisiologi dan patologi kehamilan dan persalinan. Termasuk diantara Hippocrates, soranus, Rufus,
Galenus, Celsus, dan lain lain.
Uterus diketahui sebagai tempat pertumbuhan janin, dan vagina yang mula-mula
dianggap sebagai bagian uterus kemudian diketahui sebagai alat yang mempunyai identitas
sendiri. Kehamilan terjadi karena penyatuan "air mani pria" dengan "air mani wanita". Air mani
pria diketahui berasal dari testis, akan tetapi karena ovarium belum dikenal, air mani wanita
diduga berasal dari beberapa tempat pada tubuh wanita yang kemudian disalurkan ke dalam
uterus. Pemeriksaan vaginal juga sudah dilakukan. Demikian pula versi pada kaki pada letak-
lintang sudah dijalankan, mula-mula pada janin mati, kemudian pada janin hidup. Seksio sesarea
pada ibu yang meninggal pun sudah diketahui.
Yang diuraikan di atas merupakan beberapa contoh pengetahuan dalam bidang kebidanan
yang dihimpun sampai beberapa abad sesudah permulaan tahun Masehi. Dalam abad-abad
berikutnya tidak tampak banyak kemajuan dalam pengetahuan tersebut. Pada umumnya para
dokter yang hidup dalam zaman itu hanya mengulangi apa yang sudah diketahui sebelumnya
tanpa banyak menambah pengetahuan dengan penemuan-penemuan atau pikiran-pikiran baru.
Keadaan mulai berubah sesudah bedah-mayat menjadi lebih umum. Pengetahuan tentang
anatomi alat-alat dalam tubuh manusia sangat diperkaya olehnya, dan pengetahuan tentang
fisiologi menyusul. Dengan bedah mayat perubahan-perubahan patologik pada berbagai penyakit
dapat pula lebih dikenal. Hal itu lebih memperdalam pengertian tentang berbagai penyakit dan
menyempurnakan diagnostik serta pengobatannya. Di antara ilmu-ilmu, ilmu bedah
menunjukkan kemampuan yang pesat.
Bersama-sama dengan perkembangan tersebut di atas mulai dari abad ke-16 para ahli
bedah Perancis di bawah pimpinan Ambroise Pare memberikan banyak perhatian kepada
kesulitan-kesulitan dalam persalinan yang memerlukan penyelesaian dengan jalan pembedahan.
Berkat usaha mereka Ilmu Kebidanan — khususnya bagian pembedahannya — menjadi cabang
Ilmu Bedah. Lambat laun, dengan lebih mendalam nya pengetahuan tentang panggul, tentang
anatomi, dan fisiologi alat alat kandungan, tentang fisiologi serta patologi serta ilmu persalinan,
Ilmu Kebidanan berhasil mencapai kedudukan sebagai ilmu tersendiri dalam rangka ilmu-ilmu
kedokteran lainnya. Hal itu menyebabkan meningkatnya minat banyak dokter untuk khusus
mencurahkan pikiran dan tenaganya dalam mengembangkan teori dan praktek kebidanan.
Sementara itu dirasakan keperluan untuk menyempurnakan pendidikan para wanita yang
memberi pertolongan dalam persalinan. Dalam tahun 1513 Eucharius Roeselin menerbitkan
buku pelajaran untuk menolong bersalin yang berjudul "Der Schwangern Frauen und Hebammen
Rosengarten". Walaupun Buku ini tidak menyiarkan hal-hal baru, namun artinya terletak dalam
hal bahwa untuk pertama kali Ilmu Kebidanan tidak ditulis dalam bahasa Latin, melainkan dalam
bahasa nasional.
Sekolah di dan pertama yang memberi pelajaran teratur dibuka dalam tahun 1598 di
Munchener Gebaransalt, Yang kemudian diikuti oleh sekolah bidan lain. Yang terkenal ialah
sekolah di Hotel Dieu di Paris dan Gebaransalt des Burgerspitals di Strassburg. Sekolah Yang
terakhir ini menjadi contoh sekolah sekolah bidan di Jerman. Sekarang sekolah-sekolah bidang
ditemukan di seluruh pelosok dunia.
Perkembangan baru, yang berdasar atas kemajuan pengetahuan dalam fisiologi dan
patologi ilmu kebidanan, dimulai dalam abad ke 19 dan berlangsung terus dalam abad sekarang.
Perkembangan ini menekankan hal prevensi dalam kebidanan. Lambat laun meluas kesadaran
bahwa banyak penyakit dan kelainan dalam masa hamil, persalinan, dan nifas, dapat dicegah atau
dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat diusahakan menghindarkan akibat-akibat buruk yang
dapat ditimbulkannya.
Walaupun dalam buku buku yang diterbitkan sebelumnya soal-soal bersangkutan dalam
penyakit-penyakit dalam masa hamil sudah disebut secara sepintas lalu, namun buku pertama
yang khusus membahas penanganan wanita hamil ditulis dalam tahun 1837 oleh Thomas Bull.
Pinard dalam tahun 1878 menulis pula tentang bahaya kelainan letak janin dalam uterus dan
menganjurkan pemeriksaan wanita hamil untuk mengetahui letak janin dalam kandungan.
Selanjutnya dalam tahun 1895 beliau memberitahukan tentang adanya rumah di Paris untuk
merawat wanita hamil yang terlantar, dan menerangkan bahwa bayi-bayi yang dilahirkan oleh
wanita-wanita ini umumnya lebih besar dan sehat daripada bayi wanita-wanita yang bekerja terus
sampai persalinan mulai.
Di Inggris (Edinburg) dalam tahun 1899 mulai disediakan pula tempat untuk merawat
wanita hamil pada The Royal Maternity Hospital. Dokter yang paling berjasa dalam
menganjurkan diadakannya pro-maternity hospital untuk wanita hamil yang memerlukan
perawatan, ialah Dr. Ballentyne.
Selanjutnya di Amerika Serikat (Boston) dilangsungkan usaha baru, di mana anggota-
anggota Instructive Nursing Association mengadakan kunjungan rumah secara rutin pada wanita-
wanita hamil. Akhirnya, dalam 1911 didirikan Klinik Antenatal di Boston Lying-in Hospital
untuk pemeriksaan dan penanggulangan wanita hamil. Prakarsa ini dicontoh oleh negara-negara
lain, dan kini klinik antenatal sudah tersebar di seluruh dunia. Dengan hal ini dan dengan
peningkatan usaha pencegahan pada petolongan persalinan, kebidanan memasuki lingkungan
preventive health.

PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN DALAM SETENGAH ABAD TERAKHIR


DI NEGARA-NEGARA MAJU

Biarpun — seperti telah diuraikan di atas — mulai abad ke-16 terjadi kemajuan yang
nyata dalam pengetahuan kebidanan dan praktik kebidanan, namun 50 - 60 tahun yang lalu
pelayanan kebidanan dalam banyak negara yang sekarang tergolong negara maju masih jauh dari
baik. Douglas Baird pada ingin Ingleby Lectur dalam tahun 1960 masih menyatakan: in the
Glasgow Maternity Hospital, During the 1920's we were dealing with the Concentation of
abnormal midwifery, the like of which Has problably never be seen anywhere else in Britain; but
the state of midwifery all over the country was bad, and nasional enquiries showed both in
England dan Wales in Scotland that many deaths could have been avoided".

Kematian Maternal
Umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik-buruknya keadaan pelayanan
kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal
mortality). Menurut definisi WHO "kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu
hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya
kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan". Sebab-sebab kematian ini
dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni yang langsung disebabkan oleh komplikasi-komplikasi
kehamilan, persalinan dan nifas, dan sebab-sebab yang lain seperti penyakit jantung, kanker, dan
sebagainya (associated causes). Angka kematian maternal (maternal mortality rate) ialah jumlah
kematian maternal diperhitungkan terhadap 1.000 atau 10.000 kelahiran hidup ini di beberapa
negara malahan terhadap 100.000 kelahiran hidup.
Kemajuan yang telah dicapai dalam kira-kira setengah abad terakhir telah diumumkan
oleh banyak penulis. Di Inggris angka kematian menurun dari 44,2 per 10.000 kelahiran dalam
tahun 1928 menjadi 2,5 per 10.000 dalam tahun 1970 (Chamberlain dan Jeffcoate,1966,
Stallworthy, 1971). Perkembangan ini terlihat pula pada semua negara-negara maju; umumnya
angka kelak kematian maternal kini di negara-negara itu berkisar antara 1,5 dan 3,0 10.000
kelahiran hidup.
Angka kematian yang tinggi setengah abad yang lalu umumnya mempunyai dua sebab
pokok: (1) masih kurangnya pengetahuan mengenai sebab musabab dan penanggulangan
komplikasi-komplikasi penting dalam kehamilan, persalinan, serta nifas; (2) kurangnya
pengertian dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi; dan (3) kurang meratanya
pelayanan kebidanan yang baik bagi semua yang hamil. Setengah abad yang lalu sebab-sebab
penting kematian maternal sebagai berikut.

1. Sepsis Peurperalis
Walaupun Semmelweiss sudah pada tahun 1874 menunjukkan bahwa Sepsis puerperalis
disebabkan oleh infeksi dan bahwa dokter dan bidan seringkali merupakan pembawa infeksi itu
pada wanita yang sedang bersalin, namun masih jauh dalam abad ke-20 ini belum diterima
secara umum di kalangan para dokter. Baru setelah dengan kemajuan ilmu mikrobiologi
dibuktikan bahwa sebab utama penyakit tersebut ialah berbagai jenis streptokokus, bahwa
kuman-kuman tersebut dibawa oleh dokter, bidan ,atau tenaga lain yang menghadiri persalinan
itu, atau oleh wanita lain yang sedang menderita penyakit tersebut, dan bahwa dapat di lakukan
tindakan tindakan untuk mencegah timbulnya serta menjalarnya penyakit. Akan tetapi,
pemberantasan yang sungguh-sungguh berhasil baru tercapai dengan ditemukan nya obat-obat
Sulfonamide dan kemudian Penisilin.
Berkat usaha usaha ini peranan sepsis puerperalis yang dahulu merupakan sebab kematian
maternal yang sangat penting, kini sudah banyak berkurang. Walaupun demikian, bahaya laten
tetap ada dan pencegahan terhadap timbulnya penyakit ini perlu terus-menerus diadakan. Perlu
dikemukakan bahwa abortus yang dilakukan oleh tenaga-tenaga bukan ahli dengan kurang atau
tidak mengindahkan asepsis masih merupakan faktor penting dalam terjadinya sepsis dalam
hubungan dengan kehamilan.
2. Pendarahan
Sebab-sebab pendarahan yang penting ialah pendarahan antepartum (plasenta previa dan
solusio plasenta) dan pendarahan postpartum (retensio plasenta, atonia uteri, trauma kelahiran);
selanjutnya abortus dan kehamilan ektopik. Frekuensi kematian maternal dalam hal ini juga
turun, terutama dengan penggunaan transfusi darah secara rutin pada kejadian itu. Selain itu ada
faktor-faktor lain yang ikut membantu, yakni organisasi pelayanan kebidanan yang lebih baik
sehingga pertolongan dapat diberikan dengan lebih cepat, kemajuan dalam penanganan berbagai
kelainan seperti plasenta previa, dan atonia uteri postpartum, paritas yang rendah pada wanita-
wanita, serta keadaan sosial ekonomis yang lebih baik di negara-negara maju.

3. Gestosis (dahulu dikenal sebagai toksemua gravidarum)


Istilah ini menampung preeklampsia, eklampsia, dan kelainan-kelainan dalam kehamilan
yang berdasarkan hipertensi menahun, penyakit ginjal, dan sebagainya.
Dengan perluasan dan peningkatan mutu pengawasan antenatal yang dapat dinikmati oleh
hampir semua wanita hamil, maka walaupun sebab-sebab preeklampsia dan eklampsia tidak
diketahui angka kematian di sini dapat pula diturunkan.

4. Perlukaan kelahiran
Dahulu perlukaan kelahiran merupakan sebab kematian maternal yang tidak jarang
ditemukan berhubungan dengan tindakan-tindakan bedah vaginal yang sukar, akan tetapi dengan
kemajuan dalam ilmu dan praktik kebidanan, tindakan-tindakan itu dalam banyak hal dapat
dihindarkan atau diganti dengan tindakan yang lebih aman.

5. angka kematian maternal karena trombo-embolismus, dan karena sebab-sebab di luar


kehamilan seperti penyakit jantung dan sebagainya menurun pula dengan lebih
sempurnanya usaha-usaha untuk mencegah dan/atau mengawasi serta menangani
penyakit-penyakit yang bersangkutan.

Penurunan angka kematian maternal yang mengagumkan itu dicapai dengan penurunan
secara proporsional berbagai sebab kematian yang penting, kecuali untuk sepsis yang angka
turunnya dalam persen lebih banyak daripada angka-angka lain.
Jika diambil kesimpulan mengenai faktor faktor yang menyebabkan penurunan angka
kematian maternal perlulah disebut:
 kemajuan dalam ilmu dan praktik kedokteran, seperti penemuan obat-obat baru, lebih
sempurnanya beberapa teknik pembedahan, lebih banyak digunakan transfusi darah, dan
lain lain;
 lebih sempurnanya serta meluasnya fasilitas-fasilitas untuk memberi pelayanan
kebidanan yang baik;
 lebih baik nya mutu tenaga tenaga yang memberi pelayanan dalam bidang kebidanan;
 faktor-faktor sosial; lebih sempurnanya kesehatan dan lebih banyak makanan rakyat pada
umumnya.
Akan tetapi, walaupun di negara-negara maju telah dicapai hasil-hasil yang sangat
memuaskan dalam hal menurunkan angka kematian maternal, analisis yang lebih terinci
mengenai sebab-sebabnya menunjukkan bahwa masih tidak jarang terjadi kematian yang
sebetulnya dapat dicegah, dan yang disebabkan oleh kesalahan dokter, bidan, atau wanita hamil
yang bersangkutan. Berhubung dengan itu masih dapat dilakukan usaha-usaha terus-menerus
untuk lebih menurunkan angka kematian maternal, dan untuk menjaga agar hasil yang sekarang
dicapai jangan sampai mundur lagi.

Kematian Perinatal
Dengan tercapainya kematian maternal serendah itu maka sekarang kematian bayi
dianggap sebagai ukuran yang lebih baik serta lebih peka untuk menilai kualitas pelayanan
kebidanan. Untuk ini digunakan angka kematian Perinatal (Perinatal mortality rate) yang terdiri
atas jumlah anak yang tidak menunjukkan tanda-tanda hidup waktu dilahirkan, ditambah dengan
jumlah anak yang meninggal dalam minggu pertama dalam kehidupannya, untuk 1.000
kelahiran. Penurunan jumlah kematian perinatal dapat dicapai — disamping dengan membuat
persalinan sama-amannya bagi bayi — dengan mengusahakan agar janin dalam kandungan dapat
hidup dalam kondisi yang sebaik-baiknya. Hal ini menjadi dorongan kuat untuk lebih
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan janin dalam uterus, termasuk apa yang
menyebabkan prematuritas (sebagian besar bayi yang meninggal dalam minggu pertama ialah
bayi prematur). Perkembangan ini membuka bidang yang luas serta baru bagi ilmu kebidanan.
Bila dahulu banyak perhatian yang diberikan kepada faktor-faktor mekanis dalam ilmu
kebidanan, kini perhatian beralih kepada hal-hal yang bersangkutan dengan fisiologi, patologi,
biokimia, endokrinologi, dan lain lain dalam ilmu kebidanan. Masalah-masalah mengenai
gangguan tumbuhnya janin karena plasenta tidak berfungsi baik, pengaruh obat-obat terhadap
tumbuhnya alat-alat pada mudigah serta janin, penyakit-penyakit janin karena kelainan susunan
kromosom dan sebagainya menjadi pusat perhatian.
Sedang angka kematian bayi (infant mortality rate), yakni angka kematian bayi sampai
umur 1 tahun, di negara-negara maju telah turun dengan cepat dan sekarang mencapai angka di
bawah 20 pada 1.000 kelahiran. Penurunan angka kematian perinatal berlangsung lebih lamban,
sebabnya ialah karena kesehatan serta keselamatan janin dalam uterus sangat tergantung dari
keadaan dan kesempurnaan bekerjanya sistem dalam tubuh ibu yang mempunyai fungsi untuk
menumbuhkan hasil konsepsi dari mudigah menjadi janin cukup bulan.
Di negara-negara maju kematian perinatal ini mencapai angka di bawah 25 per 1.000.
Seperti telah dijelaskan, prematuritas memegang peranan penting dalam hal ini. Selanjutnya
tidak jarang bersama-sama dengan prematuritas terhadap terdapat faktor-faktor lain seperti
kelainan kongenital, asfiksia neonatorum, insufisiensi plasenta, perlukaan kelahiran, dan lain
lain. Dua hal yang banyak menentukan penurunan kematian Perinatal ialah tingkat kesehatan
serta gizi wanita dan mutu pelayanan kebidanan yang tinggi di seluruh negeri.
Bila dahulu banyak perhatian diberikan kepada faktor-faktor mekanis dalam ilmu
kebidanan perhatian beralih kepada hal-hal yang bersangkutan dengan fisiologi, patologi,
biokimia, endokrinologi, dan lain-lain dalam ilmu kebidanan. masalah-masalah mengenai
gangguan tumbuhnya janin karena plasenta tidak berfungsi baik, pengaruh obat-obat terhadap
tumbuhnya alat-alat pada mudigah serta janin, penyakit-penyakit janin karena kelainan
susunan kromosom dan sebagainya menjadi pusat perhatian. sedang angka kematian
bayi( infant mortality rate), yakni angka kematian bayi sampai umur 1 tahun , Di negara-
negara maju telah turun dengan cepat dan sekarang mencapai angka dibawah 20 pada 1000
kelahiran. penurunan angka kematian perinatal berlangsung lebih lamban. karena kesehatan
serta keselamatan janin dalam uterus sangat tergantung dari keadaan dan kesempurnaan
bekerjanya sistem dalam tubuh ibu   Yang mempunyai fungsi untuk menumbuhkan hasil
konsepsi dari mudigah menjadi janin cukup bulan.
   di negara-negara maju  kematian perinatal ini mencapai angka dibawah 25 per 1000
Seperti telah dijelaskan, prematuritas memegang peranan penting dalam hal ini. selanjutnya
tidak tidak jarang bersama-sama dengan prematuritas terdapat faktor-faktor lain, seperti
kelainan kongenital, asfiksia neonatorum, insufisiensi plasenta, perlukaan kelahiran, Dan lain-
lain. 2 hal yang banyak Menentukan penurunan kematian perinatal ialah tingkat kesehatan
serta gizi wanita dan mutu pelayanan kebidanan yang tinggi di seluruh negeri 
Organisasi untuk pelayanan kebidanan
 di negara-negara maju penyelenggaraan pelayanan kebidanan beraneka ragam. bentuknya
sangat tergantung dari perkembangan historis di negara masing-masing. bila di Amerika
Serikat dokter yang menyelenggarakan pengawasan antenatal serta pertolongan persalinan
pada hampir semua wanita hamil, di Eropa baik di barat maupun di timur bidan mempunyai
peranan penting. masih ada negara seperti di Belanda, di mana bidan mempunyai kedudukan
yang bebas. akan tetapi, lambat laun di mana-mana bidang tidak berdiri sendiri lagi,
melainkan merupakan anggota suatu tim yang bertanggung jawab atas kesehatan dan
keselamatan wanita serta anaknya dalam masa hamil, persalinan, dan nifas. mengenai tempat
persalinan, dalam tahun 1965 jumlah persalinan di rumah di negeri Belanda ialah 70%,
sedang di Swedia, Norwegia, cekoslowakia, dan ussr hampir 100% dari semua persalinan
berlangsung di rumah sakit. demikian pula pembiayaan organisasi pelayanan kebidanan tidak
sama, ada yang seluruhnya ditanggung oleh negara, ada yang hampir seluruhnya oleh suatu
sistem asuransi , ada juga yang dua-duanya merupakan unsur penting. walaupun
organisasinya beraneka ragam, semua negara telah berhasil menurunkan Secara meyakinkan
angka kematian Maternal dan terus memperbaiki angka kematian perinatal.
 mengenai tenaga tenaga yang bekerja dalam pelayanan kebidanan, terdapat
 1 dokter spesialis kebidanan
 2 dokter bukan spesialis yang mempunyai banyak pengalaman dalam kebidanan 
 3 dokter umum
 4 bidan
5 public health nurse
6 home help .
 selanjutnya diadakan kerjasama yang baik dengan tenaga tenaga yang bekerja dalam bidang
kesehatan anak, kesehatan masyarakat, dan pelayanan sosial.
 terlepas dari jenis dan bentuk organisasi, beberapa hal yang menonjol dalam pelayanan
kebidanan yang baik  ialah:
. Semua wanita hamil mendapat kesempatan dan menggunakan kesempatan untuk menerima
pengawasan an an serta pertolongan dalam kehamilan , persalinan, dan nifas
.  pelayanan yang diberikan bermutu
.  walaupun tidak semua persalinan berlangsung di rumah sakit, namun ada kemungkinan
untuk mendapat perawatan segera di rumah sakit jika terjadi komplikasi,
.  diberi prioritas bersalin di rumah sakit untuk :
 Wanita dengan komplikasi obstetrik( panggul sempit,  pre eklampsia, dan eklampsia ,
kelainan letak, kehamilan ganda, dan sebagainya)
  wanita dengan riwayat   obstetrik  yang jelek( perdarahan pasca persalinan,, dan lain-
lain pada kehamilan sebelumnya)
  wanita hamil dengan penyakit umum, seperti penyakit jantung, diabetes, dan  
sebagainya’ nya
  wanita dengan kehamilan ke-4 atau lebih
  wanita dengan umur 35 tahun keatas
  primigravida
  dengan keadaan di rumah yang tidak memungkinkan persalinan dengan aman.
.  adanya statistik  penduduk yang baik mengenai kelahiran an serta kematian Maternal
menurut umur dan paritas, Mengenai kematian perinatal. semuanya ini diperlukan untuk terus
Membina dan menyempurnakan pelayanan kebidanan pada masa yang akan datang. 
Selain hal-hal tersebut di atas, keadaan kesehatan dan fisik yang baik pada  wanita wanita
hamil, kemajuan terus-menerus dalam ilmu dan praktik kebidanan, pembatasan jumlah anak
sampai dua atau tiga, dan peningkatan taraf kehidupan rakyat pada umumnya besar artinya
dalam mencapai mortalitas dan morbiditas ibu dan anak yang rendah.
 Kebidanan di Indonesia

 pelayanan kebidanan dari dahulu sampai sekarang


  Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting dalam,  
pelayanan kebidanan ialah dukun bayi( nama lain: dukun beranak, dukun bersalin , dukun
paraji). dalam lingkungannya dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal
Yang bersangkutan dengan reproduksi. ia diminta pertimbangannya pada masa kehamilan,
mendampingi wanita yang Bersalin sampai persalinan selesai, dan mengurus Ibu serta
bayinya dalam masa nifas. ia menyelenggarakan pula abortus buatan dan kontrasepsi.
Dukun bayi Biasanya seorang wanita;  hanya di Bali terdapat dukun  pria. ia umumnya
berumur 40 tahun keatas dan buta huruf; ia menjadi dukun karena pekerjaan ini turun-
temurun dalam keluarganya atau oleh Karena ia merasa mendapat panggilan untuk
menjalankan pekerjaan itu. Ia mendapat latihan untuk pekerjaan dukun dengan membantu
dukun yang lebih tua dan selanjutnya menambah pengetahuannya dengan apa yang dialami
dalam praktik. di pedesaan,  dukun ( atau suaminya).
Biasanya mempunyai penghasilan tetap sebagai petani atau pedagang kecil; pertolongan
persalinan yang diberikan rata-rata, 2-3 kali sebulan. an-nisa tentang fisiologi dan patologi
dalam kehamilan, persalinan, sertani pas sangat terbatas, sehingga bila timbul komplikasi, Ia
tidak mampu mengatasinya, bahkan tidak menyadari arti dan akibatnya. biarpun demikian,
dukun dalam masyarakat mempunyai pengaruh besar; ia menghadiri persalinan tidak hanya
untuk memberi pertolongan teknis, melainkan memberikan pula emosional security pada
wanita yang sedang bersalin serta keluarganya, karena ia dengan doa-doanya dianggap dapat
membantu melancarkan jalannya persalinan. jumlah dukun diperkirakan sebanyak 150.000.

  Praktik kebidanan modern dimasukkan di Indonesia oleh dokter dokter Belanda yang
bekerja pada pemerintah Hindia- Belanda atau pihak swasta. dalam tahun 1850 dibuka kursus
bidan yang pertama yang kemudian ditutup, pada tahun 1873. Pendidikan bidan dimulai lagi
pada tahun 1879 dan sejak itu jumlah sekolah bidan serta jumlah yang lulus sebagai bidan
terus bertambah.
 Pendidikan dokter secara sangat sederhana dimulai pada tahun 1815 dengan didirikannya
Sekolah dokter jawa. pendidikan Ini lambat laun ditingkatkan dan diperluas; ilmu kebidanan
yang mula-mula tidak diajarkan, mulai tahun 1902 dimasukkan dalam kurikulum .Tahun 1927
pendidikan mencapai tingkat universitas dengan didirikannya geneeskundige
hogeschool.Dr.N .J.A.F.Bu Irma diangkat sebagai guru besar pertama dan dibawah
pimpinannya dimulailah pendidikan pasca sarjana dalam bidang obstetri dan ginekologi. 
Pada tahun 1950, setelah kemerdekaan Indonesia diakui oleh seluruh dunia, terdapat 475
dokter dan kurang lebih 4.000 tenaga paramedis. jumlah dokter spesialis dalam bidang
obstetri dan ginekologi hanya 6 orang berkat peningkatan dalam segala bidang pendidikan,
termasuk pendidikan tenaga kesehatan, pada pertengahan Tahun 1979 terdapat lebih dari
8.000 dokter, 286 dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dan lebih dari 16.888 bidan.
Dengan bertambah banyaknya tenaga yang dapat memberi pelayanan kebidanan,
Bertambah pulalah usaha-usaha dalam bidang itu .Walaupun demikian, hanya sebagian kecil
dari masyarakat menikmati pelayanan kebidanan yang sempurna, berupa pengawasan
antenatal, pertolongan persalinan, pengawasan  nifas,  dan perawatan. khususnya pelayanan
kebidanan untuk masyarakat desa masih untuk sebagian besar ditangan tenaga tenaga
tradisional, seperti halnya untuk pelayanan kesehatan pada umumnya pada tahun 1978,  kira-
kira 90 persen dari persalinan ditangani oleh dukun, 6% oleh bidan, dan 1% oleh dokter.
 usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan pelayanan kesehatan anak mulai tahun 1950-
an  dilaksanakan program kesejahteraan ibu dan anak(KIA) yang didirikan tidak saja di kota-
kota, tetapi juga di daerah luar kota. balai balai KIA umumnya dipimpin oleh seorang
bidan .Pada balai-balai ini diselenggarakan:
1. Pemeriksaan antenatal
2.  pemeriksaan postnatal
3.  pemeriksaan dan pengawasan bayi dan anak dibawah 5 tahun(BALITA)
4.  Keluarga Berencana
5.  penyuluhan kesehatan khususnya dalam bidang gizi 
6. Pelatihan dukun bayi 
Bidan  juga dapat dipanggil ke rumah jika terdapat kesulitan dalam persalinan.Walaupun
banyak pula Balai KIA didirikan ( Sampai tahun 1907 3 jumlahnya 6810) hasilnya tidak
seberapa memuaskan. ini disebabkan oleh karena umumnya balai-balai tersebut dikunjungi
oleh mereka yang tinggalnya tidak terlampau jauh dari tempat tersebut, sehingga yang
mendapat pengawasan hanya sebagian kecil dari masyarakat. 

Di atas juga disebut bahwa dibalai KIA  diadakan pelatihan untuk dukun dukun bayi.
pertimbangan dalam hal ini ialah, karena tenaga-tenaga dukun bayi masih sangat diperlukan,
maka Diharapkan dengan memberikan latihan elementer kepada mereka, mereka dapat lebih
cepat mengenal tanda-tanda bahaya yang dapat timbul dalam kehamilan dan persalinan, dan
segera meminta pertolongan kepada bidan. sampai pertengahan Tahun 1979 telah dilatih
kurang lebih ih 110.000 dukun bayi. Sangat disayangkan bahwa pelaksanaan pelatihan-
pelatihan dukun tidak disertai dengan usaha lain yang melengkapi gagasan peningkatan
kemampuan dukun tersebut. dari penelitian lapangan tahun 1973 dijumpai bahwa hanya 10-
20% saja Dukun yang masih berhubungan dengan Puskesmas atau bidan pemberi
pelatihannya; selebihnya sama sekali tidak di ketahui cara pertolongannya sesudah dilatih,
ataupun tingkat keamanan pelayanan yang diberikannya.

  Demikian pula, para dukun yang sudah lebih mengetahui tanda-tanda bahaya secara Dini
hingga saat ini ini masih dihadapkan kepada kesukaran rujukan karena bermacam-macam
penyebab; Seperti tempat tinggal kasus yang ditolong, sarana Perhubungan ke tempat
rujukan kan,   sikap pasrah masyarakat, dan lainnya lagi. secara singkat dapat disebutkan
bahwa usaha Yang sudah dilaksanakan memang layak menjadi perhatian kita; Tetapi,
kenyataan menunjukkan bahwa jumlah kasus dirujuk yang datang terlambat ke rumah sakit
masih tetap banyak yang sebelumnya telah ditolong oleh para dukun bayi. maka perlu sekali
diusahakan mendidik tenaga yang terlatih( bukan dukun ) Untuk mengawasi ibu hamil dan
anaknya dan segera mengambil tindakan atau merujuk pasien bila ada penyimpangan dari
jalur yang seharusnya normal fisiologi

Kematian Maternal dan Kematian Perinatal


  Pada saat ini tidak ada angka yang tepat mengenai kematian Maternal untuk Indonesia
atau untuk suatu wilayah di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh belum adanya sistem
pendaftaran wajib untuk kelahiran dan kematian di negara kita. menurut taksiran kasar, angka
kematian Maternal ialah 6-8 per 1000 kelahiran; Angka ini sangat tinggi Apabila
dibandingkan dengan angka-angka di negara-negara maju, yang berkisar antara 1,5 dan 3 per
10000 kelahiran hidup. angka-angka yang dewasa ini tersedia ialah angka-angka dari rumah
sakit di beberapa daerah, yang selain menerima wanita untuk persalinan, yang telah
mendaftarkan diri lebih dahulu(BOOKED CASES) , menerima pula penderita-penderita yang
dikirim dari daerah sekitarnya karena kesukaran dalam persalinan. 
Perbedaan dalam angka-angka dari beberapa rumah sakit untuk sebagian besar disebabkan
oleh perbedaan jumlah dalam persen antara  booked case Dan kasus-kasus darurat. kasus-
kasus darurat umumnya terdiri atas mereka yang mula-mula persalinannya dihadiri oleh
dukun, Akan tetapi karena kesulitan, dikirim ke rumah sakit. tidak jarang mereka ini
terlambat dibawa, malahan  kadang-kadang mereka datang ke rumah sakit hanya untuk
meninggal . Tabel dibawah ini memperlihatkan angka kematian Maternal pada booked case
dari beberapa rumah sakit .
Walaupun angka angka kematian Maternal dalam tabel 1-2 jauh lebih rendah daripada
angka-angka tabel 1-1, namun angka-angka itu masih lebih tinggi daripada angka angka
kematian Maternal di negara-negara maju .Hal ini disebabkan oleh adanya faktor-faktor lain
di luar pelayanan kebidanan yang memegang peranan dalam penentuan angka tersebut.
faktor-faktor itu ialah kekurangan gizi dan anemia, paritas tinggi, dan usia lanjut pada ibu
hamil; khususnya di Jawa, anemia sering ditemukan pada wanita hamil.
Tabel 1-1
Kematian maternal di beberapa rumah sakit

Tempat Periode Jumlah Jumlah Jumlah dalam


kelahiran kematian ibu 10.000kelahiran
hidup hidup
Surabaya 1964-1969 190.383 206 109

Bandung 1964-1969 7.937 95 119

Medan 1961-1969 18.830 264 140


Yogyakarta 1955-1969 24.814 199 82

Yogyakarta 1970-1971 2.472 21 92

Tabel 1-2
Kematian maternal antara booked case

Tempat Periode Jumlah Jumlah Jumlah dalam


kelahiran kematian ibu 10.000kelahiran
hidup hidup
Surabaya 1964-1969 13.363 12 9
Denpasar 1969-1971 9.059 5 8,2
Denpasar 1972-1974 5.298 3 5,8
Jakarta 1973-1977 23.089 11 4,6

Pada tahun 1988 kematian Maternal di Indonesia diperkirakan 450 per 100.000 kelahiran
hidup( dari simposium nasional kesejahteraan ibu pada tanggal 29 Juni 1988) angka tersebut
yang tertinggi di negara ASEAN( 5 -142 per 100.000 )Dan 50-100 kali lebih tinggi dari angka
kematian Maternal di negara maju .Dewasa ini dilancarkan di seluruh dunia ,Khususnya di
negara berkembang gerakan set motherhood, untuk mengamankan para ibu hamil,
melahirkan,  dan  sesudahnya, menuju ke keluarga sehat dan sejahtera
  Di Indonesia Hal tersebut bukan suatu hal yang baru dan telah diuraikan di depan dalam
bentuk diadakannya “ Balai Kesejahteraan ibu dan anak”(BKIA ) Sejak tahun 1950-an. melihat
masih tingginya kematian Maternal, gerakan save motherhood di Indonesia ditanggapi dengan
simposium” kesejahteraan ibu”  yang dibuka oleh Presiden Soeharto sendiri. hal ini mempunyai
dampak yang cukup berani, kemudian ditangani oleh pemerintah, Khususnya Departemen
Kesehatan, menteri negara urusan Peranan Wanita, badan koordinasi Keluarga Berencana
nasional,Dan perkumpulan obstetri dan ginekologi Indonesia. Pada akhir simposium “
kesejahteraan ibu” 12 kelompok masyarakat dan instansi pemerintah yang menandatangani
mendukung gerakan kesejahteraan Ibu tersebut yaitu: kowani, Dharma Wanita, Dharma Pertiwi,
tim penggerak PKK, Majelis Ulama Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia,   perkumpulan Obstetri
dan ginekologi Indonesia, ikatan bidan indonesia , Komite nasional Pemuda Indonesia,
persatuan  Wartawan  Indonesia ,Badan koordinasi Keluarga Berencana nasional, kantor
menteri  negara urusan Peranan Wanita, Departemen dalam negeri, Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia  komisi VIII Dan
perwakilan daerah. dengan ditandatangani simposium  kesejahteraan ibu itu, usaha antara lain
menurunkan kematian Maternal diharapkan  ditangani cara gotong-royong oleh semua pihak
yang mempunyai kaitan dengan kesejahteraan ibu. waktu yang akan menilai Apakah kita dapat
menurunkan angka kematian Maternal di Indonesia.
Angka kematian perinatal yang terdapat dalam kepustakaan Indonesia ialah seperti juga
angka-angka kematian Maternal, diperoleh dari rumah rumah sakit yang selain menerima
persalinan dari Boo berikes case ,  juga menerima banyak kasus darurat, sehingga tidak
menggambarkan keadaan sebenarnya dalam masyarakat. angka tersebut di rumah  rumah
sakit  berkisar antara 7 7,3 sampai 13 7,7 per 1000.Hans.E.Monintja,yang mempelajari  angka
angka kematian perinatal tersebut, sampai pada kesimpulan berikut:
.  lebih separuh dari kematian perinatal ialah bayi lahir mati(still birth)
.  angka kematian perinatal pada bayi berat-badan-lahir-rendah ( low birth weight)  Lebih
daripada dua kali angka kematian bayi cukup bulan
.  kematian dalam 24 jam pertama kira-kira 37% dari angka kematian neonatal dini
(early neonatal death). 

Perkembangan dalam Tahun-Tahun Terakhir


 Bahwa pelayanan kebidanan yang adekuat hanya dinikmati oleh sebagian kecil
masyarakat( the privileged few), ternyata berlaku pula untuk bagian-bagian lain dari
pelayanan kesehatan. Hanya mereka yang tinggal di kota-kota dan cukup mampu yang
memperoleh pelayanan sempurna, sedang untuk sebagian besar masyarakat, Kat terutama
yang tinggal di daerah pedesaan, an pelayanan yang adekuat tidak sampai pada mereka.
keadaan ini melahirkan konsep pusat kesehatan masyarakat (community health Center). pusat
ini diadakan di ibukota Kecamatan dan bertujuan memberi pelayanan kesehatan dalam bidang
preventif dan kuratif. aktivitas mencakup pengobatan penyakit,  kesejahteraan ibu dan anak,
Keluarga Berencana, pemberantasan penyakit menular, higiene dan sanitasi, perbaikan gizi,
penyuluhan kesehatan, kesehatan gigi, kesehatan mental, kesehatan sekolah, 
penyelenggaraan laboratorium sederhana, perawatan kesehatan masyarakat( public health
Nursing), dan pengumpulan data untuk keperluan evaluasi dan perencanaan pembentukan
pusat kesehatan masyarakat( Puskesmas) dimulai pada Pelita I ( 1969-1974), akan tetapi baru
berkembang pesat dalam Pelita II( 1974-1979). Pada pertengahan 1979 terdapat 4353
Puskesmas; disampingnya, terdapat pembantu ditingkatkan, diadakan pula Puskesmas keliling
dan Puskesmas dengan fasilitas perawatan
Tabel 1-3
Sarana upaya kesehatan di indonesia (1983/1984-1988/1989)
Sarana upaya kesehatan Keadaan pada tahun Keadaan pada tahun
1983/1984 1988/1989
Puskesmas 5.353 5.853
Puskesmas pembantu 13.636 19.636
Puskesmas keliling 2.479 4.000
Puskesmas perawatan 128 296
Rumah sakit pemerintah 1.246 1.329
dan swasta
Jumlah tempat tidur RS 103.505 119.385
dan puskesmas perawatan

Usaha lain yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan ialah penertiban pendidikan
tenaga-tenaga paramedik. dalam perkembangan aktivitas-aktivitas dalam berbagai bidang
kesehatan telah diadakan banyak jenis pendidikan yang menghasilkan beraneka ragam tenaga
dengan kemampuan yang sangat terbatas. karena hal ini dianggap tidak efisien dan banyak
pendidikan lebih berorientasi ke klinik, rencanakanlah pendidikan dasar dalam bidang
kesehatan untuk menghasilkan perawat kesehatan( Primary health nurse)Lebih berorientasi
ke  kebutuhan masyarakat. tenaga ini dididik 3 tahun sesudah lulus dari Sekolah Menengah
Pertama dan bersifat serbaguna detik sesudah pendidikan ini, terbuka kemungkinan untuk
melanjutkan ke arah keahlian tertentu misalnya untuk menjadi bidan. dalam pendidikan
perawat kesehatan diberikan mata pelajaran KIA , termasuk pelayanan kebidanan dengan baik
dalam batas-batas tertentu. direncanakan bahwa perawat kesehatan banyak diperlukan untuk
Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. oleh karena itu, pendidikannya disebarluaskan di
seluruh Indonesia
  Masalah pelayanan kesehatan yang tidak merata ternyata merupakan suatu masalah yang
terdapat di banyak negara khususnya di negara-negara berkembang. dalam hubungan ini pada
pertengahan dasawarsa 70 berkembang gagasan yang disponsori oleh world health
organization  yang Pokoknya memberi pelayanan kesehatan yang merata untuk masyarakat
dengan partisipasi masyarakat. tujuan  primary health care
Ialah  memajukan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, dari rakyat untuk rakyat
dan oleh rakyat. Pelayanan ini harus dilihat  sebagai bagian dari pembangunan nasional dalam
keseluruhan, dan erat hubungannya dengan aktivitas aktivitas dalam pendidikan,
pertanian,perbaikan gizi, penyediaan obat-obatan esensial, dan lain-lain. partisipasi
masyarakat harus  cermin dalam pengambilan keputusan,penyediaan dana kesehatan, dan
pelaksanaan sehari-hari. tiap-tiap orang dan tiap-tiap keluarga harus merasa
bertanggungjawab atas pemeliharaan kesehatannya sendiri sebaik-baiknya. 
DiIndonesia primary health care Berbentuk pembangunan kesehatan masyarakat desa
(Village community  health  development)Atau PKMD , dan dimulai pada tahun 1975. akan
tetapi, sebelumnya, gagasan serupa sudah direalisasikan dalam kurang lebih 200 desa di
Indonesia.
Dalam banyak Desa sudah ada lembaga sosial desa sebagai badan yang dibentuk oleh
masyarakat desa titik badan ini adalah milik masyarakat desa dan bukan aparat dari pamong
praja,Walaupun bekerja sama erat dengan pamong praja dan instansi instansi pemerintah
lainnya. tugas lembaga itu ialah melaksanakan koordinasi atas usaha-usaha pembangunan
dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, pertanian, pemasaran, dan lain-lain.PKMD 
diselenggarakan dalam rangka kerjasama dalam lembaga sosial desa. tenaga tenaga
sukarela( promotor kesehatan desa= prokesa) Yang memenuhi persyaratan tertentu dipilih dan
mendapat pendidikan serta pelatihan and1 lama 4 bulan sebagai persiapan untuk
menyelenggarakan tugas dalam bidang-bidang pemberian pertolongan pertama, pengobatan
penyakit penyakit ringan, penyuluhan dalam hal gizi, higiene dan sanitasi ,KIA,Sebagainya,”
dan untuk bekerja sama dengan mereka yang berusaha dalam keluarga berencana, pertanian,
peternakan, perikanan, dan lain-lain guna meningkatkan taraf kehidupan di desa. pembiayaan
aktivitas-aktivitas ini dilakukan dengan mengadakan  dana sehat, yang merupakan semacam
asuransi dari penduduk desa. secara teknis,   prokesa dibina oleh perawat kesehatan,Dan
tenaga yang terakhir ini merupakan pula saluran sistem rujukan dari desa ke Puskesmas dan
terus ke rumah sakit Kabupaten dalam tahun 1989 pada tiap Rumah Sakit Kabupaten
ditempatkan seorang spesialis penyakit dalam, seorang spesialis bedah, seorang spesialis
kebidanan dan kandungan, an dan seorang spesialis kesehatan anak. tenaga tenaga tersebut
akan diperbanyak dan diperkuat dengan tenaga penunjang seperti spesialis radiologi, patologi,
laboratorium klinik, dan sebagainya disesuaikan dengan kebutuhan.
Dalam rangka peningkatan jangkauan upaya kesehatan, pemerintah telah mendirikan dan
menyebarluaskan Puskesmas lengkap dengan sarana dan tenaganya:  1 Puskesmas untuk
30000 penduduk dan 1 Puskesmas Pembantu untuk 18.000 penduduk.
Untuk daerah terpencil atau sulit dijangkau diadakan Puskesmas Keliling berupa perahu
bermotor atau kendaraan bermotor beroda. Dari dua survei rumah tangga (SRT) 1980 dapat
dilihat bahwa yang merasa sakit dan dapat pengobatan meningkat dari 55% pada tahun 1972
menjadi 74% pada tahun 1980. Disayangkan bahwa baru sekitar 49% ibu hamil
memeriksakan diri pada berbagai unit pelayanan kesehatan, 15 % pada dukun dan 36% tidak
pernah periksa ( SRT 1980 ). Dari angka-angka yang didapati tampak dengan jelas bahwa
persalinan oleh dukun dan dirumah masih merupakan persalinan yang terbanyak dan
dilakukan oleh masyarakat. Sebab-sebab dari hal tersebut adalah kompleks, bukan hanya
masalah sosial ekonomi dan sosial budaya yang harus diperhatikan, kita perlu utamakan agar
para ibu lebih aman dan tertolong secara baik sewaktu hamil dan melahirkan dengan:
 Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeriksaan kehamilan;
 Untuk menekan angka kesakitan dan kematian sebagai akibat kehamilan dan
persalinan perlu diusahakan institusionalisasi persalinan.
Persalinan di klinik (pondok bersalin, klinik bersalin, rumah sakit bersalin, rumah sakit
umum, dan sebagainya), dimana ada tenaga terlatih (dokter), alat-alat dan obat-obatan yang
diperlukan selalu tersedia, akan lebih memberi jamninan daripada bila diadakan di rumah.
Dengan demikian dapat diramalkan bahwa jumlah persalinan di rumah akan berkurang.
Pelembagaan persalinan di rumah sakit dimana cara dan fasilitas untuk mengawasi persalinan
makin lama makin sempurna dengan alat-alat canggih akan menyebabkan pengamanan
lambat laun bergeser dari ibu ke janinnya. Angka tindakan operatif khususnya seksio sesarea
akan meningkat. Meskipun operasi seksio sesarea cukup aman, namun perlu diingat bahwa
angka kematian maternal masih 2 sampai 46 kali lebih tinggi daripada persalinan pervaginam.
Segera setelah partus selesai dan tidak memerlukan perawatan lagi, ibu dan bayinya dapat
dipulangkan dengan sendirinya dengan follow-up yang baik. Ini dapat diserahkan pada
perawat kesehatan atau tenaga yang khusus dilatih untuk pekerjaan tersebut disupervisi oleh
bidan atau dokter puskesmas. Bila masyarakat aktif diikutsertakan makan sistem rujukan yang
merupaka tulang punggung dalam mengatasi komplikasi dapat pula diadakan.
Dewasa ini dari Dokter Spesialis Obstetri dan Genekologi diharapkan agar secara tepat dapat
menentukan keadaan janin yang dikandung dan pula mengenal keadaan persalinan yang akan
datang. Dengan adanya alat elektronik, kemajuan-kemajuan dalam pemeriksaan biomedik,
dan akhir-akhir ini dengan ultrasonografi, kita dapat meramalkan dengan lebih tepat janin
yang dikandung. Dengan kardiotokograf dapat dicatat kontraksi uterus dan sekaligus aktivitas
jantung janin. Amnioskopi, pengambilan darah dari kulit kepala janin untuk analisis gas,
pemeriksaan air ketuban melalui fungsi abdomen dapat dilaksanakan oleh dokter spesialis
Obstetri dan Ginekologi untuk kepentingan janin yang akan lahir. Pula dapat dilaksanakan
registrasi gerakan-gerakan janin, pernafasan janin, penentuan PO2 secara terus menerus,
pulsatility tali puast, mengadakan fungsi tali pusat secara terarah dan yang terakhir ini
membuka pintu untuk memberikan secara intravena obat-obatan atau ekstra cairan makanan
bila fungsi plasenta kurang baik. Dengan memeriksakan air ketuban dapat ditemukan kelainan
pada kromosom, ganguan dalam metabolisme dan rakhiskisis. Fetal surgery masa kini dapat
dilaksanakan untuk mengkoreksi janin. Dewasa ini dengan biopsi villus korialis dapat
ditemukan kelainan-kelainan fetal lebih dini dan pula jenis kelamin mudigah.

Di negara-negara dimana anak laki-laki lebih diinginkan dari anak perempuan, maka
penentuan jenis kelamin menimbulkan banyak permintaan abrotus provokatus, tanpa
memperhitungkan hak hidup janin yang sedang berkembang. Hal ini merupakan masalah
yang rumit, rawan, dan memprihatinkan.
Dalam dekade terakhir ini banyak dipublikasikan in vitro fertilization (IVF), pemindahan
embrio, gift, surrogate motbers yang seharusnya dalam bidang Obstetri dan Genekologi
masih perlu dibina bersama disiplin-disiplin lain. Secara ilmiah perlu dikembangkan
penelitian-penelitian. Oleh karena itu, harus ditentukan pedoman yang ketat sesuai dengan
sosial budaya bangsa. Jangan sampai seorang anak mempunyai tiga ibu. Seorang ibu
menyewa ibu yang dapat telur dari seorang ibu donor dan kemudia menjadi pertengkaran
antara keluarga-keluarga yang bersangkutan.
Ilmu kedokteran dan teknologi berkembang terus dengan cepat sekali. Disamping kita dapat
kemudahan dalam pencegahan, diagnosis dan pengobatan tentu akan ada bahaya-bahaya dan
komplikasinya. Kini perlu dilancarkan pemakaian teknologi biomedika modern yang
menimbulkan persoalan bioetika sehingga batas konflik antara teknologi dan hak-hak asasi
manusia menjadi hangat. Disamping itu teknologi biomedika modern dapat membuat kita
bertindak kurang manusiawi. Maka sebelum terlambat kita perlu dipikirkan pedoman-
pedoman dalam pelaksanaan pelayanan penelitian, pemakaian alat-alat canggih dalam
diagnosis dan terapi dengam mempunyai dasar ilmiah dengan indikasi yang tepat. Untuk
meniadakan pengaruh negatif dari teknologi biomedika modern disarankan:
 Pendidikan dokter ditingkatkan dengan tidak melupakan pendidikan dasar kelinik
dan etika kedokteran.
 Pemerintah mengatur pemakaian, pembuatan dan pemasaran alat dan obat-obatan.
 Penjual mengikuti dan patuh pada peraturan-peraturan yang ada mengenai alat-alat
dan obat-obatan dan memperhatikan keadaan sosial di Indonesia.
 Masyarakat diberi cukup pengertian mengenai tindakan-tindakan yang akan
dilaksanakan dan obat-obatan yang diberikan, pula mengenai alat-alat yang
digunakan.
2. PELAYANAN KEBIDANAN DI INDONESIA
Tujuan Instruksional Umum
Mengetahui upaya penurunan kematian ibu/bayi baru lahir melalui pengembangan tenaga
dan fasilitas pelayanan kesehatan ibu didukung oleh sistem rujukan paripurna terpadu
kabupaten/kota
Tujuan instruksional khusus
1. Mengenal dini masalah kesehatan dan sosial diikuti komunikasi, informasi dan
edukasi serta pemberdayaan ibu hamil, suami, dan keluarga.
2. Mengembil keputusan dalam keluarga untuk persalinan aman dengan dasar
paradigma sehat.
3. Meningkatkan rujukan terencana untuk mendapatkan penanganan adekuat dipusat
rujukan.
Penanganan kematian ibu telah dimulai semasa pemerintah kolonoal Belanda pada awal abad
ke-19. Waktu itu diakui bahwa kematian ibu merupakan masalah kesehatan yang mendesak
dan membutuhkan penanganan secepatnya dengan cara bertahap. Dukun sebagai penelong
persalinan secara biomedik tidak mempunyai pengetahuan dan bahkan membahayakan.
Mereka berasal dari keluarga dukun atau mendapat panggilan melalui mimpi, kemudia
membantu dukun yang lebih tua dan menambah pengalaman dari praktik. Dalam
lingkungannya dukun merupakan tenaga terpercaya dalam semua hal yang bersangkutan
dengan kesehatan reproduksi untuk ibu dan bayinya.
Pengertian/pemahaman bahwa kehamilan dan persalinan adalah nyawa taruhannya atau ‘toh
nyawa’ (bahasa Jawa) menunjukan masyarakat sadar kalau setiap persalinan menghadapi
risiko atau bahaya yang dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan bayi baru lahir.
Pribahasa ‘sedia payung sebelum hujan’ dengan pola pikir pencegahan proaktif dan
pengertian antisipasinya telah ada di masyarakat.
Pada tahun 1850 didirikan sekolah bidan pribumi dengan tujuan untuk mengambil alih peran
dukun beranak. Pada tahun 1873 sekolah bidan ditutup karena masyarakat masih lebih
memilih melairkan dengan dukun. Pada tahun 1879 sekolah bidan yang diasuh oleh dokter
militer dibuka kembali. Sejak itu sekolah bidan dan jumlah bidan bertambah.
Pada tahun 1902 ilmu kebidanan mulai diajarkan dan masuk ke dalam kurikulum Sekolah
Dokter Jawa, yang dengan pendidikan sederhana telah didirikan sebelumnya pada tahun 1815.
Pada tahun 1937 terdapat perubahan yaitu desentralisai penanganan kesehatan rakyat,
penyerahan kepada pemerintah provinsi, kabupaten kota, juga peningkatan/ pengembangan
pelayanan kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai